leny rihan cahyani BREKELEE.

34
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia tidak dapat terlepas dari kesehatan. Setiap manusia pasti mendambakan hidup yang sehat. Dengan badan sehat aktivitas apa pun dapat dilakukan denagn baik. Kesehatan tidak akan tercipta tanpa ditunjang oleh beberapa faktor misalnya menjaga pola makan, makan makanan yang bergizi dan menjaga kebersihan. Salah satu yang dilakukan untuk menjaga kebersihan adalah mandi. Pada saat mandi digunakan sabun sebagai pembersih. Sabun telah banyak mengalami perubahan yang dapat berupa fisik dan kimiawi, contohnya perubahan wujud sabun dari bentuk padatan ke bentuk cairan. Selain itu ada pula sabun yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit. Sereh salah satu tanaman yang ditanam sebagai toga (tanaman obat keluarga). Selain digunakan

Transcript of leny rihan cahyani BREKELEE.

Page 1: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia tidak dapat terlepas dari kesehatan. Setiap manusia pasti

mendambakan hidup yang sehat. Dengan badan sehat aktivitas apa pun dapat

dilakukan denagn baik. Kesehatan tidak akan tercipta tanpa ditunjang oleh

beberapa faktor misalnya menjaga pola makan, makan makanan yang bergizi

dan menjaga kebersihan. Salah satu yang dilakukan untuk menjaga

kebersihan adalah mandi. Pada saat mandi digunakan sabun sebagai

pembersih.

Sabun telah banyak mengalami perubahan yang dapat berupa fisik dan

kimiawi, contohnya perubahan wujud sabun dari bentuk padatan ke bentuk

cairan. Selain itu ada pula sabun yang digunakan untuk mengobati berbagai

penyakit kulit.

Sereh salah satu tanaman yang ditanam sebagai toga (tanaman obat

keluarga). Selain digunakan sebagai obat tradisional sereh juga digunakan

sebagai campuran dalam pembuatan sabun.

Sabun sereh selain mudah diperoleh bahan alaminya harganya

terjangkau serta memiliki manfaat yang beragam antara lain: menghaluskan

kulit, mengurangi bekas jerawat dan menghilangkan bau badan tidak sedap.

Pada umumnya beberapa bakteri yang ada di kulit tidak mampu

bertahan hidup lama karena kulit mengeluarkan substansi bakterisidal,

contohnya kelenjar keringat mengeksresikan lisozim, suatu enzim yang dapat

Page 2: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

menghancurkan dinding sel bakteri. Kelenjar lemak mengeksresikan lipid

yang kompleks yang tidak dapat diuraikan oleh beberapa bakteri; asam-asam

lemak yang dihasilkan sangat beracun bagi bakteri.

Kebanyakan bakteri kulit dijumpai pada epithelium contohnya:

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang biasanya terdapat

diberbagai bagian tubuh manusia, termasuk kulit, hidung, tenggorokan, dan

selaput lendir manusia, sehingga mudah memasuki makanan dan

menyebabkan penyakit. S. aureus menyebabkan peradangan pada kulit atas

dan menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

dan melakukan penelitian tentang “uji daya hambat sabun sereh terhadap

bakteri S. aureus”.

1.2. Rumusan Masalah

Seberapa besar daya hambat sabun sereh terhadap pertumbuhan

bakteri S. aureus ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui daya hambat sabun sereh terhadap

pertumbuhan S. aureus

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui seberapa besar daya hambat sabun sereh

terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus.

2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal sabun sereh yang dapat

menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.

Page 3: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi ilmiah tentang daya antimikroba sabun

sereh terhadap S. aureus

2. Bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

menempuh pendidikan.

3. Dengan memproduksi sabun sendiri dapat menambah penghasilan dan

membuka lapangan kerja baru

4. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Hipotesis

Sabun sereh mempunyai daya hambat yang cukup signifikan terhadap

pertumbuhan bakteri S. aureus

Page 4: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Sereh (Cymbopogon nardus Linn)

2.1.1. Morfologi Tanaman Sereh

Sereh dikenal sebagai tanaman berkhasiat alami. Sereh sejenis

tumbuhan rumput-rumputan yang daunnya panjang, tepi kasar seperti

ilalang. Bila batangnya pecah baunya wangi dan berwarna biru hijau.

