Lapsus Jiwa Samlih Bismillah, Mudahan Dr Asyikin Dilembutkan Hatinya

34
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama :Nn. N Usia :32 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Parangkiwan Pangkalab Bun Pendidikan :SMP Pekerjaan : Tidak Bekerja Agama : Islam Suku :Bugis Bangsa : Indonesia Status Perkawinan :Belum Menikah Tanggal berobat : 17 Agustus 2015 II. RIWAYAT PSIKIATRIK Alloanamnesa hari Senintanggal 17 Agustus2015 jam 09.30 WITA dengan Tn. Y (kakak kandung pasien) di IGD RSJ Sambang Lihum dan autoanamnesa dengan

description

saraf

Transcript of Lapsus Jiwa Samlih Bismillah, Mudahan Dr Asyikin Dilembutkan Hatinya

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :Nn. N

Usia :32 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Parangkiwan Pangkalab Bun

Pendidikan :SMP

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Suku :Bugis

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan:Belum Menikah

Tanggal berobat : 17 Agustus 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Alloanamnesa hari Senintanggal 17 Agustus2015 jam 09.30 WITA dengan

Tn. Y (kakak kandung pasien) di IGD RSJ Sambang Lihum dan

autoanamnesa dengan pasienhari Senin tanggal 17 Agustus 2015jam 10.00

WITA di bangsal jiwa RSJ Sambang Lihum.

A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pada bulan Maret 2013, os bersama keluarganya di bawa ziarah ke makam

ayahnya.Setelah pulang dari ziarah os tiba-tiba menjadi murung dan sering diam

ketika diajak bicara. Os menjadi susah diajak makan dan sering mengurung diri di

dalam kamar.

Sekitar awal Juni tahun 2013 os menurut keluarga sering mondar mandir

di rumah tanpa alasan yang jelas, dan saat diajak bicara mulai tidak nyambung.Os

juga menjadi kurang dalam kebersihan diri dan aktifitas keseharian os

terganggu.Pada 25 Juli 2013 os tiba- tiba mengamuk, melepas pakaian dan berlari

keluar rumah dan berkeliling kampung dengan bertelanjang bulat. Karena

keluarga merasa malu dan takut jika os kabur lebih jauh, maka diputuskan untuk

mempasung os. Os dipasung denagan cara dirantai di kaki. Selama dipasung os

menjadi sering berteriak, dan saat didekati os malah melawan dan tampak

ketakutan pada setiap orang yang mendekatinya.

Pada pertengahan Juli 2015 os mulai sering mengamuk. Os mengamuk

lebih sering dari sebelum-sebelumnya dan hampir setiap hari. Ketika diajak

berbicara, os cenderung menghindar dan meracau tentang hal-hal aneh, namun

kakak os tidak bisa mengerti apa yang os katakana. Os diobati dengan obat

penenang yang di dapatkan dari puskesmas Obatnya 2 macam namun os dan

keluarga tidak patuh sehingga putus obat. Pada tanggal 14 Agustus 2015, os tiba-

tiba berteriak dan mengamuk sehingga membuat tetangga dan lingkungan tidak

tenang. Os melihat sekelilingnya dengan ketakutan, dan semakin mengamuk

ketika kakak os mendekat untuk menenangkan. Saat ditinggalkan sendirian, os

tampak terdiam dan tenang. Pada tanggal 17 Agustus 2015, os dibawa berobat ke

RSJ sambaing lihum, karena kakak os curiga os akan kembali mengamuk tidak

terkendali.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pada awal Februari tahun 2009, Ayah os meninggal dunia. Menurut kakak

os setelah kematian ayah os perilaku os mulai berubah. Os menjadi pemurung,

pendiam dan sering mengunci diri di kamar selama beberapa hari. Ketika kakak os

dan keluarga dekat lain mencoba untuk mengajak os berbicara, os cenderung

menghindar dan hanya diam ketika ditanya. Menurut kakak os, os juga jarang

keluar rumah dan menutup diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Ketika

diminta untuk membeli sesuatu diwarung, atau diajak mengunjungi rumah

kerabat, os selalu menolak. Os memang dikenal pribadi yang pendiam namun

setelah kematian ayahnya os menjadi sangat pendiam dan lebih sering melamun.

