LELUHUR LIMBANGAN GARUT

44
 LELUHUR LIMBANGAN GARUT ( BAGIAN 1 ) LELUHUR LIMBANGAN GARUT ( BAGIAN 1 ) A. Silsilah Runday an Raja-raja Galuh, Sunda dan Pajajaran. Pada Rundayan Silsilah Asal Usul Limbangan, Catatan Silsilah Cinunuk Hilir ( Wanaraja Garut ), Silsilah Menak-menak Limbangan, Sajarah Cikundul (Cianjur ), Cirebon, Kuningan, Panjalu, Galuh Kertabumi, Ciamis, Banten, atau yang lain- lainnya, semuanya selalu mencantumkan nama Prabu Siliwangi sebagai salah satu leluhurnya. Misalnya rundayan menurut v ersi Sajarah Cirebon susunan Rd. Sastrapraja mulai dari Ciung Wanara sampai dengan Prabu Siliwangi, urutannya adalah sebagai berikut : 1. Ciung Wanara 2. Dewi Purbasari 3. Prabu Linggahiyang 4. Prabu Linggawesi 5. Prabu Wastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu Siliwangi Rundayan menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, urutannya sebagai berikut : 1. Ciung Wanara 2. Kidang Kancana 3. Linggahiyang 4. Linggawesi 5. Prabu Linggawastu 6. Prabu Susuk Tunggal 7. Prabu Anggalarang 8. Prabu Siliwangi Menurut kedua naskah tersebut, Prabu Anggalarang sebutan dalam pantun bagi Prabu Dewa Niskala ( Raja Galuh/ Kawali 1475   1482 M ) adalah putra Prabu Susuk Tunggal ( Raja Sunda/ Bogor 1382   1482 M ). Padahal sebagaimana tersurat pada Prasasti BatuTulis Bogor ( yang dibuat oleh Prabu Surawisesa

Transcript of LELUHUR LIMBANGAN GARUT

  • LELUHUR LIMBANGAN GARUT

    ( BAGIAN 1 ) LELUHUR LIMBANGAN GARUT

    ( BAGIAN 1 )

    A. Silsilah Rundayan Raja-raja Galuh, Sunda dan Pajajaran.

    Pada Rundayan Silsilah Asal Usul Limbangan, Catatan Silsilah Cinunuk Hilir (

    Wanaraja Garut ), Silsilah Menak-menak Limbangan, Sajarah Cikundul (Cianjur

    ), Cirebon, Kuningan, Panjalu, Galuh Kertabumi, Ciamis, Banten, atau yang lain-

    lainnya, semuanya selalu mencantumkan nama Prabu Siliwangi sebagai salah

    satu leluhurnya.

    Misalnya rundayan menurut versi Sajarah Cirebon susunan Rd. Sastrapraja

    mulai dari Ciung Wanara sampai dengan Prabu Siliwangi, urutannya adalah

    sebagai berikut :

    1. Ciung Wanara

    2. Dewi Purbasari

    3. Prabu Linggahiyang

    4. Prabu Linggawesi

    5. Prabu Wastu

    6. Prabu Susuk Tunggal

    7. Prabu Anggalarang

    8. Prabu Siliwangi

    Rundayan menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, urutannya sebagai

    berikut :

    1. Ciung Wanara

    2. Kidang Kancana

    3. Linggahiyang

    4. Linggawesi

    5. Prabu Linggawastu

    6. Prabu Susuk Tunggal

    7. Prabu Anggalarang

    8. Prabu Siliwangi

    Menurut kedua naskah tersebut, Prabu Anggalarang sebutan dalam pantun bagi

    Prabu Dewa Niskala ( Raja Galuh/ Kawali 1475 1482 M ) adalah putra Prabu

    Susuk Tunggal ( Raja Sunda/ Bogor 1382 1482 M ). Padahal sebagaimana

    tersurat pada Prasasti BatuTulis Bogor ( yang dibuat oleh Prabu Surawisesa

  • pada tahun 1533 M ), bahwa Prabu Dewa Niskala adalah putra

    Maharaja Linggawastu Kancana (1371 1475 M ) dan cucu Maharaja

    Linggabuana ( 1350 -1357M ) yang gugur di Bubat.

    Prabu Susuk Tunggal dan Prabu Dewa Niskala, keduanya adalah putra dari

    Maharaja Lingga Wastukancana ( lain ibu ).

    Karena Prabu Jaya Dewata menikah dengan saudara misannya, yaitu Nyai

    Kentring Manik Mayang Sunda putri Prabu Susuk Tunggal, maka beliau selain

    sebagai putra mahkota Galuh juga menjadi Putra Mahkota Kerajaan sunda (

    Bogor ). Dengan demikian Prabu Jaya Dewata adalah pewaris dua Kerajaan,

    yaitu Kerajaan Galuh - Kawali dan Kerajaan Sunda Bogor.

    Ketika Prabu Jaya Dewata diangkat sebagai Raja Galuh Kawali, juga beliau

    sebagai Raja Sunda - Bogor. Saat itulah Kerajaan Sunda dan Galuh bersatu

    kembali ( Kerajaan Sunda Galuh ),dimana beliau sebagai rajanya dengan gelar

    Sri Baduga Maharaja/ Prabu Siliwangi (1482- 1521 M ). Masyarakat Sunda

    menyebut Kerajaan Sunda Galuh itu dengan nama Kerajaan Pakuan

    Pajajaran.

    Nama Pajajaran sebenarnya adalah nama Keraton di Kerajaan Sunda yang

    dahulu dibuat lebih kurang 1330 tahun yang lalu oleh Prabu Tarusbawa,

    menantu Linggawarman ( Raja Tarumanagara ke 12 tahun 666 669 M

    ). Beliau adalah pendiri Kerajaan Sunda pada 670 M dan sebagai Raja Galuh

    Pertama ( 670 723 M ).

    Selama kurang lebih 9 abad ( abad 7 abad 16 ) Keraton Pajajaran ini

    digunakan oleh raja-raja Sunda dan raja-raja Pajajaran, sampai ditinggalkannya

    oleh Raja-raja Pajajaran terakhir ( Prabu Nilakendra dan Prabu Ragamulya ),

    karena ada serbuan dari tentara Banten ( tentara Surosowan ) yang dipimpin

    oleh Maulana Hasanudin dan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf.

    Pajajaran sebagai nama kerajaan dimulai pada masa pemerintahan Sang

    Haliwungan ( Prabu Susuk Tunggal ) ( 1382 1482 M ).(Yoseph Iskandar : 226

    ).

    Apabila yang dimaksud Prabu Linggawesi itu pada Rundayan tersebut di atas

    adalah Maharaja Linggabuana ( Sang Mokteng ing Bubat ) yang memerintah

    Kerajaan Sunda Galuh ( 1350 1357 M ) ayah dari Maharaja Linggawastu (

    1375 1475 M ), dan Prabu Linggahyang itu Prabu Linggawisesa ( 1333 -1340

    M), apakah mungkin Prabu Linggahiyang ( Raja Sunda Galuh 1333 1340 M )

    putranya Dewi Purbasari/ SangManistri Raja Galuh 783 -799 M ) ?

    Urutan rundayan dari Prabu Siliwangi ke atas, memang akan sampai pula ke

    Dewi Puspasari ( dalam cerita Lutung Kasarung namanya adalah Dewi Purbasari

    ) putra dari Ciung Wanara atau Sang Manarah Raja Galuh 739 - 783 M ). Atau

    juga akan sampai kepada Rahyang Banga Raja Sunda 739 766 M.

    Ketika penyusun pada tanggal 20 Pebruari 2006 datang mengunjungi Bapak

    Drs. H. Jaja Sukarja ( mantan Kasi Kebudayaan Dikbud Kab. Ciamis ) di

    rumahnya ( setelah pulang dari Panjalu Camis ), beliau menceritakan Ciamis

    tempo dulu, diantaranya menjelaskan Sejarah Galuh dan cerita atau

  • dongeng Ciung Wanara dan Lutung Kasarung. Beliau memberikan respons

    yang positip, bahwa penulis sedang menelusuri leluhur Limbangan khususnya,

    umumnya leluhur Urang Sunda .

    Dewi Purbasari dan Sang Manarah atau Rahyang Banga yang terkenal dalam

    cerita Pantun Lutung Kasarung dan Ciung Wanara . Menurut beliau Ciung

    Wanara adalah Raja di Kerajaan Galuh demikian pula Dewi Purbasari,

    sedangkan Aria Banga atau Rahyang Banga adalah Raja di Kerajaan Sunda.

    Aki Balangantrang yang tersebut pada Pantun Ciung Wanara menurut Drs. H.

    Jaja Sukarja dalam buku susunannya Situs Karangkamulyan dan Sejarah

    Jawa Barat susunan Drs. Joseph Iskandar, namanya adalah Bimaraksa ( Patih

    Galuh ) kakek dari Naganingrum ibu dari Sang Manarah atau Ciung

    Wanara. Bimaraksa adalah putra Jantaka (Raja Resi Wanayasa Bojonggambir )

    cucu Wrettikandayun ( Pendiri Kerajaan Galuh 670 M ). Beliau adalah Eyang

    buyut dari garis ibu ( Naganingrum ) Sang Manarah ( Ciung Wanara ).

    Wrettikandayun menurut Sejarah Jawa Barat adalah putra bungsu Sang

    Kandiawan, Raja Kendan ( 597 612 M ) putra Raja Suraliman Sakti ( 568 597

    M ). Raja Suraliman Sakti adalah cucu Raja Suryawarman ( Raja Tarumanagara

    535 561 M ) dan sebagai menantu Raja Kundungga ( Raja Kutai ). ( Yoseph

    Iskandar : 105 ).

    Hal ini dibenarkan pula oleh Maharaja Srinala Pradita Alpiansyah Rechza

    Fachlevie Wangsawarman ( Pemangku Adat, Raja Kutai Mulawarman

    Kalimantan Timur ) yang pernah datang ke Padepokan Ki Garut di Kp.

    Gugunungan Kelurahan Margawati Kec. Garut Kota Kab. Garut pada tanggal

    21Pebruari 2010.

    Raja Suraliman Sakti ( 568 597 M ) adalah saudara sepupu Rakryan

    Sancang ( lahir 591 M ) putra Raja Kertawarman ( Raja Tarumanagara 561

    618 M ). Menurut Kang Deddy Effendie , Rakryan Sancang inilah yang sering

    dirancukan dengan putra Sri Baduga Maharaja, yaitu Raja Sangara, yang

    menurut Babad Godog terkenal dengan sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan

    Rohmat Suci.

    Berdasarkan urutan Rundayan Silsilah, dari Ciung Wanara atau Sang Manarah (

    739 793 M ) sampai Prabu Linggahiyang ( 1333 - 1350 ), menurut naskah

    Wangsakerta terhalang lebih kurang 20 generasi, yaitu urutan Raja-raja Galuh,

    Sunda dan Sunda Galuh. Apalagi bila dimulai dari Raja-raja Salakanagara

    kemudian Tarumanagara, yang menurut Naskah Wangsakerta termasuk leluhur

    Raja-raja Galuh, Sunda, Sunda Galuh dan Pajajaran.

    Menurut Sejarah Jawa Barat susunan Drs. Yoseph Iskandar, Raja

    Sanjaya (Raja Sunda Galuh 723 732 M ) cicit Wrettikandayun, pendiri

    Kerajaan Galuh ( 670 M ) adalah Pendiri Dinasti Sanjaya 732 M di Jawa

    Tangah.

    Dari Putri Sudiwara putra Dewasinga ( Kalingga Selatan ), Raja

    Sanjaya menurunkan Raja raja Kalingga Utara ( Bumi Mataram ) antara lain :

    1. Rakai Panangkaran ( 754 782 ) putra Sanjaya.

  • 2. Rakai Balitung ( 898 910 ) keturunan Sanjaya

    3. Rakai Wawa ( 924 929 ) menantu Rakai Balitung ( Drs. Yoseph Iskandar :

    326 ).

    Raja - raja Mataram Jawa Timur, yaitu :

    1. Mpu Sindok ( 939 947 ) menantu Rakai Wawa

    2. Sri Isana Tunggawijaya ( 947 967 ) putra Mpu Sindok, ibunya keturunan

    Sanjaya.

    3. Makutawangsawardana ( 967 991 ) putra Sri Isana Tunggawijaya.

    4. Airlangga ( 1016 1042 ) putra Mahendradata cucu Sri Isana Tunggawijaya

    dan ayahnya adalah Prabu Udayana dari Bali ( Drs. Yoseph Iskandar : 326 ).

    Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Mataram ( Kediri ) Jawa Timur

    adalah sebagai berikut :

    Raja-raja yang pernah berkuasa di Karajaan Kediri ( Jawa Timur ) * )

    1. Sri Jayawarsa ( 1104 1115 ) putra menantu Airlangga, Samarotsaha

    Kamakesana ( Janggala 1049 1104 )

    2. Sri Kameswara I ( 1115 1130 ) putra Sri Jayawarsa.

    3. Sri Jayabaya ( 1130 1160 ) putra Sri Kameswara I.

    4. Sri Sarweswara ( 1160 1171 ) putra Sri Jayabaya.

    5. Sri Aryeswara (1171 1181 ) putra Sri Sarweswara

    ( Dalam wawacan beliau terkenal dengan nama " Angling Darma " )

    6. Sri Gandra ( 1181 1185 ) putra Sri Aryeswara.

    7. Sri Kameswara II ( 1185 1194 ) putra Sri Gandra

    8. Sri Sarweswawa II ( 1194 1200 ) putra Sri Kameswara II.

    9. Sri Kertajaya ( 1200 1222 ) putra Sri Sarweswara II, Raja Kediri terakhir. (

    Drs. Yoseph Iskandar : 327 ).

    Keterangan :

    * ) Dalam cerita kentrungan, yaitu cerita tradisional klasik orang Jawa Timur,

    disebutkan bahwa Kerajaan Galuh Besar dari tatar Sunda (yaitu sebelum Galuh

    dibagi dua, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh ), kekuasannya sampai ke

    wilayah Timur. Jawa Tmur juga termasuk Galuh. Di daerah Surabaya ada nama

    kampung Galuhan. Orang Galuhan ( Surabaya ) sampai sekarang tetap

    mengaku bahwa leluhur mereka dari Galuh (Tatar Sunda). ( Ujung Galuh 7 : 54

    ).

