Legenda Batu Menangis

9
Legenda Batu Menangis (Cerita Rakyat Kalimantan ) Alkisah, disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu bernama Darmi, rupanya sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi. Suatu hari, seperti biasa gadis itu mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia tak mau matahari merusak kulitnya. Ia enggan debu- debu mengotori wajahnya. Darmi : “Ibuuuu…!”(Dengan nada yang keras) Sang ibu tergesa-gesa menghampiri putrinya. Darmi : “Bukankah sudah berulang kali aku bilang bahwa setiap aku bangun ibu harus sudah menata kamar ini hingga rapi, menyediakan lulur, air hangat, dan membuatkan minuman sari buah untukku…?” (ekspresi marah) Ibu : (dengan nada pelan) “kamu itu sudah besar, nak. Kamu bisa mengerjakan semua itu sendiri.” Darmi :“Ibu kan tahu, aku lagi sibuk,” Sang ibu hanya mengelus dada. Hatinya gelisah. Kesibukan mempercantik diri, hanya itulah yang selalu dilakukan putrinya yang pemalas itu. Matahari mulai memancarkan sinarnya . Sang ibu mulai bersiap- siap untuk berangkat ke sawah untuk bekerja, ia tidak lupa mengajak darmi untuk membantunya di sawah. Ibu: Darmi . . .Ayo Bantu ibu bekerja di sawah(sambil mengetuk pintu kamar darmi) Darmi : Tidak bu . . ., nanti kalo kuku dan kulit ku kotor gimana? Ibu : apa kamu tidak kasihan sama ibu nak ? (dengan nada iba) Darmi : saya lagi dandan bu . .(sibuk merias wajahnya) Akhirnya sang ibu pergi kesawah sendirian. Setelah Ibu pulang dari sawah . Darmi langsung menghampirinya Ibu: ibu pulang . .(dengan nada lelah) Darmi : Upahnya mana ? (sambil mencari-cari uang upah ibunya di

description

LEGENDA

Transcript of Legenda Batu Menangis

Page 1: Legenda Batu Menangis

Legenda Batu Menangis (Cerita Rakyat Kalimantan )Alkisah, disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.Anak gadis janda itu bernama Darmi, rupanya sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.Suatu hari, seperti biasa gadis itu mengurung dirinya di dalam kamarnya. Ia tak mau matahari merusak kulitnya. Ia enggan debu-debu mengotori wajahnya.

Darmi : “Ibuuuu…!”(Dengan nada yang keras)Sang ibu tergesa-gesa menghampiri putrinya.

Darmi : “Bukankah sudah berulang kali aku bilang bahwa setiap aku bangun ibu harus sudah menata kamar ini hingga rapi, menyediakan lulur, air hangat, dan membuatkan minuman sari buah untukku…?” (ekspresi marah)

Ibu : (dengan nada pelan) “kamu itu sudah besar, nak. Kamu bisa mengerjakan semua itu sendiri.”

Darmi :“Ibu kan tahu, aku lagi sibuk,”Sang ibu hanya mengelus dada. Hatinya gelisah. Kesibukan mempercantik diri, hanya itulah yang selalu dilakukan putrinya yang pemalas itu.Matahari mulai memancarkan sinarnya . Sang ibu mulai bersiap-siap untuk berangkat ke sawah untuk bekerja, ia tidak lupa mengajak darmi untuk membantunya di sawah.

Ibu: Darmi . . .Ayo Bantu ibu bekerja di sawah(sambil mengetuk pintu kamar darmi)Darmi : Tidak bu . . ., nanti kalo kuku dan kulit ku kotor gimana?

Ibu : apa kamu tidak kasihan sama ibu nak ? (dengan nada iba)Darmi : saya lagi dandan bu . .(sibuk merias wajahnya)Akhirnya sang ibu pergi kesawah sendirian. Setelah Ibu pulang dari sawah . Darmi langsung menghampirinya

Ibu: ibu pulang . .(dengan nada lelah)

Darmi : Upahnya mana ? (sambil mencari-cari uang upah ibunya di pakaian ibunya ,dan di temukan uangnya di dalam genggaman tangan ibunya)

Darmi : nahh ini dia. .(dengan wajah senang sambil menunjuk uang)

Ibu: ”Jangan, Nak! Uang itu untuk membeli beras,” ujar sang Ibu.

Darmi : Bedak ku habis bu, mesti beli yang baru

Ibu : kamu itu jadi anak bisanya cuma minta aja, tapi tidak pernah mau bekerja (dengan kesal)Meskipun marah, sang Ibu tetap memberikan uang itu kepada Darmi. Keesokan harinya, ketika ibunya pulang dari bekerja, si Darmi meminta lagi uang upah yang diperoleh ibunya untuk membeli alat kecantikannya yang lain. Keadaan itu terjadi setiap hari.Suatu hari, sang ibu mencoba untuk membujuk anaknya agar mulai mengubah tabiat buruknya.

Darmi : bu, mana uangnya?

ibu : nak.. Coba kamu bantu ibu di sawah.

