Leaching
-
Upload
ryuga-hideki -
Category
Documents
-
view
68 -
download
8
description
Transcript of Leaching
F PETUNJUK PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA II
Percobaan :
EXTRAKSI
LEACHING
OLEH :
GIYATMI
TEKNO KIMIA NUKLIR
2013
I. PERCOBAAN EKSTRAKSI
A. TUJUAN
Praktikan diharapkan mampu :
1. Memahami konsep perpindahan masa pada stage seimbang tunggal dan
ganda
2. Menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara
ekstraksi
3. Menghitung besarnya prosen recovery dan overall stage efisiensi pada
operasi pemisahan secara ekstraksi.
B. LANDASAN TEORI
Ekstraksi adalah operasi pemisahan larutan menjadi komponen-komponen
penyusun berdasarkan beda daya larut komponen-komponen tersebut terhadap
pelarut yang ditambahkan (media pemisah). Larutan umpan terdiri dari zat yang
terlarut yang sering disebut dengan solute dan pelarut yang disebut diluen.
Media pemisah adalah cairan yang dapat melarutkan solute tetapi tidak
melarutkan diluen, media pemisah ini disebut solven.
Ekstraksi adalah salah satu cara operasi pemisah yang dapat dijumpai dalam
industri kimia. Pemilihan operasi ekstraksi dapat dilakukan dengan :
1. Larutan terdiri dari komponen-komponen yang kurang volatil
2. Komponen-komponen penyusun larutan mempunyai volatilitas yang hampir
sama
3. Larutan akan terdegradasi (rusak) pada suhu tinggi
4. Larutan hanya sedikit mengandung komponen yang tidak volatil
Proses ekstraksi terdiri atas dua langkah :
1. Pencampuran antara umpan dan solven.
Pada langkah ini terjadi pemindahan masa solute dari fasa diluen ke fasa
solven. Bila langkah ini dilaksanakan pada waktu yang sangat lama maka
kecepatan perpindahan massa solute dari fasa diluen ke fasa solven dan
sebaliknya sama atau kecepatan perpindahan massa netto sama dengan nol.
Keadaan ini disebut keseimbangan
2. Langkah pemisahan antara fasa yang kaya dengan diluen (rafinat) dan fasa
yang kaya akan solven (ekstrak).
Gabungan antara kedua langkah proses tersebut sering dikenal dengan satu
stage seimbang. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 1.
V1, Y1 V2,Y2
1
L0,X0 L1,X1
Gambar 1. Skema aliran arus dalam satu stage seimbang
Kemurnian hasil diperoleh dari satu stage seimbang adalah tertentu,karena
dibatasi kondisi keseimbangan. Oleh karena itu untuk mendapatkan kemurnian
hasil seperti yang dikehendaki, hasil yang keluar dari stage seimbang dikontakkan
lagi dengan stage seimbang yang berikutnya sampai diperoleh kemurnian hasil yang
sesuai, hasil yang keluar dari stage seimbang dikontakkan lagi pada stage seimbang
berikutnya sampai diperoleh kemurnian hasil yang sesuai.
Ada dua cara untuk mengontakkan berulang pada operasi ekstaksi :
1. Arus lawan arah (counter current multiple-contact).
Arus umpan dan arus solven dimasukkan pada kedua ujung stage secara
berlawanan arah. Cara ini sering digunakan dalam industri karena pelarut
yang digunakan relatif sedikit dan konsentrat solut dalam ekstrak cukup
tinggi (Gambar 2).
2. Arus silang (cross current multiple-contact).
Pelarut yang ditambahkan pada setiap stage selalu segar. Cara ini hanya
digunakan untuk ekstraksi dengan tujuan-tujuan khusus, karena diperlukan
jumlah pelarut yang lebih banyak dan konsentrasi solut dalam ekstrak
sangat encer (Gambar 3).
