STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER...

23

Transcript of STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER...

Page 1: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT
Page 2: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT
Page 3: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS

(BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA-MALAYSIA

Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Disusun oleh: Sandy Nur Ikfal Raharjo, M.Si (Han)

Drs. Bayu Setiawan, MA Muhammad Fakhry Ghafur, Lc, M.Ag

Esty Ekawati, M.IP

Pusat Penelitian Politik dan Pusat Penelitian KependudukanLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Jakarta, 2017

Policy Paper

Page 4: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Politik LIPI)Gedung Widya Graha LIPI, Lt. III & XIJl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp. / fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI

dengan

Pusat Penelitian Kependudukan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Kependudukan LIPI)Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XJl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp. / fax : 021 - 522 1687 | Website: www.kependudukan.lipi.go.id Twitter: @ppk_lipi

Desain pra cetak: Prayogoiv + 16 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, Desember 2017

Policy Paper

STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA-MALAYSIAUpaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Disusun oleh:

Sandy Nur Ikfal Raharjo, M.Si (Han)Drs. Bayu Setiawan, MA Muhammad Fakhry Ghafur, Lc, M.AgEsty Ekawati, M.IP

ISBN: 978-979-3384-91-7 © P2 Politik LIPI

Page 5: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

v A. Pendahuluan ___1

v B. Kebijakan Kerja Sama Lintas Batas (BCA) Indonesia-Malaysia___3

v C. Implementasi Kerja Sama Lintas Batas: Kelebihan dan Kekurangan ___6

v D. Rekomendasi ___9

v E. Daftar Pustaka ___14

DAFTAR ISI

Page 6: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT
Page 7: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

1Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Policy Paper

Sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut yang berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, Timor Leste, Palau, dan Papua Nugini.

STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT)

INDONESIA - MALAYSIAUpaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

A. PENDAHULUAN

Sebagai sebuah negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut yang

berbatasan dengan 10 negara yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Australia, Timor Leste, Palau, dan Papua Nugini. Kawasan perbatasan laut tersebut mencakup 111 pulau kecil terluar yang tersebar di 22 provinsi.1 Sebagian dari pulau-pulau tersebut dihuni oleh masyarakat.

Namun sayangnya, kondisi ketahanan sosial masyarakat pulau-pulau kecil terluar masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah Pulau Sebatik yang terletak di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Pulau ini terletak di ujung utara Indonesia dan terbagi atas dua bagian, sebelah selatan milik Indonesia, sementara sebelah

1 Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau Pulau Kecil Terluar.

utara milik Malaysia. Pulau ini juga mempunyai tiga titik dasar untuk garis pangkal lurus kepulauan Indonesia, yaitu TD36, TD36A, dan TD36B.

Sebagai salah satu pulau kecil terluar, Pulau Sebatik masih memiliki masalah dalam kondisi ketahanan sosialnya. Persoalan ketahanan

sosial tersebut dapat dilihat dari kondisi modal alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi/keuangan, dan modal politik. Jika berkaca pada

modal-modal tersebut maka secara umum ketahanan sosial masyarakat Pulau Sebatik masih rentan.

Untuk modal alam, Pulau Sebatik memiliki potensi kekayaan terutama pertanian-perkebunan dan perikanan. Komoditas yang menjadi andalan bagi warga adalah pisang, sawit, dan kelapa yang dijual ke Tawau, Malaysia. Namun demikian, masyarakat Sebatik menghadapi keterbatasan air bersih.

Page 8: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 2

... secara umum PDRB perkapita di Nunukan, termasuk Sebatik, cukup besar yaitu Rp. 93.045.780 perkapita/pertahun atau Rp 7.753.815 perkapita/perbulan, tetapi mayoritas masyarakat yang bekerja di sektor pertanian (termasuk perikanan) hanya Rp 18.705.300 perkapita/pertahun atau Rp 1.558.775 perkapita/perbulan

Mereka mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan harian. Padahal, air adalah kebutuhan dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

Untuk modal fisik, infrastruktur transportasi laut secara umum sudah cukup baik. Ada kapal motor yang melayani rute Sebatik ke Tarakan. Ada pula kapal-kapal cepat milik warga yang melayani rute Sebatik ke Nunukan. Adapun untuk infrastruktur darat, sebagian besar jalan sudah beraspal, walaupun di beberapa titik kondisinya memprihatinkan akibat jalan longsor yang belum diperbaiki. Untuk infrastruktur pendidikan dan kesehatan, terdapat fasilitas sekolah dari SD sampai SMA serta puskesmas dan posyandu di kecamatan-kecamatan pulau ini. Namun demikian, belum tersedia rumah sakit untuk rawat inap. Selama ini, warga yang butuh dirujuk harus menyeberang ke Nunukan yang membutuhkan waktu dan biaya yang lebih banyak.

Untuk modal sumber daya manusia, warga Sebatik berusia 15 tahun ke atas yang bekerja paling banyak hanya lulusan SD (37,52%).2 Hal 2 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka

2015, (Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015).

ini dipengaruhi oleh terbatasnya sarana-prasarana pendidikan tingkat menengah seperti ketersediaan sekolah dan tenaga pengajar, serta kekurangmampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk modal ekonomi dan keuangan, secara umum masyarakat Sebatik bermata pencaharian sebagai petani/pekebun, nelayan, dan pedagang. Namun dalam struktur ekonomi Kabupaten Nunukan, pertanian mulai dikalahkan oleh pertambangan sebagai sektor yang paling berkontribusi terhadap PDRB, yaitu 55,07% pada tahun 2014, sementara sektor pertanian hanya 20,10%.3 Jadi, walaupun secara umum PDRB perkapita di Nunukan, termasuk Sebatik, cukup besar yaitu Rp 93.045.780 perkapita/pertahun atau Rp 7.753.815 perkapita/perbulan,4 tetapi untuk mayoritas masyarakat yang bekerja di sektor pertanian (termasuk perikanan) hanya Rp 18.705.300 perkapita/pertahun atau Rp 1.558.775 perkapita/perbulan.5 Angka ini lebih kecil dari rata-rata kebutuhan hidup layak di Nunukan tahun 2014, yaitu sebesar Rp 2.189.365.6

Untuk modal politik, pemerintah pusat memberikan perhatian yang besar terhadap Pulau Sebatik. Mereka mengalokasikan anggaran sebesar 1,08 triliun untuk pembangunan di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan pada

3 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka 2015, 278.

