Learning Organizing
-
Upload
galuh-pramesti -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Learning Organizing
Summary Learning Organization (LO)
(disusun sebagai tugas mata kuliah Dasar Organisasi Manajemen dan Kepemimpinan)
Oleh:
Galuh Pramesti (142110101180)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2014
LEARNING ORGANIZATION
I. Definisi
Banyak pendapat dari para ahli mengenai learning organization, seperti Peter M.
Senge dan Art Klener, Michael Back, David Schwandt dan lain-lain. Adapaun learning
organization sendiri menurut Peter M. Senge dan Art Klener dijelaskan bahwa :
“Organisasi belajar adalah organisasi yang para anggotanya secara terus
menerus meningkatkan kapasitas kerjanya untuk menciptakan hasil-hasil
yang sungguh-sungguh diinginkan dan pola-pola berpikir yang baru serta
tetap maju secara terarah dan aspirasi bersama diberi ruang yang bebas, dan
para anggota secara terus menerus mempelajari bagaimana cara belajar
kelompok”.
Pengertian tersebut menjelaskan pentingnya pemimpin secara terus menerus
berusaha meningkatkan kapasitas kerja anggota organisasi untuk mencapai tujuan berupa
hasil yang benar-benar diinginkan organisasi atau produk barang/jasa yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk itu pemimpin harus mampu menggerakkan
atau memberdayakan anggota organisasi agar dengan pola pikir baru mampu
mengembangkan kreativitas, gagsan atau ide. Pemberdayaan itu dapat dilakukan melalui
cara kerja kelompok yang harus dipelajari secara terus menerus, agar pelaksaan
pekerjaan semakin efektif dan efisien.
Learning organization atau organisasi pembelajaran didefinisikan sebagai
organisasi yang memiliki kemampuan untuk selalu memperbaiki kinerja secara
berkelanjutan dan siklikal, karena anggota-angotanya memiliki komitmen dan
kompetensi individual yang mampu belajar dan berbagi pengetahuan pada tingkat
superfisial dan subtansial. Organisasi pembelajaran adalah kata kiasan yang
menggambarkan suatu organisasi sebagai sebuah sistem yang terintregasi dan senantiasa
selalu berubah, karena individu-individu anggota organisasi tersebut mengalami proses
belajar, yang dilandasi oleh budaya kerjanya. Proses belajar individual terjadi jika
anggota organisasi mengalami proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru (know
why), yang dilanjutkan dengan meningkatnya kemampuan dan pengalaman untuk
merealisasikan konsep tersebut (know how), sehingga terjadi perubahan atau perbaikan
nilai tambah organisasi. (Tjakraatmadja, 2006)
II. Karakteristik
Parmono (2001) menyatakan bahwa upaya menjadi sebuah organisasi
pembelajaran bukanlah hal yang mustahil. Upaya pembentukan organisasi pembelajaran
ini harus memperhatikan faktor-faktor budaya, strategi, struktur dan lingkungan
organisasi yang bersangkutan. Lebih jauh dikemukakan bahwa ada delapan karakteristik
yang harus dimiliki oleh organisasi agar berhasil menjadi organisasi pembelajaran,
yaitu :
1. Adanya peluang untuk belajar bagi seluruh komponen yang ada dalam organisasi,
bukan hanya secara formal tetapi juga terwujud dalam aktivitas sehari-hari.
2. Adanya perancangan struktur dan budaya organisasi yang menjamin, merangsang,
dan memungkinkan seluruh komponen yang ada dalam organisasi untuk belajar,
menanyakan praktek manajemen yang ada selama ini, bereksperimen, dan
berkontribusi dengan ide-ide baru yang lebih segar.
3. Adanya insentif bagi para manajer yang selalu menggunakan prinsip keterbukaan dan
partisipatif dalam setiap proses pengambilan keputusan.
4. Adanya prinsip penerimaan terhadap kemungkinan timbulnya kesalahan sebagai
bagian dari proses pembelajaran.
