LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS...

18
*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 1 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA BANDUNG Ikaputera Waspada*) Abstrak Lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan saat ini dan di masa datang. Lembaga keuangan mikro saling membutuhkan dengan Usaha Mikro. Lembaga ini sebagai agen jasa keuangan pada Usaha Mikro. Lembaga keuangan formal relatif lebih lambat perkembangannya dibandingkan dengan lembaga keuangan illegal. Mereka ini tumbuh subur di masyarakat luas dan sangat diminati masyarakat bawah. Akhirnya lembaga keuangan illegal tumbuh subur dan mampu memenuhi kebutuhan dana di masyarakat dengan baik. Penelitian ini eksploratif, kualitatif dengan purposive sampling pada lembaga keuangan mikro yang telah bekerjasama dengan usaha-usaha mikro di lingkungan sentra-sentra industry di kota Bandung. Lembaga ini telah menjadi milik masyarakat luas. Tentu, pengawasan lembaga ini masih lemah sehingga perlindungan pada nasabah lemah pula. Hasil penelitian ini telah menggambarkan skema lembaga keuangan mikro berpihak formula standard kondisi usaha mikro sendiri. Latar belakang penelitian Lembaga keuangan mikro saling membutuhkan dengan Usaha Mikro. Lembaga ini sebagai agen jasa keuangan pada Usaha Mikro. Lembaga keuangan formal relatif lebih lambat perkembangannya dibandingkan dengan lembaga keuangan illegal. Mereka ini tumbuh subur di masyarakat luas dan sangat diminati masyarakat bawah. Akhirnya lembaga keuangan illegal tumbuh subur dan mampu memenuhi kebutuhan dana di masyarakat dengan baik. Pengawasan lembaga ini masih lemah bahkan relative tidak ada sehingga perlindungan pada nasabah lemah pula. Di Lain pihak lembaga keuangan formal tidak mampu menjangkau Usaha Mikro secara efektif bila dibandingkan pertumbuhan Usaha Mikro itu sendiri. Hal ini dapat di lihat dari skema standard peminjaman dan formula prudensial baku untuk lembaga keuangan formal terhadap Usaha Mikro lemah. Lembaga keuangan formal memiliki standard yang berbeda satu sama lain dalam menyalurkan kredit mikronya, sehingga penyaluran kredit usaha mikro bersifat politis dan kebijakan program

Transcript of LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS...

Page 1: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 1

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS

UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI KOTA BANDUNG

Ikaputera Waspada*)

Abstrak

Lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan saat ini dan di masa datang.

Lembaga keuangan mikro saling membutuhkan dengan Usaha Mikro. Lembaga ini

sebagai agen jasa keuangan pada Usaha Mikro. Lembaga keuangan formal relatif

lebih lambat perkembangannya dibandingkan dengan lembaga keuangan illegal.

Mereka ini tumbuh subur di masyarakat luas dan sangat diminati masyarakat bawah.

Akhirnya lembaga keuangan illegal tumbuh subur dan mampu memenuhi

kebutuhan dana di masyarakat dengan baik. Penelitian ini eksploratif, kualitatif

dengan purposive sampling pada lembaga keuangan mikro yang telah bekerjasama

dengan usaha-usaha mikro di lingkungan sentra-sentra industry di kota Bandung.

Lembaga ini telah menjadi milik masyarakat luas. Tentu, pengawasan

lembaga ini masih lemah sehingga perlindungan pada nasabah lemah pula. Hasil

penelitian ini telah menggambarkan skema lembaga keuangan mikro berpihak

formula standard kondisi usaha mikro sendiri.

Latar belakang penelitian

Lembaga keuangan mikro saling membutuhkan dengan Usaha Mikro.

Lembaga ini sebagai agen jasa keuangan pada Usaha Mikro. Lembaga keuangan

formal relatif lebih lambat perkembangannya dibandingkan dengan lembaga

keuangan illegal. Mereka ini tumbuh subur di masyarakat luas dan sangat diminati

masyarakat bawah. Akhirnya lembaga keuangan illegal tumbuh subur dan mampu

memenuhi kebutuhan dana di masyarakat dengan baik. Pengawasan lembaga ini

masih lemah bahkan relative tidak ada sehingga perlindungan pada nasabah lemah

pula.

Di Lain pihak lembaga keuangan formal tidak mampu menjangkau Usaha

Mikro secara efektif bila dibandingkan pertumbuhan Usaha Mikro itu sendiri. Hal ini

dapat di lihat dari skema standard peminjaman dan formula prudensial baku untuk

lembaga keuangan formal terhadap Usaha Mikro lemah. Lembaga keuangan formal

memiliki standard yang berbeda satu sama lain dalam menyalurkan kredit mikronya,

sehingga penyaluran kredit usaha mikro bersifat politis dan kebijakan program

Page 2: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 2

sementara sebagai skema program pemerintah semata. Mengapa Pemerintah dan

Perbankan kesulitan mengembangkan skema formal penyaluran dana usaha mikro

dibandingkan menjalankan program-program pemerintah untuk pemberdayaan usaha

mikro melalui kredit mikro.

