BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/2/BAB I.pdf1.1 Latar...

7
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk lanjut usia, sangat efektif digunakan sebagai sarana dan fasilitas kesehatan bagi lansia untuk memonitor maupun mempertahankan status kesehatan lansia. Oleh karena itu lansia diharapkan mampu berkunjung dan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh posyandu lansia di daerah mereka masing-masing, sehingga lansia mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang memadai untuk kebutuhan kesehatan di masa tuanya (Sunaryo, 2015). Lansia adalah proses perkembangan biologis yang akan dialami oleh semua orang dan terjadi secara alami pada usia >65 tahun. Dalam proses penuaan, lansia mengalami penurunan fungsi organ tubuh dan sangat rentan terhadap penyakit, oleh karena itu sarana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan di masa usia lanjut ini. Indonesia merupakan Negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, Amerika dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 7,78% atau tercatat 18,55 juta jiwa. Dari jumlah lansia di Jawa Tengah sebanyak 10,35%, Jawa Timur sebanyak 11,4% atau sebanyak 4.4 juta jiwa. Jumlah lansia Kota Malang saat ini sekitar 53.800 jiwa atau sekitar 8% dari jumlah penduduk 895,387juta jiwa (Depkes RI, 2013). Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia karena jumlah penduduk yang berusia >65 tahun sekitar 7,18%. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/45744/2/BAB I.pdf1.1 Latar...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu untuk lanjut usia, sangat

efektif digunakan sebagai sarana dan fasilitas kesehatan bagi lansia untuk memonitor

maupun mempertahankan status kesehatan lansia. Oleh karena itu lansia diharapkan

mampu berkunjung dan aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh posyandu lansia di

daerah mereka masing-masing, sehingga lansia mendapatkan pelayanan kesehatan dan

pendidikan kesehatan yang memadai untuk kebutuhan kesehatan di masa tuanya

(Sunaryo, 2015).

Lansia adalah proses perkembangan biologis yang akan dialami oleh semua

orang dan terjadi secara alami pada usia >65 tahun. Dalam proses penuaan, lansia

mengalami penurunan fungsi organ tubuh dan sangat rentan terhadap penyakit, oleh

karena itu sarana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan di masa usia lanjut ini.

Indonesia merupakan Negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China,

Amerika dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012

jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 7,78% atau tercatat 18,55 juta jiwa .

Dari jumlah lansia di Jawa Tengah sebanyak 10,35%, Jawa Timur sebanyak 11,4%

atau sebanyak 4.4 juta jiwa. Jumlah lansia Kota Malang saat ini sekitar 53.800 jiwa

atau sekitar 8% dari jumlah penduduk 895,387juta jiwa (Depkes RI, 2013).

Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut

usia karena jumlah penduduk yang berusia >65 tahun sekitar 7,18%. Peningkatan

jumlah penduduk lansia ini disebabkan oleh tingkat sosial ekonomi masyarakat yang

meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan

2

masyarakat yang meningkat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah

semakin meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk, mengakibatkan jumlah penduduk lansia

terus meningkat dari tahun ke tahun. Angka Harapan Hidup (AHH) pada lansia

tahun 2011 adalah 70,76% per tahun. Untuk perempuan Angka Harapan Hidupnya

lebih tinggi sekitar 73,38% per tahun, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 68,26%

per tahun (Muhith., 2016).

Masalah yang sering di jumpai pada lansia (a series of I’s) adalah imobilisasi

(immobility), instabilitas dan jatuh (instability), inkontenensia (incontinence), gangguan

intelektual ( intellectual impairment), infeksi (infection), gangguan penglihatan dan

pendengaran (impairment of vision and hearing), depresi (isolation), malnutrisi (inanition),

gangguan tidur (insomnia), dan penurunan kekebalan tubuh (immune deficiency). Penyakit

akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat berakibat

buruk jika tidak dipantau secara teratur, karena dengan semakin bertambahnya usia,

fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun

karena penyakit. Dengan demikian, peningkatan jumlah lansia di samping menjadi

salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam

pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak

menutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai

hambatan (Sunaryo, 2015).

Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat

menimbulkan berbagai permasalahan terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan

lansia, sehingga lansia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor

untuk upaya peningkatan drajat kesehatan dan mutu lansia . Salah satu bentuk

3

perhatian terhadap lansia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui

kelompok Posyandu Lansia (Azizah, 2011).

Sebagai upaya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada lansia maka

kegiatan posyandu lansia harus dijalankan dengan baik dengan tujuan memberikan

kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga

kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal, di

Kota Malang sendiri terdapat 15 Puskesmas dan 299 Posyandu yang memberikan

pelayanan kesehatan untuk lansia (Profil Kesehatan Kota Malang., 2014). Untuk itu

seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut. Namun

fenomena yang terjadi di lapangan menunjukan fakta yang berbeda. Posyandu Lansia

ternyata hanya ramai pada awal pendiriannya saja, selanjutnya lansia yang berkunjung

mengikuti kegiatan posyandu semakin berkurang (Muhith, 2016).

