LAPSUS_Q
description
Transcript of LAPSUS_Q
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fibroadenoma Mammae (FAM) merupakan tumor jinak payudara dan
merupakan kasus terbanyak tumor payudara. Benjolan tersebut berasal dari
jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di
payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor
tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat.
Fibroadenoma ini dapat digerakkan dengan mudah (mobile) karena tumor ini
terbentuk kapsul dan sering disebut sebagai ”breast mouse”.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila
ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa adolesens,
fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat
sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan
estrogen meninggi. Fibroadenoma harus di ekstirpasi karena tumor jinak ini akan
terus membesar.
Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk
dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental
jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan
lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada
sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu
sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun.
Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah
besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu
kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga
keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang
didiagnosis sebagai tonjolan tulang. 1,3,5,7,9,10
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi payudara?
2. Apakah definisi fibroadenoma mammae?
3. Bagaimana gambaran klinis fibroadenoma mammae?
4. Bagaimana cara mendiagnosis fibroadenoma mammae?
5. Bagaimana prinsip pengobatan fibroadenoma mammae?
6. Apakah definisi kista ganglion?
7. Bagaimana gambaran klinis kista ganglion?
8. Bagaimana cara mendiagnosis kista ganglion?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui anatomi payudara
2. Mengetahui definisi fibroadenoma mammae
3. Mengetahui gambaran klinis fibroadenoma mammae
4. Mengetahui cara mendiagnosis fibroadenoma mammae
5. Mengetahui prinsip pengobatan fibroadenoma mammae
6. Mengetahui definisi kista ganglion
7. Mengetahui gambaran klinis kista ganglion
8. Mengetahui cara mendiagnosis kista ganglion
1.4. Manfaat
Teoritis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan
landasan teori mengenai fibroadenoma mammae dan kista ganglion.
Praktis
Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah bagi para
dokter pelayanan primer sebagai dasar penanggulangan tumor sedini mungkin
2
BAB II
STATUS PENDERITA
2.1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. N
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Udan awu Blitar
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal MRS : 03-09-2012
No DMK : 520931
2.2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan
2. Keluhan Penyerta : Benjolan pada pergelangan tangan kanan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien merasakan ada benjolan pada payudara kanan, benjolan
dirasakan sejak 1 mingguang lalu, warna benjolan sama dengan
kulit sekitar, tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan. Keluhan
tidak disertai demam, batuk, sesak, sakit kepala, rasa penuh di ulu
hati. Pasien haid pertama pada usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur.
Saat ini pasien waktunya menstruasi.
- Pasien juga merasakan ada benjolan dipergelangan tangan kanan
sejak ± 2 bulan yang lalu, benjolan dirasakan makin hari makin
membesar, benjolan tidak nyeri bila ditekan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat tumor : + 2 bulan yang lalu
- Riwayat hipertensi : Disangkal
- Riwayat sakit ginjal : Disangkal
3
- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
- Riwayat penyakit jantung : Disangkal
- Penyakit paru : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat tumor : Disangkal
- Riwayat kanker : Disangkal
- Hipertensi : Disangkal
- Penyakit jantung : Disangkal
- Penyakit paru : Disangkal
- DM : Disangkal
- Alergi obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : Disangkal
- Minum jamu : Disangkal
- Minum kopi : Disangkal
- Minum alkohol : Disangkal
- Olah raga : Jarang
B. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : warna kulit sawo matang, pucat (-), kulit gatal (-), kulit kering
dan mengelupas (-) di kedua kaki.
2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada
kepala (-), benjolan/borok di kepala (-).
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-).
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-).
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).
8. Pernafasan : sesak nafas (-) batuk (-) riak (-) darah (-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).
10. Regio mammae dextra : benjolan (+), nyeri (-)
4
11. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-),
nyeri perut (-).
12. Genitourinaria : BAK lancar.
13. Neurologik : kejang (-).
14. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-).
15. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan kaki (-), nyeri otot (-).
