Lapsus PEB
-
Upload
beard-beard -
Category
Documents
-
view
9 -
download
1
description
Transcript of Lapsus PEB
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : MAS
Umur : 43 tahun
Status : Menikah
Agama : Hindu
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Tegal Badeng Timur
MRS : 2 April 2014 (Pkl 23.00 WITA)
Anamnesis
Keluhan Utama:
Tekanan darah tinggi
Anamnesis Umum
Pasien merupakan rujukan bidan dengan keluahan tekanan darah tinggi
(160/100 mmHg). Pasien mengeluh keluar air sejak jam 20.00 WITA
(2/4/2014). Nyeri perut hilang timbul sejak pukul 18.00 WITA (2/4/2012).
Keluar darah campur lendir tidak ada, gerak anak baik dirasakan mulai 16
minggu usia kehamilan, tidak ada keluhan subyektif seperti pandangan kabur,
nyeri di perut kanan atas, mual, muntah, dan kejang disangkal. Berat badan
meningkat sesuai dengan umur kehamilan.
Anamnesis Khusus
Riwayat Menstruasi
Teratur, siklus 28 hari, Haid ± 5 hari.
Hari Pertama Haid Terakhir : 23/6/2013
1
Taksiran Partus : 30/3/2014
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali 20 tahun yang lalu.
Riwayat Persalinan
1. ♂/3600 gr/ Pspt B/ bidan/ 20 tahun
2. ♂/3150 gr/ Pspt B/bidan/ 17 tahun
3. ini
Riwayat Antenatal Care (ANC)
Pasien kontrol sebanyak 7 kali di bidan. Pasien pernah diperiksa USG
sebanyak 1 kali selama kehamilan.
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan KB pil selama 1 tahun setelah melahirkan anak
pertama dan berhenti, kemudian menggunakan KB suntik bulanan selama 18
tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya selama ± 5 tahun.
Riwayat penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis, disangkal.
Riwayat Penyakit di Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan saat ini (seperti penyakit asma, penyakit jantung, kencing manis,
dan tekanan darah tinggi).
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : E4V5M6 (Kesadaran penuh)
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
2
Suhu tubuh aksila : 36,5°C
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 66 kg
Status General
Kepala : Mata : anemis +/+, ikterik -/-, Rp +/+ isokor
THT : kesan tenang
Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat : ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+
Oedem : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
Status Obstetri
Payudara
Inspeksi : Hiperpigmentasi areola mammae
Penonjolan glandula Montgomery (+)
Abdomen
Inspeksi : Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae
gravidarum.
Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus
xiphoideus. Teraba bagian bulat dan lunak.
Kesan bokong.
Leopold II : Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung)
Teraba bagian kecil di kanan.
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan susah digerakkan.
(kesan kepala)
3
Leopold IV : Kesan divergen.
Bagian bawah sudah masuk pintu atas panggul.
Tinggi Fundus Uteri : 33 cm PBB : 3100 gram
His (+) 2-3x/ 10 menit selam 30-35”
Gerak janin (+) Baik
Auskultasi : Denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri
bawah umbilikus dengan frekuensi 144x/menit
Vagina
Inspeksi : Blood slym (-)
Pemeriksaan Dalam (23.15 WITA) :
P 6 cm, efficement 25%, ketuban (+)
Teraba kepala, denom belum jelas, penurunan Hodge II
Tidak teraba bagian kecil / tali pusat
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Parameter Result Unit Reference
range
WBC 8,94 103/μL 4,1 – 11,0
- Ne 5,49 (61,3%) 103/μL 2,5 – 7,5
- Ly 2,36 (26,1%) 103/μL 1,0 – 4,0
- Mo 0,76 (8,7%) 103/μL 0,1 – 1,2
- Eo 0,32 (3,6%) 103/μL 0,0 – 0,5
- Ba 0,03 (0,3%) 103/μL 0,0 – 0,1
RBC 4,08 106/μL 4,50 – 5,90
HGB 15,7 g/dL 13,50 – 17,50
HCT 44,50 % 41,0 – 53,0
MCV 89,4 fL 80,0 – 100,0
MCH 31,50 pg 26,0 – 34,0
