LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria...

20
LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN JURNAL Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada Program Studi Ilmu Hukum Oleh : CHAIRUSSUFI PARAMESWARI D1A015053 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2019

Transcript of LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria...

Page 1: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

1

LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

JURNAL

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

CHAIRUSSUFI PARAMESWARI

D1A015053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

Page 2: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

2

Page 3: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

3

LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA ONLINE

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

Chairussufi Parameswari

D1A015053

Fakultas Hukum Universitas Mataram

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana pengaturan pernikahan online

berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan

bagaimana legitimasi pernikahan yang dilakukan secara online menurut Undang-

Undang Nomor 1 tentang Perkawinan. Metode penelitian yang digunakan adalah

penelitian hukum normatif. Simpulan penelitian ini adalah Undang-undang

perkawinan tidak mengatur tentang pernikahan yang dilakukan secara online.

Pernikahan online sah apabila dilakukan sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) dan (2)

Undang-Undng Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan melihat juga pada

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik karena

pernikahan yang dilakukan secaea online ini menggunakan media elektronik yang

diatur dalam undang-undang tersebut dimana dalam hal ini ditur jelas tentang

tanda tangan elektronik.

Kata Kunci: Legitimasi, Perkawinan, Online

THE ONLINE LEGITIMATION BY LAW NUMBER 1 OF 1974

ABOUT MARRIAGE

ABSTRACT

The conclusion of this study is to explain how online marriage arrangements

based on Law Number 1 of 1974 about Marriage and how the legitimacy of

marriages conducted online according to Law Number 1 of 1974 about

Marriage. The compiler research method used in the preparation of this thesis is

normative legal research. The conclusions of this study are that the marriage law

does not regulate marriages conducted online and the legitimacy of marriage

Marriage is legal if carried out in accordance with Article 2 paragraph (1) and

(2) Law Number 1 of 1974 concerning Marriage and also in Law Number 19 of

2016 concerning Amendment to Law Number 11 of 2008 about Information and

Electronic Transactions because marriage conducted online uses electronic

media as stipulated in the law which it is clearly stated about electronic

signatures.

Keywords: Legitimacy, Marriage, Online

Page 4: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

i

I. PENDAHULUAN

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia diciptakan Tuhan dalam kondisi

yang berbeda-beda, yaitu berbeda tujuan, berbeda pendapat, berbeda ide bahkan

berbeda kebutuhan, adanya perbedaan ini terkadang membuat manusia berprilaku

egois, hal tersebut menurut sosiologi manusia itu tidak dapat hidup sendiri,

manusia memilik kelebihan dan kekurangan yang apabila disatukan akan

menutupi kekurangan masing-masing.

Salah satu tindakan menyatukan manusia adalah pernikahan. Tetapi ketika

seseorang ingin menikahi orang yang ia pilih tidak selamanya akan berjalan

dengan lancar oleh sebab itu laki-laki maupun perempuan hendaknya harus

mempunyai bekal berbentuk ilmu khususnya tentang pernikahan terutama tentang

sah atau tidaknya suatu pernikahan.

Keabsahan suatu perkawinan merupakan suatu hal yang sangat prinsipil,

karna berkaitan erat dengan akibat-akibat perkawinan1. Oleh karena itu sebelum

melangsungkan sebuah pernikahan hendaknya calon mempelai harus mengetahui

syarat-syarat untuk melangsungkan sebuah pernikahan agar diakui keabsahannya.

Jika salah satu syarat-syarat atau rukun kurang ataupun tidak terpenuhi maka

suatu pernikahan dianggap tidak sah, sebaliknya apabila semua syarat atau rukun

terpenuhi maka pernikahan itu dikatakan sah.

Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang teknologi

yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, teknologi saat ini

berperan sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk memesan

1M. Anshary, Hukum Perkawinan Indonesia, Pusta Pelajar: Yogyakarta 2015, hlm 12

Page 5: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

ii

sesuatu makanan dari aplikasi gofood, belanja untuk kebutuhan melalui jual beli

online atau hanya sekedar berbincang-bincang dari jarak jauh yang tidak perlu lagi

menemui secara fisik namun melalui koneksi saluran telepon.