BPS melaporkan tahun 2000 tercatat 15 juta usaha yang tidak berbadan

hukum. Sedangkan Kementerian Koperasi dan UKM bahwa pada tahun 2004 di

beberapa negara menunjukkan keberhasilan pengelolaan keuangan mikro, atau

minimal bisa mengetahui berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

termasuk kegagalan dalam pengelolaan keuangan mikro. Indonesia jumlah usaha

skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat sebesar 0,588 juta dan usaha menengah

0,062 juta dengan jumJah tenaga kerja yang terlibat 58 juta orang. Jumlah tersebut

adalah 99,8 persen dari total usaha di Indonesia dengan pesentase tenaga kerja

sebasar 99,6 dari total tenaga kerja. Skema lembaga keuangan mikro tidak berpihak

pada formula standard kondisi usaha mikro sendiri. Penelitian ini menjawab salah

satu fenomena lembaga keuangan yang diinginkan usaha mikro saat ini dan masa

datang.

Permasalahan

Usaha Mikro di Indonesia salah satu alternatif kebijakan yang strategis

mengembangkan sector riil. Hal ini menandakakan usaha mikro menyangkut hajat

hidup orang banyak, seperti membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran,

membuka usaha secara captive market, pengelolaan keuangan yang sederhana.

Kondisi ini searah kebijakan perekonomian yang berorientasi pada ekonomi berbasis

komunitas serta pengembangan usaha mikro di masa datang. Ekonomi berbasis

komunitas dimaksudkan kegiatan usaha kebutuhan utama yang dikelola perorangan

atau kelompok dengan pembukuan sederhana dan pasar terbatas.

Salah satu program kebijakan pemerintah dan atau sebagai lembaga donor

yang minimal memberikan dukungan terhadap pemberian penjaman atau pembiayaan

kepada usaha mikro atau masyarakat miskin, yang dikenal dengan micro-finance.

Istilah diperbankan, disebut kredit usaha mikro. Kredit usaha mikro adalah kredit

Page 3: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 3

yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baik langsung maupun tidak langsung,

yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin dengan

kriteria penduduk miskin menurut Bank Indonesia dengan plafon kredit maksimal

sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Salah satu pihak yang mempunyai posisi strategis dalam pemberdayaan

Usaha Mikro adalah lembaga keuangan mikro atau Micro-Finance Institution (MFI).

Selama ini MFI merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang bergerak khusus di

sektor usaha mikro. MFI sebagai lembaga keuangan lainnya seperti bank, modal

ventura, atau lembaga pembiayaan lainnya. Posisi MFI di Indonesia menjadi sentral

karena sampai saat ini bank atau lembaga keuangan formal belum memiliki formula

standar pinjaman untuk usaha mikro atau usaha non-formal yang relatif masih

dimarginalkan. Hasil penelitian ini mengungkapkan model lembaga keuangan mikro

berbasis komunitas sebagai salah satu alternative mengembangkan Usaha Mikro dan

diinginkan para pengusaha mikro di Indonesia dewasa ini dan di masa datang.

Metodologi Penelitian

Jumlah Usaha Mikro di Kota Bandung 40.260 unit, dan melakukan akses

pada lembaga keuangan formal, meskipun lembaga ini telah memperbaiki citranya,

tapi masih bersifat shock financial culture. Artinya lembaga keuangan hanya

menyalurkan kredit tuntutan program pemerintah yang bersifat sementara dan berlaku

bunga pinjaman. Di sadari Usaha Mikro di Indonesia sebagian besar tidak berbadan

hukum dan secara umum sulit untuk mengetahui data keuangan. Menurut

Ikaputera(2008), Usaha Mikro adalah usaha dengan asset maksimal 25 juta dan omset

maksimal pertahun 100 juta dengan 2- 4 tenaga kerja termasuk keluarga. UU 20/2008

Usaha Mikro usaha dengan asset bersih 50 juta dengan penjualan bersih 300 juta.

Usaha Mikro merupakan kegiatan usaha non-formal yang jumlahnya banyak

dibandingkan dengan usaha kecil, menengah, dan besar. Menurut International

Finance Corporation (IFC) World Bank, Usaha Mikro adalah usaha yang melibatkan

jumlah tenaga kerja sampai 10 orang dengan total asset dan penjualan tahunan

masing-masing sampai US$100,000.

Page 4: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 4

Penelitian ini eksploratif pada lembaga keuangan masyarakat sebagai

populasi. Sampel penelitian bersifat purposive ini pada lembaga keuangan-lembaga

keuangan yang selama ini bekerjasama dengan usaha mikro di lingkungan sentra-

sentra industry dan sekitarnya di kota Bandung. Pengumpulan data penelitian ini

dengan observasi dan wawancara dengan daftar pertanyaan pada lembaga-lembaga

keuangan di lingkungan sentra-sentra industry dan sekitarnya di kota Bandung.

