Letaknya Di Tangan Ayah...Semoga sumber belajar ini bermanfaat bagi orang tua dalam mengasuh dan...
Transcript of Letaknya Di Tangan Ayah...Semoga sumber belajar ini bermanfaat bagi orang tua dalam mengasuh dan...
Letaknya Di Tangan
Ayah
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan MenengahDirektorat Pendidikan Anak Usia Dini2020
Letaknya Di Tangan
Ayah
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini2 02 0
Judul Seri Pendidikan Orang Tua: Letaknya di Tangan AyahCetakan Pertama 2020
Pengarah: Hamid Muhammad, JumeriPenanggungjawab: Muhammad HasbiPenyusun: Muhammad Hasbi, Muhammad Fatan, Joko S. Purnomo, Maryana, Muhammad Ngasmawi, RR. Lestari Koesoemawardani, Aria Ahmad Mangunwibawa, JakinoPenelaah: Gita Nurpatria, Agus Riyanto Adrianto, Meylina, Nugrahaini, Miftahul Hidayati, Suci Sugeng Setiyono, Ihyak Ulumuddin, Dewi NasitiPenyunting: Nanik Suwaryani, Nur Ainy Fardana NIlustrator: Dian KartikaPenata letak: Tomi Krisnawan
Sekretariat: Beryana Evridawati, Dian Septiany Subagio, Samijah, Amalia Khairati, Robbayanti Ratna Ningrum, Ina Nurohmah, Mira Kumala Sari
Junlah Halaman: 56 hlm + ilustrasiUkuran Buku: 210mm x 148 mm
Direktorat Pendidikan Anak Usia DiniDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
@2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta dilindungi undang-undang. Diperbolehkan mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dengan izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh:
CATATAN: Buku ini merupakan buku untuk pegangan orang tua yang dipersiapkan Pemerintah dalam upaya meningkatkan partisipasi pendidikan anak, baik di satuan pendidikan maupun di rumah. Buku ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Dalam rangka meningkatkan mutu buku, masyarakat sebagai pengguna buku diharapkan dapat memberikan masukan kepada alamat penulis dan/atau penerbit dan laman http://buku.kemdikbud.go.id atau melalui post-el [email protected].
SambutanDirektur Pendidikan Anak Usia Dini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ayah dan Bunda yang baik,
Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Sayangnya, menjadi
orang tua adalah profesi yang sangat tidak tersiapkan. Akibatnya, masa emas tumbuh
kembang anak seringkali tidak bisa dimanfaatkan secara optimal.
Untuk meningkatkan kapasitas orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak
dan menyiapkan mereka untuk belajar di sekolah dasar, pada tahun anggaran 2020
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini menyusun sejumlah sumber belajar untuk orang
tua dengan beragam tema. Penyusunan sumber belajar ini juga sebagai respons atas
iv
tuntutan keterampilan abad 21 yang meliputi kualitas karakter yang bagus, literasi
dasar, dan kompetensi 4K (kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi,
dan kreatif).
Semoga sumber belajar ini bermanfaat bagi orang tua dalam mengasuh dan mendidik
anak usia dini, terutama di masa anak belajar dari rumah (BDR) dan masa kebiasaan
baru (new normal) sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih kepada tim penyusun, tim penelaah, ilustrator, dan
pihak-pihak lain yang telah memungkinkan terbitnya sumber belajar ini. Semoga proses
penyusunan sumber belajar ini menjadi proses yang memberikan berkah dan banyak
pelajaran baru bagi kita semua.
Muhammad Hasbi
v
Daftar Isi
Menjadi Ayah Itu IstimewaAyah sebagai Suami
Ayah sebagai (calon) ayah
Bekerja Sama dalam Keluarga
Wahai Ayah, Dekati Anakmu
Peran-peran Penting Seorang Ayah
> 5 Peran Penting Ayah
> Bekal Menjalankan Peran
1
10
vi
Ayah, Dampingi AnakmuPengaruh Pendampingan Ayah bagi Anak:
a. Sosial-emosional Anak
b. Intelektual Anak
c. Perkembangan Bahasa Anak
d. Perkembangan Motorik Anak
Mulailah Sekarang
30
44
vii
Menjadi Ayah Itu Istimewa
Ada orang yang amat sangat
berharap menjadi ayah, tetapi tidak bisa.
