Lembaran pengesahan

29
NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KONFORMITAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KOMUNITAS SEPEDA MOTOR FORMAL DAN NONFORMAL DI BANDA ACEH OLEH: Rizki Riza 0707101130024 Mirza, S.Psi., M.Si Maya Khairani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Transcript of Lembaran pengesahan

Page 1: Lembaran pengesahan

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KONFORMITAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KOMUNITAS SEPEDA MOTOR FORMAL DAN

NONFORMAL DI BANDA ACEH

OLEH:

Rizki Riza0707101130024

Mirza, S.Psi., M.SiMaya Khairani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALABANDA ACEH

2014

Page 2: Lembaran pengesahan

NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KONFORMITAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KOMUNITAS SEPEDA MOTOR FORMAL DAN NONFORMAL DI

BANDA ACEH

Telah Disetujui pada Tanggal

17 Januari 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Mirza, S.Psi.,M.Si Maya Khairani, M.Psi., PsikologNIP. 19810731 200812 1 001 NIP. 19840620 201012 2 0033

ii

Page 3: Lembaran pengesahan

PERBEDAAN KONFORMITAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KOMUNITAS SEPEDA MOTOR FORMAL DAN NONFORMAL DI BANDA ACEH

Rizki Riza, Mirza, Maya Khairani

ABSTRAK

Konformitas adalah penyesuaian diri individu didalam kelompok agar sesuai dengan norma yang berlaku demi menghindari sanksi yang akan diterima apabila tidak melakukan perilaku konformitas. Konformitas memiliki empat aspek yaitu kesepakatan, kepatuhan, indoktrinasi intensif, dan norma sosial. Konformitas sebuah kelompok berbeda dari kelompok lainnya karena latar belakang serta budaya kelompok itu sendiri. Penelitian dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok komunitas sepeda motor formal dan non-formal. Formal atau tidak formalnya sebuah komunitas tergantung pada landasan hukum serta struktur organisasi kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konformitas pada remaja ditinjau dari komunitas sepeda motor formal dan nonformal di Banda Aceh. Sampel Komunitas formal adalah komunitas YVCI-BA dan komunitas nonformal adalah The Brandals. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tekhnik purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 60 orang (30 dari YVCI-BA dan 30 dari The Brandals). Metode pengumpulan data menggunakan Skala Konformitas dengan 28 pernyataan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji-t. Hasil uji statistik menunjukkan t-hit 9,008> t-tabel 2,002 dan nilai taraf signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan konformitas pada remaja ditinjau dari komunitas sepeda motor di Banda Aceh. Hasil Pengkategorian menunjukkan 27 subjek pada YVCI-BA dan 3 subjek pada The Brandals memiliki konformitas tinggi dan 3 subjek pada YVCI-BA dan 27 subjek pada The Bradals memiliki konformitas rendah.

Kata kunci : Konformitas, Komunitas Formal, Komunitas Nonformal

iii

Page 4: Lembaran pengesahan

RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER-CHILDREN COMMUNICATION WITH ATTITUDE OF ADOLESCENCE TOWARD PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN

BANDA ACEH

Rizki Riza, Mirza, Maya Khairani

ABSTRACT

Conformity is the individuals adjustment within the group, thus it conforms to the valid norms in order to avoid any sanctions should there is no conformity behavior performed. It has four aspects including the agreement, compliance, intensive indoctrination and social norms. The conformity of one group different from the others due to the background and culture of the group itself . The study was conducted on two groups, formal and nonformal motorcycle community group. Formal or nonformal community was depending on the fundamental of legality and organizational structure of the group. The study aimed to determine the differences terms of conformity on adolescent from the perspective of both formal and nonformal motorcycle communities in Banda Aceh. The sample of formal community was YVCI-BA and nonformal communities was The Brandals. It used a quantitative method with purposive sampling technique. In this case, the subject was targeted to 60 people (30 from YVCI-BA and 30 from The Brandals). The data collection method used was the Conformity Scale consisted of 28 statements. Then, t-Test was used to analyse the data and the results showed that t-value 9.008> t-Table 2.002 and the significant value was 0.001 (p<0.05), which means that there were differences in terms of conformity on adolescent from both formal and nonformal motorcycle communities in Banda Aceh. The categorizing results showed that 27 subjects on YVCI - BA and 3 subjects on The Brandals had high level of conformities on the other hand, 3 subjects on YVCI - BA and 27 subjects on The Bradals had low level of conformities.