Namun pernahkah anda mendengar bahwa ada pernikahan yang dilakukan

melalui media telepon, memang terdengar aneh karena sejatinya suatu pernikahan

adalah suatu hal yang sakral yang tidak terfikir bisa dilakukan hanya sekedar dari

media telepon. Untuk melangsungkan sebuah pernikahan itu harus menyiapkan

segala sesuatu dari jauh-jauh hari entah itu menyiapkan lahiriyah dan batiniyah,

menyiapakan tempat diselenggarakan acara pernikahan, dan waktu

dilangsungkannya sebuah pernikahan. Namun karena kebutuhan dan kepentingan

manusia berbeda yang mengakibatkan ada saja kendala yang dihadapi sebelum

melangsungkan pernikahan maka cara ini sangat membantu dalam menyelesaikan

masalah ini. Persoalannya adalah hukum islam dan hukum positif belum mengatur

tentang pernikahan yang dilakukan melaui media telepon ini bahkan pemerintah

yang berwenang belum mengeluarkan aturan yang terkait dengan hal ini

sementara perkembangan teknologi lebih cepat dari perkembangan substansi

hukum.

Achmad ketika menikahi Dewi Tarumawati pada 4 Desember 2006 silam.

Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh,

Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai wanita berada di

Bandung, Indonesia. Kedua belah pihak dapat melaksanakan akad nikah jarak

jauh berkat layanan video teleconference dari Indosat. Hal ini juga tidak berbeda

dengan apa yang dilakukan oleh pasangan Sirojuddin Arif dan Iim Halimatus

Page 6: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

iii

Sa’diyah. Dengan memanfaatkan teknologi ini, mereka melangsungkan akad

nikah mereka pada Maret 2007 silam. Hanya perbedaannya adalah, kedua

mempelai sedang berada di aula kampus Oxford University, Inggris, sedangkan

wali mempelai berada di Cirebon, Indonesia ketika akad nikah dilangsungkan.2

Namun yang menjadi permasalahan adalah belum ada aturan mengenai

pernikahan yang dilakukan secara online, sah atau tidak dan diakui oleh negara

atau tidak. Dengan adanya kekosongan aturan tersebut banyak orang yang akan

mengambil jalan pintas untuk melangsungkan pernikahan secara online yang

didasari dengan berbagai macam alasan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan pernikahan online

berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tentang Perkawinan? 2. Bagaimana

legitimasi pernikahan yang dilakukan secara online menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan?

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui bagaimana pengaturan

pernikahan online berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tentang Perkawinan dan

untuk mengetahui bagaimana legitimasi pernikahan yang dilakukan secara online

menurut Undang-Undang Nomor 1 tentang Perkawinan.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), konseptual

(conseptual approach) dan kasus (case approach). Jenis dan sumber bahan

hukum yaitu bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui

2Qurrota A’yun, Akad Nikah Via Telp Dan Akad Nikah Yang Diwakilkan, diakses dari

https://elfalasy88.wordpress.com/2010/11/30/akad-nikah-via-telepon/, pada tanggal 02 oktober

2018 pukul 11.15

Page 7: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

iv

studi dokumen baik melalui studi kepustakaan maupun melalui media elektornik

(internet).

Page 8: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

v

II. PEMBAHASAN

Pengaturan Pernikahan Online Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan

Cepatnya perubahan peradaban dan teknologi yang terjadi di zaman

sekarang menimbulkan dampak hukum yang berkaitan dengan hal-hal yang

tidak atau belum diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan. Peraturan

perundangan tidak mungkin mengatur segala kehidupan manusia secara tuntas.

Sehingga ada kalanya dalam kehidupan kita menjumpai suatu peraturan

perundang-undangan tidak jelas atau bahkan tidak lengkap yang berakibat

terjadinya sebuah kondisi yang disebut dengan kekosongan hukum di

masyarakat. Arti dari kekosongan hukum itu adalah suatu keadaan kosong atau

ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mengatur tata tertib atau hukum

di dalam kehidupan masyarakat. Sehingga kekosongan hukum dalam hukum

positif lebih tepat dikatakan sebagai kekosongan undang-undang atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan hukum pernikahan, ternyata kondisi

kekosongan hukum dapat kita jumpai di dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 tentang Perkawinan. Sebagai contoh konkrit dalam Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut sama sekali tidak

dijumpai peraturan yang menegaskan kebolehan, keabsahan atau legalitas

tentang pernikahan online atau dengan kata lain sebuah pelaksanaan

pernikahan yang menggunakan sarana telepon atau alat telekomunikasi yang

lain belum dijumpai di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Page 9: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

vi

Perkawinan. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

mengatu syarat sah perkawinan seperti syarat materiil dan formil, tidak ada

yang mengatur tentang pernikahan secara online.