4 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka 2015, 289.

5 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka 2015, 288.

6 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka 2015, 62.

Page 9: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

3Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

... salah satu fakta perbatasan yang menarik adalah adanya pertalian keluarga, suku, dan budaya yang relatif kuat antara masyarakat perbatasan di sisi Indonesia dengan masyarakat perbatasan di sisi Malaysia.

tahun 2015. Kemudian, mengingat Sebatik adalah wilayah perbatasan yang rawan terhadap pelanggaran kedaulatan, di Sebatik terdapat satuan tugas pengamanan perbatasan (satgas pamtas) TNI AD maupun Pos AL. Namun demikian, jumlah personil yang terbatas dan kurangnya sarana operasi membuat pengamanan wilayah perbatasan menjadi kurang optimal. Padahal, wilayah ini dekat dengan Perairan Tawi-Tawi di Filipina Selatan yang merupakan wilayah konflik separatis dan rawan perompakan. Selain itu, masyarakat Sebatik juga menghadapi tantangan eksternal yaitu maraknya penyelundupan barang terlarang (narkoba) dari Malaysia.

Kondisi di atas menggambarkan kerentanan (vulnerability) masyarakat pulau-pulau kecil terluar. Dalam rangka mengatasi masalah diatas, pemerintah Indonesia sendiri mengalami berbagai kendala. Pertama, pemerintah tidak dapat menutup kawasan perbatasan dari dunia luar, karena fenomena globalisasi memang sudah menjangkau kawasan perbatasan Indonesia. Kedua, pemerintah Indonesia juga memiliki keterbatasan kemampuan untuk dapat mengatasi semua persoalan di atas secara mandiri. Kondisi ini menjadi dasar bagi perlunya solusi alternatif untuk meningkatkan ketahanan sosial masyarakat pulau-pulau kecil terluar.

Di tengah berbagai persoalan di atas, salah satu fakta perbatasan

yang menarik adalah adanya pertalian keluarga, suku, dan budaya yang relatif kuat antara masyarakat perbatasan di sisi Indonesia dengan masyarakat perbatasan di sisi Malaysia. Mereka terdiri atas berbagai suku yang berasal dari Bugis, Jawa, Tidung, dan Flores.7 Mereka hidup dalam suasana yang harmonis dan penuh kekeluargaan. Selain itu, masyarakat Sebatik sudah sejak lama berinteraksi dengan masyarakat Tawau. Kedekatan geografis

dan ikatan kekerabatan menjadi pendorong interaksi tersebut. Hal ini menunjukkan kuatnya modal sosial di antara warga perbatasan kedua negara.

Modal tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan sosial masyarakat pulau-pulau kecil terluar perbatasan Indonesia-Malaysia.

B. KEBIJAKAN KERJA SAMA LINTAS BATAS (BCA) INDONESIA-MALAYSIAHubungan kekerabatan dan perdagangan tradisional masyarakat Sebatik dan masyarakat Tawau sudah terjalin lama. Mereka melakukan kunjungan keluarga, upacara keagamaan, dan perdagangan meskipun dipisahkan oleh garis imajiner kedaulatan negara. Demi melegalkan

7 Badan Pusat Statistik, Nunukan dalam Angka 2015, (Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015).

Page 10: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 4

Berdasarkan perjanjian lintas batas (BCA) tahun 1984, aktivitas lintas batas yang dapat dilakukan oleh masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia adalah kunjungan keluarga, kegiatan sosial/hiburan, keperluan keagamaan, usaha/perdagangan. ..

aktivitas lintas batas tersebut, Indonesia dan Malaysia menyepakati perjanjian lintas batas berupa Basic Arrangement on Border Crossing dan Basic Arrangements on Trade and Economic Relations yang ditandatangani oleh kedua negara pada tahun 1967.

Seiring dengan perkembangan wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, pada tahun 1984 kedua negara menandatangani kesepakatan baru berupa Agreement on Border Crossing between the Republic of Indonesia and Malaysia atau yang dikenal dengan Border Crossing Agreement (BCA). Pemberlakuan BCA tahun 1984 ini sekaligus mencabut BCA tahun 1967. Pada tahun 2006,8 kedua negara kembali menyepakati BCA baru, tetapi belum diratifikasi. Dengan demikian, perjanjian yang berlaku saat ini adalah BCA tahun 1984.