    Dan setelah itu barulah berdiri Kerajaan Singosari ( 1222 M ), Majapahi

    (1293 M ), Demak ( 1518 M ), Pajang dan Kesultanan Mataram.

    Kembali kepada Leluhur Prabu Jaya Dewata ( Prabu Sliwangi ), hampir

    semuanya dimulai dari Ratu Galuh., tetapi siapa asal mulanya, kapan awal

    keberadaannya, bagaimana riwayatnya, bagaimana bahasanya, keyakinannya

    dan apa saja kekayaan seni budayanya dan sebagainya, pada buku-buku

    Silsilah tidak disebutkan.

    Menurut almarhum Bapak Sobarnas - Ketua Simpay Tresna Garut, hal tersebut

    disebabkan karena kepentingan Sejarah belum menjadi kebutuhan masyarakat,

    sehingga masyarakat Sunda dalam membuat Sejarah atau Silsilah Leluhurnya,

  • masih lewat cerita Legenda, Babad, Pantun, Wawacan dan sebagainya. Tetapi

    apabila mengingat kepentingan Kebudayaan Sunda ", yang sampai sekarang

    masih meraba-raba, Sejarah dapat dijadikan landasan yang kuat untuk

    menentukan " Nilai Budaya ". (Sobarnas : 53 ).

    Pada pelajaran Sejarah Indonesia di SD dan SMP tahun 60-an, para siswa

    SD atau SMP di wilayah Pasundan ( Jawa Barat ), lebih hapal nama-nama Raja

    Kalingga, Kediri, Janggala, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang dan

    Mataram di Jawa Tengah dan Jawa Timur daripada nama-nama Raja

    Tarumanagara, Galuh, Sunda atau Pajajaran, Sultan-sultan Cirebon dan Banten.

    Atau paling tidak di Jawa Barat hanya mengenal nama Raja Purnawarman (

    Tarumanagara ), Sri Baduga Maharaja dan Raja Samian atau Raja Surawisesa (

    Pajajaran ).

    Padahal urang Sunda tidak ada bedanya dengan suku-suku bangsa lainnya

    di Nusantara ( Indonesia ) seperti Jawa, Aceh, Minangkabau dan lain-lainnya.

    Oleh sebab itu urang Sunda ( Jawa Barat, Banten dan Jakarta ) sama

    dengan suku-suku lainnya mempunyai hak Sejarah .

    Bahkan kerajaan besar di Jawa Timur, yaitu Majapahit dari mulai Raden Wijaya

    ( 1293 1299 M ) sampai Brawijaya V atau Prabu Kertabumi ( 1447 1451 )

    tercantum dalam pelajaran Sejarah Indonesia. Padahal menurut Joseph

    Iskandar, Raden Wijaya adalah putra Rahiyang Jayagiri dan cucu dari Prabu

    Darmasiksa, Raja Sunda Galuh Galunggung, 1157 1297 M.

    Atau mungkin sebagaimana dituturkan oleh kang Aan Merdeka Permana dari

    Majalah Sunda Ujung Galuh, yang terjemahannya sbb : Bila mengikuti

    kehendak ilmuwan, dimana sejarah itu harus ada bukti arkeologi dan catatan

    tertulis ( prasasti, catatan kuno dan sebagainya ), itulah kekurangan sejarah

    Sunda , kekurangan bukti otentik. Untuk ukuran sejarawan/ilmuwan, mungkin

    dianggapnya bahwa orang Sunda ( Jawa Barat pen. ) tidak mempunyai sejarah

    sebab semuanya hanya dianggap cerita/dongeng. Apakah betul ? ( Ujung

    Galuh 06/2008 : 4 ).

    B. Seuweu siwi Sri Baduga Maharaja ( Prabu Siliwangi ).

    Adapun putra - putri Prabu Jaya Dewata/Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi

    yang menurunkan seuweu siwi Keluarga Besar Cirebon, Banten. Galuh,

    Karawang, Limbangan ( Garut ), Cianjur ( Cikundul ), Bandung Timbanganten

    dsb, sebagaimana tercatat dalam buku Sejarah Jawa Barat/ Sejarah Cirebon

    Banten/ Sejaran Timbanganten/ Sejarah Panjalu Ciamis, Sejarah Limbangan,

    Sejarah Karawang dll diantaranya sebagai berikut :

    I. Rd. Walangsungsang ( Pangeran Cakrabuana ) ( Lahir tahun 1423 M ).

    Pangeran Cakrabuana adalah pendiri dan Raja Caruban Larang ( 1456

    1479 M ) dengan diberi gelar oleh ayahnya Sri Mangana .

    Banyak sejarawan mengatakan bahwa, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (

    Cirebon, Demak dan Banten ) adalah juga tanda masuknya Islam ke tanah

    Jawa. Padahal Kesultanan Cirebon, bagaimana mungkin terbentuk tiba-tiba,

    tanpa menyiapkan basis sosial masyarakat muslim yang telah mengakar dan

  • tersebar di sepanjang pesisir Utara wilayah Cirebon. Mungkin beberapa puluh

    tahun sebelum Pangeran Walangsungsang lahir, masyarakat Islam telah

    menetap dan tinggal membentuk komunitas bersama dengan masyarakat yang

    lainnnya ( KH Rahmat Abdullah-ed. ).

    Bahkan menurut Pak H. Jaja Sukarja ( mantan Kasi Kebudayaan Dikbud

    Ciamis ), ada putra Bunisora ( saudaranya Maharaja Linggabuana Sang

    Mokteng ing Bubat ) , yaitu Bratalegawa yang telah memeluk agama Islam dan

    menikah dengan wanita Gujarat India ( Farhana binti Muhammad ).

    Bratalegawa adalah seorang saudagar dan setelah menunaikan ibadah haji

    dengan isterinya, ia mendapat julukan Haji Baharuddin Al Jawi.

    Menurut Yoseph Iskandar, sebagai haji pertama di Kerajaan Galuh, ia dikenal

    dengan Nama Haji Purwa Galuh. Walaupun Haji Purwa beserta anak cucunya

    berbeda agama, ketika Prabu Wastu Kancana menjadi raja, dia tidak

    memusuhinya. Hubungan kekeluargaan mereka harmonis, sebab Haji Purwa

    adalah adik sepupunya dan sekaligus kakak ipar Prabu Niskala Wastu Kancana.

    ( Yoseph Iskandar : 250 ).

    Kalau menurut silsilah, Bratalegawa atau Haji Baharuddin Al Jawi

    masih termasuk eyang/ kakek ( aki ti gigir sd ) dari Pangeran

    Walangsungsang (cucu dari Ratu Mayangsari saudaranya Bratalegawa ).

    Putranya Pangeran Walangsungsang adalah Nyi Pakungwati yang

    menikah dengan saudara sepupunya Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah

    dari Ny.Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ).

    Pada tahun 1529 M beliaulah yang memimpin tentara gabungan Cirebon

    dan Demak ke Kerajaan Maja dan Talaga yang selanjutnya dlanjutkan oleh

    Fatahillah ( menantu Syarif Hidayatullah ).

    II. Ny. Hj. Syarifah Mudaim ( Nyimas Rara Santang ) ( Lahir 1426 M ).

    Ny. Hj. Syarifah Mudaim adalah saudaranya Rd. Walangsungsang. Setelah

    ibunya ( Nyai Subanglarang ) wafat, bersama kakaknya ( Pangeran

    Walangsungsang ) meninggalkan Pakuan pergi ke Cirebon dan menjadi murid

    Syekh Dzatuk Kahfy dan beberapa tahun kemudian pergi bersama kakaknya

    menunakan ibadah haji ke Mekah.

    Di kota Suci Mekah kedua kakak beradik itu bermukim beberapa bulan di

    rumah Syekh Bayanullah sambil menambah ilmu Agama Islam. Di sinilah terjadi

    peristiwa penting, yaitu dinikahinya Ratu Rara Santang oleh seorang pembesar

    Kota Ismailiyah bersama Syarif Abdullah bin Nurul Alim dari suku Bani Hasyim.

    Pada masa itu Pusat Pemerintahan Islam berada di Istambul Turki. Dan untuk

    lebih dekat dengan lingkungan, maka Syarif Abdulah mengganti nama Rara

    Santang dengan nama Syarifah Mudaim. Dari perkawinan itu kemudian

    dikaruniai dua orang putra, masing-masing Syarif Hidayatulah dan Syarif

    Nurulllah ( Hasan Basyari : 12 ). Syarif Abdullah bin Syekh Nurul Alim adalah

    saudara sepupu Syekh Rahmatullah bin Syekh Ibrahim Al Ghazi ( Sunan Ampel

    ), keduanya adalah cucu Syekh Jamaludin Kubro Al Husein.

    Syarif Hidayatulah yang pada tahun 1479 M menggantikan Pangeran

  • Cakrabuana ( Pangeran Walangsungsang ) ( karena usianya sudah sepuh

    pen. ) sebagai Sultan Cirebon dengan gelar Susuhunan atau Sunan.

    Menurut salah satu sumber ketika itu kakek beliau ( Sri Baduga Maharaja/

    Prabu Sliwangi ) mengirimkan paket kayu jati, yang sekarang masih ada

    tersimpan di kompleks Gunung Sembung yang dikenal dengan sebutan

    Balemangu Pajajaran.

    Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati ( Sultan Cirebon 1482 1552 )

    adalah yang menurunkan para Sultan Cirebon dan seweu-siwinya.

    Para Sultan Cirebon, sejak Syarif Hidayat sebagai berikut :

    1. Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati ( 1482 1552 )

    2. Moch. Arifin ( Pangeran Pasarean ) 1552 1555 M

    3. Pangeran Sawarga/Aria Kamuning/Dipati Cirebon

    4. Panembahan Ratu

    5. Pangeran Made Gayam

    6. Pangeran Adiningkusumah/Pangeran Girilaya

    7. Pangeran Martawijaya/Raja Syamsudin/Kasepuhan, putra 6

    8. Pangeran Kertawijaya/Raja Badrudin/Kanoman, putra 6

    9. Pangeran Wangsakerta, putra 6 ( lain ibu dengan no. 7 + 8 )

    Makam Syarif Hidayatullah berada di kompleks permakaman Gunung

    Sembung Cirebon. Ada wasiat Syarif Hidayatulah ( Sunan Gunung Jati ) yang

    ditujukan bagi seuweu siwinya pada khususnya dan umat Islam ada umumnya,

    yang bunyinya Ingsun titip tajug lan fakir- miskin .

    Nama Sunan Gunung Jati sering dirancukan dengan Fatahilah menantunya,

    yang memimpin tentara gabungan Demak dan Cirebon ketika merebut

    pelabuhan Sunda Kalapa pada tahun 1527 M.

    Menurut Silsilah, sebenarnya Fatahillah bukan Syarif Hidayatullah atau Sunan

    Gunung Jati, tetapi keduanya ada hubungan kekerabatan. Kakek Syarif

    Hidayatullah dari ayah ( Syarif Abdullah ), yaitu Syekh Ali Nurul Alim dengan

    kakek buyut Fatahillah, yaitu Syekh Barkat Jainal Alim masih bersaudara, putra

    dari Jamaludin Al Kubro ( Campa ).

    III. Raja Sangara ( Lahir 1428 M ).

    Menurut Sejarah Cirebon, beliau datang ke Cirebon bersama dengan ayahnya (

    Prabu Jaya Dewata ) ketika memberikan gelar Sri Mangana kepada kakaknya

    ( Pangeran Cakrabuana ) sebagai Raja Caruban Larang.

    Mungkin Raja Sengara setelah bersama-sama berkumpul dengan kakaknya (

    Prabu Walangsungsang ) , beliau menjadi murid dari Syekh Dzatul Kahfy pula.

    Raja Sangara menuntut ilmu Islam dan mengembara hingga ke Timur Tengah.

    Kemudian menyebarkan agama Islam di tatar selatan dengan sebutan Prabu

    Kian Santang (Sunan Rohmat).

    Rajasengara menurut Sejarah Limbangan atau Sejarah Godog terkenal dengan

    sebutan Prabu Kiansantang atau Sunan Rohmat. Raja Sangara inilah yang kelak

    menjadi penyebar dan pengembang agama Islam di pedalaman wilayah Galuh,

    yang pusatnya di daerah Godog Suci Karangpawitan Garut, tepatnya di wilayah

  • Keprabuan Galeuh Pakuan - Limbangan yang penguasanya masih keturunan

    dari Sri Baduga Maharaja, yaitu Adipati Limansenjaya atau Sunan Cipancar.

    Catatan :

    Menurut Sejarah Jawa Barat, Nyai Subanglarang adalah saudara sepupu Prabu

    Jaya Dewata. Beliau adalah putra Ki Gedeng Tapa, Syahbandar Muarajati

    Cirebon ( menggantikan kakaknya Surawijaya Sakti ) yang telah memeluk

    agama Islam. Ki Gedeng Tapa mengirimkan putranya untuk menjadi santri

    Syekh Quro ( Syekh Hasanudin ) Karawang.

    Ketika itu daerah Karawang, Subang ,Purwakarta dan Majalengka masih

    termasuk wilayah Kerajaaan Sindangkasih ( dibawah Kerajaan Sunda Galuh )

    yang ketika itu rajanya adalah Maharaja Wastu Kancana ( 1371 1475 M )

    ayah dari kelima putranya, yaitu Prabu Susuk Tunggal, Prabu Dewa Niskala,

    Surawijaya Sakti, Ki Gedeng Sindangkasih dan Ki Gedeng Tapa.

    Syekh Quro adalah sesepuh pesantren pertama di pesisir Utara wilayah

    Kerajaan Sunda Galuh tahun 1428 M. Ketika menikah dengan Nyai

    Subanglarang, Prabu Jaya Dewata masih remaja dengan nama Raden

    Pamanah Rasa atau Keukeumbingan Raja Sunu.

    Adapun guru agama Islam putra-putranya sebagaimana tsb.di atas, adalah

    Syekh Idlofi / Syekh Dzatuk Kahfi/ Syekh Nurjati, seorang ulama keturunan

    Hadramaut yang berasal dari Mekah dan menyebarkan agama Islam di berbagai

    daerah di Kerajaan Sunda ( Jawa Barat ) dan selanjutnya menjadi sesepuh

    pesantren Pasambangan Gunung Jati Cirebon.

