Lembar Tugas Mandiri PK 2
-
Upload
mustikaaryanti -
Category
Documents
-
view
8 -
download
2
description
Transcript of Lembar Tugas Mandiri PK 2
Lembar Tugas Mandiri
Nama : Mustika Saraswati
NPM : 1406552906
Outline : 1. Konduksi Keadaan Un-Steady
3. Metode Numerik Transien
Konduksi Keadaan Un-Steady
Jika sebuah benda padat tiba-tiba mengalami perubahan lingkungan, maka diperlukan
beberapa waktu sebelum suhu benda itu berada kembali pada keadaan seimbang. Keadan
seimbang ini kita sebut keadaan – tunak (steady state); dan distribusi suhu serta perpindahan
kalor dapat kita hitung dengan menggunakan metode-metode yang telah ada.
Dalam proses pemanasan atau pendinginan yang bersifat transien atau fana yang
berlangsung sebelum tercapainya keseimbangan, analisis mesti disesuaikan untuk
memperhitungkan perubahan energi dalam benda menurut waktu. Demikian pula kondisi atau
syarat-syarat batas mesti disesuaikan agar cocok dengan situasi fisis yang terdapat dalam
masalah perpindahan kalor keadaan tak-tunak(unstedy-state heat-transfer) analisis perpindahan
kalor keadaan tak tunak jelas mempunyai arti praktis yang nyata mengingat banyaknya proses-
proses pemanasan dan pendinginan. Untuk menganalisis masalah – masalah perpindahan kalor
transien. Kita dapat mulai dari penyelesaian persamaan umum konduksi kalor dengan metode
pemisahan variable, seperti halnya pengolahan analitis yang kita kerjakan untuk masalah
keadaan tunak dua dimensi.
Metode Analisi Numerik
Salah satu pendekatan dalam penyelesaian masalah yang terjadi pada perpindahan kalor
adalah melalui metode analisis numerik. Pendekatan ini disebut sebagai teknik beda
berhingga (finite-difference technique).
Perhatikanlah sebuah benda dua dimensi yang dibagi atas sejumlah jenjang tambahan kecil
yang sama (equal increments) pada arah x dan arah y, sebagaimana terlihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2. Bagan yang menunjukkan nomenklatur yang digunakan dalam
analisis numerik konduksi kalor dua dimensi
(sumber : Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor (terjemahan). Jakarta:Erlangga.)
Titik-titik node diberi tanda seperti pada gambar itu, lokasi m menunjukkan tambahan pada
arah x, dan lokasi n tambahan pada arah y. Kita ingin menentukan suhu pada setiap titik node
di dalam benda itu dengan menggunakan persamaan (1) sebagai kondisi yang menentukan.
Kita gunakan beda-beda berhingga untuk mendekati tambahan diferensial pada koordinat
ruang dan suhu. Makin kecil tambahan berhingga yang kita gunakan, makin baik pula
pendekatan kita terhadap distribusi suhu sebenarnya. Persamaan umum yang digunakan jika
Δx = Δy adalah:
Tm1,n Tm1,n Tm,n1 Tm,n1 4Tm,n 0 .........(4)Oleh karena dalam hal yang kita perhatikan ini konduktivitas termal tetap, maka aliran kalor
dapat dinyatakan dalam diferensial suhu. Persamaan (1) dengan sederhana menunjukkan
bahwa aliran kalor netto pada setiap node ialah nol pada keadaan tunak. Pada hakekatnya,
dalam pendekatan numerik beda-berhingga distribusi suhu yang kontinu digantikan dengan
sejumlah batangan penghantar kalor khayalan yang bersambungan pada setiap titik node, dan
tidak mempunyai pembangkitan kalor.
Kita dapat pula menyusun jalan beda-berhingga yang memperhitungkan pembangkitan kalor.
Kita hanya tinggal menambahkan suku qk
persamaan di bawah ini:
ke dalam persamaan umum sehingga mendapat
qx2Tm1,n Tm1,n Tm,n1 Tm,n1 k
4Tm,n 0 ............(5)
Untuk menggunakan metode numerik, Persamaan (1) harus ditulis untuk setiap node di dalam
bahan itu, dan sistem penamaan yang dihasilkan lalu diselesaikan untuk rnendapatkan suhu
pada setiap node. Contoh yang paling sederhana ialah seperti pada Gambar di bawah:
Gambar 3. Persoalan empat node
(sumber : Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor (terjemahan). Jakarta:Erlangga.)
di mana empat persamaan untuk node 1,2,3, dan 4 adalah:
k
Penyelesaian persamaan di atas akan menghasilkan:
Jika suhu telah ditentukan, maka aliran kalor dapat dihitung dari persamaan:
q kxT
............(6)y
di mana ΔT ditentukan pada batas-batas. Dalam contoh di atas, aliran kalor dihitung dari
muka yang 500°C atau pada ketiga muka yang 100°C. Jika kita menggunakan kisi yang cukup
halus, kedua nilai yang didapat mesti sangat mendekati sama satu sama lain. Dalam
prakteknya, biasanya paling baik digunakan rata-rata dan kedua nilai itu untuk perhitungan.
Jika benda padat berada dalam kondisi batas konveksi,seperti pada gambar 3,
m,n+1
∆y
m-1,n m,n
∆y
m,n-1
∆x ∆x
suhu pada permukaan harus dihitung dengan cara yang berbeda dari metode di atas.
Persamaan umumnya jika Δx = Δy adalah
hx h xT 2
T
1 2T T T 0 .............(7)m,n k 2 m1,n m,n1 m,n1
Formulasi Numerik dengan Unsur-unsur Tahanan
Hingga saat ini telah ditunjukkan bagaimana menyelesaikan soal-soal konduksi dengan
pendekatan beda-berhingga terhadap persamaan-persamaan diferensial. Untuk setiap node
dirumuskan sebuah persamaan node, lalu perangkat persamaan itu diselesaikan untuk
mendapatkan suhu pada seluruh benda itu. Dalam merumuskan persamaan itu, kita sebetulnya
dapat saja menggunakan konsep tahanan untuk menuliskan perpindahan kalor antara node
yang satu dengan yang lain. Dengan menandai node yang kita perhatikan dengan sub
skrip i, dan node di sampingnya dengan subskrip j, maka akan kita dapatkan situasi
node-konduksi- umum (general-conduction-node situation) seperti pada Gambar 3.
Gambar 4.Node Konduksi SecaraUmum
(sumber : Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor (terjemahan).Jakarta:Erlangga.)
Pada keadaan-tunak, masukan kalor netto pada node i mesti nol, atau di mana qi adalah
kalor yang diserahkan ke node i oleh pembangkitan kalor, radiasi, dan sebagainya.
R11 dapat mengambil bentuk batas konveksi, konduksi dalam, dan sebagainya.
Persamaan (3) dapat dibuat sama dengan sesuatu sisa agar kita dapat menggunakan
penyelesaian relaksasi, atau nol untuk penyelesaian dengan metode matriks.
Tabel 1. Tahanan untuk Node ∆x = ∆y,∆z = 1
(sumber : Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor (terjemahan).Jakarta:Erlangga.)
Formulasi tahanan berguna pula untuk penyelesaian numerik bentuk-bentuk tiga dimensi
yang rumit.
Daftar Pustaka
. 2016. . [ONLINE] Available at: http://mesin.ub.ac.id/jurnal/jurnal/data/faris.pdf. [Accessed15 March 2016]
Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor (terjemahan). Jakarta:Erlangga.