Latar Belakang GDH Lansia

download Latar Belakang GDH Lansia

of 4

Transcript of Latar Belakang GDH Lansia

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sebagaimana tercantum dalam undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Peningkatan derajat keseahatan ini berdampak peningkatan umur harapan hidup yang di iringi dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia. Peningkatan umur harapan hidup (UHH) dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susunas tahun 2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari total jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 2010 jumlah penduduk lansia sudah menjadi 19 juta jiwa atau sekitar 8,5% jumlah penduduk. Hal ini menunjukan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akanmenjadi 28,8 juta jiwa (Depkes, 2012)Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sepanjang masa, sejak dari janin, bayi, balita, remaja, dewasa hingga masa tua. Proses menua berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Pada akhirnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Proses menua sangat individual dan berbeda perkembangannya pada tiap individu, karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi proses menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit infeksi/degeneratif, higiene sanitasi lingkungan, ekonomi dan dukungan keluarga. Faktor eksternal lain yaitu kemunduran psikologis seperti sindroma lepas jabatan, perasaan sedih dan sendiri, perubahan status sosial sangat mempengaruhi proses menua pada seseorang.Seseorang diakatakan lansia jika usianya telah lebih dari 60 tahun. Lansia dimulai setelah pensiun, biasanya antara 65-75 tahun (Potter & Perry, 2005). Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu usia pertengahan (middle age), usia 45-59 tahun; lansia (elderly), usia 60-74 tahun; lansia tua (old), usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old ), usia diatas 90 tahun (Fatmah, 2010). Sedangkan di Indonesia menurut Pasal 1 UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas.Berbagai penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada 242 orang lanjut usia di Semarang memperlihatkan prevalensi kurang energi kronis (KEK) sebesar 31%, sedangkan penelitian di Jakarta pada 10 Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan dari 222 orang lanjut usia didapatkan berat badan lebih pada 73 orang lansia (32-39%) dan obese pada 14 orang (6,3%). Selanjutnya pada penelitian di Utan Kayu Selatan pada 100 orang lanjut usia didapatkan 19% tergolong defisiensi besi. Penelitian pada 10 orang lanjut usia di salah satu panti werdha memperlihatkan keadaan defisiensi vitamin B6 pada 3 orang lanjut usia (30%), defisiensi vitamin B12 pada 3 orang lanjut usia (30%) dan defisiensi asam folat terdapat pada 90% dari subyek yang diteliti (Depkes, 2012)Peningkatan jumlah penduduk pada lansia ini memiliki dampak yang positif maupun negatif bagi kehidupan lansia. Peningkatan jumlah penduduk lansia mengindikasikan adanya keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan terutama disebabkan meningkatnya angka harapan hidup yang berarti akan meningkatkan jumlah penduduk lansia (Profil penduduk, 2010). Di sisi lain peningkatan jumlah penduduk lanjut usia ini akan memberikan banyak konsekuensi bagi kehidupannya. Konsekuensi tersebut dapat menyangkut masalah kesehatan, ekonomi, serta sosial budaya yang cukup dari pola penyakit sehubungan dengan proses penuaan, seperti penyakit degeneratif, penyakit metabolik dan gangguan psikososial (Darmojo, 2009).Lansia banyak mengalami perubahan seiring bertambahnya usia, baik perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif maupun perubahan status mental. Perubahan struktur dan fungsi tubuh pada lansia terjadi hampir di semua sistem tubuh, seperti sistem sistem saraf, pernapasan, endokrin, kardiovaskular dan kemampuan musculoskeletal. Salah satu perubahan struktur dan fungsi terjadi pada sistem gastrointestinal. Herry (2008) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perubahan pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan penurunan efektifitas utilisasi zat-zat gizi sehingga dapat menyebabkan permasalahan gizi yang khas lansia.Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Darmojo (2009) menjelaskan bahwa lansia di Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan dalam keadaan kurang gizi adalah 3,4%, berat badan kurang 28,3%, berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4 % dan berat badan ideal 42,4%. Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi penyakit pada lanjut usia 55-64 tahun adalah Penyakit Sendi 56,4%, Hipertensi 53,7%, Stroke 20,2, Penyakit Asma 7,3%, Jantung 16,1%, Diabetes 3,7%, Tumor 8,8%. Meningkatnya penyakit degeneratif pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan negara. Prevalensi gizi buruk (IMT