laporan_tahunan_kpk_2010

83
Laporan Tahunan 2010 Laporan Tahunan 2010 Laporan Tahunan 2010

Transcript of laporan_tahunan_kpk_2010

Page 1: laporan_tahunan_kpk_2010

Laporan Tahunan 2010Laporan Tahunan 2010LaporanTahunan2010

Lap

ora

n Ta

hu

na

n 2

010

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

Page 2: laporan_tahunan_kpk_2010

LAPORANTAHUNAN2010

Kupu-kupu itu keluardari garba hidupnya

Kini, dia terbang tinggi menge-pakkan sayapnya yang indah dan perkasa,siap mengarungi derasnya ter-paan badai kehidupan

Kita adalah kupu-kupu ituYang coba lepaskan diri dari jerat korupsi dan perlawanan hebat para koruptorDemi terwujudnya bangsa yang sejahteraBebas dari korupsi

Sekaranglah saatnyaMari kawan, kita membulatkan tekad bersama melawan korupsi

Yakinlah. Di depan sana,Indonesia baru tanpa korupsi, telah menanti...

Page 3: laporan_tahunan_kpk_2010

LAPORAN TAHUNAN 2010

DITERBITKAN OLEHKOMISI PEMBERANTASAN KORUPSIDESEMBER 2010

ISBN: 978-979-18455-9-5PENYUSUN : TIM PENYUSUN LAPORAN TAHUNAN KPK 201078 HAL + VIII

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSIJL. H.R. RASUNA SAID KAV. C-1, JAKARTA 12920TELP. (62-21) 2557 8300FAKS. (62-21) 5289 2456www.kpk.go.id

Page 4: laporan_tahunan_kpk_2010

vVISI, MISI, ASAS, DANNILAI-NILAI KPKVisiMenjadi Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi

Misi•PendobrakdanPendorongIndonesiayangBebasdari Korupsi •MenjadiPemimpindanPenggerakPerubahanuntuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari korupsi

Asas•KepastianHukum•Keterbukaan•Akuntabilitas•KepentinganUmum•Proporsionalitas

Nilai-Nilai•Integritas•Profesionalisme•Inovasi•Religiusitas•Transparansi•Kepemimpinan•Produktivitas

Page 5: laporan_tahunan_kpk_2010

vi

DAFTAR ISIVisi dan Misi v

Asas dan Nilai-nilai v

Daftar Isi vi

Rantai Kegiatan KPK vii

Kliping Koran viii

PENGANTAR PIMPINAN 1

SEKILAS TENTANG KPK 5Profil Organisasi 6Struktur Organisasi 7Profil Pimpinan 9

PENGUATAN KELEMBAGAAN Komposisi SDM 12Pendidikan dan Pelatihan 12Anggaran 13Pengadaan dan Pengelolaan Aset 15Sarana Gedung 15Pemanfaatan Teknologi 15Penguatan Aspek Yuridis 16Pengawasan Internal 17Hubungan Masyarakat 17

Implementasi Pelayanan Informasi Publik 18

PEMBERANTASAN KORUPSI 2010 19Penegakan Hukum 20Koordinasi dan Supervisi 22Kerjasama Berantas Korupsi 24Mendorong Transparansi Abdi Negara 26Menuju Sistem Yang Lebih Baik 28Penanaman Nilai Antikorupsi Melalui Pendidikan 31

Penggalangan Dukungan Masyarakat 33

PROGRAM KERJA 2011 35

KPK DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI MATA MEREKA 39

LAMPIRAN 43Penindakan 44Gratifikasi 62Pengaduan Masyarakat 63

Pegembangan Jaringan dan Kerja sama 65

Pengadaan, Barang Sitaan dan Rampasan 68

Penelitian dan Pengembangan 72

Page 6: laporan_tahunan_kpk_2010

1

PENGANTAR PIMPINAN

Page 7: laporan_tahunan_kpk_2010

2

Pertanyaan tersebut menyeruak, karena dari jawaban yang ada, akan terungkap apakah target-target yang dicanangkan telah tercapai dan apakah harapan-harapan yang menggelayut telah terpenuhi. Sebagai evaluasi untuk melangkah lebih baik di tahun berikutnya.

Bagi KPK, menjelang tutup tahun tidak sekadar mengevaluasi berbagai program dan kegiatan yang telah di-lakukan. Namun, juga melaporkan-nya kepada publik. Sebagai lembaga negara yang pembiayaannya berasal dari uang rakyat, adalah sebuah ke-wajiban bagi KPK untuk melaporkan kinerja setiap tahunnya kepada publik. Karena itulah, seperti tahun-tahun sebelumnya, dengan mengusung semangat keterbukaan, KPK kembali mengeluarkan laporan tahunan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik.

Tahun 2010 dilalui dengan penuh tantangan. Setidaknya, badai yang menerpa sejak 2009 terkait tuduhan yang ditujukan kepada pimpinan KPK, ternyata belum benar-benar berakhir pada tahun ini. Ketidakpastian dan ketidak-jelasan membuat konsentrasi

kerja sedikit banyak menjadi ter-pengaruh. Syukurlah kondisi tersebut kini mulai mendekati saat-saat akhir. Ketidakpastian mulai menyingkir sehingga fokus kerja pun kembali.

Tantangan berat lainnya bernama ekspektasi publik yang begitu tinggi. Harapan demi harapan yang di-gantungkan di pundak KPK untuk mengungkap kasus-kasus yang menjadi perhatian publik, menjadi tantangan tersendiri.

KPK menyikapi positif ekspektasi tadi. Meski ada beberapa yang direfleksi-kan melalui aksi unjuk rasa, kritikan, atau bahkan caci-maki, namun sejatinya itulah wujud ekspektasi itu sendiri. Bagi KPK, semua adalah manifestasi dari harapan-harapan besar masyarakat. Itulah penyemangat kerja KPK, yang disikapi dengan kesungguhan dan kerja keras dalam upaya pemberantasan korupsi.

Tantangan lainnya datang dari kondisi internal di KPK. Jumlah sumber daya manusia yang terbatas sungguh tidak sebanding dengan ruang lingkup dan luasnya wilayah yang menjadi tugas KPK. Pun dengan sarana dan prasa-

Apakah yang sudahdilakukan? SetiapDesember, ketika

hitungan hari padatahun itu mulai

mendekati penghabisan, pertanyaan itu selalu

mengemuka.

PENGANTAR PIMPINAN

Page 8: laporan_tahunan_kpk_2010

3

rana yang dimiliki, khususnya gedung perkantoran yang mulai “kewalahan” menampung pegawai dan dokumen-dokumen kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas pemberan-tasan korupsi.

Meski demikian, sungguh, KPK sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa di tengah badai yang be-lum benar-benar reda dan berbagai kendala lainnya, KPK bisa melak-sanakan tugas dengan baik. Bahkan, sejumlah perubahan, terobosan, dan kerja sama penting yang signifikan dalam upaya pemberantasan korupsi, dilakukan KPK pada tahun ini.

Di bidang penindakan, dilakukan perubahan strategi dengan penajaman dan pengoptimalan pelacakan aset. Hal tersebut dilaksanakan berdasar-kan pengalaman penanganan kasus selama ini. Bahwa mengambil kembali kekayaan negara yang telah dicuri oleh para koruptor, bukanlah perkara mudah. Terlebih jika aset-aset tersebut telah dibawa lari ke luar negeri. Untuk itu, selain penyempurnaan metodologi pelacakan aset yang dilakukan dengan deteksi sedini mungkin, KPK juga menggandeng kerja sama dengan mitra-mitra strategis.