Berdasarkan perjanjian lintas batas (BCA) tahun 1984, aktivitas lintas batas yang dapat dilakukan oleh masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia adalah kunjungan keluarga, kegiatan sosial/hiburan, keperluan keagamaan, usaha/perdagangan, tugas pemerintah dan

8 Meski saat ini Pemerintah Indonesia belum meratifikasi perjanjian tersebut

keperluan lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.9

Selain BCA, kedua negara juga menyepakati Agreement on Border Trade between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Malaysia pada 24 Agustus 1970 di Jakarta, atau yang biasa disebut sebagai Border Trade Agreement (BTA). BTA ini merujuk pada BCA 1967 dan belum pernah direvisi hingga tahun 2016. BTA yang disepakati pada tahun 1970 merupakan landasan hukum bagi pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk mengatur aktivitas perdagangan lintas batas di perbatasan kedua negara, termasuk di Sebatik dan Tawau. 10

9 Persetujuan mengenai lintas batas antara Republik Indonesia dan Malaysia (BCA) tahun 1984 pasal 2

10 Sei pancang merupakan entry/exit point yang terletak di pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan yang terdaftar dalam persetujuan mengenai lintas batas antara Republik Indonesia dan Malaysia tahun 1984.

Page 11: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

5Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Tabe

l 1. K

erja

Sam

a Li

ntas

Bat

as In

done

sia-M

alay

sia

Jeni

s Ker

ja

Sam

a Su

mbe

r D

okum

en

W

ilaya

h C

akup

an

A

ktiv

itas

Pas L

inta

s B

atas

Pos L

inta

s B

atas

N

ilai K

uota

Kom

odita

s B

aran

g

Lint

as B

atas

In

done

sia-

Mal

aysi

a

BC

A 1

984

Indo

nesia

: K

ecam

atan

pe

rbat

asan

di

Kal

bar,

Kal

tim,

Ria

u, d

an K

epri

kunj

unga

n ke

luar

ga,

sosi

al/b

uday

a,

perd

agan

gan

linta

s ba

tas,

tuga

s pe

mer

inta

han,

dan

tu

juan

-tuju

an la

in

yang

dis

epak

ati o

leh

kedu

a pi

hak

Mas

a B

erla

ku:

2 ta

hun

Mal

aysia

: dis

trik

dan

subd

istri

k pe

rbat

asan

di S

abah

, Sa

raw

ak, M

alak

a,

Joho

r, Se

lang

or, d

an

Neg

eri S

embi

lan

Mas

a K

unju

ngan

: 14

har

i

Perd

agan

gan

Lint

as B

atas

In

done

sia-

Mal

aysi

a

BTA

197

0 In

done

sia:

Kab

upat

en K

ubu,

B

angk

o, R

upat

, B

engk

alis

, Buk

it B

atu,

Mer

bau,

Pul

au

Ren

gsan

g, K

ampa

r, ba

gian

wila

yah

adm

inis

tarti

f di

Kep

ri, P

ulau

Ta

mbe

lan,

dan

N

unuk

an.

Perd

agan

gan

Lint

as

Bat

as

46

cro

ssin

g po

ints

, te

rmas

uk

Nun

ukan

dan

Su

ngai

Pa

ncan

g

Via

Lau

t: 6

00

ringg

it/

pera

hu/p

erja

lana

n V

ia D

arat

: 60

0 rin

ggit/

or

ang/

bula

n

Indo

nesia

: pr

oduk

per

tani

an

dan

prod

uk la

in,

kecu

ali m

iner

al o

il da

n or

es

Mal

aysia

: Joh

or

Bah

ru, B

atu

Paha

t, M

alak

a, P

elab

uhan

Sw

ette

nham

, Pe

nang

, Sem

atan

, K

uchi

ng, L

undu

, da

n Ta

wau

Mal

aysia

: bar

ang-

bara

ng k

onsu

msi

ke

butu

han

seha

ri-ha

ri te

rmas

uk

pera

lata

n ru

mah

ta

ngga

dan

pe

rkak

as,

yan

g di

butu

hkan

ole

h in

dust

ri

Page 12: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 6

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2016-2017, pelaksanaan kerja sama lintas batas memberikan dampak positif pada kondisi ketahanan sosial masyarakat Pulau Sebatik.

C. IMPLEMENTASI KERJA SAMA LINTAS BATAS: KELEBIHAN DAN KEKURANGANBerdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2016-2017, pelaksanaan kerja sama lintas batas memberikan dampak positif pada kondisi ketahanan sosial masyarakat Pulau Sebatik. Dampak positif tersebut terlihat dalam enam indikator modal ketahanan sosial, yaitu alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan keuangan, sosial, dan politik.

Pertama, dari sisi modal alam, pulau Sebatik dianugerahi sumber daya alam yang sangat melimpah, baik berupa hasil pertanian maupun perkebunan, seperti kelapa sawit, kakao, dan pisang serta hasil tangkapan ikan.11 Dalam pelaksanaan kerja sama lintas batas, terjadi peningkatan aktivitas untuk memanfaatkan modal alam tersebut secara lebih optimal, seperti menjual hasil alam tersebut ke Tawau dengan harga jual yang lebih tinggi.

Kedua, dari sisi modal fisik, kerjasama lintas batas membuat masyarakat Sebatik mendapatkan fasilitas layanan Pos Lintas Batas di Sei Pancang untuk dapat melintas ke Tawau dengan mudah. Sarana ini membantu warga untuk melakukan kunjungan sosial maupun perdagangan lintas batas. Namun, pada tahun 2011 PLB di

11 Badan Pusat Statistik, Potret Usaha Pertanian Kabupaten Nunukan Menurut Subsektor, (Nunukan: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Nunukan, 2013).

Sei Pancang ditutup untuk lalu lintas orang dan dialihkan ke PLB yang ada di Nunukan. Dengan kata lain, warga Sebatik yang hendak melintas harus mengurus cap imigrasi di Nunukan sebelum berangkat ke Tawau. Hal ini sangat memberatkan warga Sebatik dari segi biaya dan waktu. Pada akhirnya penutupan PLB di Sei Pancang semakin memicu aktivitas lintas batas ilegal. Karena itu, pemerintah perlu mengkaji ulang dan melakukan revisi terkait dengan penutupan PLB di Sei Pancang.

