Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi,...

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem- punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua fihak yang terlibat di dalamnya. Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat menumbuh- kan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama itu akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara efektif, tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis, maka organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar. Hubungan pimpinan organisasi dengan staf akan mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi kualitas (mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi efektifi- tasnya. Hubungan yang baik dan harmonis juga akan ber- pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan dan iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam organi sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan. Organisasi 1

Transcript of Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi,...

Page 1: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal

Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-

punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua

fihak yang terlibat di dalamnya.

Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali

staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat menumbuh-

kan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama itu

akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung

an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara efektif,

tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis, maka

organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar.

Hubungan pimpinan organisasi dengan staf akan

mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da

ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi kualitas

(mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi efektifi-

tasnya.

Hubungan yang baik dan harmonis juga akan ber-

pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan dan

iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam organi

sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan. Organisasi

1

Page 2: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

pendidikan mengelola manusia dengan berbagai ragam si-

fat dan latar belakangnya, baik kultur, ekonomi dan so-

sialnya. Suasana kerja yang menyenangkan adalah suatu

situasi kerja yang saling membantu antara anggota staf,

tanpa menimbulkan rasa takut dan curiga mencurigai anta

ra sesama anggota.

Sedangkan iklim organisasi yang sehat ialah kon-

disi organisasi yang berjalan sesuai dengan tatanan or

ganisasi, serta nasing-masing pihak menduduki posisinya.

Kondisi-kondisi yang telah peneliti paparkan di

atas akan menunjukkan kepada kita, apakah seorang kepala

organisasi itu juga seorang pemimpin organisasi. Studi

tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa ada perbedaan an

tara seorang kepala (pimpinan) dengan seorang pimpinan .

Seorang pemimpin organisasi dituntut untuk memiliki ke-

mampuan mengorganisir staf dan menggerakkan serta mem-

pengaruhinya untuk melakukan hal-hal yang harus dilaksa-

nakan atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang untuk

dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai. Kemampu-

an-kemampuan demikian disebut dengan istilah kepemimpin

an. Sedangkan seorang Kepala hanyalah seorang yang se

cara formal diangkat untuk mengepalai suatu organisasi.

Pungsi utama kepemimpinan terutama mengarah kepa

da dua hal, yaitu:

Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan yang akan

Page 3: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

dicapai oleh organisasi.

Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja un

tuk mencapai tujuan tersebut.

Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan meliputi:

Merumuskan tujuan dengan jelas berdasarkan kesepakatan

organisasi, sehingga setiap anggota merasa berkepenti-

ngan dan turut bertanggung jawab.

Pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing - masing

anggota secara adil dan merata. Dalam pembagian tugas

tersebut harus jelas:

siapa yang melaksanakan tugas-tugas tertentu (who),

kapan tugas itu harus selesai (when),

kepada siapa dia harus bertanggung jawab (to whom).

Menyusun rencana kerja yang mantap, yang berarti rencana

kerja tersebut harus sudah dipertimbangkan dengan baik,

dengan memperhatikan:

faktor-faktor penunjang dan penghambat yang diperkira-

kan bakal terjadi,

memperhatikan tingkat kemampuan para pelaksana yang

diberi tugas,

memperhitungkan waktu yang tersedia,

memperhitungkan dana yang tersedia, serta faktor-faktor

lain yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan.

Menyusun kriteria keberhasilan (evaluasi keberhasilan)

yang meliputi:

Page 4: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

ketepatan pelaksanaan kerja dengan perintah yang di-

berikan,

ketepatan waktu kerja yang sesuai dengan waktu yang

sesuai dengan waktu yang disediakan,

kerapihan kerja,

kerjasama antara anggota. «

Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana

kerja yang harmonis dalam mencapai tujuan meliputi:

Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan

dengan staf (hubungan vertikal), serta hubungan kerjasa

ma antara anggota (hubungan horisontal).

Menciptakan suasana kerja yang tanang, sehingga menimbul-

kan gairah kerja. Staf akan bekerja dengan rasa aman,

tanpa merasa adanya tekanan-tekanan dan rasa takut untuk

berinisiatif dan takut untuk mendapatkan hukuman.

Menciptakan kepuasan kerja bagi para anggota, mereka me

rasa dihargai hasil kerjanya, mendapatkan imbalan yang

sesuai dengan beban tugasnya dengan waktu yang tepat

tanpa potongan-potongan yang tidak resmi (sah).

