LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

7
PENGARUH KONSENTRASI BAHAN AKTIF BETA SIFLUTRIN TERHADAP MORTALITAS BIBIT IKAN MAS (Cyprinus carpio) Viki Khajri Syant (11412013) Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung Jalan Winayamukti nomor 1 Jatinangor, Sumedang Telp. (022) 7798600, Fax. (022) 7798617 PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi gangguan hama dan sekaligus dapat meningkatkan produksi pertanian adalah dengan penggunaan pestisida (Atmawidjaja et al., 2004). Banyak petani berpendapat bahwa dengan mempertinggi dosis dan frekuensi pemberian pestisida akan memberikan hasil yang lebih baik (Prakosa et al., 2004). Berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakukan Sjam et al. (2011) menunjukkan bahwa masih banyak petani yang melakukan aplikasi penggunaan pestisida sintetik dengan frekuensi yang tinggi yaitu sekitar satu sampai dua kali seminggu, sehingga selama satu kali musim tanam mencapai 12 sampai 16 kali dan sekitar 43,3% petani melakukan aplikasi tiga kali semingggu. Padahal, tidak semua pestisida yang diberikan tepat sasaran, kurang lebih hanya 20 persen pestisida yang mengenai sasaran, sedangkan 80 persennya lagi jatuh ke tanah dan menjadi residu (Sa’id, 1994). Residu pestisida dapat menurunkan kualitas lingkungan karena dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan. Permasalahan tersabut berkaitan dengan salah satu sifat utama yang dimiliki pestisida adalah daya racun atau toksisitas. Meski pestisida dimaksudkan untuk membunuh suatu jenis hama tertentu, namun pestisida tidak bersifat selektif dan memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menjadi sumber pencemaran ( Taufik dan Yosmaniar, 2010). Residu pestisida yang digunakan pada lahan pertanian akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari

Transcript of LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

Page 1: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN AKTIF BETA SIFLUTRIN TERHADAP MORTALITAS BIBIT IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Viki Khajri Syant (11412013)

Program Studi Rekayasa Pertanian, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi BandungJalan Winayamukti nomor 1 Jatinangor, Sumedang

Telp. (022) 7798600, Fax. (022) 7798617

PENDAHULUAN

Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi gangguan hama dan sekaligus dapat meningkatkan produksi pertanian adalah dengan penggunaan pestisida (Atmawidjaja et al., 2004). Banyak petani berpendapat bahwa dengan mempertinggi dosis dan frekuensi pemberian pestisida akan memberikan hasil yang lebih baik (Prakosa et al., 2004). Berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakukan Sjam et al. (2011) menunjukkan bahwa masih banyak petani yang melakukan aplikasi penggunaan pestisida sintetik dengan frekuensi yang tinggi yaitu sekitar satu sampai dua kali seminggu, sehingga selama satu kali musim tanam mencapai 12 sampai 16 kali dan sekitar 43,3% petani melakukan aplikasi tiga kali semingggu. Padahal, tidak semua pestisida yang diberikan tepat sasaran, kurang lebih hanya 20 persen pestisida yang mengenai sasaran, sedangkan 80 persennya lagi jatuh ke tanah dan menjadi residu (Sa’id, 1994).

Residu pestisida dapat menurunkan kualitas lingkungan karena dapat menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan. Permasalahan tersabut berkaitan dengan salah satu sifat utama yang dimiliki pestisida adalah daya racun atau toksisitas. Meski pestisida dimaksudkan untuk membunuh suatu jenis hama tertentu, namun pestisida tidak bersifat selektif dan memiliki spektrum yang luas

sehingga dapat menjadi sumber pencemaran ( Taufik dan Yosmaniar, 2010).

Residu pestisida yang digunakan pada lahan pertanian akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari perairan. Hal ini terjadi karena pada umumnya aktivitas pertanian seperti contohnya sawah terletak dekat dengan sumber perairan seperti sungai atau irigasi yang juga sebagai tempat pembuangan limbah cair yang masih mengandung residu pestisida. Akibatnya, sungai dan irigasi yang juga merupakan sumber air untuk berbagai kegiatan budidaya perikanan dapat tercemar oleh berbagai bahan aktif dari pertisida dan akan menyebabkan kematian bagi ikan-ikan yang dibudidayakan (Yosmaniar et al., 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi bahan aktif beta siflutrin terhadap mortalitas bibit ikan mas (Cyprinus carpio) dengan mengestimasi nilai Lethal Concentration (LC50) dan LT50.

METODE PENELITIAN

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ikan mas (Cyprinus carpio) sebanyak 54 ekor dengan 9 perlakuan yang masing-masing perlakuannya terdiri dari 6 ekor ikan yang dibagi kedalam 2 wadah uji. Bahan uji insektisida yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bahan aktif beta siflutrin. Wadah yang digunakan berupa 9 unit

Page 2: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

gelas plastik bening ukuran 240 ml yang diisi dengan 100 ml larutan.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Static Bioassay (media uji tergenang) dengan periode eksperimen uji jangka pendek (Short Term Test). Bioassay merupakan suatu metode yang mengukur tanggap suatu organisme hidup untuk menentukan konsentrasi bahan kimia pada suatu contoh. Sriyani (2007) melaporkan bahwa Bioassay dapat digunakan sebagai salah satu metode deteksi pestisida dalam tanah dan air dengan cukup akurat.

Penelitian dilakukan untuk menguji toksisitas (LC50) dan LT50.

1. Uji Toksisitas (LC50)Uji ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi yang dibutuhkan untuk membunuh setengah dari jumlah ikan uji. Konsentrasi bahan uji yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah 0.05%, 0.1%, 0.5%, 2%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, serta 0% sebagai larutan kontrol.

2. Uji LT50 Uji ini dilakukan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk membunuh setengah dari jumlah ikan yang diuji.

Analisis Data

Data mortalitas digunakan untuk menghitung nilai LC50 dan LT50 dengan menggunakan metode Analisis Probability Unit (Probit). Untuk menghitung mortalitas hewan uji digunakan rumus menurut Effendie (1978), yaitu:

M= No−NtNt

x 100%

Keterangan:M = Mortalitas (%)No= Jumlah hwan uji awal (ekor)Nt = Jumlah hewan uji akhir (ekor)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian selang konsentrasi menunjukkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpio) memiliki batas toleransi terhadap perbedaan konsentrasi pestisida yang diberikan.

Page 3: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

Tabel 1. Persentase Kematian Ikan Mas Tiap Perlakuan Konsentrasi Bahan Uji

Berdasarkan Tabel 1. terlihat data mortalitas ikan mas dengan berbagai perlakuan konsentrasi. Seluruh ikan uji masih mampu bertahan hidup pada konsentrasi 0% (kontrol), 0.05%, 0.1%, dan 0.5% selama durasi penelitian (8 menit). Pada konsentrasi 2% terdapat 2 ekor ikan uji yang mati. Pada konsentrasi 20% terdapat 5 ekor ikan uji yang mati. Pada konsentrasi 30% terdapat 5 ekor ikan yang mati. Pada konsentrasi 40% dan 50% semua ikan uji mati.

Berdasarkan pengamatan, ikan yang diuji pada perlakuan selain kontrol terlihat lebih hiperaktif bila dibandingkan dengan ikan uji kontrol. Ikan terlihat lebih gelisah dan lebih sering muncul kepermukaan. Insang ikan dari luar juga tampak lebih merah daripada ikan normal. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pada insang. Kerusakan pada insang yang terjadi yaitu penebalan lamella, degradasi sel atau bahkan kerusakan dan kematian jaringan insang. Kerusakan pada insang menyebabkan terganggunya proses respirasi sehingga ikan sering menyembul kepermukaan (Alasbaster dan Lloyd, 1980). Perubahan tingkah laku pada ikan disebabkan

oleh bahan aktif beta siflutrin yang mempengaruhi kerja enzim-enzim fisiologis tubuh ikan (Palar, 2004). Beta siflutrin juga merupakan racun kontak yang membunuh target dengan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, membus saluran darah, atau melalui pernapasan (Ekha, 1988). Selain itu, beta siflutrin merupakan racun syaraf yang juga merusak lambung pada sistem pencernaan ikan (FAO, 1999).