Pada pertengahan November 2009, os mulai berbicara sendiri. Saat berbicara

sendiri, os seolah tidak sadar akan keadaan sekitarnya. Ketika kakak os bertanya

apa yang sedang os bicarakan, os hanya diam. Os juga kadang tertawa-tawa

sendiri, walaupun tidak ada hal lucu, tidak jelas apa yang ditertawakan. Bahkan

terkadang, saat sedang melamun, os bisa menangis tiba-tiba tidak jelas sebabnya.

Saat ditanya sebabnya, os hanya diam dan tidak mau berbicara.

Pada pertengahan Januari 2010, ketika sedang melamun dan diajak

berbicara oleh kakaknya,, os tiba tiba meracau dan berkata bahwa ia melihat

bayangan orang didekat kakinya. Os juga mengatakan bahwa bayangan hitam

tersebut ingin menjahatinya. Ketika ditanya lebih lanjut mengenai bayangan itu,

os hanya meracau tidak jelas, dan tidak bisa mendeskripsikan dengan pasti. Sejak

saat itu, os menjadi mudah marah dan sering ketakutan. Os kadang-kadang juga

berteriak dan maracau tentang bayangan hitam tersebut dan menunjuk nunjuk

kakinya. Ketika keluarga (kakak dan ibu os) berusaha mendekati os unutk

menenangkannya, os malah mengamuk, menganggap orang yang mendekatinya

sebagai orang yang berusaha menjahatinya.

Namun pernah sekali os berkata bahwa ada orang/ bayangan yang ingin

menjahatinya dan bergantung di kakinya.Os tidak mendekskripsikan secara

pasti.Os menjadi mudah marah dan ketakutan kemudian mengamuk jika dia

meliat bayangan tersebut. Os mudah tersinggung. Os mengamuk dengan

menghancurkan dinding rumah bahkan sampai jebol Keluarga pernah membawa

os ke orang pintar di kampung, namun tidak ada perubahan dan akhirnya dirawat

di rumah. Paman os menyarankan untuk me ruqiyah os. Keluarga menganggap os

sedangkerasukan roh halus karena sering melihat bayangan.

Pada awal Februari 2010 os di ruqyah di tempat dekat kampungnya. Os di

ruqyah sebanyak dua kali, menurut keluarga os sudah menjadi lebih tenang, dan

mulai jarang melihat bayangan dan tidak ada mngamuk lagi. Namun terkadang os

masih sering menyendiri. Pada bulan April 2010, os sudah tidak ada melihat

bayangan lagi, dan sudah bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Os sudah

bisa bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya. Keluarga sangat senang os sudah

kembali sehat.

D. RIWAYAT PERKAWINAN

Os tidak pernah menikah dan tidak pernah ada rencana pernikahan. Os

tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis menurut kakak dan ibu os

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Os merupakan anak yang diharapkan.Os merupakan anak ke 3

dari 3 bersaudara.Saat hamil dan melahirkan, ibu os mengaku tidak

ada sakit atau keluhan, maupun kelianan. Ibu os tidak pernah

mengalami muntah-muntah berlebihan selama masa kehamilan.Pasien

lahirdengan spontan, berat lahir3kg dan cukup bulan dan ditolong oleh

dukun beranak.

2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Pasien diberikan ASI oleh ibunya hingga usia 7 bulan.Saat

menyusui pasien, ibu pasien memperlihatkan pandangan yang senang

dan juga memberikan senyuman kepada pasien.Ibu pasien sering

menyanyikan lagu-lagu yang menenangkan dan membisikkan kata-

kata dengan lembut.Ibu pasien juga sering membelai pasien dengan

lembut.Os dapat tidur nyenyak, mudah bila diberi makan dan tidak ada

kesukaran dalam buang air besar.

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Pasien sudahmulai bisa bergerak sesuai dengan

keinginannya.Pasien senang berlari-lari dan naik turun tangga.Orang

tua pasien membiarkan os berlari-lari dan naik turun tangga sambil

mengawasi tindakan pasien.Bila pasien mau terjatuh atau tersandung,

orang tua os sigap untuk menangkap.