Salah satu kerja sama strategis tersebut adalah penandatanganan MoU KPK-Divisi Internasional Polri tentang pemanfaatan jaringan komu-nikasi Interpol I-24/7 dan jaringan database ASEANAPOL e-ADS (Electronic ASEANAPOL Database System). Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan akan lebih mengerat-kan dan mengefektifkan hal-hal yang berkaitan dengan pelacakan aset maupun pelacakan orang. Untuk tujuan

yang kurang lebih sama, pada tahun ini KPK juga menjalin kerja sama konstruktif dengan Serious Fraud Office (SFO) Inggris.

Pemanfaatan teknologi forensik juga dioptimalkan. Korupsi bukanlah kejahatan konvensional. Seringkali, pelaku - para koruptor - dengan segala akal dan kekuasaan yang dimiliki, mencoba untuk melenyapkan bukti-bukti demi menghindari jeratan hukum. Teknologi forensik berperan besar dalam mengatasi situasi-situasi seperti itu.

Dalam hal penanganan kasus, pada tahun ini, jenis tindak pidana korupsi yang paling banyak diusut KPK adalah penyuapan, baik yang melibat-kan aparat pemerintah, penegak hukum, kalangan legislatif, maupun pihak swasta. Dua kasus penyuapan terungkap setelah para pelaku ter-tangkap tangan saat sedang maupun setelah melakukan aksi penyuapan tersebut.

Di antara kasus penyuapan itu, kasus yang terkait dengan pemberian dan penerimaan cek pelawat dalam rangka pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, cukup banyak menarik perhatian media massa dan masyarakat. Selain karena kasus tersebut sudah lama mengemuka juga karena banyaknya pihak yang ditetapkan sebagai tersangka. Se-jumlah tantangan dihadapi KPK dalam penanganan kasus tersebut. Termasuk harus menghadapi sidang praperadilan. Meski demikian, KPK tetap pada konsistensinya untuk menangani kasus secara profesional. Hal yang sama juga dilakukan KPK dalam penanganan kasus Bank

Century yang hingga saat ini ada pada tahap penyelidikan.

Secara total, pada tahun ini KPK menangani penindakan dengan rincian 54 kegiatan penyelidikan, 62 penyidikan, dan 55 penuntutan. Baik kasus baru, maupun sisa penanga-nan pada tahun sebelumnya. KPK juga melakukan eksekusi terhadap 38 putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Dari ke-giatan-kegiatan penindakan tersebut, sebanyak 190 miliar rupiah lebih telah dimasukkan ke kas negara, baik berupa uang pengganti hasil tindak pidana korupsi, hasil sitaan, hasil lelang barang rampasan, maupun denda.

Selain penindakan dengan melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penun-tutan, sebagai trigger mechanism yang diamanatkan mendorong opti-malisasi pelaksanaan tugas pem-berantasan korupsi yang diemban oleh lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya, KPK juga secara aktif meningkatkan fungsi koordinasi dan supervisinya.

Tak hanya dalam hal penegakan hukum, koordinasi dan supervisi juga dilakukan dalam rangka penyelamatan potensi kerugian negara dengan fokus utama pada penertiban barang dan aset milik negara.

Publik mungkin masih belum banyak yang mengetahui, bahwa sejak diben-tuknya tim khusus yang menangani penertiban aset ini, tak kurang dari 2,5 triliun rupiah potensi kerugian negara berhasil dicegah. Untuk tahun ini saja, nilai potensi kerugian negara yang berhasil diselamatkan mencapai lebih dari 500 miliar rupiah.

PENGANTAR PIMPINAN

Page 9: laporan_tahunan_kpk_2010

4 KUALITAS KARAKTER DAN SISTEM ANTIKORUPSIPerbaikan dan peningkatan kualitas karakter dan sistem menjadi fokus utama dalam pencegahan yang di-lakukan KPK. Lubang-lubang yang memungkinkan munculnya kesempatan melakukan korupsi dan karakter diri yang berpotensi untuk menginginkan kekayaan dengan cara mencuri yang bukan haknya, coba untuk terus direduksi. Berbagai terobosan juga dilakukan di sektor ini.

Pada peningkatan karakter melalui penanaman nilai-nilai antikorupsi, KPK secara kreatif mencoba berbagai pendekatan untuk menghasilkan anak bangsa yang benci terhadap korupsi.

Cara lainnya adalah dengan memberi-kan perhatian lebih dan khusus kepada kompetensi terpasang para aparat negara, yaitu pada sisi integritas-nya. Untuk itu, KPK telah meluncur-kan program bernama “PRIMA” yang merupakan singkatan dari Program Revitalisasi Integritas Mental.

Dalam hal peningkatan transparansi abdi negara, KPK pada tahun ini menggulirkan program bernama Pusat Pengendalian Gratifikasi (PPG). Program ini dilatarbelakangi analisis terhadap minimnya jumlah pelaporan gratifikasi yang masuk ke KPK yang kemungkinan disebabkan ketidak-tahuan, kendala jarak, dan keengganan psikologis untuk berurusan dengan KPK. Dengan adanya PPG yang dibangun di setiap instansi, diharapkan aparat negara, baik di pusat maupun daerah, tak lagi sungkan untuk melaporkan gratifikasi yang mereka terima. Jika ada pejabat negara yang menerima gratifikasi, yang bersangkutan cukup melaporkan ke Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di instansi tersebut. UPG inilah yang secara periodik akan

melaporkan gratifikasi itu kepada KPK. Pilot project program ini di Per-tamina telah berjalan dengan baik. Tak kurang dari 250 laporan diterima hanya dalam kurun waktu kurang dari setengah tahun.

Sedangkan upaya perbaikan sistem dilakukan dengan melakukan kajian dan memberikan rekomendasi kepa-da instansi terkait berdasarkan hasil kajian tersebut. Pada 2010 ini, paling tidak, terdapat dua kajian signifikan yang dilaksanakan oleh KPK.

Pertama adalah yang terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. KPK menganggap penting sektor ini. Se-lain karena berhubungan dengan kebutuhan spiritual masyarakat, juga jumbonya dana yang terlibat. Ada sekitar 22 triliun rupiah yang dikelola di sana. Kedua adalah pada sektor kehutanan. Selain kajian sistem, KPK juga melakukan kajian kebijakan di sektor ini.

PERAN SERTA MASYARAKATMenyadari bahwa upaya mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi bukanlah perkara mudah dan tidak dapat dilakukan sendirian, KPK sangat mengandalkan peran serta masyakarat untuk ambil bagian dalam upaya memberantas korupsi di bumi tercinta ini.

KPK menfasilitasi pemberian akses informasi seluas-luasnya kepada masyakarat agar dapat lebih mema-hami bahaya korupsi. Sekaligus meningkatkan pengetahuan masyara-kat mengenai berbagai metode dan cara pemberantasan korupsi. Salah satunya dilakukan dengan meluncur-kan Portal Anti-Corruption Clearing House (ACCH) hasil kerja sama teknis dengan Deutsche Gessellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH Jerman.

Pemanfaatan teknologi informasi juga dilakukan untuk mempermudah sarana pengaduan dugaan tindak pidana korupsi dengan adanya KPK WhistleBlower System (KWS). Sebuah peranti berbasis internet yang dapat digunakan masyarakat untuk mengadukan dugaan tindak pidana korupsi secara mudah, cepat, dan rahasia.

Sejalan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, KPK sebagai badan publik juga telah mengimpementasikan pengelolaan dan pelayanan informasi publik. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumen (PPID) telah diben-tuk. Pengkategorian informasi pun dilakukan. Seraya secara bertahap meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pelayanan informasi publik lainnya. Hal ini dilakukan, karena sudah sejak awal, KPK berkomitmen mengusung asas keterbukaan.