Menghindarkan diri dari janji-janji yang sukar dipenuhi

atau bahkan tidak mungkin dipenuhi, yang akhirnya - jus-

tru akan menimbulkan kekecewaan anggota.

Janji-janji tersebut misalnya tentang promosi untuk sua

tu jabatan tertentu.

Menciptakan disiplin kerja yang baik.

Page 5: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

Disiplin kerja yang baik, berarti bukan suatu disiplin

yang kaku (rigid) tanpa mau menerima suatu alasanpun

untuk setiap kesalahan stafnya.

Dalam hal yang demikian maka tugas pimpinan adalah meng-

adakan perbaikan terhadap setiap kesalahan, karena hu-

kuman adalah merupakan jalan terakhir apabila semua usa-

ha perbaikan menemui kegagalan.

Pada Sekolah Dasar Negeri, tatanan yang demikian

telah diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No. 33 tahun 1983 dan No. 026a/U/l983, tentang Petunjuk

Administrasi Sekolah Dasar.

Garis besar keputusan tersebut berisl:

Petunjuk Umum Administrasi Sekolah Dasar terdapat dalam

Buku I;

Administrasi Program Pengajaran, terdapat dalam Buku II;

Administrasi Kemuridan, terdapat dalam Buku III;

Administrasi Kepegawaian, terdapat-dalam;-Buku IV;

Administrasi Keuangan, terdapat dalam Buku V;

Administrasi Perlengkapan/Barang, terdapat dalam Buku

VI.

Sebenarnya Kepala Sekolah Dasar dalam hal ini

hanya sebagai pelaksana peraturan yang sudah disusun

atasan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan un

tuk terjadi kesalahan-kesalahan teknis yang menimbulkan

Page 6: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

suasana kerja yang berbeda antara sekolah dasar satu de

ngan yang lain.

Suasana kerja yang demikian, akhir-akhir ini me-

nyelubungi situasi pendidikan kita pada umumnya.

Sekolah Dasar-Sekolah Dasar dituntut meningkatkan

produktivitasnya, dalam arti jumlah lulusan yang banyak,

sehingga para guru dihadapkan pada dilema antara jumlah

dan mutu lulusan.

Kesulitan yang dihadapi para peneliti pada Seko

lah Dasar, ialah apabila kita mengadakan pelacakan mela-

lui nilai guru dalam DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan). Obyektivitas penilaian penilaian sangat di-

ragukan, disebabkan DP3 lebih cenderung diartikan seba

gai persyaratan kenaikan pangkat bagi guru daripada ke-

adaan-nyata dari setiap individu.

Dalam Buku IV Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar

(halaman 10), dituliskan bahwa persyaratan kenaikan pang

kat seorang guru antara lain:

Lampiran yang diperlukan:- Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan dalam

pangkat terakhir.- Salinan sah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

tahun terakhir.

Pada halaman berikutnya (halaman 11) tertulis: "Dan mem-

punyai nilai rata-rata baik, tidak ada nilai kurang da

lam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun

terakhir."

Page 7: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

Adapun sebaran nilai dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan

Pekerjaan ialah sebagai berikut:

1. Amat baik dengan nilai 91 s.d 100

2. Baik, dengan nilai 76 s.d. 90

3. Cukup, dengan nilai 61 s.d. 75

4. Sedang, dengan nilai 51 s.d. 60

5. Kurang dengan nilai 50 ke bawah.

Memperhatikan sebaran nilai yang telah ditentukan

oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta persya

ratan tersebut, maka Kepala Sekolah dihadapkan kepada

suatu dilema, yaitu memberi nilai secara obyektif dalam

mengisi DP3 yang berarti ada kemungkinan menghambat ke

naikan pangkat, atau hanya memperhatikan unsur kemanu-

siaan demi kenaikan pangkat para bawahan, yang berarti

penilaian dilakukan tidak secara obyektif.

2. Kekuasaan (Power) dan Otoritas (Authority)

Kepala Sekolah Dasar di Indonesia juga dianggap

sebagai seorang pemimpin. Pemimpin di sini akan mem-

punyai konotasi kekuasaan (power) dan otoritas (autho

rity). Kekuasaan (power) merupakan kemampuan seseorang

atau kelompok untuk mengubah tingkah laku orang lain se

suai dengan yang dia inginkan (Materi Dasar Pendidikan

Program Akta V, Buku II C, Administrasi Pendidikan 1983/

1984, 57).

