LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR - Biro … · Web viewLaboratorium kesehatan Swasta adalah sarana...
Embed Size (px)
Transcript of LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR - Biro … · Web viewLaboratorium kesehatan Swasta adalah sarana...

1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULELENG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BULELENG,
Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi dan kondisi yang dimiliki;
b. bahwa pelayanan kesehatan swasta telah berkembang dengan pesat untuk itu di pandang perlu untuk mengadakan pembinaan dan mengendalikan kegiatannya sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi pelaksanaan pembangunan melalui perijinan Bidang Kesehatan;
c. bahwa penerbitan izin memerlukan proses administrasi dan biaya sehingga untuk memperlancar proses penerbitannya diperlukan adanya partisipasi dari para pelaku di bidang kesehatan melalui pembayaran retribusi ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Perizinan Bidang Kesehatan di Kabupaten Buleleng.
Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah – daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah – daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 );
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);

2
4. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Izin Praktek Dokter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) ;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran negara Nomor 3258);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

3
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULELENG
dan
BUPATI BULELENG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULELENG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Buleleng.
2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Bupati adalah Bupati Buleleng.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daeah Kabupaten Buleleng.
5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
6. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
7. Optikal adalah suatu tempat di mana diselenggarakan pelayanan kaca mata baik melalui resep Dokter maupun dengan melakukan pemeriksaan refraksi sendiri.
8. Masa bakti adalah masa pengabdian profesi tenaga medis kepada masyarakat dalam rangka menjalankan tugas profesi pada satu sarana pelayanan kesehatan atau sarana lain yang ditentukan pemerintah dalam kedudukan sebagai pegawai tidak tetap.
9. Surat keterangan selesai masa bakti adalah surat keterangan yang diberikan kepada tenaga medis yang telah selesai menjalankan masa bakti oleh Gurbenur u.p. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi penempatan atas nama Menteri Kesehatan.
10. Rumah Sakit adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan spesialis tertentu, pelayanan medik penunjang, pelayanan instalansi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap.
11. Praktek Berkelompok adalah Penyelenggara Pelayanan Medik secara bersama oleh Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis atau Dokter Gigi Spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

4
12. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar secara rawat jalan.
13. Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar kepada wanita hamil, bayi dan anak prasekolah, dan pelayanan keluarga Berencana.
14. Rumah Bersalin adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan keluarga Berencana serta perawatan bayi baru lahir.
15. Tukang Gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan di bidang penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mempunyai pendidikan berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, yang kewenangannya terbatas pada membuat gigi tiruan lepasan dari akrilik sebagian atau penuh dan memasang gigi tiruan lepasan.
16. Pedagang Eceran Obat adalah orang atau badan Hukum yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obatan bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu.
17. Laboratorium kesehatan Swasta adalah sarana kesehatan swasta yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bukan bahan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit kondisi kesehatan atau factor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perseorangan dan masyarakat.
18. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang hematology, mikrobiologi klinik, himonologi klinik, dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan terutama untuk penunjang upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
19. Laboratorium Gigi adalah tempat usaha untuk melakukan pengolahan , pencampuran, dan perubahan bentuk bahan kimia dalam rangka pembuatan gigi palsu.
20. Praktek Swasta Perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.
21. Surat Izin Kerja Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.
22. Surat Izin Praktik Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik perawat perorangan/berkelompok.
23. Klinik Perawatan Penderita Narkoba adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotik, psikotropik dan zat aditif lainnya berupa kegiatan pemulihan dan pengembangan secara terpadu baik fisik, mental, social dan agama.
24. Klinik Kecantikan adalah bentuk pelayanan terhadap individu berupa penambahan, pengurangan dan merubah kulit, wajah, atau bagian tubuh lainnya yang dilaksanakan oleh tenaga medis.
25. Klinik Spesialis adalah penyelenggaraaan pelayanan medik khusus atau spesialis di satu bidang pelayanan oleh tenaga medis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

5
26. Laik Sehat adalah kondisi rumah makan atau restoran yang telah memenuhi persyaratan kesehatan.
27. Sertifikat Penyuluhan adalah sertifikat yang diberikan kepada pengusaha produksi Pangan Industri Kecil Rumah Tangga (PIRT) setelah mengikuti penyuluhan keamanan pangan serta diperiksa sarana produksinya dan memenuhi persyaratan kesehatan.
28. Laik Hygiene Sanitasi adalah kondisi upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan factor penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
(1) Setiap kegiatan pelayanan di bidang kesehatan di daerah wajib mendapat izin dari Bupati.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimohonkan oleh badan atau orang pribadi.
(3) Izin kegiatan pelayanan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:a. Izin bagi Pelayanan Medik Dasar yaitu :
1. izin praktek Dokter Umum ;2. izin praktek Dokter Gigi ;3. izin penyelenggaraan praktik berkelompok Dokter Umum ;4. izin pendirian praktik berkelompok Dokter Gigi ;5. izin praktik Bidan ;6. izin praktik Perawat ;7. izin kerja Perawat ; 8. izin pendirian Balai Pengobatan/Klinik ;9. izin pendirian Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) ; dan10. izin pendirian Rumah Bersalin.
b. Izin bagi Pelayanan Medik Spesialis (Rujukan) :1. izin praktik Dokter Spesialis ;2. izin praktik Dokter Gigi Spesialis ;3. izin pendirian praktik berkelompok Dokter Spesialis ;4. izin pendirian Klinik Spesialis ;5. izin pendirian praktik berkelompok Dokter Gigi Spesialis ;6. izin pendirian Rumah Sakit Swasta yang setara dengan Rumah Sakit
Pemerintah Tipe C dan Tipe D ;7. izin pendirian Klinik Perawatan Penderita Narkoba ;8. izin pendirian Klinik Kecantikan ; dan9. izin pendirian Unit Tranfusi Darah.

6
c. Perizinan bagi Pelayanan Medik Penunjang :1. izin Apotik dan toko obat ;2. izin pendirian Laboratorium Klinik ;3. izin pendirian Laboratorium Kesehatan Masyarakat ;4. izin pendirian Laboratorium Gigi ;5. izin praktik Fisiotherafis ;6. izin pendirian Optikal ;7. izin pedagang eceran obat ; dan8. izin tukang gigi.
d. Sertifikasi Bidang Kesehatan :
1. Sertifikasi Laik Sehat Hotel, Restoran atau Rumah Makan ;2. Sertifikasi Penyuluhan (SP) dan Produksi Pangan Industri Rumah tangga ;
dan3. Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi.
Pasal 3
(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf c berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang kembali.
(2) Sertifikasi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) huruf d berlaku untuk jangka waktu sebagai berikut :
a. Sertifikasi Laik Sehat Hotel, Restoran atau Rumah Makan 3 (tiga) tahun;b. Sertifikasi Penyuluhan (SP) Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 6
(enam) bulan;c. Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi 6 (enam) bulan; dand. Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit 1 (satu) tahun;
Pasal 4
(1) Pengalihan izin kegiatan pelayanan bidang kesehatan wajib mendapat persetujuan dari Bupati.
(2) Perubahan jenis pelayanan kesehatan wajib dilakukan perizinan baru dan diproses sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 5
Tata Cara dan Persyaratan permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB III
NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Dengan nama Retribusi Perizinan Bidang Kesehatan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penerbitan surat izin Bidang Kesehatan
Pasal 7
Obyek retribusi adalah pelayanan yang diberikan atas penerbitan surat izin usaha atau surat terdaftar atau sertifikasi atau rekomendasi di bidang kesehatan.