4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Pasien mulai berinisiatif untuk membantu orang tuanya.Pasien

membantu membereskan makanan, mencuci piring dan menyapu

kamarnya.Walaupun pekerjaan yang dilakukan pasien masih sering

tidak tuntas, ibu os sering memarahi os pasien untuk menyelesaikan

tugasnya tanpa pernah menyalahkan pasien.Pasien juga sangat dekat

dengan ayahnya. Ayah pasien menunjukkan sikap menyayangi pasien

dan sering mengajaknya jalan-jalan.

5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority

Os dibelikan boneka-boneka oleh orang tuanya. Os sering

bermain seakan-akan menggendong anak. Orang tua pasien tidak

pernah marah kepada os namun mainan os memenag tidak sebanyak

anak-anak lain karena kondisi keuangan yang buruk.

6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

Os bersekolah di SMP dan tinggal di rumah bersama ayah ibu

dan dua kakanya.Apabila pulang ke rumah pasien sering membantu

pekerjaan ibuya. Ketika usia ini orang tua kurang mengetahui keadaan

pasien karena kesibukan mencari nafkah. Pada usia ini juga ayah os

tiba-tiba jatuh sakit stroke dan tidak beraktifitas dan mencari nafkah

seperti sebelumnya. Os harus berhenti sekolah karena keadaan ini.Os

tidak pernah tinggal kelas.

7. Young Adulthood (20 – 25 tahun) Intimacy vs. Isolation

Os pernah mengikuti kursus computer dan menyelesaikannya

sebelum terjadinya gejala-gejala gangguan jiwa.Pada rentangusia ini os

tidak pernah menikah. Os memang dikenal sebagai pribadi pendiam,

jarang bergaul sehingga keluarga tidak mengetahui adakah os memiliki

pacar atau teman dekat.Os tidak pernah bekerja sebelumnya.

E. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

Keterangan :

= Penderita

= Laki-laki

= Perempuan

/ = meninggal dunia

Pasien adalah anak ke-3 dari 3 orang bersaudara.Tidak terdapat

riwayat gangguan jiwa yang serupa dalam keluarga pasien.

F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Saat ini pasien tinggal dengan ibu, kaka perempuan dan lali-

laki.Pasien tinggal dirumah kayu yang terletak di pinggir jalan.Perumahan

sekitar cukup padat.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os tidak merasa dirinya sakit.Dia merasa tidak gila hanya orang

rumah saja yang mengira dia gila.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Pasien datang ke Poli Jiwa bersama kakak laki-lakinya. Pasien

berperawakan kurus. Kulit pasien berwarna kuning langsat, tampak tidak

terawat.Pasienberpakaian acak-acakan. Pasien mengenakan kaus biru dan

tidak mengenakan celana. Pasien terlihat tidak aktif, pasien sulit diajak

bicara dan menjawab sedikit-sedikit pertanyaan yang diajukan

2. Kesadaran

Jernih

3. Perilaku dan aktivitas motorik

Hiperaktif

4. Pembicaraan

Inkoheren

5. Sikap terhadap pemeriksa

nonkooperatif

6.Kontak Psikis

Kontak (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF,

KESERASIAN DAN EMPATI

1. Afek(mood) : Hiperthym

2. Ekspresi afektif : tidak stabil

3. Keserasian : inappropriate

4. Hidup Emosi

Stabilitas : Labil

Pengendalian : tidak terkendali

Skala diferensiasi : Sempit

Empati : Tidak dapat diraba-rasakan

Sungguh-sungguh : sungguh-sungguh

Dalam/dangkal : Dangkal

Arus : Lambat

C. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : jernih

2. Orientasi : Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

Situasi : baik

3. Konsentrasi : terganggu

4. Daya ingat : Jangka panjang : terganggu

Jangka pendek : terganggu

Segera : terganggu

5.Intelegensia dan Pengetahuan Umum: buruk

6. Pikiran abstrak : terganggu

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi A/V: (-/+)

2. Depersonalisasi/ Derealisasi : (-)

E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir : a. Produktivitas : terganggu

b. Kontinuitas : tidak Lancar, tidak relevan

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi Pikir : a. Preokupasi : (-)

b. Waham : (+) kejar

F. PENGENDALIAN IMPULS

terganggu

G. DAYA NILAI

a. Daya norma sosial : terganggu

b. Uji daya nilai : terganggu

c. Penilaian realita : terganggu

H. TILIKAN

T1 : Tidak Sadar bahwa dirinya sakit dan merasa tida perlu berobat

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA

Tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. STATUS INTERNUS

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Tinggi badan : 150 cm

Berat badan : 40 kg

IMT : 17,06 kg/m2

Tanda vital : TD : 100/80 mmHg

N : 82 x/menit

RR : 22 x/menit

T : 36,4derajat Celcius

Kepala Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva anemis (-), sclera

tidak ikterik, refleks cahaya +/+

Telinga : sekret -/-

Hidung : sekret -/- epistaksis (-)

Mulut : mukosa bibir lembab, pucat (-), lidah tidak tremor

Leher : KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat

Thoraks I : bentuk simetris

P : fremitus raba simetris

P : Pulmo : sonor

Cor : batas jantung normal

A : Pulmo : vesikuler, Ronki/wheezing -/-

Cor : S1S2 tunggal

Abdomen I : simetris

P : hepar/lien/massa tidak teraba

P : timpani

A : BU (+) normal

Ekstremitas Superior : jejas pasung

Inferior : -/-

2. STATUS NEUROLOGIS

N 1-XII : normal

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks patologis : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Alloanamnesa

Fase prodromal I :

- Pada awal Februari 2009 os sering diam (mutisme), pemurung, mengunci

diri di kamar, dan menutup diri dari pergaulan setelah kematian

ayahnya.

- Pada pertengahan November 2009 os mulai berbicara sendiri, kadang

tertawa-tawa sendiri (autism), dan saat sedang melamun, os bisa

menangis tiba-tiba.

Fase Aktif I :

- Pada pertengahan Januari 2010, ketika sedang melamun os meracau ia

melihat bayangan orang didekat kakinya yang ingin menjahatinya

(halusinasi visual).

- os menjadi mudah marah dan sering ketakutan.

- Os menganggap orang yang mendekatinya sebagai orang yang

berusaha menjahatinya (waham curiga)

- Os mengamuk dengan menghancurkan dinding rumah

Fase remisi I :

- Pada awal Februari 2010 os sudah menjadi lebih tenang, dan mulai

jarang melihat bayangan dan tidak ada mengamuk lagi

- Pada bulan April 2010, os sudah tidak ada melihat bayangan lagi, dan

sudah bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa.

- Os sudah bisa bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya.

Fase prodromal II:

- Pada bulan Maret 2013, os tiba-tiba menjadi murung dan sering diam

(mutisme) , susah diajak makan bersama dan mengurung diri dalam

kamar

- Sekitar pertengahan tahun 2013 os sering mondar mandir di rumah dan

saat diajak bicara tidak nyambung.

- Os mulai jarang mandi, harus dipaksa dan diingatkan (gangguan

kebersihan diri).

Fase Aktif II:

- Pada 25 Juli 2013 os tiba- tiba mengamuk, melepas pakaian dan berlari

keluar rumah dan berkeliling kampung dengan bertelanjang bulat.

- Saat dipasung, os sering berteriak dan bersikap melawan saat didekati.

Autoanamnesa

♦ Kontak (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan.

♦ Perilaku dan aktifitas psikomotor:hiperaktif

♦ Pembicaraan : Inkoheren

♦ Afek : hiperthym

♦ Ekspresi afektif :stabil

♦ Empati : tidak dapat diraba-rasakan

♦ Hidup emosi : labil, sempit, sungguh-sungguh, dangkal

♦ Keserasian : inappropriate

♦ Konsentrasi : terganggu

♦ Daya ingat :jangka panjang terganggu, jangka pendek

terganggu, daya ingat segera terganggu

♦ Intelegensi : buruk

♦ Halusinasi A/V : (-/+)

♦ Arus pikir : tidak lancar, tidak relevan

♦ Preokupasi : (-)

♦ Tilikan : T1

♦ Penilaian realita : terganggu

♦ Taraf dapat dipercaya : tidak dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)