Page 8: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

8

Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang sah

yang dipunyai seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Oto

ritas (authority) biasanya lebih ditaati bawahan, karena

dia mempunyai dasar hukum yang sah. Keterpaduan kekuasa

an dengan otoritas akan lebih menguatkan kedudukan se

orang pemimpin atau Kepala Sekolah Dasar.

Terjadinya pola-pola perilaku yang berbeda pada

guru, sebagai anggota suatu organisasi pendidikan salah

satu sebabnya ialah kurang mempunyai Kepala Sekolah me-

madukan kekuasaan dan otoritas (Materi Dasar Pendidikan

Program Akta Mengajar V, 1983/1984: 58).

Pola perilaku yang berbeda tersebut tentu saja

akan menghambat tercapainya tujuan organisasi, karena

antara pimpinan dengan anggota tidak serasi, sehingga

seolah-olah pemimpin akan berusaha sendiri mencapai tu

juan yang diharapkan tanpa mendapat dukungan dari ang

gota.

Tidak terpadunya kekuasaan (power) dengan oto

ritas. (authority), akan mengakibatkan beberapa kemungkin-

an, yaitu:

Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi hu

bungan yang baik.

Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi hu

bungan yang buruk.

Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi

Page 9: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

hubungan yang buruk.

Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi hu

bungan yang baik.

Lembaga berjalan dengan baik, artinya bahwa guru

guru menunaikan tugas dengan rasa tanggung jawab.

Lembaga berjalan dengan buruk, apabila guru-guru

melaksanakan tugas kurang bertanggung jawab, sehingga tu

gas-tugasnya menjadi terbengkalai.

Kondisi hubungan yang baik, artinya hubungan ker

ja antara guru dengan Kepala Sekolah harmonis, akrab dan

saling mempercayai.

Kondisi hubungan yang buruk artinya hubungan ker

ja Kepala Sekolah dengan guru-guru kurang harmonis dan

saling mencurigai.

Sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, maka da

lam pelaksanaannya di Sekolah Dasar akan terjadi empat

kemungkinan:

Kemungkinan kondisi pertama: guru tetap melaksanakan tu

gasnya dengan rasa tanggung jawab, hubungan kerja Kepala

Sekolah dengan guru-guru akrab, sehingga menghasilkan

jumlah lulusan yang banyak dengan nilai yang baik.

Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de

ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja terjalin

kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap tinggi

jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.

Page 10: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

10

Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de

ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja terjalin

kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap tinggi

jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.

Kemungkinan kondisi ketiga: guru melaksanakan tugas ku

rang bertanggung jawab, hubungan kerja dengan Kepala Se

kolah kurang akrab, hasil yang didapat kurang memuaskan

baik dalam jumlah maupun nilainya.

Kemungkinan keempat: Guru melaksanakan tugas kurang ber

tanggung jawab, tetapi hubungan kerja cukup akrab jumlah

lulusan tetapi tinggi namun nilainya kurang memuaskan.

Apabila kita hubungkan dengan kriteria penggolong-

an nilai hasil belajar siswa, maka sebaran tersebut ada

lah sebagai berikut:

Kategori nilai hasil belajar baik terdiri dari:

Angka 10 dengan pengertian nilai istimewa.

Angka 9 dengan pengertian nilai baik sekali.

Angka 8 mempunyai pengertian nilai baik.

Kategori nilai belajar cukup terdiri dari:

Angka 7 mempunyai pengertian nilai lebih dari cukup.

Angka 6 mempunyai pengertian nilai cukup.

Angka 5 mempunyai pengertian nilai hampir cukup.

Kategori nilai hasil belajar kurang terdiri dari:

Angka 4 mempunyai pengertian nilai kurang.

Angka 3 mempunyau pengertian nilai kurang sekali.

Page 11: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

11

Kategori nilai hasil belajar buruk terdiri dari:

Angka 2 mempunyai pengertian nilai buruk.

Angka 1 mempunyai pengertian nilai buruk sekali.