7
Pasal 8
Subyek retribusi adalah badan atau orang pribadi yang memperoleh surat izin usaha atau surat terdaftar atau sertifikasi atau rekomendasi di Bidang Kesehatan.
Pasal 9
(1) Dikecualikan dari subyek retribusi adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah.
(2) Penyelenggaraan pelayanan / kegiatan yang dilakukan BUMD atau BUMN tidak termasuk yang dikecualikan dari subyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 10
Retribusi perizinan di Bidang Kesehatan termasuk golongan Retribusi lain-lain.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 11
Tingkat pengguna jasa diukur berdasarkan jumlah danjenis izin yang diberikan sesuai dengan jenis pelayanan medik dan sertifikasi yang diusahakan.
BAB V
PRINSIP DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA
TARIF RETRIBUSI
Pasal 12
Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi perizinan di Bidang Kesehatan didasarkan pada tujuan untuk mengganti biaya penyelenggaraan pelayanan antara lain biaya prestasi, biaya operasional, dan biaya pembinaan dan pengawasan.
Pasal 13
Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut:a. Izin bagi pelayanan Medik Dasar :
1. izin Praktek Dokter Umum dikenakan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
2. izin Praktek Dokter Gigi dikenakan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
3. izin Praktek Berkelompok Dokter Umum dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ;
4. izin Praktek Berkelompok Dokter Gigi dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tjuh ratus lima puluh ribu rupiah);
5. izin Praktek Bidan dikenakan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
6. izin Kerja Perawat dikenakan retribusi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) ;
7. izin Praktek Perawat dikenakan retribusi sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) ;

8
8. izin Balai Pengobatan (Klinik) dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ;
9. izin Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ; dan
10. izin Rumah Bersalin dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).
b. Izin bagi Pelayanan medik Spesialis (Rujukan) :1. izin Praktek Perorangan Dokter Spesialis dikenakan retribusi sebesar
Rp. 375.000,- (tiga ratus tjuh puluh lima ribu rupiah) ;2. izin Praktek Perorangan Dokter Gigi Spesialis dikenakan retribusi sebesar
Rp. 375.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) ;3. izin Praktek Berkelompok Dokter Spesialis dikenakan retribusi sebesar
Rp. 1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ;4. izin Pendirian Klinik Spesialis dikenakan retribusi sebesar Rp.
1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ;5. izin Praktek Berkelompok Dokter Gigi Spesialis dikenakan retribusi sebesar
Rp. 1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) ;6. izin Pendirian Rumah Sakit dikenakan retribusi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua
juta rupiah) ;7. izin Pendirian Klinik Penderita Narkoba dikenakan retribusi sebesar Rp.
625.000,- (enam ratus dua puluh lima ribu rupiah) ;8. izin Pendirian Klinik Kecantikan dikenakan retribusi sebesar Rp.
1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah); dan9. izin Pendirian Unit Tranfusi Darah dikenakan retribusi sebesar Rp.
625.000,- (enam ratus dua puluh lima ribu rupiah).
c. Perizinan bagi Pelayanan Medik Penunjang :1. izin Apotik dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah) ;2. izin Laboratorium Klinik dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.250.000,-
1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah); 3. izin Pendirian Laboratorium Kesehatan Masyarakat dikenakan retribusi sebesar
Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ;4. izin Pendirian Laboratorium Gigi dikenakan retribusi sebesar Rp.
750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ;5. izin Praktik Fisioterapi dikenakan retribusi sebesar Rp. 450.000,- (empat ratus
lima puluh ribu rupiah) ;6. izin Pendirian Optikal dikenakan retribusi sebesar Rp. 750.000,- (tujuh ratus
lima puluh ribu rupiah) ;7. izin Pedagang Eceran Obat dikenakan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus
lima puluh ribu rupiah) ; dan8. izin Tukang Gigi dikenakan retribusi sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh
ribu rupiah).
d. Sertifikasi Bidang Kesehatan :1. Sertifikasi Laik Sehat Hotel, Restoran atau Rumah Makan dikenakan retribusi
sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) ;2. Sertifikasi Penyuluhan (SP) Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dikenakan
retribusi sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) ;3. Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi dikenakan retribusi sebesar Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah) ; dan

9
BAB VI
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 14
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah tempat pelayanan perizinan diberikan.
BAB VII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 15
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 16
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus dimuka.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pelayanan bidang kesehatan di daerah dibentuk Tim Penilai Pelaksana di Bidang Kesehatan yang ditetapkan dengan keputusan Bupati.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 18
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 dapat dikenakan sanksi administratif oleh Bupati mulai dari teguran sampai dengan penghentian kegiatan dan /atau pencabutan izin.
(2) Teguran tertulis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali dengan selang waktu masing-masing 1 (satu) bulan.
(3) Apabila sampai dengan teguran tertulis terakhir yang bersangkutan tetap tidak memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku, perizinan bidang kesehatan yang bersangkutan dapat dilakukan tindakan administrasi dalam bentuk penghentian sementara kegiatan pelayanannya.
(4) Perintah penghentian sementara kegiatan pelayanan kesehatan swasta dapat dicabut apabila yang bersangkutan telah melaksanakan perbaikan sesuai dengan persyaratan.

10
(5) Apabila sampai jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak penghentian sementara kegiatan pelayanan dilampaui yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan maka dilakukan pencabutan izin tetap.
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 19
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 18 ayat (5) dimana yang bersangkutan tetap melaksanakan kegiatannya, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak Pidana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 20
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah Penyidik Umum diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tantang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubangan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
e. melakukan pengeledahan untuk mendapakan bahan bukti perbukuan, pencatatan, dan dokumen-dokuman lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab.

11
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1) Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) yang telah memiliki izin pada saat ditetapkannya Peraturan Daerah ini, dianggap telah memiliki izin berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus menyesuaikan diri dengan Peraturan Daerah ini dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Daerah ini.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Buleleng.
Ditetapkan : di Singarajapada tanggal : 27 Desember 2007
BUPATI BULELENG,
TTD
PUTU BAGIADA
Diundangkan : di Singarajapada tanggal : 28 Desember 2007
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULELENG,
TTD
I KETUT ARDHA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2007 NOMOR 13.

12
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN BULELENG
I. PENJELASAN UMUM
Bahwa sebagaimana tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang, yang memberikan kewenangan
yang lebih kepada Daerah untuk mengatur daerahnya masing-masing sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
Bahwa pelayanan di bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng telah
berkembang dengan pesat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
kedokteran dan sosial budaya masyarakat maka di pandang perlu mengatur dan
mengendalikan kegiatan sehingga dapat memberikan hasil guna dan daya guna bagi
pembangunan Kabupaten Buleleng.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :Cukup jelas
Pasal 2 :Cukup jelas
Pasal 3 :Cukup jelas
Pasal 4 :Cukup jelas
Pasal 5 :Cukup jelas
Pasal 6 :Cukup jelas
Pasal 7 :Cukup jelas

13
Pasal 8 :Cukup jelas
Pasal 9 :Cukup jelas
Pasal 10 :Cukup jelas
Pasal 11 :Cukup jelas
Pasal 12 :Cukup jelas
Pasal 13 :Cukup jelas
Pasal 14 :Cukup jelas
Pasal 15 :Cukup jelas
Pasal 16 :Cukup jelas
Pasal 17 :Tim terdiri dari unsur-unsur Dinas Kesehatan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Bagian Hukum Setda Kabupaten Buleleng.
Pasal 18 :Cukup jelas
Pasal 19 :Cukup jelas
Pasal 20 :Cukup jelas
Pasal 21 :Cukup jelas
asal 22 :Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 8.