V1, Y1 V2,Y2 V3,Y3 Vn, Yn Vn+1, Yn+1
1 ʃ ʃ
L0,X0 L1,X1 L2,X2 Vn-1,Yn-1 Ln,Xn
Gambar 2. Skema aliran arus lawan arah dalam stage ganda
Vf Yf Vf Yf Vf Yf
1 2 ʃ ʃ
L0,X0 L1,X1 L2,X2 Ln-1Xn-1 LnXn
V1, Y1 V2, Y2 V3, Y3
Gambar 3. Skema aliran arus silang dalam stage ganda
Tempat berlangsungnya proses ekstraksi disebut ekstraktor.
Macam-macam ekstraktor :
1. Mixer settler2. Buffle plate colomn3. Spray colomn4. Perforted plate colomn5. Save plate colomn
Pemilihan jenis ekstraktor yang digunakan tergantung pada jenis bahan yang
diektraksi dan didasarkan atas pertimbangan ekonomi.
Neraca massa total pada satu stage seimbang pada keadaan steady state
L0 + V2 = L1 + V1 = Σ 1 ..............................................(1)
Neraca massa komponen pada satu stage seimbang pada keadaan steady state
L0 X0 + V2 Y2 = L1 X1 + V1 Y1 = Σ 1 Z1 ........................... (2)
Komposisi kedua arus yang meninggalkan stage seimbang dalam keadaan
keseimbangan :
2 n 1
Y1 = f (X1) ....................................................................(3)
Untuk jumlah dan komposisi arus –arus yang masuk ke stage tertentu (diketahui)
maka jumlah dan komposisi arus-arus yang keluar juga tertentu (dihitung).
Penentuan jumlah dan komposisi arus-arus yang keluar dari suatu stage seimbang
secara skematis dapat dinyatakan dalam Gambar 4.
V2
V1
X1
L1
L0
XA, YA : fraksi massa asam asetat YA
XA
Gambar 4. Penentuan jumlah dan komposisi arus-arus yang meninggalkan suatu stage seimbang
titik Σ1(ZA1, ZC1) dapat ditentukan secara grafis dengan menggunakan kaidah
penjumlahan atau dapat ditentukan berdasar neraca komponen solut (A) dan solven
(C). Berdasarkan persamaan neraca massa (1) dan (2) maka nilai ZA1 dan , ZC1 dapat
ditentukan sebagai berikut :
ZA1 = (LA0 XA0 + VA2 YA2)/ Σ1 .........................................(4)
ZC1 = (LC0 XC0 + VC2 YC2/ Σ1 ...........................................(5)
Jumlah dan komposisi arus yang meninggalkan stage dapat ditentukan dengan cara
Titik L1 ((XA1,XC1) dan V1 (YA1, YC1) terletak pada satu garis lurus yang melewati titik
Σ1(ZA1, ZC1) , hal ini bersadarkan persamaan (1) dan (2) serta terletak pada kurva
seimbang (berdasarkan prinsip stage seimbang bahwa arus yang meninggalkan stage
dalam keadaan seimbang). Untuk memenuhi kedua persamaan tersebut maka
penentuan titik L1 ((XA1,XC1) dan V1 (YA1, YC1) dilakukan dengan coba-coba.
Perhitungan untuk stage-stage berikutnya pada operasi stage berulang (multiple-
contact) dilakukan dengan cara yang sama.
Perhitungan stage seimbang (stage teoritis) adalah didasarkan atas anggapan
bahwa komposisi yang meninggalkan arus seimbang dalam kondisi keseimbangan.
Kenyataannya tidak demikian, karena untuk mencapai keadaan keseimbangan
diperlukan waktu kontak yang cukup lama dan bila sudah mendekati keadaan
keseimbangan diperlukan waktu kontak yang cukup lama dan bila sudah mendekati
keadaan keseimbangan kecepatan perpindahan masanya sangat lambat sehingga
tidak menguntungkan bila operasi pemisahan dilakukan pada keadaan ini. Oleh
karena itu jumlah stage sebenarnya (actual stage) yang diperlukan lebih banyak dari
pada stage teoritis.