    Salah satu cicit Syekh Dzatuk Kahfy adalah Pangeran Panjunan ( Syekh

    Abdurahman ). Cucu Pangeran Panjunan adalah Pangeran Santri ( Ki Gedeng

    Sumedang ) putra Pangeran Muhammad ( Pangeran Panjunan ).

    Pangeran Santri ( Ki Gedeng Sumedang ) adalah isteri dari Nyimas Ratu Inten

    Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ).

    Dari Nyimas Ratu Inten Dewata ( Ratu Pucuk Umum Sumedanglarang ),

    Pangeran Santri dikaruniai 6 orang putra, diantaranya yaitu :

    1. Pangeran Angkawijaya ( Prabu Geusan Ulun ).

    2. Santowan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden,

    Pamanukan dan Subang dll

    Dari garis ibu dan neneknya Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Bimaraksa (

    Patih Galuh ) atau Aki Balangantrang yang menurunkan putra Prabu Guru Aji

    Putih, yang rundayaannya sebagai berikut :

    1. Prabu Guru Aji Putih- Kerajaan Tembong Agung Darmaraja

    2. Prabu Tajimalela/Prabu Agung Resi Cakrabuana

    3. Prabu Gajah Agung/Wirajaya/Sunan Pagulingan

    4. Sunan Guling/Mentalaya

    5. Sunan Tuakan/Tirtakusumah

    6. Nyimas Ratu Isteri Patuakan 1450 1530 M, isteri Sunan Corenda

    7. Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 1578,

    isteri Pangeran Santri.

  • 8. Prabu Geusan Ulun

    Dari kakeknya garis ibu Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Suryadewata atau

    Batara Gunung Bitung ( pamannya Maharaja Linggabuana, Raja Sunda Galuh ),

    yang rundayaannya sebagai berikut :

    1. Suryadewata ( Batara Gunung Bitung )

    2. Sudayosa ( Kang katetek ing wanaraja )

    3. Darmasuci ( Raja Talaga )

    4. Sunan Talagamanggung

    5. Ratu Simbarkancana, isteri Kusumalaya ( adiknya Prabu Jaya Dewata ( Sri

    Baduga/Prabu Siliwangi )

    6. Batara Sakawayana ( Sunan Corenda ), suami Nyimas Ratu Isteri Patuakan

    7. Nyimas Ratu Inten Dewata/Dewi Setyasih/ Ratu Pucuk Umum 1530 1578,

    isteri Pangeran Santri.

    8. Prabu Geusan Ulun

    Dari garis laki-laki Prabu Geusan Ulun adalah keturunan Syekh Dzatuk

    Kahfy, yang rundayaannya sebagai berikut :

    1. Syekh Dzatuk Kahfy

    2. Pangeran Panjunan ( Syekh Abdurahman )

    3. Pangeran Muhammad

    4. Pangeran Kusumadinata/Pangeran Santri, suami Nyimas Dewi Inten Dewata

    ( Ratu Pucuk Umum Sumedang )

    5. Prabu Geusan Ulun

    Kelak keturunan Pangeran Angkawijaya atau Prabu Geusan Ulun (Raja

    Sumedanglarang 1578 1601 M ) secara turun temurun menjadi para Bupati

    Sumedang kecuali 1 ( anak tiri ), 11, 12 dan 13, yaitu sbb :

    1. Pangeran Aria Suriadiwangsa/Pangeran Rangga Gempol I ( 1601 1625

    ). Anak Tiri Prabu Geusan Ulun dari Ratu Harisbaya. Beliau adalah putra dari

    Panembahan Ratu ( Sultan Cirebon ). * )

    2. Pangeran Rangga Gede ( 1625 1633 ) Putra Prabu Geusan Ulun

    3. Raden Bagus Weruh Kusumadinata /Pangeran Rangga Gempol II ( 1633

    1656 )

    4. Pangeran Rangga Gempol III/Pangeran Panembahan ( 1656 1705 )

    5. Dalem Adipati Tanumaja ( 1705 1709 ) mertua Dalem Wangsadita I

    (Bupati Limbangan 3 1740 1744 M )..

    6. Pangeran Kusumadinata/Pangeran Karuhun ( 1709 1744 )

    7. Dalem Istri Rajaningrat ( 1744 1759 ) isteri saudara sepupunya Dalem

    Surianagara I ( putra Dalem Wangsadita I Bupati Limbangan 3 ).

    8. Dalem Adipati Kusumadinata /Dalem Anom ( 1759 1761 ) Putra 7.

    9. Dalem Adipati Surianagara II ( 1761 1765 ) Putra 7.

    10. Dalem Adipati Surialaga I/ Dalem Panungtung ( 1765 1773 ) Putra 7.

    11. Dalem Adipati Tanubaya ( 1773 1775 ) asal Parakanmuncang.

    12. Dalem Adipati Patrakusumah ( 1776 1789 ) menantu 11.

    13. Dalem Aria Sacapati ( 1789 1791 ).

  • 14. Rd. Jamu/ Pangeran Kusumadinata/Pangeran Kornel ( 1791 1828 ) Putra

    9.

    15. Dalem Adipati Kusumahyuda I /Dalem Ageung ( 1828 1833 )

    16. Dalem Adipati Kusumahdinata/Dalem Alit ( 1833 1834 ) putra Dalem

    Adipati Adiwijaya ( Bupati Limbangan Garut 1813 1833 ).

    17. Rd. Tumenggung Suriadilaga/Dalem Sindangraja ( 1834 1836 )

    18. Rd. Somanagara/ Pangeran Suriakusumah Adinata/ Pangeran

    Sugih (1836 1882 ) putra 15.

    19. Pangeran Aria Suriaatmaja/Pangeran Mekah ( 1882 1919 )

    20.dst.

    * ) Pangeran Rangga Gempol I ( Rd. Aria Suradiwangsa ) adalah mertua

    Pangeran Kusumadiningrat leluhur Dalem Wirawangsa ( Bupati Sukapura ).

    Adapun Nyi Rd. Rajanagara, kakaknya Pangeran Karuhun/ Kusumadinata

    putra Dalem Tanumaja menikah dengan Dalem Wangsadita I ( Bupati

    Limbangan 3 1740 -1744 ) mempunyai putra Dalem Surianagara I ( yang

    menurunkan para Bupati Sumedang sebagaimana tsb. di atas ), Wangsadita II

    dan saudara-saudara yang menurunkan para Bupati Limbangan ) ( Riwayat dan

    Rundayan Dalem Wangsadita I lihat di bawah ).

    IV. Prabu Munding Surya Ageung ( Raja Maja )

    Menurut Sejarah Panjalu Ciamis, Prabu Munding Surya Ageung adalah ayah

    dari Rd.Ranggamantri/Parunggangsa ( Raja Maja terakhir ). Rd. Ranggamantri

    selanjutnya menikah dengan Ratu Dewi Sunyalarang ( Ratu Parung - 1500 M )

    putra Sunan Parung /Batara Sakawayana ( Raja Talaga 1450 M ) dan akhirnya

    merangkap sebagai Raja Talaga terakhir. Diislamkan oleh Syarif Hidayatullah

    tahun 1529 M, Rd. Ranggamantri/Parunggangsa diberi julukan Pucuk Umum

    .

    Rd. Ranggamantri ( + 1530 M ) mempunyai 3 orang putra, yaitu :

    1. Prabu Haurkuning

    Prabu Haurkuning adalah Pendiri Kerajaan Galuh Pangauban. Beliau

    mempunyai 3 orang putra, yaitu :

    1 ). Maharaja Upama

    Menggantikan ayahnya sebagai Raja Galuh Pangauban di Putra

    Pinggan.

    2 ). Maharaja Cipta Sanghiang

    Menjadi raja di Galuh Salawe ( daerah Cmaragas Sekarang ). Maharaja

    Cipta Sanghiyang, mempunyai 3 orang putra, yaitu :

    ( 1 ). Nyi Tanduran Ageung

    Beliau adalah isteri Pangeran Rangga Permana putra Prabu Geusan

    Ulun yang mendirikan Kerajaan Galuh Kertabumi ( Raja Galuh Kertabumi 1585

    1602 M ). Menurut catatan Rd. Yusuf Suriadiputra ( Bupati Ciamis 1954 1958

    M ) salah satu keturunan Rd. Wirasuta ( Bupati Karawang pertama ) bahwa Nyi

    Tanduran Ageung mendapatkan wilayah sebelah Timur alun-alun Ciamis

    sekarang meliputi Kec. Ciamis, Cijeungjing (Bojong ), Rancah, distrik Banjar

  • sampai ke sebelah Selatan.

    Pangeran Rangga Permana ( Prabu di Muntur ) dengan Nyi Tanduran Ageung

    berputrakan 2 orang yaitu :

    a. Maraja Cipta ( Adipati Kertabumi II )

    Beliau adalah mertua Adipati Panaekan ( Bupati Nagara Tengah ).

    b . Rd. Kanduruan Singaperbangsa ( Adipati Kertabumi III )

    Beliau yang menurunkan para Bupati Galuh Kertabumi/ Ciancang, yaitu

    sbb :

    1. Rd.Adipati Singaperbangsa II atau Rd. Pagergunung dan disebut Adipati

    Kertabumi IV ( 1618 1641 ). Putra Adipati Kertabumi III.

    2. Kanduruan Singaperbangsa III ( Adipati Kertabumi V ) ( (1641 1654 ).

    3. Rd. Wirasuta disebut Mas Galak atau Kanduruan Singaperbangsa IV (1654

    1656 ), Bupati Galuh Kertabumi terakhir, kemudian pindah ke Karawang

    menjadi Bupati Karawang 1 dengan gelar Dalem Panatayuda I ( 1679 1721 )

    putra 2

    4. Rd. Candramerta ( 1676 - 1681 ) putra 3

    5. Rd. Jayanagara ( 1681 1683 ) putra 4

    6. Rd. Puspanagara ( 1683 1685 ) putra 4

    7. Panembahan Wargamala ( 1685 1700 )

    8. Dalem Candranagara ( 1700 1714 ) putra 4

    9. Nyi Rd. Ayu Rajakusumah ( Bupati Istri ) ( 1714 1718 ) putra 8

    10. Dalem Kertayana/ Dalem Wiramantri I ( 1718 1736 ) suami Nyi Rd. Ayu

    Rajakusumah.( menantu 8 )

    11. Dalem Wiramantri II ( 1736 1762 ) putra 10

    12. Dalem Wiramantri III ( 1762 1787 ) putra 11

    13. Dalem Wiramantri IV ( 1787 1803 ) putra 12 ( Kabupaten Utama ).

    14. Rd. Demang Wirantaka ( 1803 1811 ) putra 13 Bupati terakhir

    Pada tahun 1811 Kabupaten Utama Ciamis Banagara disatukan

    menjadi satu Kabupaten Ciamis, sampai dengan sekarang.

    Keterangan : * ).Karena pada tahun 1679 M daerah Karawang dijadikan

    Kabupaten, maka beliau yang menjadi Bupati Karawang pertama (1679 1721

    M ) dengan gelar Dalem Panatayuda I. Beliaulah yang menurunkan para Bupati

    Karawang sebagai berikut :

    1. Dalem Panatayuda II ( 1721 1732 ).

    2. Dalem Panatayuda III ( 1732 1752 ).

    3. Rd. Apun Balon /Dalem Panatayuda IV ( 1752 1783 ).

    4. Rd. Singasari /Dalem Panatayuda V ( menantu 3 ) ( 1783 1809 ).

    Dalem Panatayuda V pada tahun 1809 dipindahan menjadi Bupati

    Brebes dengan gelar Dalem Singasari Panatayuda I, putranya Rd. Sastrapraja (

    Demang Karawang ) menjalankan pemerintahan Kab. Karawang sampai

    kekosongan Bupati diisi oleh Dalem Surialaga II ( 1811 1813 M ) putra Dalem

    Surialaga I ( Bupati Sumedang ).

    Sejak tahun 1813 1821 M pemerintah tidak mengangkat Bupati di Karawang,

  • dan daerah Karawang dipegang oleh RA Sastradipura. Baru ada tahun 1821 M

    Kabupaten Karawang didirikan kembali sampai dengan sekarang.

    ( 2 ). Cipta Permana

    Beliau adalah Raja Galuh Kawasen ( 1595 1615 M ) yang

    wilayahnya sebelah Barat alun-alun Ciamis sekarang sampai perbatasan

    Tasikmalaya ditambah Ciancang dan Pasirjeungjing. Beliau tinggal di Nagara

    Tengah ( Ciancang ).

    Selanjutnya Cipta Permana diganti oleh putranya Dipati Panaekan sebagai

    Bupati Nagara Tengah. Putranya adalah Dalem Imbananagara, yang

    menurunkan para Raja/ Bupati Galuh Imbanagara, yaitu sebagai berikut :

    1. Dalem Adipati Panji Jayanagara ( 1635 1674 M)

    2. Dalem Angganagara ( 1674 1678 M )

    3. Dalem Anggapraja ( 1678 1679 ) ( Putra 1 )

    4. Raden Adipati Angganaya ( 1679 1693 ) ( Putra 1 )

    5. Dalem Sutadinata ( 1693 1706 M ) ( Putra 3 )

    6. Dalem Kusumadinata I ( 1727 1732 M ) ( Putra 5 )

    7. Dalem Jagabaya ( 1732 1751 M ) ( Putra 5 )

    8 Dalem Kusumadinata III ( 1751 1801 M ) ( Putra 7 )

    9. Dalem Natadikusumah ( 1801 1806 M ) ( Putra 8 )

    Setelah Dalem Natakusumah, selanjutnya sebagai Bupati Galuh Imbanagara

    terakhir adalah Dalem Surapraja ( 1806 1811 M ) putra Dalem Suriapraja I

    ( Rangga Bungsu ) Bupati Limbangan ke 5 ( 1744 1755 M ). Menurut Sajarah

    Limbangan, beliau terkenal dengan sebutan Dalem Imbanagara. Beliau adalah

    menantu Tmg.Jengpati I ( keturunan Sanghiyang Permana ).

    ( 3 ). Sanghiyang Permana

    Sanghiyang Permana meneruskan pemerintah ayahnya di Galuh

    Salawe.

