LCA PLASTIK
-
Upload
akbar-de-nayaka -
Category
Documents
-
view
377 -
download
53
description
Transcript of LCA PLASTIK
0
LIFE CYCLE ASSESSMENT
SISTEM DAUR ULANG KEMASAN PLASTIK
Disusun Oleh :Hari Raharjo 11/324500/PMU/07199Heny Akbar M 11/324156/PMU/07181Supomo 11/323512/PMU/07135
MAGISTER TEKNOLOGI PENGEMBANGAN BERKELANJUTANPROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA2012
1
A. Pendahuluan
Plastik merupakan aplikasi dari minyak mentah yang paling cerdas.
plastik adalah bahan rekayasa yang digunakan untuk menggantikan bahan-
bahan tradisional, seperti kayu, kaca dan logam, dalam berbagai bentuk. Salah
satu konsekuensi negatif utama dari 'revolusi plastik' adalah mengenai
pembuangan sampah plastik. Solusi untuk masalah ini harus mencakup
pemanfaatan besar teknik-teknik daur ulang berbagai bahan dan/atau recovery
energi. 'Plastik dapat didaur ulang' adalah moto produsen plastik 'pada awal
1989. Sebuah bagian yang relevan dari program mereka telah realisasikan,
terutama di beberapa negara barat seperti Jerman, Swedia, Denmark (Brandrup
et al 1996.), Meskipun harus lebih dilakukan untuk mendapatkan eksploitasi
yang memadai dari sebagai 'limbah' (Mastellone 1999). Kajian Life Cycle
umumnya dianggap sebagai alat manajemen lingkungan terbaik yang dapat
digunakan untuk tujuan ini (Boustead 1996, Clift et al 2000,. McDougall
et al. 2001), yaitu untuk memahami dan membandingkan bagaimana sistem
daur ulang ini diberikan dapat mengikuti pola “from cradle to grave”
Penelitian Ini terdiri dari analisis LCA- untuk berbagai daur ulang
sampah plastik dari bahan kemasan plastik rumah tangga, dalam kemasan untuk
cairan, yang terbuat dari polyethylene terephthalate (PET) atau polietilen (PE),
yang dominan sekarang. Analisis ini memperhitungkan bahwa setiap pilihan
daur ulang mempengaruhi lingkungan dengan mengkonsumsi sumber daya dan
merilis emisi dan aliran limbah, dan dengan mengganti produk konvensional dari
produksi primer (Heyde dan Kremer 1999)
B. Tujuan dan Lingkup Definisi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasi yang
memungkinkan seseorang untuk mengukur keuntungan nyata dari lingkungan
daur ulang kemasan Plastik dan untuk memanfaatkan informasi dalam
menentukan kriteria, pada saat yang sama dapat sesuai dengan lingkungan dan
ekonomi yang berkelanjutan, untuk pengelolaan limbah kemasan ini.
Fungsi dari sistem yang diteliti adalah untuk mengelola (dan mendaur
2
ulang) kemasan plastik. Diasumsikan bahwa dalam penyelidikan ada
permintaan pasar untuk semua produk daur ulang, dan bahwa bahan asli dan
daur ulang yang sama untuk pasar. Mempertimbangkan Semua kegiatan yang
diperlukan untuk mengelola kemasan plastik dan untuk menghasilkan polimer
daur ulang. Oleh karena itu, tahap pengumpulan, transportasi, pemadatan, dan
pemilahan limbah, serta bahwa daur ulang dan pembuangan limbah PET / PE,
secara individual dianalisis dan diukur dalam hal konsumsi energi dan bahan
serta emisi di lingkungan di tingkat lokal, refional dan global.
Unit proses utama yang termasuk dalam sistem secara keseluruhan yang
diteliti adalah: pengelolaan limbah plastik yang ada di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah.
Gambar 1. Bagian terdepan dari sistem dan pokok utama
3
Kualitas data akan meningkat dengan memperhatikan karakterisasi
khusus dari limbah kemasanpada berbagai tahap, seperti pada pengumpulan,
di stasiun sortasi, di fasilitas pemrosesan kembali, dll. Komposisi aliran
limbah dari stasiun sortasi dan unit pemrosesan kembali dievaluasi
berdasarkan data yang diberikan oleh beberapa perusahaan yang terlibat
dalam studi. Semua informasi yang dikumpulkan merupakan database yang
memungkinkan mengukur energi dan aliran material di pintu masuk dan keluar
dari setiap fase dari sistem daur ulang plastik yang direferensikan.
C. Analisis Inventori
Life-cycle inventory merupakan satu set data dan perhitungan aliran
bahan dan energi yang mengkuantifikasikan input dan output dari daur hidup
suatu produk. Beberapa nilai yang diperhatikan selama proses inventarisasi
merupakan kuantita yang objektif yang didapatkan menggunakan neraca massa
dan neraca energi. Akan tetapi, ada beberapa nilai yang diambil secara lebih
subjektif yaitu berdasar pada pilihan-pilihan dan asumsi-asumsi yang diambil
selama diskusi. Secara konseptual, Life-cycle inventory dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.
