LAPSUS_Q

47
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fibroadenoma Mammae (FAM) merupakan tumor jinak payudara dan merupakan kasus terbanyak tumor payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat. Fibroadenoma ini dapat digerakkan dengan mudah (mobile) karena tumor ini terbentuk kapsul dan sering disebut sebagai ”breast mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa adolesens, fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi. Fibroadenoma harus di ekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar. Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering 1

description

laporan kasus kedokteran

Transcript of LAPSUS_Q

Page 1: LAPSUS_Q

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fibroadenoma Mammae (FAM) merupakan tumor jinak payudara dan

merupakan kasus terbanyak tumor payudara. Benjolan tersebut berasal dari

jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di

payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor

tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat.

Fibroadenoma ini dapat digerakkan dengan mudah (mobile) karena tumor ini

terbentuk kapsul dan sering disebut sebagai ”breast mouse”.

Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila

ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa adolesens,

fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat

sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat rangsangan

estrogen meninggi. Fibroadenoma harus di ekstirpasi karena tumor jinak ini akan

terus membesar.

Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk

dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental

jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan

lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada

sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu

sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun.

Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah

besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu

kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga

keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang

didiagnosis sebagai tonjolan tulang. 1,3,5,7,9,10

1

Page 2: LAPSUS_Q

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi payudara?

2. Apakah definisi fibroadenoma mammae?

3. Bagaimana gambaran klinis fibroadenoma mammae?

4. Bagaimana cara mendiagnosis fibroadenoma mammae?

5. Bagaimana prinsip pengobatan fibroadenoma mammae?

6. Apakah definisi kista ganglion?

7. Bagaimana gambaran klinis kista ganglion?

8. Bagaimana cara mendiagnosis kista ganglion?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui anatomi payudara

2. Mengetahui definisi fibroadenoma mammae

3. Mengetahui gambaran klinis fibroadenoma mammae

4. Mengetahui cara mendiagnosis fibroadenoma mammae

5. Mengetahui prinsip pengobatan fibroadenoma mammae

6. Mengetahui definisi kista ganglion

7. Mengetahui gambaran klinis kista ganglion

8. Mengetahui cara mendiagnosis kista ganglion

1.4. Manfaat

Teoritis

Makalah ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dan

landasan teori mengenai fibroadenoma mammae dan kista ganglion.

Praktis

Makalah ini diharapkan mampu memberikan landasan ilmiah bagi para

dokter pelayanan primer sebagai dasar penanggulangan tumor sedini mungkin

2

Page 3: LAPSUS_Q

BAB II

STATUS PENDERITA

2.1. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Nn. N

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Udan awu Blitar

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa

Agama : Islam

Tanggal MRS : 03-09-2012

No DMK : 520931

2.2. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan

2. Keluhan Penyerta : Benjolan pada pergelangan tangan kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

- Pasien merasakan ada benjolan pada payudara kanan, benjolan

dirasakan sejak 1 mingguang lalu, warna benjolan sama dengan

kulit sekitar, tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan. Keluhan

tidak disertai demam, batuk, sesak, sakit kepala, rasa penuh di ulu

hati. Pasien haid pertama pada usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur.

Saat ini pasien waktunya menstruasi.

- Pasien juga merasakan ada benjolan dipergelangan tangan kanan

sejak ± 2 bulan yang lalu, benjolan dirasakan makin hari makin

membesar, benjolan tidak nyeri bila ditekan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat tumor : + 2 bulan yang lalu

- Riwayat hipertensi : Disangkal

- Riwayat sakit ginjal : Disangkal

3

Page 4: LAPSUS_Q

- Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal

- Riwayat penyakit jantung : Disangkal

- Penyakit paru : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat tumor : Disangkal

- Riwayat kanker : Disangkal

- Hipertensi : Disangkal

- Penyakit jantung : Disangkal

- Penyakit paru : Disangkal

- DM : Disangkal

- Alergi obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : Disangkal

- Minum jamu : Disangkal

- Minum kopi : Disangkal

- Minum alkohol : Disangkal

- Olah raga : Jarang

B. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, pucat (-), kulit gatal (-), kulit kering

dan mengelupas (-) di kedua kaki.