14
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
NOMOR 13 TAHUN 2007
TENTANG
RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN BULELENG
TAHUN 2007

15
BEBERAPA PERUBAHAN PADA RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BULELENG HASIL PEMBAHASAN DENGAN PANSUS I DPRD PADA HARI RABU, 15 AGUSTUS 2007.
1. Perubahan pada Pasal 2a. Ayat (3) huruf b. angka 6 dimana kata ‘penyelenggaraan’ diubah menjadi kata
‘pendirian’. Sehingga berbunyi :6. Izin pendirian Rumah Sakit ;Pasal 13 menyesuaikan dengan perubahan ini, karena mengatur hal yang sama.
b. Ayat (3) huruf d. kata ‘atau rekomendasi’ dan point angka 4. dihapus, sehingga berbunyi :d. Sertifikasi Bidang Kesehatan :
1. Sertifikasi laik sehat hotel, restoran atau rumah makan;2. Sertifikasi Penyuluhan (SP) dan produksi pangan industri rumah tangga ;
dan3. Sertifikasi laik hygiene sanitasi.
Pasal 13 menyesuaikan dengan perubahan ini, karena mengatur hal yang sama.2. Pada Pasal 12 kata ‘pemeliharaan’ diganti dengan kata ‘pembinaan dan
pengawasan’ sehingga berbunyi :Pasal 12
Prinsip dalam penetapan struktur dan besarnya tariff retribusi perizinan di Bidang Kesehatan didasarkan pada tujuan untuk mengganti biaya penyelenggaraan pelayanan antara lain biaya prestasi, biaya operasional dan biaya pembinaan dan pengawasan.
3. Perubahan pada Pasal 13 a. kata ‘sebagaimana dimaksud pada ayat (1)’ dihapus sehingga berbunyi :
Pasal 13Besarnya retribusi ditetapkan sebagai berikut :
b. Perubahan tariff pada huruf. b angka 6. Izin Pendirian Rumah Sakit, yang semula Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) diubah menjadi Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah ).
c. Perubahan tariff pada huruf d. angka 2. Serifikasi Penyuluhan (SP) dan produksi pangan industry rumah tangga yang semula Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) diubah menjadi Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).
4. Penambahan kata ‘serta biaya administrasi’ pada Pasal 16 Ayat (2) sehingga berbunyi :
Pasal 16(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus dimuka.(2) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi serta biaya
administrasi diatur dengan Keputusan Bupati.5. Pada Pasal 20 Ayat (1) kata ‘Pejabat’ diganti menjadi ‘Penyidik’ sehingga berbunyi:
Pasal 20
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah dan
penyidik umum diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Hukum acara Pidana yang berlaku.

16
BUPATI BULELENG
KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENG
NOMOR ……….. TAHUN ……….
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
NOMOR …….TAHUN ……… TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN
DI BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULELENG
BUPATI KABUPATEN BULELENG
Menimbang : a. bahwa dengan telah disahkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Buleleng Nomor tahun tentang Retribusi Perijinan di Bidang
Kesehatan di Kabupaten Buleleng, maka dipandang perlu
menetapkan petunjuk pelaksanaan yang mengatur tentang tata
cara dan persyaratan perijinan di bidang kesehatan;
b. bahwa petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud huruf a
ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kabupaten Buleleng;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Kabupaten Buleleng (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 9,
Tambahan lembaran Negara Nomor 3465);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821);

17
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3637);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4139);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 113/Menkes/Per/IV/1979
tentang penyelenggaraan Optikal;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986
tentang Upaya Kesehatan Swasta di bidang Medik;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/Menkes/Per/V/1989
tentang Pekerjaan Tukang Gigi;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 478/Menkes/Per/X/1990
tentang Upaya Kesehatan di Bidang Tranfusi Darah;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514/Menkes/Per/VI /1994
tentang Laboratorium Kesehatan Swasta diandedum dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 04/Menkes/SK/I/2002
tentang Laboratorium Kesehatan Swasta;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 916/Menkes/Per/VIII /1997
tanggal 25 Agustus 1997 tentang Ijin Praktek Bagi Tenaga
Medis;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1331/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan atas Permenkes Nomor 167/Kab/B.VIII/1973
tentang Pedagang Eceran Obat;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan atas Permenkes Nomor 922/Menker/Per/X/93
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotik;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1540/Menkes/SK/XII/2002
tentang Penetapan Tenaga Medis melalui masa bhakti dan cara
lain;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
tentang Registrasi dan Praktek Perawat;

18
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
394/Menkes-Kesos/SK/V/2001 tentang Institusi Penguji Alat
Kesehatan;
20. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang Registrasi dan Praktek Bidan;
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 996/Menkes/SK/VIII
/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan
Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Aditif lainnya (Napza);
22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076/Menkes/SK/VII/2003
tentang Penyelenggaraan Pengobat Tradisional;
23. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 19 Tahun 2001
tentang Ijin Tempat Usaha dan Ijin Undang-Undang Gangguan
(HO) (Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun
2003);
24.Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor….Tahun
…….tentang Retribusi Perijinan di Bidang Kesehatan di
Kabupaten Buleleng (Lembaran Daerah Kabupaten Buleleng
Nomor
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENG TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BULELENG NOMOR ………………. TENTANG
RETRIBUSI PERIJINAN DI BIDANG KESEHATAN
KABUPATEN BULELENG.
Dengan Persetujuan :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULELENG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN BULELENG

19
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Kabupaten Buleleng adalah Daerah Kabupaten Buleleng;
b. Pemerintah Kabupaten Buleleng adalah Pemerintah Daerah Kabupaten
Buleleng;
c. Bupati Kabupaten Buleleng adalah Kepala Daerah Kabupaten Buleleng;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buleleng selanjutnya disebut
DPRD Kabupaten Buleleng adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Buleleng;
e. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng;
f. Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat;
g. Optikal adalah suatu tempat di mana diselenggarakan pelayanan kaca mata baik
melalui resep Dokter maupun dengan melakukan pemeriksaan refraksi sendiri;
h. Surat Penugasan adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Departemen
Kesehatan kepada tenaga medis yang telah mendaftarkan diri (registrasi) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
i. Masa bakti adalah masa pengabdian profesi tenaga medis kepada masyarakat
dalam rangka menjalankan tugas profesi pada satu sarana pelayanan kesehatan
atau sarana lain yang ditentukan pemerintah dalam kedudukan sebagai pegawai
tidak tetap;
j. Surat keterangan selesai masa bakti adalah surat keterangan yang diberikan
kepada tenaga medis yang telah selesai menjalankan masa bakti oleh Gurbenur
u.p. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi penempatan atas nama Menteri
Kesehatan;
k. Suart Ijin Praktek adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga
Dokter/Bidan/Perawat/Fisiotherapis yang menjalankan praktek setelah
memenuhi persyaratan sebagai pengakuan kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya;
l. Rumah Sakit adalah tempat pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar dan spesialis tertentu, pelayanan medik penunjang, pelayanan instalasi dan
pelayanan perawatan secara rawat jalan dan rawat inap;
m. Praktek Berkelompok adalah Penyelenggaraan Pelayanan Medik secara bersama
oleh Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, Dokter Spesialis atau Dokter Gigi
Spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik;
n. Balai Pengobatan adalah tempat untuk memberikan pelayanan medik dasar
secara rawat jalan;

20
o. Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) adalah tempat untuk memberikan
pelayanan medik dasar kepada wanita hamil, bayi dan anak prasekolah, dan
pelayanan keluarga Berencana;
p. Rumah Bersalin adalah tempat yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan
bagi wanita hamil, bersalin dan masa nifas fisiologik termasuk pelayanan
keluarga Berencana serta perawatan bayi baru lahir;
q. Tukang Gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan di bidang penyembuhan
dan pemeliharaan kesehatan gigi dan tidak mempunyai pendidikan berdasarkan
ilmu pengetahuan kedokteran gigi, yang kewenangannya terbatas pada membuat
gigi tiruan lepasan dari akrilik sebagian atau penuh dan memasang gigi tiruan
lepasan;
r. Pedagang Eceran Obat adalah orang atau Badan Hukum yang memiliki ijin
untuk menyimpan obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual
secara eceran di tempat tertentu;
s. Laboratorium Kesehatan Swasta adalah sarana kesehatan swasta yang
melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia atau bukan bahan berasal dari manusia untuk penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit kondisi kesehatan atau factor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perseorangan dan masyarakat;
t. Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan dibidang hematology, mikrobiologi klinik,
Immunologi klinik, dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan
kesehatan terutama untuk penunjang upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan;
u. Laboratorium Kesehatan Masyarakat adalah laboratorium kesehatan yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan dibidang mikrobiologi, fisika, kimia,
dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan masyarakat
dan kesehatan lingkungan terutama yang menunjang upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan;
v. Laboratorium Gigi adalah tempat usaha untuk melakukan pengolahan,
pencampuran, dan perubahan bentuk bahan kimia dalam rangka pembuatan
gigi palsu;
w. Praktek Swasta Perorangan adalah penyelenggaraan pelayanan medik oleh
seorang dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik;
x. Surat Ijin Keja Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat
untuk melakukan praktik keperawatan disarana pelayanan kesehatan;
y. Upaya Kesehatan Tranfusi Darah adalah upaya kesehatan berupa segala
tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan
darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihahan kesehatan yang mencakup
kegiatan-kegiatan pengerahan penyumbang darah, pengambilan, penggunaan,