Dia ingin ada tangan-tangan kecil
menyentuh kulitnya; tetapi
tangan itu tidak ada. Dia
ingin ada mulut mungil
yang memanggilnya,
“Ayah..!”, tetapi mulut
itu tak ada. Bertahun-
tahun dia menikah, Tuhan
tak kunjung memberi
keturunan untuknya.
Meski sudah berupaya
sedemikian rupa,
termasuk mendatangi
para dokter ahli di
bidangnya; tetapi hasilnya tetap belum
tampak juga. Hingga dia meninggal dunia.
Maka jika engkau hari ini menjadi ayah,
bersyukurlah. Syukuri karunia yang tak
setiap orang, tak setiap lelaki, bisa
memilikinya: menjadi seorang
ayah.
Akan tetapi,
menjadi ayah tak hanya
tentang memiliki anak.
Meski ada yang seperti
itu: menjadi ayah “hanya”
karena anaknya lahir ke
dunia. Bukan karena siap
menjadi ayah.
Lantas, bagaimana?
1
Inilah saatnya menyadari karunia
besar yang engkau terima. Karunia luar
biasa berupa anak. Sekaligus menyadari
tanggung jawab besar di baliknya. Sebuah
tanggung jawab yang bisa menjadi jalan
kebaikan berlipat ganda.
Ya. Peran dan kedudukan ayah dalam
mendidik anak seringkali diabaikan.
Bahkan disepelekan. Terkadang oleh diri
ayah itu sendiri, maupun oleh pihak-pihak
lainnya.
Ada yang bilang, ”Tugas ayah adalah
mencari nafkah, bekerja untuk memenuhi
keperluan keluarga. Mendidik anak?
Serahkan saja kepada ibu atau pihak
lainnya.” Demikian kadang beberapa pihak
berkomentar.
Padahal, peran ayah dalam mendidik
anak amatlah penting dan strategis.
Bukan hanya untuk anak-anaknya saja,
tapi juga untuk sang ayah sendiri.
2
Ayah sebagai Suami
Menjadi ayah itu istimewa.
Ayah adalah kepala
yang baik. Hal ini dimulai saat engkau
memilih pasangan, hingga kemudian
berlangsungnya pernikahan.
keluarga yang
memimpin
ibu dan anak-
anak. Ayah
bertanggung
jawab
terhadap
mereka dan
akan diminta
per tang gung
jawaban atasnya.
Seorang ayah memikul tanggung
jawab dalam membentuk generasi
3
Ayah sebagai (Calon) AyahTatkala sang istri hamil dari
pernikahan tersebut, tugas sang calon
ayah adalah mendampingi istri saat
hamil, menguatkan dan mendukungnya.
Membuatkan minuman hangat, misalnya.
Selain itu mengantarkan periksa ke bidan
atau dokter kandungan.
Saat sang istri melahirkan, amat baik
bila calon ayah hadir waktu persalinan.
Keberadaanmu akan mampu menguatkan
4
ikatan suami istri maupun orangtua dengan
anak.
Kemudian ketika anak lahir, hendaklah
ayah telah menyiapkan nama yang baik
serta hal-hal lain yang diperlukan.
Ingatlah. Ketika seorang ayah
terlibat secara positif dengan
anaknya, tak hanya anak dan
ibunya yang mendapatkan
manfaat. Bahkan sang ayah pun
mendapatkan banyak manfaat.
5
Bekerja Sama dalam Keluarga
Sang ayah juga perlu bekerja
sama dengan ibu untuk bersama-sama
mendidik anak tersebut. Mendidik bukan
hanya urusan ibu seorang. Ia adalah
tanggung jawab bersama.
Desforges dan Abouchaar (2003),
mencatat bahwa keterlibatan keluarga,
termasuk ayah di dalamnya, mempunyai
dampak positif pada prestasi akademik
dan penyesuaian sosial anak. Dengan
gamblang, O’Connor dan Scott (2007),
mengungkapkan bahwa keterlibatan
keluarga erat berhubungan dengan
positifnya perilaku, emosi, kejiwaan, sosial,
intelektual, dan kondisi fisik anak.