Page 5: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 5

Tinjauan Pustaka

Konsep Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan dalam tulisan ini adalah lembaga keuangan untuk

kelompok Usaha Mikro. Pertumbuhan Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia

diperkirakan 30 persen di tahun 2008. Siu (2001) menjelaskan bahwa MFI adalah

lembaga yang menyediakan jasa keuangan kepada masyarakat miskin dan keluarga

berpendapatan rendah (serta kegiatan usaha skala mikro mereka), memungkinkan

mereka mengelola dengan lebih baik risikonya, mencapai pola konsumsi yang

konsisten, serta mengembangkan basis ekonominya. Pengalaman puluhan tahun

menunjukkan bahwa masyarakat miskin tidak hanya kreatif dengan kredit mikro

(pinjaman kurang atau sama dengan US$50), tetapi mereka mempunyai keinginan

untuk mengembalikan kredit tersebut dengan baik. Tetapi mengacu ke laporan UNDP

(2001), hanya 3% sampai 6% dari 500 juta keluarga miskin di dunia telah di jangkau

oleh program keuangan mikro. Tantangan yang harus kita hadapi adalah peningkatan

akses layanan keuangan mikro serta menjamin program tersebut mencapai tujuan

pengurangan angka kemiskinan dan pengembangan yang berkelanjutan.

Model Lembaga Keuangan Mikro

Layanan terhadap keuangan mikro bukanlah hal yang baru, dan tetap hadir

dalam masyarakat bawah maupun menengah. Pada bagian ini akan dibahas beberapa

model MFI dan berbagai jenis layanan yang diberikan kepada kelompok usaha mikro

atau masyarakat berpendapatan rendah. MFI digunakan untuk tipe lembaga yang

menawarkan layanan keuangan mikro yang tidak sepenuhnya dalam regulasi formal

dari sektor perbankan. Berbagai model lembaga keuangan mikro sebagai berikut :

1. Poverty-focused Development Banks yaitu Bentuk bank dengan para staf

profesionalnya mempunyai akses dan keputusan terhadap administrasi dana

independen yang dimilikinya yang dipinjamkan pada perorangan atau

sekelompok masyarakat berkecukupan terbatas.

2. Village Banks yaitu dana pinjaman disediakan oleh lembaga eksternal untuk

organisasi berbasis masyarakat lokal, yang bisa terdaftar secara resmi atau tidak.

Page 6: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 6

Fungsi dan transaksi perbankan secara keseluruhan dikelola oleh organisasi

tersebut yang membentuk tim pengawasan dan persetujuan pinjaman.

3. Thrift and Credit Co-operatives (TCCs) and Credit Unions (CUs) yaitu suatu

organisasi dengan keanggotaan yang terdaftar secara formal di atur oleh peraturan

pemerintah. Organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki

ikatan yang sama tersebut (misalnya hidup dalam komunitas yang sama atau

bekerja dalam perusahaan yang sama) sepakat untuk menyimpan uang secara

bersama dan meminjamkannya pada tingkat bunga yang rendah, atau

menggunakannya untuk tujuan atau proyek yang dimiliki bersama.

4. Intermediary programmes yaitu LSM memfasilitasi hubungan antara

kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam kelompok usaha mikro atau

masyarakat berpendapatan rendah dengan sistem keuangan formal. Mereka

melakukan penyerahan, bantuan untuk pengajuan, pelatihan, bantuan teknis, dan

penjaminan untuk penyedia jasa keuangan yang mengurangi biaya dan risiko dari

sasaran penerima bantuan masyarakat miskin.

Menurut Thorat untuk kasus di India, MFI memainkan peranan penting dalam

menjembatani kesenjangan antara permintaan dan penawaran jasa keuangan ketika

MFI bisa berhasil menghadapi berbagai penghalang atau tantangan. Hasil penelitian

Jindal dan Sharma menunjukkan bahwa dari 36 MFI di India, 89% MFI tergantung

subsidi dalam menjalankan jasa keuangannya dan hanya 9 MFI yang mampu

menutup 80% dari biaya operasinya. Penelitian tersebut menjelaskan fakta bahwa

pada saat biaya supervisi kredit tinggi, volume dan ukuran pinjaman justru relatif

kecil. Selain itu, MFI mungkin bisa mengatasi biaya penyaluran kredit yang tinggi

kepada penerima jasa yang tergolong tidak sensitive terhadap tingkat bunga untuk

pinjaman yang relative kecil. Jadi MFI perlu mengembangkan strategi untuk

meningkatkan kisaran dan volume layanan keuangannya kepada Usaha Mikro.