Berdasarkan data hasil survey di tempat penelitian diketahui bahwa kunjungan

posyandu lansia di Kota Lama RW 09 Kota Malang dari bulan Januari sampai Mei

2018 mengalami penurunan. Jumlah lansia di Kota Lama sebanyak 3.053, dengan

jumlah laki-laki sebanyak 1.535 dan perempuan 1.518. Lansia yang mengikuti

posyandu pada bulan Januari sebanyak 20 orang, Februari sebanyak 13 orang, Maret

sebanyak 20 orang, April sebanyak 26 orang, dan Mei sebanyak 25 orang. Peneliti

melakukan wawancara pada tanggal 10 April 2018 terhadap 6 lansia yang berada di

Kota Lama RW 09 Kota Malang mengenai alasan mengapa tidak rutin mengikuti

posyandu lansia, 4 orang menjawab tidak rutin ke posyandu karena merasa sehat dan

tidak sakit, dan 2 orang menjawab tidak ke posyandu lansia karena menurut mereka

jika sakit hanya perlu membeli obat di warung dan tidak perlu ke posyandu dan

periksa ke Puskesmas.

4

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “ Identifikasi faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu

lansia di RW 09 Kota Lama Malang’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat di rumuskan “ Identifikasi faktor apa

saja yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di RW 09 Kota Lama

Malang ?’’

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Faktor – Faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke

posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor jarak rumah yang mempengaruhi kunjungan

lansia ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

2. Mengidentifikasi faktor pendidikan yang mempengaruhi kunjungan lansia

ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

3. Mengidentifikasi faktor pengetahuan yang mempengaruhi kunjungan

lansia ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

4. Mengidentifikasi faktor dukungan keluarga yang mempengaruhi

kunjungan lansia ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

5. Mengidentifikasi faktor pelayanan kader yang mempengaruhi kunjungan

lansia ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

5

6. Mengidentifikasi faktor motivasi lansia yang mempengaruhi kunjungan

lansia ke posyandu lansia di RW. 09 Kota Lama Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi peneliti terkait dengan pentingnya kunjungan lansia ke

posyandu lansia dalam upaya untuk memeriksakan kesehatanya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan referensi dalam

melakukan penelitian lebih lanjut dengan menghubungkan beberapa

variable terkait terhadap kunjungan posyandu lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pelaksana Posyandu Lansia

Untuk acuan dalam memberikan pelayanan pada lansia, dan sebagai

bahan dalam memberikan informasi pada lansia sebagai bentuk

terrealisasikanya semua program posyandu lansia pada masyarakat

khususnya pada lansia

2. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan agar lansia

lebih mengerti tentang kesehatan dan hendaknya secara rutin melakukan

kunjungan posyandu lansia sesuai waktu yang telah ditentukan.

6

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian terkait dengan kunjungan lansia keposyandu telah banyak dilakukan

sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan peneliti belum ada

penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya antara lain:

1. Mulyanti, (2015) yang meneliti “Faktor Dominan Lansia Aktif Mengikuti

Kegiatan Posyandu di Dusun Ngentak”. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa : Lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lebih banyak.

Faktor dukungan keluarga, pelayanan kader dan pelayanan petugas kesehatan

memiliki hubungan dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan posyandu di

Dusun Ngentak Argorejo Sedayu Bantul. Pelayanan kader merupakan factor

dominan yang berhubungan dengan keaktifan lansia mengikuti kegiatan

posyandu di Dusun Ngentak Argorejo Sedayu Bantul.

2. Juniardi, (2014) yang meneliti “Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

kunjungan lansia ke posyandu lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan

Sidikalang Kabupaten Dairi”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif. Penelitian ini memberi kesimpulan bahwa: Rendahnya kunjungan

lansia secara utama disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai posyandu

lansia oleh pihak Puskesmas Batang Beruh sebagai pelaksana program

posyandu lansia, sehingga para lansia awam tidak mengerti akan manfaat

posyandu lansia. Hal ini terbukti karena banyak lansia yang tidak mengetahui

manfaat dan keberadaan posyandu lansia. Kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan posyandu lansia di Puskesmas Batang Beruh masih sangat rendah,

salah satu contohnya yaitu sarana dan prasarana yang masih kurang. Program

posyandu lansia tidak berjalan optimal karena belum menjadi program yang

7

utama dilakukan oleh Puskesmas Batang Beruh sehingga berdampak pada

rendahnya kunjungan lansia.

3. Purnawati, (2014) yang meneliti “Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan

Lansia dalam kegiatan posyandu di desa Plumbon kecamatan mojolaban

sukoharjo”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

rancangan cross sectional. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : Faktor yang

mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Plumbon

Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo yaitu umur, pekerjaan, pengetahuan, sikap,

akses ke posyandu, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat. Faktor yang

tidak mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Plumbon,

Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo yaitu : jenis kelamin dan pelayanan kader

petugas kesehatan. Faktor yang paling berbengaruh terhadap kunjungan lansia

dalam kegiatan posyandu di Desa Plumbon yaitu dukungan keluarga.

Sedangkan pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang

“Identifikasi faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di kota

lama RW 09 Malang”