Keterlibatan ayah dalam mendidik
anak, sebagaimana dibuktikan banyak
peneliti, bukan hanya menghasilkan
banyak hal positif bagi anak-anak.
Keterlibatan itu juga membantu turunnya
hal-hal buruk dalam perkembangan anak.
Pemahaman akan arti penting peran
ayah akan membantu bukan hanya para
ayah, tapi juga para ibu serta pihak-pihak
lainnya, akan pentingnya peran ayah
dalam kehidupan anak-anaknya.
Sehingga, pihak-pihak ini bisa
mendorong dan mendukung para ayah
untuk melakukan berbagai tindakan yang
paling bermanfaat untuk mendapatkan
hasil-hasil perkembangan anak yang
6
positif. Sebagai contoh, para ibu bisa
mendorong ayah untuk terlibat lebih
jauh dalam pendidikan
anak-anaknya yang akan
menguatkan peran orang
tua secara keseluruhan
Bahkan ketika ayah tak
bisa hadir secara fisik, mungkin
karena bekerja di luar kota,
keterlibatan sang ayah dengan
anaknya tetap bisa diupayakan
selalu ada. Misalnya, dengan ayah
merekam suaranya membacakan
buku untuk si buah hati, yang nanti
diperdengarkan kepada anaknya.
7
Wahai Ayah, Dekati Anakmu
Ayah yang terlibat dalam mendidik
anak-anaknya akan mendapat
banyak keuntungan. DeLuccie (1996),
melaporkan bahwa para lelaki yang
terlibat sebagai ayah merasa lebih pede
dan efektif sebagai orangtua. Mereka
menemukan bahwa menjadi orangtua
itu lebih memuaskan, merasa lebih
penting secara intrinsik kepada anak,
dan merasa terdorong untuk lebih
terlibat.
Sebagai tambahan, jelas Pleck &
Pleck (1997), para ayah yang terlibat
dengan kehidupan anak-anak mereka
cenderung lebih matang secara sosial
dan kejiwaan. Demikian pula Eggebeen
& Knoester (2001) serta Townsend
(2002), menegaskan bahwa ayah yang
terlibat dengan anaknya akan lebih
sedikit tertekan jiwanya, lebih mau
terlibat dalam kegiatan masyarakat,
serta mau mengambil peran-peran
kepemimpinan di organisasi-organisasi
masyarakat luas.
Masih banyak manfaat yang
mengikuti para ayah yang terlibat secara
positif dengan anaknya. Inilah saatnya kita
berbenah dan memperbaiki diri.
Tak pernah ada kata terlambat, bila
kita mau bersungguh-sungguh. Anak-
anakmu menantimu.
8
9
Peran-peran PentingSeorang Ayah
10
Para ayah memainkan banyak peran
dalam mengasuh anak-anak mereka.
Beberapa peran terkait dengan tiap tahapan
kehidupan anak. Sedangkan peran yang lain
terpusat pada satu atau dua aspek dalam
membesarkan anak-anak.
Menurut Fogarty & Evans (2009), ada
lima peran yang biasanya dijalankan oleh
para ayah dalam mengasuh dan mendidik
anak-anak mereka. Apa sajakah itu?
Ayah berperan sebagai: partisipator
atau pemecah masalah (participator/
problem-solver), teman bermain
(playmate), pembimbing prinsip (pricipled
guide), penyedia (provider), dan penyiap
(preparer).
11
Kelima peran ini adalah panduan
sederhana untuk mengelompokkan
cara para ayah secara umum terlibat
dalam kehidupan seorang anak. Bisa
jadi ada peran-peran lain yang mungkin
muncul selain lima peran tersebut. Meski
demikian, beragam kegiatan ayah
bersama anak cenderung sesuai dengan
satu atau lebih peran-peran tersebut.
5 peran penting ayah 1. Ayah sebagai pemecah masalah.