Ketiadaan hukum atau kekosongan hukum yang mengatur tentang

status hukum perkawinan online serta teknis pelaksanaannya mengakibatkan

munculnya kontroversi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya,

khususnya umat Islam. Oleh karena itu, diperlukan pembaruan hukum melalui

rekonstruksi atau penafsiran hukum guna mengisi kekosongan hukum yang

terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat saat ini. Hal ini perlu dilakukan

agar hukum menjadi sistematis dan komprehensif dalam menghadapi

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, yang mana

persoalan pembaharuan hukum melalui rekontruksi atau penafsiran tersebut

dapat dilakukan terhadap suatu permasalahan yang belum ada ketetapan

hukumnya atau aturan yang mengikatnya.

Legitimasi Pernikahan Yang Dilakukan Secara Online Menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Keabsahan Pernikahan Yang Dilakukan Secara Online Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Menentukan sah atau tidaknya suatu pernikahan, tergantung pada

dipenuhi atau tidak dipenuhinya seluruh rukun-rukun perkawinan dan syarat-

syaratnya. Secara formal, pernikahan online atau melalui saluran telepon dapat

memenuhi rukun-rukunnya seperti dalam ada dalam Pasal 14 Kompilasi

Hukum Islam, yakni:

Page 10: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

vii

“Untuk melaksanakan perkawinan harus ada :

a. Calon Suami;

b. Calon Isteri;

c. Wali nikah;

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan Kabul.”

Sahnya daripada sebuah pernikahan menurut Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ialah apabila

dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya. Dan

pemerintah Indonesia hanya mengakui enam agama, yakni Islam,

Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Dan tentunya disetiap

agama mempunyai rukun dan syarat sahnya sebuah pernikahan masing-

masing. Sehingga menjadi jelas bahwa bagi pemeluk agama Islam,

Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu yang berada di negara

Republik Indonesia ketika melakukan sebuah prosesi pernikahan harus

merujuk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

sebagai payung hukumnya. Namun Pemerintah Indonesia sendiri

mempunyai regulasi tentang syarat sahnya sebuah pernikahan. Adapun

syarat sah pernikahan yang harus dipenuhi oleh calon mempelai

sebagaimana penulis memperoleh data dan informasi dari Dinas

Kependudukan dan Catatan sipil Kota Mataram, yakni: 1. Surat pengesahan

perkawinan yang asli: a. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) bagi

beragama Hindu; b. Baptis bagi yang Kristen; c. Permandian bagi Katholik;

d. Vihara bagi yang beragama Budha; 2. Model NA (N1-N4) dari lurah

atau desa untuk kedua mempelai; 3. Foto copy akta kelahiran kedua calon

mempelai; 4. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga

Page 11: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

viii

(KK) kedua calon mempelai; 5. Foto copy Kartu Tanda Penduduk KTP

dua orang saksi; 6. Pas foto gandeng 4x6 (4 lembar); 7. Ijin komandan bagi

Tentara Nasioal Indonesia (TNI) atau Polisi Repuplik Indonesian (POLRI);

8. Ijin konsulat (kedutaan) dan fotocopy passport bagi WNA.

(Pengantin dan dua saksi hadir tanda tangan)

Adapun syarat-syarat bagi yang beragama Islam yang penulis

peroleh dari Kantor Urusan Agama (KUA) Praya sebagai berikut: 1. N1,

N2, N3 dan N4 dari desa lengkap dengan tanggal pengeluaran; 2. Foto

copy Kartu Keluarga (KK)/Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Ijzah; 3. Surat

rekomendasi nikah dari Kantor KUA Kecamatan bila pengantin dari

kecamatan lain; 4. Surat izin dari Kedutaan bagi warga negara asing

(WNA); 5. Akta cerai dari pengadilan agama bagi janda atau duda; 6.