16. Ektremitas atas regio wrist dextra : Benjolan (+), nyeri (-)
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 90 x / menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
RR : 22 x / menit
Suhu : 36oC
3. Kulit
Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider
nevi (-).
4. Kepala
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),
makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah (-).
5. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
7. Mulut
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).
9. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
5
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
11. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),
spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi :
Auskultasi : suara dasar vesikuler menurun
Ronki: Wheezing:
- -
- -
- -
- -
- -
- -
12. Mammae
Inspeksi : payudara simetris (+), retraksi putting susu (-), edema (-),
ulserasi (-), kulit hiperemi (-), punctat (-).
Palpasi : Regio mammae dextra kuadran medial atas teraba benjolan,
diameter ± 2 cm, bentuk bulat, permukaan rata, batas tegas, mobile
(+), konsistensinya kenyal lunak, nyeri tekan (-).
13. Abdomen
6
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Inspeksi : Flat
Palpasi : Soefl (+), Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, Meteriosmus (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
14. Ektremitas
Regio wrist dextra : Benjolan (+), warna sama dengan kulit sekitar,
diameter ± 2cm, bentuk bulat, konsistensi padat, permukaan rata,
batas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).
palmar eritema (-/-)
akral hangat Oedem
+ +
+ +
- -
- -
15. Sistem genetalia: dalam batas normal.
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap : 03-09-2012
- Hb : 14,5 g/dL (P : 11,5-16)
- Hematokrit : 43,7 % (P : 35-47 %)
- Hitung Eritrosit : 5,33 juta/cmm (P : 3,0-6,0 jt/cmm)
- Hitung Leukosit : 9.300 sel/cmm (4.000-11.000)
- LED : 12 mm/1 jam ( 0 – 20/ jam)
- HitungTrombosit : 180.000 sel/cmm (150.000-450.000)
Thorax Photo
7
- Hasil Photo Thorax Normal
2.5. Resume
Nn. N, 23 tahun. Merasakan ada benjolan pada payudara kanan, benjolan
dirasakan sejak 1 mingguang lalu, warna benjolan sama dengan kulit sekitar, tidak
terasa nyeri dan mudah digerakkan.Nn. N haid pertama pada usia 13 tahun, siklus
28 hari, teratur. Saat ini pasien waktunya menstruasi.
Pasien juga merasakan ada benjolan dipergelangan tangan kanan sejak ± 2
bulan yang lalu, benjolan dirasakan makin hari makin membesar, benjolan tidak
nyeri bila ditekan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan: Tensi 100/70 mmHg, Nadi 90x/menit,
RR 22x/menit dan suhu ax. 36oC. Pada regio mammae dextra didapatkan Inspeksi:
payudara simetris (+), retraksi putting susu (-), edema (-), ulserasi (-), kulit hiperemi (-).
Palpasi : Regio mammae dextra kuadran medial atas teraba benjolan, diameter ± 2 cm,
bentuk bulat, permukaan rata, batas tegas, mobile (+), konsistensinya kenyal lunak,
nyeri tekan (-), punctat (-). Pada ektremitas atas regio wrist dextra didapatkan
Benjolan (+), diameter ± 2cm, warna sama dengan kulit sekitar, bentuk bulat,
konsistensi padat, permukaan rata, berbatas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).
Sedangkan pada pemeriksaan penunjang foto rontgen thoraks dan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap hasil dalam batas normal.
2.6. WORKING DIAGNOSIS
1) Tumor mammae suspect fibroadenoma mammae
2) Kista ganglion
2.7 DIFFERENTIAL DIAGNOSA
8
Diferential diagnose Fibroadenoma Mammae
Kistosarcoma Piloides
Fibrokistik/Displasia Payudara
Kista Mammae
Diferential diagnose Kista ganglion
Lipoma
Ateroma/kista sebasea
2.8. PENATALAKSANAAN
Planning Terapi
1. Non Medika mentosa
– Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang diderita
– Bet rest
2. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr
- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg
- Inj. Novaldo 3 x 1 amp
3. Operatif
- Extirpasi
Planning Diagnostik
- FNAB
9
FOLLOW UP
03-09-2012 04-09-2012 05-09-2012S - Benjolan pada payudara kanan
- Benjolan pada pergelangan tangan kanan
Nyeri bekas jahitan (+) Keluhan -
O KU: cukupKesadaran : CM, GCS : 4 5 6TD : 100/70 mmHgN : 90 x/menitRR : 22 x / menitS :36 oCStatus lokalis :
R/ mammae dextra :Teraba benjolan (+), diameter ± 2 cm, bentuk bulat, permukaan rata, mobile (+), konsistensinya kenyal lunak, nyeri tekan (-), punctat (-).