Perbandingan antara jumlah stage teoritis dan jumlah stage yang sebenarnya
disebut overall stage efficiency (η)
η = jumlah stage teoritis ............................(6) jumlah stage sebenarnya
Jumlah solut yang dapat terambil dalam ekstrak dibandingkan jumlah solut dalam
umpan mula-mula disebut prosen recovery (R). Pada operasi pemisahan secara
ekstraksi diusahakan nilai R yang tinggi.
Pada percobaan ini cara kontak antara arus umpan dan arus solven yang
digunakan adalah cara arus silang. Hal ini dipilih agar komposisi dan jumlah
masing-masing fasa yang keluar dari setiap stage dapat ditentukan.
C. BAHAN DAN ALAT
1. BAHAN
a. Asam asetat
b. Diisopropil eter
c. Air suling
2. ALAT
Rangkaian alat percobaan yang digunakan seperti pada Gambar 5.
Keterangan gambar :
1. 1. Corong pemisah (sebagai mixer
dan
2. settler)
3. 2. Fasa rafinat
3. Fasa ekstrak
D. CARA PERCOBAAN
1. Membuat larutan umpan dengan cara mencampur asam asetat murni dengan
diisopropil eter dengan perbandingan tertentu.
2. Larutan umpan ditambah air suling dengan volume tertentu di dalam corong
pemisah
3. Dikocok selama beberapa menit setelah itu didiamkan sampai terbentuk dua
lapisan yaitulapisan ekstrak dan lapisan rafinat .
4. Lapisan ekstrak dipisahkan, volumenya diukur dengan labu ukur dan kadar
asam asetatnya ditentukan dengan cara dititrasi. Rangkaian langkah ini
merupakan langkah dalam satu tage seimbang.
5. Lapisan rafinat dari stage satu merupakan larutan umpan untuk stage ke dua.
6. Pada stage ke dua larutan umpan ditambah air suling dengan volume tertentu,
di kocok, didiamkan, dan dipisahkan lapisan ekstrak dan rafinatnya.
7. Lapisan ekstrak diukur volumenya dan ditentukan kadar asam asetatnya,
sedangkan lapisan rafinat merupakan larutan umpan untuk stage ketiga.
8. Untuk stage –stage berikutnya dilakukan dengan cara yang sama.
9. Titrasi terhadap fasa ekstrak untuk menentukan jumlah asam asetat dilakukan
dengan cara : diambil 10 ml larutan ekstrak , tambahkan indikator
penolptalin (PP), dan dititrasi dengan larutan standar Na OH. Titrasi
sebaiknya diulangi 3 kali untuk setiap fasa ekstrak yang keluar dari stage
sebelum digunakan larutan standar Na OH harus distandarisasi dahulu
menggunakan asam oksalat.
E. ANALISA DATA
1. Menentukan fraksi berat solut dalam umpan (X AO)
= ρAVA XAO = ................................................(7)
ρF VF
ρA = densitas asam asetat yang digunakan
VA = volume asam asetat yang digunakan
ΡF = densitas larutan umpan
VF = volume umpan
2. Menentukan konsentrasi asam asetat (solut) dalam ekstrak
NA = ........................................(8)
NA = normalitas asam asetat
V = volume larutan ekstrak yang dititrasi
VNaOH = volume NaOH hasil titrasi
NNaOH = normalitas larutan standar NaOH
3. Menentukan jumlah solut yang terektraksi
MAtotal = (V1 NA1 + V2 NA2 + V3 NA3 +..........+ Vn NAn ) BM A asetat ........(9)
Dengan V1, V2, V3........ Vn = volume total ekstrak yang keluar dari setiap stage
4. Menentukan prosen recovery
R = X 100% ................................................(10)
5. Menentukan jumlah stage teoritis secara grafis
Gambarkan titik yang menyatakan komposisi umpan (LO) dan solven (VF), tarik
garis yang menghubungkan kedua titik tersebut. Tentukan titik Σ1 dengan
menggunakan kaidah penjumlahan grafis atau neraca massa komponen solut dan
solven persamaan (4) dan (5). Dengan cara coba-coba , tentukan garis timbang
(tie line) melalui titik Σ1, bila sudah didapatkan maka titik V1 dan L1 dapat
ditentukan, sehingga komposisi dan jumlah arus ekstrak dan rafinat yang keluar
dari stage satu dapat ditentukan. Perhitungan untuk stage selanjutnya dengan
cara yang sama. Perhitungan dihentikan bila Xn sudah mendekati hasil
percobaan. Dengan cara ini maka jumlah stage seimbang (stage teoritis) dan
komposisi rafinat dari stage terakhir dapat ditentukan. Dengan persamaan (6)
nilai effisiensi dapat ditentukan.