Sereh berakar panjang sehingga mampu hidup lebih lama.

Sereh merupakan herba menahun yang bisa tumbuh liar di tepi

sungai, tepi rawa dan tempat-tempat lain yang dekat dengan air dan

biasanya ditanam dipekarangan sebagai tanaman bumbu atau tanaman

obat. Bila pecah baunya wangi dan berwarna biru hijau. Oleh karena

itu sering dipakai sebagai bumbu dapur untuk untuk mengharumkan

makanan dan memberikan rasa sedap pada makanan (Kusuma, 1996).

Herba ini memiliki batang tegak atau condong membentuk

rumpun, bulat (silindris), gundul seringkali dibawah buku-bukunya

berlilin, penampang lintang batang berwarna merah. Umur panen

sangat mempengaruhi minyak atsiri.

Sereh memerlukan intensitas cahaya matahari yang cukup

karena akan berpengaruh terhadap kandungan minyak atsiri. Tanaman

sereh sangat cocok ditanam di tempat terbuka (Karninan,dkk, 2005).

Page 5: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

2.1.3. Klasifikasi Tanaman Sereh

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus Linn

2.1.2. Nama daerah sereh

Serei (Kendari), sere mangat (Aceh), hisa-hisa (Ambon), sere

(Jawa, Gayo), kedaung witu (Sumba), timbualo (Gorontalo), see (Bali),

embane (Makassar), sere (Madura), baramakusu (Tidore).

2.1.3. Kandungan Kimia Sereh

Sereh banyak mengandung minyak atsiri dengan komponen

yang terdiri dari sitral, sitronelol (66-85%), geraniol, flavonoid, a-

pinen, kamfen, sabinen, mirsen, p-simen, β-felandren, terpinen,

limonen, metil heptenon, borneol, dipenten, geranil asetat,

bornilasenat, terpinil asetat, β-kadinen, β-elemen, β-bergamoten, β-

kariofilen, kariofilen oksida, eugenol, phellandren, d-limonen, geranio

dihydrokunialkohol, methylheptanone dan i-carvon, aldehid.

2.1.4. Khasiat dan Manfaat Sereh

Zat-zat yang terkandung dalam sereh memiliki beberapa khasiat

antara lain:

Page 6: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

1. Sereh dapat digunakan sebagai tonikum tubuh

2. Sereh mengandung zat antiradang sehingga baik digunakan untuk

mengobati peradangan. Misalnya radang lambung.

3. Sereh segar baik sebagai obat gosok untuk rematik

4. Minyak sereh bermanfaat untuk wanita yang sedang menstruasi

karena dapat melancarkan sirkulasi darah.

5. Akar sereh dapat digunakan sebagai diaforetikum, emegogum,

stomakikum, obat kumur untuk sakit gigi dan sakit gusi (bengkak).

6. Sereh dapat digunakan untuk mengobati sakit kepala, kolera dan

diare.

7. Selain digunakan untuk pengobatan sereh juga dapat digunakan

sebagai campuran dalam pembuatan sabun. Sabun sereh dapat

menghilangkan jerawat, gatal-gatal, dan bau badan yang tidak

sedap.

8. Sereh dapat digunakan sebagai antinyamuk karena bau sereh tidak

disukai nyamuk.

9. Sereh dapat menghilangkan biang keringat

(Yuniarti, 2008).

2.2. Tinjauan Tentang Sabun

Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan

membersihkan dengan bantuan dengan air. Sabun dihasilkan oleh proses

saponifikasi yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam

kondisi basa (Subroto, 2007).

Page 7: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

Sabun terdiri atas garam alkali dari asam-asam lemak yang telah

lama digunakan karena dapat menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu

dan sisa metabolisme tubuh (keringat) sehingga cepat mencegah iritasi yang

disebabkan bakteri S. aureus (Wasiadmadja, 1997).