    Menurut Ds. Jaja Sukarja, Sanghiyang Permana dikaruniai 2 orang putra, yaitu

    :

    a. Sangadipati

    Secara turun temurun rundayannya sebagai berikut :

    Sangadipati Rd. Tg. Kabolotan Nyai Gede Kaliangis Kyai Hameng Jaya

    Rd. Tmg. Pamulihan Rd. Tmg.Panembahan.

    Kemudian Rd. Tmg. Panembahan mempunyai 2 orang putra, yaitu :

    1. Rd. Tmg.Wiranagara ( Cibodas ) dan

    2. Rd. Tumenggung Jengpati.

    Rd. Tumenggung Jengpati I adalah Bupati Camis di Cibitu. Beliau mempunyai

    2 orang putra, yaitu : 1. .yang dijadikan isteri Dalem Surapraja putra

    Dalem Suriapraja I ( Bupati Limbangan ke 6 ) cucu Dalem Wangsadita I Bupati

    Limbangan 3 ), yang diangkat menjadi Bupati Imbanagara pada tahun 1806

    1811, sehingga diberi beliau disebut Dalem Imbanagara. 2. Penambahan

    Sutadirana.

    b. Rd. Jakkah ( Ciawi )

  • Petualangan Rd. Jakkah telah disusun dalam bentuk cerita

    wawacan oleh Rd. Wangsa Muhammad ( Pangeran Papak ) pada pertengan

    abad 19 M. Beliau adalah salah seorang sesepuh di Cinunuk Wanaraja Garut,

    yang masih keturunan Sunan Cipancar Limbangan.

    Catatan :

    Pada tahun 1811 M, Kab. Galuh Kertabumi, Galuh Imbanagara dan Kab.

    Panjalu digabungkan menjadi Kabupaten Ciamis.

    3 ).Sareupeun Agung.

    Beliau menjadi Raja Cijulang ( Ciamis . Secara turun temurun

    rundayannya secara berurutan sbb : Sareupeun Agung Santowan Kolet - Kiai

    Gede Utama Jengpati Jangabaya Tmg. Jengpati II ( Bupati Ciamis di

    Cibitu ) Tmg.Jengpati III ( Bupati Ciamis ) Tmg. Jengpati Wira Utama (

    Bupati Ciamis ).

    Tmg. Jengpati Wira Utama mempunyai 3 orang putra, yaitu :

    1. Rd. Tmg.Jengpati IV ( Bupati Ciamis )

    2. Rd. Tmg.Jeng Raya

    3. Rd. Tg. Sacakusuma atau Tmg. Wiramantri ( Bupati Utama ).

    Tmg. Jengpati IV mempunyai putra Rd. Tmg. Jengpati V ( Bupati Ciamis di

    Pasirmanggu ). Beliau mempunyai 13 orang putra, yaitu :

    1. Rd. Tmg. Jayengpati

    2. Nyi Rd. Dewi Aliya

    3. Rd. Wirakusumah

    4. Rd. Kartanagara

    5. Rd. Sutanagara

    6. Rd. Martanagara

    7. Rd. Adipati Sindungmangga

    8. Rd. Demang Sumapraja

    9. Nyi Rd. Mojadewi

    10. Rd. Praja Wijaya

    11. Rd. Mangkunagara

    12. Nyi Rd. Madu

    13. Rd. Nata Dewi

    2. Rd. Rangga Gumilang

    Rangga Gumilang adalah pendiri Kerajaan Panjalu ( + 1530 M ). Beliaulah

    yang menurunkan para Raja /Bupati Panjalu.

    Para Raja/Bupati Panjalu :

    1. Rangga Gumilang

    2. Lembu Sampulur

    3. Prabu Cakradewa ( Menantu 2 )

    4. Prabu Boros Ngora

    5. Hariang Kuning ( Putra 4 )

    6. Hariang Kencana ( Putra 4 )

    7. Hariang Kuluk Kukunang Teko

  • 8. Dipati Kariang Kanjut Kandali Kancana

    9. Dipati Hariang Martabaya

    10. Dipati Hariang Kunang Natabaya

    11. Aria Sumalah ( Putra 10 )

    12. Aria Secamata ( Putra 10 )

    13. Rd. Aria Wirabaya ( Putra 11 )

    14. Dalem Wirapraja

    15. Rd.Prajasasana ( Cakranagara I ) ( putra Rd.Aria Wiradipa, cucu 12 )

    16. R.Cakranagara II

    17. R. Cakranagara III ( Bupati Panjalu terakhir ).

    Ada Cerita Rakyat Panjalu, bahwa Prabu Boros Ngora bertemu dengan Baginda

    Ali sahabat Nabi dan setelah masuk Islam dia diperintahkan untuk

    menyebarkan ilmu agama Islam di negerinya dan sebagai kenang-kenangan dia

    diberi sebilah pedang, cis,pakaian kehajian dan segayung air zam-zam. Cerita

    rakyat seperti ini hampir mirip dengan cerita mengenai Prabu Kiansantang di

    Godog ( Suci Karangpawitan Garut ) atau " Sejarah Duhung " di Cinunuk Hilir

    Wanaraja Garut atau juga Wawacan Gagak Lumayung . Wallohualam.

    Pada tahun 1819 Kawali, Panjalu dan Rancah resmi menjadi wilayah tatar Galuh

    dengan ibu kota di Ciamis , berada dibawah pemerintahan Bupati Rd. Adipati

    Adikusumah ( 1819 1839 ). ( H. Djadja Sukardja : 35 ).

    Catatan :

    Setelah Prabu Jaya Dewata/ Prabu Siliwangi memindahkan pusat kekuasaanya

    ke Bogor, Kerajaan Galuh di Kawali diserahkan kepada saudaranya Sang

    Ningratwangi, sebagai Raja Kawali ( 1482 1507 M ) kemudian putranya Prabu

    Jayaningrat ( 1507 1529 M ) saudara sepupu Prabu Surawisesa ( Raja

    Pakuan Pajajaran 1521 1535 M ).

    Ketika tahun 1529 M Kerajaan Galuh ( Kawali ) dikalahkan oleh tentara

    gabungan Demak, akhirnya Kerajaan Galuh Kawali dibawah Kesultanan

    Cirebon. Raja Galuh Kawali atas penunjukkan Syarif Hdayatullah diangkat

    Pangeran Dungkut putra Langlangbuana ( Raja Kuningan ) menggantkan

    mertuanya ( Prabu Jayaningrat ) sebagai Raja Galuh Kawali ( 1529 1575 M ).

    Setelah Pangeran Dungkut yang menurunkan para Raja Kawal/ Bupati Kawali

    sebagai berikut :

    1. Pangeran Bangsit ( Mas Palembang ) ( 1575 1592 M )

    2. Pangeran Mahadikusumah ( 1592 1643 M ).

    3. Pangeran Usman ( 1643 M ), menantu 2.

    4. Dalem Adipati Singacala ( 1643- 1718 M ), menantu 3.Bupati pertama

    Kawali.

    5. Dalem Satia Meta ( 1718 1745 M ).

    6. Rd. Adipati Mangkupraja I ( 11745 1772 M ).

    7. Rd. Adipati Mangkupraja II ( 1772 1801 M ).

    8. Rd. Adipati Mangkuparaja III ( 1801 1810 M ) Bupati terakhir Kabupaten

    Kawali.

  • Pada tahun 1810 M disatukan dengan Kab. Panjalu. ( Drs. Jaja Sukarrja : 34 ).

    3.Sunan Wanaperih

    Sunan Wanaperih adalah yang menggantikan Rd.Ranggamantri sebagai

    Bupati Talaga terakhir.

    Cucu Sunan Wanaperih yaitu Aria Wangsa Goparana putra Sunan Cibinong

    Wanapeurih ( Sunan Ciburang ) yang memulai membabat hutan di tempat yang

    nantinya menjadi cikal bakal Kota Cianjur. Salah seorang putranya, yaitu Dalem

    Adipati Aria Wiratanudatar I ( Dalem Cikundul ) sebagai pendiri Kab. Cianjur dan

    menjadi Bupati pertama Kab. Cianjur ( 1567 1600 M ).

    Beliaulah yang menurunkan para Wiratanudatar ( Bupati Cianjur ), Bogor dan

    seuweu siwinya.

    Salah seorang putra keturunan Dalem Cikundul adalah Rd. Abas putra sulung

    DAA Wiratanudatar VI. Pada tahun 1833 Rd. Abas ini dibawa ke Sumedang dan

    dibesarkan oleh Pangeran Kornel ( Bupati Sumedang 1791 1828 M), bahkan

    setelah dewasa ditikahkan dengan keluarganya bernama Nyi Raden Purnama,

    yaitu putri Tumenggung Kusumadinata ( Bupati Limbangan Garut 1833 1834

    M ).

    Dan selanjutnya ketika Tumenggung Kusumadinata dipindahkan ke Sumedang,

    maka Raden Abas juga diangkat menjadi Bupati Limbangan Garut mengganti

    mertuanya dengan gelar Adipati Aria Surianatakusuma ( 1833 1871.

    Catatan :

    Nyimas Ratu Patuakan ( Dewi Sintawati ) putra Sunan Patuakan (keturunan

    PrabuTajimalela ) adalah menantu Ratu Simbarkancana ( Ratu Talaga

    )/Kusumalaya. Kusumalaya adalah adiknya Prabu Jaya Dewata/Sri Baduga

    Maharaja/Prabu Siliwangi.

    Ratu Simbarkancana adalah cucu Pendiri Kerajaan Talaga, yaitu Prabu

    Darmasuci putra Sudayosa, saudara sepupu Maharaja Linggabuana 1350

    1357 M ).

    Menurut Drs. Joseph Iskandar, ayah Sudayosa yaitu Prabu Suryadewata putra

    Prabu Ajiguna Linggawisesa ( Raja Sunda Galuh 1333 1340 M ) dari

    permaisuri Ratu Umi Lestari. Prabu Suryadewata tewas ketika sedang berburu

    di dalam hutan daerah Wanaraja Garut sekarang ( sang mokta ing wanaraja )

    (Yoseph Iskandar : 242 ).

    Dari Sunan Corenda, Nyimas Patuakan melahirkan seorang putra : Nyimas Ratu

    Dewi Inten Dewata atau Dewi Satyasih.

    Nyimas Ratu Inten Dewata/Ratu Pucuk Umum Sumedang ( 1530 1578 M )

    menikah dengan Pangeran Santri/Pangeran Kusumadinata ( keturunan Syekh

    Dzatuk Kahfy ) dan mempunyai keturunan sebagaimana telah dijelaskan di

    atas.

    V. Prabu Surawisesa

    Ibunya adalah Nyai Kentring Manik Mayang Sunda putra Prabu Susuk Tunggal -

    Raja Sunda Bogor 1382 1482 M ),

    Dalam buku Sejarah Indonesia, namanya adalah Raja Samian. Beliau

  • adalah Raja Pakuan Pajajaran 1521 1535 M menggantikan Sri Baduga

    Maharaja/ Prabu Siliwangi. Pada taun 1533 M, untuk mengenang ayahnya,

    Prabu Surawisesa membuat Prasasti Batu Tulis Bogor.

    Petualangan Prabu Surawisesa, diceritakan dalam cerita

    Pantun/wawacan dengan nama Guru Gantangan atau Mundinglaya

    Dikusumah.

    Pada masa Prabu Surawisesa inilah, terjadinya penyerangan ke Banten oleh

    tentara Gabungan Demak dan Cirebon dibawah pimpinan Fatahilah pada tahun

    1525.

    Setelah beliau wafat secara turun temurun yang memerintah Kerajaan Pakuan

    Pajajaran adalah :

    1. Dewata Buana ( 1535 1543 M ).

    2. Ratu Sakti ( 1543 1551 M )

    3. Prabu Nilakendra ( 1551 1567 M )

    4. Prabu Ragamulya/Suryakancana ( 1567 1579 M ).

    Prabu Ragamulya ini pernah membuat wangsit atau wasiat kepada para

    ponggawanya dan rakyat Pajajaran yang masih setia, yaitu Wangsit Siliwangi

    atau Uga Lebak Cawene ( Sobarnas : 23 ).

    Menurut Kang Aan Merdeka Permana dalam Majalah Ujung Galuh 6 : 65

    meriwayatkan bahwa karena beliau ( Prabu Ragamulya pen. ) telah merasa

    bahwa Pajajaran akan mulai berakhir, maka Prabu Ragamulya telah mengutus

    putranya Aji Mantri untuk menyerahkan mahkuta raja kepada Prabu Geusan

    Ulun di Sumedang Larang. Aji Mantri dikawal 4 patih yaitu Jaya Perkosa,

    Terongpeot, Sayang Hawu dan Suradijaya.

    Pada zaman Prabu Ragamulya Suryakencana ( Prabu Siliwang terakhir) inilah

    Pakuan Pajajaran sirna ing bhumi , pada tanggal 11 bulan Wesa tahun 1501

    Saka'" bertepatan dengan tanggal 11 Rabiulawal 987 H atau tanggal 8 Mei 1579

    M.

    Keraton Pajajaran yang pertama kali dibuat oleh pendiri Kerajaan Sunda, yaitu

    Tarusbawa sebagaimana telah dijelaskan di atas dan berdiri selama hampir 900

    tahun, sekarang tinggal menjadi kenangan wargi- wargi Sunda (Jawa Barat

    dan Banten ).

    VI. Surasowan (Adipati Banten )

    Surasowan adalah saudara seibu sebapa dari Prabu Surawisesa. Nyi

    Kawunganten putra Surasowan adalah isteri Syarif Hidayatullah /Sunan Gunung

    Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah dari Nyi Kawunganten dikaruniai 2 orang putra,

    yaitu Ratu Kalinyamat dan Maulana Hasanudin ( Sultan Banten 1552 1570 M

    ). Dari Maulana Hasanudin menurunkan para Sultan Banten sebagai berikut :

    1.Maulana Yusuf (1570 1580 M )

    2. Maulana Muhammad ( 1580 1596 M )

    3. Abdul Mufakir ( 1624 1651 M )

    4. Abdul Fatah/ Sultan Ageng Tirtayasa ( 1651 1682 M )

    5. Sultan Haji (1682 1687 M ) * )

  • 6. Sultan Abul Fadhl ( 1687 1690 M ) putra 5

    7. Sultan Abul Mahasin Muh. Zaenal Abidin ( 1690 1733 M )

    8. Sultan Abulfathi Muh. Arifin ( 1733 1750 M )

    Keterangan :

    *) Sultan Haji ( 1682 1687 M ), setelah tidak menjadi Sultan, beliau menjadi

    ulama terkenal dengan sebutan Syekh Maulana Mansur. Beliau adalah salah

    satu ulama penyebar dan pengembang agama Islam di tatar Pasundan. Ulama

    yang sejaman dengan beliau adalah Syekh Jafar Sidik ( Cibiuk Garut ) dan

    Syekh Abdul Muhyi ( Pamjahan Tasikmalaya ).