Page 2: Legenda Batu Menangis

Darmi : apa sih bu?

Ibu : Ibu kan sudah tua, jika ibu dipanggil oleh Tuhan maka Ibu tak khawatir lagi engkau bisa mengurusi dirimu sendiri. Kita itu orang miskin, kita harus tetap bekerja untuk bisa makan. (di ruang tamu)

Darmi :(sibuk melentik kan kukunya) siapa suruh jadi orang miskin. Lagi pula Aku tidak pernah minta kamu jadi ibuku. . (ketus sang gadis)Ibu pun sedih mendengar ucapan yang terlontar dari mulut anaknya sendiri

Ibu : Baiklah, Anakku. Ibu hanya memohon agar kamu tidak mengurung diri di rumah. Kenalilah lingkunganmu agar ibu tenang jika suatu saat dipanggil Tuhan. ( dengan sabar )Hari berganti hari. Akhirnya sang anak mau menuruti kehendak ibunya. Ia tidak keberatan untuk ke mana pun bersama sang ibu. . Tapi anaknya ini mengajukan sebuah syarat bahwa ibunya tidak diperbolehkan untuk mengakui bahwa ia adalah ibunya di depan umum. Sebagai seorang ibu tentulah hatinya teriris mendengar itu. Namun sang ibupun menyetujuinya.Hingga, pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja di pasar yang letaknya jauh dari tempat tinggal mereka. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya akan mengagumi kecantikannya.Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu.Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Pemuda 1 : eeh eeh , coba liat wanita itu , cantik sekali kan? (sambil mengagumi)

Pemuda 2 : iyaiya benar. wanita itu bagai bidadari surga, elok parasnya, tak sanggup aku menahan untuk menatap keindahannya.

Pemuda 1 : iya , bahkan wanita itu lebih cantik daripada bunga mawar

Pemuda 2 : rasanya aku tertarik untuk mengenalnya. .

Pemuda 1: eeh , tapi yang di belakangnya itu siapa ?

Pemuda 2: entahlah, siapa ya dia itu? (sambil berlari)

Pemuda 1 : heh heh, kamu mau kemana?

Pemuda 2 : mau kenalanlah.

Pemuda 1 : eh aku ikut, ikut ikut

Dilain sisi , para perempuan pun turut membicarakan kehadiran mereka

Perempuan 1 :Murti, kamu liat tidak wanita tua yang di belakang gadis cantik itu ?

Perempuan 2 : iya kak aku melihatnya, kasian yaa ....

Perempuan 1: sungguh sangat kasian ya , siapakah dia sambil membawa keranjang belanjaan di belakang wanita cantik itu?

Perempuan 2 :apakah mungkin dia itu . . .(sambil berfikir)

Perempuan 1: ssstt!! Jangan berfikir yang macam-macam, gak boleh. menduga itu tidak baik!

Page 3: Legenda Batu Menangis

Perempuan 2: eehm , iya baiklah kak

Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu

Pemuda 1 : hay cantik , Siapa yang berjalan dibelakangmu itu? Apakah itu ibumu? (penasaran)

Darmi : Bukan, bukan,(mendongakan kepalanya) Dia itu budak!( dengan nada lembut kemudian kencang)

Pemuda 2 : Hai, manis. Yakin dia itu bukan ibumu? (penasaran)Darmi : bukan! Sudah ku bilang dia itu budak! Pergi sana! (Darmi menendang ibu) Perempuan 1 : astaga, jangan begitu (perempuan membantu si ibu untuk berdiri)

Perempuan 2 : iya! Hargai orang lainlah. Walaupun dia itu budakmu, tapi dia juga manusia!Alangkah terlukanya sang ibu mendengar itu. Hatinya menangis dan ia benar-benar tak berdaya menahan sakit hatinya. Ia berbisik dan memohon kepada Tuhan.Akhirnya si ibu pun berdoa

Ibu : Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia….( sambil menangis dan menjerit )Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.Darmi :Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…Ibu…ampunilah anakmu.. (merintih dan menangis )

Ibu : maafkan ibu nak..

Darmi : Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis”

Page 4: Legenda Batu Menangis

The Legend Of The Stone Of Tears (Folklore Of Borneo)

Once upon a time, in a distant hill from the village, in the area of Borneo, there lived a poor widow and a son of gadisnya.Girl's widow named Darmi, apparently very pretty dainty. But alas, he had a very bad behavior. The girl is very lazy, never helps his mother do housework. It works simply preen each day.All request must be obeyed. Every time he asks for something to his mother should be granted, regardless of the circumstances of her mother's poor, the daily Drudge should seek sesuap rice.One day, as usual the girl confined himself in his room. He does not want the sun damage skin. She reluctantly dust-dust soiling her face.

Darmi: "Mother ...!"(With a hard tone)The mother rushed her daughter approached.

Darmi: "wasn't I have repeatedly told you that every mother should I wake already organize this room to tidy, providing body scrub, warm water, juice drinks and make it for me...?" (expression of anger)

Mother: (with a slow tone) "you were great, son. You can do it all by yourself. "

Darmi: "mom do you know, I'm busy,"The mother just stroking the chest. His heart was restless. The flurry of beautifying themselves, just that's what always made her Slacker it.The Sun begins to emit light. The mother begins to get ready to head into the fields to work, he did not forget to invite darmi to help him on the field.