Tantangan lainnya adalah kekurangan modal ketika MFI mulai menunjukkan laju

pertumbuhan usahanya. Beberapa model yang bisa digunakan untuk mengatasi

Page 7: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 7

keberlanjutan dan kekurangan modal lembaga keuangan mikro adalah sebagai

berikut:

1. Bank Partnership Model. Model ini merupakan cara inovatif untuk membiayai

MFI. Bank merupakan pemberi pinjaman dan MFI bertindak sebagai agen yang

menangai berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan pengawasan kredit,

supervisi, dan recovery.

2. Service Company Model. Model ini digunakan di beberapa negara-negara

Amerika Latin. Model ini mungkin menarik untuk bank-bank swasta atau

pemerintah yang memiliki jaringan kantor cabang yang luas. Pada model ini,

bank membentuk MFI sendiri dan selanjutnya bekerja bergandengan

dengan MFI tersebut untuk tneningkatkan pinjaman dan layanan lainnya. Di

atas kertas, model ini sepertinya mirip dengan partnership model yaitu MFI

men-generate pinjaman dan bank membukukannya. Tetapi pada kenyataan di

lapangan, model ini mempunyai dua sifat operasional yang cukup menarik dan

relative berbeda dengan model kemitraan sebelumnya, yaitu:

a. MFI menggunakan jaringan cabang sebagai outletnya untuk menjangkau

pelanggan. Pelanggan bisa diraih dengan biaya yang lebih rendah

dibandingkan dengan MFI yang berdiri sendiri.

b. Model kemitraan menggunakan kekuatan infrastuktur dan keuangan bank

untuk menghasilkan biaya rendah dan pertumbuhan yang cepat. Model ini

fokus pada keuangan mikro dan bahkan bisa mengenalkan berbagai produk

tambahan tanpa mengganggu operasi bank serta menyediakan struktur biaya

yang lebih menguntungkan untuk keuangan mikro.

Beberapa contoh kasus model keuangan mikro yang berhasil adalah sebagai berikut:

1. The Grammen Bank adalah contoh pengalaman yang sukses yang diawali

dengan pinjaman informal ke sekelompok masyarakat miskin. Hal tersebut

dimulai untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki lahan di

Bangladesh untuk mendapatkan pinjaman. Program ini telah berhasil karena

kelompok masyarakat tersebut bersifat kohesif (yaitu sama-sama tindak memiliki

Page 8: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 8

lahan) dan dibentuk berdasarkan prinsip kesukarelaan.

2. Non Government Organization (NGO). Pendekatan LSM juga dikelompokkan

sebagai model informal dan cenderung mengadaptasi prinsip Grammen. Model

ini biasanya dibentuk berbasiskan jender atau sektoral, misalnya perkumpulan

wanita, kelompok tani, serikat dagang, dll. Sebagai contoh, di Ghana and

Gambia, sebagian besar program kredit mikro yang berhasil adalah yang dikelola

oleh asosiasi keuangan perempuan.

3. Esusu. Esusu adalah skema pinjaman bergulir di Nigeria dan menjalar

ke sebagian besar Negara-negafa di Afrika Barat sebagai program kredit mikro

informal. Kelompok yang dibentuk untuk menjalankan skema bergulir bersifat

sukarela. Anggota kelompok memberikan kontribusi uang dengan jumlah tetap

pada periode waktu yang bersifat reguler. Pada setiap periode tersebut, seorang

anggota kelompok mengumpulkan seluruh kontribusi dari semua anggota. Setiap

anggota akan mendapatkan giliran memperoleh dana kontribusi tersebut sampai

satu siklus selesai, dan selanjutnya bisa dimulai lagi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Profil lembaga keuangan berbasis komunitas

Indonesia telah memiliki ragam model pembiayaan usaha mikro. Ragam dan

model pembiayaan meliputi jenis produk pembiayaan mikro maupun lembaga

pelaksananya kepada masyarakat telah berkembang luas. Desakan pentingnya

pengembangan ini akan semakin terasa setelah krisis perbankan melanda Indonesia,

sehingga perbankan lumpuh dan tidak dapat menjadi lembaga yang efektif lagi.

Sampai saat ini lembaga keuangan formal relative bekerja tidak efektif, sehingga

penyaluran kredit mikro yang dilakukan perbankan hanya menyalurkan program

pemerintah saja.

Lembaga perkreditan mikro di Indonesia pada dasarnya ada dua kelompok

besar yakni Pertama, BPR yang beroperasi sampai ke pelosok desa; dan kelompok

Page 9: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 9

yang Kedua adalah koperasi, baik koperasi simpan pinjam jasa keuangan maupun

unit usaha simpan pinjam dalam berbagai macam koperasi. Masih ada LKM lain

yang diperkenalkan oleh berbagai lembaga baik pemerintah seperti Lembaga Kredit

Desa, Badan Kredit Kecamatan dan lain-lain, maupun swasta/lembaga non

pemerintah seperti Bank BRI, yayasan, LSM, serta lembaga-lembaga keagamaan

termasuk juga lembaga keuangan yang ilegal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan Lembaga Keuangan berbasis

komunitas memiliki asat usaha mikro kurang dari Rp 25 juta, menjalankan usaha

pemenuhan kebutuhan primer, cash flow harian, omset dikurang dari Rp 100.