R/ Wrist dextra :Benjolan (+), diameter ± 2cm, warna sama dengan kulit sekitar, bentuk bulat, konsistensi padat, permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).
Hasil pemeriksaan Laboratorium : DBN
Hasil pemeriksaan thorax photo : Normal Thorax
KU : cukupKesadaran : CM, GCS 4 5 6 T D: 120/70 mmHgN : 86 x/mntRR : 22x/menitS : 36,5oCStatus lokalis :
R/ mammae dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).
R/ Wrist dextra :Benjolan (-), Nyeri tekan (+).
KU : cukup Kesadaran : CM, GCS 4 5 6
TD : 110/70 mmHgN : 82x/menitRR : 20x/menitS : 36 oCStatus lokalis :
R/ mammae dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).
R/ Wrist dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).
A - Fibroadenoma Mammae - Post op Extirpasi - Post op Extirpasi FAM dextra
10
- Kista Ganglion FAM dextra- Post op Extirpasi
Ganglion Carpi dextra
- Post op Extirpasi Ganglion Carpi dextra
P- Pre op Extirpasi - IVFD RL 20 tpm - Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr - Inj. Ranitidin 2 x 1 amp- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg- Inj. Novaldo 3 x 1 amp
-IVFD RL 20 tpm-Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp-Inj. Ondancetron 3 x 8 mg-Inj. Novaldo 3 x 1 amp
- IVFD RL 20 tpm- Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg- Inj. Novaldo 3 x 1 amp
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi Payudara
Gambar 1 Anatomi Mammae
3.1.1 Kelenjar Mammae
Kelenjar mamma merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.
Kelenjar mamma terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,
m.serratus anterior dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea midaxillaris.
Bagian posterior kelenjar mamma merupakan jaringan pengikat longgar (spatium
retromammae) yang memisahkan kelenjar mamma dengan fascia yang menutupi
m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior. 12,14,15
Setiap kelenjar mamma merupakan elevasi dari jaringan glandular dan
adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran
kelenjar mamma bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan
ikat, bukan pada jumlah jaringan glandular semata.
Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri
duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula)
sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan 15-20 mulut (opening)7
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium
(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan. Ligamen
suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai fasia
superfisisalis tepat di bawah kulit.7
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobul kemudian
bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveolisekretori. Sel-sel
alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran
merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi susu.
Selama pertumbuhan, kelenjar mamma dipengaruhi oleh hormone
estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan hormon
mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita yang pubertas,
kelenjar mamma tumbuh membesar dan areola menjadi lebih coklat, membentuk
duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan pria, kelenjar mammaria
sama besar.7
3.1.2 Papilla Mamma
Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi
tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mamma ini berisi
duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus
kelenjar mamma. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.
Papilla mamma dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan berisi
kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan kelenjar
areolaris (Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel
rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla mamma saat
berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk meminyaki selama
proses laktasi.7
3.1.3 Vascularisasi7
Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria
interna (2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior dan (3) cabang dari
arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri
torakoakromial.7
3.1.4 Innervasi7
- Rr. mamma mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)
- Rr. mamma laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)
- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar
3.1.5 Sistem Limfatika7
Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:
a) Nodus lymfatica axillaris
b) Nodus lymfatica cervicalis profunda
c) Nodus lymfatica deltoideopecktorales
d) Nodus lymfatica parasternalis
3.1.6 Fisiologi
Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh bermacam
stimulus, diantaranya stimulus dari estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,
hormon tiroid, kortisol dan growth hormon. Terutama estrogen, progesteron, dan
prolakltin telah dibuktikan memiliki efek tropik yang esensial dalam
perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan duktus, sedangkan progesteron berperan dalam perubahan
perkembangan epitel dan lobular. Prolaktin adalah hormon primer yang
menstimulus laktogenesis pada akhir kehamilan dan pada periode postpartum.
Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan menstimulasi
perkembangan epitel.
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon
yaitu : a). Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah
b). Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang tidak nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. c).
Terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobularis dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. 12,14,15
3.2 Fibroadenoma Mammae
Fibroadinoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas,
padat, berkapsul dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25
tahun, sebagian besar (80%) tunggal. Biasanya neoplasma tampil sebagai massa
payudara mobile, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm.
Tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm dibawah
pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi
oral.
Gambar 2 Fibroadenoma mammae
3.2.1 Insidensi
Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae, fibroadenoma
terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita. Fibroadenoma sering terjadi pada
usia awal reproduktif dan waktu puncaknya adalah antara usia 15 dan 35 tahun.
3.2.2 Etiopatogenesis
Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan
bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi
penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuk
kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga
dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan
karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari
mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.
Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana
struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul
hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari
perkembangan mammae.12
3.2.3 Gambaran Klinis
Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara
ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,
namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).
Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak
menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan
tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting
masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan
sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma
tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari
mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.
3.2.4 Pemeriksaan Fisik Payudara
Pemeriksaan Payudara harus dilakukan secara baik dan halus, tidak boleh
kerasdan kasar, apalagi bila ada dugaan keganasan, karena kemungkinan akan
menyebabkan penyebaran.
Inspeksi
- Pasien duduk di muka pemeriksa dengan posisi sama tinggi dengan
pemeriksa.
- Pertama kali posisi tangan pasien bebas di samping tubuhnya, kemudian
tangan pasien pada posisi di pinggang.
- Perhatikan simetri payudara kiri dan kanan, kelainan puting susu, letak dan
bentuk putingsusu, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-tanda
radang, edem kulit sehingga memberikan gambaran seperti kulit jeruk (peau
d’orange) yang berhubungan dengan adanya kanker payudara.
Palpasi
- Dilakukan pada posisi pasien berbaring dan diusahakan agar payudara
jatuh merata diatas bidang dada, bila perlu bahu atau punggung dapat di ganjal
dengan bantal kecil.
- Palpasi dilakukan dengan jari 2,3, dan 4 pemeriksa dan dilakukan secara
sistematis mulai dari iga 2 sampai ke inferior di iga 6 atau secara sentrifugal
dari tepi ke sentral.
- Periksa puting susu dengan memegang puting susu diantara ibu jari dan
jari telunjuk pemeriksa, perhatikan adakah cairan yang keluar dari puting susu
(nipple discharge).
Bila ditemukan massa pada payudara, perhatikan letaknya, ukurannya,
bentuknya, konsistensinya, adakah nyeri tekan atau tidak, apakah bebas atau
terfiksir baik pada kulitmaupun pada kulit maupun pada dasar dan apakah ada
pembesaran kelenjar getah beningregional.12,14,15
3.2.5 Diagnosis
Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun dianjurkan
juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi
merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan
melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak
rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih
besar (core needle biopsi).
Gambar 3 core needle biopsi
3.2.6 Gambaran Histopatologi
Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti
saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan
bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau
multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak.
3.2.7 Diferensial Diagnosa Fibroadenoma Mammae
1) Kistosarkoma Piloides
Tumor filoides atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor
fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan
komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini
jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai
benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,
meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak
yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).
Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.
o Insiden : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45
tahun.
o Gambaran Klinis : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua
jaringan, jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan
permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih
besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua
payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit
dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes
biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang
cepat.
o Penatalaksanaan : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan
pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara
sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas
infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan
payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.
Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas,
maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel
keganasan yang tersisa.
