Latar Belakang MEA 2015

7
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Percepatan tersebut, mulai dari melakukan pembenahan internal kondisi perekonomian disuatu negara bahkan sampai melakukan kerjasama internasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan kontribusi positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya dan faktor daya modal. Lalu, jika melihat bagaimana Indonesia mengelola kelima faktor tersebut, beberapa faktor masih belum dapat dimaksimalkan. Untuk itu Indonesia dan sembilan negara lainnya membentuk ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 dengan tujuan yang baik. Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas menjadi visi dan komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar)

description

mea

Transcript of Latar Belakang MEA 2015

Page 1: Latar Belakang MEA 2015

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat penting dicapai

karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang

lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan pembangunan ekonomi

suatu negara. Percepatan tersebut, mulai dari melakukan pembenahan internal

kondisi perekonomian disuatu negara bahkan sampai melakukan kerjasama

internasional dalam segala bidang untuk dapat memberikan kontribusi positif

demi percepatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

yaitu faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu

pengetahuan dan teknologi, faktor budaya dan faktor daya modal. Lalu, jika

melihat bagaimana Indonesia mengelola kelima faktor tersebut, beberapa faktor

masih belum dapat dimaksimalkan. Untuk itu Indonesia dan sembilan negara

lainnya membentuk ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015

dengan tujuan yang baik.

Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas menjadi visi dan komitmen bersama

yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi mungkinkah cita-

cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia, Malaysia,

Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan

Myanmar) dalam waktu kurang dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan

laporan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang

terintegrasi dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat ASEAN (ASEAN

Community) ini masih harus menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang

terdapat pada masing-masing negara anggota.

Adanya pasar bebas tersebut membuka kesempatan dan persaingan pada pasar

barang dan jasa, pasar investasi, pasar modal dan pasar tenaga kerja. Dalam hal ini

Indonesia merupakan salah satu negara populasinya terbesar di kawasan ASEAN,

yang mana masyarakatnya heterogen dengan berbagai jenis suku, bahasa dan adat

istiadat dan dilimpahi banyak sumber daya alam yang terhampar dari Sabang

sampai Merauke. Indonesia mempunyai kekuatan ekonomi yang cukup bagus,

Page 2: Latar Belakang MEA 2015

pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia setelah India. Ini akan menjadi modal

yang penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju ASEAN

Economic Community (AEC) tahun 2015.

Implemetasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diberlakukan pada tahun

2015 ini. MEA terwujud dari keinginan negara-negara ASEAN untuk

mewujudkan ASEAN menjadi kawasan perekonomian yang solid dan

diperhitungkan dalam percaturan  perekonomian Internasional. Para Pemimpin

ASEAN telah sepakat untuk mewujudkan MEA pada tahun 2015 dengan 4 pilar,

yaitu (1) pasar tunggal dan basis produksi, (2) kawasan ekonomi berdaya saing

tinggi, (3) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang setara, dan (4) kawasan

yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Dengan adanya MEA, tujuan

yang ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja

terlatih (skilled labour), serta aliran investasi yang lebih  bebas. Dalam

penerapannya MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu perikanan, e-

travel, e-ASEAN, otomotif, logistik, industri berbasis kayu, industri berbasis karet,

furnitur, makanan dan minuman, tekstil, serta kesehatan.

Konsep utama dari ASEAN Economic Community adalah menciptakan ASEAN

sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana teradi free flow

atas  barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif

bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat

mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi negara anggotanya melalui

kerjasama yang saling menguntungkan. Maka, peningkatan pangsa pasar (market

share) menjadi sangat penting dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 2015.

Kesepakatan pelaksanaan MEA ini diikuti oleh 10 negara anggota ASEAN yang

memiliki total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen jumlah penduduknya

ada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan MEA akan menempatkan Indonesia

sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi.

Page 3: Latar Belakang MEA 2015

Bagi Indonesia, pembentukan MEA 2015 akan memberikan  beberapa tantangan

yang tidak hanya bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan

dengan sesama negara ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan

India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak pada harga yang kompetitif pula,

bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industri besar (UB), tetapi juga

sektor UMKM karena kesamaan karakteristik produk. Menyadari peran UMKM

sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup dominan

dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015 mendatang juga

akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM.

Salah satu isu yang mengemuka terkait dengan implementasi MEA adalah

kesiapan sumber daya manusia (SDM). SDM ini tidak hanya mereka yang bekerja

di pemerintahan melainkan juga yang bergelut di dunia usaha, khususnya yang

bekerja di sektor usaha kecil menengah (UKM) dan informal. MEA tidak hanya

membuka arus perdagangan barang atau jasa tetapi juga pasar tenaga kerja

profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para

pencari kerja karena akan tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan

keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi ke luar negeri dalam

rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan kemungkinannya tanpa

ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para

wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang

diinginkan. Sebaliknya, situasi seperti ini juga memunculkan risiko

ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas

Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia,

Singapura, dan Thailand.

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbesar, akan tetapi

pangsa  pasar syariah di Indonesia masih relatif kecil. Industri Keuangan Syariah

di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia dengan

jumlah populasi penduduk sekitar 237 juta jiwa di mana 85% beragama Islam,

Page 4: Latar Belakang MEA 2015

memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat mengembangkan Industri

Keuangan Islam. Ketertarikan dan perhatian masyarakat terhadap industri ini juga

kian membaik. Aset Industri Keuangan Islam di Indonesia terdiri dari 54%

perbankan Islam dan sukuk (36%), sisanya terdiri dari asuransi, multi-finance dan

reksadana syariah.

Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia menyatakan bahwa perbankan

syariah belum siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) karena

kualitas sumber daya manusia (SDM), regulasi, dan infrastruktur. Akibatnya,

bank syariah terkendala dan belum siap menghadapi era MEA yang akan berlaku

tahun 2015.

Kebutuhan adanya SDM yang handal sebagai pondasi berkembangnya ekonomi

syariah dalam lembaga keuangan dan perbankan syariah merupakan tantangan

yang sekaligus mestinya dijadikan sebagai peluang. Sebagaimana dimaklumi

melalui berbagai media dan informasi, Bank Indonesia memprediksi industri

perbankan syariah membutuhkan SDM yang cukup besar. Diperkirakan hingga

tahun 2011 kebutuhan itu mencapai angka 50 ribu sampai 60 ribu orang.

Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM), baik pada aspek kualitas maupun

kuantitas memang sangat menentukan kinerja, produktifitas dan keberhasilan

suatu institusi. Bagi perbankan syariah sebagai institusi bisnis yang berbasis nilai-

nilai dan prinsip-prinsip syariah, kualifikasi dan kualitas SDM jelas lebih dituntut

adanya keterpaduan antara “ knowledge, skill dan ability” (KSA) dengan

komitmen moral dan integritas pribadi. Penekanan pada aspek moralitas, yang

dewasa ini diyakini sebagai “key success factor” dalam pengelolaan bisnis,

lembaga keuangan dan perbankan syariah, yaitu “shiddiq (benar dan jujur),

amanah (terpercaya, kredibel), tabligh (komunikatif) dan fathanah (cerdas)” sama

pentingnya dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan.

Dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana kesiapan Indonesia dalam

menghadapi MEA 2015.