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada

kepala (-), benjolan/borok di kepala (-).

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-).

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-).

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).

8. Pernafasan : sesak nafas (-) batuk (-) riak (-) darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).

10. Regio mammae dextra : benjolan (+), nyeri (-)

4

Page 5: LAPSUS_Q

11. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-),

nyeri perut (-).

12. Genitourinaria : BAK lancar.

13. Neurologik : kejang (-).

14. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-).

15. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan kaki (-), nyeri otot (-).

16. Ektremitas atas regio wrist dextra : Benjolan (+), nyeri (-)

2.3. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Cukup, kesadaran compos mentis (GCS 456), status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

Tensi : 100/70 mmHg

Nadi : 90 x / menit, reguler, kuat angkat, isi cukup

RR : 22 x / menit

Suhu : 36oC

3. Kulit

Turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider

nevi (-).

4. Kepala

Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),

makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah (-).

5. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-).

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-).

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

5

Page 6: LAPSUS_Q

10. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)

11. Thoraks

Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-),

spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-).

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi: Bunyi jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo :

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi :

Auskultasi : suara dasar vesikuler menurun

Ronki: Wheezing:

- -

- -

- -

- -

- -

- -

12. Mammae

Inspeksi : payudara simetris (+), retraksi putting susu (-), edema (-),

ulserasi (-), kulit hiperemi (-), punctat (-).

Palpasi : Regio mammae dextra kuadran medial atas teraba benjolan,

diameter ± 2 cm, bentuk bulat, permukaan rata, batas tegas, mobile

(+), konsistensinya kenyal lunak, nyeri tekan (-).

13. Abdomen

6

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Sonor Sonor

Page 7: LAPSUS_Q

Inspeksi : Flat

Palpasi : Soefl (+), Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani, Meteriosmus (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

14. Ektremitas

Regio wrist dextra : Benjolan (+), warna sama dengan kulit sekitar,

diameter ± 2cm, bentuk bulat, konsistensi padat, permukaan rata,

batas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).

palmar eritema (-/-)

akral hangat Oedem

+ +

+ +

- -

- -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah lengkap : 03-09-2012

- Hb : 14,5 g/dL (P : 11,5-16)

- Hematokrit : 43,7 % (P : 35-47 %)

- Hitung Eritrosit : 5,33 juta/cmm (P : 3,0-6,0 jt/cmm)

- Hitung Leukosit : 9.300 sel/cmm (4.000-11.000)

- LED : 12 mm/1 jam ( 0 – 20/ jam)

- HitungTrombosit : 180.000 sel/cmm (150.000-450.000)

Thorax Photo

7

Page 8: LAPSUS_Q

- Hasil Photo Thorax Normal

2.5. Resume

Nn. N, 23 tahun. Merasakan ada benjolan pada payudara kanan, benjolan

dirasakan sejak 1 mingguang lalu, warna benjolan sama dengan kulit sekitar, tidak

terasa nyeri dan mudah digerakkan.Nn. N haid pertama pada usia 13 tahun, siklus

28 hari, teratur. Saat ini pasien waktunya menstruasi.

Pasien juga merasakan ada benjolan dipergelangan tangan kanan sejak ± 2

bulan yang lalu, benjolan dirasakan makin hari makin membesar, benjolan tidak

nyeri bila ditekan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan: Tensi 100/70 mmHg, Nadi 90x/menit,

RR 22x/menit dan suhu ax. 36oC. Pada regio mammae dextra didapatkan Inspeksi:

payudara simetris (+), retraksi putting susu (-), edema (-), ulserasi (-), kulit hiperemi (-).

Palpasi : Regio mammae dextra kuadran medial atas teraba benjolan, diameter ± 2 cm,

bentuk bulat, permukaan rata, batas tegas, mobile (+), konsistensinya kenyal lunak,

nyeri tekan (-), punctat (-). Pada ektremitas atas regio wrist dextra didapatkan

Benjolan (+), diameter ± 2cm, warna sama dengan kulit sekitar, bentuk bulat,

konsistensi padat, permukaan rata, berbatas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).

Sedangkan pada pemeriksaan penunjang foto rontgen thoraks dan pemeriksaan

laboratorium darah lengkap hasil dalam batas normal.