Ketiga, terkait modal sumber daya manusia, kerjasama lintas batas yang

sudah terjalin masih terbatas pada bidang sosial budaya. Sementara itu, bidang-bidang yang terkait SDM seperti kesehatan dan pendidikan

tidak tercantum dalam poin perjanjian. Meski demikian, fasilitas yang disediakan untuk aktivitas lintas batas telah memudahkan warga Sebatik untuk mengakses sarana kesehatan di Malaysia yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan yang ada di Sebatik, bahkan di Nunukan. Sehingga dalam kondisi darurat yang membutuhkan rawat inap, banyak warga Sebatik lebih memilih berobat ke fasilitas kesehatan di Tawau dibanding rumah sakit yang ada di Nunukan yang jaraknya lebih jauh.

Keempat, untuk modal ekonomi dan keuangan, fasilitas perdagangan Sebatik-Tawau dengan kuota 600 RM dimanfaatkan warga Sebatik

Page 13: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

7Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

... dari sisi modal sosial, kerja sama lintas batas sudah diterapkan, interaksi dan hubungan sosial antara masyarakat Sebatik dan Tawau semakin mudah karena adanya fasilitas Pas Lintas Batas (PLB) dan pembanguna Pos Lintas Batas.

untuk menjual hasil bumi dan laut ke Tawau. Uang hasil penjualan tersebut dibelanjakan untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari, seperti beras, minyak, biskuit, minuman dan LPG dari Tawau. Meski demikian, kuota 600 RM dianggap oleh sebagian warga masih belum mencukupi. Oleh karena itu, warga berharap agar nilai kuota barang bawaan ditambah menjadi 500 dolar, dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kelima, dari sisi modal sosial, kerja sama lintas batas sudah diterapkan, interaksi dan hubungan sosial antara masyarakat Sebatik dan Tawau semakin mudah karena adanya fasilitas Pas Lintas Batas (PLB) dan pembangunan Pos Lintas Batas. Banyak warga Sebatik, terutama di Desa Aji Kuning yang melakukan kunjungan kekeluargaan ke Tawau untuk menghadiri acara pernikahan, kematian, dan upacara adat lainnya. Setiap tanggal 17 Agustus juga diselenggarakan pertandingan olah raga seperti bulu tangkis, voli, dan sepak bola yang melibatkan warga dari kedua negara. Namun, sejak PLB

di Sei Pancang ditutup dan dialihkan ke Kabupaten Nunukan, banyak warga yang pada akhirnya memilih untuk melakukan aktivitas lintas batas ilegal. Selain itu, warga juga memanfaatkan Identity Card (IC) Malaysia milik kerabat mereka untuk aktivitas lintas batas. Bahkan, diantara warga ada yang mempunyai kewarganegaraan ganda. Penutupan ini juga berimbas pada semakin berkurangnya jumlah pelintas batas resmi. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah, jumlah pelintas batas yang melewati pos Sei Pancang semakin sedikit yaitu anak buah kapal.

Tabel 2. Pelintas Batas dengan Menggunakan Pas Lintas Batas melalui Pos Sei Pancang 2010-2014

Sumber: Kantor Imigrasi II Nunukan. 2016

Tahun WNI WNA Berangkat Datang Berangkat Datang

2010 28479 27895 92 97 2011 29107 29107 109 108 2012 32251 30310 106 110 2013 5358 5358 0 0 2014 4948 4948 0 0

Page 14: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 8

... masalah pengamanan di perbatasan juga belum termasuk dalam bidang yang diakomodasi oleh BCA dan BTA. Hal ini semakin membuat kegiatan lintas batas ilegal menjadi sulit dikontrol.

Keenam, untuk modal politik, pelaksanaan kerjasama lintas batas antar lembaga politik di kedua negara tampaknya belum dapat terwujud karena sejumlah kendala. Meski demikian, kedua negara sudah melaksanakan kerjasama politik dan keamanan untuk mewujudkan suasana yang aman dan damai di perbatasan. Adapun untuk mendukung terciptanya suasana politik dan keamanan yang kondusif di wilayah Sebatik, pemerintah RI-Malaysia melakukan kerjasama untuk menjaga pertahanan dan keamanan di sepanjang wilayah perbatasan. Adanya kerjasama ini pada awalnya dapat memberikan legitimasi hukum yang kuat bagi warga Sebatik untuk semua aktivitas lintas batas tradisionalnya menjadi legal. Namun demikian, penutupan PLB di Sebatik atas permintaan pemerintah Malaysia karena kapal yang digunakan untuk aktivitas lintas batas tidak memenuhi standar internasional, membuat kegiatan lintas batas ilegal justru semakin marak terjadi. Kemudian, masalah pengamanan di perbatasan juga belum termasuk dalam bidang yang diakomodasi dalam BCA dan BTA. Akibatnya, kegiatan lintas batas ilegal menjadi lebih sulit dikontrol. Meski demikian, seiring dengan perkembangan keamanan maritim di perbatasan Indonesia, Malaysia, dan Filipina terkait aksi radikalisme yang dilakukan ISIS di Marawi, Filipina

Selatan membuat pemerintah ketiga negara bersepakat untuk meningkatkan patroli gabungan lintas batas. Hal ini tentu akan menguntungkan bagi pengamanan perbatasan Sebatik yang dekat dengan wilayah konflik.