Sabun memiliki struktur bipolar yaitu bagian kepala bersifat

hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena inilah sabun mampu

mengangkat kotoran dari badan dan pakaian (Anief, 1997).

Berdasarkan jenisnya sabun mandi digolongkan menjadi dua, yaitu

sabun padat dan sabun cair. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai

pendek dan ikatan tak jenuh akan menghasilkan sabun cair, sedangkan rantai

panjang dan jenuh menghasilkan sabun padat.

Bahan sabun mandi yang digunakan harus memiliki kandungan

kimia tepat dan memiliki pH atau derajat keasaman yang cocok dengan kulit,

karena pada saat mandi dengan menggunakan sabun, sering kali terjadi gatal

dan kulit kemerah-merahan yang disebabkan karena bahan kimia yang

terkandung dalam sabun terlalu banyak dan mengiritasi kulit.

Seiring dengan perkembangan zaman pembuatan sabun terus pula

berkembang. Pembuatan sabun dengan menggunakan bahan-bahan alami,

yang dikenal dengan sabun natural.

Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut :

Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi

trigliserida dengan alkali (NaoH atau KOH) yang menghasilkan sabun

gliserin.

Page 8: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut:

O

║H2C ─ O ─ C─ R1 CH2OH R1 COONa

O ║ kalor CH2OH R2

COONaHC─ O ─ C ─ R2 + 3 NaOH

O CH2OH R3 COONa

║ Sabun H2C ─ O ─ C─ R3Trigliserida

2.3. Tinjauan Tentang bakteri Staphyloccus aureus

2.3.1. Pengertian

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu yang tidak dapat

dilihat oleh mata telanjang akan tetapi dengan bantuan mikroskop.

Cirri-ciri bakteri yaitu sel prokariotik yang khas; uniseluler dan tidak

mengandung struktur yang terbatasi membran di dalam sitoplasmanya.

Nama Staphylococcus berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

dari kata staphyle dan kokkos, yang masing-masing berarti ’seikat

anggur’ dan ’buah berry’. S. aureus adalah bakteri coccus gram positif,

memiliki diameter sekitar 1 μm, yang cenderung muncul bergerombol

menyerupai seikat anggur. Kurang lebih terdapat 30 spesies

Staphylococcus terdapat di kulit dan membran mukosa; beberapa

diantaranya dapat bersifat patogen oportunis yang dapat menyebabkan

infeksi (Palezar, 1988).

Page 9: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

S. aureus bersifat anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh

secara aerobik fermentasi yang menghasilkan asam laktat. S. aureus

membentuk koloni berwarna kuning seperti emas yang agak besar

pada media yang diperkaya (Fardiaz, 1993).

S. aureus merupakan bakteri non motil, tidak membentuk

spora, serta menunjukkan hasil positif pada uji katalase dan oksidase

negatif.

2.3.2. Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus

Kingdom : Bacteria

Fylum : Firmicutes

Class : Cocci

Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

2.3.3. Sifat Morfologi

S. aureus merupakan bakteri gram positif, kokus terdapat

tunggal atau berpasangan dalam rantai, paket atau gerombol. S. aureus

dapat tumbuh pada temperatur antara 150-450º C dan pada NaCl 15%,

dan menfermentasi mannitol, serta mampu menfermentasi glukosa

menghasilkan asam laktat (Palezar, 1988).

Dinding sel S. aureus memiliki kandungan lipid rendah dan

peptidoglikan sebagai lapisan tunggal yang jauh lebih sedikit.

Page 10: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

S. aureus bersifat anaerobik fakultatif yang dapat tumbuh secara

aerobik fermentasi yang menghasilkan asam laktat. S. aureus

membentuk koloni berwarna kuning yang agak besar pada media yang

diperkaya dan bersifat hemolitik. S. aureus membelah diri pada tiga

bidang dalam suatu pola tidak teratur, membentuk gerombolan kokkus.

Habitat S. aureus yaitu tanah, air tawar; kulit, hidung, mulut

dan selaput lendir pada manusia (Adam, 1992).