Mother: Darmi [...]Let's Help the mother work in the rice fields (while knocking on the door of room darmi)Darmi: not bu. .., then reply my skin dirty nails and how?

Mother: what are you not pity the same mother son? (with a tone of pity)Darmi: I again grooming bu. .(busy cosmetic face)Finally the mother go kesawah alone. After the mother returned from the rice fields. Darmi directly approaching him

Mother: mom home. .(with tone tired)

Darmi: wages are where? (while searching for his mother's wages in clothing money, his mother, and found the money in his hand)

Nahh he Darmi:..(with a happy face while pointing to the money)

Mother: "Don't, Kiddo! The money to buy rice, "said the mother.

Darmi: Powder up my depleted bu, must buy new ones

Mom: you were so children usually just ask wrote, but never willing to work (with irritated)Despite the upset, the mother continued to give money to a Darmi. The next day, when his mother got home from work, the more money demanded Darmi wages earned her mother to buy her another tool. Circumstances that happen every day.One day, her mother try to persuade his son to start changing bad habits.

Darmi: Mom, where his money?

mother: son.. You try to help your mother in the rice fields.

Page 5: Legenda Batu Menangis

Darmi: what the heck is bu?

Mom: Mom's already old, if the mother was called by God the Mother not worry anymore you can manage yourself. We were poor, we need to keep working to be able to eat. (in living room)

Darmi:(busy melentik's claws) who got so poor. Anyway I've never asked you so my mom. . (snapped the girl)Mom was sad to hear the speech cast from his own son's mouth

Mom: Well, My Son. Mom only begging you not to confine themselves at home. Get to know your neighbourhood to quiet mother if God called. (patiently)Today was the day. Finally the children are willing to obey the will of the mother. He does not mind to anywhere with the mother. . But his son was proposed a requirement that the mother is not allowed to acknowledge that she is his mother in public. As a mother for hearts sliced heard it. However, the ibupun agreed to do so.Until, one day, the girl's mother brought the child down to the village to shop in the market that is located far from their residence. Child girl goes pitch by wearing good clothes and preen in the way so that people who see it will admire her beauty.When they entered the village, village people staring at them. They are so fascinated to see the beauty of the girl's child, especially the youth of the village that is not puas-puasnya looked at the girl's face.However when looking at the people walking behind the girl, it contrasts the situation. It makes one wonder.

Youth 1: euu euu, try clay pretty woman, all right? (admiring)

Youth 2: iyaiya right. the woman was like the angels of heaven, beautiful to behold, not able to I hold to stare at its beauty.

Youth 1: Yes, even the woman more beautiful than roses

Youth 2: it feels like I'm interested to know her. .

Youth 1: euu, but behind it was who?

Youth 2: dunno who ya, she be? (while running)

Youth 1: heh heh, you want where?

Youth 2: want to acquaintances.

Youth 1: eh I enter, come join

On the other hand, the women were also discussing their presence

Woman 1: clay ye Murti, not old ladies behind the pretty girl?

Girl 2: Yeah I saw it, sorry

Woman 1: it is very pity, Yes, who is carrying a basket of groceries in the back of that beautiful woman?

Woman 2: is it possible he was ...(while thinking)

Woman 1: ssstt!! Don't think that messes, not to be. guess it's not good!

Woman 2: eehm, yeah all right

Page 6: Legenda Batu Menangis

Among those who saw it, a young man approached and asked the girl

Youth 1: hay are beautiful, who runs dibelakangmu is it? Whether it's your mother? (curious)

Darmi: not, not, He was slave!(with soft tones and then toned)

Youth 2: Hi, sweetie. Sure she's not your mother? (curious)Darmi: not! Ku said he was already a slave! Go there! (Darmi kicking mother)

Woman 1: Jeez, do so (women helping the mother to stand)

Girl 2: Yeah! Appreciate everything people. Even though he's your slave, but she's also human!It would be another the mother heard it. His heart was crying and she was totally helpless hold her hurt. He whispered and entreated the Lord.Finally the mother was praying

Mother: Oh my God, the servant is not strongly resist this humiliation. Children of slaves so teganya treat yourself a servant in such a way. Yes, this rebellious child law Lord! The law he .... (while crying and screaming)Of the powers of God Almighty, that perfidious girl body slowly turned to stone. That change begins from the feet. When that change has reached half the body of the girl's child crying, begging forgiveness to his mother.Darmi: Oh, Mom ... "Mrs..Please forgive me, forgive your disobedience during this time. The mother ...Mother ... forgive my son.. (moaning and crying)

Mom: excuse my mothers son..

Darmi: Mom!The girl child continued to wail and cry appealed to her mother. However, it is too late. The girl's body was finally turned into a stone. Though into stone, but one can see that his eyes are still moved to tears, like he was crying. Therefore, the rock of coming from the girl who got her mother's curse was called "stone of Tears"