Leng Kap

16
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK dengan Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) , makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen tugas pada mata kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada Bandung. Makalah ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih Penulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transcript of Leng Kap

Page 1: Leng Kap

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT  atas segala nikmat dan

karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ANAK dengan

Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) , makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu

komponen tugas pada mata kuliah ANAK di Program Studi S1 Keperawatan Dharma Husada

Bandung.

Makalah ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan keperawatan pada

anak dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )

Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,

untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak

demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan datang

Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis

khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih

     Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

                  Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala

yangdiakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. Etiologi

terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung mekonium

terinhalasi oleh bayi.  Mekonium dapat keluar di dalam kandungan bila terjadi stres

/kegawatan intrauterin.Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan  

penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi

gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain

itu,m e k o n i u m j u g a m e n y e b a b k a n i r i t a s i d a n p e r a d a n g a n p a d a

s a l u r a n u d a r a , menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang

terwarna-mekonium ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi

Page 2: Leng Kap

cukup bulan atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia

aspirasi, dimana 30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10

persennya dapat m e n i n g g a l . K e g a w a t a n j a n i n d a n h i p o k s i a t e r j a d i

b e r s a m a d e n g a n m a s u k n y a m e c o n i u m k e d a l a m c a i r a n a m n i o n .

B.        Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan

keperawatan pada klien anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) ?

C.       Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan , memberikan

informasi dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak yang menderita

Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ).

D.       Metode

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media

literatur perpustakaan dan elektronik

E.        Sistematika

Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang

Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi

  Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang  diakibatkan oleh

terhisapnya mekonium / cairan amnion mekonial  ke dalam saluran pernafasan  bayi.

  Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling sering

menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-

term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar,dan pancreas

Page 3: Leng Kap

janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. lahir saat di dalam uterus atau saat

bernafas pertama kali.

B.     Etiologi

         Asfiksiafetal

         Prolonged labour

         Peningkatan aktivitas usus janin.

         Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar

(intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.

C.    Faktor Risiko

1.      Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Postterm )

2.      Berat badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM jarang terjadi bila bayi

lahir sebelum 34 minggu. Dengan demikian, prematuritas bukan faktor risiko untuk

terjadinya SAM

3.      Kesulitan dalam melahirkan

4.      Pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang perokok

berat/penderita penyakit paru kronik/penyakit kardiovaskular

D.    Insidensi

Cairan amnionmekonial terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup

bulan (aterm), tetapi SAM terjadi pada 4-10% bayi ini. Dan sepertiga diantaranya

membutuhkan bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang

dijumpai pada kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang

terkait, meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal.

Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan amnion yang mekonial

memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang

terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada beberapa bayi, aspirasi

mungki terjadi intrauterine sebelum dilahirkan.

E.     Patofisiologi

SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada

keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di

dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus

Page 4: Leng Kap

disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam cairan

amnion.

Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan peristaltik usus janin

disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran mekoneum ke cairan

amnion. Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama

persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekoneum ke dalam saluran

napas. Mekoneum yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga terjadi gawat

napas.

Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan

amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia

dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena

kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium

keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.

Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan

vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen,

mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi

pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.

Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari,

tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah

mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup.

Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung

pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.

 

F.        Manifestasi klinis / Gejala dan Tanda

Cairan ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada cairan

ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan

cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum

kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal

Kadang-kadang terdengar ronki pada kedua paru. Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis

G.    Komplikasi

1.      Displasia bronkopulmoner  

2.      Pneumotoraks

3.      Aspirasi pnemonia

Page 5: Leng Kap

Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita

mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan

perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis

jangka panjang tetap baik.

Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru

kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada

kasus yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian

H.    Pemeriksaan penunjang

      Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero    posterior,

hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan terdapatnya pneumothorax 

( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )

      Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan

penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2

I.       Penatalaksanaan medis

Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke

unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang

dilakukan biasanya meliputi :

1. Umum

Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.

2. Farmakoterapi

Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah

terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.

3. Fisioterapi

Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan

maksud untuk melepaskan lendir yang kental.

4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:

            Pemberian terapi surfaktan.

            Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.

Page 6: Leng Kap

            Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam ventilator.

Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan

oksigen yang sampai ke paru bayi.

Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut

dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada

terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh

bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.