Keyword: conformity, formal community, nonformal community

iv

Page 5: Lembaran pengesahan

Pendahuluan

Setiap remaja memiliki tugas-tugas perkembangan diantaranya perkembangan

fisik, emosional, dan sosial. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan yang

signifikan yang terjadi pada anatomi tubuh serta hormon menuju arah yang lebih

matang secara seksual. Perkembangan emosional remaja akan cenderung meningkat

menjadi lebih stabil seiring bertambahnya usia. Perkembangan sosial remaja akan

bertambah luas seiring dengan banyaknya lingkungan baru yang dimasukinya dan

disini remaja banyak belajar tentang perkembangan sosial sebagai tahap awal untuk

perkembangannya menuju dewasa (Hurlock, 2000).

Pada masa remaja, setiap individu masih membutuhkan orang tuanya, masih

tergantung kepadanya, dan masih dipengaruhi orang tuanya. Akan tetapi, remaja

mulai memiliki pandangan sendiri bahwa dia memiliki dirinya sendiri, dimana remaja

mulai banyak menyukai kegiatan diluar rumah dan memasuki dunia yang lebih luas,

dan mereka merasa dapat mengarahkan dirinya sendiri (Sulaeman, 1995). Dalam

keluarga, remaja masih memiliki hubungan dengan keluarga seperti sikap saling

menghargai dan menghormati hak dan kewajiban antar anggota keluarga, ikut terlibat

dalam memecahkan masalah dalam keluarga, memiliki toleransi dan mau bertoleransi

dalam perbedaan pendapat antar anggota keluarga, adanya keterbukaan dan

komunikasi yang baik dengan orang tua serta adik kakak, dan mendapat hak untuk

mengeksplorasi lingkungan sosial yang lebih luas serta berhak untuk terlibat

didalamnya namun masih dibawah pengawasan orang tua (Ali dan Asrori, 2005).

Selain lingkungan keluarga, lingkungan yang tak asing bagi remaja adalah

lingkungan sekolah, dimana lingkungan ini sudah dimasuki individu sejak usia anak-

anak. Lingkungan sekolah sangat berperan penting dalam memengaruhi

perkembangan remaja dimana hampir seluruh masa remaja dilalui di sekolah

(Sulaeman, 1995). Sekolah juga mengajarkan remaja mempersiapkan dirinya untuk

terjun ke lingkungan sosial yang lebih luas. Sekolah menjadi sarana bagi remaja

untuk belajar berorganisasi dan mengeluarkan ide serta pendapatnya melalui berbagai

macam kegiatan, serta ekstrakulikuler yang dapat diikutinya sesuai dengan minat dan

bakatnya masing-masing. Sekolah merupakan jembatan bagi remaja menuju

lingkungan sosial masyarakat yang lebih luas (Sarwono, 2008).

Salah satu kelompok sosial yang dimasuki oleh remaja adalah komunitas.

Remaja masuk kedalam komunitas yang sesuai dengan hobi mereka, seperti

1

Page 6: Lembaran pengesahan

komunitas sepeda motor. Komunitas sepeda motor terdiri dari dua jenis yaitu

komunitas formal dan nonformal. Sebagian remaja memilih mengikuti klub motor

yang merupakan komunitas formal, sedangkan sebagian lagi memilih geng motor

yang merupakan komunitas nonformal.

Gerungan (2004) membagi dua jenis komunitas yaitu komunitas formal dan

nonformal sesuai dengan ada atau tidaknya AD-ART dalam komunitas itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosyid (2013) mengungkapkan bahwa ada perbedaan

antara organisasi formal dan nonformal. Perbedaan tersebut terlihat dari pengaruh

komunikasi organisasi formal terhadap kepuasan kerja adalah 45,09%, sedangkan

pengaruh komunikasi organisasi nonformal terhadap kepuasan kerja adalah sebesar

35,20%. Hasil ini memperkuat teori Gerungan yang menyebutkan ada perbedaan

antara kelompok formal dan nonformal.