Juta/tahun dan sangat dekat dengan lingkungan keluarga, besar pinjaman rata-rata Rp

15 juta yang pernah diterima usaha mikro, di kenal dan dekat dengan lingkungan

lembaga keuangan mikro serta memiliki jaringan usaha terbatas. Lembaga keuangan

mikro ini sebagai pelayanan dana pinjaman untuk usaha mikro di kota besar.

Model lembaga keuangan mikro berbasis komunitas

Model lembaga keuangan mikro mempunyai tugas utama menyalurkan

pinjaman ke usaha mikro atau masyarakat berpendapatan rendah dan lingkungan

kenal dengan lembaga pendanaan. Prakteknya, lembaga keuangan mikro memberikan

layanan jasa keuangan dengan kepercayaan usaha dengan dasar pengembalian cicilan.

Dengan pandangan tersebut menunjukkan bahwa lembaga keuangan berbasis

kumunitas sebagai bentuk layanan keuangan pada kelompok usaha mikro dengan

formula pinjaman standard baku usaha mikro. Albu dkk (2003) menjelaskan berbagai

layanan tambahan MFI ke usaha mikro yang berhasil dijalankan di Bangladesh. Hasil

penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur 2005

menunjukkan model feeder Point dengan ciri tanpa anggunan dan bunga ringan,

pinjaman kecil sebagai pilihan pendanaan yang diminati UKM.

Model keuangan formal dibangun oleh lembaga keuangan formal seperti

Page 10: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 10

bank komersial, bank desa memberikan pinjaman ke masyarakat miskin relatif tidak

berhasil. Alasannya adalah keterbatasan pengetahuan (atau pemahaman) terhadap

masyarakat miskin serta hubungan yang relatif renggang antara lembaga formal dan

formula pinjaman tidak sesuai dengan Usaha Mikro. Hasil penelitian lembaga

keuangan mikro berbasis komunitas adalah lembaga pinjaman yang berformula

usaha mikro pada kepercayaan kelompok dengan pola besar cicilan pengembalian

sebagai acuan pinjaman. Hasil penelitian memperlihatkan lembaga keuangan mikro

berbasis komunitas memberikan syarat dikembangkan dengan ketentuan dasar

sebagai berikut

1. Kepercayaan

2. Pinjaman dengan formula tanggung jawab kelompok

3. Tanpa agunan

4. Pengusaha Mikro dikenal Lembaga Keuangan Mikro

5. Besar pengembalian sebagai dasar pinjaman (Rasio aktivitas)

6. Usaha Mikro dikenal lingkungan sekitarnya

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa usaha mikro masih berhubungan

tinggi dengan lembaga keuangan informal dan jumlah usaha mikro mampu

membangun sector riil, usaha mikro dapat dikembangkan dengan fleksibilitas tinggi

dan pinjaman yang diberikan dengan formula tanggung jawab kelompok. Untuk itu

Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia membuat rancangan pinjaman sector usaha

mikro secara formal bukan program, dengan ketentuan

1. Lembaga Keuangan Mikro formal perlu berpihak kepada Usaha Mikro

2. Pinjaman usaha dengan skema tanpa agunan dan tanggung jawab kelompok

3. Menyalurkan dana pinjaman kepada usaha mikro berjangka pendek

4. Lembaga keuangan Mikro yang dikembangkan dikenal lingkungan sekitarnya

Model Lembaga Keuangan Mikro berbasis komunitas :

1. Tumbuh dan berkembang melayani usaha mikro;

Page 11: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 11

2. Mandiri dan bebas di masyarakat;

3. Sangat dekat dengan masyarakat lingkungan sekitarnya

4. Memiliki prosedur peminjaman dana tanpa agunan;

5. Pendanaan usaha produktif masyarakat sekitar LKM tersebut ;

6. Lembaga ini memiliki pasar masyarakat tersendiri.

7. Besar tawaran pengembalian dana pinjaman menjadi acuan dasar

Gambar 1 : Alur dana pinjaman lembaga keuangan berbasis komunitas

Keterangan :

1. Kordinasi/pengawasan

2. Aliran dana pinjaman

Pada gambar 1. dapat diperlihatkan pada bagian atas adalah sumber dana

pinjaman atau modal yang dapat diakses oleh usaha mikro dan sekaligus lembaga

LEMBAGA

KEUANGAN

BERBASIS

KOMUNITAS

BANK UMUM

USAHA

MIKRO

MODAL KERJA MODAL KERJA INVESTASI

Page 12: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 12

yang menanganinya. Dari gambar tersebut secara fungsional bahwa masing-masing

lembaga keuangan berbasis komunitas mempunyai segmen-segmen pasar tersendiri.