2. Aksis II : Gangguan Kepribadian Skizoid (F.60.1)

3. Aksis III : Tidak ada

4. Aksis IV : Masalah keluarga dan lingkungan sosial

5. Aksis V : GAF scale 30-21

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad malam (skizofrenia paranoid)

Perjalanan penyakit : dubia ad malam (kronis)

Ciri kepribadian : dubia ad malam (skizoid)

Stressor psikososial : dubia ad malam (keluarga dan lingkungan

sosial)

Usia saat menderita : dubia ad malam (28tahun)

Pendidikan : dubia ad malam (SMP)

Perkawinan : -

Ekonomi : dubia ad malam (ekonomi lemah)

Lingkungan sosial : dubia ad malam (tidak pernah

bersosialisasi)

Organobiologi : dubia ad bonam( tidakada penyakit fisik)

Pengobatan psikiatrik : dubia ad malam

Ketaatan berobat : dubia ad malam

Kesimpulan : dubia ad malam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka : Risperidone 2 x 2 mg

Haloperidol 2 x 5 mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga (family therapy)

Religius : Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah, pengajian

Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat

X. DISKUSI

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu

bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang

tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted).Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Untuk diagnosis Skizofrenia harus memenuhi seluruh persyaratan

berikut yaitu :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau

kurang jelas) :

a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya; 

b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk

kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau

penginderaan khusus);

- “delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; 

c. Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia

biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan

mahluk asing dan dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;

c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,

dan stupor;

d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal));

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.

Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:

Sedasi dan inhibisi

Gangguan otonomik (hipotensi, anti kolinergik: mulit kering, sulit

defekasi, miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler

meninggi, ganggu an irama jantung

Gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut,akatisia, sindrom

parkinson)

Tardive dyskinesia gerakan berulang involunter pada: lidah wajah

mulut atau rahang, anggota gerak. Saat tidur geja hilang.

Pada pemberian anti psikosis jangka panjang perlu dievaluasi. Darah rutin,

urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal

Efek samping obat antipsikosis salah lainnya hepatotoksis maka perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk

memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda

ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik

dari pemeriksaan fisik (4).

Hipotesis terjadinya sindrom psikosis diduga berkaitan dengan aktivitas

neurotransmitter dopamine yang meningkat (hiperaktivitas sistem dopaminergik

sentral). Sehingga, mekanisme kerja obat anti psikosis adalah memblokade

dopamin pada reseptor pasca sinaptik pada neuron di otak, khususnya di sistem

limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonistsi) sehingga

efektif untuk gejala positif.

Sedangkan obat anti psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap

“Dopamine D2 Receptors” juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors”

(Serotonin-dopamine antagonist), sehingga efektif juga untuk gejala negatif.

Selain itu dilakukan psikoterapi berupa terapi keluarga dan masyarakat

agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-

stressor baru, melainkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk

kesembuhan penderita. Psikoterapi dan rehabilitasi merupakan penatalaksanaan

gangguan jiwa lanjutan yang sudah tenang bertujuan untuk menguatkan daya

tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan

adaptatif. Psikoterapi ataupun rehabilitasi pada penderita ini sebaiknya ditunjang

dengan pemeriksaan psikologi terlebih dahulu, sehingga bisa dipilih metode yang

cocok untuk menunjang kesembuhan penderita.

Rehabilitasi sesuai dengan minat dan bakat pada penderita yang diambil

berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis. Dengan terapi ini diharapkan penderita

dapat kembali ke masyarakat.

Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membantu

kesembuhan pasien. Karena disini jelas terdapat hubungan yang kurang baik

dengan salah satu keluarga yang jika terjadi kembali dapat menjadi suatu pemicu

kekambuhan penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2002.

2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007.

3. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: FKUI, 2001.

4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Jakarta University Press, 2004.

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

(F 20.0)

Oleh

Ramadhan Wibowo I4A011033

Ilfa Najmi Arifa I4A011047

Yusrina Rahmadini I4A011088

Pembimbing

dr. H. Asyikin Noor, Sp. KJ, MAP

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unlam-RSJD Sambang Lihum

Banjar

Agustus 2015