Kondisi-kondisi yang peneliti ungkapkan di rauka

merupakan kondisi yang umum terjadi pada setiap lembaga

pendidikan. Kepala sekolah harus mampu memantau kondisi

lembaga yang dipimpinnya, terutama tentang pelaksanaan

tugas guru serta hubungan kerja yang terjadi antara Ke

pala Sekolah itu sendiri dengan guru-guru yang dipimpin

nya. Adakalanya Kepala Sekolah terjebak oleh keadaan

yang terselubung, yaitu hubungan kerja yang tidak riil,

sebagai contoh: apabila Kepala Sekolah hadir di sekolah

maka kelihatan, bahwa guru-guru bersungguh-sungguh dalam

melaksanakan tugasnya, dan akrab dengan Kepala Sekolah,

tetapi hal ini akan berubah sekali apabila Kepala Seko

lah sedang berhalangan sehingga tidak dapat hadir di se

kolah, guru-guru akan bekerja semaunya dan kurang ber

tanggung jawab.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka latar bela

kang masalah penelitian ini ialah berpangkal dari ren-

dahnya nilai EBTANAS yang disebabkan oleh belum berfung-

sinya Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpin-

annya, sehingga berpengaruh kepada pelaksanaan tugas gu

ru-guru.

Page 12: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

12

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan di Sekolah Dasar dihadapkan pada dilema

antara jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Jumlah lu

lusan yang banyak dengan nilai rata-rata yang banyak de

ngan nilai rata-rata yang tinggi merupakan idaman semua

lembaga pendidikan, tetapi biasanya hal tersebut sukar

dicapai secara bersamaan.

Nilai-nilai lulusan siswa yang tinggi dapat ter

jadi apabila diawali dengan seleksi nilai kenaikan kelas

yang ketat. Tetapi biasanya Kepala Sekolah lebih menekan-

kan kepada jumlah yang banyak untuk setiap kenaikan kelas

tetapi kurang memperhatikan nilai-nilai siswa.

Berpijak pada situasi yang demikian, maka timbul-

lah persaingan antara sekolah satu dengan sekolah lain-

nya, baik dalam jumlah siswa yang naik kelas maupun dalam

jumlah kelulusan (output). Hal yang demikian akan merupa

kan kebanggaan tersendiri baik Kepala Sekolah maupun gu

ru-gurunya.

Hal tersebut akan terlihat pada data pra peneliti

an Hasil EBTANAS Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lam

pung tahun ajaran 1986/1987 sebagai berikut:

Page 13: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

TABEL 1

REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA PELAJARANHASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA

DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG, 1986/1987

13

Status Jumlah Jumlah Mata Kip. Jumlah£

S.D. S.D. Peserta Pljr nilai siswa

Negeri 168 9.875 P.M.P 6,016,005,99

7.463271

2.141

763

21

Swasta 34 2.402 P.M.P 6,016,005,99

1.95385

364

814

15

Negeri 168 9.875 B.Ind. 6,016,005,99

7.559159

2.157

772

21

Swasta 34 2,402 B.Ind 6,016,005,99

1.35648

498

772

21

Negeri 168 9.875 Mat em 6,016,005,99

1.752408

7.725

18

478

Swasta 34 2,402 Mat em 6,016,005,99

882134

1.386

376

57

Negeri 168 9.875 I.P.S 6,016,005,99

3.297244

6.33A

342

64

Swasta 34 2,402 I.P.S 6,016,005,99

1.209131

1.062

505

45

Negeri 168 9.875 I.P.A 6,016,005,99

4.001360

5.514

414

55

Swasta 34 2.4P2 I.P.A 6,016,00

1.10375

473

5,99 1,224 50

Slumber deita: Laporsin Penyedenggar*lan EBTi•>-. Tlnv

INAS

Lampung"1986/1987 hal. 121, 122123 dan 125.

Page 14: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

14

Berdasarkan data tersebut, maka apabila dirata-ra-

takan adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar Negeri:

*T-n • a o-. 76 + 77 + 18 + 34 + 41Nxlax 6,01 = _____ x i £ = 49,2 £5

3+2 + 4+2 + 46,00 = — x 1 £ - 3 $>

5

21+21+78+64+55— x 1 + = 47,8 £

Sekolah Dasar Swasta:

81 + 77 + 37 + 50 + 466,01 = — x 1 <$> = 58,2

5

4+2 + 6 + 5 + 36,00 = — xl^= 4 %

15+21+57+50+455,99 _ x 1 $> = 37,8 #

Nilai-nilai tersebut di atas ialah untuk melihat bobot

pengetahuan siswa pada Nilai EBTANAS Murni (NEM), sedang

kan untuk menentukan nilai dalam STTB digunakan rumus

sebagai berikut :

P + Q + nR

2 + n

Page 15: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

15

Keterangan:

P = Nilai Rapor Caturwulan I kelas VI

Q - Nilai Rapor Caturwulan II kelas VI

R = Nilai EBTANAS Murni

n = Koefisien R yang nilainya bergerak antara

2 - 0,5 yaitu: 2, 1, 0, 9, 8, 0, 7, 0, 6,

0, 5).