2.4. Toksin yang dihasilkan S. aureus

S. aureus menghasilkan enterotoksin dan dapat menyebabkan toxic

shock syndrome karena mengakibatkan sitokoinin berlebihan dalam

peredaran darah. S. aureus menghasilkan leukosidin yang dapat merusak sel

darah putih manusia dan kelinci. S. aureus juga menghasilkan alfa toksin

(alfa hemolisis) yang merusak makrofag dan trombosit, serta merusak sistem

sirkulasi, jaringan otot dan jaringan korteks ginjal. Selain itu S. aureus juga

menghasilkan beta hemolisis yang mempunyai komponen untuk

menghancurkan erittrosit dan sphingomyelin di sekitar sel saraf manusia.

2.5. Infeksi S. aureus

Infeksi yang ditimbulkan S. aureus adalah radang di kulit dan

menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit (Adam, 1992).

Page 11: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

2.6. Pemeriksaan daya antimikroba

Ada 2 metode pemeriksaan antimikroba yaitu:

1. Metode penyebaran (Diffusion)

Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah

hambatan yang terjadi. Beberapa modifikasi metode ini adalah:

a. Metode Cylinder cup (Ring Diffusion Method)

Mikroba ditanam pada media agar kemudian silinder

diletakkan pada media tersebut dengan maksud menampung sejumlah

antibiotik atau antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat

dilihat dari lebat diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang

terjadi.

b. Metode Cawan Kertas (Paper Disc Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian cawan kertas

yang berisi antibiotik dengan kadar tertentu diletakkan diatas media

agar tersebut. Daya antimikroba dapat dilihat dari lebar diameter

daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi.

c. Metode Sumuran Agar (Wells Method)

Mikroba ditanam pada media agar, kemudian dibuat lubang

dengan alat tertentu untuk menampung sejumlah

antimikoba/antibakteri yang digunakan. Daya antimikroba dapat

dilihat dari lebar diameter daerah hambatan pertumbuhan mikroba

yang terjadi.

Page 12: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

2. Metode Pengenceran (Dilution Method)

Prinsip metode ini adalah sampel (larutan) dimasukkan dalam

tabung yang berisi pembenihan cair, kemudian ke dalam tabung tersebut

ditambahkan suspensi mikroba dengan jumlah tertentu. Pada keadaan

normal mikroorganisme akan tumbuh. Beberapa modifikasi dari metode

ini yaitu:

a. Metode pengenceran dalam cairan (Broth Dilution Method)

Sejumlah tabung yang berisi media cair dan kuman

dimasukkan bahan/mikroba dengan jumlah tertentu.

b. Metode pengenceran dalam agar (Agar Dilution Method)

Prinsipnya sama dengan Broth Dilution Method, hanya media

cair diganti dengan media agar.

c. Metode pengenceran secara seri (Serial Dilution Method)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah deretan

tabung media cair dengan konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian

kedalam masing-masing tabung ditambahkan suspensi mikroba dengan

konsentrasi tertentu. Kocok sampai homogen dan diinkubasi pada suhu

37º C. Sebagai kontrol digunakan tabung berisi media pembenihan

dengan mikroorganisme. Potensi daya antimikroba yang diperoleh

kemudian dibandingkan dengan standar.

Page 13: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen.

3.2. Desain Penelitian

Penelitian menggunakan rancang acak lengkap (RAL) yang terdiri

dari 4 perlakuan, kontrol dan blanko yang dilambangkan sebagai berikut :

Tabel. 1 Desain Penelitian

  Perlakuan Pengukuran Daya Hambat    

SampelPertumbuhan S. aureus

(post test) ∑ X X  I II III I II III    Kelompok Eksperimen (Xo) Xa1A Xa1B Xa1C Ya1A Ya1B Ya1C      Xa2A Xa2B Xa2C Ya2 A Ya2B Ya2C      Xa3 A Xa3B Xa3C Ya3A Ya3B Ya3C    

X1       Y1A Y1B Y1C    X2       Y2A Y2B Y2C    

Keterangan: X1 : Kontrol

X2 : Blanko

Xa : Sabun sereh dengan konsentrasi 50 %

Xb : Sabun sereh dengan konsentrasi 60 %

Xc : Sabun sereh dengan konsentrasi 70 %

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sabun sereh yang

diproduksi sendiri oleh peneliti.