KPK menyadari bahwa jalan untuk mengikis tuntas korupsi masihlah jauh untuk ditempuh. Karena itu, sekali lagi, KPK menegaskan bahwa perjuangan melawan korupsi tak boleh berhenti sedetik pun. KPK percaya bahwa dengan kebulatan tekad, keberanian, kesolidan, kebersamaan, dan semangat yang sungguh-sungguh, asa yang terbang tinggi untuk menggapai kesejahteraan bangsa yang bebas dari korupsi akan terwujud.

PENGANTAR PIMPINAN

Page 10: laporan_tahunan_kpk_2010

SEKILAS TENTANG KPK

Page 11: laporan_tahunan_kpk_2010

6

Karenanya dibutuhkan pola pem-berantasan yang luar biasa. Atas dasar itulah, KPK dibentuk. Demikian-lah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berkata. Untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan.

KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan tugas dan wewenang-nya bebas dari kekuasaan manapun. Adapun tugas KPK yang dimaksud adalah koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pem-berantasan tindak pidana korupsi (TPK); supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pember-antasan TPK; melakukan penyeli-dikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK; melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK; dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam tugas koordinasi, KPK diberi kewenangan untuk mengkoordina-

sikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan TPK; menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pem-berantasan TPK; meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan TPK kepada instansi terkait; melak-sanakan dengar-pendapat atau per-temuan dengan instansi yang ber-wenang melakukan pemberantasan TPK; dan meminta laporan instansi ter-kait mengenai pencegahan TPK.

Dalam menjalankan tugas supervisi, KPK berwenang melakukan penga-wasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan TPK dan instansi yang melaksanakan pelayanan publik. Selain itu, KPK juga dapat mengambil alih penyidi-kan atau penuntutan terhadap pelaku TPK yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan. Namun, pengambilalihan penyidikan dan penuntutan kasus/perkara tidak serta merta dapat dilakukan.

KPK dibentuk bukanlah untuk mengam-bil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-lembaga yang ada sebe-lumnya. Penjelasan undang-Undang

Korupsi telah banyakmerugikan keuangan

negara, perekonomiannegara, dan menghambat pembangunan nasional.

Predikat sebagai kejahatan luar biasa pun disandangnya.

PROFIL ORGANISASI

SEKILAS TENTANG KPK

Page 12: laporan_tahunan_kpk_2010

7menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang berarti men-dorong atau sebagai stimulus agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga menjadi lebih efek-tif dan efisien.

Undang-undang mengatur syarat untuk melakukan pengambilalihan tersebut. Yaitu, jika laporan masyara-kat mengenai TPK di kedua instansi tersebut tidak ditindaklanjuti; proses penanganan TPK secara berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; penanganan TPK ditujukan untuk me-lindungi pelaku TPK yang sesungguh-nya; penanganan TPK mengandung unsur korupsi; hambatan penanga-nan TPK karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau keadaan lain yang menurut per-timbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan TPK sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Berbeda dengan organisasi antikorupsi di negara lain, KPK memiliki tugas dan wewenang dalam melakukan pe-nyelidikan, penyidikan, dan penuntut-an, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 11 dan 12 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Namun, tidak semua ranah korupsi bisa ditangani KPK, karena KPK hanya menangani korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara (PN), dan orang lain yang ada kaitannya dengan TPK yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau PN. Selain itu, kasus korupsi tersebut juga harus mendapat perhatian yang me-resahkan masyarakat. Satu hal lain yang tak kalah penting sebagai pra-syarat sebuah kasus korupsi dapat ditangani KPK adalah mengenai jumlah kerugian yang ditimbulkan akibat perbuatan korupsi. Undang-undang mengamanatkan bahwa selain syarat-syarat yang sebelumnya disebutkan, KPK bisa menangani kasus korupsi jika korupsi tersebut menyangkut kerugian negara paling sedikit satu miliar rupiah.

Dalam menjalankan tugas penyelidi-kan, penyidikan, dan penuntutan ini, undang-undang memberi berbagai kewenangan kepada KPK dalam rangka menuntaskan sebuah tindak pidana korupsi. Adapun kewenangan

tersebut adalah melakukan penyada-pan dan merekam pembicaraan; memerintahkan kepada instansi ter-kait untuk melarang seseorang beper-gian ke luar negeri; meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa, dan memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait.

Di samping itu, KPK juga memiliki kewenangan untuk memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersang-ka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya; meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi terkait; menghentikan se-mentara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjan-jian lainnya atau pencabutan semen-tara perizinan, lisensi, serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh ter-sangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan TPK yang sedang diperiksa.

Berkaitan dengan kerja sama dengan pihak penegak hukum dan instansi lain dalam proses penyelidikan, pe-nyidikan, dan penuntutan ini, KPK berwenang meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyita-an barang bukti di luar negeri. Selain itu, KPK juga dapat meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang ter-kait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara TPK yang sedang ditangani.

Sementara itu, terkait dengan langkah dan upaya pencegahan tindak pidana korupsi, KPK berwenang melaku-kan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan PN (LHKPN); menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi; me-nyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pen-didikan; merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan TPK; melakukan kampanye antikorupsi kepada ma-syarakat umum; dan melakukan kerja

sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan TPK.

Dalam upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas serta mencegah ter-jadinya TPK di lembaga negara dan pemerintahan, KPK diberi amanat oleh undang-undang untuk melak-sanakan tugas monitor, dengan ke-wenangan melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan adminis-trasi di semua lembaga negara dan pemerintah; memberikan saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi; melaporkan kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan Pemeriksa Keuangan jika saran KPK mengenai usulan peruba-han tersebut tidak diindahkan.

STUKTUR ORGANISASIPada aspek kelembagaan, ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat ikut berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukan oleh KPK, serta pelaksa-naan program kampanye publik dapat dilakukan secara sistematis dan kon-sisten sehingga kinerja KPK dapat diawasi oleh masyarakat luas.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi No.PER-08/XII/2008, struktur organisasi KPK terdiri atas Pimpinan, Penasihat, Deputi dan Sekjen, Direktur, dan Kepala Biro.

Pimpinan KPK terdiri atas lima orang (satu ketua dan empat orang wakil ketua) yang merangkap sebagai ang-gota yang semuanya adalah pejabat negara. Pimpinan tersebut berasal dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat sehingga sistem penga-wasan yang dilakukan oleh masyara-kat terhadap kinerja KPK dalam melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi tetap melekat pada KPK. Sesuai dengan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002, pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan.

SEKILAS TENTANG KPK

Page 13: laporan_tahunan_kpk_2010

8 Untuk menjamin perkuatan pelaksa-naan tugas dan wewenangnya, KPK dapat mengangkat tim penasihat yang terdiri atas empat anggota dan berasal dari berbagai bidang kepakaran. Tim penasihat ini ber-fungsi memberikan nasihat dan per-timbangan sesuai dengan kepakaran-nya kepada KPK dalam pelaksanaan tugas dan wewenang KPK.

Pimpinan KPK membawahkan empat bidang yang terdiri atas bidang Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, KPK dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal. Sekretaris Jenderal ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK.