2) Fibrokistik/Displasia Payudara
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan
ini harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara
adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.
o Insidens : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia
25-50 tahun (>50%).
o Gambaran Klinis : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya
multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri
selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan
hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami
nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen
dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada
payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut
menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya
menghilang setelah wanita memasuki fase menopause. Pembengkakan
payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.
o Diagnosis : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik
biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun
bawah.
o Penatalaksanaan : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila
medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia
pertengahan sampai usia lanjut.
3) Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu
kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada
mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya
bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah
diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
o Insiden : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita
perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga
insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang
menggunakan terapi pengganti hormon.
o Etiopatogenesis : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae
merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama
terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat
bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism
akibat penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista
mammae ini masih belum jelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista
mammae terjadi karena distensi duktus atau involusi lobus. Sewaktu
proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan bergabung
menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya
obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.
o Gambaran Klinis : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista
terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular
mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari
lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran
yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan
bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah
pada kista.
o Diagnosis : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan
klinis dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6
atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning
pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan
tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi juga membantu dalam
penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi
pasien yang simptomatik.
o Penatalaksanaan : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.
Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah
memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba
tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun,
bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi.
Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni
(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan
yang diaspirasi tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini tidak
terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi direkomendasikan.
Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama
adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak
disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik
karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi
dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi
lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi.
3.2.8 Penatalaksanaan
Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh anestesi lokal atau
general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya
berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama,
pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak
diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari
tumor phylloides yang tidak terdiagnosa
3.2.9 Prognosis
Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan
sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisa dari hasil operasi dapat kambuh
kembali.
3.3 Kista Ganglion
Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk
dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental
jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan
lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada
sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu
sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun.
Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah
besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu
kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga
keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang
didiagnosis sebagai tonjolan tulang. 1,3,5,7,9,10
Ganglion timbul pada tempat-tempat berikut ini :
o Pergelangan tangan – punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"),
pada telapak tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari.
Kista ini berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang diperberat
oleh cedera pada pergelangan tangan.
o Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst").
Kista ini berasal dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan
kadang terjadi akibat iritasi pada tendon tendinitis.
o Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak di sebelah
dasar kuku. Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi
terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini biasanya
disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.
Gambar dorsal wrist ganglion
3.3.1 Anatomi
Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai
anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis
sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering pada wrist
joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh wrist
joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah tersebut
memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya mengakibatkan
timbulnya ganglion. Selain itu wrist joint merupakan sendi yang kompleks karena
terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya iritasi atau trauma
jaringan lebih besar.
Jenis sendi diartrodial mempunyai unsur-unsur seperti rongga sendi dan
kapsul sendi. Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat serta sinovial
yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus
tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak terlalu meluas melampaui
permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara
penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk sinovium.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan
sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna.
Jumlah yang ditemukan pada tiap sendi relatif sedikit (1-3 ml). Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan
sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan
sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga sebagai
sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.1,8
3.3.2 Epidemiologi
Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering
ditemukan pada pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi pada berbagai usia
termasuk anak-anak, kurang lebih 15% terjadi pada usia di bawah 21 tahun, 70%
terjadi pada dekade kedua dan keempat kehidupan. Perempuan tiga kali lebih
banyak menderita dibandingkan laki-laki. Tidak ditemukan predileksi antara
tangan kanan dan kiri, dan tampaknya pekerjaan tidak meningkatkan resiko
timbulnya ganglion, namun referensi lain menyebutkan bahwa ganglion banyak
ditemukan pada pesenam dimana terjadi tekanan yang besar pada pergelangan
tangan. 4,5,6
3.3.3 Etiologi
Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan
pembentukan kista hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat.
Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif
yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Kista terbentuk akibat
trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi asam
hialuronik. Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang
terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang melekat untuk
kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus pada akhirnya
akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar. 5,7,9,10
Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya
diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum
yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses
degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui sebelumnya. 5,7,9,10
3.3.4 Patofisiologi
Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya
memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan
musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin dan
glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak lobus
dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat nekrosis
dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi.5
Normal sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci di dalam
sebuah kompartemen kecil. Akibat arthritis, cedera atau tanpa sebab yang jelas,
terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan kental seperti madu, dan jika
terjadi kebocoran kecil maka akan seperti lubang jarum pada pasta gigi – jika
pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil dan pasta di dalamnya kental, maka
akan mengalir keluar dan begitu keluar, tidak dapat masuk kembali. Hal ini
bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan mengisi ruang di luar area
lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan meremas
dan menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang berisi cairan
tersebut, ini dapat menyebabkan benjolan dengan tekanan yang besar sehingga
sekeras tulang.
Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya kental dan
pekat, menyulitkan tubuh untuk me-reabsorbsi jika terjadi kebocoran. Tubuh akan
mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi hanya sanggup menyerap
air yang terkandung di dalamnya sehingga membuatnya lebih kental lagi.
Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk dilihat, cairan tersebut telah
menjadi sekental jelly.
Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari membran
sinovial sendi atau dari selubung suatu tendo. Kemungkinan bahwa kista berasal
dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan kemudian terjadi
strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya, kemudian berdegenerasi dan
terisi oleh materi koloid yang berakumulasi dan membentuk kista.5
3.3.5 Gejala dan Tanda
Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul
dapat berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion
umumnya soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan hampir
semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist, volar
retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling sering
ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar terletak di
belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.5
3.3.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
kadang melalui pemeriksaan radiologis. Dari anamesis bisa didapatkan benjolan
yang tidak bergejala namun kadang ditemukan nyeri serta riwayat penggunaan
lengan yang berlebihan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak yang
tidak nyeri tekan. Melalui transiluminasi diketahui bahwa isi benjolan bukan
merupakan massa padat tapi merupakan cairan. Pada aspirasi diperoleh cairan
dengan viskositas yang tinggi dan jernih. Sering juga ditemukan adanya gangguan
pergerakan dan parestesia dan kelemahan pada pergelangan tangan ataupun
lengan.3
3.3.7 Diagnosis Banding
Ganglion dapat didiagnosis banding dengan benjolan lain yang mungkin
didapatkan di tangan seperti :
Lipoma
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah
kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut
(40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma
merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis
yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit
(superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan,
punggung, atau lengan. Jenis lain adalah yang letaknya lebih dalam dari
kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
o Gejala Klinis : Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan,
dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi
ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga
mencapai lebih dari diameter 6 cm.
o Penyebab : Tidak selalu jika kita mempunyai orang tua atau leluhur yang
mempnyai lipoma ini, maka kita akan mempunyai lipoma juga. Namun
ada suatu sindrom yang disebut hereditary multiple lipomatosis, yaitu
seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma pada tubuhnya.
Kegemukan tidak menyebabkan terjadinya lipoma.
o Penatalaksanaan : Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan
apapun, kecuali berkembang menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan.
Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik.
Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara
menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma yang ada. Namun hasil
luka operasi yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan. Untuk
mendapatkan hasil operasi yang lebih minimal, dapat dilakukan
liposuction. Sekarang ini dikembangkan tehnik dengan menggunakan
gelombang ultrasound untuk menghancurkan lemak yang ada. Yang perlu
diingat adalah jika lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka
masih ada kemungkinan untuk berkembang lagi di kemudian hari.
Kista sebasea/ateroma
Kista Ateroma berasal dari jerawat yang tersumbat muara kelenjarnya dan
berisi kristal kolesterol. Bila Kista Ateroma dibelah, akan ditemui massa putih
dan berbau. Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak,
letaknya dibawah kulit (subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak nyeri.
Penatalaksaan Kista Ateroma adalah dilakukan pembedahan dengan nama
tindakan Ekstirpasi Kista. Ketika pembedahan, kista harus terangkat bersih
beserta kantong/kapsulnya. Jika tidak, kemungkinan terjadi kekambuhan.