5. Adanya kesempatan dan hak yang sama bagi seluruh karyawan tanpa terkecuali untuk
melakukan kegiatan pembelajaran.
6. Adanya keterbukaan sistem manajemen data dan akuntansi yang bisa diakses oleh
para pengguna yang lebih luas namun berkompeten.
7. Semakin kaburnya batas-batas yang ada antar karyawan dan antar departemen
sehingga memungkinkan terciptanya keterbukaan komunikasi dan hubungan
pemasok-pelanggan (supplier-customer relationship) dalam setiap tahapan proses
manajemen.
8. Adanya pemahaman bahwa keputusan pimpinan bukanlah solusi yang lengkap tetapi
lebih sebagai eksperimen yang masuk akal (rational experiment).
Farago dan Skyrme (dalam Munandar, 2003) mengatakan bahwa organisasi
pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berorientasi pada masa depan dan hal-hal yang sifatnya eksternal atau di luar dari diri
organisasi
2. Arus dan pertukaran informasi yang jelas dan bebas
3. Adanya komitmen untuk belajar dan usaha individu untuk mengembangkan diri
4. Memberdayakan dan meningkatkan individu-individu di dalam organisasi
5. Mengembangkan iklim keterbukaan dan rasa saling percaya
6. Belajar dari pengalaman;
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari organisasi
pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu adalah proaktif untuk meningkatkan
keinginan diri, berusaha maju dan terus belajar dengan menciptakan iklim organisasi
yang terbuka dan arus informasi yang jelas. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan
proses yang terus berkesinambungan dengan tetap mengacu pada kondisi internal
organisasi yang pada akhirnya mengacu pada kondisi dan tuntutan eksternal di luar
organisasi.
III. Sistem Model Learning Organizing
Marquardt 1996 (dalam Hadari Nawawi, 2003) menyimpulkan bahwa learning
organization harus menyatukan 5 subsistem yang berbeda yaitu belajar, organisasi,
manusia, pengetahuan, dan teknologi. Karakteristik model organisasi yang terkait secara
sistem disusun atas subsistem yang saling terkait satu sama lain.
Marquardt mengemukakan bahwa subsistem inti dari learning organization adalah
belajar dan dimensi ini meresap keempat dimensi yang lainnya. Masing-masing dimensi
lainnya diperlukan untuk menambah dan memperbesar kualitas dan pengaruh
pembelajaran. Kelima dimensi tersebut saling terkait dan saling melengkapi secara
dinamis. Jika ada dimensi yang lemah atau tidak ada, maka evektifitas subsistem yang
lain akan melemah.
1. Subsistem Pertama : Pembelajaran
Pembelajaran berhubungan dengan kemampuan pemimpin dalam memberikan
motivasi agar semua anggota organisasi melakukan upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan kerjanya. Pembelajaran mencakup tingkat dan jenis
pembelajaran serta tingkat dan jenis ketrampilan yang harus dikuasai sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yang harus diadaptasi. Pembelajran harus dilakukan
oleh individu, kelompok dan organisasi.
Pembelajaran individu diperoleh dari pengalaman pribadi dan lingkungan
sekitarnya yang sedang berubah dan menghasilkan pengetahuan sebagai proses
adaptasi. Pengetahuan yang perlu juga diadaptasi adalah tentang prediksi masa depan
organisasi yang lebih baik. Pengetahuan itu harus harus disebarkan atau ditularkan
pada semua anggota organisasi melalui interaksi antar individu agar terwujud
persepsii dan aspirasi yang sama sehingga mengikat individu-individu tersebut ke
dalam suatu tim pembelajran. Persepsi dan aspirasi itu akan mendorong individu, tim
dan organisasi untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah dikuasai.