    Menurut Catatan Silsilah, ada diantara beberapa keturunan Syeh Maulana

    Hasanudin ( Banten ) ada pula yang berbaur dengan Keluarga Besar Sunan

    Cipancar Limbangan atau Bani Nuryayi atau mungkin sekeseler lainnya di

    daerah Garut dan sekitarnya, misalnya yaitu Nyi Rd. Syarifah Aisah, isteri dari

    Kyai Rd. Moh. Aonilah yang terkenal dengan sebutan Mama Serang Cibiuk

    ( Cibiuk/ Limbangan ). Atau juga KH Tb. Aliban menantu dari Ny Rd. Dhomah

    cucu Embah Nuryayi Suci/ Nyi Rd. Bathiyah Cimalaka Wanaraja/Limbangan.

    Lihat riwayat dan rundayannya pada Bagian lain.

    Kakak ipar Syarif Hidayatullah adalah Aria Surajaya putra Surasowan. Pada

    tahun 1525 M, keratonnya diduduki oleh tentara gabungan Demak dan Cirebon.

    Aria Surajaya beserta keluarga dan sebagian pembesar yang masih hidup

    terpaksa melarikan diri masuk ke dalam hutan lebat untuk menuju Pakuan

    ( Bogor ) ( Yoseph Iskandar : 284 ).

    Untuk menghormati kakeknya, Maulana Hasanudin menggunakan nama

    Surasowan sebagai nama pasukan Banten, yaitu pasukan Surasowan.

    VII. Sunan Dayeuhmanggung

    Ibunya adalah Nyai Putri Inten Dewata putra Sunan Permana Puntang

    atau Dalem Pasehan dari Kerajaan Timbanganten .

    Sunan Dayeuhmanggung adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang

    Timbanganten. Menurut Naskah Silsilah Menak-menak Limbangan, beliau

    adalah mertua Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ) putra Sunan

    Rumenggong ( Limbangan ).

    VIII. Sunan Derma Kingkin ( Sunan Gordah)

    Sunan Derma Kingkin adalah saudaranya Sunan Dayeuhmanggung.

    Beliau adalah Raja di Kerajaan Permana Puntang Timbanganten. Menurut

    Sejarah Asal Usul Limbangan dan Timbanganten, beliaulah mempunyai 3 orang

    putra , yaitu :

    1. Sunan Ranggalawe

    2. Sunan Rumenggong

    Akan dijelaskan pada Bagian 2 di bawah

    3. Sunan Patinggi.

    IX. Prabu Layakusumah

    Ibunya adalah Ratu Anten dari Pakuan Raharja ( Sukabumi ). Beliau

    adalah raja di Keprabuan Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal

  • (bawahan ) Kerajaan Pakuan Pajajaran.

    Prabu Layakusumah adalah suami Nyi Putri Buniwangi putra Sunan

    Rumenggong, yang menurunkan Para Raja/ Bupati/ Dalem Galeuh Pakuan/

    Limbangan/ Sudalarang/Sumedang/Garut dan seuweu siwinya ( Keluarga Besar

    Limbangan ). ( Lihat Bagian 2 ).

    Dengan melihat putra-putra Prabu Jaya Dewata/ Sri Baduga Maharaja/Prabu

    Siliwangi tersebut di atas, maka sebenarnya antara Keluarga Besar Galuh,

    Karawang, Sukapura, Cirebon, Banten, Bandung, Timbanganten, Limbangan,

    Garut, Parakanmuncang, Cianjur dll, baik langsung ataupun tidak langsung,

    masih ada tali kekerabatan diantara mereka.

    Sebagai contoh : Rd. H. Muhammad Musa ( Hoofz Penghulu Limbangan

    Garut ). Beliau termasuk Keluarga Besar Sunan Cipancar Limbangan dan

    mungkin pula tercatat pula dalam Rundayan Menak-menak Timbanganen (

    Tarogong Garut ), Panjalu ( Ciamis ) dan Cianjur. Karena memang demikianlah

    kenyataannya.

    Ibunya Rd. H. Muhamad Musa, yaitu Nyi Rd. Mariyah keturunan Dalem

    Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja Garut ) putra Dalem Tg. Wijayakusumah dan

    keturunan Rd. Rajasuta ( Limbangan )/ Nyi Rd. Ajeng Karaton ( Timbanganten),

    ayahnya ( Rd. Rangga Suriadiusumah Patih Limbangan ) adalah cucu Rd.

    Jayanagara putra Dalem Secamata ( Bupati Panjalu ) dan Nyi Rd Lenggang

    Nagara putra Rd. Tmg. Natanagara ( Bupati Bogor ) keturunan Dalem

    Wiratanudatar I (Dalem Cikundul Cianjur ).

    Demikian pula tokoh tokoh ( para Dalem, Bupati, Patih Penghulu dlsb) di

    Limbangan Garut, Timbanganten, Sukapura, Galuh, Sumedang, Cianjur dan

    tempat- tempat lainnya di daerah Pasundan. Hal ini

    dikarenakan antara wargi-wargi Limbangan, Sukapura, Cianjur, Sumedang

    dlsb. terjalin tali persaudaraan melalui hubungan perkawinan, sejak dahulu,

    sekarang bahkan mungkin di masa-masa yang akan datang.

    Menurut Catatan Dewan Wargi-wargi Sunda tertanggal 8 April 1968, bahwa

    pada tanggal 7 April 1968 telah diadakan pertemuan silaturahmi Dewan Wargi-

    wargi Sunda di Panti Karya Bandung. Jumlah yang hadir semuanya ada 76

    orang perwakilan dari wargi-wargi Sumedang Sukapura, Galuh, Bandung,

    Timbanganten, Limbangan, Banten, Parakanmuncang, Cidamar, Cukundul dan

    Karawang. Ketuanya saat itu adalah RAA Suria Danoeningrat ( Bandung ).

    Keluarga Besar Limbangan ( Garut ) dan selintas Riwayat/Rundayan

    Timbanganten, yang penulis susun mudah-mudahan jadi obor penerang bagi

    seuweu siwi Limbangan Garut ( termasuk Timbanganten ) khususnya

    dan seuweu siwi Sunda ( Jawa Barat dan Banten ) yang masih kegelapan,

    mudah-mudahan tersingkap dan menjadi pembuka pintu untuk meneliti

    Sejarah/Rundayannya.

    Ada nasehat dari alm. Bapak Sobarnas ( Ketua Simpay Tresna Garut

    ) dalam bahasa Sunda sebagai berikut :

    Bumi muntir, jaman robah, atuh Kabudayaan urang Sunda oge milu

  • robah, ngindung ka waktu mibapa ka jaman, hususna di widang Sajarah tina

    sawangan sastra ( babad, dongeng, carita pantun, carita rayat pen ) sing

    ngajaul kana sawangan sajarah sacara ilmiah, sangkan sajarah Tatar Sunda

    henteu terus-terusan poek peteng. Pesek falsafah, siloka, perlambangna .

    Anu heubeul pikeun eunteung ( neuleuman sajarah ngan ku sawangan sastra

    babad sasakala dongeng ).

    Ayeuna garapeun ( cing urang sasarengan kokoreh bukti sajarah sacara

    ilmiah).

    Bral miang sing panjang natar lalakon kasmaran picaritaeun. Prak

    rumat budaya urang, sangkan ngajega nepi ka jaga ( Sobarnas : 2 ).

    BAGIAN 2

    SEJARAH KELUARGA BESAR LIMBANGAN

    A. SUNAN RUMENGGONG

    Menurut Sejarah Limbangan, bahwa Sejarah Keluarga Besar Limbangan (

    Garut ) dimulai sejak keberadaan Kerajaan Rumenggong atau Keprabuan Kerta

    Rahayu, yang rajanya bernama Prabu Rakean Layaran Wangi atau Prabu

    Jayakusumah.

    Bila dikaitkan dengan nama Limbangan, Sejarah Keluarga Besar Limbangan (

    Garut ) dimulai sejak Keprabuan Galeuh Pakuan ( pecahan dari Kerajaan/

    Keprabuan Rumenggong ) yang dirubah namanya, menjadi Kabupaten

    Limbangan oleh Adipati Limansenjaya atau Prabu Wjayakusumah atas

    perintah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati di Cirebon pada tahun

    1525 M.

    Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, bahwa Sunan Rumenggong

    adalah masih keturunan Prabu Jaya Dewata ( Prabu Siliwangi ) dari Nyi Putri

    Inten Dewata ( putra Dalem Pasehan Timbanganten ) dan masih saudara dari

    Sunan Ranggalawe ( Ratu Timbanganten ).

    Sunan Rumenggong mempunyai 3 putra, yaitu :

    1. Prabu Mundingwangi atau Sunan Cisorok

    2. Nyi Putri Buniwangi/ Nyi Rambut Kasih Lh. + 1470

    3. Dalem emas ( dari isteri keduanya ).

    Nyi Putri Buniwangi atau Nyi Putri Rambut Kasih menikah dengan Prabu

    Layakusumah putra Sri Baduga Maharaja dari Ratu Anten. Prabu Layakusumah

    adalah raja di Keprabuan Pakuan Raharja ( Cicurug Sukabumi ) sebagai vazal

    Kerajaan Pakuan Pajajaran ( Bogor ).

    Pada sebagian rundayan silsilah Limbangan, Nyi Rambut Kasih sering

    dirancukan dengan Nyi Ambet Kasih putra Ki Gedeng Sindangkasih ( Cirebon ).

    Nyi Ambet Kasih adalah isteri dan saudara sepupu dari Prabu Jaya Dewata,

    yang saat itu masih bernama Raden Pamanahrasa putra Prabu Dewa Niskala.

  • Prabu Dewa Niskala saat itu masih sebagai putra mahkota Kerajaan Sunda

    Galuh, yang rajanya adalah Maharaja Linggawastu Kancana ( 1371 1475 M

    ) yang berkedudukan di Kawali ( Ciamis ).

    Di daerah Sindangkasih Majalengka, adapula seorang putri yang menjadi Ratu

    Sindangkasih benama Nyi Putri Rambut Kasih ( petilasannya Pasir Lenggik di

    daerah Sindangkasih Majalengka ). Menurut sesepuh di daerah Sindangkasih (

    Majalengka ), dia itu adalah putra Prabu Jaya Dewata, yang ketika agama Islam

    mulai memasuki daerah Majalengka , dia menolak untuk menganut

    agama Islam. Ratu Sindangkasih bagi masyarakat di Majalengka, terkenal

    dalam cerita legenda Majalengka .

    Menurut riwayat lain, disebutkan bahwa bahwa Sunan Rumenggong dari isteri

    pertama tidak mempunyai putra, tetapi memelihara Putri Ambetkasih/Nyi Putri

    Buniwangi putra Sunan Patinggi Buniwangi.

    Dari isteri keduanya Sunan Rumenggong dikaruniai 6 orang putra,yaitu

    1. Dalem Mangunharja ( Sunan Galunggung )

    1.1.Dalem Singaharja

    1.1.1. Nagaparana

    2. Dalem Manggunrembung/Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok )

    3. Dalem Mangunreksa ( Sunan Manglayang )

    4. Dalem Manguntaruna ( Purbalingga Jawa Tengah )

    5. Dalem Emas ( Sunan Bunikasih )

    6. Dalem Mangunkusumah ( Lemah putih Depok )

    Menurut riwayat, bahwa pada + tahun 1600 M Nagaparana pernah mengadakan

    pemberontakan, yang menyebabkan tewasnya Tumenggung

    Wangsanagara (Sunan Kareseda ) putra Prabu Wijayakusumah ( Sunan

    Cipancar ) di suatu tempat yang sekarang disebut Ragahiyang di Gunung

    Sadakeling. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Dalem Santowaan cucu

    Prabu Mundingwangi ( Dalem Cibolerang Wanaraja ).

    Setelah wafat Sunan Rumenggong dimakamkan di Kampung Poronggol (

    sekarang termasuk Desa Ciwangi Kecamatan Limbangan ). Sedangkan

    saudaranya, Sunan Patinggi makamnya ada di Kampung Nangkujajar

    Limbangan.

    B. PRABU MUNDINGWANGI

    Nama beliau pun sering dirancukan dengan Prabu Mundingwangi atau Prabu

    Munding Surya Ageung ( Raja Maja ) putra Prabu Jaya Dewata, saudaranya

    Ratu Sindangkasih, sebagaimana telah disebutkan di atas.

    Kembali kepada Prabu Mundingwangi putra Sunan Rumenggong, bahwa

    beliau menggantikan ayahnya menjadi Prabu di Keprabuan Rumenggong atau

    Kerta Rahayu. Menurut Rd. Soemarna, ada

    kemungkinan beliau memindahkan pusat pemerintahannya dari Kertarahayu

    ke Dayeuhmanggung (Desa Selaawi ) dan menikahi putri Sunan

    Dayeuhmanggung saudaranya Sunan Gordah dan mempunyai putra :

    Prabu Salalangu Layakusumah

  • Setelah wafat Prabu Mundingwangi dimakamkan di daerah Cisorok Selaawi

    dan terkenal dengan sebutan Sunan Cisorok. Kerajaan Rumenggong dilanjutkan

    oleh Prabu Salalangu Layakusumah.

    C. PRABU SALALANGU LAYAKUSUMAH Lh. + 1485 M

    Sepeninggal Prabu Mundingwangi ( Sunan Cisorok ), Keprabuan Kerta

    Rahayu dilanjutkan oleh putranya , yaitu Prabu Salalangu Layakusumah.

    Menurut Silsilah menak-menak Limbangan, beliau adalah kakek dari garis ibu

    Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar.

    Setelah Prabu Salalangu Layakusumah wafat diganti oleh putranya Dalem

    Santowaan atau disebut juga Santowaan Nusakerta.