Dari penjelasan terhadap enam modal ketahanan sosial di Pulau Sebatik di atas, kerja sama lintas batas memberi dampak positif bagi ketahanan sosial masyarakat Sebatik. Akan tetapi, dalam implementasi tersebut, masih terdapat sejumlah persoalan:

1) Pertama, terkait dengan BCA, terjadi penutupan Pos Lintas

Batas (PLB) Sei Pancang. Alasannya, Malaysia mempersoalkan sarana transportasi lintas batas yang tidak sesuai dengan

standar internasional. Menurut mereka, kapal yang seharusnya digunakan untuk kegiatan lintas batas antarnegara wajib menggunakan material besi. Sedangkan kapal/perahu/speedboat yang beroperasi di Sei Pancang dan Bandar Tawau menggunakan material kayu dan fiber. Dampak dari keberatan pihak Malaysia ini menyebabkan aktivitas lintas batas terutama bagi penumpang hanya dapat dilakukan di Pelabuhan Tunontaka, Nunukan. Pelabuhan Sei Pancang hanya untuk lalu lintas barang, bukan untuk penumpang.

Page 15: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

9Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Artinya, masyarakat Sebatik yang melakukan perdagangan tradisional ke Tawau harus mengurus cap Pas Lintas Batas ke Imigrasi Nunukan. Namun, barang mereka tetap dapat diberangkatkan dari Sei Pancang dengan menggunakan fasilitas Kartu Identitas Lintas Batas (KILB).12

2) Persoalan kedua yaitu terkait dengan BTA 1970 pasal 1 mengenai komoditas barang dagangan. Barang yang bisa diperdagangkan dari Indonesia adalah produk pertanian, sementara yang tidak boleh adalah minyak bumi dan hasil tambang. Sedangkan komoditas dari Malaysia yang diizinkan adalah bahan-bahan kebutuhan pokok dan peralatan penunjang untuk industri lainnya. Padahal, Sebatik juga menjadi penghasil produk perikanan dan produk olahan seperti keripik pisang, kerupuk ikan dan minyak kelapa sawit (CPO).

3) Persoalan ketiga yakni terkait pasal 3 BTA 1970 tentang nilai barang bawaan. Barang yang dibawa oleh pelintas batas via darat tidak boleh melebihi 600 Ringgit Malaysia per-orang per-bulan. Sementara untuk perdagangan lintas batas laut tidak boleh melebihi 600 Ringgit Malaysia per-perahu/per-perjalanan.13 Terkait

12 Kartu Identitas Lintas Batas (KILB) adalah kartu yang dikeluarkan oleh kantor pabean yang membawahi pos pemeriksaan lintas batas yang diberikan kepada pelintas batas setelah dipenuhi persyaratan tertentu. Lihat: http://bctemas.beacukai.go.id/faq/impor-barang-pelintas-batas/, pada 31 Mei 2017

13 Lihat: Agreement on Border Trade Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Malaysia. Ditetapkan Pada 24 Agustus 1970

dengan perbatasan laut, nilai 600 RM sudah tidak lagi relevan. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut.a. Terjadi inflasi yang

menyebabkan kuantitas barang yang dapat dibeli warga perbatasan dengan uang 600 ringgit pada tahun sekarang (2017) lebih sedikit dibanding pada tahun 1970-an.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita penduduk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tingkat kebutuhan masyarakat juga semakin beragam.

c. Penggunaan mata uang Ringgit Malaysia sebagai standar dalam BTA perlu ditinjau ulang. Penggunaan ringgit tersebut seolah menunjukkan superioritas Malaysia terhadap Indonesia. Padahal, kedudukan kedua negara dalam perjanjian tersebut setara.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa perjanjian BCA 1967 dan BTA 1970 tidak lagi relevan dengan kondisi masyarakat perbatasan Sebatik-Tawau. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan ulang atas dua perjanjian tersebut.

D. REKOMENDASIBerdasarkan analisis dari peneliti dan masukan dari masyarakat perbatasan, berikut ini adalah beberapa rekomendasi yang diusulkan:

Page 16: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 10

1) Sebagai pulau kecil terluar, Sebatik perlu dikembangkan menjadi wilayah lalu lintas pelayaran, perniagaan dan perdagangan antarpulau maupun perdagangan internasional dengan Negara Malaysia. Untuk perdagangan antarpulau, perlu optimalisasi program Tol Laut yang saat ini sudah masuk ke Pelabuhan Sei Pancang, Pulau Sebatik. Pengusaha dan masyarakat lokal perlu dihubungkan dengan pengusaha besar di Jawa (Surabaya) untuk dapat memenuhi kebutuhan barang-barang masyarakat Sebatik, sekaligus memasarkan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan industri rumah tangga warga Sebatik. Untuk jaringan internasional, perlu revitalisasi jalur pelayaran perdagangan melalui pengembangan pelabuhan dan kapal angkut barang yang memenuhi standar internasional atau yang disepakati kedua negara. Saat ini, jalur pelayaran tersebut masih melalui Sungai Aji Kuning dan masih terdapat banyak perdagangan ilegal.

2) Pos Lintas Batas di Sebatik (Sei Pancang) yang ditutup untuk lalu lintas penumpang perlu dibuka kembali. Untuk keperluan tersebut, Pos Lintas Batas tersebut perlu dilengkapi dengan fasilitas Kepabeanan (Custom), Imigrasi (Immigration), Karantina (Quarantine), dan Keamanan (Security). Selain itu, penggunaan kapal tradisional milik warga untuk melakukan lintas batas juga perlu diperjuangkan oleh

pemerintah Indonesia terhadap pemerintah Malaysia. Jika tidak, pemerintah harus menyediakan kapal penumpang yang memenuhi standar kedua negara. Hal ini memerlukan sinergi antara perjanjian BCA 1967 dan BTA 1970 dengan Kesepakatan Sosek-Malindo. Pembukaan kembali pos lintas batas tersebut akan dapat mencegah terjadinya lintas batas penduduk secara ilegal.