MCHC 35,3 g/dL 31,0 – 36,0
4
RDW 13,0 % 11,60 – 14,8
PLT 229 103/μL 140 – 440
Urinalisis
Parameter Result
Warna Kuning jernih
Berat jenis 1,010
Ph 7,0
Protein 3+
Leukosit 100
Nitrit Negatif
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Urobilinogen Negatif
Bilirubin Negatif
Leukosit Negatif
Darah/Hb 1+
SEDIMEN
Leukosit 4-8
Eritrosit 8-15
Sel epitel gepeng Banyak
Torak granuler Negatif
Torak leukosit Negatif
Torak eritrosit Negatif
Kristal Negatif
Jamur Negatif
Kimia Darah
5
Parameter Result Unit Reference
range
GDS 204 mg/dL 0-150
SGOT 77 U/L 11,00 – 33,00
SGPT 26 U/L 11,00 – 50,00
Creatinine 0,96 mg/dL 0,70 – 1,20
Urea UV 39 mg/dL 0 - 40
Albumin 2,5 g/dL 3,8 – 4,4
Diagnosis
G3P2002, 40-41 minggu, T/H, Primi tua sekunder + Superimpossed PE+ PK I
(keluar air)
Resume
Pasien 43 tahun, G3P2002, 40-41 minggu, T/H, Primi tua sekunder +
Superimpossed PE+ PK I (keluar air). Pada saat diperiksa, tensi Os dikatakan
tinggi yaitu 160/110 mmHg. Keluar air pukul 20.00 WITA (2/4/14) Pasien
melakukan ANC teratur di bidan dan tidak pernah ANC ke Sp.OG. Keluhan
subyektif (-). Berat badan meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Riwayat
hipertensi(+) diabetes mellitus , asma, jantung disangkal. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 180/110 mmHg, Nadi 88x/menit, respirasi 20x/menit.
Status general dalam batas normal. Dari status obstetrikus didapatkan FUT 32
cm, His (+) 2-3x/10 menit J 20-30” , DJJ (+) 12.13.12. Dari VT didapatkan
PØ 6 cm, eff 25 % Ketuban (+),teraba kepala, denominator belum jelas ↓ H I
Tidak teraba bagian kecil / tali pusat. Dari hasil pemeriksaan Laboratorium
didapatkan proteinuria +3. AT didapatkan dalam batas normal.
Penatalaksanaan
6
Rencana diagnosis :
- Lipid Profile
Rencana Terapi
- MRS
- Exp. Pervaginam
- IVFD RL 20 dpm
- Pemasangan dower catheter
- Akselerasi kala II dengan forsep
- Injeksi MgSO4 20% 4 gram IV pelan-pelan selama 15 menit, 10 mg
MgSO4 40% 10 gr im , dilanjutkan dengan MgSO4 40% 5 gr IM bokong
kanan-kiri tiap 6 jam sampai 24 jam post partum
- Nifedipin 3 x 10 mg (bila MAP ≥125 mmHg)
Rencana monitoring
- Observasi keluhan, HIS denyut jantung janin, tanda vital, tanda intoksikasi
MgSO4
- Tanda inpartu
- Tanda-tanda impending eklamsia
Rencana edukasi
KIE penderita dan keluarga tentang rencana perawatan
7
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien mengatakan
datang ke rumah sakit karena dirujuk dari bidan dengan tekanan darah tinggi. Pasien
mengeluhkan sakit perut hilang timbul seperti mau melahirkan sejak satu hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan keluar lendir yang bercampur
darah dan tidak mengeluh keluar air pervaginam. Pasien mengatakan merasakan
gerak bayi yang masih dalam kondisi baik dan terasa gerakan janin sejak awal bulan
Desember 2012. Dari pemeriksaan fisik, tampak perut membesar ke depan dan teraba
gerakan janin. Pada auskultasi, ditemukan hanya satu puntum maksimum denyut
jantung janin berada di sebelah kiri bawah umbilikus. Maka, dapat disimpulkan
bahwa ini adalah satu kehamilan tunggal yang masih hidup saat MRS.
Dengan HPHT yang jelas 23 Juni 2013, taksiran persalinan dapat diperkirakan
dengan rumus Naegle. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tinggi fundus uterus 3 jari
di bawah prosessus xiphoideus (33 cm). Dari hasil pemeriksaan didapatkan taksiran
persalinan pada tanggal 30 Maret 2014. Melalui taksiran persalinan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa ini adalah satu kehamilan lewat waktu saat MRS. Saat ini pasien
sedang hamil yang ketiga, dimana anak keduanya saat ini berumur 17 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa kehamilan pasien saat ini merupakan kehamilan primi sekunder.