Surat keterangan kematian dari (Model N6) kalau cerai mati; 7. Umur

pengantin laki-laki tidak kurang dari 19 tahun; 8. Umur pengantin laki-laki

tidak kurang dari 19 tahun; 9. Umur pengantin perempuan tidak kurang

dari 16 tahun; 10. Surat dispensasi dari pengadilan agama bila pengantin

kuang umur; 11. Pas foto latar biru 2x3 masing-masing 6 lembar dan Pas

foto latar biru 4x6 masing-masing 2 lembar; 12. Biaya nikah Rp. 600.000,

bagi yang nikah di luar kantor dan disetorkan lewat kantor pos atau bank

BRI, biaya Rp. 0,- (Gratis) bagi yang nikah di kantor; 13. Foto copy Kartu

Tanda Penduduk (KTP) dua orang saksi; 14. Akad nikah dilaksanakan 10

hari sejak mendaftar di KUA dengan menyerahkan semua persyaratan

Page 12: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

ix

Ayat (2) mengatur masalah pencatatan perkawinan, bahwa suatu

perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 Perubahan

atas Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008 tentang tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik ini sangatlah dipermudah. Pada Pasal 5 ayat (1)

berbunyi:

“Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil

cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.”

Untuk melakukan pencatatan perkawinan pada jarak jauh atau tidak

bisa secara langsung maka segala berkas yang harus di tanda tangan bisa

melalui tanda tangan elektronik yang hal ini didasarkan pada Undang-Undang

Nomor 19 tahun 2016 Perubahan atas Undang-Undang nomor 11 Tahun 2008

tentang tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

Keabsahan Pernikahan Yang Dilakukan Secara Online Menurut Hukum

Islam

Menurut agama Islam pernikahan yang dilakukan secara online masih

menjadi perdebatan di antara para ulama, Perbedaan pendapat tentang

perkawinan online terjadi perbedaan pandangan tentang syarat-syarat dan

dalil-dalil tentang pernikahan. Perbedaan karena tersebut juga terjadi

dikarenakan teknis pelaksanaan pernikahan online tidak diatur secara jelas.

Berhubungan dengan Undang-undang perkawinan dalam pasal 2 ayat

(1) dikatakan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut

masing-masing agama dan kepercayaannya, maka bagi umat islam ketentuan

Page 13: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

x

mengenai terlaksananya akad nikah dengan baik tetap mempunyai kedudukan

yang menentukan untuk sah atau tidak sahnya suatu pernikahan.

Akad menurut Pasal 1 huruf c Kompilasi Hukum Islam adalah:

“Akad nikah ialah rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan kabul

yang diucapkan olehmempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua

orang saksi;”

Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan bahwa para ulama bersepakat

mensyaratkan satu majelis dalam melaksanakan ijab qabul. Dengan demikian

apabila ijab qabul tidak dilaksanakan dalam satu mejelis, maka akad nikah

dianggap tidak sah. Para ulama terbagi dalam dua kelompok dalam

menafsirkan ittihad majlis (satu majelis)3

Yang dimaksud dengan ittihad al-majelis ialah bahwa ijab dan kabul

harus dilakukan dalam jarak waktu yang terdapat dalam satu upacara akad

nikah, bukan dilakukan dalam dua jarak waktu secara terpisah, dalam arti

bahwa ijab diucapkan dalam satu upacara, kemudian setelah upacara ijab

bubar, kabulkan diucapkan pula pada acara berikutnya. Dalam hal yang

disebut terakhir ini, meskipun dua acara berturut-turut secara terpisah bisa

jadi dilakukan dalam satu tempat yang sama, namun karena kesinambungan

antara ijab dan Kabul itu terputus, maka akad nikah tersebut tidak sah.

Dengan demikian, adanya persyaratan bersatu majlis, adalah menyangkut

kaharusan kesinambungan waktu antara ijab dan Kabul, bukan menyangkut

kesatuan tempat.4

3 Satria Efendi M. Zain, Priblematika Hukum Keluarga, Jakarta: Pernada Media Grup.

hlm. 4. 4 ibid, hlm. 4

Page 14: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xi

Seperti dikemukakan di atas, meskipun tempatnya bersatu, tetapi

apabila dilakukan dalam dua waktu, dalam dua acara yang terpisah, maka

kesinambungan antara pelaksanaan ijab dan pelaksanaan Kabul sudah tidak

terwujud, dan oleh karena itu akad nikahnya tidak sah.