J.         ASUHAN KEPERAWATAN

1.            PENGKAJIAN FISIK

a.       Riwayat antenatal ibu

b.      Status infant saat lahir

-          Stress intra uterin

-          Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan

-          Apgar skor dibawah 5

-          Terdapat mekonium pada cairan amnion

-          Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen

-          Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit),

grunting, retraksi, dan nasal flaring

-          Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru

-          Cyanosis

-          Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)

c.       Pengkajian Behavioral

-          Disminished activity

2.            DIAGNOSA KEPERAWATAN  YANG MUNGKIN

a.          Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium

b.         Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan

kemungkinan perawatan jangka panjang

c.          Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan kalori.

d.         Kecemasan orangtua berhubungan dengan kemungkinan kematian pada infant, respon

terhadap perawatan yang lama, dan pemberian bantuan ventilator

e.          Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan pernafasan

f.          Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada paru

Page 7: Leng Kap

g.         Resiko tinggi injury berhubungan dengan komplikasi pneumothoraks, atelectasis

h.         Kegagalan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonitis chemical dan kegagalan fungsi

paru akibat aspirasi meconium

i.           Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan aspirasi meconium

j.           Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan jangka panjang setelah

kepulangan.

3.            Intervensi keperawatan

a.      Resiko tingi insufisiensi pernafasan berh ubungan dengan aspirasi meconium

Tujuan : Mencegah dan mengeluarkan mekonium yang teraspirasi pada saat lahir atau

setelahnya

Intervensi

o    Observasi kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir.

R : Mekonium dalam  cairan amnion merupakan indikasi dilakukan suction sebelum bayi

baru lahir bernafas

o    Lakukan suction pada trakhea infant dengan selang endotrakheal setelah kelahiran.

R : Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulasi infant jika ditemukan mekonium untuk

mencegah aspirasi lebih lanjut

o    Lanjutkan suction pada mulut bayi untuk mengeluarkan partikel mekonium yang lebih besar.

R : Infant yang teraspirasi mekonium memerlukan resusitasi, khususnya infant yang

mengalami disstress pernafasan

o    Berikan istirahat dan ketenangan pada infant.

R : Menangis atau agitasi dapat meningkatkan tekanan intra thorakal, menyebabkan

pneumothorax

Tujuan

Identifikasi dan minimalkan kegagalan pernafasan setelah kelahiran

Intervensi :

o    Kaji status respirasi yang mengindikasikan aspirasi mekonium dan memerlukan tindakan

segera seperti :

-          frekuensi, kedalaman dan takipnea ( frekuensi nafas lebih dari 60 x/menit). Peningkatan

frekuensi nafas menentukan peningkatan kebutuhan oksigen

-          Grunting. Suara grunting terjadi karena penutupan glottis untuk menghentikan ekshalasi

udara dengan desakan udara ke pita suara

-          Nasal flaring.

Page 8: Leng Kap

-          Retraksi dengan penggunaan otot bantu nafas. Retraksi mengindikasikan distensi paru yang

tidak adekuat selama inspirasi

-          Cyanosis. Cyanosis terjadi karena penurunan kadar oksigen dalam tubuh.

-          Analisa gas darah menunjukkan peningkatan PCO2 dan penurunan PO2. Nilai tersebut

mengindikasikan adanya acidosis

-          Hasil serial ronqen dada.

R : Dapat mengindikasikan atelektasis, hiperinflasi atau pneumothoraks

o    Berikan therapi oksigen dan ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Ventilasi mekanik

kadang diperlukan kadang tidak.

R : Tekanan positif diberikan setelah therapy bronkoskopi atau laringotrakheal untuk

mencegah masuknya mekonium ke jalan nafas yang lebih kecil.

o    Set ventilator mekanik untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dengan frekuensi nafas

pendek (60 – 70 x /menit.

R : Setting ini diperlukan untuk memberikan ventilasi alveoli bagian distal pada infant

dengan aspirasi mekonium berat

o    Pertahankan hiperoksigenasi dan nilai pH/AGD pada 7,45 – 7,55 dengan PCO2 22 – 30

mmHg. Hiperoksigenasi mencegah sirkulasi fetal persisten. R : Keadaan alkalosis respiratorik

membentu menurunkan vasokontriksi paru pada infant dengan aspirasi mekonium.

o    Berikan fisiotherapi dengan perkusi dan vibrasi setiap 1 – 2 jam. Gunakan percussor atau

vibrator jika infant dapat mentoleransi treatment.