3) Cakupan kegiatan lintas batas yang dibolehkan dalam BCA perlu diperluas. Selama ini, kegiatan yang dibolehkan adalah kunjungan keluarga, kegiatan sosial/hiburan, keperluan keagamaan, usaha/perdagangan, tugas pemerintah dan keperluan lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Kegiatan lintas batas yang perlu ditambah adalah keperluan kesehatan (berobat), pendidikan (sekolah), dan pekerjaan yang selama ini sudah dilakukan dan dibutuhkan oleh warga perbatasan. Untuk aktivitas-aktivitas di atas, perlu ada kesepakatan bilateral untuk penyetaraan perlakuan khusus untuk warga perbatasan.

4) Komoditas barang dalam BTA perlu diperluas. Selama ini, komoditas perdagangan yang dibolehkan dari sisi Indonesia adalah produk pertanian dan produk lain, kecuali mineral oil dan ores (minyak dan bahan/bijih tambang). Komoditas tersebut perlu diperluas menjadi produk pertanian dan olahannya, produk perikanan dan olahannya, serta produk industri rumah tangga.

Page 17: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

11Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Adapun komoditas yang perlu dilarang adalah bahan tambang, barang bercukai seperti rokok, serta makanan dan minuman beralkohol.

5) Nilai kuota perdagangan lintas batas (treshold value) perlu dinaikkan dari 600 ringgit menjadi menjadi 500 dolar Amerika Serikat. Hal ini didasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten Nunukan yang mencapai Rp 93.045.780 pertahun atau Rp7.753.815 perbulan (setara dengan sekitar 500 dolar).14 Adapun pilihan mata uang standar yang dipakai dalam BTA juga perlu diubah dari Ringgit Malaysia ke Dolar Amerika Serikat karena secara politik lebih netral dan nilai tukarnya lebih stabil.

6) Untuk mengurangi ketergantungan barang dari Malaysia, pemerintah Indonesia perlu menggandeng pihak swasta untuk membangun industri di kawasan perbatasan sesuai dengan potensi lokal yang ada. Pihak swasta yang mau terlibat dapat diberikan insentif, misalnya pengurangan pajak dan kemudahan untuk membuka usaha/industri di wilayah Indonesia yang lain.

7) Diperlukan suatu lembaga di daerah yang fokus pada masalah-masalah yang ada di kawasan perbatasan. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah merevitalisasi peran Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) di tingkat provinsi maupun kabupaten.

14 Ibid.

Matriks usulan Review BCA-BTA Indonesia-Malaysia

No Bab dalam Perjanjian

Pasal dan Ayat

Bunyi Pasal

Usulan Revisi

Perjanjian Lintas Batas/ Border Crossing Agreement (BCA) tahun 2006 (belum diratifikasi)

Pasal 1 a “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau and Kepulauan Riau as listed in Annexure A of this Agreement

Ditambah Sumatera Utara (Kabupaten Serdang Bedagai) dan Kalimantan Utara: “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau and Sumatera Utara as listed in Annexure A of this Agreement”

Annexure C Nunukan dan Malinau masuk ke Provinsi Kalimantan Utara

Pasal 2 1 c A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty;or v. any other purposes agreed upon by the parties;

Penambahan cakupan tujuan kegiatan lintas batas untuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan khusus untuk warga perbatasan A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty v. education vi. medical treatment vii. working vii. any other purposes agreed upon

by the parties; Pasal 14 2 This Agreement

shall be valid for 5 (five) years and may be renewed subject to futher agreement of both Parties. This Agreement may be terminated by either Party by giving 6 (six) months prior notice of terminations to the other Party

Perjanjian ini berlaku sampai ada perjanjian baru atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan perjanjian tersebut This Agreement shall be not valid if only there is a new agreement on the similar subject or both parties agree to terminate it.

Perjanjian Perdagangan Lintas Batas/ Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970 Pasal 1 ayat 2 2. (1) Goods which Komoditas barang perlu diperluas

Pasal I (a)

Page 18: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 12

No Bab dalam Perjanjian

Pasal dan Ayat

Bunyi Pasal

Usulan Revisi

Perjanjian Lintas Batas/ Border Crossing Agreement (BCA) tahun 2006 (belum diratifikasi)

Pasal 1 a “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau and Kepulauan Riau as listed in Annexure A of this Agreement

Ditambah Sumatera Utara (Kabupaten Serdang Bedagai) dan Kalimantan Utara: “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau and Sumatera Utara as listed in Annexure A of this Agreement”

Annexure C Nunukan dan Malinau masuk ke Provinsi Kalimantan Utara

Pasal 2 1 c A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty;or v. any other purposes agreed upon by the parties;

Penambahan cakupan tujuan kegiatan lintas batas untuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan khusus untuk warga perbatasan A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty v. education vi. medical treatment vii. working vii. any other purposes agreed upon

by the parties; Pasal 14 2 This Agreement

shall be valid for 5 (five) years and may be renewed subject to futher agreement of both Parties. This Agreement may be terminated by either Party by giving 6 (six) months prior notice of terminations to the other Party

Perjanjian ini berlaku sampai ada perjanjian baru atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan perjanjian tersebut This Agreement shall be not valid if only there is a new agreement on the similar subject or both parties agree to terminate it.