Perbedaan ini juga ditegaskan oleh Luthans (2006) yang menyebutkan bahwa

perbedaan konformitas antar kelompok sosial terjadi akibat perbedaan akar sejarah

yang diwarisi dan dipersepsi para pengikut kelompok sosial itu sendiri sehingga

menjadi adat dan budaya serta ciri khas kelompok tersebut. Penelitian yang dilakukan

oleh Evanita (2007) tentang perbedaan kelembagaan formal dan nonformal dalam

proses perizinan mendirikan bangunan (IMB) diperoleh hasil bahwa perizinan dari

lembaga formal lebih mudah diperoleh selama sesuai dengan persyaratan dan tata

hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan pada lembaga nonformal

lebih sulit dipenuhi karena tidak ada aturan tetap sehingga membutuhkan pendekatan

yang berbeda.

Penelitian senada juga dilakukan oleh Hartini (2009) yang menunjukkan bahwa

ada perbedaan tingkat keterlibatan politik mahasiswa Universitas Indonesia di berbagai

jenis organisasi kemahasiswaan. Hasil perhitungan rata-rata skor tingkat keterlibatan

politik, subjek pada organisasi formal dengan desain matriks memiliki tingkat

keterlibatan lebih tinggi daripada subjek pada organisasi kemahasiswaan nonformal

dengan desain sederhana. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa komunitas sepeda motor formal dan nonformal berbeda dalam hal

konformitas. Tujuan penelitian ini adalah melihat perbedaan konformitas pada

remaha ditinjau dari komunitas sepeda motor formal dan nonformal. Komunitas yang

lebih tinggi tingkat konformitasnya dan aspek dalam konformitas yang paling

memengaruhi tinggi rendahnya konformitas juga akan dibahas dalam penelitian ini.

2

Page 7: Lembaran pengesahan

Tinjauan Teori

1. Konformitas

Konformitas merupakan kecenderungan untuk merngubah keyakinan atau

perilaku seseorang agar sesuai dengan parilaku orang lain. Konformitas adalah

melakukan hal yang sama dengan orang lain sesuai dengan norma-norma, selera,

pendapat, penataan, dan sebagainya yang bersifat behavioral dalam sebuah kelompok

yang didalamnya seseorang mengasumsikan dirinya sebagai anggotanya (Sears,

2009). Konformitas merupakan cara yang digunakan remaja, khususnya mereka yang

termasuk dalam komunitas yang termarginalkan, merasakan adanya ikatan untuk

menyesuaikan diri dengan norma-norma subkultural yang tidak didukung oleh

sebagian besar masyarakat yaitu sebagaimana individu mengubah sikap dan tingkah

laku mereka dengan cara yang dipandang wajar atau dapat diterima oleh kelompok

atau masyarakat agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron & Byrne, 2004).

Konformitas adalah suatu bentuk sikap penyesuaian diri individu dalam masyarakat

atau kelompok karena individu tersebut terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan

nilai-nilai yang sudah ada, tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti orang

lain lakukan tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak (Wade & Tavris,

2007).

2. Aspek-aspek konformitas

Adapun aspek-aspek konformitas pada remaja menurut Baron & Byrne (2004)

yaitu :

a. Kesepakatan

Suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari individu

kepada orang lain. Individu yang bergabung dalam suatu kelompok akan setuju

dengan kesepakatan yang ada apabila individu-individu lain yang ada dalam

kelompok tersebut juga setuju dengan kesepakatan tersebut.

b. Kepatuhan

Suatu bentuk pengaruh sosial yang individu memerintahkan kepada satu orang

lain atau lebih untuk melakukan satu atau beberapa tindakan. Individu yang ada

dalam kelompok akan patuh terhadap perintah yang diberikan apabila anggota-

anggota kelompok lain juga mengikuti perintah yang diberikan.

3

Page 8: Lembaran pengesahan

c. Indoktrinasi intensif

Suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu kelompok dan

menerima kepercayaan serta aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak bertanya.