Pada garis ke kanan menggambarkan, bahwa untuk mencapai tujuan peningkatan

investasi atau penggunaan modal untuk proses nilai tambah. Di bagian lain kelompok

pengguna dana dan nasabah potensial yang dapat dilayani oleh masing-masing

lembaga keuangan ini. Sasaran potensial adalah penerima dana pinjaman yang

mampu diidentifikasi dalam kelompok sehingga secara mudah mampu mengenali

kelompok mana yang jauh dari pelayanan pinjaman dapat dikelompokkan pada

potensial nasabah.

Pengembangan Lembaga Keuangan berbasis komunitas

Pola Grameen Bank adalah bentuk dan model pembiayaan dana yang diakui

keberhasilannya oleh dunia, yang dirancang untuk perkreditan bagi keluarga miskin.

Modal ini terbukti telah berhasil membangkitkan kegiatan ekonomi bagi kelompok

penduduk miskin di Bangladesh, sehingga dianggap sesuai sebagai penyediaan dana

bagi penciptaan kegiatan produktif untuk penduduk miskin. BRI di Indonesia diakui

sebagai The Biggest and The Best Micro Banking System in the world, maka

Grameen Bank adalah The Best Social Banking System. Bank BRI terletak

perbedaannya pada kemampuan mobilisasi dana masyarakat dan kegiatan usaha

komersial usaha mikro. Di Indonesia koperasi menjadi kekuatan efektif untuk

pembiayaan anggota koperasi baik para petani, peternak, produsen, maupun

konsumen sebagai bagian pengembangan lembaga keuangan yang terus menerus

perlu dikembangkan secara optimal. Potensi pengembangan Lembaga Keuangan

Berbasis Komunitas masih harus optimal dengan perhatian :

1. Usaha mikro belum seluruhnya dapat dilayani atau dijangkau oleh

Lembaga Keuangan yang ada

2. Lembaga Keuangan berbasis Komunitas berada di tengah masyarakat

Page 13: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 13

3. Potensi usaha mikro dari masyarakat tinggi di daerah terutama di

pedesaan

4. Lembaga Keuangan Berbasis Komunitas memiliki pasar tersendiri

Sebagai perbandingan untuk meningkatkan peran lembaga keuangan berbasis

komunitas bahwa permintaan kredit bagi Lembaga Keuangan Mikro masih sangat

luas dan segmennya bermacam-macam untuk keberhasilan kelembagaan keuangan

ini. Kelompok peminjam tersebut meliputi usaha produktif masyarakat yang memiliki

perputaran usaha tinggi dalam harian dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan

modal kerja.

Lembaga Keuangan berbasis Komunitas tidak membuka kantor cabang di luar

wilayah kecamatan, bahkan kabupaten, sehingga lembaga ini mampu sebagai

community bank yang diharapkan "memperdalam " akses pelayanan kepada

masyarakat di sekitamya. Kurang difahaminya konsep Lembaga Keuangan berbasis

komunitas oleh pihak Bank Indonesia dan berbeda dengan lembaga keuangan

lainnya. Tapi Lembaga keuangan yang ada saat ini masih berorientasi kepada

perbankan umum sehingga perbedaan persepsi di lapangan mengenai hal-hal yang

justru merupakan pelaksanaan misi Lembaga Keuangan berbasis Komunitas kabur,

seperti pemberian kredit dalam jumlah kecil-kecil dan pemberian kredit tanpa agunan.

Untuk itu perlu diperhatikan

1. Peraturan yang ada, pengawasan dilakukan oleh otoritas pengawasan bank

berdasarkan peraturan yang berlaku tidak untuk bank umum dengan

menyesuaikan beberapa rasio dan cara pengawasan dengan risiko yang khusus

dihadapi Lembaga Keuangan berbasis Komunitas perlu segera diterbitkan dalam

peraturan formal (tidak ambivalen seperti kasus Status BKD yang masih

"menggantung"(berstatus BPR tapi belum BPR). Berdasarkan UU Perbankan No.

7/1992, BKD memperoleh status sebagai BPR, tetapi tidak/belum memenuhi

Page 14: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 14

beberapa persyaratan/kewajiban sebagai BPR, yaitu: (i) membuka kantor setiap

hari kerja (persyaratan pengukuhan LDKP menjadi BPR, SKB Depdagri-BI-

Depkeu 26 September 1994), (ii) ketentuan pemenuhan modal minimum, (iii)

ketentuan penilaian tingkat kesehatan BPR, (iv) kewajiban pelaporan bulanan

kepada BI.