Diagnosis superimposed preklampsia dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien datang dirujuk
bidan dengan tekanan darah 160/100 mmHg, saat datang dan diperiksa tekanan darah
pasien adalah 180/110 mmHg. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya selama ± 5 tahun. Berdasarkan
teori, hipertensi kronik adalah ialah hipertensi yang didapatkan sebelum timbulnya
kehamilan. Apabila tidak diketahui adanya hipertensi sebelum kehamilan, maka
hipertensi kronik didefinisikan bila didapatkan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg sebelum umur kehamilan 20 minggu. Hal ini
8
menunjukkan bahwa pasien saat ini menderita hipertensi kronis. Preeklampsia adalah
penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan post partum. Kriteria
minimum dari preeclampsia adalah adanya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu dan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 dipstick. Setelah
dilakukan pemeriksaan urine midstream untuk mengetahui apakah terdapat
proteinuria atau tidak. Setelah pemeriksaan urine acak dilakukan, diketahui terdapat
proteinuria (+3), sehingga kemungkinan terjadi hipertensi kronik yang disertai tanda
tanda preeclampsia. Dengan demikian diagnosis hipertensi dalam kehamilan pada
penderita ini dapat dikategorikan ke dalam hipertensi kronik dengan superimposed
preeklampsia karena telah diketahui memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak
sebelum hamil, dengan tekanan darah tinggi saat masa kehamilan disertai proteinuri,
tidak terdapat riwayat kejang yang menyertai peningkatan tekanan darah
(menyingkirkan kemungkinan diagnosis eklampsia)
Dari data di atas penderita ini didiagnosis dengan G3P2002, 40-41 minggu, T/H,
Primi tua sekunder + Superimpossed PE+ PK I (keluar air). Pada penderita ini
dilakukan perawatan aktif berupa terminasi kehamilan dengan ekspektasi per
vaginam. Pertimbangan perawatan aktif ini adalah pada penderita masuk dalam
kondisi inpartu, dengan usia kehamilan aterm. Pada pasien tidak didapatkan adanya
keluhan subjektif yang mengarah pada impending eklampsia akan memudahkan
terjadinya eklampsia pada persalinan. Terminasi per vaginam dilakukan karena
penderita datang dengan pembukaan sudah 6 cm dan kepala bayi sudah turun sampai
Hodge II pada pemeriksaan selanjutnya. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kejang pada penderita akibat mengedan pada saat persalinan, maka diputuskan untuk
melahirkan per vaginam dan percepat kala II dengan ekstraksi forsep. Ekstraksi
forsep diputuskan juga dengan memperhatikan syarat-syarat yang disesuaikan dengan
teori yang dianut, yaitu (1) presentasi kepala belakang/vertex; (2) janin cukup bulan;
(3) pembukaan lengkap; (4) kepala di Hodge III-IV atau 1/5-2/5. Setelah persalinan,
pemberian ergometrin tidak dilakukan pada penderita ini. Sesuai dengan teori,
pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak dianjurkan pada penderita
9
dengan pre-eklampsia berat, kecuali jika ada perdarahan post partum karena atonia
uteri.
Pasca persalinan penderita perlu dipantau seperti tekanan darah, kontraksi
uterus, serta kemungkinan terjadinya perdarahan aktif, disamping keluhan subjektif
lainnya. Penderita pada kasus ini, diberikan MgSO4 40% 5 gram i.m bokong kanan-
kiri tiap 6 jam sampai 24 jam selama 48 post partum, untuk mecegah adanya
kemungkinan setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsia timbul.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat penurun tensi, yaitu Nifedipine 3x10
mg sampai MAP < 125 mmHg.
Pada penderita yang dengan riwayat pre-eklampsia pada kehamilan
selanjutnya berisiko terjadi pre-eklampsia lagi, sehingga untuk kehamilan selanjutnya
kita anjurkan untuk melakukan perawatan antenatal di pusat kesehatan yang memiliki
fasilitas laboratorium. Dan untuk persalinannya dilakuakn di rumah sakit yang
memiliki fasilitas kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Mengingat resiko
untuk berulangnya keadaan yang sama pada kehamilan berikutnya dan keadaan
pasien yang sudah multiparitas, pada pasien dianjurkan untuk dilakukan operasi steril
pada saat yang bersamaan dengan operasi SC yang telah dilakukan.
10