Said sabiq dalam kitabnya Fiqh as-Sunnah dalam menjelaskan arti

bersatu majelis bagi ijab dan Kabul, menekankan pada pengertian tidak boleh

terputusnya antara ijab dan Kabul. Satu contoh dikemukakan oleh al-jaziri

dalam memperjelas pengertian bersatu majelis dalam mazhab Hanafi adalah

dalam masalah seorang lelaki berkirim surat mengakadkan nikah kepada

pihak perempuan yang dikehendakinya. Setelah surat itu sampai, lalu surat itu

dibacakan di depan wali wanita dan para saksi, dan dalam majelis yang sama

setelah isi surat dibacakan, wali perempuan langsung mengucapkan

penerimaannya (kabulnya).5

Praktik akad nikah seperti tersebut oleh kalangan hanafiyah dianggap

sah, dengan alasan bahwa pembacaan ijab yang terdapat dalam surat calon

suami dan pengucapan Kabul dari pihak wali wanita, sama-sama didengar

oleh dua orang saksi dalam majlis yang sama, bukan dalam dua upacara

berturut-turut secara terpisah dari segi waktunya. Dalam contoh tersebut,

ucapan akad nikah lebih dahulu diucapkan oleh calon suami, dan setelah itu

baru pengucapan akad dari pihak wali wanita. Praktik tersebut boleh menurut

mazhab Hanafi.

5 Ibid, hlm. 4.

Page 15: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xii

Sedangkan pendapat lain yang mengatakan bahwa bersatu majelis

disyaratkan, bukan saja untuk menjamin kesinambungan antara ijab dan

Kabul, tetapi sangat erat hubungannya dengan tugas dua orang saksi yang

menurut pendapat ini, harus dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa ijab

dan Kabul itu betul-betul diucapkan oleh kedua orang yang melakukan akad.

Seperti diketahui bahwa di antara syarat sah suatu akad nikah, dihadiri oleh

dua orang saksi. Tugas dua orang saksi itu, sperti disepakati para ulama,

terutama untuk memastikan secara yakin akan keabsahan ijab dan Kabul, baik

dari segi redaksinya, maupun dari segi kepastian bahwa ijab dan Kabul itu

adalah diucapkan oleh kedua belah pihak. Dimaklumi bahwa keabsahan suatu

redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya. Akan tetapi, bahwa

redaksi itu benar-benar asli diucapkan oleh kedua orang yang sedang

melakukan akad, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan melihat para

pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala. Pendapat ini yang

dipegangi (mu’tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan

syafi’iyah.6

Apabila pendapat imam Syafi’i dikaitkan dengan kasus Syarif

Aburahman Achmad dengan Dewi Tarumawati dan Sirojuddin Arif dengan

Iim Halimatus Sa’diyah, maka bila tempat pelaksanaan akad nikah berada di

Oxford University Inggris, sedangkan orang yang berhak menjadi wali

berdomisili di Kota Bandung Indonesia dan wali tidak dapat hadir saat akad,

maka ia tetap bisa menjadi wali dengan cara membuat surat taukil

6 ibid, hlm 6

Page 16: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xiii

(mewakilkan) sebagaimana dalam Pasal 11 Ayat (5) Peraturan Mentri Agama

Nomor 19 Tahun 2018 tentang Pencatatan Perkawinan yang ditandatangani

oleh dirinya, dua orang saksi dan Kepala KUA (Kantor Urusan Aagama)

kecamatan dimana ia tinggal. Dalam surat itu disebutkan kepada siapa ia

sebagai wali mewakilkan pelaksanaan ijab kabulnya. Dengan demikian maka

yang menjadi wali dalam akad nikah tersebut tetap orang yang semestinya,

bukan wali hakim. Hanya saja pelaksanaan ijab kabulnya dapat diwakilkan

kepada orang lain yang dikehendaki. Dengan ini persyaratan satu majlis

menurut Imam Syafi’i terpenuhi dan pernikahan menjadi legal menurut

hukum.

Pendapat satu majelis menurut Imam Syafi’i ini diperkuat oleh Imam

As-Syairazi di dalam kitab Al-Muhadzdzab, Darul Fikr, 2005, Juz. II, h. 52

Yang menyatakan bahwa:7

“Bila wali pergi dalam jarak yang memperbolehkan mengqashar

shalat maka penguasa mengawinkan (menjadi wali hakim, pen.)

mempelai perempuan. Para wali yang berada pada urutan setelah wali

tersebut tidak berhak mengawinkan, dikarenakan masih tetapnya hak

perwalian wali yang pergi itu. Karenanya bila si wali mengawinkan

mempelai perempuan ditempatnya maka sah akadnya. Namun ia

berhalangan, maka penguasa menempati posisinya sebagaimana bila

ia hadir namun tercegah untuk mengawinkan.”

