_lbm1GIT

44
1. Apa hubungan sulit mengunyah makanan dan sakit waktu menelan dengan keluhan pasien? 2. Mengapa bisa terjadi halitosis? Bau Mulut (Halitosis) dan Saliva Saliva (air liur) manusia terdiri atas air, elektrolit,mukus, antibakteri dan berbagai macam enzim. Enzim yangterdapat dalam air liur membantu menghancurkan makananmenjadi molekul sebagai bagian dari proses digesti. Tidakh anya berfungsi untuk membantu dalam pengunyahan danpencernaan, saliva juga melindungi gigi dengan membantumencegah karies, mengatur keasaman rongga mulut, danmencegah mikroorganisme berkembang tak terkendali. Produksi saliva diestimasi mendekati 1 liter setiap haridalam keadaan tidak distimulasi dan kecepatan aliran salivaberfluktuasi sebanyak 50% sesuai dengan ritme harian.Saliva tersebut disekresi oleh tiga kelenjar saliva mayoryang berada di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjartersebut yaitu : (1) kelenjar parotid, (2) kelenjarsubmandibular, dan (3) kelanjar sublingual. Di mulut kitajuga terdapat kelenjar saliva kecil (kelenjar saliva minor)yang tersebar di bibir, bagian dalam pipi (mukosa bukal),langit-langit (palatum) yang jumlahnya mencapai 600 padakeadaan normal. Jumlah sekresi dipengaruhi oleh saraf simpatis danparasimpatis dan hal-hal yang merangsang kerja kedua saraf tersebut. Bila dalam keadaan tidak distimulasi secara keselur uhan saliva yang dikeluarkan sebanyak 0,33sampai 0,65 mL/menit. Produksi saliva ini ditingkatkan mencapai 1,7 mL/menit dengan carastimulasi. Tiga jenis stimulasi yang dapat diberikan untukmerangsang pengeluaran saliva adalah stimulasi ektraoral dengan cara (1) stimulasi kimia dengan mencium(membau), (2) stimulasi psikis dengan melihat

description

git

Transcript of _lbm1GIT

1. Apa hubungan sulit mengunyah makanan dan sakit waktu menelan dengan keluhan pasien?1. Mengapa bisa terjadi halitosis? Bau Mulut (Halitosis) dan Saliva Saliva(airliur)manusiaterdiriatasair,elektrolit,mukus, antibakteri dan berbagai macam enzim. Enzim yangterdapatdalam air liurmembantu menghancurkan makananmenjadimolekulsebagaibagiandariprosesdigesti.Tidakhanya berfungsi untuk membantu dalam pengunyahan danpencernaan, saliva juga melindungi gigi dengan membantumencegah karies, mengatur keasaman rongga mulut, danmencegah mikroorganisme berkembang tak terkendali. Produksi saliva diestimasi mendekati 1 liter setiap haridalam keadaan tidak distimulasi dan kecepatan aliran salivaberfluktuasisebanyak50%sesuaidenganritmeharian.Saliva tersebut disekresi oleh tiga kelenjar saliva mayoryang berada di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjartersebut yaitu : (1) kelenjar parotid, (2) kelenjarsubmandibular, dan(3) kelanjarsublingual.Di mulutkitajuga terdapat kelenjar saliva kecil (kelenjar saliva minor)yang tersebar di bibir, bagian dalam pipi (mukosa bukal),langit-langit (palatum) yang jumlahnya mencapai 600 padakeadaan normal.

Jumlah sekresi dipengaruhi oleh saraf simpatis danparasimpatis danhal-hal yangmerangsang kerjakedua saraftersebut.Biladalamkeadaantidakdistimulasisecarakeseluruhan saliva yang dikeluarkan sebanyak 0,33sampai0,65mL/menit.Produksisalivaini ditingkatkanmencapai1,7mL/menitdengancarastimulasi.Tigajenisstimulasiyangdapatdiberikanuntukmerangsang pengeluaran saliva adalah stimulasi ektraoraldengan cara(1)stimulasi kimiadengan mencium(membau), (2) stimulasi psikis dengan melihat danmemikirkanmakananatauprodukmakananlain,(3)danstimulasi mekanik dengan mengunyah benda yang tidak larutseperti parafin (permen karet) dan stimulasigustatoryseperti sukrosa, sodium chloride dan citric acid Produksi salivayangdirangsang dengancara mengunyahakanberbedatergantungdaribanyaknyagerakanmengunyahyangdilakukan

Dari paparan sebelumnya dapat dideduksi bahwa air liur atau saliva memegang peranan penting terhadap terjadinya baumulut. Kondisi yang disepakati sebagai penyebab terjadinyabau mulut adalah berkurangnya air liur di dalam ronggamulut. Jika air liur dalam rongga mulut berkurang, secaraotomatis proses pembersihan dalam mulut pun akan berkurang.Dengan demikian, plak pada permukaan gigi pun akan terusberakumulasi dan bakteri yang terdapat di dalamnya dapatmenyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Berkurangnya saliva ini dalam rongga mulut dapat memiliki dua makna, yaitu; produksi saliva oleh kelenjar liur memang berkurang sehingga aliran saliva ke dalam rongga mulut menjadi berkurang atau dapat juga terjadi kondisi dimana produksi saliva oleh kelenjar saliva tetap normal, tetapi aliran saliva ke dalam rongga mulut berkurang. Kondisi berkurangnya produksi saliva oleh kelenjar saliva sehingga menyebabkan berkurangnya aliran saliva ke dalam ronggamulut biasanya disebabkan oleh faktor penyakit (aplasia,sialolitiasis, dan lain-lain), terapi radiasi pada leherdan kepala, dan usia lanjut. Sedangkan kondisi berkurangnyaaliran saliva ke dalam rongga mulut dapat disebabkan olehpenggunaan obat-obatan tertentu (atropin, belladona,efidrin), pemakaian gigi tiruan lepasan, merokok, danpuasa.Oral Biology,Oral Medicine

Bau mulut merupakan hasil metabolisme kuman rongga mulut dan sisa-sisa makanan, yang berupa gas yang disebut volatile sulfur compound (VSCs). Gas ini terdiri atas zat hidrogen sulfid, metil mercaptan, dimetil disulfid, dan dimetil sulfid. Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau flora normal rongga mulut. Jadi VSCs dalam keadaan normal pasti ada pada rongga mulut semua orang. Namun, dia akan menjadi masalah ketika terjadi peningkatan kadar VSCs di dalam mulut, yakni ketika ada peningkatan aktivitas bakteri anaerob di dalam mulut yang menyebabkan bau dari VSCs ini akan tercium oleh indera penciuman. Peningkatan aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut yaitu saat produksi saliva atau air liur menurun, bisa juga karena adanya karang gigi atau gigi berlubang (karies). a. Fungsi Saliva Beberapa fungsi saliva adalah : Sensasi Rasa Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

Perlindungan Mukosa dan LubrikasiSaliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva.

Kapasitas BufferingBuffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.

Integritas Enamel Gigi Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.

Menjaga Oral Hygiene Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.

Membantu Proses Pencernaan Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim -amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin.

Perbaikan Jaringan Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.

Membantu Proses Bicara Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.

Menjaga Keseimbangan Cairan Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.Aliran sekresi saliva dari masing-masing kelenjar adalah sebagai berikut: sel asinar duktus interkalaris (sel duktus juga ikut menambahkan sekret ion bikarbonat yang memberi sifat basa pada PH saliva) duktus intralobularis duktus interlobularisKelenjarLetakDuktusJenis Sekresi

ParotisAnterior aurikula; subkutan di atas muskulus masseterStensenSerous (sangat encer)

SubmandibulaInferior dari radix linguaWhartonSerous dan sedikit mukus (encer)

SublingualAnterior dar kelenjar submandibula, di bawah lidahrivinusMukus dan sedikit serous (pekat)

Tabel 1: Perbedaan Kelenjar Saliva (Van de Graaf, 2001)

HALITOSIS Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menerangkan adanya bau atau odor yang tidak disukai sewaktu terhembus udara, tanpa melihat apakah substansi odor berasal dari oral ataupun berasal dari non-oral. Rongga mulut mempunyai peranan besar terhadap terjadinya halitosis (85%). Dalam rongga mulut seseorang, terdapat substrat-substrat protein eksogen (sisa makanan) dan protein endogen (deskuamasi epitel mulut, protein saliva dan darah) yang banyak mengandung asam amino yang mengandung sulfur (S). Selain itu juga terdapat mikroorganisme baik gram positif maupun gram negatif, yang banyak terdapat pada sel epitel mulut yang mengalami deskuamasi, pada plak gigi dan pada punggung lidah. Mikroorganisme tersebut terutama gram negatif akan memecah substrat protein menjadi rantai peptida dan menghasilkan asam amino yang mengandung sulfur seperti methionin, cysteine dan cistine. Tempat predileksi proses pembusukan dalam mulut adalah punggung lidah bagian posterior, diastema antar gigi belakang, karies besar, plak gigi, poket dan lesi-lesi jaringan lunak.Bau mulut merupakan akibat dari proses pembusukan oleh bakteri, dimana bakteri oral bekerja pada protein saliva untuk menghasilkan produk-produk compound. Proses pembusukan oleh bakteri dinyatakan sebagai penyebab utama pembentukan halitosis. Perkembangbiakan bakteri anaerob yang hidup normal di dalam rongga mulut secara berlebihan dan partikel makanan yang tersisa didalam rongga mulut menghasikan sulfur yang berbau seperti telur busuk. Mikroorganisme terutama bakteri gram negatif akan memecah substrat protein menjadi rantai peptida dan asam amino yang mengandung sulfur seperti methionin, cysteine dan cystinehttp://www.unmas.ac.id/PDF/Vol5No3_Gabungan.pdf

Sumber : A Color Handbook of Oral Medicine, by Richard C.K. Jordan and Michael A.O. Lewis

1. Apa hubungan keluhan pasien dengan demam?1. Bagaimana nomenclature gigi dan mengapa gigi itu yang terkena?

1. Pada peningkatan vital sign apa hubungannya dengan keluhan pasien? Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam saluran cerna ( mulut ). Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi). Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme). Mikroorganisme (MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Biasanya sekitar 37. 38 0 tidak sampai 40 0.

(Sumber : Buku Ajar Fisiologi Sheerwood)

1. Mengapa keluhan kambuh walau sudah di beri obat albotil dkk?Stres dan Stomatitis Aftosa Rekuren Telah beberapa dekade dilakukan penelitian empiris klinis yang menunjukkan bahwa faktor psikis mempunyai peranan dalam terjadinya penyakit SAR.Genco et.al. (1998) menuliskan stres jalur umum dari terjadinya sejumlah penyakit kronik, salah satu bagian tubuh yang dapat dipengaruhi oleh stres adalah rongga mulut. Beberapa peneliti telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara stresor psikologis dengan pengaruh sistem imun, dimana respon imun tubuh dapat dimodulasi oleh stresor psikologis. Pada kondisi stres, hipotalamus memicu aktivitas sepanjang aksis HPA (hypothalamus-pituitary-adrenal cortex). Aderenal korteks mengeluarkan kortisol yang menghambat komponen dari respon imun. Kortisol ini akan melepaskan glukokortikoid dan katekolamin yang akan menyebabkan penurunan produksi INF- (sitokin tipe 1) dan meningkatkan produksi IL-10 dan IL-4 (sitokin tipe 2) yang akan memicu terjadinya perubahan keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 yang lebih ke arah respon tipe 2. Namun, penelitian terbaru menyatakan bahwa disregulasi dari keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 inilah yang memainkan peranan penting dalam menghubungkan pengaruh stres terhadap sistem imun. Dalam upaya menghasilkan homeostatis akibat stres sering menghasilkan kondisi patologis terhadap tubuh. Stres akibat stresor psikologis dapat mengakibatkan perubahan tingkat molekul pada berbagai sel imunokompeten. Berbagai perubahan tersebut dapat mengakibatkan keadaan patologis pada sel epitel mukosa rongga mulut sehingga sel epitel lebih peka terhadap rangsangan.Menurut penelitian Mcnally, menunjukkan kebanyakan orang yang menderita ulser mempunyai level stres yang meningkat. Sedangkan pasien yang menderita ulser pada waktu stres, maka ulser akan menjadi lebih parah, dan pada beberapa studi telah dilaporkan ada hubungan diantara keduanya. Dengan meningkatnya stresor seiring perkembangan zaman, maka prevalensi SAR yang berhubungan dengan stresor psikologis dapat diduga akan lebih tinggi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter%20II.pdf

1. Bagaimana mekanisme terjadinya ulserasi? diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan. Tahap perkembangan dibagi kepada 4 tahap yaitu: 1. Tahap premonitori, terjadi pada 24 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada waktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul. Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan edema akan mulai berkembang. 2. Tahap pre-ulserasi, terjadi pada 18-72 jam pertama perkembangan lesi SAR. Pada tahap ini, makula dan papula akan berkembang dengan tepi eritematus. Intensitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap pre-ulserasi ini. 3. Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini papula-papula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. 4. Tahap penyembuhan, terjadi pada hari ke - 4 hingga 35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. Penyembuhan luka terjadi dan sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah muncul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter%20II.pdf

Macam-macam ulserUlser minor:Kurang lebih 80% afte tekuren mempunyai ulkus dengan diameter 2-4mm serta bentuknya bulat. Beberapa ulkus dapat timbul bersama sama pada selaput bibir, pipi dan dasar mulut. Ulkus akan menyembuh dalam waktu 3-14 hari tanpa cacat dan dapat timbul kembali tiap 1-4minggu.Ulser mayorBiasanya berdiameter satu hingga beberapa sentimeter. Pada suatu waktu dapat tumbuh hingga 6 ulkus dan mengenai beberapa tempat termasuk lidah dan langit-langit mulut. Ulkus ini sembuh sangat lambat, memakan waktu 3-6 minggu. Kadag-kadang sampai 3 bulan. Oleh karena lambatnya penyembuhan seakan-akan ada ulserasi yang terus menerus. Keadaan ini biasanya mengakibatkan cacat.Ulser herpetiforniesBiasanya mengenai wanita muda. Ulkus mempunyai diameter 1-2mm bergerombol dan jumlahnya banyak (10-100). Beberapa ulkus bergabung membentuk ulserasa yang besar dengan tepi yang tidak beraturan dan merah

Patogenesis Ada beberapa teori yang menyebutkan kaitan SAR dengan mikroba di dalam mulut seperti streptococcus, Heliobacter pilori dan herpes virus, namun hingga kini teori tersebut belum disepakati secara universal.Faktor utama yang dikaitkan dengan SAR adalah faktor genetik, defisiensi hematologi, kelainan imunologis, dan faktor lokal seperti trauma pada mulut dan kebiasaan merokok. Selama 30 tahun terakhir penelitian yang dilakukan menyiratkan adanya hubungan antara SAR dan limfotoksisitas, antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity, defek pada sel limfosit, dan perubahan dalam rasio limfosit CD4 terhadap CD8.Riset yang baru-baru ini dilakukan banyak berpusat pada jaringan sitokin mukosa. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantarai sel secara berlebihan pada pasien SAR, sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa.Selain itu, faktor yang paling banyak didokumentasikan dalam penelitian adalah faktor herediter. Dalam satu penelitian yang melibatkan 1303 anak dari 530 keluarga, didapati adanya kerentanan yang lebih meningkat terhadap SAR pada anak-anak yang orang tuanya adalah penderita SAR. Pasien yang memiliki orang tua penderita SAR beresiko hingga 90 % untuk terkena SAR juga, sedangkan pasien yang orang tuanya tidak pernah terkena SAR hanya beresiko 20 %. Lebih jauh lagi, human leukocyte antigen (HLA) yang spesifik secara genetik ternyata teridentifikasi pada pasien SAR, terutama pada kelompok etnis tertentu. Ada juga penelitian yang mengkaitkan SAR minor dengan faktor genetik yang berkaitan dengan fungsi imun terutama gen yang mengendalikan pelepasan Interleukin (IL)-1B dan IL-6Defisiensi hematologi terutama serum besi, folat, atau vitamin B12juga banyak dikaitkan sebagai faktor etiologis dari pasien SAR. Salah satu penelitian melaporkan keadaan klinis yang membaik hingga 75 % pada pasien SAR saat defisiensi hematologis yang dideritanya terdeteksi dan dilakukan terapi.Faktor lainnya yang dikaitkan dengan SAR diantaranya adalah kecemasan dan stress psikologis yang sering terjadi. Perubahan hormon seperti menstruasi, trauma pada jaringan mukosa seperti sering tergigit secara tidak sengaja, dan alergi makanan juga dilaporkan sebagai faktor resiko terjadinya SAR.

patofisiologiAwalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di rongga mulut.Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan daerah kemerahan.Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi meningkat.

1. Apa yang menyebabkan ulser tersebut tampak hiperemis disertai pendarahan spontan, terdapat pseudomembran?1. Anatomi rongga mulut? ORIS Philtrum: cekungan yang terletak di tengah di bibir atas Labium superior: bibir atas Labium inferior: bibir bawah Rima oris: garis yang terbentuk pada tautan bibir atas dan bibir bawah

CAVUM ORIS Palatum durum (langit-langit keras, terbuat dari tulang) Palatum molle (langit-langit lunak, terbuat dari membran) Uvula (Jawa: intil-intil) Arcus palatofaringius anterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink, bagian depan Arcus palatofaringius posterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink, bagian belakang Tonsila palatine (amandel) Lingua (lidah) Dents (gigi)

DENTS Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra dan inferior sinistra Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8 Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar) Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2 Dents caninus: gigi taring, nomor 3 Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6 Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8

GLANDULA SALIVATORIUS Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar1. Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)2. Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah3. Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)

LINGUA Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah, tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis, diberi nama berdasarkan bertuknya:a. Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuitb. Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamurc. Papilla lingualis filiformis: mempunyai filid. Tonsila lingualis: tonsil dudukhttp://patofisiologipenatalaksanaan.blogspot.com/2010/01/anatomi-sistem-digestivus-digestive.html Anatomi Rongga Mulut

Mulut meluas dari bibir ke sampai isthmus faucium, yaitu perbatasan mulut dengan pharyng. Dibagi menjadi vestibulum oris yaitu bagian di antara bibir dan pipi terluar dengan gusi dan gigi di dalam, cavitas oris propia yaitu bagian di antara arcus alveolares, gusi, dan geligi Vestibulum oris adalah rongga mirip celah yang berhubungan dengan dunia luar melalui rima oris. Vestibulum berhubungan dengan cavitas oris di belakang gigi molar ke tiga pada ke dua sisi ,di atasnya dan di bawahnya vestibulum dibatasi lipatan balik membran mukosa bibir dan pipi pada gusi. Pipi membentuk dinding lateral vestibulum. Cavitas oris propia memiliki atap yang di bentuk oleh palatum durum di depan palatum molle di belakang. Dasar mulut sebagaian besar di bentuk oleh bdua pertiga anterior lidah dan lipatan balik membran mukosa lidah pada gusi di atas mandibula. Pada garis tengah lipat membran mukosa yang disebut frenulum linguae menghubungkan permukaan bawah lidah pada dasar mulut. Di kiri kanan frenulum terdapat papila kecil pada puncaknya di temukan muara duktus glandula submandibularis. Dari papila rabung membran mukosa yang membulat meluas ke belakang dan lateral rabung di timbulkan oleh glandula sublingualis di bawahnya dan disebut plika sublingualis(Anatomi klinik R. Snell) I. Palatum (Langit-langit) Membentuk atap mulut dan lantai kavum nasi Mengandung palatum durum (2/3 anterior) dan palatum mole (1/3 posterior)

A. Palatum Durum Membentuk bagian tulang rawan antara kavum nasi dan kavum oris. Terdiri atas prosesus palatinus osis maksillaris dan pars horisontalis osis palatini. Mengandung foramen insisivum pada bidang median ke arah anterior, dan foramin palatina mayor dan minor ke arah posterior.B. Palatum Mole Merupakan plika fibromuskular yang merentang dari tepi posterior palatum durum. Bergerak ke arah posterior berlawanan dengan didnding faring untuk menutup isthimus orofaringeal (fausial) pada waktu menelan selama berbicara.C. Otot-OtotOtotOrigoInsersioNervusFungsi

Tensor veli palatiniFossa skafoidea; spina sfenoidalis;kartilago tuba auditivaKait tendo yang mengelilingi hamulus pterigoidea untuk insersio pada aponeurosis palatum moleRami mandibullaris N. TrigeminusMengangkat palatum mole

Levator veli palatiniPars petrosa osis temporalis; kartilago tuba auditivaAponeurosis palatum moleN. Vagus via pleksus faringeusMengangkat palatum mole

PalatoglossusAponeurosis palatum moleSisi dorsolateal lidahN. Vagus via pleksus faringeusMengangkat lidah

PalatofaringeusAponeurosis palatum moleKartilago tiroid dan sisi faringN. Vagus via pleksus faringeusMengangkat faring; menutup nasofaring

Muskulus uvulaeSpina nasalis posterior; aponeurosis palatinaMembrana mukosa uvulaN. Vagus via pleksus faringeusMengangkat uvula

II. Lidah (Lingua) Dilekatkan oleh otot-otot os hioid, mandibula, prosesus stiloideus dan faring. Dibagi oleh sulkus terminalis yang berbentuk V menjadi dua bagian: 2/3 anterior dan 1/3 posterior yang berbeda perkembangannya secara struktural dan persarafannya. Memiliki foramen sekum pada apeks dari V yang menandakan tempat asal duktus tiroglossus pada waktu embrio.A. Papilae Lingualis Kecil, penonjolan berbentuk puting susu pada 2/3 anterior dorsum lingua. Termasuk papilae valata, fungiformis dan filiformis.B. Tonsila Lingualis Merupakan kumpulan massa nodular folikel limfoid pada 1/3 posterior dorsum lingua.

C. Inervasi Otot-otot ekstrinsik dan intrinsiknya dipersrafi oleh nervus hipoglossus, kecuali muskulus palatoglossus yang dipersarafi nervus vagus. 2/3 anterior dipersarafi nervus lingualis untuk sensasi umum dan oleh korda timpani oleh sensasi khusus (pengecap). 1/3 posteriornya dan papila valata dipersarafi nervus glossofaringeus untuk sensasi umum dan khusus. Akarnya dekat epiglotis dipersarafi nervus laringeus internus dari nervus vagus untuk sensasi umum dan khusus.D. Arteri Lingualis- Berasal dari arteri karotis eksterna pada level ujung kornu mayor osis hioid pada trigonum karotikumE. Otot-otot Stiloglossus Retraksi dan elevasi lidah Hioglossus Depresi dan retraksi lidah Genioglossus Protrusi dan depresi lidah Palatoglossus Elevasi lidah

III. Geligi-geligi dan Gusi (Gingiva)A. Struktur Gigi-Geligi1. EnamelSubstansi yang paling keras yang membungkus mahkota.2. DentinSubstansi keras yang dipelihara melalui tubuli dentalis yang halus dari barisan odontoblas ruang pulpa sentralis.3. PulpaMengisi ruang sentralis yang dilanjutkan dengan kanalis radiks dan mengandung sejumlah pembuluh darah, saraf, dan limfatik yang memasuki foramen pulpa melalui suatu foramen apikalis pada apeks radiks.B. Bagian-bagian Gigi-Geligi1. Mahkota (Crown)2. Leher (Kolum)3. Akar (Radiks)C. Jenis Gigi-Geligi1. Insisivus2. Kaninus3. Premolar4. MolarD. Persarafan Gigi1. Gigi maksilarisRami anterior, medius dan posterior nervus maksilaris.2. Gigi mandibularisRamus alveolaris inferior nervus mandibularis.E. Persarafan Gingiva1. Permukaan Luara. Gingiva maksilarisnervi alveolaris superior posterior, medius dan anterior nervus infraorbitalis.b. Gingivs mandibularisnervus bukalis dan mentalis.

2. Permukaan Dalama. Gingiva maksilarisnervus palatinus mayor dan nasoplatinus.b. Gingiva mandibularisnervus lingualis.IV. Glandula Salivatoriusa. Glandula submandibularisb. Glandula sublingualisV. Nervus Otonom(Seri Ringkasan Gross Anatomi, Kyun Won Chung, Binarupa Aksara, Jakarta:1993)

Sumber: Sheerwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sel Edisi 6

1. Pemeriksaan menentukan diagnosis? Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk yang oval dengan lesi 1 cm yang jumlahnya sekitar 2-6. Pemeriksaan tambahan diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak kunjung sembuh.8,11,17 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter%20II.pdf

1. DD? Diagnosis diferensial stomatitis ( mayor, minor, herpetiformis ) definisi radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Penyebab kondisi mulut itu sendiri, seperti kebersihan mulut yang buruk, pemasangan gigi palsu, luka pada mulut karena makanan atau minuman yang terlalu panas kondisi tubuh, seperti adanya alergi atau infeksi. kekurangan vitamin C mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek kekurangan vitamin B kekurangan zat besi luka tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur luka karena menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang alergi terhadap suatu makanan (seperti cabai dan nanas) gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi) menurunnya kekebalan tubuh (setelah sakitatau stres yang berkepanjangan) adanya infeksi oleh mikroorganismeMinor Ulserasi dangkal. Sembuh sekitar 3-14 hari tanpa cacat dan dapat timbul kembali tiap satu sampai 4 minggu Penyembuhan tanpa skarMayor Biasanya berdiameter 1 hingga beberapa centimeter Ulkus sembuh sangat lambat Memakan waktu 3-6 minggu kadang-kadang sampai 3 bulan. Keadaan ini biasanya mengakibatkan cacatUlkus herpetifornies Biasanya mengenai wanita muda Ulkus mempunya diameter 1 sampai 2 milimiter, bergerombol dan jumlahnya banyak Gejala rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan penderita sulit untuk menelan makanan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. penatalaksanaanSariawan dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandungantibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini, sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan. Jika sariawan sudah terlanjur parah, dapat digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila disertai dengan demam). Sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Namun, bila sariawan tidak kunjung sembuh, segera periksakan ke dokter, karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.

Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 lesi ulserasi minor. Pada yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal sebanyak 3 atau 4 kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetrasiklin dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulserasi. Bila tidak responsif terhadap tetrasiklin atau kortikosteroid, dapat diberikan dapson dan bila gagal juga maka diberikan talidomid.

STOMATITIS DENTURE (candida albicans)

Kepadatan koloni Candida albicans pada pemakai gigi-tiruan tergantung dari lama dan kebiasaan pemakaian. Bila gigi-tiruan dipakai terus menerus termasuk tidak dilepas pada malam hari maka mukosa akan tertutup sehingga menghalangi pembersihan oleh lidah dan saliva sehingga jumlah Candida albicans akan meningkat dan cenderung mengakibatkan terjadinya denture stomatitis (Ellepola dkk., 2005; Sudiono dkk., 2006)

1. Etiologi sariawan? Stomatitis Aphtous Reccurent/SAR (Sariawan)Definisi Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut sariawan adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah recurrent digunakan karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi, dan biasanya timbul soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut. Penyebab Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada faktor-faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa diantaranya adalah: Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi. Stress Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa menstruasi di mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita memiliki respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri. Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang mengiritasi jaringan lunak Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama makanan.

Trauma Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma. Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung.26 Genetik Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien yang menderita SAR. Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen (HLA), namun beberapa ahli masih menolak hal tersebut. HLA menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke epitelium. Sicrus (1957) berpendapat bahwa bila kedua orangtua menderita SAR maka besar kemungkinan timbul SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR. Gangguan Immunologi Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari SAR, adanya disregulasi imun dapat memegang peranan terjadinya SAR. Salah satu penelitian mungungkapkan bahwa adanya respon imun yang berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui. Menurut Bazrafshani dkk, terdapat pengaruh dari IL-1B dan IL-6 terhadap resiko terjadinya SAR. Menurut Martinez dkk, pada SAR terdapat adanya hubungan dengan pengeluaran IgA, total protein, dan aliran saliva. Sedangkan menurut Albanidou-Farmaki dkk, terdapat karakteristik sel T tipe 1 dan tipe 2 pada penderita SAR. Stres Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini.1 Faktor stres ini akan dibahas dengan lebih rinci pada subbab selanjutnya. Defisiensi Nutrisi Wray (1975) meneliti pada 330 pasien SAR dengan hasil 47 pasien menderita defisiensi nutrisi yaitu terdiri dari 57% defisiensi zat besi, 15% defisiensi asam folat, 13% defisiensi vitamin B12, 21% mengalami defisiensi kombinasi terutama asam folat dan zat besi dan 2% defisiensi ketiganya. Penderita SAR dengan defisiensi zat besi, vitamin B12 dan asam folat diberikan terapi subtitusi vitamin tersebut hasilnya 90% dari pasien tersebut mengalami perbaikan. Faktor nutrisi lain yang berpengaruh pada timbulnya SAR adalah vitamin B1, B2 dan B6. Dari 60 pasien SAR yang diteliti, ditemukan 28,2% mengalami penurunan kadar vitamin-vitamin tersebut. Penurunan vitamin B1 terdapat 8,3%, B2 6,7%, B6 10% dan 33% kombinasi ketiganya. Terapi dengan pemberian vitamin tersebut selama 3 bulan memberikan hasil yang cukup baik, yaitu ulserasi sembuh dan rekuren berkurang. Dilaporkan adanya defisiensi Zink pada penderita SAR, pasien tersebut diterapi dengan 50 mg Zink Sulfat peroral tiga kali sehari selama tiga bulan. Lesi SAR yang persisten sembuh dan tidak pernah kambuh dalam waktu satu tahun. Beberapa peneliti lain juga mengatakan adanya kemungkinan defisiensi Zink pada pasien SAR karena pemberian preparat Zink pada pasien SAR menunjukkan adanya perbaikan, walaupun kadar serum Zink pada pasien SAR pada umumnya normal.28 Hormonal Pada wanita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron. Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.26 Infeksi Bakteri Graykowski dan kawan-kawan pada tahun 1966 pertama kali menemukan adanya hubungan antara bakteri Streptokokus bentuk L dengan lesi SAR dengan 12 penelitian lebih lanjut ditetapkan bahwa Streptokokus sanguis sebagai penyebab SAR. Donatsky dan Dablesteen mendukung pernyataan tersebut dengan melaporkan adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptokokus sanguis 2A pada pasien SAR dibandingkan dengan kontrol. Alergi dan Sensitifitas Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri.29 SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR. Obat-obatan Penggunaan obat nonsteroidal anti-inflamatori (NSAID), beta blockers, agen kemoterapi dan nicorandil telah dinyatakan berkemungkinan menempatkan seseorang pada resiko yang lebih besar untuk terjadinya SAR. Penyakit Sistemik Beberapa kondisi medis yang berbeda dapat dikaitkan dengan kehadiran SAR. Bagi pasien yang sering mengalami kesulitan terus-menerus dengan SAR harus dipertimbangkan adanya penyakit sistemik yang diderita dan perlu dilakukan evaluasi serta pengujian oleh dokter. Beberapa kondisi medis yang dikaitkan dengan keberadaan ulser di rongga mulut adalah penyakit Behcets, penyakit disfungsi neutrofil, penyakit gastrointestinal, HIV-AIDS, dan sindroma Sweets.3 Merokok Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.3,24 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter%20II.pdf

1. Macam bentuk sariawan?1. Penyebab kekambuhan sariawan?1. Penatalaksanaan sariawan? Perawatan SAR sebetulnya dapat sembuh sendiri, karena sifat dari kondisi ini adalah self-limiting.Obat-obatan untuk mengatasi SAR diberikan sesuai dengan tingkat keparahan lesi.Untuk kasus ringan, jenisnya bisa berupa obat salep yang berfungsi sebagai topical coating agent yang melindungi lesi dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas. Selain itu ada juga salep yang berisi anestesi topikal untuk mengurangi rasa perih. Obat topikal adalah obat yang diberikan langsung pada daerah yang terkena (bersifat lokal).Pada kasus yang sedang hingga berat, dapat diberikan salep yang mengandung topikal steroid. Dan pada penderita yang tidak berespon terhadap obat-obatan topikal dapat diberikan obat-obatan sistemik.Penggunaan obat kumur chlorhexidine dapat membantu mempercepat penyembuhan SAR. Namun penggunaan obat ini secara jangka panjang dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kecoklatan.Obat-obatan tersebut didapat dengan resep dokter. Meskipun penyakit ini terbilang ringan, ada baiknya bila ditangani oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut (drg. Sp.PM)

Perawatan Dalam upaya melakukan perawatan terhadap pasien SAR, tahapannya adalah : 1. Edukasi bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang dialami yaitu SAR agar mereka mengetahui dan menyadarinya. 2. Instruksi bertujuan agar dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya SAR. 3. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien dapat mendapatkan kualitas hidup yang menyenangkan. Karena penyebab SAR sulit diketahui maka pengobatannya hanya untuk mengobati keluhannya saja. Perawatan merupakan tindakan simtomatik dengan tujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas penyakit.3 Bagi pasien yang mengalami stomatitis aftosa rekuren mayor, perawatan diberikan dengan pemberian obat untuk penyembuhan ulser dan diinstruksikan cara pencegahan. Bagi pasien yang mengalami SAR akibat trauma pengobatan tidak diindikasikan. 3,6,17 Pasien yang menderita SAR dengan kesakitan yang sedang atau parah, dapat diberikan obat kumur yang mengandung benzokain dan lidokain yang kental untuk menghilangkan rasa sakit jangka pendek yang berlangsung sekitar 10-15 menit. Bagi menghilangkan rasa sakit yang berlangsung sehingga enam jam, dapat diberikan zilactin secara topikal. Zilactin dapat lengket pada ulser dan membentuk membran impermeabel yang melindungi ulser dari trauma dan iritasi lanjut. Dapat juga diberikan ziladent yang juga mengandung benzokain untuk topikal analgesia. Selain itu, dapat juga menggunakan larutan betadyne secara topikal dengan efek yang sama. Dyclone digunakan sebagai obat kumur tetapi hanya sebelum makan dan sebelum tidur. Aphthasol merupakan pasta oral amlexanox yang mirip dengan zilactin yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit dengan membentuk lapisan pelindung pada ulser. 3,6,17 Bagi mempercepat penyembuhan ulser, glukokortikoid, baik secara oral atau topikal adalah andalan terapi. Topikal betametason yang mengandung sirup dan fluocinonide ointment dapat digunakan pada kasus SAR yang ringan. Pemberian prednison secara oral ( sampai 15 mg / hari) pada ksaus SAR yang lebih parah. Hasil terapeutik dalam dilihat dalam satu minggu. 3,6Klorheksidin adalah obat kumur antibakteri yang mempercepatkan penyembuhan ulser dan mengurangi keparahan lesi SAR. Selain itu, tetrasiklin diberikan sesuai dengan efek anti streptokokus, tetrasiklin 250mg dalam 10 cc sirup direkomendasikan sebagai obat kumur, satu kali sehari selama dua minggu. 3,6,17 Levamisol telah dianjurkan sebagai perawatan yang mungkin untuk SAR, namun oleh karena efek samping immunostimulatornya, pemakaian obat ini kurang diindikasikan. 3,6 Pemberian obat-obatan tertentu yang tidak diperbolehkan hanya dapat merusak jaringan normal disekeliling ulser dan bila pemakaiannya berlebihan maka akan mematikan jaringan dan dapat memperluas ulser.8 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter%20II.pdf

1. Penyakit apa selain sariawan yang ada gambaran pseudaomembran pada ulser? diawali gejala prodormal yang digambarkan dengan rasa sakit dan terbakar selama 24-48 jam sebelum terjadi ulser. Ulser ini menyakitkan, berbatas jelas, dangkal, bulat atau oval, tertutup selaput pseudomembran kuning keabu-abuan, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari

ulcer with a yellow pseudomembranous covering and surrounding erythematous halo.http://www.aafp.org/afp/2007/0215/p501.html

1. Etiologi halitosis?

Sumber : Signs and Symptoms Oleh Scott Kahan

Penyebab HalitosisBau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh duafaktoryaitufaktorfisiologis danpatologis.1.Faktorfisiologis terdiri dari :a.Kurangnya aliran ludah selama tidurAir liur sangat penting untuk menjaga kesegaran nafas.Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut.b.MakananBau mulut dapat terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian .c.Minuman atau alkoholAlkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut.d.Kebiasaan merokokMerokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu terjadinya radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008).e.MenstruasiWanita dalammasahaid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis) disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut berkurang sebagai akibat kekacauan endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehinggahalitosissudah pasti akan terjadi2.Faktorpatologis terdiri dari :a.Oral hygiene burukKebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinyahalitosis, misalnya karena sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel.b.PlakPlak adalah suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembangbiak diatas suatu matrik yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.c.KariesKaries gigi adalah suatu penyakit yang merupakan interaksi dari 4faktor yaitu:Host(penjamu),Agent(penyebab),Enviorenment(lingkungan) danTime(waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum.Gigi yang terserang karies (rusak atau berlubang) dapat menjadi salah satu sumber bau mulut. Lubang pada gigi tersebut dapat menjadi penyimpanan makanan yang menjaditempatkuman memperoleh media untukprosesmakanan serta menjaditempatkuman memperoleh media untukprosespembusukan dan berkembangbiak. Bau dari gigi berlubang secara langsung dapat dirasakan sendiri oleh individu yang bersangkutan.Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi : Menjaga kebersihan mulut:Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur malam serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Makanan:Semua karbohidrat dapat menyebabkan kerusakan gigi,tetapiyang paling jahat adalah gula. Gula sederhana termasuk gula meja (sukrosa), gula didalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Fluor:Fluor menyebabkan gigi terutama email tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras yaitu sampai usia 11 tahun. Penambalan:Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Terapi antibakteri:Orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Daerah yang rusak dibuang dan semua lubang di tambal serta lekukan ditambal maka diberikan obat kumur yang kuat (chlorhexidine) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri didalam plak yang tersisa.d.BakteriBakteri adalah penyebab utamaHalitosis. Bakteri ini hidup dan berkembangbiak di dalam mulut dengan memakan sisa protein makanan yang melekat di celah gigi dan gusi.Bakteri dalam ludah bukan karena kuman tersebut ikut diproduksi bersama ludah dalam kelenjar ludah,tetapioleh karena mulut selalu berhubungan dengan udara terbuka maka memudahkan masuknya berbagai kuman dari udara luar tersebut. Kuman di dalam mulut yang terbanyak adalah berada didalam plak. Kuman plak terdapat 100 kali lebih banyak dibanding yang ada dalam ludah.e.GingivitisGingivitis adalah awal penyakit gusi akibat kuman yang berada dalam plak ditandai dengan gusi merah, bengkak dan berdarah. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang menunjukkan adanya tanda-tanda penyakit/kelainan pada gingiva. Gingivitis disebabkan oleh plak dan di percepat dengan adanyafaktor-faktoriritasi lokal dan sistemik4) Rongga hidung dan sinus, baik oleh benda asing yang tertinggal di dalam maupun dari infeksi yang menghasilkan nanah. Jika infeksi dalam sinus, pernanahan dalam sinus bisa berkepanjangan, bau yang dihasilkan sebenarnya dari rongga hidung tapi bisa terkesan dari mulut. Dibutuhkan antibiotika jangka panjang, atau irigasi sinus sampai bersih.f.Tonsil (amandel)Ada 2 tipe bau asal tonsil: @ infeksi tonsil, bau busuk; dikelola dengan antibiotika dan kumur kerongkongan dengan air garam. @ endapan di dalam celah (cekungan kecil) pada permukaan tonsil, serupa pengapuran; baunya tajam. Dikelola dengan kumur kerongkongan dengan air sirih disusul dengan air garam, dengan harapan dapat menyebabkan pengerutan mukosa tonsil dan mendesak endapan itu keluar, yang akan dibasuh air garam. Jika tak berhasil terpaksa harus dilakukan evakuasi (endapan dicungkil keluar dengan sonde). Sering bau dari endapan tonsil ini menjengkelkan karena berkali-kali timbul, sulit dikelola tuntas, dan baunya yang tajam dan khas itu bisa sampai menimbulkan rasa rendah diri. Dalam kondisi begini perlu pertimbangan pengambilan tonsil, terutama jika ada pembengkakan.

g.Esofagus (kerongkongan) dan lambung (maag)Seharusnya antara esophagus dan maag ada klep yang mencegah asam lambung naik, tapi beberapa kasus ada kebocoran misalnya pada kasus hernia, atau fungsi klep terganggu misalnya pada kasus stres yang berkepanjangan atau adanya kelainan esophagus misalnya adanya kantong yang menahan sebagian makanan sebelum masuk lambung. Bau nafas menjadi nyata pada orang yang berpuasa atau beberapa jam tidak makan/minum karena asam lambung yang tidak teralirkan ke dalam usus. Pada kasus begini bau hilang ketika makan dan minum walau dalam porsi kecil saja. Bau petai dan bawang disebabkan karena sebagian hasil metabolismenya disekresi lewat air liur sehingga hanya bisa hilang dengan makan mentimun, yang sama-sama disekresi air liur sehingga bisa membantu menetralkan. Hanya saja mentimun harus segera dimakan (bersamaan) dengan petai dan bawangnya.Kedelai dan produk kedelai (tahu, tempe) hasil metabolismenya juga bisa menimbulkan bau jika orang tidak mempunyai ensim pemecah kedelai, seperti halnya susu dan keju pada mereka yang tidak cukup ensim pemecah susu.h.Bau karena penyakit umum gangguan hati infeksi jalan nafas/paru, terutama pada kasus bronki-ektasis gangguan ginjal diabetes kanker gangguan penyakit lain berbagai jenis penyakit. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan bau mulut antara lain: a) gingivitis ulseratif nekrotisasi akut, b) mukositis ulseratif nekrotisasi akut, c) penyumbatan usus, d) infeksi tenggorokan, e)sinusitis.Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2013/07/bau-mulut-halitosis-dan-cara.html#ixzz2n4FPUrjY Sumber : Pharmacology ReCap 2.0 for Bachelor of Dentistry StudentsOleh Dr. J. G. Buch

1. Cara untuk mengetahui adanya bau mulut pada pasien?1. Penatalaksanaan halitosis? CausePossible Treatment Protocol

Poor oral health careIf the bad breath is of oral origin (improper oral health care), in most cases your dentist will treat the cause of the problem.

Gum diseaseIf the cause of the halitosis is an underlying gum disease, the condition may be treated by your dentist, or you may be referred to an oral specialist -- in most cases, a periodontist. A periodontal cleaning often helps to remove the bacteria and calculus that has accumulated and is causing inflammation at the gumline.

Extensive plaque buildupYour dentist or periodontist may recommend an antimicrobial mouthrinse (a therapeutic mouthrinse). Also, you may be instructed to brush your tongue gently each time you brush your teeth, to remove excess plaque and bacteria.

http://medicalcenter.osu.edu/patientcare/healthcare_services/dental_care/halitosis/Pages/index.aspx

a) Faktor RisikoPada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua, yaitu : Patogenitas jamur Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi Kandida adalah adhesi, perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa, dan produksi enzim ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida ke dinding sel epitel host. Perubahan bentuk dari ragi ke hifa diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Kandida terhadap sel host. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyc proteinase juga sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.

Faktor Host Faktor host dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Termasuk faktor lokal adalah adanya gangguan fungsi kelenjar ludah yang dapat menurunkan jumlah saliva. Saliva penting dalam mencegah timbulnya kandidiasis oral karena efek pembilasan dan antimikrobial protein yang terkandung dalam saliva dapat mencegah pertumbuhan berlebih dari Kandida, itu sebabnya kandidiasis oral dapat terjadi pada kondisi Sjogren syndrome, radioterapi kepala dan leher, dan obat-obatan yang dapat mengurangi sekresi saliva.

Faktor sistemik, yaitu usia, penyakit sistemik seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi, dan pemakaian obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu lama, kortikosteroid, dan kemoterapi