Pimpinan

Penasihat

Deputi BidangPenindakan

DirektoratPenyelidikan

DirektoratPenyidikan

DirektoratPenuntutan

Unit Koordinasi danSupervisi

Deputi BidangInformasi dan Data

Direktorat PengolahanInformasi dan Data

Direktorat PembinaanJaringan Kerja AntarKomisi dan Instansi

Direktorat Monitor

Sekretariat Jenderal

Biro Perencanaandan Keuangan

Biro SDM

Biro Hukum

Biro Humas

Biro Umum

Deputi Bidang Pen-gawasan Internal dan

Pengaduan Masyarakat

Direktorat PengawasanInternal

Direktorat PengaduanMasyarakat

Deputi BidangPencegahan

Direktorat Pendaftarandan Pemeriksaan LHKPN

Direktorat Gratifikasi

Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Ma-

syarakat

Direktorat Penelitiandan Pengembangan

Sektretariat Deputi Bidang Pencegahan

Sektretariat Deputi Bidang Penindakan

Satgas

Satgas

Korsespim

Sektretariat Deputi Bidang PPIM

Sektretariat Deputi Bidang Informasi

dan Data

Satgas

SEKILAS TENTANG KPK

Page 14: laporan_tahunan_kpk_2010

9

Chandra M. Hamzah(Wakil Ketua)

Lahir di Jakarta, 25 Februari 1967, menamatkan pendidikan sarjana di tahun 1995 pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Selepas kuliah, pada 1998, Chandra M Hamzah mem-bidani lahirnya Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK). Chandra memiliki sejumlah lisensi keahlian bidang hukum, yakni lisensi Konsultan Hak Kekayaan Intelektual, lisensi Konsultan Hukum Pajak, lisensi Konsultan Hukum Pasar Modal, dan lisensi Pengacara/Penasihat Hukum/Advokat.

Pimpinan KPK termuda ini pernah bergiat di YLBHI sebagai asisten pembela umum. Sempat pula bekerja sebagai staf hukum PT Unelec Indonesia (UNINDO). Setelah itu, Chandra memulai karier pengacara pada sejumlah firma hukum.

Sebelum berkiprah di KPK, Chandra juga sempat berkutat dalam kegiatan memberantas korupsi saat menjadi anggota Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) pada 2000-2001. Pada rentang waku yang sama, beliau juga ambil bagian dalam Tim Persiapan Pembentukan Komisi AntiKorupsi.

Awal Desember 2010, pada acara International Corruption Hunters Alliance di Washington DC, Amerika Serikat, Chandra memperoleh penghargaan Integrity Award dari Bank Dunia. Peng-hargaan yang diserahkan langsung oleh Vice President Bank Dunia, Obiageli Ezekwesili, ini diperolah Chandra atas kesungguhan dan integritasnya dalam gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia. “Merupakan suatu kehor-matan memperoleh penghargaan ini. Pemberantasan korupsi di Indonesia selama ini merupakan hasil kerja sama semua elemen masyarakat,” ungkapnya.

Bibit Samad Rianto(Wakil Ketua)

Lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 3 November 1945. Menghabiskan masa sekolah di tanah kelahirannya, Bibit kemudian memilih untuk bergabung di Akademi Kepolisian dan lulus pada 1970. Setelah itu, 30 tahun lamanya Bibit mengabdi di kepolisian. Berbagai posisi teritorial pernah diembannya, di antaranya Kapolres Jakarta Utara, Ka-polres Jakarta Pusat, Wakapolda Jawa Timur, dan Kapolda Kalimantan Timur.

Bibit pensiun dari kepolisian pada 15 Juli 2000 dengan pangkat terakhir Inspektur Jenderal. Atas jasa dan pengabdiannya selama bertugas, beliau mendapatkan berbagai bintang jasa dan penghargaan, yaitu Satya Lencana Kesetiaan, Satya Lencana Dwidya Sista, Bintang Bhayangkara Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Bhayangkara Pratama.

Selepas pensiun dari dinas kepolisian, bapak empat orang anak ini tidak lantas berdiam diri. Kehausannya terhadap ilmu pengetahuan membuat Bibit kem-bali ke dunia kampus untuk mengambil gelar doktoral yang akhirnya diperoleh pada 2002. Selanjutnya, kegiatan men-gajar sebagai dosen menyita waktun-ya. Beliau bahkan sempat menjabat se-bagai Rektor Universitas Bhayangkara.

Bibit berkeyakinan bahwa korupsi di Indonesia sudah begitu menyebar luas. “Bisa diibaratkan seperti kita mence-lupkan tangan di Danau Semayang, Sembarang pun kita celupkan tangan, niscaya akan mendapatkan ikan. Saking banyaknya ikan di sana. Seperti itulah korupsi. Karena itu, dibutuhkan kebulatan tekad, strategi tepat, dan kerja sama semua pihak agar korupsi yang sudah kronis itu berangsur berkurang dan akhirnya musnah dari bumi tercinta kita,” ujarnya bapak empat anak ini.

PROFIL PIMPINAN

Haryono Umar(Wakil Ketua)

Haryono Umar lahir di Prabumulih, Sumatera Selatan, pada 8 September 1960. Meraih gelar doktoral di bidang Ekonomi Akuntansi dari Universitas Padjadjaran Bandung pada 2005. Sebelumnya, lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini mendapat-kan gelar Master of Science di bidang Akuntansi dari University of Houston, Texas, Amerika Serikat, pada 1993.

Sebelum berkiprah di KPK, Haryono mengabdi pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 23 tahun lamanya dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Biro Perenca-naan.

Selain itu, beliau juga aktif di organisasi keprofesian dengan pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Haryono juga tergolong orang yang rajin menyebarkan ilmunya melalui ber-bagai publikasian, baik dalam bentuk buku, modul, maupun kajian.

Keahliannya dalam pemberantasan korupsi semakin mendalam setelah mengikuti pelatihan fraud yang dia-dakan Price Waterhouse Coopers dan Jim Petro Auditor Office, keduanya dari Amerika Serikat. Beliau juga mendalami tentang pembentukan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih melalui berbagai pelatihan.

SEKILAS TENTANG KPK

Page 15: laporan_tahunan_kpk_2010

10

Perjalanan Memilih Figur KelimaMaret 2010, Dewan Perwakilan Rakyat menolak Perppu yang men-jadi dasar dikeluarkannya Keppres pengangkatan Tumpak Hatorangan Panggabean sebagai Pelaksana Tugas Ketua KPK menggantikan Antasari Azhar. Konsekuensi logis dari penolakan tersebut, Tumpak pun tidak lagi dapat menjabat sebagai pimpinan KPK. Kondisi ini membuat KPK kembali hanya dipimpin oleh empat orang.

Untuk mengisi kekosongan yang ada, pada Mei 2010, Presiden menge-luarkan Kepres Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pembentukan Panitia Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan KPK, yang diketuai Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar.

Kepala Biro Perencanaan. Setelah KP-KPN dibubarkan dan terbentuk KPK, beliau hijrah dan menjabat Direktur Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara. Sebelum menduduki kursi wakil pimpi-nan KPK bidang pencegahan, beliau adalah Direktur Penelitian dan Pengem-bangan KPK.

Jasin aktif mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selain pendidikan kedina-san seperti SPAMA, SPAMEN, dan kur-sus reguler Lemhanas, Jasin kerap memperdalam kemampuannya dengan pelatihan-pelatihan keahlian, di an-taranya Search Seizure and Warrant, Corruption Prevention Department, The Independent Commission Against Cor-ruption, Hong kong, dan Intelligence, Surveillance, and Information Handling di Badan Intelijen Negara (BIN).

Jasin berhasil merampungkan gelar master bidang Business Management di Technological University of The Philippines, Manila. Gelar doktor di bidang yang sama diraihnya dari Adam-son University, Manila, Filipina.

Jasin memulai karier sebagai staf De-partemen Perindustrian. Kariernya terus berlanjut hingga menduduki posisi Pem-bantu Asisten pada Asmenko IV bidang pengembangan wilayah kantor Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Dis-tribusi. Setelah itu menjabat Pembantu Asisten Urusan Kebijaksanaan Penga-wasan Pembangunan Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan.

Pada 2000, ketika Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KP-KPN) terbentuk, Jasin didapuk menjadi

Mochammad Jasin(Wakil Ketua)

Lahir di Blitar, 14 Juni 1958, bapak dua anak ini menyelesaikan pendidikan sarjana jurusan Administrasi Negara di Universitas Brawijaya Malang pada 1984. Lima tahun kemudian, Mochamad

Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya pansel menelurkan dua buah nama yang kemudian diserahkan Presiden ke DPR, yaitu: Busyro Muqoddas yang saat i tu menjabat sebagai Ketua Komisi Yudisial dan Bambang Widjojanto, seorang praktisi hukum.