Perjanjian Perdagangan Lintas Batas/ Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970 Pasal 1 ayat 2 2. (1) Goods which Komoditas barang perlu diperluas

No Bab dalam Perjanjian

Pasal dan Ayat

Bunyi Pasal

Usulan Revisi

Perjanjian Lintas Batas/ Border Crossing Agreement (BCA) tahun 2006 (belum diratifikasi)

Pasal 1 a “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau and Kepulauan Riau as listed in Annexure A of this Agreement

Ditambah Sumatera Utara (Kabupaten Serdang Bedagai) dan Kalimantan Utara: “Indonesian Border Area” means the kecamatan/sub-districts located at the specified border areas in the Provinces of Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau and Sumatera Utara as listed in Annexure A of this Agreement”

Annexure C Nunukan dan Malinau masuk ke Provinsi Kalimantan Utara

Pasal 2 1 c A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty;or v. any other purposes agreed upon by the parties;

Penambahan cakupan tujuan kegiatan lintas batas untuk kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan khusus untuk warga perbatasan A Border Pass may, upon application being made on that behalf, be issued to any application who has met all the following conditions: c. the entry into the Indonesian Border Area or Malaysian Border Area shall be for any or more of the following purposes : i. visiting relatives ii. social/culture iii. border trade iv. government duty v. education vi. medical treatment vii. working vii. any other purposes agreed upon

by the parties; Pasal 14 2 This Agreement

shall be valid for 5 (five) years and may be renewed subject to futher agreement of both Parties. This Agreement may be terminated by either Party by giving 6 (six) months prior notice of terminations to the other Party

Perjanjian ini berlaku sampai ada perjanjian baru atau kedua belah pihak bersepakat untuk menghentikan perjanjian tersebut This Agreement shall be not valid if only there is a new agreement on the similar subject or both parties agree to terminate it.

Perjanjian Perdagangan Lintas Batas/ Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970 Pasal 1 ayat 2 2. (1) Goods which Komoditas barang perlu diperluas

Perjanjian Perdagangan Lintas Batas/ Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970 Pasal 1 ayat 2 2. (1) Goods which

are the subject of any border trade shall be - (a) as respects Indonesia, agricultural and other products of an Indonesian border area; except mineral, oils and ores;

Komoditas barang perlu diperluas tidak hanya produk pertanian, tetapi juga produk turunan pertanian, produk perikanan dan olahannya, serta produk industri rumah tangga “Goods which are the subject of any border trade shall be: as respects Indonesia, agricultural products and its derivatives, fishery products and its derivatives, home industry products, and other products which are originally produced within the Indonesian border area. Negative list from Indonesia:

1. mineral oil and ores 2. fuel oils (such as diesel,

kerosene and gasoline) 3. fire arms 4. illegal drugs 5. subsidized goods 6. excise goods (such as

cigarette) 7. other prohibited items under

laws applicable in the territory of Indonesia.

Pasal 2 ayat 3 The value of goods carried or conveyed for the purpose of overland border trade by any person specified in section 3 of Article I shall not exceed Border areas for sea border trade six hundred Malaysian dollars (MR600/=) per month.

The value of goods carried or conveyed for the purpose of overland border trade by any person specified in section 3 of Article I shall not exceed Border areas for sea border trade 500 U.S. dollars per month.

Pasal 3 ayat 2 Sea border trade shall be limited to the use of a craft a size not exceeding twenty cubic meters gross and registered with the local authorities concerned, and to goods the value of which shall not exceed six hundred Malaysian dollars (M$600/=) per vessel per trip.

Sea border trade shall be limited to the use of a craft a size not exceeding twenty cubic meters gross and registered with the local authorities concerned, and to goods the value of which shall not exceed 500 U.S. dollars per vessel per trip.

Pasal I ayat 2

Pasal XIV ayat 2

Pasal II ayat 1 (c)

Page 19: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

13Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Perjanjian Perdagangan Lintas Batas/ Border Trade Agreement (BTA) tahun 1970 Pasal 1 ayat 2 2. (1) Goods which

are the subject of any border trade shall be - (a) as respects Indonesia, agricultural and other products of an Indonesian border area; except mineral, oils and ores;

Komoditas barang perlu diperluas tidak hanya produk pertanian, tetapi juga produk turunan pertanian, produk perikanan dan olahannya, serta produk industri rumah tangga “Goods which are the subject of any border trade shall be: as respects Indonesia, agricultural products and its derivatives, fishery products and its derivatives, home industry products, and other products which are originally produced within the Indonesian border area. Negative list from Indonesia:

1. mineral oil and ores 2. fuel oils (such as diesel,

kerosene and gasoline) 3. fire arms 4. illegal drugs 5. subsidized goods 6. excise goods (such as

cigarette) 7. other prohibited items under

laws applicable in the territory of Indonesia.

Pasal 2 ayat 3 The value of goods carried or conveyed for the purpose of overland border trade by any person specified in section 3 of Article I shall not exceed Border areas for sea border trade six hundred Malaysian dollars (MR600/=) per month.

The value of goods carried or conveyed for the purpose of overland border trade by any person specified in section 3 of Article I shall not exceed Border areas for sea border trade 500 U.S. dollars per month.

Pasal 3 ayat 2 Sea border trade shall be limited to the use of a craft a size not exceeding twenty cubic meters gross and registered with the local authorities concerned, and to goods the value of which shall not exceed six hundred Malaysian dollars (M$600/=) per vessel per trip.

Sea border trade shall be limited to the use of a craft a size not exceeding twenty cubic meters gross and registered with the local authorities concerned, and to goods the value of which shall not exceed 500 U.S. dollars per vessel per trip.

Pasal III ayat 2

Pasal II ayat 3

Page 20: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 14

E. DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Mustafa. Menata Pulau-Pulau Kecil Perbatasan, Jakarta : Kompas Gramedia, 2006.

Adger, W.N. “Migration, Remitances, Livelihood Trajectories, and Social Resilience.” Ambio 19, no. 3, 2009, hlm. 142–51.