21
pengolahan, penyimpanan, dan penyampaian darah kepada pasien melalui
sarana pelayanan kesehatan;
z. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara,
obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun
temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku dalam masyarakat;
aa. Surat Terdaftar Pengobat Tradisional yang selanjutnya disebut STPT adalah
bukti tertulis yang diberikan kepada pengobat tradisional yang telah
melaksanakan pendaftaran;
ab. Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pengobat tradisional yang metodenya telah dikaji, diteliti dan diuji
terbukti aman dan bermanfaat bagi kesehatan;
ac. Pengobat Tradisional Ketrampilan adalah pengobat tradisional pijat urut, patah
tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, ekupresuris, akupunturis, chiropractor dan
pengobat tradisional lainnya yang metodenya sejenis;
ad. Pengobat Tradisional Ramuan adalah pengobat tardisional ramuan Indoneseia
(Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis;
ae. Pengobat Tradisional Pendekatan Agama adalah pengobat tradisional dengan
pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha;
af. Pengobat Tradisional Supranatural adalah pengobat tardisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan pengobat
tradisional lainnya yang metodenya sejenis;
ag. Laik Sehat adalah kondisi rumah makan atau restoran yang telah memenuhi
persyaratan kesehatan;
ah. Sertifikat Penyuluhan adalah sertifikat yang diberikan kepada pengusaha
produksi pangan industri kecil rumah tangga setelah mengikuti penyuluhan
keamanan pangan serta diperiksa sarana produksinya dan memenuhi
persyaratan kesehatan;
ai. Laik Hygiene Sanitasi adalah kondisi upaya kesehatan untuk mengurangi atau
menghilangkan factor penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum
dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan
pembagian air minum;
aj. Klinik Perawatan Penderita Narkoba adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan
narkotik, psikotropik dan zat aditif lainnya berupa kegiatan pemulihan dan
pengembangan secara terpadu baik fisik, mental, sosial dan agama;
ak. Klinik Kecantikan adalah bentuk pelayanan terhadap individu berupa
penambahan, pengurangan dan merubah kulit, wajah, atau bagian tubuh
lainnya yang dilaksanakan oleh tenaga medis;

22
al. Klinik spesialis adalah penyelenggaraaan pelayanan medik khusus atau
spesialis di satu bidang pelayanan oleh tenaga medis dengan atau tanpa
menggunakan penunjang medik;
BAB II
PERIJINAN
Pasal 2
(1). Setiap kegiatan pelayanan di bidang kesehatan di Kabupaten Buleleng wajib
mendapat ijin dari Bupati Kabupaten Buleleng;
(2). Perijinan di bidang kesehatan dapat dimohonkan oleh perorangan atau badan
hukum;
(3). Ijin kegiatan pelayanan di bidang kesehatan dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi:
a. Ijin bagi Pelayanan Medik Dasar yaitu :
1). Ijin Praktek Dokter Umum.
2). Ijin Praktek Dokter Gigi.
3). Ijin Penyelenggaraan Praktik Berkelompok Dokter Umum.
4). Ijin Penyelenggaraan Praktik Berkelompok Dokter Gigi.
5). Ijin Praktik Bidan.
6). Ijin Praktik Perawat.
7). Ijin Kerja Perawat.
8). Ijin Penyelenggaraan Balai Pengobatan/Klinik.
9). Ijin Penyelenggaraan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
10).Ijin Penyelenggaraan Rumah Bersalin.
11).Ijin Penyelenggaraan Pelayanan Medik Dasar lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
b. Ijin bagi Pelayanan Medik Spesialis (Rujukan) :
1). Ijin Praktik Dokter Spesialis.
2). Ijin Praktik Dokter Gigi Spesialis.
3). Ijin Penyelenggaraan Praktik Berkelompok Dokter Spesialis.
4). Ijin Penyelenggaraan Klinik Spesialis.
5). Ijin Penyelenggaraan Praktik Berkelompok Dokter Gigi Spesialis.
6). Ijin Penyelenggaraan Rumah Sakit.
7). Ijin Penyelenggaraan Klinik Perawatan Penderita Narkoba.
8). Ijin Penyelenggaraan Klinik Kecantikan.
9). Ijin Penyelenggaraan Unit Tranfusi Darah.
10).Ijin Penyelenggaraan Pelayan Medik Spesialis lain yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.

23
c. Perijinan bagi Pelayanan Medik Penunjang :
1). Ijin Apotik.
2). Ijin Penyelenggaraan Laboratorium Klinik.
3). Ijin Penyelenggaraan Laboratorium Kesehatan Masyarakat.
4). Ijin Penyelenggaraan Laboratorium Gigi.
5). Ijin Praktik Fisiotherafis.
6). Ijin Penyelenggaraan Optikal.
7). Ijin Pedagang Eceran Obat.
8). Ijin Tukang Gigi.
9). Ijin Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Penunjang lainnya yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
d. Ijin Pengobat Tradisional atau Surat Terdaftar Pengobat Tradisional :
1). Pengobat Tradisional Ketrampilan.
2). Pengobat Tradisional Ramuan.
3). Pengobat Tradisional Pendekatan Agama.
4). Pengobat Tradisional Supranatural.
e. Perijinan Bagi Institusi Penguji Alat Kesehatan :
1). Ijin penyelenggaraan institusi penguji alat kesehatan tipe A (yang memiliki
fasilitas dan kemampuan melakukan pengujian alat dan atau kalibrasi terhadap
semua jenis alat kesehatan tertentu).
2). Ijin penyelenggaraan institusi penguji alat kesehatan tipe B (yang memiliki
fasilitas dan kemampuan melakukan pengujian alat dan atau kalibrasi terhadap
5 jenis alat kesehatan tertentu).
3). Ijin penyelenggaraan institusi penguji alat kesehatan tipe C (yang memiliki
fasilitas dan kemampuan melakukan pengujian alat dan atau kalibrasi terhadap
3 jenis alat kesehatan tertentu).
f. Sertifikasi atau Rekomendasi Bidang Kesehatan :
1). Sertifikasi Laik Sehat Hotel, Restoran atau Rumah Makan.
2). Sertifikasi Penyuluhan (SP) Produksi Pangan Industri Rumah tangga.
3). Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi.
4). Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit.
Pasal 3