Sedangkan untuk menentukan nilai bidang studi yang di-

cantumkan dalam STTB yang diperoleh dari EBTA digunakan

rumus sebagai berikut :

P + Q + 2R

Keterangan:

P = nilai rapor Caturwulan I kelas VI

Q = nilai rapor caturwulan II kelas VI

R = nilai rapor yang diperoleh pada EBTA

(SK Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Lampung, 1986: 17-18)

Memperhatikan ketentuan tersebut di atas, makin

jelaslah bahwa EBTA maupun EBTANAS lebih cenderung me

nentukan bobot pengetahuan seorang siswa pada kelompok-

nya dan bukan menentukan lulus atau tidaknya seorang sis

wa Sekolah Dasar.

Kondisi hasil EBTA siswa Sekolah Dasar tersebut

secara organisasi menurut Warren Benis (1978: 281-193 )

dapat disebabkan oleh tiga dimensi, yaitu dimensi teknis,

Page 16: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

16

dimensi konsep dan dimensi manusia.

Dimensi teknis lebih cenderung berhubungan dengan

tatanan organisasi berdasarkan organisasi, yaitu yang

berhubungan dengan mekanisme organisasi, jalur tatakerja,

jalur informasi, pembagian tugas dan wewenang.

Dimensi konsep lebih cenderung berhubungan dengan

filsafat organisasi, tujuan organisasi, alasan didirikan-

nya suatu organisasi serta kriteria keberhasilan organi

sasi.

Dimensi manusia erat hubungannya dengan unsur pa

ra pelaksana. Unsur pelaksana merupakan unsur yang sa

ngat menentukan.

Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin or

ganisasi dalam hubungan ini ialah:

Masalah organisasional, masalah motivasi kerja dan masa

lah suasana kerja.

1. Masalah Organisasional

Masalah ini menyangkut usaha memadukan kepen-

tingan organisasi dan kepentingan anggota. Seorang mema-

suki suatu organisasi disebabkan oleh adanya kepentingan-

kepentingan tertentu, demikian juga suatu organisasi di-

dirikan karena adanya maksud-maksud tertentu juga.

Seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri merupakan

wakil Pemerintah untuk mengelola sekolah yang dipimpin

nya, 0leh sebab itu wajarlah kalau kalau Kepala Sekolah

Page 17: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

17

berupaya untuk memajukan Sekolah yang dipimpinnya. Upaya

tersebut tercermin dalam perilaku kepemimpinannya yang

dapat terlihat dalam cara memberi perintah kepada guru-

guru, membagi tugas, membimbing guru-guru maupun tindakan

tindakan yang lain.

Dalam melaksanakan tugas, baik guru-guru maupun

Kepala Sekolah, mempunyai keterbatasan yaitu karakteris-

tik individu dan karakteristik organisasi.

Karakteristik individu meliputi :

Tingkat kemampuan individu,

Tingkat kebutuhan individu, dan

Kepercayaan individu terhadap dirinya,

Pengalaman,

Sifcap individu.

Sedangkan karakteristik organisasi menyangkut masalah

yang berhubungan dengan:

hirargi,

tugas-tugas,

wewenang,

imbalan,

kontrol.

2. Masalah Motivasi Kerja

Tidak akan dimungkiri, bahwa sebagian besar orang

bekerja, mengharapkan suatu imbalan, biasanya imbalan

yang paling dominan ialah bersifat materi.

Page 18: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

18

Tingkat pencapaian prestasi individu dalam bekerja pada

suatu lembaga tidak seluruhnya tergantung dari imbalan

yang diterima.

Motiv berprestasi ini akan menjadi makin tinggi

apabila :al tersebut dapat menimbulkan kebahagiaan ter-

sendiri (kepuasan kerja). Pengakuan pimpinan terhadap

prestasi kerja staf akan menarnbah gairah kerja staf, se-

baliknya apabila pimpinan kurang dapat menghargai pres

tasi kerja staf, maka secara tidak langsung akan menira-

bulkan motivasi kerja yang^bergairah. Hal xnx akan mem

punyai akibat terlambatnya pencapaian tujuan yang diha

rapkan, hasil kerja yang kurang bermutu, serta hambatan-

hambatan lain yang senantiasa mengganggu kelancaran orga

nisasi.