II. PERCOBAAN LEACHING
A. TUJUAN:
Memisahkan suatu komponen dari campuran zat padat dengan menggunakan zat cair
tertentu sebagai pelarut.
B. TEORI
Leaching merupakan suatu metode yang tepat untuk memisahkan padatan
campuran yang terkontak dengan pelarut cair. Proses ini dilakukan untuk
mengambil / mendapatkan bagian dari padatan tersebut (lebih berharga dari
padatannya) dengan larutan yang hanya larut pada bagian yang ingin diambil.
Leaching banyak digunakan pada industri metalurgi, yaitu digunakan untuk
memisahkan suatu mineral dari suatu batuan. Leaching dapat dikerjakan secara
batch, semibatch atau secara kontinyu.
Teknik operasi yang biasa digunakan untuk proses leaching adalah spraying
atau aliran liquid dan mencelup zat padat seluruhnya kedalam zat cair, atau dapat
pula digunakan beberapa tingkat tabung, solvent dialirkan dari tabung teratas
kemudian mengalir ke tabung dibawahnya. Hal ini dimaksudkan agar luas
permukaan bidang kontak semakin besar, sehingga akan meningkatkan effisiensi
leaching.
Proses leaching terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Proses perubahan fasa dari solute saat terlarut ke dalam pelarut (padat-cair)
Dari bentuk padat ke dalam bentuk cair
2. Difusi dari solute melalui pelarut dalam padatan, yang keluar melalui pori-pori
padatan
Pelarutnya masuk ke pori-pori karena ada beda konsentrasi dari tinggi menuju
rendah.
3. Perpindahan solute dari larutan/pelarut dalam kontaknya dengan partikel ke
larutan utama.
Zat yang mau di leaching melarut ke seluruh larutan.
Effisiensi leaching adalah perbandingan jumlah solute yang terambil oleh
pelarut dengan jumlah solute dalam solid mula-mula, sehingga dapat ditulis :
Eff Leaching = (jumlah solute dalam solvent) x 100%
(jumlah solute dalam solid awal)
C. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan yang digunakan :
a. Garam
b. Pasir
c. Kertas saring
d. Aquadest
2. Alat-alat yang digunakan :
a. Serangkaian peralatan leaching
b. Alat-alat gelas laboratorium
c. Timbangan
d. Stopwatch
D. CARA KERJA
1. Buat campuran antara pasir dan garam dengan perbandingan tertentu.
Bungkus campuran dengan menggunakan kertas saring. Basahi campuran
tersebut dengan aquadest.
2. Masukkan campuran yang telah dibungkus tersebut ke dalam tabung umpan.
3. Susun rangkaian alat leaching yang akan digunakan.
4. Masukkan aquadest dengan volume tertentu ke dalam labu leher tiga yang
sudah terpasang pada rangkaian alat leaching.
5. Hidupkan pemanas listrik dan aliran air pendingin.
6. Amati setiap umpan mengalir ke dalam labu leher tiga. Catat waktunya.
7. Ukur densitas/titik didih setiap ada penambahan dari tabung umpan