2. Ayah sebagai teman bermain.
3. Ayah sebagai pemandu prinsip.
4. Ayah sebagai penyedia.
5. Ayah sebagai penyiap.
12
Ayah sebagai Pemecah Masalah
Betapa bahagianya anak ketika
ada yang dapat membantunya
memecahkan masalah yang ia
hadapi. Apalagi, jika orang itu adalah
ayahnya sendiri. Sebab, dengan
ayah, (mestinya) tak ada jarak emosi.
Bersama ayah, pemecahan masalah
(mestinya) bukan lagi sekadar soal
teknis, melainkan ada kasih sayang
yang turut terisi.
Banyak hal sepele dan mudah di
mata ayah, tapi bagi anak ternyata
itu masalah. Mulai dari soal PR,
memompa ban sepeda, atau sekadar
mengikat tali ayunan di belakang
rumah. Semua itu menjadi sarana bagi
ayah untuk mendekati anak sekaligus
menanamkan nilai dan pelajaran pada
mereka.
Doucette (2006), menyatakan
bahwa seorang ayah yang aktif
terlibat dalam kehidupan anak dapat
menjadi inspirasi dalam memecahkan
masalah. Ayah memiliki kesempatan
menunjukkkan kepada anak-anak
mereka bagaimana membuat
keputusan. Bagaimana bertindak atas
dasar keputusan itu. Juga bagaimana
mesti menyikapi akibat dari keputusan
yang mereka ambil.
13
Ini melatih tanggung jawab anak,
kemandirian, serta kemampuan
mengandalkan diri sendiri. Anak
yang banyak mendapat inspirasi
pemecahan masalah dari ayahnya
cenderung akan lebih tenang,
sehingga lebih menarik perhatian
teman dan gurunya.
Sebaliknya, anak yang tidak
punya teladan yang baik dalam
memecahkan masalah, rawan
terjebak pada cara menyelesaikan
masalah yang tak tepat. Anak yang
tak memiliki cukup keterampilan
menyelesaikan masalah, cenderung
akan tumbuh menjadi orang yang
14
tidak mandiri. Ia tergantung pada
bantuan orang lain.
Ada kalanya, ayah terlambat
melibatkan diri dalam pemecahan
masalah anak. Demikian yang
diungkapkan oleh Badalament
(2008), ada sebagian ayah yang
baru mengambil peran ketika
masalah anaknya sudah serius. Misal,
ketika orang tua harus menghadap
guru karena anak membikin ulah
di sekolah. Ini pola yang kurang
sehat. Idealnya, seorang ayah bisa
mendeteksi dan turut mendampingi
anak memecahkan masalahnya sejak
awal.
15
Ayah sebagai Teman Bermain
Seorang anak bisa belajar lewat
kegiatan bermain. Begitu juga seorang
ayah bisa menanamkan banyak nilai
dan pelajaran melalui kegiatan bermain
bersama anaknya. Minimal, anak dapat
belajar menyukai ayah mereka. Belajar
percaya pada ayah mereka. Anak belajar
membangun ikatan emosi positif dengan
ayahnya.
Permainan bersama ayah juga akan
melengkapi aspek fisik anak. Sebab,
biasanya, ayah cenderung mengajak anak
melakukan permainan yang sifatnya fisik.
Seperti mengayun anak, kejar-kejaran, dan
semisalnya. Permainan seperti ini bagus
untuk membangun otot dan koordinasi
fisik anak. Umumnya, seorang ayah juga
16
menangis ketika jatuh, atau mencoba
sendiri sebuah permainan baru. Hal ini
dapat menjadi sarana melatih kemandirian
anak.
Bermain adalah jendela menuju dunia
anak. Artinya, lewat bermain, seorang
ayah dapat menyelami pikiran, perasaan,
harapan, dan mimpi anak.
Selama bermain, seorang ayah bisa
belajar banyak tentang anak-anak mereka.