Keikutsertaan seluruh anggota organisasi merupakan awal berlangsungnya
organisasi belajar yang mencakup jenis pembelajaran, proses adaptasi, penguasaan
pengetahuan termasuk skill dan aplikasi pengetahuan dan ketrampilan.
2. Subsistem Kedua : Analisis Organisasi
Dalam organisasi belajar terdapat empat komponen yang harus diperhatikan
yaitu visi, budaya, strategi, dan struktur organisasi. Visi merupakan kondisi organisasi
di masa depan yang diharapkan dapat diwujudkan yang menjadi arahan dalam
melaksanakan misi organisasi.
Visi organisasi dikristalisasikan dalam budaya organisasi yang terdiri dari nilai,
norma, keyakinan, adat, kebiasaan organisasi. Oleh karena itu budaya organisasi
berfungsi sebagai pedoman berperilaku bagi anggota organisasidalam bekerja juga
selama melakukan kegiatan pembelajaran yang berlangsung terus menerus.
Visi berfungsi juga sebagai arahan kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan
yang memerlukan pemilihan dan penetapan strategi organisasi yang tepat. Strategi
organisasi pada dasarnya adalah taktik atau cara untuk mencapai tujuan yang
organisasi. Organisasi belajar sangat penting dan tidak pernah berhenti dalam
mengimplementasikan strategi karena akan terus berubah merespon lingkungan
organiasasi yang dinamis.
Dalam kondisi yang dinamis itu di lingkungan organisasi sesuai dengan jenis
atau bidangnya, selalu terdapat sejumlah pekerjaan yang serumpun atau yang terkait
erat satu sama lain sehingga perlu dihimpun dalam satu unit kerja. Hasil dari
pembidangan, pembagian dan usaha menghimpun pekerjaan sejenis, adalah
terbentuknya unit-unit kerja yang secara keseluruhan disebut struktur organisasi.
3. Subsistem Ketiga : Manusia (SDM)
Sub sistem ini merupakan unsur sentral, karena tanpa sub sistem ini seluruh sub
sistem lain dan kegiatan akan lumpuh. Manusia sebagai sumber daya adalah
penggerak organisasi. Sub sistem ini terdiri dari anggota organisasi atau karyawan,
pemimpin organisasi, mitra usaha, masyarakat khususnya konsumen bagi organisasi
yang disebut perusahaan/industri.
Sub sistem manusia adalah SDM di dalam dan di luar organisasi yang harus
diberdayakan melalui organisasi belajar, seperti anggota/karyawan diberdayakan terus
belajar untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kerja, pemimpin
diberdayakan terus belajar mengenai kepemimpinan yang mampu mengefektifkan
organisasi dalam mencapai tujuan, konsumen diberdayakan agar dapat
mengidentifikasi dan diidentifikasi kebutuhan dan keinginannya, pemasok dan
perantara diberdayakan agar dapat memberikan kontribusi terhadap program
organisasi dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, mitra kerja
diberdayakan untuk saling bertoleransi dan saling dukung dalam meraih sukses
melalui peningkatan kompetensi dan pengalaman, masyarakat diberdayakan melalui
lembaga pendidikan sosial dan ekonomi sebagai sumber informasi agar kualitas
informasinya semakin tinggi.
4. Subsistem Keempat : Pengetahuan
Empat kegiatan organisasi belajar yang berkenaan dengan pengetahuan,
mencakup akuisisi berupa kegiatan pengumpulan dan penguasaan data serta informasi
dari sumber dalam atau luar organisasi, kreasi adalah pengetahuan baru yang
diciptakan organisasi melalui kegiatan penyelesaikan masalah yang dihadapi,
penyimpanan adalah menghimpun data dan informasii dari berbagai sumber ke dalam
data base untuk memudahkan pimpinan/anggota mengakses data informasi yang
dibutuhkan, pemanfaatan pengetahuan adalah jaringan data informasi yang diperoleh
dari kegiatan tersebut diatas yang siap digunakan dalam melakukan kegiatan
organisasi belajar bagi anggotanya.