2. Pendekatan Mandiri, di mana ditunjuk pihak ke tiga untuk mengawasi Lembaga

Keuangan berbasis Komunitas berdasarkan persetujuan antara otoritas

pengawasan dengan pihak terkait. Contoh, Indonesia di mana pengawasan atas

bank umum dan BPR dilakukan oleh bank sentral, sedangkan pengawasan atas

BKD diserahkan kepada BRI. Lembaga Keuangan Berbasis Komunitas mandiri

dalam pengawasan.

3. Pembentukan aliansi/koalisi beberapa pihak terkait, sebagai unit pengawasan

dari bank sentral, lembaga penyedia dana bagi keuangan mikro (apex/wholesale

finance intermediary), bukan bank umum yang memberi kredit kepada Lembaga

Swasdaya Msayarakat, badan pengawasan pemerintah, lembaga penelitian,

akademisi, dan lembaga donor.

Besarnya kredit dan distribusi dana yang disalurkan maka dua kekuatan

besar penyelenggara kredit mikro adalah BRI-unit dan koperasi (KSP dan USP) yang

masing-masing menyumbang sebesar 46 % dan 31 % terhadap total kredit mikro.

Jangkauan pelayanan memang koperasi yang paling doniman baik dari segi titik

pelayanan (unit lembaga) maupun nasabah (peminjam). BRI menempati urutan kedua

dalam jumlah nasabah dan BKD dalam titik pelayanan. Segmen kredit mikro papan

atas memang sebagian terbesar ditangani BRI rata-rata peminjamnya Rp. 2.439.000

jauh dibawah batas maksimum Rp. 50 Juta. Sementara BPR masih merupakan

lembaga yang meminjamkan dananya di bawah BRI. Koperasi dan perkreditan lain

nampaknya benar-benar melayani lapisan paling bawah dari pelaku kegiatan

Page 15: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 15

produktif karena secara rata-rata menangani peminjam dibawah Rp. 1 Juta. Di Lihat

dari kemampuan memobilisasi dana masyarakat hampir semua Lembaga Keuangan

tersebut masih lemah, kecuali BRI dengan ditunjukkan LDR di atas 1. BRI unit yang

berhasil memobilisasi tabungan mencapai Rp. 17 triliun lebih hanya meminjamkan

sekitar Rp. 6,1 triliun. Data ini menunjukkan potensi besar mengembangkan

Lembaga Keuangan lain di Kota besar di bandingkan dengan jumlah usaha mikro

yang ada saat ini. Lembaga Keuangan ini berkonsentrasi di kota-kota besar di

Indonesia untuk melayani penyediaan dana pinjaman bagi usaha mikro.

Simpulan

Lembaga keuangan mikro berbasis komunitas sangat dbutuhkan dan

dikembangkan. Lembaga Keuangan berbasis Komunitas tidak membuka kantor

cabang di luar wilayah kecamatan, bahkan kabupaten, sehingga lembaga ini mampu

sebagai community bank yang diharapkan "memperdalam " akses pelayanan kepada

masyarakat di sekitamya. Kurang difahaminya konsep Lembaga Keuangan berbasis

komunitas oleh pihak Bank Indonesia dan berbeda dengan lembaga keuangan

lainnya.

Faktor empiris tingkat pengembalian dana pinjaman baik, mutu pelayanan

lebih penting dan mengenal orang dan memahami nasabah serta cash flow sebagai

pengganti kollateral pisik. Pendekatan kelompok juga terbukti efektif sebagai

pressure group dan mengurangi biaya dan risiko dalam penyaluran dana pinjaman.

Keunggulan di atas menyebabkan Lembaga Keuangan berbasis Komunitas sangat

penting dalam pengembangan usaha mikro sebagai sumber pembiayaan yang mudah

diakses usaha mikro. Lembaga keuangan berbasis komunitas dengan jangkauan

usaha mikro sebagai nasabah akhir-akhir ini tumbuh pesat saat ini, sehingga

dibutuhkan pengawasan efektif dari Bank Indonesia.

Daftar Pustaka

Page 16: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 16

1. Akanji, O.O., "Micro-Finance As A Strategy For Poverty Reduction", CBN

Economic & Financial Review, Vol. 39 NO. 4.

2. Albu, M., A. Rob dan A. Chowdhury, "Learning To Improve Business

Services For Rural Microenterprise : ITDG's Experience Of Using

Participatory Processes To Establish Enduring Impact Assessment Systems

Among Business Service Providers In Rural Bangladesh", EDIAIS

International Conference, Manchester University UK, November 2003.

3. Anonim. "Helping To Improve Donor Effectiveness In Microfinance:

Funding Microfinance Technology", Donor Brief No. 23 April 2005, CGAP

Donor Information Resource Centre (DIRECT), www.cgap.Qrg/Direct.

4. Anonim, "What Is A Network? The Diversity Of Networks In Microfinance

Today", Focus Note No. 26, CGAP, www.cgap.Org.

5. Anonim, "Microfinance Consensus Guidelines: Definitions Of Selected

Financial Terms, Ratios, And Adjustments For Microfinance", Published by

CGAP/The World Bank Group, September 2003.