Dalam f it dan proper test yang dilanjutkan dengan pemungutan suara di Komisi III DPR, akhirnya terpilihlah Busyro sebagai pimpi-nan KPK. Dari 55 anggota Komisi III yang melakukan pemilihan lang-sung, Busyro mengantongi 34 suara mengungguli Bambang yang hanya mendapatkan 20. Sementara satu suara dinyatakan abstain. Pada pe-milihan yang dilaksanakan setelahnya, Busyro pun terpilih sebagai Ketua KPK.

Busyro resmi menjabat sebagai Ketua KPK pada Senin, 20 Desember 2010, seusai diambil sumpahnya di hadapan Presiden. Busyro bertugas sebagai pimpinan KPK dengan masa tugas hingga Desember 2011 seiring dengan berakhirnya masa jabatan pimpinan KPK yang lainnya.

Sekilas tentang BusyroLahir di Yogyakarta 17 Juli 1952. Busyro adalah sarjana hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta tahun 1977. Ia mengawali karier di bidang hukum pada 1983 sebagai Direktur Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Selain itu, Busyro pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (1986-1988) dan sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia hingga 1990. Gelar Magister Hukum diperoleh dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1995. Pada 1995-1998, Busyro menjabat sebagai Ketua Pusdiklat dan LKBH Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Sebelum akhirnya terpilih untuk menduduki ja-batan sebagai Ketua Komisi Yudisial.

Saat mendaftar sebagai calon pimpinan KPK, Busyro mengaku bahwa dirinya termotivasi untuk mewujudkan “jihad kemanusiaan”, memerdekakan bangsa dari kondisi dan fenomena perilaku kumuh secara etika dan moral.

SEKILAS TENTANG KPK

Page 16: laporan_tahunan_kpk_2010

11

PENGUATANKELEMBAGAAN

Page 17: laporan_tahunan_kpk_2010

12

Untuk memenuhi kebutuhan pegawai, pada 2010 ini KPK melakukan rekrutmen dan seleksi pegawai melalui berbagai saluran. “Program Indonesia Memanggil 5” ditujukan untuk merekrut pegawai yang bersumber dari publik. Dari sekitar 16.623 calon, diterima 44 orang. Selain itu, juga dilakukan permintaan ke ber-bagai institusi pemerintah dan lembaga negara. Cara ini dilakukan terutama untuk memenuhi kebutuhan jaksa dan penyidik di KPK. Dari 271 calon, sebanyak 16 orang dinyatakan dapat dipekerjakan di KPK. Untuk jenis pekerjaan tertentu, KPK merekrut dan menyeleksi pegawai tidak tetap. Dari 235 orang calon, yang dinyatakan diterima sebanyak 8 orang.

Meski telah dilakukan proses rekrutmen, secara kuantitatif, jika dibandingkan cakupan serta wilayah tugas yang di-emban, jumlah tersebut masih belum mencukupi. Meski demikian, KPK tetap berupaya untuk mengoptimalkan tugas dan merealisasikan target kerja yang telah dicanangkan dengan SDM yang terbatas tersebut.

Optimalisasi tersebut diupayakan dengan mengaplikasikan strategi manajemen SDM yang merupakan penjabaran dari strategi KPK yang mengacu kepada rencana jangka menengah dan tahunan, yang diturunkan dari Rencana Pem-bangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2010-2014 serta ber-

pijak pada PP 63/2005 tentang Sistem Manajemen SDM KPK.

Strategi yang dipilih merupakan upaya untuk menjamin tercapainya perolehan, pengembangan, dan pembinaan SDM sebagai insan yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi serta terus meningkatkan profesionalismenya serta dapat terus meningkatkan kinerja dan citra KPK.

Pada 2010, perencanaan SDM terus dilaksanakan dengan melakukan pe-mutakhiran uraian jabatan, persyaratan jabatan, dan kebutuhan pegawai. Perencanaan kebutuhan SDM untuk tahun mendatang mengacu kepada hasil Analisis Beban Kerja (ABK), ketersediaan anggaran dan perubahan organisasi dan tata kerja KPK; serta melengkapi formasi jabatan di setiap unit kerja berdasarkan klasifikasi jabatan untuk kebutuhan perencanaan SDM di tahun berikutnya.

PENDIDIKAN DAN PELATIHANBerdasarkan hasil analisis kebutuhan pelatihan yang dibuat setiap akhir tahun, KPK senantiasa meningkatkan kom-petensi pegawainya melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan kompetensi pegawai. Pelatihan yang diikuti pegawai ada yang sepenuhnya dikelola sendiri oleh KPK (pelatihan swakelola) ataupun yang dilaksanakan

KOMPOSISI SDM

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Hingga Desember 2010, kekuatan sumber daya

manusia (SDM) KPKberjumlah 638 orang.

Jumlah tersebut sudah ter-masuk 26 orang yang hingga akhir tahun ini sudah tidak lagi menjadi pegawai KPK.

Page 18: laporan_tahunan_kpk_2010

13

oleh training provider eksternal, baik di dalam maupun luar negeri.

Jumlah keseluruhan program pelatihan swakelola selama tahun 2010 adalah sebanyak 73 pelatihan. Sedangkan untuk pelatihan publik telah dilakukan se-banyak 128 kegiatan, dengan perincian 113 pelatihan di dalam negeri dan 15 di luar negeri. Untuk pelatihan publik yang dilaksanakan di luar negeri dilak-sanakan di berbagai negara, antara lain di Italia, Australia, Belanda, Malaysia, Thailand, Inggris, dan Korea Selatan.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas pegawai, KPK melaksanakan kegiatan matrikulasi dan sertifikasi, baik yang dilaksanakan oleh KPK sendiri atau dengan mengirimkan pegawai kepada pihak ketiga yang memfasilitasi sertifi-kasi secara publik.

Sertifikasi yang dikelola secara lang-sung terdiri atas Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa dari Bapenas (56 dari 66 peserta dinyatakan lulus, Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor dari BPKP (24 peserta), dan Sertifikasi (Certificate Fraud Examiner) CFE sebanyak 8 peserta.

Selain mengelola secara langsung, KPK juga mempersiapkan program sertifi-kasi dengan cara mengirimkan peserta kepada pihak ketiga yang memfasilitasi kegiatan sertifikasi secara publik, antara lain Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Aparat Penga-

wasan Internal Pemerintah; Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor Pengen-dali Teknis; Certified Hacking Forensic Investigator (CHFI) Preview; Qualified Internal Auditor (QIA); Certified Internal Auditor (CIA); Comptia Linux : XK0002; Comptia+ Essential; Certified Wealth Management Level I; Human Capital Management Certification; dan Certified Scorecard Professional.

Untuk memfasilitasi karier para pegawai negeri yang dipekerjakan di KPK, telah difasilitasi kepesertaan pegawai dalam pendidikan kedinasan instansi, yakni: Diklatpim III; Diklat Intelijen Dasar Angkatan I di Pusdiklat Kejaksaan Agung RI; Kursus Jabatan Kapolres Gelombang II-2010; Diklat Terpadu Jaksa dan Hakim Angkatan II di Pusdiklat Kejaksaan Agung RI; Lekdik Setukpa Polri Dikreg ke-39 TA. 2010; dan Sespim Polri Dikreg ke-50 TA. 2010.

Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan ini, selain mendapatkan sumber dana dari APBN, KPK juga menerima bantuan pendanaan kegiatan pelatihan melalui donor dari beberapa negara/lembaga, di antaranya dari AUSAID (LDF), GTZ, UNODC, World Bank, KOICA, ILEA, JCLEC, dan COESPU.