Individu yang bergabung dalam suatu kelompok secara pelan-pelan akan melewati

berbagai proses sampai pada tujuan menjadi bagian dari kelompok tersebut.

d. Norma sosial

Aturan-aturan yang mengindikasikan tata cara seharusnya individu bertingkah

laku pada situasi yang spesifik. Norma-norma yang ada dalam suatu kelompok akan

menjadi suatu kesepakatan yang akan disetujui oleh semua anggota-anggota yang ada

kelompok tersebut.

3. Komunitas Sepeda Motor

Menurut Gerungan (2004), komunitas merupakan salah satu jenis kelompok

yang terbentuk berdasarkan adanya kesamaan minat dan ketertarikan pada hal

tertentu, berdasarkan lokasi dimana anggota komunitas itu berada, maksud,

kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, dan sejumlah kondisi lain

yang serupa. Komunitas terbagi atas formal dan nor-formal. Perbedaan diantara

keduanya dapat ditemukan melalui ada atau tidaknya anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga (AD-ART). Sepeda motor merupakan sepeda besar yang dijalankan

dengan mesin sebagai tenaga penggerak yang dikendalikan oleh manusia yang

mengendarainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan, 2013). komunitas

sepeda motor merupakan sebuah kelompok sosial dimana individu-individu yang

menjadi anggotanya merupakan sesama peminat, pecinta, atau pehobi jenis kendaraan

bermesin dengan dua roda (sepeda motor) dengan jenis dan merek yang sama, atau

bisa juga dengan jenis dan merek yang berbeda-beda tergantung dari komunitas yang

diikutinya.

4

Page 9: Lembaran pengesahan

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang melibatkan

responden sebanyak 60 remaja di Banda Aceh, dengan krriteria (1) Remaja berusia

16-24 tahun; (2) Berjenis kelamin laki-laki; (3) Aktif mengikuti komunitas sepeda

motor YVCI-BA dan The Brandals; (4) Berdomisili di Banda Aceh. Pengambilan

responden dilakukan dalam batas waktu tertentu, dimana semua remaja yang dipilih

berdasarkan kriteria studi.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan satu skala yaitu

Skala Konformitas. Skala ini disusun oleh Sahara (2014) dan dilakukan adaptasi oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek Konformitas yang dikemukakan oleh Baron dan

Byrne (2004) yaitu kesepakatan, kepatuhan, indoktrinasi intensif, dan norma sosial.

Setiap pernyataan dalam Skala Konformitas terdiri dari pernyataan yang bersifat

favorabel dan unfavorabel. Skala ini terdiri dari 28 pernyataan dimana setiap

pernyataan mempunyai empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai(SS), Sesuai (S),

Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Sample

Independent t-Tes. Keseluruhan analisis data dilakukan dengan bantuan statistical

product and service solution (SPSS) versi 21.

Hasil Penelitian

Deskripsi Subjek

Subjek pada penelitian ini adalah anggota komunitas sepeda motor formal

(YVCI-BA) dan nonformal (The Brandals) yang berjumlah 60 orang dengan rentang

usia remaja pertengahan sampai remaja akhir. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

5

Page 10: Lembaran pengesahan

Tabel 1. Tingkat Konformitas Berdasarkan Kategori Usia

Kategori Usia Komunitas Jumlah sampelYVCI The Brandals

Remaja pertengahan(16-19 tahun)

3 27 30

Remaja akhir(20-24 tahun)

27 3 30

Deskripsi Data

Setelah dilakukan analisis secara deskriptif, terdapat perbandingan antara data

hipotetik (yang mungkin terjadi) dan data empiris (berdasarkan kenyataan di

lapangan). Deskripsi data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Deskripsi Hasil Data Penelitian

VariabelData Hipotetik Data Empirik

Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SDKonformitas 112 28 70 14 88 59 73,73 6,29

Rata-rata pada deskripsi hasil data secara empirik yang telah dipaparkan pada

tabel di atas, akan digunakan untuk mengetahui kecenderungan respon subjek

penelitian terhadap tiap-tiap variabel yang dapat dijadikan batasan untuk

pengkategorian subjek. Tabel normatif untuk kategori sampel penelitian

berdasarkan data empirik sebagai berikut.

Tabel 3. Norma Kategorisasi Subjek Penelitian

Rumus Norma Kategori Kategori X< M Rendah

X≥ M Tinggi

Sumber: Azwar (2010)

Berpedoman pada norma yang telah disusun tersebut, maka peneliti melakukan

kategorisasi skor tiap-tiap sampel penelitian pada masing-masing variabel penelitian.

Tabel 4. Kategorisasi Tingkat Konformitas pada Subjek Penelitian

Interval Kategori Konformitas FerkuensiYVCI-BA The Brandals

X< 73,73 Rendah 3 10% 27 90% 30X≥ 73,73 Tnggi 27 90% 3 10% 30

6

Page 11: Lembaran pengesahan

Analisis Data Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan sebuah variabel antara dua

kelompok pembanding. Sebelum analisis dilakukan, ada beberapa syarat yang harus

dilakukan terlebih dahulu yaitu uji normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian,

dan uji homogenitas untuk menentukan metode uji perbedaan yang akan digunakan.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan pada 60 subjek penelitian pada variabel

konformitas memiliki sebaran normal (K-S-Z = 0, 850, dengan p>0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Skala Konformitas memiliki sebaran normal. Hasil uji

homogenitas menunjukkan nilai signifikansi 0,083 dengan p > 0,05, karena nilai

signifikansi lebih besar dari nilai p dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini

mempunyai varians yang sama atau dengan kata lain varians datanya bersifat

homogen, dan terbentuk hipotesis bahwa tidak ada perbedaan konformitas pada kedua

komunitas.

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan uji

hipotesis. Analisis Uji-t menunjukkan nilai t-hitung sebesar t = −¿9,008 (thitung > ttabel

yaitu 2,002) dengan tingkat signifikansi p= 0,001 (p<0,01). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah terdapat

perbedaan konformitas antara komunitas YVCI-BA dengan The Brandals.

Data Tambahan

Selain melakukan uji hipotesis untuk melihat perbedaan konformitas pada

remaja ditinjau dari komunitas sepeda motor formal dan nonformal, peneliti juga

melakukan analisis per aspek pada variabel penelitian untuk melihat aspek mana yang

sangat berhubungan dengan variabel dependen (tergantung). Berikut merupakan hasil

analisis per aspek:

Tabel 4 . Korelasi Aspek Komunikasi Ibu-Anak dengan Sikap terhadap Perilaku Seksual Pranikah

Aspek konformitas Rata-rata persentaseKesepakatan 17,70 24,00%Kepatuhan 17,57 23,83%

Indoktrinasi Intensif 19,70 26,72%Norma Sosial 18,77 25,45%

Total 73,73 100%

Data tambahan selanjutnya berdasarkan batasan usia, peneliti mendapatkan

data tambahan yaitu konformitas yang lebih tinggi terdapat pada remaja akhir

7

Page 12: Lembaran pengesahan

dibanding remaja pertengahan (dengan batasan usia remaja menurut Hurlock, 2000).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 5. Tingkat Konformitas Berdasarkan Kategori Usia

Kategori Usia Tingkat konformitas Jumlah sampelTinggi Rendah

Remaja pertengahan(16-19 tahun)

3 27 30

Remaja akhir(20-24 tahun)

27 3 30

Diskusi

Berdasarkan data hasil penelitian terhadap 60 subjek anggota komunitas sepeda motor

menunjukkan adanya perbedaan tingkat konformitas pada remaja ditinjau dari formal

atau tidak formalnya komunitas. Hal ini ditunjukkan dari tingkat toleransi taraf

kepercayaan 95% rentang selisih konformitas antara YVCI-BA dengan The brandals

adalah dari 7,462 sampai 11,738 dengan selisih sebesar 4,276. Nilai t-hitung 9,008> t-

tabel 2,002 dengan nilai signifikansi 0,001<0,05 menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan konformitas antara YVCI-BA dengan The Brandals

Perbedaan konformitas berdasarkan tabel ketegorisasi (Tabel.9) dapat dilihat

bahwa 90% dari komunitas YVCI-BA memiliki konformitas tinggi dan 10% rendah.