    D. DALEM SANTOWAAN Lh. + 1505 M

    Dalem Santowaan menggantikan Prabu Salalangu Layakusumah, tetapi tidak

    di Keprabuan Kerta Rahayu, karena wilayah Keprabuan Kerta Rahayu telah

    dibagi tiga wilayah, yaitu Kaprabuan Galeuh Pakuan, Kaprabuan Sudalarang dan

    Kadaleman Cibolerang Wanaraja.

    Kaprabuan Galeuh Pakuan, dipimpin oleh Dalem Adipati Limansenjaya atau

    Prabu Wijayakusumah ( Sunan Cipancar ), yang menggantikan ayahnya Prabu

    Hande Limansenjaya. Wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk Kecamatan

    Limbangan, Cibiuk, Leuwigoong, Selaawi, Malangbong, Karangtengah, Cibatu ,

    Wanaraja dan Karangpawitan.

    Kaprabuan Sudalarang, dipimpin oleh Dalem Singadipati I, yang menggantikan

    ayahnya Prabu Wastu Dewa. Wilayahnya meliputi yang sekarang termasuk

    Kecamatan Sukawening dan Karangtengah Kab. Garut.

    Dalem Santowaan memimpin Kadaleman Cibolerang Wanaraja. Pusat

    Kadalemannya, adalah di suatu tempat antara Cibolerang dan Bojongsari ( arah

    sebelah Barat Daya Kp.Cinunuk Hilir Wanaraja ). Wilayah Kadaleman Cibolerang

    meliputi yang sekarang termasuk wilayah Cipicung (Banyuresmi), Cinunuk (

    Wanaraja ), Cimurah, Calingcing dan Suci Karangpawitan.

    Ada kemungkinan makam yang berada disana, adalah makam Dalem

    Santowaan dan isterinya. Makam tersebut sampai sekarang tidak ada yang

    memelihara atau mengurusnya.

    Menurut Sajarah Limbangan, Dalem Santowaan mempunyai 5 orang putra,

    yaitu :

    1 ). Dalem Nayawangsa

    2 ). Dalem Wangsareja

    3 ). Kyai Gede Papandak ( Distrik Wanaraja )

    4 ). Kyai Gede Dadap Cangkring ( Distrik Wanaraja )

    5 ). Kyai Nawu

    D.1. DALEM NAYAWANGSA

    Dalem Nayawangsa adalah Dalem di daerah Cipacing Wanakerta, yang

    sekarang termasuk wilayah Kec. Cibatu Kab. Garut.

    Dalem Nayawangsa diangkat sebagai Bupati Limbangan yang pertama (

    1660 1678 M ) oleh Pangeran Rangga Gempol III Bupati Sumedang ( 1656

  • 1705 ). Setelah wafat pada pada tahun 1678 M, beliau digantikan oleh Dalem

    Mertasinga (1678 1726 ) putra Dalem Adipati Rangga Megatsari.

    Kabupaten Limbangan, oleh karena saat itu penduduknya hanya 200

    keluarga, maka berdasarkan Keputusan VOC tanggal 15 Nopember 1684

    statusnya menjadi Distrik ( Kawadanaan ) Kabupaten Sumedang. Pada tahun

    1705 statusnya dikembalikan menjadi Kabupaten di bawah Kesultanan Cirebon.

    Dalem Nayawangsa menikah dengan Ny Rd. Ayu Kuningan putra Dalem

    Sanggadipati II ( Ragadiyem ) cucu Prabu Wastu Dewa ( Keprabuan Sudalarang

    ).

    Dalem Nayawangsa mempunyai dua orang putra, yaitu ;

    1. DALEM KUDAWARSA

    Dalem Kudawarsa menikah dengan saudara sepupunya Nyi Tanurang

    Manik menurunkan 2 orang putra, yaitu :

    1 ). Dalem Wangsadita I ( Rangga Limbangan )

    Dalem Wangsadita I menggantikan Dalem Mertasinga, sebagai

    Bupati Limbangan 3 (1726 -1740 M ). Beliaulah yang menurunkan para Bupati

    Limbangan, Sumedang dan seuweu siwinya. Seuweu siwinya akan dijelaskan

    di belakang.

    2 ). Rd. Candrakusumah.

    Rd. Candrakusumah riwayatnya belum dketemukan, tetapi dalam Sajarah

    Menak - menak Limbangan, beliau menurunkan putra, cucu dan seterusnya

    sampai Rd.Padmareja ( Camat Leuwidadap Kab. Bandung ). Seuweu siwi

    Rd.Padmareja tidak diketahui.

    2. DALEM WANGSAREJA

    Dari cucunya Rd. Abubakar putra Rd.Muh.Rajak, menurunkan cicit/buyut,

    yaitu :

    1 ). Kyai Rd. Ali Mujaham

    2 ). Kyai Rd.Ali Mujahim

    3 ). Kyai Rd. Muh. Arif

    4 ). Kyai Rd.Arsi

    Tidak ada data riwayat dan rundayan seuweu swinya.

    D.2. DALEM WANGSARAJA Lh. + 1525 M

    Dalem Wangsaraja adalah putra Dalem Santowaan, yang menurut Sajarah

    Limbangan menjadi Dalem Banjaran ( Wanaraja ). Beliau adalah menantu dari

    Adipati Suriakusumah Rangga Megatsari ( cicit dari Sunan Cipancar ), karena

    menikah dengan putranya yang bernama Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi.

    Ketika Rangga Megatsari wafat ( 1650 M ), yang menggantikannya sebagai

    Bupati Limbangan adalah putranya Dalem Wangsakusumah I. Karena putra

    Dalem Wangsakusumah, yaitu Rd. Bedangga Kusumah masih kecil,maka atas

    perintah Sultan Mataram Dalem Wangsareja menggantikannya sebagai Bupati

    Limbangan.

    Dari perkawinannya dengan Nyi Rd. Tanurang Rucitawangi, Dalem

    Wangsaraja dikaruniai dua orang putra, yaitu :

  • 1. Nyi Rd. Tanurang Manik

    Nyi Tanurangmanik menjadi isteri dari Dalem Kudawarsa putra Dalem

    Nayawangsa, yang selanjutnya melahirkan 2 orang putra sebagaimana telah

    disebutkan di atas.

    2. Rd. Rajasuta.

    Rd. Rajasuta menjadi menantu Sunan Tangkil yang menjadi Demang

    Timbanganten.

    Dari Nyi Rd. Ajeng Karaton putra Sunan Tangkil, Rd. Rajasuta mempunyai 2

    orang putra, yaitu :

    1 ). Dalem Rajadiwangsa.

    2 ). Rd. Taruna ( Cikukuk ).

    Putra Dalem Rajadiwangsa, yaitu Rd. Arsadinata I ( Patih Limbangan)

    menikah dengan Nyi Rd. Purba Sepuh ( Leuwibolang ) putra Dalem Wangsadita

    I ( Bupati Limbangan 3, 1726 - 1740 M ), menurunkan 4 orang putra, yaitu :

    ( 1 ) . Rd. Rajadinata I ( Wedana Cileuleuy )

    ( 2 ). Rd. Natadireja

    ( 3 ). Rd. Arsadinata II

    ( 4 ). Nyi Rd. Natijah

    1.Rd. Rajadinata I ( Wedana Cileuleuy )

    Salah seorang putra Rd. Rajadinata I, yatu :

    Nyi Rd. Umu Kulsum

    Belau adalah istri dari Kyai Rd. Moh. Soleh ( Penghulu Malangbong ) putra

    Rd.Mas Nur Hasan, cucu Rd. Surayuda ( Wedana Malangbong ). Rundayannya

    akan dijelaskan pada Bagian 4.

    2. Rd.Natadireja.

    Rd. Natadireja menikah dengan Ny Rd. Natamantri putra Nyi Rd Kambang

    cucu Dalem Wangsadita II ( Bupati Limbangan 4).

    Rd. Natadreja dikaruniai 7 orang putra, diantaranya yaitu :

    1). Nyi Rd. Siti Maliki

    Beliau adalah suami Rd. Sinureja putra Rd. Sutabangsa yang nantinya

    menurunkan tokoh-tokoh terkenal Cibiuk dan Limbangan :

    ( 1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik

    ( 2 ). Kyai Rd.Fakih Ibrahim

    Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan pada Bagian 6.

    2). Rd. Arsadireja ( Rd. Aip )

    Rd. Arsadireja menikah dengan putra Rd. Wangsayuda ( cicit Dalem

    Jiwanagara I ( Cinunuk Wanaraja ) putra Tg. Wijayakusumah ( Dalem

    Sukadanuh ) dan dikarunia seorang putra, yaitu :

    Nyi Rd. Mariyah

    Nyi Rd. Mariyah selanjutnya menikah dengan Patih Limbangan yang

    bernama Rd. Rangga Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat ( keturunan

    Dalem Cikundul Cianjur dan Panjalu ). Menurut silsilah, Rd. Rangga

  • Suriadikusumah putra Rd. Suriadiningrat adalah saudara sepupu Dalem

    Adiwijaya I ( Bupati Limbangan Garut 1813 1833 M ) putra Pangeran

    Kornel (Bupati Sumedang. 1791 1828 M ).

    Ny. Rd. St. Mariyah putra Rd. Arsadireja dari Rd. Rg. Suriadikusumah dikarunia

    seorang putra, yaitu : Rd. H. Muhammad Musa.

    Rd. H. Muhammad Musa adalah Penghulu Limbangan atau terkenal dengan

    sebutan Penghulu Bintang Garut. Riwayat dan rundayannya akan dijelaskan di

    belakang.

    3. Rd. Arsadinata II.

    Rd. Arsadinata II menurunkan putra Rd. Sutamanggala ( Penghulu Malangbong

    ). Ny. Rd. Komala putra Rd. Sutamanggala adalah isteri Rd. Surayuda ( Wedana

    Malangbong 1809 M ) dan mempunyai 2 orang putra, yaitu :

    1 ). Rd.Wirayuda

    2 ). Ny.Rd.Nata Karaton

    Dari suaminya ( ? ) beliau melahirkan putra :

    KH Rd. Abdul Kohar

    Sesepuh PP Cipining Cibunar Malangbong.

    Riwayat dan rundayan Rd. Surayuda akan dijelaskan di belakang.

    4. Ny.Rd.Natijah

    Adapun Nyi Rd.Natijah menjadi isteri Kyai Rd. Jaiyyah, cucunya Rd.Jafar Sidik

    dari putranya Nyi Rd. Ayu Fatimah. Menurut riwayat dari sesepuh di Malangbong

    dan Limbangan, bahwa salah seorang putra Kyai Rd. Jaiyyah adalah :

    Embah Kair

    Atas ijin dari ayahnya, beliau pergi mengembara ke daerah Cimande Bogor dan

    pernah mengabdikan diri kepada Dalem Wiratanudatar VI ( Bupati Cianjur ).

    Diriwayatkan bahwa beliau dan istrinya adalah pencipta jurus Cimande , yang

    terkenal di dunia persilatan tatar Sunda.

    D.3. KYAI PANDE GEDE PAPANDAK

    Daerah Papandak letaknya di sebelah Timur Laut dari kota Kecamatan

    Wanaraja sekarang ( lebih kurang 4 km ). Sekarang termasuk wilayah Desa

    Sukamenak Kec. Wanaraja Kab. Garut.

    Menurut Sajarah Silsilah Asal Usul Limbangan, Kyai Pande Gede Papandak

    mempunyai seorang putra yang bernama :

    Dalem Wangsayuda

    Dalem Wangsayuda adalah Sekretaris Keraton Mataram ( asal Cilegong

    Papandak ).

    Dalem Wangsayuda dikaruniai 5 orang putra, yaitu :

    1. Rd. Patrawangsa

    2. Rd. Partadiriya

    3. Rd. Paranajibja al Ilyas

    4. Rd.Natawiria

    5. Rd. Wra Sasatero

  • Seuweu siwinya dapat dilihat pada Buku Silsilah Rundayan Sunan Rumenggong

    dan Sunan Cipancar Bagian 2.

    D.4. KYAI PANDE GEDE DADAP CANGKRING.

    Mengenai riwayat dan data Silsilah Rundayannya tidak diketahui.

    D.5. KYAI NAWU

    Adapun putra bungsu Dalem Santowaan, yaitu Kyai Rd. Nawawi. Menurut

    riwayat, karena beliau ahli dalam bidang llmu Nahwu ( cabang ilmu tata bahasa

    Arab ), maka beliau terkenal dengan sebutan Kyai Rd.Nawu.

    Kyai Rd. Nawu tinggal dan menetap di daerah Cibeureum Wanaraja, yang

    sekarang termasuk wilayah Kec. Pangatikan Kab. Garut.

    Kyai Rd.Nawawi ( Kyai Rd.Nawu ) mempunyai putra yang bernama :

    Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar )

    Beliau adalah Kyai di daerah Cikukuk Leles ( sekarang termasuk wilayah Kec.

    Leuwigoong ).

    Makam Kyai Lembang ( Syekh Abdul Jabar ) satu kompleks dengan makam

    cucunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Sidik, berada di sebuah bukit Gunung Haruman di

    Desa Cipareuan Kec. Cibiuk Kab. Garut.

    Kyai Lembang atau Syekh Abdul Jabar mempunyai beberapa orang putra,

    diantaranya :

    I. Kyai Rd. Ketib

    Beliau adalah seorang Kyai di daerah Ciceuri ( sekarang temasuk Kec.

    Kersamanah Kab. Garut ).

    Makam Kyai Rd. Ketib putra Kyai Lembang berada di sebelah Barat pemakaman

    Astana Gede di Kampung Pasir Astana Desa Pasirwaru Kec. Limbangan.

    Karena Kyai Rd. Ketib memegang jabatan Khotib pertama di Limbangan, maka

    selanjutnya beliau pindah dari daerah Ciceuri Malangbong (sekarang termasuk

    wilayah Kec.Kersamanah Kab. Garut ) ke Limbangan dan seterusnya tinggal dan

    menetap di Limbangan.

    Kyai Rd.Ketib dkaruniai 7 orang putra,diantaranya :

    1. Nyimas Ayu Subah

    Nyimas Ayu Syubah menikah dengan Kyai Rd.Masud putra Rd. Arsawiguna (

    Patih Limbangan ) dan melahirkan 5 orang putra, diantaranya yaitu :

    1 ). Kyai Rd. Jafar Sidik

    2 ).Kyai Rd. Fakih Ibrahim.