R : Prosedur ini membantu mengeluarkan sekresi tapi prosedur ini dilakukan tergantung pada

kondisi infant

o    Cegah komplikasi infeksi (pneumonitis) dengan pemberian antibiotik IV sesuai pesanan

(seperti ampicillin).

R : Antibiotik menghancurkan bakteri dengan memecah dinding sel bakteri sehingga sel

bakteri mati.

o    Berikan aminoglycosides sesuai pesanan seperti kanamisin. Monitor kadar serum bayi.

R : Aminoglycosides menghancurkan bakteri dengan menghambat sintesis protein sehingga

sel bakteri mati. Berikan secara pelahan untuk mencegah toksisitas ginjal. Memonitor level

serum memaksimalkan efeltifitas therapi obat.

o    Jika dipesankan, berikan steroid untuk menurunkan respon inflamasi mekonium.

R : Walaupun obat hidrokortison merupakan pilihan tetapi penggunaannya masih

diperdebatkan.

Page 9: Leng Kap

o    Siapkan infant untuk pembedahan dan pemasangan Extracorporeal Membrane Oksigenation

(ECMO) Pump jika infant mengalami kerusakan fungsi paru yang berat. CCMD

mempertahankan pertukaran dan perfusi gas. Pembedahan dilakukan untuk menanam dua

tube kecil di leher dan menghubungkannnya dengan mesin ECMO yang memompakan darah

melalui paru artificial.

R : Prosedur ini memepertahankan infant tetap hidup sampai paru dapat didukung dengan

ventilasi mekanik. Jika ECMO digunakan

o    Kaji intake dan output cairan infant.

R : Mempertahankan keseimbangan cairan penting untuk mencegah overload cairan.

o    Monitor PO2 atau nilai oksimetri.

R : Nilai tersebut untuk mengevalusi oksigenasi jaringan

o    Kaji status neurologik infant.

R : Tanda neurologik menunjukkan perubahan status oksigenasi

o    Suction saluran endotrakheal sesuai pesanan.

R : Suctioning mempertahankan patensi jalan nafas dan membantu treatment.

b.      Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan

kemungkinan perawatan jangka panjang

Tujuan : Meminimalkan kecemasan, rasa bersalah dan memberikan dukungan selama krisis

situasi.

Intervensi dan Rasional

o    Kaji ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan penggunaan koping mekanisme.

R : Data tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk membangun koping yang

konstruktif pada keluarga

o    Anjurkan orangtua mengungkapkan perasaannya tentang keadaan sakit anaknya, perawatan

yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya.

R : Verbalisasi membantu mempertahankan rasa percaya, menurunkan tingkat kecemasan

orangtua dan meningkatkan keterlibatan orangtua

o    Berikan informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkembangan bayinya,

perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem pernafasan.

R : Informasi akan menurunkan kecemasan terhadap keadaan bayinya.

o    Anjurkan keluarga berkunjung, ikut memberikan perawatan bila mungkin. R : Kunjungan,

komunikasi dan partisipasi pada perawatan infant membantu proses bounding

Page 10: Leng Kap

o    Informasikan kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan intruksikan prosedur yang

penting saat di rumah.

R : Beberapa infant membutuhkan bantuan ventilator setelah pulang ke rumah.

o    Rujuk orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas kesehatan yang bisa

dihubungi.

R : Rujukan memberikan support kepada keluarga untuk terus mengontrol keadaan bayinya.

BAB III

PENUTUP

A.       Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan

professional agar dapat mencapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak.Manajemen

keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat

optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat Penyakit Mekonium

Aspirasi Sindrom ( MAS ).

B.        Saran

Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-

saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :

1.   Kita hendaknya lebih memahami Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )  dalam

meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan.

2.   Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan

Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )”,untuk menambah pengetahuan dibidang

ilmu keperawatan khususnya, dan dibidang pelayanan pemberian asuhan keperawatan pada

umumnya.

Demikian saran dari kami semoga apa yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi kami

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya

Page 11: Leng Kap

DAFTAR PUSTAKA

Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second

Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994

Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby Year Book

Inc, Missouri 1996.

Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta