Lbm 4 Tumbang

6
STEP 7 1. Metabolisme Protein Keterangan : a. Penyerapan as.amino & peptide setelah proses pencernaan b. Pengambilan as.amino oleh hati c. Sintesis protein hati & plasma , terutama albumin d. Katabolisme kelebihan as.amino e. Distribusi as.amino ke bagian tubuh lainnya f. Pengambilan oleh sel-sel urat daging , pancreas , & epitel g. Eksresi N as.amino dalam berbagai bentuk

Transcript of Lbm 4 Tumbang

Page 1: Lbm 4 Tumbang

STEP 7

1. Metabolisme Protein

Keterangan :

a. Penyerapan as.amino & peptide setelah proses pencernaan

b. Pengambilan as.amino oleh hati

c. Sintesis protein hati & plasma , terutama albumin

d. Katabolisme kelebihan as.amino

e. Distribusi as.amino ke bagian tubuh lainnya

f. Pengambilan oleh sel-sel urat daging , pancreas , & epitel

g. Eksresi N – as.amino dalam berbagai bentuk

Page 2: Lbm 4 Tumbang

KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)

Boerhan Hidajat, Roedi Irawan, Siti Nurul Hidajati

BATASAN

KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering

disertai dengan kekurangan zat gizi lain.

PATOFISIOLOGI

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang

tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari

beberapa nutrisi lainnya.

Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada

umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi.

Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit

utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang

mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya

kehilangan nutrisi.

Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk

menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat

kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik

(infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein

yang relatif, kalau kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka

terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/”decompensated malnutrition”). Pada kondisi ini penting

peranan radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3

SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi

sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition).

Dengan demikian pada KEP dapat terjadi : gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar

albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa

enzim.

GEJALA KLINIS

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu :

1. Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab dan

membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut dan rontok,

cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di

Page 3: Lbm 4 Tumbang

kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut,

diare dan anemia.

2. Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua,

cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga

gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare.

3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

DIAGNOSIS

1.Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang pernah

diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi vitamin)

2.Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin

3.Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U

(lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar

lengan atas menurut tinggi badan)

4.Analisis diet

Klasifikasi :

1. KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

2. KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

3. KEP berat : 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)

DIAGNOSA BANDING

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor perlu dibedakan

dengan :

- Sindroma nefrotik

- Sirosis hepatis

- Payah jantung kongestif

- Pellagra infantil

PENATALAKSANAAN

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit :

1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

o Penanganan hipoglikemi

o Penanganan hipotermi

o Penanganan dehidrasi

Page 4: Lbm 4 Tumbang

o Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

o Pengobatan infeksi

o Pemberian makanan

o Fasilitasi tumbuh kejar

o Koreksi defisiensi nutrisi mikro

o Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

o Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

2. Pengobatan penyakit penyerta

1. Defisiensi vitamin A

Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum

keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan vit. A dengan dosis :

* umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali

* umur 6 – 12 bulan : 100.000 SI/kali

* umur 0 – 5 bulan : 50.000 SI/kali

Bila ada ulkus dimata diberikan :

Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari

Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari

Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali

2. Dermatosis

Dermatosis ditandai adanya : hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit mengelupas), lesi

ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder, antara lain oleh

Candida.

Tatalaksana :

1. kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10

menit

2. beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)

3. usahakan agar daerah perineum tetap kering

4. umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing

Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik

lain.

Page 5: Lbm 4 Tumbang

4. Diare melanjut

Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan

formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan

penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja

mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-

foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

1. Syok (renjatan)

Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan keduanya

secara klinis saja.

Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan

pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.

Pedoman pemberian cairan :

Berikan larutan Dekstrosa 5% : NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer dengan kadar dekstrosa 5%

sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama.

Evaluasi setelah 1 jam :

Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan) dan status hidrasi

syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya,

kemudian lanjutkan dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10

ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus (F-75/pengganti).

Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam hal ini, berikan cairan

rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara

perlahan-lahan (dalam 3 jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti)

2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila :

Hb < 4 g/dl

Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung

Transfusi darah :

Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

Bila ada tanda gagal jantung, gunakan ’packed red cells’ untuk transfusi dengan jumlah

yang sama.

Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.

Page 6: Lbm 4 Tumbang

Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan

distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl, jangan diulangi

pemberian darah.