Dalam bentuk pelatihan, KPK tahun ini kembali mengirimkan lima pegawai setingkat fungsional dan dua pegawai setingkat struktural untuk mengikuti Pelatihan Government Innovative in Bureaucratic Reform di Korea Selatan

dari KOICA pada trimester keempat 2010. Bantuan donor juga ada yang dalam bentuk program beasiswa, baik di dalam dan luar negeri. Untuk beasiswa dalam negeri, melanjutkan program tahun 2009, KPK masih menerima bantuan World Bank untuk membiayai 20 orang pegawai mengikuti program beasiswa Magister Hukum Pidana dari Program Pascasarjana FHUI dan sepu-luh orang pegawai mengikuti program beasiswa Magister Telekomunikasi di ITB. Untuk beasiswa luar negeri, saat ini ada sembilan orang pegawai yang se-dang menjalani program beasiswa ADS di Australia atas bantuan AUSAID, dan 17 orang yang akan berangkat mengiku-ti program beasiswa tersebut di 2011.

Sebagai implementasi program Knowledge Management, diadakan Sharing Knowledge untuk berbagai pro-gram pelatihan yang telah diikuti oleh pegawai. Untuk tahun 2010, kegiatan sharing knowledge dilakukan baik untuk pelatihan dalam dan luar negeri, telah dilakukan sebanyak 22 kegiatan.

ANGGARANUntuk pelaksanaan program dan kegiatan di 2010, KPK mendapat-kan alokasi anggaran yang berasal dari APBN Rupiah Murni sebesar Rp431.065.431.000,00. Dalam peng-gunaannya, KPK berpegang pada asas manfaat dan ketaatan pada aturan yang

KOMPOSISI SDM PER DESEMBER 2010

KELOMPOK JABATAN JENIS PEGAWAIBIDANG

PIMPINAN 0.6%PENASIHAT 0.3%PENCEGAHAN 18.3%PENINDAKAN 30.1%INDA 19.9%PIPM 11.4%SETJEN 19.3%

PIMPINAN 0.6%PENASIHAT 0.3%STRUKTURAL 4.7%FUNGSIONAL 62.9%ADM. & PENDUKUNG 31.5%

PIMPINAN 0.6%PENASIHAT 0.3%PEG. TETAP 57.8%PEG. NEGERI DIPEKERJAKAN 37.8%PEG. TDK.TETAP 3.4%

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Page 19: laporan_tahunan_kpk_2010

14 berlaku, tertib administrasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan merupakan target KPK di setiap tahun-nya dalam hal pengelolaan anggaran.

Secara internal, terhadap setiap peng-gunaan dan pertanggungjawaban anggaran selalu dilakukan audit oleh Pengawas Internal secara berkala. KPK menetapkan aturan yang secara tegas akan memberikan sanksi kepada siapa-pun pegawai KPK yang melakukan penyimpangan dalam penggunaan anggaran.

Terhadap alokasi anggaran yang diper-oleh dari APBN, hingga 31 Desember 2010, telah direalisasikan sebesar Rp264.322.826.480,00 (61,32%) dari pagu.

Selain anggaran yang didapat dari APBN Rupiah Murni, KPK juga mendapat-kan tambahan anggaran yang ber-asal dari hibah luar negeri sebesar Rp77.441.917.000,00, yakni GTZ-Jerman (Rp6.508.150.000,00), World Bank (Rp2.549.590.000,00), Danida-Denmark (Rp2.896.775.000), Uni-Eropa (Rp11.743.000.000), MCC-USAID (Rp37.801.402.000), dan CIDA-Kanada (Rp15.943.000.000,00). Realisasi hibah per 31 Desember 2010 adalah Rp4.466.363.978,00 (5,77%).

Sementara itu, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp192.430.877.162,00 yang berasal dari penanganan kasus tindak pidana ko-rupsi sebesar Rp189.371.372.650,00 dan penanganan gratifikasi sebesar Rp3.059.504.512,00. Seluruh PNBP tersebut di atas telah disetor ke Rekening Kas Negara.

PNBP dari Penanganan Kasus TPK dan Gratifikasi Tahun 2010 (per 20 Desember 2010)

Jasa Giro 2,95 MHasil Denda 5,84 MOngkos Perkara 0.50 JTHasil Lelang 2,90 MHasil Sitaan 137,39 MUang Pengganti 40,28 MGratifikasi 3,05 M

REALISASIANGGARAN RM

MENURUT UNIT/KEDEPUTIAN

REALISASIANGGARAN

MENURUT JENISBELANJA

285,90

219,47

157,95131,93

67,3679,66

39,01

Realisasi RM

Realisasi RM

Pagu RM

Pagu RM

Sekretariat Jenderal

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

DeputiPenindakan

Deputi Pencegahan

DeputiINDA

DeputiPIPM

189,90

24,8510,45

21,9216,20

91,99

45,76

6,392,52

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Page 20: laporan_tahunan_kpk_2010

15PENGADAAN DANPENGELOLAAN ASETBerkaitan dengan pengadaan barang dan jasa, dengan sistem single procure-ment, pada 2010 KPK telah melakukan penghematan terhadap harga perkiraan (HPS) sebesar Rp9.534.158.169,00. Penghematan tersebut berasal dari 571 paket pekerjaan yang berdasarkan HPS Rp87.418.758.200,00, diperoleh hasil kontrak berdasarkan negosiasi dengan vendor sebesar Rp77.884.600.031,00, baik dilakukan melalui sistem pelelangan umum, seleksi umum, pemilihan langsung, maupun penunjukan lang-sung yang pengumumannya dilakukan melalui e-announcement, website, dan papan pengumuman.

Dari aspek internal, KPK terus mengem-bangkan sistem dan aplikasi pengadaaan barang dan jasa, di antaranya dengan membuat dan mengembangkan aplikasi pengadaan di bawah Rp50 juta. Dengan aplikasi ini, unit kerja yang melakukan pengadaan dapat mengajukan sekaligus memantau progres pengadaan secara online.

Sementara untuk penyimpanan arsip pengadaan, dilakukan dengan menggu-nakan sistem arsip pengadaan melalui aplikasi ELO Document. Di samping itu, untuk menjamin pelaksanaan teknis pada pengadaan barang dan jasa, KPK juga membangun database vendor, data pendukung HPS, dan data pendukung pengadaan lainnya. Pada akhirnya, ke-giatan sosialisasi kepada pegawai KPK berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa terus dilakukan guna memberi-kan wawasan kepada seluruh pegawai mengenai prosedur pengadaan terbaru, di antaranya sosialisasi dan pendalaman Pepres 54.

Setiap tahunnya, KPK melakukan pe-maketan pekerjaan, baik yang dilak-sanakan oleh KPK sendiri maupun bekerja sama dengan Kementerian Keuangan melalui e-Procurement. Ada-pun pelaksanaan e-Procurement kerja sama dengan Kemenkeu ini sebanyak 25 paket pekerjaan.

Efisiensi anggaran tidak hanya dilaku-kan melalui pengadaan barang dan jasa, namun juga pada pengelolaan aset yang sistematis dan terpelihara dengan baik. Hingga saat ini, total aset yang di-miliki KPK mencapai lebih 15.476 unit senilai 240 miliar rupiah yang terdiri atas peralatan dan mesin, jaringan, aset tetap lainnya, aset tak berwujud lainnya,

dan aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan.

Selain pengelolaan terhadap aset yang dimiliki, juga dilakukan pengelolaan terhadap barang rampasan atau sitaan yang diperoleh dari penanganan kasus. Terhadap lebih dari 35 item barang sitaan dan rampasan dengan nilai men-capai lebih dari 54 miliar rupiah.

Pada 2010, terhadap sebagian dari barang rampasan tersebut, dilaku-kan proses pelelangan. Dari harga limit yang telah ditentukan sebesar Rp2,793,462,700, diperoleh harga jual sebesar Rp3,053,212,000, sehingga di-peroleh nilai yang masuk ke kas negara sebesar Rp1,558,049,880.