Pada komunitas The Brandals terdapat hal sebaliknya dimana 90% memiliki

konformitas rendah dan 10% tinggi. Hasil ini mendukung uji analisis statistik yang

menunjukkan ada perbedaan konformitas pada YVCI-BA dengan The Brandals.

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima karena tiap kelompok

yang berbeda akan memiliki tingkat konformitas yang berbeda, hal ini terbukti

dengan melihat hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan ada perbedaan yang

signifikan antara komunitas formal (YVCI-BA) dengan komunitas non-formal (The

Brandals). Konformitas merupakan variabel penting dalam sebuah kelompok

sehingga pengaruhnya cukup besar untuk dapat membuat perbedaan antara sebuah

kelompok dengan kelompok lainnya.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Teruna (2010) yang

menggunakan metode kuantitatif dengan teknik stratified cluster random sampling,

dan menggunakan satu skala yaitu Skala Konformitas. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan tingkat konformitas terhadap seks pranikah antara pria dan

wanita. Perbedaan antara sebuah kelompok dengan kelompok lainnya disebabkan

8

Page 13: Lembaran pengesahan

oleh akar sejarah yang diwarisi dan dipersepsi para pengikut kelompok sosial itu

sendiri sehingga menjadi adat dan budaya serta ciri khas kelompok tersebut (Luthans,

2006).

Penelitian tentang perbedaan kelompok formal dengan kelompok nonformal

dilakukan oleh Evanita (2007) tentang perbedaan kelembagaan formal dan nonformal

dalam proses perizinan mendirikan bangunan (IMB) diperoleh hasil bahwa perizinan

dari lembaga formal lebih mudah diperoleh selama sesuai dengan persyaratan dan tata

hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan pada lembaga nonformal

akan sulit dipenuhi karena tidak ada aturan tetap sehingga membutuhkan pendekatan

yang berbeda. Penelitian senada juga dilakukan oleh Hartini (2009) dimana ada

perbedaan tingkat keterlibatan politik mahasiswa universitas indonesia di berbagai jenis

organisasi kemahasiswaan dimana dari hasil perhitungan rata-rata skor tingkat

keterlibatan politiknya, subjek pada organisasi formal dengan desain matriks memiliki

tingkat keterlibatan lebih tinggi daripada subjek pada organisasi kemahasiswaan

nonformal dengan desain sederhana.

Pada Subjek penelitian ini, YVCI-BA dan The Brandals memiliki perbedaan

dalam aspek norma dimana YVCI-BA memiliki struktur organisasi, landasan hukum,

agenda kerja, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang telah ditentukan dalam AD-ART

membuat anggota komunitas ini lebih konform terhadap kelompok daripada The

Brandals, hal ini terlihat melalui data yang diperoleh dimana rata-rata skor total

YVCI-BA adalah 78,57. Hasil ini lebih tinggi dari yang diperoleh The Brandals yaitu

sebesar 68,97. Tidak adanya aturan yang jelas, struktur organisasi, agenda kerja, yang

terangkum dalam AD-ART membuat konformitas kelompok ini cenderung lebih

rendah. Individu yang memiliki konformitas tinggi akan lebih banyak tergantung

pada aturan dan norma yang berlaku dalam kelompoknya, sehingga individu

cenderung mengatribusikan setiap aktivitasnya sebagai usaha kelompok, bukan

usahanya sendiri (Monks dkk, 2004).

Komunitas formal (YVCI-BA) memiliki sanksi yang lebih tegas dibanding

komunitas non-formal (The brandals), hal ini membuat individu dalam komunitas

YVCI-BA cenderung lebih konform dibanding The Brandals. Sanksi yang tegas

membuat individu lebih konform baik karena terpaksa maupun secara sukarela demi

memenuhi harapan orang lain sehingga dapat diterima dalam kelompok (Ali dan

Asrori, 2005).

9

Page 14: Lembaran pengesahan

Menurut Luthans (2006), kelompok formal cenderung lebih tinggi aspek

fungsionalnya daripada aspek disfungsionalnya, hal ini bertolak belakang dengan

kelompok non-formal. Aspek fungsional ini diantaranya konflik tujuan, pembatasan

hasil, konformitas, ambisi yang terhalang, dan resistansi terhadap perubahan.