Teori Thorndike yang diterapkan dalam organisa

si tentang konsep penguatan (reinforcement concept), sa

ngat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya ada

lah apabila motivasi cenderung timbul dari dalam diri

individu, maka teori penguatan (reinforcement) merupakan

perilaku yang ditimbulkan oleh adanya pendorong dari luar

atau adanya rangsangan tertentu (Edgar H. Schein, 1983:

101).

Ada tiga unsur penguat (reinforce) yang dapat me

nimbulkan penguatan (reinforcement) tindakan individu :

Adanya hadiah yang bersifat materi.

Page 19: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

19

Adanya unsur-unsur yang menyenangkan.

Adanya unsur-unsur yang membuahkan kenaikan hubungan

(association) antara respon dan stimulus yang dihasilkan-

nya. Sifat konsep yang ketiga ini dapat bersifat menye

nangkan atau tidak menyenangkan (Edgar H. Schein, 1983:

101-102).

McClelland dalam hal yang demikian mengemukakan

teori kebutuhan yang dihubungkan dengan n Ach ( need for

achievement), yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan

akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesan yang

diperoleh dari hasil penelitiannya ialah :

Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih senangmenghindari tujuan hasil karya yang mudah dan sukar.Mereka sebenarnya lebih menyenangi tujuan yang seba-tas kemampuannya yang dapat mereka capai.Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih menyenangiumpan balik yang cepat, tampak dan efisien mengenaihasil karya mereka.Orang yang mempunyai n Ach tinggi senang bertanggungjawab akan pemecahan persoalan.(Djurban Wahid, 1984: 100).

3. Masalah Suasana Kerja

Suasana kerja timbul sebagai akibat dari adanya

iklim organisasi. Sedangkan iklim organisasi itu sendiri

timbul sebagai akibat hubungan kerja yang harmonis atau

tidak harmonis dalam suatu organisasi.

Iklim organisasi yang menunjang akan dapat menim

bulkan suasana kerja.yang sehat dan baik, dan sebaliknya

suasana kerja yang buruk dapat timbul sebagai akibat

Page 20: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

20

iklim organisasi yang buruk. Hubungan kerja yang buruk

apabila pimpinan organisasi bersifat birokratis, kurang

memperhatikan situasi stafnya pada saat tertentu.

Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas akan mem

punyai pengaruh kepada sikap dan perilaku staf dalam me

laksanakan tugasnya. Sikap senang akan menimbulkan ke-

cenderungan staf untuk bekerja secara sungguh-sungguh

serta penuh tanggung jawab.

Suasana kerja yang penuh gairah, sebenarnya akan

sangat menguntungkan bagi pimpinan organisasi, terutama

bagi pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Staf yang

kurang bergairah dalam bekerja sukar diharapkan untuk

mencapai target tertentu. Guru-guru beranggapan bahwa ke-

berhasilannya dalam bekerja lebih c nderung hanya untuk

kepentingan Kepala Sekolah, karena guru-guru mendapat

perlakuan yang sama baik guru yang raj in maupun yang ku

rang raj in, misalnya dalam hal kenaikan pangkat pangkat

ataupun nilai guru dalam DP3.

4. Kepemimpinan dan Administrasi Pendidikan

Administrasi merupakan alat, alat tersebut dapat

membantu kelancaran usaha organisasi untuk mencapai tuju

an dengan efektif. Untuk kelancaran usaha tersebut diper

lukan aturan-aturan tertentu, yang mengikat semua anggo

ta yang terlibat di dalamnya untuk memahami dan melaksa-

Page 21: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

21

nakan tugasnya dengan tanggung jawab.

Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan

yang diharapkan adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya

pimpinan yang mengatur pelaksanaan administrasi tersebut.

Pemimpin harus mampu mengatur tiga unsur pokok administra

si yang dikenal dengan sebutan "the 3. M_sM, yaitu : Man,

Material and Money.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya,seorang pe

mimpin membagi-bagi tugas yang ada pada anggota stafnya

sesuai dengan kemampuan staf tersebut masing-masing. Da

lam hal yang demikian maka tugas seorang pemimpin hanya-

lah membagi tugas, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja

yang didapat.