2.6. WORKING DIAGNOSIS

1) Tumor mammae suspect fibroadenoma mammae

2) Kista ganglion

2.7 DIFFERENTIAL DIAGNOSA

8

Page 9: LAPSUS_Q

Diferential diagnose Fibroadenoma Mammae

Kistosarcoma Piloides

Fibrokistik/Displasia Payudara

Kista Mammae

Diferential diagnose Kista ganglion

Lipoma

Ateroma/kista sebasea

2.8. PENATALAKSANAAN

Planning Terapi

1. Non Medika mentosa

– Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya yang diderita

– Bet rest

2. Medikamentosa

- IVFD RL 20 tpm

- Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr

- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg

- Inj. Novaldo 3 x 1 amp

3. Operatif

- Extirpasi

Planning Diagnostik

- FNAB

9

Page 10: LAPSUS_Q

FOLLOW UP

03-09-2012 04-09-2012 05-09-2012S - Benjolan pada payudara kanan

- Benjolan pada pergelangan tangan kanan

Nyeri bekas jahitan (+) Keluhan -

O KU: cukupKesadaran : CM, GCS : 4 5 6TD : 100/70 mmHgN : 90 x/menitRR : 22 x / menitS :36 oCStatus lokalis :

R/ mammae dextra :Teraba benjolan (+), diameter ± 2 cm, bentuk bulat, permukaan rata, mobile (+), konsistensinya kenyal lunak, nyeri tekan (-), punctat (-).

R/ Wrist dextra :Benjolan (+), diameter ± 2cm, warna sama dengan kulit sekitar, bentuk bulat, konsistensi padat, permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-), punctat (-).

Hasil pemeriksaan Laboratorium : DBN

Hasil pemeriksaan thorax photo : Normal Thorax

KU : cukupKesadaran : CM, GCS 4 5 6 T D: 120/70 mmHgN : 86 x/mntRR : 22x/menitS : 36,5oCStatus lokalis :

R/ mammae dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).

R/ Wrist dextra :Benjolan (-), Nyeri tekan (+).

KU : cukup Kesadaran : CM, GCS 4 5 6

TD : 110/70 mmHgN : 82x/menitRR : 20x/menitS : 36 oCStatus lokalis :

R/ mammae dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).

R/ Wrist dextra : Benjolan (-), Nyeri tekan (+).

A - Fibroadenoma Mammae - Post op Extirpasi - Post op Extirpasi FAM dextra

10

Page 11: LAPSUS_Q

- Kista Ganglion FAM dextra- Post op Extirpasi

Ganglion Carpi dextra

- Post op Extirpasi Ganglion Carpi dextra

P- Pre op Extirpasi - IVFD RL 20 tpm - Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr - Inj. Ranitidin 2 x 1 amp- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg- Inj. Novaldo 3 x 1 amp

-IVFD RL 20 tpm-Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr-Inj. Ranitidin 2 x 1 amp-Inj. Ondancetron 3 x 8 mg-Inj. Novaldo 3 x 1 amp

- IVFD RL 20 tpm- Inj. Cefoperazone 2 x 1 gr- Inj. Ranitidin 2 x 1 amp- Inj. Ondancetron 3 x 8 mg- Inj. Novaldo 3 x 1 amp

11

Page 12: LAPSUS_Q

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi Payudara

Gambar 1 Anatomi Mammae

3.1.1 Kelenjar Mammae

Kelenjar mamma merupakan kelenjar eksokrin yang mensekresi susu.

Kelenjar mamma terletak di anterior dinding dada, ventral m.pectoralis major,

m.serratus anterior dari costa II-VI dan dari sternum sampai linea midaxillaris.

Bagian posterior kelenjar mamma merupakan jaringan pengikat longgar (spatium

retromammae) yang memisahkan kelenjar mamma dengan fascia yang menutupi

m. pectoralis mayor dan m. serratus anterior. 12,14,15

Setiap kelenjar mamma merupakan elevasi dari jaringan glandular dan

adipose yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Variasi ukuran

kelenjar mamma bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan jaringan

ikat, bukan pada jumlah jaringan glandular semata.