Gambar 2. Perhitungan life-cycle inventories untuk material dan energi yang
digunakan, limbah, emisi, dan produk samping sepanjang daur hidup produk.
4
Beberapa tahap yang dilakukan dalam analisis inventori sampah plastik adalah:
1. Tahap penyortiran.
Gambar. 3 menggambarkan diagram alir proses untuk yang pertama dari
suatu industri. Setiap tahap proses penyortiran secara terpisah diperiksa dan
dievaluasi konsumsi energi dan material, emisi udara dan air dan
produksi limbah.
Gambar 3. Diagram alir proses untuk penyortiran
2. Landfilling.
Landfilling adalah unit proses: limbah dari unit-unit daur ulang yang
berbeda membentuk input, bersama dengan beberapa energi untuk
menjalankan proses; output adalah limbah akhir stabil, produk gas dan cair
dari dekomposisi, yang muncul sebagai gas Landfill dan lindi. Dalam kasus
5
tertentu yang diteliti, mayoritas dari limbah terbuat dari sisa polimer.
Akibatnya, gas landfill dan lindi dapat diabaikan karena hanya 1-3%
(Finnveden et al 1995,. Bez et al. 1998) dari kandungan hidrokarbon bisa
diturunkan selama periode waktu yang dianggap dari 100 tahun.
3. Pembakaran dengan recovery energi.
Unit proses ini adalah pilihan alternatif untuk limbah valorisasi dengan
memulihkan energy. Kandungan panas dari aliran limbah yang berbeda
adalah evaluasi sebagai 27 MJ / kg untuk plastik yang dikumpulkan, 24 MJ
/ kg untuk sisa yang berasal dari unit pemilahan atau pengolahan ulang.
beban lingkungan diperkirakan dengan mengasumsikan pembakaran
tunggal dari aliran limbah, dengan efisiensi listrik secara keseluruhan 25%.
4. Tahap Proses daur ulang Plastik
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang
plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%)
dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan
pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan
kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah
plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High
Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik
mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik
membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya.
Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan
penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan terdapat 100.000 ton
sampah plastik perhari di Indonesia. Penumpukan sampah plastik kini telah
menjadi masalah dalam pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan hampir tidak
ada organisme baik di tanah maupun di air yang mampu menguraikannya.
Sehingga pencemaran tanah, air, dan udara tidak dapat terhindarkan lagi. Apalagi
bila dibiarkan menumpuk terus menerus akan menjadi limbah yang menimbulkan
bau tidak sedap. Akibat paling parahnya adalah ancaman banjir dan pemanasan
6
global (meningkatnya suhu permukaan bumi), serta secara tidak langsung dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
D. Penilaian Dampak dari Berbagai Skenario Pengelolaan Limbah Plastik
Tahap penilaian dampak bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi
besarnya dan pentingnya dampak lingkungan yang potensial dari suatu sistem.
Ini mengatur input dan output ke LCI, kategori dampak yang dipilih dan model
input dan output untuk setiap kategori menjadi agregat indikator. Perhatikan
bahwa agregat pendekatan Life Cycle dari waktu ke waktu dan lintas ruang,
yaitu semua input dan output selama siklus hidup keseluruhan termasuk dalam
analisis terlepas dari ketika mereka terjadi dan di mana mereka berada.
Di sisi lain, tahap penilaian dampak lingkungan kurang berkembang
dengan baik dari yang persediaan. dampak kategori metode ini digunakan dalam
analisis ini. Kategori-kategori berikut diasumsikan indikator utama dari dampak
lingkungan yang berkaitan dengan setiap langkah dari siklus hidup sampah
plastik:
• Konsumsi sumber daya alam (gross dan net konsumsi energi,
konsumsi minyak, konsumsi air)
• pencemaran udara (peningkatan efek rumah kaca lebih dari
100 tahun; udara pengasaman; emisi ke udara logam dan
polutan lain)
• pencemaran air (eutrofikasi air; pembuangan logam dan polutan lain kedalam air
• jumlah limbah padat yang dihasilkan (yang ketat terkait dengankebutuhan volume di TPA).