SARANA GEDUNGDukungan sarana dan prasarana sangat-lah penting dalam menunjang pelaksa-naan tugas dan fungsi KPK. Salah satu yang terpenting adalah gedung perkantoran. Hingga saat ini, KPK men-empati gedung delapan lantai seluas 10.862 m2 yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 m2 yang terletak di Jl. HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Dalam pengelolaan gedung tersebut, KPK menerapkan building automation system (BAS) dan integrated security system (ISS). BAS merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengamati, mengoperasikan, dan mengendalikan peralatan (equipment) yang terdapat dalam gedung KPK yang bekerja secara otomatis. Peralatan utama dari sistem unit pusat pengolah diletakkan pada ruangan pemantau utama sehingga semua aktivitas/operasional peralatan dapat dioperasikan, dimonitor, maupun dikontrol pada ruang tersebut. Peralatan yang diamati maupun dikendalikan antara lain peralatan sistem tata udara (air conditioning), sistem penerangan, lift, listrik, pompa, dan pengindera keba-karan.

Sementara ISS yang terdapat di gedung KPK terdiri atas tiga komponen utama yang saling terintegrasi, yaitu closed circuit television (CCTV), access control, dan visitor management system (VMS).

Pada awalnya, gedung tersebut diren-canakan hanya untuk menampung 450 pegawai. Namun, saat ini jumlah pega-wai KPK telah melampaui batas kapa-sitas gedung. Jika ditambah dengan pegawai outsource, maka ada sekitar 850 lebih pegawai. Untuk mengantisi-

pasi hal tersebut, saat ini telah dilakukan pengubahan tata ruang untuk menam-bah tempat kerja sehingga mengakibat-kan kondisi kerja yang tidak ideal karena mengorbankan area sirkulasi.

Alternatif lainnya dilakukan dengan menggunakan salah satu lantai di gedung Uppindo dan satu lantai di gedung Kementerian BUMN. Namun, kondisi tersebut tentulah tidak ideal. Selisih jarak menyebabkan terjadi beberapa inefisiensi dan sulitnya koordinasi.

Kendala lain di samping sudah tidak memadainya rasio antara pegawai dan ruang kerja adalah kurangnya ruang pe-nyimpanan arsip. Menumpuknya arsip-arsip di lorong kerja pegawai menjadi pemandangan yang lazim di gedung KPK. Hal ini tentu saja menimbulkan risiko berupa hilang atau rusaknya arsip karena penyimpanan yang tidak sesuai standar. Selain itu, keterbatasan ruang pemeriksaan juga menjadi kendala tersendiri.

Karena itulah, diperlukan tindakan an-tisipasi untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut. Salah satunya adalah kemungkinan membangun ge-dung baru yang dapat menampung se-luruh pegawai KPK beserta berbagai sarana lainnya untuk mendukung kerja. Saat ini, KPK telah memiliki hak atas penggunaan tanah seluas 8.294 m2.

PEMANFAATAN TEKNOLOGIPada pengembangan teknologi informasi, kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengembangan dan penyem-purnaan Data Center KPK, dengan mengembangkan dan meningkatkan kapasitas data center sejalan dengan penambahan pegawai KPK dan penyimpanan data yang terus bertam-bah. Peningkatan kapasitas ini meli-puti instalasi server baru dan penam-bahan fasilitas penyimpanan (storage) data.

Dalam mendukung Indonesia Goes Open Source, pada tahun 2010 dilaku-kan uji coba perangkat server berbasis Open Source. Di samping itu dilakukan pula pengembangan dan penyempur-naan backbone jaringan TI gedung KPK dan gedung Uppindo dengan menambah kapasitas bandwidth.

Selain pengembangan teknologi infor-masi, KPK juga melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Page 21: laporan_tahunan_kpk_2010

16 pengembangan sistem informasi. Keg-iatan ini meliputi pengembangan aplikasi Anti Coruption Clearing House (ACCH) dan pengembangan aplikasi “Indonesia Memantau”. Melalui aplikasi ini, KPK mengajak masyarakat untuk berpartisi-pasi aktif dalam mengawasi pembangu-nan jalan nasional tahun 2010.

Pemeliharaan dan pengembangan ap-likasi yang sudah ada terus dilakukan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang KPK, seperti aplikasi Performance Management Systems (PMS), Document Management System, aplikasi LHKPN, aplikasi Gratifikasi, ap-likasi Human Resources Information System (HRIS), aplikasi KPK Whistle Blower’s System (KWS), dan aplikasi Case Management Systems.

Pada 2010, pelaksanaan perekaman persidangan Tipikor baik yang dilak-sanakan oleh KPK maupun bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia masih dilakukan dengan me-nambah jumlah universitas.

PENGUATAN ASPEK YURIDISDalam melaksanakan tugas dan we-wenangnya, salah satu kebutuhan KPK sebagai lembaga negara yang indepen-den dan bebas dari pengaruh manapun dibutuhkan penguatan aspek yuridis un-tuk meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Penguatan aspek yuridis secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu perancangan peraturan, litigasi dan bantuan hukum, serta perlindungan saksi dan pelapor.

Yang dimaksud perancangan peraturan adalah penyusunan peraturan perun-dang-undangan dan eksternal (legislasi dan regulasi), peraturan internal (regu-lasi internal), perjanjian dan produk hu-kum lainnya, pelaksanaan harmonisasi peraturan internal, penyelenggaraan Continuing Legal Education (CLE), anali-sis putusan perkara tindak pidana ko-rupsi, pemberian pendapat/kajian dan pertimbangan hukum kepada pimpinan KPK dan unit kerja terkait lainnya, dan pemberian informasi hukum kepada pi-hak lain dalam rangka penelitian.

Selama 2010, KPK aktif dalam kegiatan penyusunan perancangan peraturan perundangan yang terkait dengan ke-pentingan KPK, antara lain pemba-hasan Perppu Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 30 Tahun 2002 yang akhirnya dicabut DPR, RPP tentang perubahan PP Nomor 63 Tahun 2005 tentang Sistem Mana-jemen Sumber Daya Manusia KPK, Rancangan Undang-Undang tentang Perampasan Aset Perkara Pidana, dan peraturan pemerintah yang terkait erat dengan tugas dan kewenangan KPK lainnya.

Penyusunan dan harmonisasi regulasi internal yaitu Rancangan Peraturan KPK sebanyak 14 (empat belas) dan yang telah disahkan sebanyak 9 (sembi-lan) peraturan, serta penyusunan surat keputusan.

Masih terkait dengan perancangan peraturan, juga dilakukan penyusunan perjanjian dan amandemen perjanjian, termasuk perjanjian pengadaan barang dan jasa, perjanjian luar negeri, pe-nyusunan perjanjian selain pengadaan barang dan jasa, nota kesepahaman, antara lain penyusunan perjanjian kerja sama antara KPK dan delapan univer-sitas tentang perekaman persidangan, perjanjian kerja sama dengan penyedia jasa telekomunikasi, dan penyusunan nota kesepahaman dengan LPSK, LKPP, PPATK, dan lembaga lainnya.

Selain itu, untuk meningkatkan pema-haman ilmu hukum dengan narasumber yang pakar di bidangnya, KPK menga-dakan pendidikan hukum berkelanjutan (CLE). CLE yang dilakukan di antaranya CLE Ketentuan Gratifikasi, Filsafat Hukum dalam Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi, CLE Kode Etik, dan CLE Keterbukaan Informasi Publik.