Jaringan glandular terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap lobus dialiri

duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula)

sebelum muncul untuk memperforasi putting dengan 15-20 mulut (opening)7

Page 13: LAPSUS_Q

Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament

suspensorium cooper (bekas jaringan ikat fibrosa). Ligamentum suspensorium

(cooper) adalah tonjolan fibrosa yang bersatu dengan jaringan subkutan. Ligamen

suspensorium ini merentang dari fasia dalam otot pektoralis sampai fasia

superfisisalis tepat di bawah kulit.7

Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20-40 lobulus, setiap lobul kemudian

bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveolisekretori. Sel-sel

alveolar, di bawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan setelah kelahiran

merupakan unit glandular yang menyintesis dan mensekresi susu.

Selama pertumbuhan, kelenjar mamma dipengaruhi oleh hormone

estrogen dan progesteron (hormon ovarium) untuk proliferasi duktus dan hormon

mammogen/laktogen (hormon hypofise) untuk laktasi. Pada wanita yang pubertas,

kelenjar mamma tumbuh membesar dan areola menjadi lebih coklat, membentuk

duktus dan lobulus, sedangkan pada wanita immatur dan pria, kelenjar mammaria

sama besar.7

3.1.2 Papilla Mamma

Umumnya terdapat pada spatium intercostale IV, tapi letak ini bervariasi

tergantung jenis kelamin dan berat badan individu. Papilla mamma ini berisi

duktus laktiferus yang merupakan saluran keluar dari lobus dan lobulus

kelenjar mamma. Kadang duktus ini mengalami dilatasi disebut sinus laktiferus.

Papilla mamma dikelilingi oleh areolar mammae yang hiperpigmentasi dan berisi

kelenjar sudorifera, kelenjar sebasea yang membentuk tuberkel, dan kelenjar

areolaris (Montgomery), beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel

rambut dan serabut otot polos yang menyebabkan ereksi papilla mamma saat

berkontraksi. Sedangkan, kelenjar areolaris berfungsi untuk meminyaki selama

proses laktasi.7

3.1.3 Vascularisasi7

Vaskularisasi mammae terutama berasal dari (1) cabang arteri mammaria

interna (2) cabang lateral dari arteri interkostalis posterior dan (3) cabang dari

arteri aksillaris termasuk arteri torakalis lateralis, dan cabang pectoral dari arteri

torakoakromial.7

3.1.4 Innervasi7

Page 14: LAPSUS_Q

- Rr. mamma mediales (rr. cutanei anterioris nn intercostalis II-IV)

- Rr. mamma laterales (rr cutanei lateralis nn intercostalis IV-VI)

- Serabut otonom untuk pembuluh darah dan otot polos kelenjar

3.1.5 Sistem Limfatika7

Vasa limfatica dari kulit sekitar areola (papilla) mammae menuju:

a) Nodus lymfatica axillaris

b) Nodus lymfatica cervicalis profunda

c) Nodus lymfatica deltoideopecktorales

d) Nodus lymfatica parasternalis

3.1.6 Fisiologi

Perkembangan payudara dan fungsinya dipengaruhi oleh bermacam

stimulus, diantaranya stimulus dari estrogen, progesteron, prolaktin, oksitosin,

hormon tiroid, kortisol dan growth hormon. Terutama estrogen, progesteron, dan

prolakltin telah dibuktikan memiliki efek tropik yang esensial dalam

perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mempengaruhi

perkembangan duktus, sedangkan progesteron berperan dalam perubahan

perkembangan epitel dan lobular. Prolaktin adalah hormon primer yang

menstimulus laktogenesis pada akhir kehamilan dan pada periode postpartum.

Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan menstimulasi

perkembangan epitel.

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon

yaitu : a). Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,

sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan

progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah

menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah

b). Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi,

payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya

terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang tidak nyeri

dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi

tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin

dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena

Page 15: LAPSUS_Q

kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. c).

Terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar

karena epitel duktus lobularis dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh

duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi.

Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan

melalui duktus ke puting susu. 12,14,15

3.2 Fibroadenoma Mammae

Fibroadinoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas,

padat, berkapsul dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25

tahun, sebagian besar (80%) tunggal. Biasanya neoplasma tampil sebagai massa

payudara mobile, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm.

Tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm dibawah

pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi

oral.

Gambar 2 Fibroadenoma mammae

3.2.1 Insidensi

Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae, fibroadenoma

terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita. Fibroadenoma sering terjadi pada

usia awal reproduktif dan waktu puncaknya adalah antara usia 15 dan 35 tahun.

3.2.2 Etiopatogenesis

Page 16: LAPSUS_Q

Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan

bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi

penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuk

kontrasepsi oral tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga

dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan

karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.

Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari

mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”.

Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana

struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul

hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari

perkembangan mammae.12

3.2.3 Gambaran Klinis

Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara

ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm,

namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma).

Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak

menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan

tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting

masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan

sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma

tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari

mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.

3.2.4 Pemeriksaan Fisik Payudara

Pemeriksaan Payudara harus dilakukan secara baik dan halus, tidak boleh

kerasdan kasar, apalagi bila ada dugaan keganasan, karena kemungkinan akan

menyebabkan penyebaran.

Inspeksi

- Pasien duduk di muka pemeriksa dengan posisi sama tinggi dengan

pemeriksa.

- Pertama kali posisi tangan pasien bebas di samping tubuhnya, kemudian

tangan pasien pada posisi di pinggang.

Page 17: LAPSUS_Q

- Perhatikan simetri payudara kiri dan kanan, kelainan puting susu, letak dan

bentuk putingsusu, adakah retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda-tanda

radang, edem kulit sehingga memberikan gambaran seperti kulit jeruk (peau

d’orange) yang berhubungan dengan adanya kanker payudara.

Palpasi

- Dilakukan pada posisi pasien berbaring dan diusahakan agar payudara

jatuh merata diatas bidang dada, bila perlu bahu atau punggung dapat di ganjal

dengan bantal kecil.

- Palpasi dilakukan dengan jari 2,3, dan 4 pemeriksa dan dilakukan secara

sistematis mulai dari iga 2 sampai ke inferior di iga 6 atau secara sentrifugal

dari tepi ke sentral.

- Periksa puting susu dengan memegang puting susu diantara ibu jari dan

jari telunjuk  pemeriksa, perhatikan adakah cairan yang keluar dari puting susu

(nipple discharge).

Bila ditemukan massa pada payudara, perhatikan letaknya, ukurannya,

bentuknya, konsistensinya, adakah nyeri tekan atau tidak, apakah bebas atau

terfiksir baik pada kulitmaupun pada kulit maupun pada dasar dan apakah ada

pembesaran kelenjar getah beningregional.12,14,15

3.2.5 Diagnosis

Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun dianjurkan

juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi

merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan

melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak

rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi

Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih

besar (core needle biopsi).

Page 18: LAPSUS_Q

Gambar 3 core needle biopsi

3.2.6 Gambaran Histopatologi

Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti

saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan

bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau

multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak.

3.2.7 Diferensial Diagnosa Fibroadenoma Mammae

1) Kistosarkoma Piloides

Tumor filoides atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor

fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan

komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini

jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai

benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,

meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena

pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak

yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%).

Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

o Insiden : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45

tahun.

o Gambaran Klinis : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor

payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua

jaringan, jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan

permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih

besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua

Page 19: LAPSUS_Q

payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit

dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes

biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang

cepat.

o Penatalaksanaan : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan

pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara

sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas

infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan

payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan.

Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas,

maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel

keganasan yang tersisa.

2) Fibrokistik/Displasia Payudara

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah

benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan

ini harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara

adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.

o Insidens : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia

25-50 tahun (>50%).

o Gambaran Klinis : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya

multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat

penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri

selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan

hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami

nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen

dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada

payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut

menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya

menghilang setelah wanita memasuki fase menopause. Pembengkakan

payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.

o Diagnosis : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,

mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk

Page 20: LAPSUS_Q

menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik

biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun

bawah.

o Penatalaksanaan : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila

medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia

pertengahan sampai usia lanjut.

3) Kista Mammae

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista

terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu

kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada

mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya

bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus

berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah

diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.

o Insiden : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia

antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita

perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga

insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang

menggunakan terapi pengganti hormon.

o Etiopatogenesis : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae

merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama

Page 21: LAPSUS_Q

terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat

bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism

akibat penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista

mammae ini masih belum jelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista

mammae terjadi karena distensi duktus atau involusi lobus. Sewaktu

proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akan bergabung

menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya

obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.

o Gambaran Klinis : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba

kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti

fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista

terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular

mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari

lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran

yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan

bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah

pada kista.

o Diagnosis : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan

klinis dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6

atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning

pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan

tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi juga membantu dalam

penegakkan diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi

pasien yang simptomatik.

o Penatalaksanaan : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae.

Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah

memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba

tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun,

bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi.

Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni

(1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan

yang diaspirasi tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini tidak

Page 22: LAPSUS_Q

terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi direkomendasikan.

Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama

adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah (selagi tidak

disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya intrakistik

karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi

dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi

lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi.

3.2.8 Penatalaksanaan

Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh anestesi lokal atau

general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya

berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama,

pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak

diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari

tumor phylloides yang tidak terdiagnosa

3.2.9 Prognosis

Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan

sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisa dari hasil operasi dapat kambuh

kembali.

3.3 Kista Ganglion

Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk

dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan kental

jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor jaringan

lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada

sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu

sendi, namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun.

Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat bertambah

besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan menghilang. Selain itu

kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga

keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang

didiagnosis sebagai tonjolan tulang. 1,3,5,7,9,10

Ganglion timbul pada tempat-tempat berikut ini :

Page 23: LAPSUS_Q

o Pergelangan tangan – punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"),

pada telapak tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari.

Kista ini berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang diperberat

oleh cedera pada pergelangan tangan.

o Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst").

Kista ini berasal dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan

kadang terjadi akibat iritasi pada tendon tendinitis.

o Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak di sebelah

dasar kuku. Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi

terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini biasanya

disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.

Gambar dorsal wrist ganglion

3.3.1 Anatomi

Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai

anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis

sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering pada wrist

joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh wrist

joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah tersebut

memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya mengakibatkan

timbulnya ganglion. Selain itu wrist joint merupakan sendi yang kompleks karena

terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya iritasi atau trauma

jaringan lebih besar.

Jenis sendi diartrodial mempunyai unsur-unsur seperti rongga sendi dan

kapsul sendi. Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat serta sinovial

yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan membungkus

Page 24: LAPSUS_Q

tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak terlalu meluas melampaui

permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan sendi secara

penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk sinovium.

Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan

sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna.

Jumlah yang ditemukan pada tiap sendi relatif sedikit (1-3 ml). Asam

hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan

sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan

sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga sebagai

sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.1,8

3.3.2 Epidemiologi

Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering

ditemukan pada pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi pada berbagai usia

termasuk anak-anak, kurang lebih 15% terjadi pada usia di bawah 21 tahun, 70%

terjadi pada dekade kedua dan keempat kehidupan. Perempuan tiga kali lebih

banyak menderita dibandingkan laki-laki. Tidak ditemukan predileksi antara

tangan kanan dan kiri, dan tampaknya pekerjaan tidak meningkatkan resiko

timbulnya ganglion, namun referensi lain menyebutkan bahwa ganglion banyak

ditemukan pada pesenam dimana terjadi tekanan yang besar pada pergelangan

tangan. 4,5,6

3.3.3 Etiologi

Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan

pembentukan kista  hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat.

Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif

yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Kista terbentuk akibat

trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi asam

hialuronik. Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang

terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang melekat untuk

kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus pada akhirnya

akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar. 5,7,9,10

Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya

diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum

Page 25: LAPSUS_Q

yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses

degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui sebelumnya. 5,7,9,10

3.3.4 Patofisiologi

Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya

memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan

musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin dan

glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak lobus

dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat nekrosis

dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi.5

Normal sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci di dalam

sebuah kompartemen kecil. Akibat arthritis, cedera atau tanpa sebab yang jelas,

terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan kental seperti madu, dan jika

terjadi kebocoran kecil maka akan seperti lubang jarum pada pasta gigi – jika

pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil dan pasta di dalamnya kental, maka

akan mengalir keluar dan begitu keluar, tidak dapat masuk kembali. Hal ini

bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan mengisi ruang di luar area

lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan meremas

dan menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang berisi cairan

tersebut, ini dapat menyebabkan benjolan dengan tekanan yang besar sehingga

sekeras tulang.

Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya kental dan

pekat, menyulitkan tubuh untuk me-reabsorbsi jika terjadi kebocoran. Tubuh akan

mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi hanya sanggup menyerap

air yang terkandung di dalamnya sehingga membuatnya lebih kental lagi.

Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk dilihat, cairan tersebut telah

menjadi sekental jelly.

Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari membran

sinovial sendi atau dari selubung suatu tendo. Kemungkinan bahwa kista berasal

dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan kemudian terjadi

strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya, kemudian berdegenerasi dan

terisi oleh materi koloid yang berakumulasi dan membentuk kista.5

3.3.5 Gejala dan Tanda

Page 26: LAPSUS_Q

Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul

dapat berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion

umumnya soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan hampir

semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist, volar

retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling sering

ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar terletak di

belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.5

3.3.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan

kadang melalui pemeriksaan radiologis. Dari anamesis bisa didapatkan benjolan

yang tidak bergejala namun kadang ditemukan nyeri serta riwayat penggunaan

lengan yang berlebihan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak yang

tidak nyeri tekan. Melalui transiluminasi diketahui bahwa isi benjolan bukan

merupakan massa padat tapi merupakan cairan. Pada aspirasi diperoleh cairan

dengan viskositas yang tinggi dan jernih. Sering juga ditemukan adanya gangguan

pergerakan dan parestesia dan kelemahan pada pergelangan tangan ataupun

lengan.3

3.3.7 Diagnosis Banding

Ganglion dapat didiagnosis banding dengan benjolan lain yang mungkin

didapatkan di tangan seperti :

Lipoma

Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah

kulit yang terdiri dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut

(40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma

merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis

yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit

(superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan,

punggung, atau lengan. Jenis lain adalah yang letaknya lebih dalam dari

kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.

o Gejala Klinis : Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan,

dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi

Page 27: LAPSUS_Q

ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga

mencapai lebih dari diameter 6 cm.

o Penyebab : Tidak selalu jika kita mempunyai orang tua atau leluhur yang

mempnyai lipoma ini, maka kita akan mempunyai lipoma juga. Namun

ada suatu sindrom yang disebut hereditary multiple lipomatosis, yaitu

seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma pada tubuhnya.

Kegemukan tidak menyebabkan terjadinya lipoma.

o Penatalaksanaan : Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan

apapun, kecuali berkembang menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan.

Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik.

Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara

menyayat kulit diatasnya dan mengeluarkan lipoma yang ada. Namun hasil

luka operasi yang ada akan sesuai dengan panjangnya sayatan. Untuk

mendapatkan hasil operasi yang lebih minimal, dapat dilakukan

liposuction. Sekarang ini dikembangkan tehnik dengan menggunakan

gelombang ultrasound untuk menghancurkan lemak yang ada. Yang perlu

diingat adalah jika lipoma yang ada tidak terangkat seluruhnya, maka

masih ada kemungkinan untuk berkembang lagi di kemudian hari.

Kista sebasea/ateroma

Kista Ateroma berasal dari jerawat yang tersumbat muara kelenjarnya dan

berisi kristal kolesterol. Bila Kista Ateroma dibelah, akan ditemui massa putih

dan berbau. Kista Ateroma bentuknya bulat dan lonjong, biasanya lunak,

letaknya dibawah kulit (subkutan), dapat digerakan dari dasar dan tidak nyeri.

Penatalaksaan Kista Ateroma adalah dilakukan pembedahan dengan nama

tindakan  Ekstirpasi Kista. Ketika pembedahan, kista harus terangkat bersih

beserta kantong/kapsulnya. Jika tidak, kemungkinan terjadi kekambuhan.