    Kedua putra Kyai Rd. Masud dengan Nyimas Ayu Syubah ini akan djelaskan

    pada Bagian 4.

    2. Kyai Mustamil

    Berputra satu, yaitu :

    Nyi Rd. Ajeng Kawibun

    Menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Jafar Shidik putra Kyai

    Rd.Masud.

    3. Kyai Mas Panengah

    Berputra beberapa orang,diantaranya :

  • Ny. Rd.Pangulu Cicadas

    Menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd.Fakih Ibrahim putra Kyai

    Rd.Masud.

    II. Kyai Rd. Sulaeman ( Banyumas )

    Dua diantara beberapa putranya, yaitu :

    - Kyai Mas Winata

    - Kya Abdullah

    F. PRABU WASTU DEWA

    Prabu Layakusumah dari perkawinannya dengan Nyi Putri Buniwangi

    mempunyai putra kembar, yang sulung namanya Prabu Wastu Dewa ( sebagai

    Prabu di Keprabuan Dayeuh Luhur wilayah Cibiuk sekarang ) dan Prabu Hande

    Limansenjaya Kusumah ( sebagai Prabu di Keprabuan Galeuh Pakuan wilayah

    Limbangan Sekarang ). Selanjutnya Prabu Wastu Dewa menjadi Prabu di

    Keprabuan Sudalarang ( daerahnya meliputi yang sekarang termasuk

    Kecamatan Sukawening dan Karangtengah ).

    Prabu Wastu Dewa mempunyai putra Rd. Singadipati I di Cinta, dan mempunyai

    6 orang putra, yaitu :

    1 ). Dalem Mangkubumi ( Wanakerta)

    2 ). Dalem Wangsapati (Cinta )

    3 ). Dalem Kertawangsa

    4 ). Dalem Jaksa ( Ragadiyem )

    Cucunya adalah Ny. Rd.Minur yang menikah dengan Dalem Mertasinga

    putra Adipati Ranggamegatsari ( Bupati Limbangan 2 1678 1726 M ).

    5 ). Dalem Lurah ( Ragadiyem )

    6 ). Dalem Singadipati II ( Cinta )

    Sepeninggal ayahnya, Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem

    Singadipati II ( masuk Islam tahun 1525 M ). Putranya adalah Ny.Rd.Ayu

    Kuningan yang menikah dengan Dalem Nayawangsa putra Dalem Santowaan (

    Bupati Limbangan 1 1650 1678 M ).

    Setelah Dalem Singadipati II ( Prabu Sangga Adipati II ) putra Rd. Singadipati I,

    Keprabuan Sudalarang dilanjutkan oleh Dalem Cakrajaya.

    Sampai sekarang penyusun belum menemukan Buku Standar Silsilah Rundayan

    dari Prabu Wastu Dewa ( Sudalarang ).

    Menurut Rd. Sobarnas, salah seorang cucu Dalem Singadipati II yang bernama

    Nyimas Ayu menikah dengan Pangeran Sacakusumah putra Mas Jolang atau

    Pangeran Seda ing Krapyak ( Sultan Mataram 1601 1613 M ). (Rd. Sobarnas :

    26 ).

    Ada kemungkinan Rd. Wirantadijaya ( Lurah Desa Cinta Kec. Nangkapait Kab.

    Garut ), ayah Rd. Muh. Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa Barat tahun 1952

    1857 adalah keturunan dari Ragadiyem.

    H. PRABU HANDE LIMANSENJAYA

    Sajarah Limbangan meriwayatkan, bahwa beliau adalah saudara kembar dari

    Prabu Wastu Dewa. Beliau adalah sebagai penguasa di Keprabuan Galeuh

  • Pakuan. Keraton Galeuh Pakuan berada di daerah Pasirhuut berdekatan

    dengan Sungai Cipancar yang bemuara ke Sungai Cimanuk.

    Sesepuh Pondok Pesantren Wates Bapak KH Rd. Aten Muhyiddin telah

    menceritakan kepada penyusun, bahwa ayah beliau ( KH Rd. U. Muhyiddn ) dan

    leluhurnya pernah mengunjungi daerah bekas Kerajaan Galeuh Pakuan tersebut.

    Kang Aan Merdeka Permana dalam Majalah Ujung Galuh menjelaskan,

    bahwa Pasirhuut adalah lembur nu pinuh ku lalangse ( Kampung yang penuh

    dengan kabut misteri ), sebab ada dugaan bahwa di bawah tanah daerah

    Pasirhuut tersimpan kekayaan peninggalan keraton Galeuh Pakuan.

    Menurut berita catatan tradisional, bahwa Mahkota Binokasih Sanghiyang Pake (

    Mahkota Raja yang dibuat Bunisora dan dipakai oleh Raja-raja Galuh / Sunda

    dan Pajajaran, mulai dari Prabu Wastukancana ( 1371-1475) sampai Prabu

    Ragamulya / Suryakancana/ Prabu Siliwangi terakhir (1567- 1579 M ), yang

    seharusnya dibawa ke Prabu Geusan Ulun di Sumedang larang atas perintah

    Prabu Siliwang, oleh Jayaperkosa disembunyikan di salah satu gua tidak jauh

    dari keraton Galeuh Pakuan di daerah Pasirhuut Limbangan.

    Tetapi versi lain menyebutkan, bahwa berdasarkan ucapan Prabu

    Wijayakusumah ( Sunan Cipancar Limbangan ), mahkuta Binokasih

    disembunyikannya agak jauh dari Pasirhuut, yaitu di sebelah Barat makam

    Prabu Wijayakusumah atau Sunan Cipancar di Limbangan ( Pasir Astana Desa

    Pasirwaru Limbangan Peny. ) ( Ujung Galuh 7 : 9 ). Wallohualam.

    Menurut Kang Deddy Effendie ( Wakil Ketua Masyarakat Pariwisata Kab. Garut )

    yang diceritakan kepada penulis beberapa waktu yang lalu, bahwa di daerah

    Pasirhuut bekas Keraton Galeuh Pakuan - Limbangan banyak kekayaan Galih

    Pakuan yang masih ada sampai dengan sekarang, dan disimpan oleh

    masyarakat yang mencintai sejarah kuno.

    Prabu Hande Limansenjaya, kemungkinan karena sudah sepuh atau tidak mau

    berselisih dengan putranya sendiri ( yang sudah memeluk agama Islam ),

    akhirnya beliau meninggalkan keraton Galeuh Pakuan di Pasirhuut dan

    kemudian menuju ke daerah Wanaraja.

    Beliau beserta pengikutnya membuka hutan di daerah Wanaraja dan

    dijadikannya pemukiman, yang disebut Panyeredan ( berdekatan

    dengan kampung Tajur Kidul dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan

    Sucinaraja Kab. Garut Pen. ).

    Benda Cagar Budaya sebagai peninggalan Prabu Hande Limansenjaya,

    diantaranya batu bekas bertapa dan tanda kebesarannya seperti lingga dan alas

    duduk, masih ada di Pasir Sanghiyang di kaki bukit gunung Galunggung antara

    Kampung Tajur dan Cigadog (sekarang termasuk wilayah Kecamatan Sucinaraja

    Kab. Garut ).

    Beberapa waktu yang lalu, penulis sempat datang ke Kampung Galeuh Pakuan

    Limbangan ( tepi Sungai Cipancar ). Penulis diantar oleh Bapak Nukri untuk

    melihat Batu Pangcalikan di tepi Sungai Cipancar. Menurut Bapak Nukri, bahwa

    Batu Pangcalikan tersebut adalah tempat beristirahat Prabu Limansejaya

  • setelah bersuci di Sungai Cipancar. Jarak Batu Pangcalikan tersebut dari

    Sungai Cipancar kurang lebih 5 m dan batu pangcalikan ( yang tersusun seperti

    sebuah kursi ) bersandar kepada dinding pematang sawah di atasnya.

    Bapak Nukri menceritakan kepada penulis, bahwa beberapa puluh tahun yang

    lalu ( pada jaman pemerintahan Presiden Suharto ) ada sebuah batu yang

    berbentuk gentong dibawa ke Jakarta dan sekarang batu tersebut digunakan

    prasasti Gedung PGRI Pusat Jakarta.

    Sepeninggal Prabu Hande Limansenjaya, Keprabuan Galeuh Pakuan diwariskan

    kepada putranya, yaitu Adipati Limansenjaya atau Prabu Wikayakusumah yang

    setelah wafat terkenal dengan sebutan Sunan Cipancar.

    Seuweu swinya akan dijelaskan pada Bagian 2.

    I. DALEM EMAS

    Dalem Emas atau Sunan Bunikasih rundayan silsilahnya akan sampai kepada

    Kyai Rd. Moh. Ashim ( Parakanmuncang ). ( Lihat Bagian 2 Buku Silsilah

    Rundayan Sunan Rumenggong ).

    Menurut sesepuh Kp. Serang Cibiuk, Kyai Rd. Moh. Ashim setelah berguru

    kepada Kyai Syek Jafar Sidik ( pada abad 18 M ) tidak pulang ke

    Parakanmuncang, tetapi terus menetap di Cibiuk dan menikah dengan Nyi Rd.

    Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria.

    Menurut riwayat, bahwa Kyai Rd.Zakaria adalah putra Embah Dangdeur

    Cikawao ( Embah Nurmadin putra Maulana Abdullah keturunan Maulana

    Hasanudin Banten ). Kyai Rd. Zakaria menikah pula dengan Nyi Rd. Nalebah

    cucu Dalem Tegaljati Pasir Uncal, yaitu Dalem Wiraha putra Dalem Wirayuda

    (Dalem Cipicung ) ( cucu Tmg. Wangsanagara / Sunan Kareseda ).

    Dari Nyi Rd. Ajeng Kabumen putra Kyai Rd. Zakaria, Kyai Rd. Moh.

    Ashim menurunkan beberapa orang putra, diantaranya :

    I. NY. RD. ST. KURSIYAH ( Eyang Kunci )

    Beliau dahulu tinggal di Cibuntu Cibiuk. Putra-putranya, yaitu :

    1. Rd.Muh.Saleh

    Ayah Rd.Idik ( Pasir Kulit Cibiuk )

    2. Ny. Rd. St. Qoribah

    Ny. Rd. St. Qoribah menikah dengan saudara sepupunya, yaitu Kyai Rd. Nur

    Muhammad putra Ny. Rd.Idah/ Rd. Sinureja. Seuweu siwinya akan dijelaskan di

    belakang.

    II. EYANG DEMAS

    Beliau tinggal di Cibiuk. Putra-putranya diantaranya :

    1. Rd. H. Abdul Manan

    Ayah dari Rd. H.Ino, Rd.H. Amin dll

    2. Kyai Ahmad Majalli ( Majalaya )

    III. NY. RD.IDAH

    Ny. Rd. Idah adalah menantu Rd. Sinureja ( keturunan Dalem Wirabangsa

    Cikelepu Limbangan ). Dari Rd.Wargadireja putra Rd. Sinureja, Ny. Rd. Idah

    melahirkan 2 orang putra, yaitu :

  • 1. Kyai Rd. Nur Muhammad

    2. Rd. Ali Hanafiah.

    Seuweu siwinya akan dijelaskan di belakang.

    IV. RD. MOH. YUSUF

    Rd. Moh. Yusuf putra Kyai Rd. Moh. Ashim mempunyai tiga putra, yaitu :

    a. Kyai Rd. Muh. Bunyamin.

    Rd. Muh. Bunyamin menikah dengan putra sulung Kyai Rd. Nur Muhammad,

    yaitu Nyi Rd.Murtijiyah dan melahirkan seorang putra, yaitu :

    Kyai Rd. Romli ( Mama Ciloa Limbangan ).

    Rd. Moh. Romli dari Ny. Rd. St. Fatimah, dikarunai 8 orang putra, diantaranya :

    1. Rd. Ahmad Kosasih

    Putranya adalah :

    1). Rd. Cecep Yusuf

    2). Rd. Aceng Romli

    2. Rd. Zenal Muttaqin

    Mempunyai 7 orang putra, diantaranya :

    (1). Rd. Ahmad Nahrowi

    (2). Rd. Hasanudin

    (3). Rd. Husenudin

    3. Rd. Abed Zenal Abidin

    Mempunyai 7 orang putra, diantaranya :

    1). Rd. Muhyiddin

    Menurut KH Rd. Ibrahim Iskandar ( PP Burujul Limbangan ), Rd.Muhyiddin

    adalah penyusun buku Wawacan Nur Muhammad Cikekepu dan sekarang

    aktif di DKM Mesjid Agung Bandung.

    2). Rd. Ombi Romli

    4. Ny. Rd. Baitul Fatmawati

    Beliau dikaruniai 2 orang putra, yaitu :

    1). Aceng Holil Aonillah

    Beliau adalah sesepuh PP Ciloa Limbangan. Salah seorang menantunya (

    KH Rd. Agus Soleh ) sekarang memimpin PP Ciloa Limbangan.

    2). Ny. Rd. Ai Toto St.Rohmah

    Isteri KH Rd. E. Muhyiddin putra KH Rd. Tajudin ( PP Pulosari

    LImbangan ).

    5. Rd.Ashim

    Rd. Muh. Ashim terkenal pula dengan sebutan Kyai Ende. Beliau adalah

    menantu KH Rd.Moh. Sayuti ( Mama Cibunar ), dan dikarunai 3 orang putra,

    yaitu :

    1). KH Rd. Ibrahim Iskandar ( Cep Ii )

    Sekarang ( 2009 ) beliau sebagai sesepuh PP Burujul Limbangan. Salah

    seorang putranya ( Ny. Rd.Eva Syarifah ) menjadi isteri dari Ceng Mustopa putra

    KH Amin Suhrowardi ( PP Assyatibiyah Tanjungpura hilir Kr.Pawitan Bani

    Nuryayi ).

  • 2). KH Rd. Toto ( CepToto )

    Sesepuh PP Sukamantri Sukabumi.

    3). KH Rd.Didi ( Soreang Bandung )

    b. Kyai Rd. Munaji

    ( ayah Rd.H. Ali Limbangan )

    c. Nyimas Halimah

    Nyimas Halimah adalah isteri KH Rd. Abdul Fatah putra KH Rd. Aonillah (

    Mama Serang Cibiuk ). Seuweu siwinya akan djelaskan di bawah.