Page 14: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

3.2.2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sabun sereh

yang diproduksi sendiri

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : sabun sereh

2. Variabel terikat : zona hambat bakteri S. aureus

3.4. Definisi Operasional

1. Sabun sereh adalah sabun yang dibuat dengan menggunakan minyak sereh

2. S. aureus adalah bakteri kokkus gram positif, terdapat pada kulit dan

selaput lendir manusia yang dapat menyebabkan infeksi berupa radang di

kulit dan menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit.

3. Daya hambat adalah daya antimikroba suatu zat dengan cara menghambat

pertumbuhan bakteri.

Page 15: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

3.5. Kerangka Konsepsional

Minyak sereh

Sabun sereh

Uji daya hambat terhadap bakteri S. aureus

Keterangan: Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1. Skema Kerangka Konsepsional

3.6. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni tahun 2010 bertempat di

Laboratorium Farmasetik Akademi Farmasi Bina Husada dan Laboratorium

Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.7. Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1. Alat-alat yang digunakan:

a. Autoklaf

b. Batang pengaduk

c. Cawan Petri (pyrex)

Zona Hambat S. aureus

Page 16: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

d. Cylinder cup (Stainless Steel)

e. Erlenmeyer

f. Gelas kimia

g. Gelas ukur 50 mL, 100 mL (Pyrex)

h. Heating matel

i. Hot plane

j. Inkubator

k. Jarum ose

l. Lampu Bunsen

m. Labu ukur

n. Pipet mikro 0,1 µL

o. Pipet volum

p. Termometer

q. Tabung reaksi (Pyrex)

r. Timbangan analitik

s. Oven

3.7.2. Bahan-bahan yang digunakan:

a. Aquadest

b. Bakteri S. aureus

c. Etanol

d. EDTA

e. Larutan NaCl 0,9 %

f. Minyak kelapa

Page 17: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

g. Minyak zaitun

h. Minyak sereh

i. Media Antibiotik Medium 1

j. NaOH pellet

k. Nutrient agar

3.8. Prosedur Penelitian

3.8.1. Penyiapan alat

Alat-alat yang berupa gelas seperti gelas kimia, labu ukur dan

alat lain yang akan digunakan dalam penelitian ini dibersihkan dan

dikeringkan.

3.8.2. Pembuatan sabun sereh

a. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan sesuai perhitungan

b. Minyak kelapa dan minyak zaitun dipanaskan dengan api kecil,

c. Dibuat larutan NaOH

d. Kedua bahan tersebut diukur suhunya, ketika minyak kelapa

memiliki suhu yang sama dengan NaOH maka kedua bahan

tersebut dicampur sambil diaduk.

e. Campuran minyak kelapa dan NaOH diaduk terus menerus

sampai mengental, kemudian ditambahkan minyak sereh.

f. Setelah bahan tercampur homogen, sabun dimasukkan dalam

cetakan yang telah disiapkan.

g. Sabun didinginkan dan disimpan selama 24 jam.

Page 18: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

3.8.3. Pembuatan konsentrasi Sabun sereh

a. Konsentrasi 50 %

Ditimbang 5 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas

penangas air kemudian ditambahkan paraffin cair 10 mL

b. Konsentrasi 60 %

Ditimbang 6 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas

penangas air kemudian ditambah paraffin cair 10 mL

c. Konsentrasi 70 %

Ditimbang 7 g sabun sereh, kemudian dipanaskan diatas

penangas air kemudian ditmbah paraffin cair 10 mL

3.8.4. Pembuatan media

a. Media nutrient agar

Ditimbang 23,5 g nutrient agar, ditambahkan aquadest

sampai 1 L, dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih

dan jernih, kemudian disterilkan pada suhu 121º C dalam

autoklaf selama 15 menit.

b. Media antibiotik medium 1

Sebanyak 30,5 g, ditambahkan dengan aquadest 1 liter,

dipanaskan di atas penangas air sampai mendidih dan jernih,

kemudian disterilkan pada suhu 121º C dalam autoklaf selama

15 menit.