7 Ketika Wali Nikah di Tempat yang Jauh, Mengapa Harus Wali Hakim?, diakses dari

http://www.nu.or.id/post/read/97461/ketika-wali-nikah-di-tempat-yang-jauh-mengapa-harus-wali-

hakim pada tanggal 03 April 2019 pukul 19:29

Page 17: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xiv

Praktik pernikahan satu majelis yang dianut oleh mashab Syafi’i tidak

mendukung pernikahan yang dilakukan secara online, karena saksi harus

melihat dan benar-benar memastikan pihak yang berakad. Apabila pernikahan

dilakukan atas dasar pendapat imam Syafi’i selain memberi kuasa pada orang

yang dikehendaki untuk menjadi wali maka menurut penulis saksi dianjurkan

menjadi 4 orang, yakni 2 orang di tempat perempuan dan 2 orang di tempat

laki-laki. Di Indonesia sendiri juga pada umumnya menganut mazhab Syafi’i.

Page 18: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xv

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut : 1. Pengaturan perkawinan secara online tidak ada

pengaturannya dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan. Hal ini merupakan kekosongan hukum yang dapat menimbulkan

ketidakpastian dalam kehidapan masyarakat; 2. Legitimasi perkawinan yang

dimaksud di sini adalah masalah keabsahan, maka perkawinan dilakukan

secara online dilihat dari 2 aspek, antara lain: a. Keabsahan menurut Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah sah hukumnya

apabila dilakukan sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan melihat juga pada Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik karena

pernikahan yang dilakukan secaea online ini menggunakan media elektronik

yang diatur dalam undang-undang tersebut dimana dalam hal ini diatur jelas

tentang tanda tangan elektronik; b. Keabsahan menurut hukum Islam, para

ulama bersepakat bahwa syarat pernikahan yaitu satu majelis, namun ada

perbedaan pendapat mengenai satu majelis ini. Menurut imam Hanafi satu

majelis berarti satu waktu artinya tidak boleh terputus antara ijab dan qabul.

Namun satu majelis menurut Imam Syafi’i yakni satu tempat karena ini

berkaitan dengan tugas saksi yang harus meliat dengan jelas oleh mata dan

kepalanya sendiri pihak yang melakukan ijab qabul. Jadi pernikahan yang

Page 19: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xvi

dilakukan secara online tersebut sah adanya apabila sudah terpenuhi syarat

dan rukunnya sebuah pernikahan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai

berikut: 1. Aparat Legislatif bersama Pemerintah perlu melakukan

perubahan/revisi atau menambahkan pasal-pasal peraturan perundang-

undangan dan KHI (Kompilasi Hukum Islam) yang lebih detail terkait dengan

pernikahan online atau melalui telepon karena keberadaan hukum Islam dan

hukum positif dalam masalah pernikahan harus beriringan dengan

perkembangan peradaban manusia, sementara perkembangan teknologi

informasi lebih cepat dan pesat jika dibandingkan dengan perkembangan

substansi hukum; 2. Diharapkan kepada masyarakat agar sebaiknya tidak

melakukan pernikahan secara online agar tidak ada keraguan sah atau

tidaknya secara hukum dan agar pernikahan mereka secara administratif

memiliki kekuatan hukum dan kepastian hukum.

Page 20: LEGITIMASI PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN SECARA …...Ketika pelaksanaan akad nikah, sang mempelai pria sedang berada di Pittsburgh, Amerika Serikat. Sedangkan pihak wali beserta mempelai

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

M. Anshary, Hukum Perkawinan Indonesia, Pusta Pelajar: Yogyakarta

2015, hlm 12

Satria Efendi M. Zain, Priblematika Hukum Keluarga, Jakarta: Pernada

Media Grup.

Internet

Ketika Wali Nikah di Tempat yang Jauh, Mengapa Harus Wali Hakim?,

diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/97461/ketika-wali-nikah-

di-tempat-yang-jauh-mengapa-harus-wali-hakim pada tanggal

03April 2019 pukul 19:29

Qurrota A’yun, Akad Nikah Via Telp Dan Akad Nikah Yang Diwakilkan,

diakses dari https://elfalasy88.wordpress.com/2010/11/30/akad-nikah-

via-telepon/, pada tanggal 02 oktober 2018 pukul 11.15