Metode Analisis Probit menghasilkan persamaan regresi linear yang ditunjukkan pada Gambar 1. dengan nilai LC50 yang didapat sebesar 6,28097 dan dapat disimpulkan tingkat toleransi ikan mas (Cyprinus carpio) terhadap toksisitas pestisida dengan bahan aktif beta siflutrin yaitu 6,28%.

Page 4: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

Grafik 1. Hubungan regresi linear log konsentrasi dan

Probit

Toleransi ikan mas sebesar 6,28% pada penelitian ini termasuk cukup sempit. Batas kisaran toleransi organisme ditentukan dengan kematian 50% dari jumlah populasi setelah didedahkan pada suatu kondisi lingkungan selama rentang waktu tertentu (Akbar, 2006).

Tabel 2. Persentase Kematian Ikan Mas Tiap Satuan Waktu

Tabel 2. menunjukkan hasil uji LT50 yang dilakukan pada konsentrasi 20% berupa data mortalitas ikan mas permenit.

Page 5: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx

Gambar 2. Hubungan regresi linear log waktu dan probit

Berdasarkan persamaan regresi linear yang ditunjukkan oleh Gambar 2. yang diperoleh dari metode Analisis Probit, nilai LT50 yaitu 5 menit 8 detik dan dapat disimpulkan bahwa pada waktu tersebut ikan mas yang di uji dengan pemberian beta siflutrin mati sebanyak 50%.

KESIMPULAN

Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pertisida dengan bahan aktif beta silfutrin terhadap mortalitas bibit ikan mas (Cyprinus carpio) dengan nilai LC50 yaitu 6,28% dan LT50 yaitu 5 menit 8 detik.

DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J. and Lloyd. 1980. Water Quality Criteria for Fish. FAO of United Nations European Inland Fisheries Advisor Commision, Butterworth London. Boston, 297 pp.

Atmawidjaja, S., Daryono, H.T., dan Rudiyanto,. (2004). Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Residu Pestisida

Metidation Pada Tomat. Acta Pharmaceutica Indonesia. Jun: 72-73.

FAO. 1999. FAO Specifications and Evaluations for Plants Protection Product. Beta-Cyfluthrin Evaluations. Rome: FAO Plant production and protection paper 149.

Ekha, I. 1988. Dilema Pestisida. Cetakan I. Yogyakarta: Kanisius

Palar. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Prakosa, C., Pudji H., dan Umar S. (2004). Monitoring Residu Klorpirifos Dalam Pembuatan Saus Tomat. Disertasi Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan UGM Yogyakarta.

Sa’id, E.G., 1994. Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua. Agrotek, 2(1): 71-72

Sjam, S., Surapati S., Rosmana A., dan Tamrin S. 2011. Teknologi Pengendalian Hama dalam Sistem Budidaya Sayuran Organik. Jurnal Fitomedika, 7(3): 142-144

Sriyani, N. 2007. Keakuratan metode bioassay untuk mendeteksi herbisida pascatumbuh paraquat dan glifosat dalam tanah dan air. J. Tanaman Trop. 10(1): 11-20

Taufik, Imam dan Yosmaniar. 2010. Pencemaran Pestisida pada Lahan Perikanan di Daerah Karawang-Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V

Yosmaniar, Supriyono, E., dan Sutrisno. 2009. “Toksisitas Letal Moluskisida Niklosamida pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio). J. Ris. Akuakultur, 4(1): 85-93

Page 6: LAPRAK BHT IKAN MAS.docx