3.3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ganglion : membiarkan ganglion tersebut jika tidak
menimbulkan keluhan apapun. Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien
diyakinkan bahwa benjolan tersebut bukanlah kanker atau hal lain yang
memerlukan pengobatan segera. Jika ganglion menimbulkan gejala dan
ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan
yaitu : aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum) dan
pengangkatan kista secara bedah.
Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan
isinya dengan anestesi lokal. Inflamasi berperan dalam produksi dan akumulasi
cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang diinjeksikan ke dalam
kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta mencegah kista tersebut
terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
menggunakan substansi lain seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah
aspirasi meningkatkan angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi
89% dengan substansi tambahan.
Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi saraf
(hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau
timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Hal ini melibatkan
insisi kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya bersama dengan sebagian
selubung tendon atau kapsul sendi dari mana kista tersebut berasal. Lengan
kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan prosedur
minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista
tersebut melekat pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon. 1,3,7,9,10
3.3.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran
ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana
terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah
menjadi ganas.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan
berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat
resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah.
3.3.10 Prognosis
Prognosis penyakit tergantung dari beberapa hal :
Kista yang berasal dari selaput tendon lebih mudah sembuh dengan
suntikan kortikosteroid dibandingkan dengan yang berasal dari sendi.
Kista dari pergelangan tangan bagian depan (volar wrist ganglion) akan
lebih mudah kembali setelah pembedahan dibandingkan kista pada bagian
dorsal.
Tingkat rekurensi setelah penanganan nonoperatif mencapai 30-60%
dibandingkan dengan yang dioperasi (5-15%). Total ganglionektomi
menghasilkan angka kesembuhan 85-95% jika kista dan akar diangkat bersamaan
dengan pemotongan sedikit dari kapsul tendon. Rekurensi setelah operasi
biasanya diakibatkan oleh pengangkatan kapsul atau membrane sinovial yang
tidak lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andersson, Bruce Carl, 2006, Dorsal Ganglion in Office Orthopedics for Primary Care: Treatment 3rd edition, Philadelphia, Saunders Elsevier.
2. Canale S. Terry (Ed.), 2003, Toronto, Tumors of Synovial Tissue in Campbell’s Operative Orthopaedics Volume One, 10th edition, Mosby.
3. Carr, Andrew J & William Hamilton, 2005, Hand and Wrist in Orthopaedics in Primary Care 2nd edition, London, Elsevier.
4. Dandy David J. & Dennis J. Edwards, 2003, Disorders of the Wrist and Hand in Essential Orthopaedics and Trauma 4th edition, London, Churchill Livingstone.
5. Eaton Charles, 2007, Ganglion Cysts in www.e-hand.com accessed on June 21, .
6. Hajdu SI, Melamed M R. 1984. Limitation of aspiration cytology in the diagnostic of primaryneoplasm. Acta Cytol, 28 : 337-45
7. Hochwald Neal L & Green Steven M in Tumors, 2002, Spivak Jeffrey M ed. et al in Orthopaedics A Study Guide, New York, McGraw-Hill.
8. Kouris George J, 2007, Ganglion Cyst in www.emedicine.com accessed on June 21.
9. Principles of Anatomy and Physiology. 12 Th ed. Volume 2.
10. Sabiston C David jr. 1995. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. p. 383-384
11. Schorock Theodore R. 1991. Ilmu Bedah (handbook of surgery). Edisi VII. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. p. 184.
12. Sjamsuhidajat R, Jong WD (ed.), 1997, Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta EGC.
13. Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 1995, Anatomi Tulang dan Sendi dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta, EGC.
14. Trumble Thomas E., Jeffrey E. Budoff & Roger Cornwall, 2006, Soft Tissue Neoplasms: Benign and Malignant in Hand, Elbow & Shoulder: Core Knowledge in Orthopaedics, Philadelphia, Mosby.
15. Zajicek J. The aspiration smear. 1978. In : Koss. Diagnostic cytology and its histopathology bases.Ed. II, vol 2. Lippincott, p. 1048-68