Apalagi, jika sang ayah bersedia memberi
perhatian dan menjadi pendengar yang
baik bagi anaknya. Ini dapat menjadi
sarana yang bagus untuk membangun
ikatan emosi yang positif antara ayah
dengan anaknya.
cenderung melatih anaknya bersikap
mandiri dan kuat. Seperti, tidak mudah
17
Ayah Sebagai Pemandu Prinsip
Ayah memiliki peran mengajarkan
anak tentang perilaku yang diharapkan
secara sosial. Ini membantu anak-anak
untuk belajar perbedaan antara yang
benar dan salah, serta memampukan
anak-anak untuk mengalami dan
memahami konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku mereka sendiri.
Ayah yang memberikan panduan
untuk anak-anak mereka, tak hanya
mempertahankan “otoritas”- nya, tetapi
juga bermakna bisa menggunakannya
dengan efektif.
Bimbingan adalah usaha yang bersifat
kolaboratif.
Bimbingan melibatkan ayah dan anak
dalam suatu proses berkelanjutan dari
komunikasi yang sehat. Misalnya, ayah
menyimak dahulu dari anak, baru kemudian
berdiskusi dan memberi instruksi.
Sehingga, kesepakatan antara ayah
dan ibu pada strategi bimbingan adalah
penting, terutama ketika itu tentang
konsekuensi akan perilaku yang tak
pantas. Kalau yang satu membiarkan
pelanggaran sedangkan yang satu ingin
menegakkan aturan, akan terjadi masalah.
Berbeda jika kedua orangtua
bersepakat atas serangkaian aturan,
termasuk dalam hal disiplin sehingga anak
akan belajar adanya konsekuensi dari
18
perilakunya yang tidak sesuai.
Bimbingan harus merupakan
keseimbangan antara mengoreksi perilaku
yang tidak pantas dan mendorong
perilaku yang pantas.
19
Ayah sebagai Penyedia
Secara umum, seorang ayah
dianggap sebagai penyedia
keperluan sumber daya utama
bagi keluarga. Ayah menyediakan
uang, makanan, tempat tinggal,
pakaian untuk anak dan
keluarganya.
Akan tetapi, ayah tak hanya
penyedia keperluan materi. Ayah
juga bisa menjadi penyedia
pengasuhan untuk anak. Seringkali
para ayah menganggap bahwa
tugasnya hanya sekadar penyedia
keperluan yang bersifat material.
Ini tentu pendapat atau pandangan
yang tidak tepat. Ayah perlu
terlibat menyediakan bimbingan,
bermain bersama anak, terlibat
dalam kegiatan sekolah anak, dan
kegiatan-kegiatan komunitas yang
mendukung perkembangan anak.
Ketika para ayah mengenali
diri mereka sebagai pengasuh,
mereka cenderung nyambung
dengan orang tua lain serta
para penyedia pengasuhan
anak di masyarakat. Sekaligus,
ayah bisa menjadi pihak yang
dengan sungguh-sungguh
mengupayakan teraihnya
kesejahteraan anak.
20
21
Ayah sebagai Penyiap
Idealnya, ayah mengambil peran yang
besar dalam menyiapkan anak untuk
menghadapi tantangan hidup. Misal, dengan
sering mengajak anak berbincang tentang
nilai-nilai dan moral keluarga, serta contoh
perilaku yang pantas. Untuk melakukan ini,
seorang ayah tak perlu menunggu anaknya
dewasa. Sebaiknya dilakukan sejak anak usia
dini, dan berlanjut hingga sepanjang hidupnya.
Kedekatan ayah dengan anak, serta
keteladanan yang diberikannya, akan menjadi
inspirasi bagi anak ketika kelak menjadi orang
tua. Nicholson et al. (2008), menyatakan
bahwa para ayah mempengaruhi gaya
kepengasuhan anak-anaknya kelak.
22
Bekal Menjalankan Peran
Para ayah perlu membekali diri untuk
menjalankan peran-perannya dengan baik.
Apa saja yang perlu diupayakan seorang
ayah agar peran dan tanggung jawabnya
terlaksana dengan baik?
Minimal ada lima: keteladanan, kasih
sayang dan cinta, adil, bijaksana dalam
membimbing, dan berdoa.