24
(1). Perijinan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3) huruf a,b,c,d dan e Peraturan
Daerah ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
kembali.
(2). Sertifikasi atau Rekomendasi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat
(3) huruf f Peraturan Daerah ini berlaku untuk jangka waktu sebagai berikut :
a. Sertifikasi Laik Sehat Hotel, Restoran atau Rumah Makan 3 (tiga) tahun;
b. Sertifikasi Penyuluhan (SP) Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 6
(enam) bulan;
c. Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi 6 (enam) bulan;
d. Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit 1 (satu) tahun;
BAB III
TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IJIN
Pasal 4
(1). Untuk memperoleh ijin dimaksud pasal 2 ayat (3) Keputusan ini, permohonan
diajukan kepada Bupati melalui Dinas Kesehatan dengan menggunakan formulir
yang disediakan;
(2). Bupati memberikan ijin atau menolak permohonan ijin setelah memperhatikan
pertimbangan Tim Penilai Pelaksanaan Perijinan di Bidang Kesehatan;
(3). Permohonan ijin dimaksud ayat (1) dikeluarkan/diterbitkan selambat-lambatnya
24 (dua puluh empat) hari kerja sejak diterimanya pengajuan permohonan
dimaksud secara lengkap dan benar;
(4). Permohonan ijin yang ditolak harus disertai dengan alasan-alasan penolakan
secara tertulis;
(5). Khusus bagi Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis dan Dokter Gigi
Spesialis yang belum memiliki Surat Penugasan/Surat Keterangan Selesai Masa
Bakti adalah memperhatikan pertimbangan Tim Penilai sebagaimana dimaksud
ayat (2) pasal ini tidak terdapat hal-hal yang mengakibatkan ditolaknya, Bupati
dapat memberikan ijin Sementara mendahului dikeluarkannya ijin dibidang
kesehatan secara difnitif;
(6). Ijin Sementara dimaksud ayat (5) pasal ini berlaku selama 6 bulan sejak tanggal
dikeluarkan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali.
Pasal 5
(1). Permohonan ijin pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3)
keputusan ini wajib memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini;
(2). Lampiran sebagaimana dimaksud ayat (1) keputusan ini merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari keputusan ini.

25
Pasal 6
Bupati mendelegasikan kewenangan penandatanganan perijinan bidang kesehatan
sebagaimanan dimaksud pasal 2 ayat (3) kepada Kepala Dinas Kesehatan atas nama
Bupati .
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
(1). Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (3) Keputusan ini
yang telah memeiliki ijin pada saat ditetapkannya Keputusan ini dianggap telah
memiliki ijin berdasarkan Keputusan ini;
(2). Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyesuaikan diri dengan Keputusan ini dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua)
tahun sejak tanggal ditetapkannya Keputusan ini.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 8
Keputusan ini berlaku sejak tanggal diundangkan.
Disahkan di Singaraja
Pada tanggal ……………….
BUPATI BULELENG,
PUTU BAGIADA
Diundangkan di Singaraja
Pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULELENG,
Ir.I KETUT ARDHA, M.Si NIP. 080 039 499

26
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULELENG
TAHUN ……….. NOMOR ……………
LAMPIARAN : KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENG
TANGGAL : ……………….. ………….
NOMOR : ……… TAHUN …………..
TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR …..TAHUN ………. TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN DIBIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULELENG
PERSYARATAN DAN TARIF RETRIBUSI PERIJINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULELENG
I. PERSYARATAN PERIJINAN
A. Ijin Bagi Pelayanan Medik Dasar
No. Jenis Ijin Persyaratan
1. - Ijin Praktek Dokter Umum - Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- SK Penempatan dalam rangka masa bhakti
atau bukti telah selesai menjalankan masa
bhakti
- Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta)
- Rekomendasi dari IDI
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4x6, 2 lembar
- Ijin Sementara Praktek
Umum
- Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- Rekomendasi dari IDI
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4x6, 2 lembar
2. - Ijin Praktek Dokter Gigi - Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- SK Penempatan dalam rangka masa bhakti
atau bukti telah selesai menjalankan masa
bhakti
- Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta)

27
- Rekomendasi dari PDGI
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4x6, 2 lembar
- Ijin Sementara praktek
Dokter Gigi
- Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- Rekomendasi dari PDGI
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4x6, 2 lembar
3. - Ijin Penyelenggaraan
Praktek Berkelompok
Dokter Umum
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy yayasan (bila yayasan/badan
hukum lainnya)
- Penanggung jawab adalah dokter umum
yang telah memiliki SIP
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Ijin
Undang-Undang Gangguan (Ho)
- Dilaksanakan minimal oleh 3 dokter umum
yang telah memenuhi syarat sesuai
Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berlaku
- Daftar ketenagaan dan inventaris alat
- Denah lokasi yang dilengkapi dengan akte
sewa menyewa/kontrak.hak milik
bangunan
4. Ijin Penyelenggaraan Praktek
Berkelompok Dokter Gigi
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy yayasan (bila yayasan/badan
hukum lainnya)
- Penanggung jawab adalah dokter gigi yang
telah memiliki SIP
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Ijin
Undang-Undang Gangguan (Ho)
- Dilaksanakan minimal oleh 3 dokter gigi
yang telah memenuhi syarat sesuai
Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berlaku
- Daftar ketenagaan dan inventaris alat
- Denah lokasi yang dilengkapi dengan akte
sewa menyewa/kontrak.hak milik

28
bangunan
5. Ijin Praktek Bidan - Foto copy KTP
- Foto copy Ijazah Bidan
- Surat Persetujuan Atasan
- Pas foto 3 x 4 (2 lembar) dan 4 x 6 (3
lembar)
- Rekomendasi dari organisasi profesi (IBI)
- Foto copy Surat Ijin Bidan (SIB)
- Surat keterangan sehat dari dokter
pemerintah
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
6. Ijin Praktek Perawat - Foto copy KTP
- Foto copy ijazah ahli madya keperawatan
atau ijazah pendidikan dengan kompetensi
lebih tinggi
- Surat keterangan pengalaman kerja minimal
3 (tiga) tahun dari pimpinan sarana tempat
kerja khusus bagi ahli keperawatan
- Foto copy Surat Ijin Perawat (SIP)
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 lembar
- Rekomendasi dari organisasi profesi
7. Ijin Kerja Perawat - Foto copy KTP
- Foto copy Surat Ijin Perawat (SIP)
- Surat keterangan sehat dari dokter
- Pas foto 4 x 6 sebanyak 2 lembar
- Surat keterangan dari pimpinan sarana
pelayanan kesehatan yang menyatakan
tanggal mulai bekerja
- Rekomendasi dari organisasi profesi
8. Ijin Penyelenggaraan Balai
Pengobatan/Klinik
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy yayasan (bila yayasan/badan
hukum lainnya)
- Penanggung jawab adalah dokter umum
yang telah memiliki SIP
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Ijin
Undang-Undang Gangguan (Ho)
- Denah lokasi yang dilengkapi dengan akte
sewa menyewa/kontrak.hak milik

29
bangunan
- Pimpinan adalah minimal seorang paramedis
keperawatan
- Daftar ketenagaan dan inventaris alat
- Apabila kegiatan dilaksanakan 24 jam
minimal mempunyai 3 orang dokter umum
yang telah memiliki SIP (termasuk
penanggung jawab) dan 4 orang paramedis
(termasuk pimpinan)
9. Ijin Penyelenggaraan Balai
Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA)
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy yayasan (bila yayasan/badan
hukum lainnya)
- Penanggung jawab adalah dokter umum
yang telah memenuhi persyaratan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Ijin
Undang-Undang Gangguan (Ho)
- Denah lokasi yang dilengkapi dengan akte
sewa menyewa/kontrak.hak milik
bangunan
- Pimpinan adalah bidan yang telah memiliki
Surat Ijin Praktek Bidan
- Daftar ketenagaan dan inventaris alat
10. Ijin Penyelenggaraan Rumah
Bersalin
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy yayasan (bila yayasan/badan
hukum lainnya)
- Penanggung jawab adalah dokter umum
yang telah memenuhi persyaratan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Ijin
Undang-Undang Gangguan (Ho)
- Denah lokasi yang dilengkapi dengan akte
sewa menyewa/kontrak.hak milik
bangunan
- Pimpinan adalah paramedis (bidan) yang
telah memiliki Surat Ijin Praktek Bidan
- Mempunyai minimal 5 ruangan untuk 10
tempat tidur dan 10 box bayi
- Mempunyai tenaga bidan minimal 3 orang
termasuk pimpinan dan dilengkapi dengan