Referensi ini mendukung hasil penelitian dimana aspek fungsional (konformitas)

kelompok formal lebih tinggi dibanding kelompok non-formal.

Berdasarkan hasil analisis peraspek (Tabel 10) dapat disimpulkan bahwa

aspek indoktrinasi intensif memberikan kontribusi terbesar dalam mengukur tingkat

konformitas pada penelitian ini. Menurut Baron dan Byrne, (2004) Indoktrinasi

intensif merupakan suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota

kelompok dan menerima kepercayaan serta aturan dalam kelompok tanpa bertanya-

tanya dengan disertai komitmen yang tinggi.

Ada empat tahapan dalam indoktrinasi intensif yaitu pertama tahap melunak,

anggota baru diisolir dari teman-teman dan keluarga serta lingkungan awalnya

sehingga mereka dapat dipisahkan dari kehidupan lamanya dan menempatkan mereka

pada keadaan dimana mereka akan menerima pesan-pesan kelompok. Kemudian

tahap kedua yaitu kesepakatan, anggota baru diminta untuk menuruti permintaan

kelompok serta secara aktif mencoba peran sebagai anggota. Tahap ketiga yaitu

internalisasi, anggota baru mulai menerima bahwa pandangan-pandangan kelompok

adalah benar dan mereka sungguh-sungguh mempercayai pandangan tersebut. Tahap

keempat konsolidasi, anggota baru memperkuat keanggotaan mereka dengan

melakukan tindakan yang membuat mereka sulit untuk keluar dari kelompok. Hasil

dari indoktrinasi intensif akan membuat anggota kelompok dapat menerima dan

percaya kepada kelompok tanpa bertanya-tanya (Baron dan Byrne, 2004).

Data tambahan menyebutkan bahwa remaja akhir lebih konform daripada

remaja pertengahan (Tabel 11). Menurut Rachmawati (2008), usia remaja akhir

membuat remaja lebih konform daripada remaja awal, hal ini dikarenakan usia remaja

akhir memiliki kematangan emosi yang lebih stabil karena mendekati usia dewasa

sehingga membuat remaja cenderung mengikuti norma-norma yang berlaku dalam

kelompoknya. Pada usia remaja pertengahan, remaja memiliki labilitas emosi yang

tinggi sehingga cenderung tidak patuh pada aturan yang berlaku, masa ini juga

diwarnai dengan berkobar-kobarnya semangat dalam mencari dan menemukan

10

Page 15: Lembaran pengesahan

identitas sehingga remaja cenderung mengubah-ubah sikap serta pandangannya

terhadap norma yang berlaku (Dimjati, 2000).

Selama proses penelitian terdapat beberapa kendala yaitu sulitnya mencari

subjek yang merupakan komunitas non-formal, hal ini disebabkan karena komunitas

ini tidak diketahui publik, tidak memiliki nama yang pasti dan anggota tetap,

sehingga sulit untuk ditemui. Dalam penelitian ini terdapat kekurangan yaitu populasi

yang masih kurang luas dan subjek yang sedikit sehingga hasil yang diperoleh tidak

cukup kuat untuk mewakili komunitas yang ada di Banda Aceh.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini, ditemukan perbedaan yang

signifikan pada konformitas remaja jika ditinjau dari komunitas sepeda motor formal

dan nonformal di Banda Aceh. Perbedaan konformitas antara komunitas formal dan

nonformal terbukti berdasarkan hasil kategorisasi tinggi-rendahnya tingkat

konformitas yang menunjukkan 90% Subjek YVCI-BA memiliki konformitas tinggi

dan 10% memiliki konformitas rendah, sedangkan pada The Brandals sebaliknya

hanya 10% subjek memiliki konformitas tinggi dan 90% memiliki konformitas

rendah.

Dari keempat aspek konformitas yang digunakan dalam penelitian, diperoleh

hasil bahwa aspek indoktrinasi intensif memberi sumbangan paling besar dalam

menyebabkan konformitas. Data tambahan (usia) yang diperoleh peneliti

menunjukkan bahwa remaja akhir cenderung menunjukkan tingkat konformitas lebih

tinggi daripada remaja pertengahan. Hal ini disebabkan remaja akhir cenderung

memiliki emosi lebih stabil daripada remaja pertengahan.