6. Cook, Tamara, "Equity Building Society: A Domestic Financial Institution:

Scales up Microfinance", Consultative Group to Assist the Poor World Bank

Financial Sector Network, Global Learning Process for Scaling Up Poverty

Reduction and Conference in Shanghai, May 25-27, 2004.

7. Budi Hermana,Wardoyo,Teddy Oswari, Lembaga Keuangan Mikro;Model

Organisasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi

8. Dyer, J., J.P.Morrow, and R. Young, "The Agricultural Bank of Mongolia",

Consultative Group to Assist the Poor World Bank Financial Sector Network,

Global Learning Process for Scaling Up Poverty Reduction and Conference in

Shanghai, May 25-27,2004.

9. Ikaputera Waspada, 2008, Pengaruh Kemampuan Manajerial, Pengelolaan

Modal kerja terhadap kemampulabaan serta implikasi pada pengembangan

Usaha Mikro, Disertasi-PascaSarjana UNPAD

10. Indra Idris, Pengembangan Lembaga Keuangan non Bank Untuk

Page 17: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 17

Pemberdayaan UKM, Jurnal, pengkajian Koperasi dan UKM no2 Tahun I -

2006

11. Kurmanalieva, E., H. Montgomery and J.Weiss, "Micro-finance and poverty

reduction in Asia: what is the evidence?", Paper prepared for the 2003 ADB

Institute Annual Conference on 'Micro finance and poverty reduction', Tokyo

December 5 , 2003.

12. Maya Sari, Ikaputera Waspada, Chairul Furqon(2009), Model Lembaga

Keuangan Mikro berbasis Komunitas untuk Pengembangan Usaha Mikro

(Studi pada Sentra Industri di Kota Bandung)

13. Maurer, Klaus, "Bank Rakyat Indonesia: Twenty Years of Large-Scale

Microfinance", Consultative Group to Assist the Poor World Bank Financial

Sector Network, Global Learning Process for Scaling Up Poverty Reduction

and Conference in Shanghai, May 25-27, 2004.

14. Morduch, J. and B. Haley, "Analysis of the Effects of Microfinance on

Poverty Reduction", the Canadian International Development Agency,

November 2001.

15. Rudjito, "Sinergi Kebijakan Dalam Mendorong Pertumbuhan Usaha Mikro

Kecil Dan Menengah", File presentasi pada Lokakarya Mendorong

Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah Yang Sehat dan Berdaya Saing,

Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Aston Hotel, Jakarta, 12 Desember

2003.

16. Siu, Peter, "Increasing Access to Microfinance Using Information and

Communications Technologies", Chemonics International.

17. Zaman,Hassan, "Microfinance in Bangladesh: Growth, Achievements, and

Lessons", Consultative Group to Assist the Poor World Bank Financial Sector

Network, Global Learning Process for Scaling Up Poverty Reduction and

Conference in Shanghai, May 25-27, 2004.

18. Berenbach, Shari dan Craig Churchill, Regulation and Supervision of

Microfinance Institutions, The Microfinance Network Occasional Paper No.1,

Page 18: LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BERBASIS KOMUNITAS …file.upi.edu/Direktori/FPEB/...IKAPUTERA_WASPADA/...Pengembangan_… · Indonesia jumlah usaha skala mikro 41,8 juta, usaha kecil tercatat

*)Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Koperasi, Program Studi Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas

Pendidikan Indonesia di Bandung, Dosen luar biasa di fek. Ekonomi di Universitas Pasundan Page 18

1997

19. Chavez, Rodrigo A. dan Claudio Gonza1es-Vega, Principles of Regulation

and Prudential Supervision: Should They Be Different for Microenterprise

Finance Organizations? , Rural Finance Program, Dept of Agricultural

Economics and Rural Sociology, Columbus, Ohio, 1992

20. Martowijoyo, Sumantoro, Dampak Kebijakan Deregulasi Perbankan

terhadap Kinerja Lembaga Keuangan Perdesaan, naskah disertasi, tidak

diterbitkan, 1999

21. Mubyarto dan Loekman Soetrisno, Integrated Rural Development: Indonesia,

CIRDAP, 1989

22. Rock, Rachel dan Maria Otero, eds., From Margin to Mainstream: The

Regulation and Supervision of Microfinance, Monograph Series No.11.

ACCION International, 1997

23. Martowijoyo, Sumantoro : Ketua Pusat Studi Keuangan Kecil dan Mikro

(PUSAKO, mantan Pemimpin Proyek Kredit Mikro (ADB - BI)

24. Dahlan Siamat, Lembaga Keuangan dan manajemen Bank

25. Yunus, Muhammad (2007), Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen

Bank memerangi kemiskinan, marjin kiri, Jakarta

26. Syafi’i, Antonio(2001), Bank Syariah; dari teori ke praktis, Jakarta