30
Surat Ijin Praktek Bidan
- Daftar ketenagaan dan inventaris alat
B. Ijin Bagi Pelayanan Medik Spesialis (Rujukan)
No. Jenis Ijin Persyaratan
1. - Ijin Praktek Dokter
Spesialis
- Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- SK Penempatan dalam rangka masa bhakti
atau bukti telah selesai menjalankan masa
bhakti
- Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta)
- Rekomendasi dari IDI
- Rekomendasi dari perhimpunan dokter
spesialis
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4 x 6, 2 lembar
- Ijin Sementara Praktek
Dokter Spesialis
- Foto copy KTP
- Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta)
- Rekomendasi dari IDI
- Rekomendasi dari perhimpunan dokter
spesialis
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4 x 6, 2 lembar
2. Ijin Praktek Dokter Gigi - Foto copy KTP
- Foto copy Surat Penugasan
- SK Penempatan dalam rangka masa bhakti
atau bukti telah selesai menjalankan masa
bhakti
- Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada
sarana pelayanan kesehatan
pemerintah/swasta)
- Rekomendasi dari PDGI
- Rekomendasi dari perhimpunan dokter
spesialis

31
- Rekomendasi lokasi praktek dari Kepala
Puskesmas
- Pas foto 4 x 6, 2 lembar
3. Ijin Penyelenggaraan
Praktek Berkelompok
Dokter Spesialis
- Foto copy akte (bagi yayasan/badan hukum
lainnya)
- Rekomendasi dari atasan langsung
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Undang-
Undang Gangguan (HO)
- Study kelayakan tentang rencana jenis
pelayanan medik yang diberikan
- Memiliki 3 (tiga) dokter spesialis dari
disiplin keahlian yang sama atau berbeda
yang sudah memiliki Surat Ijin Praktek
- Memiliki minimlal 2 (dua) ruang periksa
dengan ukuran minimal 2 x 3 meter, 1
ruang administrasi, 1 ruang tunggu, 1 ruang
penunjang sesuai kebutuhan dan 1 kamar
mandi/WC
- Pimpinan adalah seorang dokter
umum/dokter spesialis yang mempunyai
SP/SIP sebagai penaggung jawab
- Daftar peralatan medis/penunjang medis
sesuai kebutuhan
- Daftar ketenagaan
- Denah lokasi disertai akte sewa menyewa
4. Ijin Penyelenggaraan klinik
Spesialis
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy akte (bagi yayasan/badan _okum
lainnya)
- Rekomendasi dari atasan langsung
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Undang-
Undang Gangguan (HO)
- Study kelayakan tentang rencana jenis
pelayanan medik yang diberikan
- Memiliki 2(dua) dokter spesialis dari
disiplin keahlian yang sama yang sudah
memiliki Surat Ijin Praktek
- Memiliki minimlal 2 (dua) ruang periksa
dengan ukuran minimal 2 x 3 meter, 1
ruang administrasi, 1 ruang tunggu, 1 ruang
penunjang sesuai kebutuhan dan 1 kamar

32
mandi/WC
- Pimpinan adalah seorang dokter
umum/dokter spesialis yang mempunyai
SP/SIP sebagai penaggung jawab
- Daftar peralatan medis/penunjang medis
sesuai kebutuhan
- Daftar ketenagaan
- Denah lokasi disertai akte sewa menyewa
5. Ijin Penyelenggaraan Praktek
Berkelompok Dokter Gigi
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy akte (bagi yayasan/badan hukum
lainnya)
- Ijin dari atasan langsung
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Undang-
Undang Gangguan (HO)
- Study kelayakan tentang rencana jenis
pelayanan medik yang diberikan
- Memiliki 3 (tiga) dokter gigi spesialis yang
sudah memiliki Surat Ijin Praktek
- Memiliki minimlal 2 (dua) ruang periksa
dengan ukuran minimal 2 x 3 meter, 1
ruang administrasi, 1 ruang tunggu, 1 ruang
penunjang sesuai kebutuhan dan 1 kamar
mandi/WC
- Pimpinan adalah seorang dokter
umum/dokter gigi spesialis yang
mempunyai SP/SIP sebagai penaggung
jawab
- Daftar peralatan medis/penunjang medis
sesuai kebutuhan
- Daftar ketenagaan
- Denah lokasi disertai akte sewa menyewa
6. Ijin Penyelenggaraan Rumah
Sakit Umum
- Foto copy pendirian badan hukum
- Persetujuan Prinsip Membangun dari Bupati
Rekomendasi dari Dinas Kesehatan
- Foto copy IMB
- Ijin Tempat Usaha atau Undang-Undang
Gangguan (HO)
- Dokumen UKL/UPL
- Rekomendasi dari PERSI
- Struktur organisasi rumah sakit

33
- Daftar ketenagaan medis, non medis dan
paramedis
- Data kepegawaian Direktur Rumah Sakit
- Proposal pendirian Rumah Sakit
- Study kelayakan tentang Rumah Sakit
- Denah situasi, bangunan, jaringan listrik, air
dan air limbah
- Hasil pemeriksaan air minum (6 bulan
terakhir)
- Daftar inventaris medis, penunjang medis
dan non medis
- Daftar tarif pelayanan medik terbaru
- Surat perjanjian kerjasama tentang
pengolahan sampah medis
- Surat pernyataan sanggup mentaati
ketentuan dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku sebagai
penyelenggara rumah sakit
7. Ijin Penyelenggaraan Klinik
Perawatan Penderita
Narkoba
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy akte notaris bagi usaha berbadan
hukum
- Foto copy Ijin Tempat Usaha dan Undang-
Undang Gangguan (HO)
- Tanda daftar sarana dari Dinas Sosial
Kabupaten/ dan tanda registrasi Badan
Hukum dari instansi yang berwenang
- Surat Keputusan pengangkatan penanggung
jawab dari pimpinan saranan
- Surat pernyataan kesediaan dokter sebagai
penaggung jawab medis
- Surat Keputusan pengangkatan dokter
penanggung jawab medis dari pimpinan
sarana
- Surat keterangan dari puskesmas setempat
sebagai Pembina
- Sruktur organisasi
- Denah lokasi dan denah bangunan disertai
IMB
- Daftar dan jumlah personalia yang ada
- Program dan tarif yang akan

34
diselenggarakan
8. Ijin Penyelenggaraan Klinik
Kecantikan
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy akte (bagi yayasan atau badan
hukum lainnya)
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Undang-
undang (HO)
- Study kelayakan rencana jenis pelayanan
dan daftar tarif
- Daftar inventaris alat medis dan sarana
- Penunjang Struktur organisasi dan daftar
ketenagaan
- Penaggung jawab adalah dokter spesialis
kulit kelamin yang dilengkapi :
- Foto copy KTP
- Surat Ijin Praktek (SIP) dan persetujuan
tempat praktek di lokasi yang
bersangkutan
- Surat pernyataan kesanggupan menjadi
penaggung jawab
- Rekomendasi dari atasannya bila yang
bersangkutan PNS
9. Ijin Penyelenggaraan Unit
Tranfusi Darah
- Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
- Foto copy akte (bagi usaha berbadan
hukum)
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau Undang-
undang Gangguan (HO)
- Foto copy persetujuan Pengurus PMI pusat
- Rekomendasi PMI Daerah Bali
- Daftar Inventaris Peralatan
- Daftar Ketenagaan
C. Perijinan Bagi Pelayanan Medik Penunjang
NO. Jenis Ijin Persyaratan
1. Ijin Apotik - Foto copy ijazah, surat sumpah dan
SIK/Surat Penugasan (SIP)
- Surat keterangan sehat dari dokter
pemerintah
- Foto copy KTP Bali atau KTP yang
dilengkapi dengan surat keterangan
domisili
- Foto copy NPWP Apoteker Pengelola