3.3.8 Penatalaksanaan

Page 28: LAPSUS_Q

Penatalaksanaan ganglion : membiarkan ganglion tersebut jika tidak

menimbulkan keluhan apapun. Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien

diyakinkan bahwa benjolan tersebut bukanlah kanker atau hal lain yang

memerlukan pengobatan segera. Jika ganglion menimbulkan gejala dan

ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan

yaitu : aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum) dan

pengangkatan kista secara bedah.

Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan

isinya dengan anestesi lokal. Inflamasi berperan dalam produksi dan akumulasi

cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang diinjeksikan ke dalam

kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta mencegah kista tersebut

terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

menggunakan substansi lain seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah 

aspirasi meningkatkan angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi

89% dengan substansi tambahan.

Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi saraf

(hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau

timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Hal ini melibatkan

insisi kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya bersama dengan sebagian

selubung tendon atau kapsul sendi dari mana kista tersebut berasal. Lengan

kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan prosedur

minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista

tersebut melekat pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon. 1,3,7,9,10

3.3.9 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran

ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana

terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah

menjadi ganas.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan

berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat

resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah.

Page 29: LAPSUS_Q

3.3.10 Prognosis

Prognosis penyakit tergantung dari beberapa hal :

Kista yang berasal dari selaput tendon lebih mudah sembuh dengan

suntikan kortikosteroid dibandingkan dengan yang berasal dari sendi.

Kista dari pergelangan tangan bagian depan (volar wrist ganglion) akan

lebih mudah kembali setelah pembedahan dibandingkan kista pada bagian

dorsal.

Tingkat rekurensi setelah penanganan nonoperatif mencapai 30-60%

dibandingkan dengan yang dioperasi (5-15%). Total ganglionektomi

menghasilkan angka kesembuhan 85-95% jika kista dan akar diangkat bersamaan

dengan pemotongan sedikit dari kapsul tendon. Rekurensi setelah operasi

biasanya diakibatkan oleh pengangkatan kapsul atau membrane sinovial yang

tidak lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: LAPSUS_Q

1. Andersson, Bruce Carl, 2006, Dorsal Ganglion in Office Orthopedics for Primary Care: Treatment 3rd edition, Philadelphia, Saunders Elsevier.

2. Canale S. Terry (Ed.), 2003, Toronto, Tumors of Synovial Tissue in Campbell’s Operative Orthopaedics Volume One, 10th edition, Mosby.

3. Carr, Andrew J & William Hamilton, 2005, Hand and Wrist in Orthopaedics in Primary Care 2nd edition, London, Elsevier.

4. Dandy David J. & Dennis J. Edwards, 2003, Disorders of the Wrist and Hand in Essential Orthopaedics and Trauma 4th edition, London, Churchill Livingstone.

5. Eaton Charles, 2007, Ganglion Cysts in www.e-hand.com accessed on June 21,    .

6. Hajdu SI, Melamed M R. 1984. Limitation of aspiration cytology in the diagnostic of primaryneoplasm. Acta Cytol, 28 : 337-45

7. Hochwald Neal L & Green Steven M in Tumors, 2002, Spivak Jeffrey M ed. et al in Orthopaedics A Study Guide, New York, McGraw-Hill.

8. Kouris George J, 2007, Ganglion Cyst in www.emedicine.com accessed on June 21.

9. Principles of Anatomy and Physiology. 12 Th ed. Volume 2.

10. Sabiston C David jr. 1995. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. p. 383-384

11. Schorock Theodore R. 1991. Ilmu Bedah (handbook of surgery). Edisi VII. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. p. 184.

12. Sjamsuhidajat R, Jong WD (ed.), 1997, Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta EGC.

13. Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 1995, Anatomi Tulang dan Sendi dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta, EGC.

14. Trumble Thomas E., Jeffrey E. Budoff & Roger Cornwall, 2006, Soft Tissue Neoplasms: Benign and Malignant in Hand, Elbow & Shoulder: Core Knowledge in Orthopaedics, Philadelphia, Mosby.

15. Zajicek J. The aspiration smear. 1978. In : Koss. Diagnostic cytology and its histopathology bases.Ed. II, vol 2. Lippincott, p. 1048-68