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka diajukan beberapa saran

yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya maupun bagi pakar

psikologi sosial dan psikologi perkembangan remaja:

1. Penelitian ini hanya membahas mengenai perbedaan konformitas pada remaja,

bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar mampu membahas mengenai

konformitas pada orang dewasa sehingga dapat memperkaya pembahasan dan

pengetahuan mengenai konformitas pada jenjang usia yang lebih luas.

11

Page 16: Lembaran pengesahan

2. Subjek dalam penelitian ini semuanya berjenis kelamin laki-laki, sehingga

penelitian lanjutan dapat dilakukan pada semua jenis kelamin sehingga bisa

diperoleh perbandingan konformitas pada laki-laki dan perempuan.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan

untuk menambah aspek lain dalam mengungkap variabel konformitas sehingga

dapat diperoleh data tambahan yang dapat memperkaya wawasan tentang

konformitas pada remaja.

4. Di Banda Aceh ada banyak komunitas lainnya seperti komunitas mobil, fotografi,

pecinta tanaman, peduli kesehatan, dan sebagainya sehingga ada baiknya

penelitian dilakukan juga pada komunitas lain tidak hanya terbatas pada

komunitas sepeda motor.

5. Saat melakukan penelitian, diharapkan peneliti benar-benar mengontrol subjek

dalam mengisi skala penelitian, karena remaja cenderung kurang teliti dalam

pengisian skala, sehingga ada skala yang tidak diisi dengan keadaan yang

sebenarnya. Selain itu, disarankan untuk pernyataan pada skala dibuat menjadi

lebih mudah untuk dipahami agar subjek tidak bosan ketika mengisi angket.

12

Page 17: Lembaran pengesahan

Daftar Pustaka

Ali, M. dan Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Jakarta Grafika Offset

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, & Byrne. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Dimjati, M.M. (2000). Psikologi Anak dan Remaja. Yogyakarta: Yayasan Aksara Indonesia

Evanita. (2007) Hubungan Kelembagaan Formal dan Nonformal dalam Proses Perizinan (IMB) dengan Menggunakan Izin Pakai pada Tanah Ulayat di Kecamatan Kuranji Kota Padang . Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Gerungan, W. A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Hartini, E. S. (2009). Perbedaan Tingkat Keterlibatan Politik (Political Engagement) Mahasiswa Universitas Indonesia di Berbagai Jenis Organisasi Kemahasiswaan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan (2013) dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Monks, F. J & Haditono, S. R. (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers.

Rachmawati, F. Hubungan Kematangan Emosi dengan Konformitas Pada Remaja. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, 2(1), 1-16, diakses 10 Desember 2013, dari http://journal.uad.ac.id/index.php/EMPATHY/article/view/1532/870

Rosyid, B. Pengaruh Komunikasi Organisasi Formal dan Komunikasi Organisasi Nonformal Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tetap Bagian Teknik dan Pengolahan pada PT. Perkebunan Nusantara x (Persero) Gudang Ajong-Gayasan Jember. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Ilmu Administrasi Niaga Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.

13

Page 18: Lembaran pengesahan

Sahara, N. (2014). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Konformitas Remaja di Banda Aceh. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.

Sarwono, S. W. (2008). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Sears, D. O (2009). Psikologi Sosial Edisi V Jilid II. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga

Sulaeman, D. (1995). Psikologi Remaja. Bandung: Penerbit Mandar Maju.

Teruna, Y. P. (2010). Perbedaan Tingkat Konformitas pada Remaja Terhadap Seks Pranikah Antara Pria dan Wanita. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi  Universitas Gunadarma Jakarta

Wade, C. & Tavris, C. (2007). Psycholgy (9th Edition). New Jersey: Pearson Prentice Hall.

14

Page 19: Lembaran pengesahan

Biodata Peneliti

Nama : Rizki RizaPekerjaan : MahasiswaInstansi : Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas

Syiah KualaNo. Kontak : +6285358838667Alamat e-mail : [email protected]

15