35
Apotik
- Foto copy NPWP pemilik sarana
- Foto copy akte pendirian badan usaha (bagi
yang berbentuk badan usaha)
- Gambar peta lokasi dan denah bangunan
apotik
- Akte sewa menyewa, kontrak atau akte hak
milik bangunan
- Daftar ketenagaan
- Foto copy ijazah dan surat ijin kerja (SIK)
- Asisten Apoteker
- Daftar terperinci alat kelengkapan apotik
- Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola
Apotik (APA) tidak berkedudukan sebagai
APA di apotik lain
- Surat ijin atasan bagi PNS, TNI/POLRI
- Akte perjanjian kerjasama Apoteker
Pengelola Apotik (APA), dengan Pemilik
Sarana Apotik (PSA)
- Surat pernyataan dari Pemilik Sarana
Apotik (PSA) tidak terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang
obat
- Surat selesai melaksanakan masa bhakti
apoteker atau surat pernyataan akan
melaksanakan masa bhakti apoteker
- Surat pernyataan tidak keberatan diganti
dari APA yang baru
- Surat rekomendasi dari badan pimpinan
daerah Ikatan Sarjana Farmasi
- Perjanjian pelengkap apoteker pengelola
apotik dengan pemilik sarana apotik
- Rancangan papan nama apotik, surat
pesanan, copy resep, rancangan lemari
narkotika
- Surat lolos butuh dari Dinas Kesehatan
Propinsi/Kabupaten/
- Foto copy SITU atau Undang-undang
Gangguan (HO)
2. Ijin Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik
- Foto copy KTP
- Foto copy akte pendirian badan (bila

36
pemohon berbadan hukum)
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau
Undang-Undang Gangguan (HO)
- Surat permohonan bermeterai Rp. 6.000,-
- Denah lokasi dengan situasi sekitarnya
dan denah bangunan
- Surat pernyataan kesanggupan
Penanggung jawab
- Surat pernyataan kesanggupan masing-
masing tenaga teknis
- Surat pernyataan kesediaan mengikuti
Program Pamantapan Mutu
- Data kelengkapan bangunan
- Data kelengkapan peralatan
3. Ijin Penyelenggaraan
Laboratorium Kesehatan
Masyarakat
- Foto copy KTP
- Foto copy akte pendirian badan (bila
pemohon berbadan hukum)
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau
Undang-Undang Gangguan (HO)
- Surat permohonan bermeterai Rp. 6.000,-
- Denah lokasi dengan situasi sekitarnya
dan denah bangunan
- Surat pernyataan kesanggupan
Penanggung jawab
- Surat pernyataan kesanggupan masing-
masing tenaga teknis
- Surat pernyataan kesediaan mengikuti
Program Pamantapan Mutu
- Data kelengkapan bangunan
- Data kelengkapan peralatan
4. Ijin Penyelenggaraan
Laboratorium Gigi
- Foto copy KTP
- Foto copy akte pendirian badan (bila
pemohon berbadan hukum)
- Foto copy Ijin Tempat Usaha atau
Undang-Undang Gangguan (HO)
- Surat permohonan bermeterai Rp. 6.000,-
- Denah lokasi dengan situasi sekitarnya
dan denah bangunan
- Surat pernyataan kesanggupan
Penanggung jawab
- Surat pernyataan kesanggupan masing-

37
masing tenaga teknis
- Surat pernyataan kesediaan mengikuti
Program Pamantapan Mutu
- Data kelengkapan bangunan
- Data kelengkapan peralatan
5. Ijin Praktek Fisioterafi - Foto copy KTP
- Salinan/foto copy ijazah fisioterapist
- Surat rekomendasi dari IFI setempat
- Surat keterangan berbadan sehat dari
dokter
- Surat tidak berkeberatan dari atasan
langsung
- Daftar peralatan yang dipergunakan
- Pas foto 4 x 6 (2 lembar)
6. Ijin Penyelenggaraan Optikal - Foto copy KTP (untuk perorangan)
- Foto copy akte pendirian perusahaan
(bagi badan usaha)
- Surat keterangan sehat dari dokter
pemerintah
- Surat pernyataan dari refraksionis di atas
kertas bermeterai Rp. 6.000,- sebagai
penanggung jawab
- Foto copy ijazah tenaga refraksionis
- IMB
- Pas foto pemohon/pemilik ukuran 4 x 6
cm sebanyak 3 lembar
- Rekomendasi dari Gapopin
7. Ijin Pedagang Eceran Obat - Foto copy KTP
- Foto copy akte (bagi usaha berbadan
hukum)
- Foto copy dan SIK Asisten Apoteker
- Surat keterangan sehat dari dokter
pemerintah bagi penaggung jawab
- Foto copy NPWP pemilik sarana
- Alamat dan denah tempat usaha
- Surat pernyataan Asisten Apoteker
bersedia menjadi penaggung jawab
- Surat pernyataan Asisten Apoteker tidak
bekerja sebagai penanggung jawab toko
obat lainnya
8. Ijin Tukang Gigi - Foto copy KTP

38
- Umur tidak melewati 65 tahun
- Persyaratan fisik/bangunan:
- Luas bangunan minimal 6 meter
persegi dan luas ruang sebagai
laboratorium yang memenuhi standar
kesehatan;
- Pembagian ruang dengan ruang lain
antara lain ruang praktik dengan
ruang laboratorium ditata sedemikian
rupa sehingga memenuhi syarat
kesehatan;
- Perlengkapan kerja di laboratorium :
kompor, panic, cupet, alat pres, mesin
poles dan perlengkapannya
- Persediaan air : tersedia air bersih yang
memenuhi syarat hygiene, air tersedia
pada setiap tempat kegiatan secara lancer
- Pembuangan air limbah : saluran
pembuangan air limbah harus
menggunakan system tertutup, kedap air
dan air dapat mengalir dengan lancar
D. Ijin Pengobat Tradisional atau Surat Terdaftar Pengobat Tradisional
No. Jenis Ijin Persyaratan
1. Surat Terdaftar Pengobat
Tradisional (STPT) :
a. Batra Keterampilan;
b. Batra Ramuan;
c. Batra Pendekatan
Agama;
d. Batra Supranatural.
- Foto copy KTP
- Biodata pengobat tradisional
- Surat keterangan Kepala Desa/Lurah
tempat melakukan pekerjaan
- Rekomendasi dari asosiasi/organisasi
profesi di bidang pengobat tradisional
- Foto copy sertifikat/ijazah pengobat
tradisional
- Pas foto 4 x 6 ( 2 lembar)
- Rekomendasi dari Kejaksaan bagi
pengobat tradisional klasifikasi
supranatural atau kantor Departemen
Agama bagi pengobat tradisional
klasifikasi pendekatan agama
2. Surat Ijin Pengobat Tradisional
(SIPT)
- Foto copy KTP

39
- Biodata pengobat tradisional
- Surat keterangan Kepala Desa/Lurah
tempat melakukan pekerjaan
- Rekomendasi dari asosiasi/organisasi
profesi di bidang pengobat tradisional
- Foto copy sertifikat/ijazah pengobat
tradisional
- Pas foto 4 x 6 ( 2 lembar)
- Rekomendasi dari Kejaksaan bagi
pengobat tradisional klasifikasi
supranatural atau kantor Departemen
Agama bagi pengobat tradisional
klasifikasi pendekatan agama
- Surat pengantar Kepala Puskesmas
- Peta lokasi dan denah ruangan
E. Perijinan Bagi Institusi Penguji Alat Kesehatan
No. Jenis Ijin Persyaratan
1. a. Ijin penyelenggaraan
institusi penguji alat
kesehatan tipe A
b. Ijin penyelenggaraan
institusi penguji alat
kesehatan tipe B
c. Ijin penyelenggaraan
institusi penguji alat
kesehatan tipe C
- Foto copy KTP
- Foto copy akte pendirian perusahaan
- IMB
- Surat keterangan domisili
- Penaggung jawab teknis sekurang-
kurangnya S1 di bidang keteknisan medis
- Pelaksana teknis 1 s/d 4 minimal DIII di
bidang keteknisan medis
- Palaksana administrasi
- Daftar alat kesehatan yang dimiliki
F. Sertifikat atau Rekomendasi Bidang Kesehatan
No. Jenis Ijin Persyaratan
1. Sertifikasi Laik Sehat Hotel,
Restoran atau Rumah Makan
- Foto copy KTP penaggung jawab/pemilik
- Surat keterangan domisili usaha dari
desa/kelurahan
- Surat pernyataan status bangunan/hak
milik/kontrak
- Peta lokasi
2. Sertifikat Penyuluhan (SP) dan
Produksi Pangan Industri
- Foto copy KTP/Akte Pendirian
- Data perusahaan makanan industri rumah