Adger, Neil W. “Social and Ecological Resilience: Are They Related?”, Progress in Human Geography Vol. 24 No.3, 2000, hlm. 347-364.

Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of Malaysia on Border Crossing, 12 Januari 2006.

Agreement on Border Trade between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Malaysia, 24 Agustus 1970.

Alami, Athiqah Nur, dkk. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Gender di Kawasan Perbatasan Laut Indonesia, Yogyakarta: Pintal, 2014.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Kecamatan Sebatik Dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Kecamatan Sebatik Barat Dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Kecamatan Sebatik Tengah Dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Kecamatan Sebatik Timur Dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Kecamatan Sebatik Utara Dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Nunukan dalam Angka 2015. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nunukan. Potret Usaha Pertanian Kabupaten Nunukan Menurut SubSektor. Nunukan: BPS Kabupaten Nunukan, 2015.

Bunting, Stuart W. Principles of Sustainable Aquaculture Promoting Social, Economic and Environmental Resilience. London and New York: Routledge, 2013.

Carlson, L., et al. Resilience: Theory and applications, Argonne: Argonne National Laboratory, 2012.

Community & Regional Resilience Institute, Definitions of Community Resilience: An Analysis (a CARRI Report). CARRI dan Meridian Institute, 2013.

Food and Agriculture Organization. “Socio-Economic & Livelihood Analysis in Investment Planning”, dalam FAO Policy Learning Programme: Module 3 Investment and Resource Management, Januari 2008.

Guo, Rongxing. Cross-border Resource Management: Theory and Practice. Amsterdam: Elsevier, 2005.

Mita Noveria (ed), Kedaulatan Indonesia di Wilayah Perbatasan Laut: Tinjauan dari Perspektif Sosial. Jakarta: Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, 2014.

Page 21: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

15Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia

Helman. Perkembangan dan Interaksi Spasial Wilayah Perbatasan: Studi Kasus di Pulau Sebatik. Depok: Tesis UI, 2008.

Järviö, Pekka. Cross-border cooperation-benefiting from Borders. Helsinki: Ministry for Foreign Affairs Finland, 2011.

Keck, Markus dan Patrick Sakdapolrak, “What is Social Resilience? Lessons Learned and Ways Forward”, Erdkunde Vol. 67 No. 1, 2013, hlm. 5-19.

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Statistik Perikanan Tangkap di Laut menurut Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 2005-2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap KKP, 2014.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 490/KMK.05/1996 tentang Tata Laksana Impor Barang Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, Kiriman Pos, dan Kiriman Melalui Jasa Penitipan.

Kristoferson, L., P. O’Keefe, and J. Soussan. “Energy In Small Island Economies.” Ambio 14, no. 4–5, 1985, hlm. 242–244.

Lampiran X Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional.

Lee, Sangsoo dan Alec Forss. Dispute Resolution and Cross-border Cooperation in Northeast Asia: Reflections on the Nordic Experience (Asia Paper). Stockholm: Institute for Security and Development Policy, Juni 2011.

Lisnyak, Sergey dan Ilkom Sharipov. “Exploring the Formal and Informal Institutions as a Key Tool for Enhancing Economic Resilience”, CES Working Papers, Vol. 7(4), 2015, hlm. 891–900.

Majale, Mike. “Towards Pro-Poor Regulatory Guidelines for Urban Upgrading”, dalam International Workshop on Regulatory Guidelines for Urban Upgrading, Bourton-On-Dunsmore, 17-18 Mei 2001.

McLeod, R. “The Impact of Regulations and Procedures on the Livelihoods and Asset Base of the Urban Poor: A Financial Perspective”, dalam International Workshop on Regulatory Guidelines for Urban Upgrading, Bourton-on-Dunsmore, 17-18 Mei 2001.

Peraturan Kepala Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun 2015-2019.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman.

Puryanti, Lina and Sarkawi B Husain. “A People-State Negotiation in a Borderland : A Case of the Indonesia-Malaysia frontier in Sebatik Island”. Jurnal Wacana, Vol. 13 No. 1, April 2011.

Rudiatin, Endang. Integrasi Ekonomi Lokal di Perbatasan. Disertasi Universitas Indonesia, Depok, 2012.

Page 22: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT

Policy Paper - Strategi Peningkatan Kerjasama Lintas Batas (Border Crossing Agreement) Indonesia-Malaysia 16

Sapirstein, Guy. Social Resilience: The Forgotten Element in Disaster Reduction, Boston: Organizational Resilience International, tanpa tahun.

Setiawan, Bayu, Suko Bandiyono, Sudiyono, M. Soekarn. Kompleksitas Pembangunan dan Strategi Pemberdayaan Keluarga di Perbatasan Sebatik. Jakarta: New Elmatera, 2011.

Siregar, Chairil N. “Analisis Potensi Daerah Pulau-Pulau Terpencil Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan, Keamanan Nasional, dan Keutuhan Wilayah NKRI di Nunukan-Kalimantan Timur “, Jurnal Sosioteknologi, Vol. 13 No. 7, 2008, hlm.345-368.

Sousa, Luis De. “Understanding European Cross-Border Cooperation: A Framework for Analysis, Journal of European Integration 2012, hlm. 1-19.

Starr, Harvey dan G. Dale Thomas. “The Nature of Borders and International Conflict: Revisiting Hypotheses on Territory”, International Studies Quarterly, Vol. 49, 2005, hlm. 123-139.

Page 23: STRATEGI Leste, Palau, dan Papua Nugini. STRATEGI PENINGKATAN KERJASAMA LINTAS BATAS (BORDER CROSSING AGREEMENT) INDONESIA - MALAYSIA Upaya Mendukung Ketahanan Sosial Masyarakat PPKT