Administrasi pendidikan mempunyai prinsip-prinsip

dan aturan-aturan yang tidak jauh berbeda dengan prinsip

prinsip serta aturan administrasi pada umumnya.

Administrasi pendidikan mencakup semua kegiatan

dan pengurusan masalah pendidikan, termasuk juga kegiatan

dan pengaturan tentang administrasi sekolah. Administrasi

pendidikan tidak akan menjadi baik, kalau pengelolaan ad

ministrasi sekolahnya kurang baik, oleh sebab itu peran

seorang Kepala Sekolah sangat penting.

Kepala Sekolah sebagai pengelola administrasi se

kolah yang dipimpinnya dituntut untuk menguasai tugas-tu-

gas administrasi yang menjadi tanggung jawab.

Page 22: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

22

Tugas-tugas administrasi sekolah yang menjadi

tanggung jawabnya meliputi:

Administrasi keuangan.

Administrasi kepegawaian

Administrasi pengajaran

Administrasi kesiswaan

Administrasi perlengkapan

Administrasi umum.

Secara operasional maka Kepala Sekolah hanya se

bagai pengatur terhadap pelaksana administrasi sekolah,

sedangkan pelaksana yang sebenarnya ialah para guru-guru.

Tugas Kepala Sekolah adalam hal ini ialah: mengorganisa-

sikan guru dalam tugas-tugas tertentu, mengawasi pelak-

sanaannya dan mengevaluasi hasil kerja yang dilakukan

oleh guru-guru tersebut.

C. Perumusan Masalah

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar yang dimaksud

dalam penelitian ini ialah pelaksanaan tugas-tugas Kepa

la Sekolah Dasar yang berhubungan dengan guru,untuk men

capai tujuan pendidikan.

Seperti telah diungkapkan di muka tugas-tugas Ke

pala Sekolah Dasar tersebut meliputi:

Melaksanakan proses belajar mengajar (P.B.M), melaksana

kan bimbingan siswa dan melaksanakan administrasi kelas.

Page 23: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

23

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pokok

dalam penelitian ini ialah: pelaksanaan kepemimpinan Ke

pala Sekolah dan pelaksanaan tugas guru, sedangkan pe-

rumusan masalahnya ialah: Bagaimana pendapat guru tentang

pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan bagaimana

pendapat guru tentang tugas-tugasnya.

Komponen pembahasan yang berhubungan dengan masa

lah tersebut meliputi:

Pendapat guru tentang supervisi yang dilakukan Kepala Se

kolah;

Pendapat guru tentang pengawasan yang dilakukan Kepala

Sekolah;

Pendapat guru tentang evaluasi yang dilakukan Kepala Se

kolah;

Pendapat guru tentang pelaksanaan proses belajar meng

ajar yang dilakukannya;

Pendapat guru tentang bimbingan siswa yang dilakukannya;

Pendapat guru tentang administrasi kelas yang dilakukan

nya;

Berdasarkan komponen-komponen tersebut di atas,

maka tujuan penelitian ini ialah:

Mengungkapkan pendapat guru tentang supervisi yang dila

kukan oleh Kepala Sekolah;

Mengungkapkan pendapat guru tentang pengawasan yang di

lakukan oleh Kepala Sekolah;

Page 24: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus

24

Mengungkapkan pendapat guru tentang penilaian yang di

lakukan oleh Kepala Sekolah;

Mengungkapkan pendapat guru tentang proses belajar meng

ajar yang dilakukannya.

Mengungkapkan pendapat guru tentang bimbingan kepada sis

wa yang dilakukannya;

Mengungkapkan pendapat guru tentang administrasi kelas

yang dilakukannya;

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para

Kepala Sekolah di Bandar Lampung khususnya untuk lebih

raeningkatkan diri sebagai pemimpin sekolahnya, sedangkan

bagi guru-guru diharapkan untuk lebih memahami dan meng-

hayati tugas-tugasnya sebagai suatu kewajiban dan bukan

sebagai suatu beban yang memberatkan dirinya, sehingga

akan timbul suatu hubungan yang harmonis antara Kepala

Sekolah dengan guru-guru yang dipimpinnya.

Page 25: Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-repository.upi.edu/958/4/T_ADPEND_398_Chapter1.pdfLembaga pendidikan sebagai suatu organisasi, mem-punyai tatanan dan aturan yang harus