5. Subsistem Kelima : Teknologi
Merupakan sarana pendukung tersedianya akses pertukaran informasi untuk
proses pembelajaran. Subsistem ini terdiri dari proses, sistem dan struktur teknis
untuk kolaborasi, pembinaan, koordinasi dan pengembangan pengetahuan. Disamping
itu juga mencakup perangkat peralatan elektronik dan metode-metode yang efektif
untuk pembelajaran seperti seminar melalui komputer, simulasi dan dukungan
komputer untuk kolaborasi.
IV. Dimensi Learning Organization
Beberapa dimensi perlu ada untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan.
Organisasi seperti ini dinamakan organisasi pembelajar, karena dimensi-dimensi ini akan
memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Dimensi-dimensi
tersebut adalah :
1. Mental model
Respon manusia terhadap situasi yang terjadi di lingkungannya sangat
dipengaruhi oleh asumsi dan kebiasaan yang selama ini berlaku. Di dalam organisasi,
berlaku pula kesimpulan yang diambil mengenai ’how things work’ di dalam
organisasi. Hal ini disebut dengan mental model, yang dapat terjadi tidak hanya pada
level individual tetapi juga kelompok dan organisasi.
Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun,
dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi
dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Dalam organisasi
pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level
individual, kelompok, dan organisasi.
2. System thinking
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerjasama untuk
menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit antara lain ada yang disebut divisi,
direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh
kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergik. Kemampuan
untuk membangun hubungan yang sinergik ini hanya akan dimiliki kalau semua
anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain, dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Seringkali dalam organisasi orang hanya memahami apa yang dia kerjakan dan
tidak memahami dampak dari pekerjaan dia pada unit lainnya. Selain itu seringkali
timbul fanatisme seakan-akan hanya unit dia sendiri yang penting perannya dalam
organisasi dan unit lainnya tidak berperan sama sekali. Fenomena ini disebut dengan
ego-sektoral.
Kerugian akan sangat sering terjadi akibat ketidakmampuan untuk bersinergi
satu dengan lainnya. Pemborosan biaya, tenaga dan waktu. Terlepas dari adanya
perasaan bahwa unit diri sendiri adalah unit yang paling penting, tidak adanya
pemikiran sistemik ini akan membuat anggota perusahaan tidak memahami konteks
keseluruhan dari organisasi. Kini semakin banyak organisasi yang mengandalkan
pada struktur tanpa batas (borderless organization), atau kalaupun masih
menggunakan struktur organisasi berbasis fungsi, kini fungsi-fungsi yang terkait
dengan proses yang sama dibuat saling melintas batas fungsi. Organisasi yang
demikian disebut organisasi lintas fungsi atau cross-functional organization.
Organisasi yang demikian ini akan membuat proses pembelajaran lebih cepat karena
masing-masing orang dari fungsi yang berbeda akan berbagi pengetahuan dan
pengalamannya.
3. Shared Vision
Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang
pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi
organsasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain
perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang
pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit
yang ada dalam organisasi.
4. Personal Mastery
Organisasi pembelajar memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang
tinggi agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan
teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan
fisik (tenaga otot) ke paradigma yang berbasis pengetahuan (tenaga otak). Selain itu
kecepatan perubahan tipe pekerjaan, telah menyebabkan banyak pekerjaan yang tidak
diperlukan lagi oleh organisasi karena digantikan oleh tipe pekerjaan baru, atau
digantikan oleh pekerjaan yang menuntut penggunaan teknologi. Bilamana pekerja
tidak mau belajar hal baru, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Selain itu banyak
pekerjaan yang ditambahkan pada satu pekerjaan (job-enlargement), atau job rotation
(mutasi karyawan) agar memudahkan karyawan untuk memahami kegiatan di unit
kerja yang lain demi terwujudnya sinergi. Oleh karena itu karyawan harus belajar hal-
hal baru.