Bekal ayah menjalankan peranKeteladanan
Kasih sayang dan cinta
Adil
Bijaksana dalam membimbing
Berdoa
23
KeteladananInilah sarana mendidik anak yang sangat
penting. Secara naluriah, anak cenderung
meniru hal-hal di sekitarnya. Pada anak usia dini,
keteladanan ayah akan sangat berpengaruh bagi
kepribadian anak. Anak cenderung menganggap
segala tindakan ayah adalah benar dan tepat.
Sehingga anak biasanya menirunya.
Proses meniru ini biasanya mulai terjadi pada
usia dua tahun. Serta mengalami perkembangan
yang luar biasa ketika anak berusia 5 atau 6
tahun. Para ayah mesti menyadari bahwa anak
amat mudah terpengaruh perilaku ayahnya.
Bagaimana interaksi ayah dengan ibu, komunikasi
ayah dengan tetangga, bahkan hingga cara
berjalan dan tertawa, bisa ditiru oleh anak.
24
25
Kasih Sayang
Kita sepakat
bahwa kasih sayang,
kelembutan, dan
kehangatan yang tulus
adalah hal penting
dalam mendidik anak.
Anak merasakan
semua itu dari
hangatnya komunikasi
ayah kepada anak,
ekspresi raut muka,
hingga pelukan atau
ciuman penuh kasih
sayang dari sang
ayah.
26
Bersikap Adil
Ayah perlu berlaku
adil pada anak-anaknya.
Mulai dari hal yang tampak
sepele, seperti pelukan,
hingga soal pemberian.
Terutama, jika memiliki
anak lebih dari satu. Rasa
iri dengki anak sering
muncul akibat tak adanya
rasa dan sikap adil yang
ditunjukkan orang tua
kepada mereka. Karena
itu, ayah harus berusaha
seadil mungkin kepada
anak-anaknya.
27
Bijaksana dalam Membimbing
Ayah perlu bertindak secara
benar, sederhana, dan memudahkan.
Bukan malah memaksakan
kehendak dan menyulitkan anak.
Manfaatkan waktu dengan baik
saat ayah membimbing anak.
Ajaklah anak berbincang dengan
nyaman. Bersikaplah wajar dan tidak
berlebihan.
Mendidik anak memerlukan
kelembutan, tahapan dari kondisi
yang satu ke kondisi yang lain,
tidak menerapkan kekerasan, dan
berpegang pada keseimbangan hadiah
dan hukuman yang mendidik.
28
Berdoa
Kita meyakini, anak-anak
adalah titipan Tuhan. Sudah
semestinya jika kita senantiasa
meminta pertolongan dan
berdoa kepada Tuhan agar
anak-anak kita senantiasa
dalam bimbinganNya. Selain
itu, memberikan guna dan
manfaat sebesar-
besarnya untuk
masyarakat, nusa,
dan bangsa tercinta.
29
Ayah, Dampingi
Anakmu
30
Scott & De La Hunt (2011),
menyampaikan beberapa pengaruh
pendampingan ayah terhadap
perkembangan anak. Di antaranya:
Wahai ayah, apa lagi yang engkau
tunggu? Inilah saatnya bagimu
menggamit tangan mungil anak-
anakmu. Jangan tunda lagi. Mumpung
hadirmu masih mereka nanti-nanti.
Sebelum kelak tiba bagi mereka mandiri
dan pergi.
Jadikan tanganmu sebagai ayunan
mereka. Bahumu sebagai dudukan
mereka. Punggungmu sebagai
tunggangan mereka. Jadilah nafas bagi
kegiatan sehari-hari mereka. Masa ini
tidak lama. Anak-anak cepat sekali
besar dan menjadi dewasa. Jika masa
itu tiba, engkau tak bisa memutar balik
waktunya.
Pengaruh Pendampingan Ayah bagi Anak
Sosial-emosional anak
Intelektual anak
Perkembangan bahasa anak
Perkembangan motorik anak
1
2
3
4
31
Sosial-emosional Anak
Ayah yang terlibat mengasuh anak
sejak awal terbukti memberi kontribusi
terhadap berkembangnya rasa aman
dalam sisi emosi anak. Perhatian dan kasih
sayang ayah kepada anak semasa bayi
memberi sumbangan besar bagi terjalinnya
kedekatan emosi ayah dengan anak.
