makalah presfektif komunikasi dengan latar belakang budaya berbeda.doc
Latar Belakang Makalah Lakespra
-
Upload
amanda-puspadewi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
6
Transcript of Latar Belakang Makalah Lakespra
Latar belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau yang dipisahkan oleh
samudera dan lautan. Untuk itu perlu adanya suatu sistem transportasi yang dapat
memudahkan dan mengatasi kendala jarak yang jauh yang terpisahkan oleh lautan
sehingga destinasi tujuan dapat ditempuh dalam waktu singkat.
Selain sebagai jalur transportasi, jalur udara juga digunakan sebagai sarana
untuk memantau keamanan negara saat ada keadaan yang membahayakan. Hal ini
sebenarnya telah dirintis sejak dahulu, dimana pada masa penjajahan Belanda ada
beberapa pemuda yang belajar terbang di negeri Belanda diantaranya adalah
Adisutjipto. Sejak itulah teknologi di jalur udara makin dikembangkan hingga saat ini.
Sama halnya dengan jalur darat maupun jalur laut, kecelakaan pada jalur udara
kerap terjadi dan menjadi sorot masyarakat. Berbagai teknologipun dikembangkan
untuk menunjang keselamatan, keamanan dan kenyamanan para penumpangnya, tidak
terkecuali para awak pesawatnya.
Indonesia memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan membuat
tempat-tempat pelatihan bagi para awak pesawat dan tentara-tentara yang ditugaskan
di jalur udara. Salah satu pelatihan penyelamatan diri yang dikembangkan di
Indonesia adalah penggunaan “Ejection Seat” atau dalam bahasa awam kerap dikenal
dengan kursi lontar.
Kursi lontar adalah perlengkapan dalam kokpit pesawat terbang. Umumnya
digunakan dalam pesawat tempur sebagai wahana penyelamat bagi penerbang ketika
pesawat terbang atau pesawat tempur mengalami kerusakan baik teknis atau terkena
tembakan maupun rudal lawan.
Sampai saat ini, penggunaan kursi lontar masih didominasi pada pesawat
tempur. Sedangkan pesawat helikopter, penggunaan masih terbatas yakni pada
pesawat Helikopter Kamov Ka-50 Hokum dengan kursi lontar Zvesda-K-37-800.
Alasan terbatasnya penggunaan kursi lontar dikarenakan bobot kursi lontar yang
umumnya pada kisaran 90 kilogram masih dirasakan cukup berat bagi helikopter.
Selain itu karena baling-baling rotornya yang menyulitkan proses pelepasan kursi
lontar. Serta Autorotasi juga tidak bisa dilaksanakan jika terbang berada pada
ketinggian dibawah 300 meter, sedangkan helikopter umumnya terbang sangat
rendah.
Sedangkan untuk pesawat sipil, masih belum dapat diterapkan selain karena
teknologinya juga keselamatan bagi penggunanya mengingat penggunaan kursi lontar
bila dilakukan tidak tepat dapat membahayakan penggunanya.
Dengan adanya sistem kursi lontar pada pesawat, memperbesar presentase
keselamatan pada awak pesawat tempur. Berdasarkan latar belakang tersebut, kami
akan membahas lebih dalam mengenai pelatihan kursi lontar yang ada di Lakespra
“Sariyanto” Jakarta pada makalah field visit ini.