7
Gambar 4. Life Cycle Plastic dan Perkiraan dampak lingkungan
Berdasarkan hasil analisis Inventori, kami membagi pengelolaan limbah
Plastik menjadi tiga skenario :
Skenario I Plastik dikumpulkan dan dibuang ke TPA
Skenario II Plastik dipisahkan dan dibakar menghasilkan energi
Skenario III Plastik dipisahkan, didaur ulang kembali dan dijual
Skenario 1
LanfillHousehold
GangguanEkosistem
Polusi Tanah
Polusi AirTransportation
Vehicle Emision
8
Skenario 2
Skenario 3
Colection
Household
Compaction
Vehicle Emision
n
Transportation
Fuel
Gas CO2
Waste Padat
Panas
Insenerator
Energi
Polusi Tanah
Polusi Udara
DaurUlang
Produk daur ulang
Plastik PE & PET
Vehicle Emision
n
Water & air Polution
Colection
Household
Sorting
Reprocecing
Transportation
Fuel
Water
AncelaryMaterial
Water Polution
9
Perbandingan antara skenario ini dibuat dengan cara penggunaan
kombinasi data yang dikumpulkan, alat LCA untuk memungkinkan
perbandingan konsumsi sumber daya dan pencemaran lingkungan dari skenario
pengelolaan memproduksi produk yang berbeda menggunakan metode
keranjang produk (Ebert et al 1996,. Heyde dan Kremer 1999) diterapkan. Ini
berarti bahwa, untuk masukan tetap, keranjang produk untuk setiap skenario
dibandingkan dipenuhi dengan produk-produk dari metode pemulihan terkait.
Dengan kata lain, ketika suatu produk tidak dapat diproduksi dari salah satu
skenario manajemen (misalnya, TPA tidak memproduksi plastik daur ulang),
harus dihasilkan dari proses tradisional (dalam kasus plastik, proses petrokimia)
dengan mempertimbangkan beban lingkungan terkait.
Skenario I, adalah pilihan yang tidak ramah lingkungan, karena dengan
penumpukan sampah di TPA tidak menghasilkan solusi yang baik tetapi justru
mambawa dampak yang besar terhadap kerusakan lingkungan. Fakta tentang
bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat daripolychlorinated
biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang
sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun. Akan memberikan akibat antara lain:
Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh
hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udaradi dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampumeyuburkan tanah.
Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan
mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
Skenario II, Limbah plastik dibakar dan dimanfaatkan sebagai sumber
energi. Hal ini merupakan pilihan yang lebih baik dibandingkan skenario I,
10
karena dapat mengurangi penumpukan sampah, disamping itu dengan
pembakaran sampah plastik, energi dari proses pembakaran tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Insinerator mengurangi volume sampah
hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti
insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area
pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang
dalam jumlah yang signifikan. Akan tetapi, dengan pembakaran plastik masih
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan dna kesehatan manusi.
Plastik yang dibakar akan menghasilkan zat-zat yang berbahaya bagi
manusia. Pembakaran plastik akan menghasilkan dioksin, furans, karbon
monoksida(CO), Nitrogen oksida(NOx), dan gas-gas lain yang berbahaya
Skenario III, Plastik dipisahkan dan didaur ulang menjadi produk yang
mempunyai nilai jual, hal ini adalah merupakan solusi terbaik yang dapat
dilakukan dalam penanganan sampah plastik, karena disamping ramah
lingkungan, dengan penjualan produk hasil daur ulang plastik akan
mendapatkan keuntungan yang lebih secara ekonomi. Pemanfaatan limbah
plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan
dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan
bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan
pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia,
pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan
pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang
terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian
kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk
pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan
oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik
dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
11
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya.
Gambar 5. Aliran massa rantai daur ulang plastik PE dan PET
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-
barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik
(80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan
pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas
(Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang
populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene
(HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
10 kg Scraps
Collection
Transportation
Sorting
Transportation toPE reprocesing
Transportation toPET reprocesing
PE reprocesing PET reprocesing
Plastik (100 kg)
97 kg
10 kg Scraps87 kg
50 kg37 kg
32 kg R-PE 40 kg R-PET5 kg Scraps
3 kg Scraps
12
E. Kesimpulan
Perbandingan analisis antara tiga skenario menunjukkan bahwa opsi daur
ulang selalu ramah lingkungan. Analisis mengkuantifikasi keuntungan dari daur
ulang plastik dalam kategori dampak yang berbeda lingkungan dan menyoroti
pentingnya pemulihan energi dari sisa olahan.
Analisis didefinisikan dan diverifikasi alat yang cocok di lapangan,
berdasarkan data yang obyektif, untuk membandingkan skenario yang berbeda
koheren politik pengelolaan limbah. Hal ini memungkinkan untuk
mengusulkan perpanjangan alat untuk skema pengumpulan yang berbeda
serta untuk sistem yang berbeda dari daur ulang kemasan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Umberto Arena, Maria Laura Mastellone and Floriana Perugini. Life CycleAssessment of a Plastic Packaging Recycling System. Departmentof Environmental Sciences, II University of Naples, Via Vivaldi, 1-81100 Caserta, Italy
http://olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/36-mengenal-sampah-plastik-dan-penanganannya (diakses tgl 8 Oktober2012)
http://ukmpenalaran.files.wordpress.com/2011/03/pkm-t-2010-plastik-pltu.pdf (diakses tgl 8 Oktober 2012)
http://www.sman2-tsm.sch.id/2010/03/proses-daur-ulang-plastik/ (diaksestgl 28 Desember 2012)