Untuk memenuhi persyaratan perubahan dunia kerja ini semua pekerja di
sebuah organisasi harus memiliki kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan
kompetensi dirinya dengan terus belajar. Kompetensi dirinya bukan semata-mata di
bidang pengetahuan, tetapi kemampuan berinteraksi dengan orang lain,
menyelesaikan konflik, dan saling mengapresiasi pekerjaan orang lain. Organisasi
lintas fungsi seperti yang telah dibicarakan di atas akan mempercepat proses
pembelajaran individu di dalam organisasi.
5. Team Learning
Kini makin banyak organisasi berbasis team, karena rancangan organisasi dibuat
dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk
mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan
kemampuan berfikir sistemik seperi yang telah dibicarakan di atas. Namun demikian
tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu
team, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti.
Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan
dan belajar bersama-sama. Oleh karena itu semangat belajar dalam team, cerita sukses
atau gagal suatu team harus disampaikan pada team yang lainnya. Berbagi wawasan
pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas
organisasi dalam menambah modal intelektualnya.
Kelima dimensi organisasi pembelajar ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah
organisasi untuk mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan
kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan di
masa depan.
V. Perbedaan Learning Organizatin dengan Organization Learning
West dan Burnes memberikan penjelasan yang baik mengenai perbedaan antara
pembelajaran organisasi (organizational learning) dan organisasi pembelajaran (learning
organization). Pembelajaran organisasi merupakan konsep yang digunakan untuk
menggambarkan tipe-tipe aktifitas yang terdapat dalam organisasi pada waktu
pembelajaran organisasi mengacu pada keadaan di dalam maupun di luar organisasi
tersebut. Sedangkan organisasi pembelajaran adalah kemampuan organisasi dalam
menciptakan, mengakuisisi, dan mentransfer pengetahuan serta perilaku-perilakunya
dalam menyongsong pengetahuan dan wawasan baru.
Michael J Marquard (1996) berpendapat bahwa learning organization fokus
kepada : Apa, penggambaran sebuah sistem, dasar pokok, dan karakteristik dalam
organisasi. Sedangkan organization learning fokus pada : bagaimana organisasi belajar
terjadi yang meliputi kemampuan, proses serta membangun dan memanfaatkan
knowledge.
Mayoritas para ahli menyatakan bahwa organisasi pembelajar adalah tempat
dimana orang-orang melakukan proses belajar secara individual maupun bersama dalam
rangka meningkatkan diri dan mengembangkan organisasi. Sedangkan pembelajaran
organisasi adalah suatu proses dalam peningkatan kapasitas diri dan organisasi agar
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Para akademisi dan
praktisi di Indonesia menterjemahkan learning organization menjadi beberapa istilah,
yaitu organisasi pembelajaran, organisasi belajar dan organisasi pembelajar. Perbedaan
istilah ini terjadi sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tingkat
penguasaan dari para akademisi dan praktisi tersebut. Pembedaan istilah tersebut akan
sangat tergantung pada pokok pembahasan yang sedang dibicarakan atau dikembangkan.
REFERENSI
Buku :
Nawawi, Hadari. 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Marquardt, Michael J. 1996. Building The Learning Organization. New York: McGrawHill
Tjakraatmadja, hidajat Jann dan Donald Crestofel Lantu. 2006. Knowledge Management
dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung: Sekolah Bisnis dan Manajemen
(SBM) Institut Teknologi Bandung.
Parmono. 2001. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Pt.
Grasindo
Skripsi :
Prima Sari, Fitriza. 2012. Penerapan Learning Organization di PT. XL Axiata Tbk. Depok:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Makalah :
Mumuh Mulyana, Mita Febtyanisa, Min Rohayati. 2010. Organisasi Pembelajaran Dan
Pembelajaran Organisasi, Hasil Review Jurnal On Differences Between Organizational
Learning and Learning Organization Karya Anders Ortenblad. Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.