Page 19: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

c. Media nutrient agar miring

Media nutrient agar yang disterilkan, didinginkan

sampai suhu lebih dari 45º C, kemudian dituang pada beberapa

tabung reaksi yang telah disterilkan, kemudian diletakkan

miring dan biarkan pada suhu kamar hingga menjadi padat.

3.8.5. Pembuatan biakan bakteri

a. Pembuatan biakan bakteri S. aureus

Dengan menggunakan ose yang telah disterilkan ambil

bakteri S. aureus, kemudian goreskan pada media agar miring dan

biarkan pada suhu kamar 37º C selama 24 jam sampai terjadi

pertumbuhan

b. Pembuatan suspensi bakteri S. aureus

Biakan bakteri yang telah diremajakan di nutrient agar

miring, diambil sebanyak 1 ose dan dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang berisi larutan NaCl 0,9 % sebanyak 3 mL, lalu dikocok

sampai homogen hingga didapatkan suspensi bakteri.

3.8.6. Pengujian diameter zona hambatan sereh terhadap pertumbuhan

bakteri S. aureus

a. Media antibiotik medium 1 dipipet sebanyak 15 mL, kemudian

dituang ke dalam cawan petri untuk lapis pertama dan dibiarkan

memadat.

b. Bakteri yang telah disuspensikan dengan NaCl 0,9 % dipipet

sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer berisi 100 mL

Page 20: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

antibiotik medium 1, kocok samapai homogen. Kemudian dipipet

sebanyak 5 mL selanjutnya dituang ke dalam cawan petri yang berisi

lapisan pertama yang telah memadat.

c. Cylinder cup sebanyak lima buah diletakkan pada permukaan agar

yang telah memadat kemudian dimasukkan sabun sereh, kontrol dan

blanko sebanyak 0,1 mL ke dalam cylinder cup tersebut.

d. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º C dalam inkubator

e. Dikeluarkan dari inkubator dan diamati diameter zona hambatan

pertumbuhan bakteri S. aureus.

Page 21: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

3.9. Diagram alir

Gambar 2. Diagram Alir

Media antibiotik medium 1 dipipet sebanyak 15 mL, dituang ke dalam cawan petri untuk lapis pertama dan dibiarkan memadat

Bakteri yang telah disuspensikan dengan NaCl 0,9 % dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam erlenmeyer berisi 100 mL antibiotik medium 1

Cylinder cup sebanyak lima buah diletakkan pada permukaan agar yang telah memadat kemudian dimasukkan sabun sereh, kontrol dan blanko sebanyak 0,1 mL ke dalam cylinder cup tersebut

Dipipet sebanyak 5 mL selanjutnya dituang ke dalam cawan petri yang berisi lapisan pertama yang telah memadat

Kesimpulan

Analisis data

Data

Pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri S. aureus

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37º C dalam inkubator

Diamati diameter zona hambatan bakteri S. aureus

Page 22: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

DAFTAR PUSTAKA

Adam,S.,1992, Dasar-dasar Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Perawat, EGC, Jakarta

Anief,M,.1997, Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Fardiaz,S,.1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Rajagrafindo Persada,Jakarta

Wijayakusuma,H.,dkk,1996, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II, Pustaka Kartini, Jakarta

Karninan,A.,2005,Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi,Agromedia Pustaka

Palezar,M,dkk,.1988, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta

Santoso, D,dkk.,2000, Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit, PT Penerbit Swadaya, Jakarta

Wasitatmaja,M,S.,1997, Penunutut Ilmu Kosmetik Medik. UI Press, Jakarta

Yuniarti,T,.2008, Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. PT Buku Kita, Jakarta

Page 23: leny rihan cahyani BREKELEE.

2

UJI DAYA HAMBAT SABUN SEREH TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Staphylococcus aureus

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program

Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh :

Lenny Rihan Cahyani

F.06.036

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA

KENDARI

2010