Anak-anak yang memiliki hubungan
yang dekat dengan ayah mereka cenderung
memiliki harga diri yang tinggi dan jarang
mengalami depresi. Waktu berkualitas
ayah dan anak meningkatkan harga
diri, keyakinan, kompetensi sosial, dan
keterampilan-keterampilan hidup anak.
Keterlibatan para ayah dalam
kehidupan anak-anak mereka sebelum usia
7 tahun bisa membantu anak-anak tersebut
mengatasi masalah yang terjadi saat proses
penyesuaian sosial selama masa remaja.
Banyak yang bisa ayah lakukan untuk
membangun sosial emosional anak.
Menjadi teman bermain misalnya.
Ayah dengan karakternya yang
maskulin akan memberi asupan emosional
yang berbeda dari hasil interaksi
anak dengan ibunya. Ibu cenderung
memberi rangsangan kelembutan
pada anak. Sedangkan ayah cenderung
menumbuhkan rasa percaya diri dan jiwa
mandiri. Ini akan membuat anak tumbuh
menjadi pribadi yang seimbang.
32
33
Bermain bersama anak dapat
menumbuhkan kegembiraan. Apalagi,
jika permainan itu dilakukan dengan
atraktif dan menyenangkan. Misalnya,
mengadakan lomba lari dengan anak.
Ayah mendesain sedemikian rupa,
sehingga perlombaan itu dimenangkan
oleh anak.
Selain menyenangkan hati anak,
menumbuhkan rasa sayang pada ayah,
aktivitas seperti itu juga menumbuhkan
rasa percaya diri pada diri anak.
Bermain dan berinteraksi
dengan anak membuat ayah mudah
melakukan pengamatan. Perilaku-
perilaku dan kecenderungan karakter
seperti apa yang mesti didukung dan
dikembangkan; perilaku mana yang
mesti dihilangkan. Ini bisa dilakukan
lewat metode hadiah dan hukuman.
Ketika anak menunjukkan sikap dan
perilaku positif, mereka diberi hadiah
pujian, elusan yang lembut di kepala,
acungan jempol, atau kata-kata yang
menggelembungkan rasa percaya diri.
Sebaliknya, ketika anak menunjukkan
sikap dan perilaku yang tidak baik,
maka ayah “menghukum” dengan cara
mengabaikan dan segera mengalihkan
pada kegiatan lain.
34
35
36
Anak yang cukup mendapatkan
apresiasi positif dan bantuan dari ayahnya
cenderung mampu meraih skor lebih
tinggi dalam tes-tes kecerdasan emosi
dibandingkan anak yang gersang dari
sentuhan ayahnya.
Bersama ayah, anak dapat
menyalurkan dorongan kekerasan yang
mungkin muncul dengan cara yang
positif. Sebab, anak memiliki peluang
melakukan permainan fisik yang
menguras tenaga jika bermain bersama
ayah mereka.
Sikap ayah selama bermain bersama
anak juga memiliki pengaruh yang besar
dalam membangun cara pandang positif
terhadap diri anak. Cara ayah memanggil
anak, misalnya. Anak yang dipanggil
dengan panggilan yang baik, ia akan
merasa dihargai. Akibatnya, ia pun lebih
mampu menghargai dirinya sendiri.
Anak juga akan merasa berharga dan
penting manakala ayah mau mengabulkan
keinginan mereka yang baik. Mengabulkan
keinginan anak ini dapat sekaligus menjadi
sarana bagi ayah untuk mengarahkan
bakat anak. Misalnya, ketika ayah merasa
anaknya memiliki kemampuan bertutur
yang baik, maka ketika anak saat minta
dibelikan buku, ayah lebih memudahkan
dibanding permintaan anak pada hal yang
lain.
37
Intelektual Anak
Ayah yang membangun kedekatan
dengan anak sejak mereka dalam buaian,
dan mau bermain dengan mereka sejak
kecil, akan meningkatkan kualitas IQ,
kemampuan bahasa, dan berpikir anak
yang lebih baik.
Gaya permainan ayah yang cenderung
dominan dengan fisik, memberi kesempatan
pada anak untuk mengambil risiko serta
memecahkan masalah dengan tubuhnya.