    V. KYAI RD.MOH. AONILLAH ( Mama Serang Cibiuk ).

    Kyai Rd. Aonllah menikah dengan Ny. Rd. Syarifah Aisyah putra Syekh

    Maulana Sayyid Daud ( Empang Bogor ) dan ( ? ). Dari keduanya, Kyai Rd.

    Aonillah dikaruniai 4 orang putra, yaitu :

    V1. KH. RD.ABDUL FATAH ( wafat 1878 M )

    KH Rd. Abdul Fatah ( Pesantren Cibalandong ) dari Nyi Rd.St.Halimah

    putra KH Rd. Moh. Yusuf mempunyai, 6 putra, yaitu :

    1. Ny. Rd.Mas Enok ( wafat di Mekah )

    2. Ny. Rd. Ubik

    3. Nyi Rd. Enot

    4. KH Rd. Achmad Mahalli

    5. KH Rd. Jalaludin Sayuti

    6. KH Rd. Gojali

    1. Ny. Rd. Mas Enok.

    2. Ny. Rd. Ubik

    3. Nyi Rd. Enot

    Nyi Rd. Enot mempunyai seorang putra, yaitu KH.Rd. Jakaria. KH

    Rd.Jakaria menjadi sesepuh pesantren Situ Batu ( Cipareuan Cibiuk ).

    Akhirnya KH Rd.Jakaria menjadi menantu KH Abdullah ( yang membedah Desa

    Cipareuan, yang sakarang termasuk Kec. Cibiuk ). Dari Ny.Siti Julaeha putra KH

    Abdullah, KH Rd.Jakaria dikaruniai 8 orang putra,dintaranya :

    1 ). Rd. Masduki

    2 ). Rd.Asep Jaenal Mutakin

    3 ). Rd. Aceng Badrudin

    4 ). Rd. Aceng Mamad

    ( sesepuh pesantren Situbatu Cipareuan Cibiuk )

    4. KH. Rd. Achmad Mahalli

    Berdasarkan riwayat yang diuraikan KH Rd. Muh. Mahali putra KH. Achmad

    Mahali, dalam Sajarah/Riwayat ringkesna pasantren Sumur susunan

    beliau tanggal 1 Muharam 1381 H ( 14 Juni 1961 M ), bahwa KH Rd. Acmad

    Mahali putra KH Rd. Abdul Fatah dilahirkan pada tahun 1866 M, di Pesantren

    Cibalandong Desa Cibiuk Kec. Balubur Limbangan Kab. Bandung ( sekarang

    termasuk Kab.Garut ).

    KH Rd. Achmad Mahali, pada tahun 1875 M pertama kali belajar agama di

  • pesantren Serang Cibiuk, pimpinan kakek beliau sendiri ( KH Rd.

    Aonillah ). Dan kemudian dillanjutkan ke beberapa pesantren lainnya sampai

    dengan tahun 1902 M ( usia 36 tahun pen.).

    Pada tahun 1903 M, KH Rd. Achmad Mahali menikah dengan Ny. Rd.Onoh

    Rohanah ( ibunya, Ny.Rd. Dewi Nursih putra Kyai Rd. Moh. Jamhari/ Eyang

    Cimalaka, ayahnya adalah KH Moh. Aslah cicit Embah Nuryayi Suci Garut ).

    KH Rd. Achmad Mahali bersama istri, tinggal bersama mertuanya di PP

    Sindangkasih Cisaradan Karangpawitan Garut ) selama hampir 7 tahun ( 1903

    1911 M ).

    KH Rd. Achmad Mahalli pada tahun 1911 M mendirikan Pondok Pesantren

    Sumursari ( Sukasono Sukawening ) di atas tanah wakaf dari Rd.H. Yusuf putra

    Kyai Rd. Ali Hasan Munaram ( keturunan Cinunuk/Limbangan/ Bani Nuryayi ).

    Dari Ny. Rd.Hj. Ono Rohanah, KH. Rd. Ahmad Mahali dikaruniai 8 orang

    putra diantaranya :

    1 ). KH Rd. Muh. Mahali

    KHRd.Muh.Mahali dilahirkan di Sumursari pada tanggal 17 Agustus 1911 M.

    Dan setelah KH Rd.Achmad Mahalli wafat ( 20 Muharam 1367H/ 1947

    ), sebagai sesepuh Pondok Pesantren Sumursari dilanjutkan oleh putranya ( KH

    Rd. Muhammad Mahalli ).

    KH Rd. Muh.Mahali menikah dengan Ny. Rd. St.Jubaedah putra KH Rd.

    Sarbini dikarunia seorang putra, yaitu KH Rd.Dadang. Abd. Rajak

    Setelah KH Rd. Muh.Mahali wafat, KH Rd.Dadang Abd. Rajak yang

    meneruskannya sebagar sesepuh PP Sumursari.

    Dan sekarang pesantren ini dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Annajat

    dibawah pimpinan Rd. Ali Saad Aliyudin putra sulung KH Rd. Dadang Abd.Rajak.

    Lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan Yayasan adalah Pondok Pesantren,

    MD, RA, MI,MTs dan MA.

    2 ). KH Rd. Didi Mahmudi

    KH Rd. Didi Mahmudi, karena menikah dengan Nyimas St. Fatimah putra

    dari KH Umar Basri ( cicit KH Muh. Arif putra kedua Sembah Nuryayi Suci Pen.

    ), beliau bertempat tinggal dan menetap di Fauzan tonggoh, dan menjadi

    sesepuh Pondok Pesantren Fauzan Tonggoh Kec. Sukaresmi. Setelah KH Rd.

    Didi Mahmudi wafat, seterusnya PP Fauzan Tonggoh diasuh oleh Nyimas St.

    Fatimah dan putra-putranya.

    Pada bulan Oktober 2008, penyusun datang ke Fauzan Tonggoh dan

    bersilaturami kepada Nyimas St. Fatimah. Dari KH Rd. Didi Mahmudi, Nyimas St.

    Fatimah melahirkan 8 orang putra., diantaranya :

    ( 1 ). Rd. Ahmad

    ( 2 ). Rd.Muman

    ( 3 ). Rd. H.Jajam Jamhari

    Setelah Ny. Rd. Onoh Rohanah wafat, KH Acmad Mahali menikah lagi dengan

    saudara sepupunya Ny. Hj. Rd. St. Rokayah putra KH Rd. Abdurahman, dan

    dikarunia putra, diantaranya :

  • 1 ). Rd. Moh.Zakaria

    2 ). Rd. Moh. Sobari

    3 ). Rd. Moh. Yahya

    5. KH. Rd. Jalaludin Sayuti

    KH Rd. Jalaludin Sayuti menikah dengan Ny. Rd.oneng putra Rd. .Moh.

    Anwar,dan dikaruna 9 orang putra, diantaranya :

    1 ). Kyai Rd. Masduki

    2 ). Nyi Rd. Encum

    3 ). Rd. Moh. Toha

    4 ). Nyi Rd. Rohmah

    5). Nyi Rd. Aminah

    6). KH Rd. Junaedi ( Cibuyut Lewo )

    7 ). Nyi Rd. Siti Aisah

    8). Rd. Abdullah

    9). Ny. Rd. Enok

    Nyi Rd. Siti Aisah bersuamikan KH. Rd. Uyeh Abdullah asal

    Cianjur dan dikaruniai 4 orang putra, yaitu diantaranya KH Rd. Teten Syarif

    Mahmud Sesepuh Pondok Pesantren Al Ulfah Lewo Malangbong.

    6. KH Rd. Gojali

    KH Rd. Gojali menikah dengan Ny. Rd. Nafisah dan dikaruniai 5 orang

    putra, dantaranya :

    Rd. Muh. Husen

    V2. KH RD.ABDURAHMAN ( Pak Onggoh/ Mama Kulon )

    KH Rd. Abdurahman, menjadi sesepuh di Pesantren Cikelepu Kulon, oleh

    karenanya terkenal dengan sebutan Mama Kulon. KH Rd. Abdurahman

    beristrikan Nyi Rd. Siti Mirat ( terkenal dengan sebutan Nyai Menak/Nyai Kulon)

    putra bungsu Kyai Rd. Nur Muhammad ( Cikelepu Limbangan ).

    Dari 13 orang putra KH Rd. Abdurahman, yaitu :

    1. KH Rd. Moh.Sobar ( Pasantren Cibiuk Tengah )

    2. Rd.H .Muh. Bakri ( wafat di Mekah )

    3. Ny.Rd. St.Rafiah

    Isteri KH Rd. Sarbini putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani (Mama Wetan ).

    4. KH Rd. Ahmad Masduki

    Suami Ny. Rd. Euis Umu Kulsum putra KH. Rd. Zarkasih Hasan Maolani

    (Mama Wetan ). Dari Ny. Rd.Euis Umu Kulsum, KH Rd.Ahmad Masduki

    dikaruniai 8 orang putra, diantaranya :

    1 ). Rd. Umar Hasanudin

    2 ). Ny.Hj. Rd.St. Syarifah Syubatul Alam

    3 ). Rd. Abdurrahman Masduki dll

    5. KH Rd. Muh. Mubarak

    Suami Ny. Rd. St. Hulaedah putra KH. Rd. Mahfudz ( Mama Wates ). Dari Ny.

    Rd. St.Hulaedah putra KH Rd. Mahfudz, KH Rd. Mu. Mubarak, dikaruniai 10

    orang putra, diantaranya , yaitu :

  • 1 ). H. Rd. Tete Ruhiyat

    2 ). KH Rd. Atung Aonillah

    3 ). Rd. Endin Abdul Kodir dll.

    6. KH Rd. Ahmad Qusyaeri

    Menikah dengan Ny.Rd. St.Aidah putra KH.Muh.Amin ( Mama Panguyangan

    Cihanyir ). Putra-putranya antara lain :

    1 ). Rd.Cecep

    2 ). Rd.Nandang

    7. KH Rd. Muh. Thoha (Selaawi ).

    8. Ny. Rd. Siti Rahmah

    Menikah dengan saudara sepupunya KH Rd. A.Rosyad Ghazali putra Rd.

    Moh. Syarif ( Lihat di bawah ).

    V3. KH RD.MOH.ABDUL ROJAK

    Mempunyai 3 orang putra, yatu :

    1. Rd.Mansur

    2. Rd.Cecep (Cijeler )

    3. Rd.Kodir.

    V4. KH RD. MOH SYARIF

    KH Rd. Moh. Syarif adalah saudara seayah lain ibu dengan KH Rd. Moh.

    Abdul Rojak. Beliau menjadi sesepuh PP Serang Cibiuk dan menurunkan 6

    orang putra, dua diantaranya adalah

    1. KH. Rd. A. Rosyad Ghazali ( Mas Amuni )

    KH Rd. A. Rosyad Ghazali yang menikah dengan saudara sepupunya (Nyi Rd.

    St. Rahmah putra KH Rd. Abdurahman ) berputra 4 orang, dua diantaranya yatu

    :

    1 ). KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali

    Sosok KH Rd. Totoh Abdul Fatah Ghazali tidak asing bagi masyarakat Bandung

    khususnya, umumnya masyarakat umat Islam di tatar Pasundan. Beliau adalah

    salah seorang mubaligh terkenal dari kota Bandung teureuh Cibiuk/ Limbangan.

    Beliau pada tahun 2001 wafat di kota Bandung.

    Maret 2008 yang lalu sebuah buku unik berjudul The Peoples Religion of

    A.F. Ghazali ( Agama Rakyat : Ceramah-ceramah A.F.Ghazali ) diluncurkan.

    Buku tersebut merupakan hasil transkripsi dari ceramah-ceramah beliau yang

    selama ini terdokumentasikan dalam bentuk rekaman kaset.

    2 ). KH Rd. Bobon Anwar Ghazali dll

    2. KH Rd. Abdul Gani ( Mas Gani ).

    KH Rd. Abdul Ghani ( Mas Gani ) menikah dengan Nyi Rd. Siti Janah putra

    Rd. Abdul Hanan ( Kaum Wanaraja ). Mertua isteri KH Rd. Abdul Gani (Ny.

    Rd.Diyut Marliyah ) adalah putra Kyai Rd.Moh.Jamhari ( Eyang Cimalaka). (

    Lihat Bagian 5 )

    Dari Nyi Rd.Siti Janah, KRd. Abdul Gani mempunyai 7 orang putra, diantaranya

    adalah :

    1 ). Rd. H. Basah

  • 2 ). Rd. Ahmad dll

    Rd. H. Basah dan saudaranya meneruskan dalam

    pengelolaan Pondok Pesantren Serang Cibiuk.

    Penyusun mengenal Rd. Ahmad putra KH Rd.Abdul Gani, ketika penyusun

    masih sekolah di SMAN Garut ( antara 1964 1967 ). Rd. Ahmad dahulu juga

    sering bersilaturahmi kepada ayah penulis ( KH Rd. Mamun Abdul Gani ),

    karena kebetulan kakak beliau ( Ny Rd. Nunung yang saat itu sebagai guru SMP

    Negeri di Garut ) adalah tetangga dekat kami di belakang Kaum Wanaraja.

    Ketika dalam perjalanan nyukcruk lembur mapay padesan , beberapa bulan

    yang lalu, penyusun sempat bersilaturahmi dengan Rd. H. Basah dan Rd.

    Ahmad beliau di Serang Cibiuk. Dari beliau penyusun mendapat selintas

    riwayat atau sejarah dari Kyai Rd. Jafar Sidik ( Eyang Embah Wali Cibiuk ),

    Kyai Rd. Ashim, Kyai Rd. Aonillah dan sesepuh tempo dulu Limbangan

    termasuk Kyai Rd.Moh. Jamhari ( Eyang Cimalaka Wanaraja ) cucu Kyai Rd.

    Salinggih.

    Seuweu siwi Kyai Rd. Aonillah ( Mama Serang ) dapat dilihat dalam Buku

    Rundayan Silsilah Bagian 8.

    J. PRABU BRAJADILEWA

    Berdasarkan naskah dari Malangbong, bahwa Prabu Brajadilewa adalah

    saudaranya Prabu Hande Limansenjaya ( Galeuh Pakuan Limbangan ). Prabu

    B