40
Rumah Tangga tangga
- Data produk makanan
- Peta lokasi
- Denah bangunan
- Surat keterangan domisili usaha dari
desa/kelurahan
- Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 (3 lembar)
- Surat pernyataan akan membuat label yang
memenuhi syarat
- Surat pernyataan status bangunan (hak
milik/kontrak)
3. Sertifikasi Laik Higiene
Sanitasi
- Foto copy KTP
- Surat permohonan
- Peta lokasi
- Surat pernyataan status bangunan/hak
milik/kontrak
- Pas foto 4 x 6 (3 lembar)
4. Rekomendasi Pendirian
Rumah Sakit Khusus
- Foto copy KTP pemohon
- Surat permohonan
- Study kelayakan yang memuat :
- Rencana kapasitas tempat tidur
- Rencana jenis pelayanan medis
- Rencana pengelolaan limbah rumah
sakit
BUPATI BULELENG
PUTU BAGIADA
BUPATI KABUPATEN BULELENGKEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENG
NOMOR

41
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENILAI PELAKSANAAN PERIJINAN BIDANGKESEHATAN KABUPATEN BULELENG
BUPATI KABUPATEN BULELENG
Menimbang : a. bahwa urusan Pengelola Perijinan Bidang Kesehatan
merupakan kewenagan Pemerintah Kabupaten Buleleng;
b. bahwa dalam rangka ketertiban dan kelancaran pelaksanaan
proses permohonan perijinan di Bidang Kesehatan, maka perlu
dibentuk Tim Penilai Pelaksana Perijinan di Bidang Kesehatan;
c. bahwa pembentukan Tim penilai dimaksud huruf b di atas
dipandang perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati
Kabupaten Buleleng;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1992 tentang Pembentukan
Kabupaten Buleleng (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 9;
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3465);
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
3. Undang-undang Nomor 22 tahun 1992 tentang Pemerintah
Daerah(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
4. Peraturan Pemerintah 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonomi;
5. Peraturan Pemerintah 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4022);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/86
tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 916/Menkes/VIII/1997
tentang Ijin Praktek Bagi Tenaga Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993
tanggal 23 Oktober 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Ijin Apotek;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 113/Menkes/Per/IV/1979
tentang Penyelenggaraan Optik;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339/Menkes/Per/V/1998
tentang Pekerjaan Tukang Gigi;

42
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78/Menkes/Per/X/1990
tentang Upaya Kesehatan di Bidang Tranfusi Darah;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2001
tentang Ijin Tempat Usaha dan Ijin Undang-undang Gangguan
(HO), (Lembaga Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun
2001);
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 04/Menkes/SK/I/2002
tentang Laboratorium Kesehatan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan tanggal 11 Desember 2001
Nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001 tentang Pengelola Pestisida;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 167/Kab/B.VII/1972 tentang
Pedagang Obat Eceran;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek
Bidang;
17. Keputusan Bupati Kabupaten Buleleng Nomor 49 A Tahun
2000 tentang Tugas dan Wewenang Wakil Bupati Kabupaten
Buleleng;
18. Keputusan Bupati Kabupaten Buleleng Nomor 9 Tahun 2002
tentang Tata Cara dan Persyaratan Perijinan Bidang Kesehatan
Kabupaten Buleleng;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERTAMA : Membentuk Tim Penilai Pelaksanan Perijinan Bidang Kesehatan
Kabupaten Buleleng dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
KEDUA : Tugas dan tanggung jawab tim sebagaimana dimaksud diktum
pertama keputusan ini adalah :
a. Melakukan kegiatan registrasi permohonan izin/izin
sementara/rekomendasi dan atau pencabutan izin/izin
sementara/rekomendasi sarana kesehatan dengan lingkup
perijinan bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran II Keputusan ini;
b. Melakukan kegiatan penelitian dan penilaian persyaratan
ketenagaan, kelengkapan berkas permohonan izin/izin
sementara/rekomendasi dan atau pencabutan izin/izin
sementara/rekomendasi sarana kesehatan;

43
c. Melakukan kegiatan/tugas lapangan untuk menilai kecocokan
berkas permohonan dengan kenyataan yang ada di lapangan;
d. Melakukan evaluasi dalam rangka penerbitan dan atau
pencabutan izin/izin sementara/rekomendasi Sarana
Kesehatan;
e. Mempersiapkan penerbitan izin/izin sementara/rekomendasi
dan atau pencabutan izin/izin sementara/rekomendasi Sarana
Kesehatan;
f. Bertanggung jawab dan melaporkan segala hasil pelaksanaan
tugasnya kepada Bupati Kabupaten Buleleng.
KETIGA : Lingkup Perijinan Bidang Kesehatan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Keputusan ini.
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini di
bebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran ……. dengan kode
rekening :
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ……………….
Ditetapkan di SingarajaPada tanggal …………..
BUPATI BULELENG,
PUTU BAGIADA
Tembusan ini disampaikan kepada :Yth. 1. Bupati Kabupaten Buleleng
2. Ketua DPRD Kabupaten Buleleng3. Kepala Bappeda Kabupaten Buleleng4. Kepala Badan Pengawasan Kabupaten Buleleng5. Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng6. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng7. Arsip

44
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENGTANGGAL :NOMOR :TENTANG : PEMBENTUKAN TIM PENILAI
PELAKSANA PERIJINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BULELENG
SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PENILAI PELAKSANA PERIJINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BULELENG
Penasehat/ : Bupati Kabupaten Buleleng.
Penanggung jawab
Pembina : 1. Wakil Bupati Kabupaten Buleleng.
2. Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng.
Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
Sekretaris : Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Kabupaten Buleleng.
Anngota : a. Kasi. Kesehatan Khusus, Farmasi dan Sertifikasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Buleleng.
b. Kasi. Puskesmas dan Rumah Sakit Dinas Kesehatan
Kabupaten Buleleng
c. Unsur Bidang Kesehatan Keluarga dan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
d. Unsur Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng.
e. Unsur Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng.
f. Unsur Dinas Trantib dan Satpol PP Kabupaten
Buleleng.
g. Unsur Bagian Hukum Setda Kabupaten Buleleng.
h. Unsur Organisasi Profesi : (IDI, ISFI, IBI, PDGI)
Cabang Buleleng
Staf Administrasi : 5 (lima) orang dari unsur Dinas Kesehatan Kabupaten
Buleleng.
BUPATI BULELENG,
PUTU BAGIADA

45
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN BULELENGTANGGAL :NOMOR :TENTANG : PEMBENTUKAN TIM PENILAI
PELAKSANA PERIJINAN BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BULELENG
LINGKUP PERIJINAN BIDANG KESEHATAN
A. PERIJINAN YANG DITANGANI :
1. Apotek.
2. Optikal.
3. Praktik Berkelompok Dokter Umum.
4. Praktik Berkelompok Dokter Gigi.
5. Balai Pengobatan.
6. Balai Pengobatan Gigi.
7. Balai Kesejahteraan Ibu Dan Anak (BKIA).
8. Rumah Bersalin.
9. Unit Tranfusi Darah.
10. Tukang Gigi.
11. Praktek Fisiotherapi.
12. Praktek Swasta Perorangan Dokter Umum/Spesialis/Dokter Gigi.
13. Praktek Bidan.
14. Pedagang Eceran Obat.
15. Laboratorium Kesehatan Swasta.
16. Pengelolaan Pestisida.
B. REKOMENDASI :
1. Rumah Sakit Khusus.
2. Rumah Sakit Umum.
C. TANDA DAFTAR :
Pengobat Tradisional.
BUPATI BULELENG,
PUTU BAGIADA

46