Yang mana, itu mungkin akan sulit didapatkan
ketika mereka bermain bersama ibunya.
Karakter ayah pada umumnya
cenderung memberi tantangan pada
anak untuk menyelesaikan masalah
mereka sendiri. Ini sangat berguna untuk
menumbuhkan kemandirian anak. Ayah
kadang juga menemukan cara bermain yang
38
baru dan tak terduga yang
membuat anak lebih kaya ide
dan wawasan kreativitasnya.
39
Perkembangan Bahasa Anak
Ayah cenderung
mengembangkan pola komunikasi
menggali. Ayah suka bertanya
apa, siapa, kenapa, kapan, dimana,
terhadap apa yang dilakukan anak.
Pola komunikasi ini cenderung lebih
merangsang percakapan. Oleh
karena itu, ia dapat merangsang
keterampilan berpikir serta mengasah
kemampuan bahasa anak. Itulah
kenapa, anak usia 2 tahun yang cukup
mendapat rangsangan beragam kosa
kata dari ayahnya, akan cenderung
memiliki keterampilan bahasa yang
lebih baik setahun kemudian.
40
Begitu juga dengan anak
perempuan yang rutin dibacakan
buku oleh ayahnya, mereka
cenderung memiliki kemampuan
bahasa yang lebih baik.
Oleh karena itu, seorang ayah
semestinya tidak meremehkan
kegiatan sederhana bersama anak
mereka. Walau sekadar bercerita,
bincang ringan, atau sekadar main
tebak-tebakan. Dengan adanya
kedekatan emosi, plus berbagai
kosakata baru dari ayah, hal itu dapat
menjadi rangsangan bagi pikiran anak
serta menjadi referensi bagi ekspresi
bahasa mereka.
41
Perkembangan Motorik Anak
Sebagaimana yang telah
disinggung di atas, bahwa
permainan bersama ayah cenderung
kental warna maskulinnya. Hal
ini dicirikan dengan dominannya
permainan yang melibatkan aktivitas
fisik.
Sebagaimana yang diungkap
dalam penelitian bahwa anak
cenderung memiliki skor tes
perkembangan gerak yang tinggi
ketika ayah mereka ikut terlibat
dalam pengasuhannya. Anak juga
cenderung lebih mampu mengontrol
emosi saat mereka terlibat dalam
kontak fisik.
Kuncinya ada pada pembiasaan
dan latihan. Dalam permainan
fisik dengan ayah sangat mungkin
terkandung adanya unsur olah raga.
Seperti berlari, melompat, bahkan
bergulat. Anak berlatih mengontrol
emosi ketika berhadapan dengan
orang yang lebih dewasa dalam
permainan yang mereka lakukan.
Selain itu, seorang ayah akan
cenderung lebih mudah mengontrol
pola makan dan pola minum anak,
mengajari mereka pertolongan
pertama ketika terluka, juga
mengatur waktu istirahatnya.
42
43
Mulailah Sekarang
44
Menjadi ayah itu bukan “sekadar”.
Ia adalah keistimewaan, kemuliaan,
sekaligus tanggung jawab besar.
Ya. Letaknya pada ayah. Ayah yang
rela berpayah untuk masa depan anak-
anaknya.
Dari yang sederhana dan kecil,
mulailah kita berperan dengan benar.
Sebagai ayah yang sebenarnya untuk
anak-anak kita. Anak-anak yang kelak
kita harapkan kontribusi terbaiknya untuk
dirinya, keluarga, nusa, bangsa, bahkan
untuk seluruh umat manusia. Inilah anak-
anak yang merasakan keterlibatan penuh
tanggung jawab dari ayah-ayah mereka,
di tiap tahap kehidupan mereka.
45
Catatan
Catatan
Narahubung:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan MenengahDirektorat Pendidikan Anak Usia Dini
Komplek Kemendikbud
Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E lt. 7 Senayan Jakarta 10270
Surel: [email protected]
Telp: (021) 572-5495
paudpedia
48
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanDirektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan MenengahDirektorat Pendidikan Anak Usia Dini2020