Penyusunan legal opinion/legal ad-vice dilakukan dalam rangka memberi-kan pendapat mengenai permasala-han hukum yang dihadapi berdasarkan permintaan pimpinan KPK/unit lain maupun hasil kajian-kajian hukum sendiri sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan/tindakan

hukum selanjutnya. Di lain pihak, untuk kepentingan kajian eksaminasi internal, KPK membangun aplikasi Peta Tindak Pidana Korupsi, yang memuat database putusan-putusan perkara tindak pidana korupsi inkracht dari beberapa Penga-dilan Negeri.

Berkaitan dengan pelaksanaan litigasi dan bantuan hukum, KPK telah melak-sanakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk menjaga hak dan ke-pentingan KPK dalam penyelesaian perkara-perkara yang dihadap terkait dengan tugas dan kewenangannya. Se-lama 2010 ini, dilakukan dengan bersi-dang di sembilan sidang praperadilan, empat sidang gugatan perdata, dan sengketa lainnya yang seluruhnya ber-hasil dimenangkan KPK.

Dilakukan juga pendampingan dan bantuan hukum bagi pegawai KPK yang dipanggil untuk dimintai keteran-gan dalam pemeriksaan di kepolisian maupun sebagai saksi atau ahli terkait dalam suatu perkara dalam pelaksa-naan tugas dan kewenangan KPK.

Selain itu, untuk memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku, KPK juga menfasilitasi penyediaan penasihat hu-kum bagi tersangka yang perkaranya ditangani oleh KPK dan tidak/belum memiliki penasihat hukum, dengan berkoordinasi dengan beberapa lem-baga bantuan hukum perguruan tinggi.

Dalam hal perlindungan saksi dan pel-apor, telah disusun ketentuan prosedur penanganannya, termasuk juga telah di-tandatanganinya MoU dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Di samping itu juga dilakukan koordi-nasi dengan Kementerian Hukum dan HAM dan melakukan persiapan data awal, serta penyiapan logo untuk mem-buat lencana antikorupsi yang akan diberikan kepada pelapor yang berhak mendapatkan penghargaan.

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Page 22: laporan_tahunan_kpk_2010

17

PENGUATAN KELEMBAGAAN

HUBUNGAN MASYARAKATPada 2010, strategi hubungan masyara-kat KPK mulai diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi. Hal ini ditunjuk-kan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern se-hingga mensyaratkan KPK lebih proak-tif dan jeli membuat terobosan dalam menjawab tantangan zaman tersebut. Terlebih, pada 2010 ini KPK mengalami banyak dinamika yang harus dijawab den-gan penanganan krisis lembaga dengan tetap mengedepankan profesionalisme kehumasan, transparansi, dan tidak tabu menerima kritik. Perkembangan teknologi yang semakin mutakhir menuntut KPK untuk dapat lebih dinamis dalam menyikapinya. Langkah-langkah konkret telah dilakukan agar penyampaian informasi dapat ter-distribusi semakin luas dan sesuai sa-saran.

Pada 2010, KPK giat dalam peman-faatan social media untuk merangkul semua elemen masyarakat yang se-makin melek terhadap informasi dan teknologi, seperti pemanfaatan akun Facebook dan Twitter.

Sejak kali pertama dibuat, perkemban-gan jumlah anggota pada kedua akun tersebut meningkat signifikan. Hingga 31 Desember 2010, follower Twitter @KPK_RI berjumlah 11.644. Semen-tara akun Facebook KPK hingga saat ini telah beranggotakan sejumlah 1.556. Jumlah tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu seiring bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapat-kan informasi yang cepat dan akurat.

Untuk memenuhi kebutuhan masyara-kat untuk mendapatkan akses in-formasi tentang KPK secara lebih mu-dah, KPK meluncurkan website KPK

pidana korupsi yang dilakukan pejabat, penasihat, dan pegawai KPK.

Untuk mempermudah pengaduan, pen-gawasan internal juga telah dilengkapi dengan Whistleblower System, sarana pengaduan online yang sangat menja-min kerahasiaan pelapornya.

Langkah lain yang dilakukan adalah manajemen risiko. Kegiatan ini dilaku-kan dengan koordinasi untuk identi-fikasi dan penilaian risiko potensial, yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan KPK. Manajemen risiko mulai dilaksanakan sejak 2008. Sampai saat ini, KPK telah memiliki, mengembang-kan, dan menguji coba model pengelo-laan risiko, yaitu risk self assesment.

Monitoring dan koordinasi penga-manan, dilakukan untuk memantau pelaksanaan rekomendasi atas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pi-hak pengawasan internal KPK ataupun eksternal (Badan Pemeriksa Keuan-gan). Koordinasi pengamanan atas aset fisik, personel, informasi, maupun pelaksanaan kegiatan dirasakan cukup penting dan mendesak, di tengah kom-pleksitas penanganan perkara tindak pidana korupsi. KPK telah melakukan reviu terhadap tindak lanjut hasil audit laporan keuangan KPK tahun anggaran 2007 dan 2008.

Program pemberantasan mafia hukum, merupakan salah satu program kerja dalam rangka penguatan organisasi. Program ini dimulai pada akhir 2009, termasuk di dalamnya adalah eksami-nasi proses penanganan tindak pidana korupsi. Program pemberantasan mafia hukum ini terdiri atas pengawasan, pencegahan, pengawasan deteksi, pengawasan reaksi, dan pengawasan koreksi.

PENGAWASAN INTERNALBagi KPK, integritas merupakan hal yang luar biasa penting. Penerapan zero tolerance dalam pelaksanaan kode etik dikawal dengan pengawasan internal yang ketat. Hal ini untuk menjaga pro-fesionalitas dan objektivitas pegawai dalam melaksanakan tugas mereka. Pemeriksaan bidang keuangan dan kinerja dilakukan dengan mereviu sistem pengendalian yang ada untuk memastikan ketaatan terhadap ke-bijakan, perencanaan, prosedur, dan tujuan organisasi. Pemeriksaan juga dilakukan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dapat dilakukan pemberian konsultasi atas persetujuan pimpinan KPK sebagai alternatif saran dan solusi untuk perbaikan ataupun peningkatan efektivitas dan efisiensi kegiatan, per-sonel, informasi, dan sarana/prasarana KPK.

Untuk memastikan bahwa kode etik dan peraturan kepegawaian telah dipatuhi oleh pejabat, penasihat, dan pegawai KPK, pengawasan internal terbuka ter-hadap adanya keluhan, pengaduan, maupun masukan terkait dengan sikap dan tindak-tanduk pegawai KPK yang menyangkut dengan penerapan kode etik dan peraturan kepegawaian. Bah-kan termasuk jika ada indikasi dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pegawai KPK.

Terhadap pengaduan dan keluhan tersebut, akan dilakukan pemeriksaan bidang etika dan profesi, yang meliputi penelaahan pengaduan, pencarian, dan pengumpulan bukti-bukti yang terkait dengan penerapan kode etik dan per-aturan kepegawaian KPK, serta penyelidi-kan atas dugaan terjadinya suatu tindak

Page 23: laporan_tahunan_kpk_2010

18 IMPLEMENTASI PELAYANANINFORMASI PUBLIK Sejalan dengan diberlakukannya Un-dang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, KPK yang merupakan badan publik dituntut untuk membuka akses pub-lik terhadap informasi publik. Hal ini di-lakukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas KPK dalam menjalankan peran dan fungsinya serta meningkat-kan partisipasi masyarakat dalam se-tiap proses terjadinya kebijakan publik di KPK.

Pada 2010, KPK telah mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) yang bertugas sebagai penang-gung jawab pengelolaan dan diseminasi informasi kepada publik. Secara berkala, KPK melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Komisi Informasi Pusat terkait pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 ini.

Secara garis besar, implementasi pelay-anan informasi publik KPK terdiri atas

versi mobile dengan alamat: http:// m.kpk.go.id.

Bekerja sama dengan GTZ, pada 2010 KPK juga meluncurkan Portal Anti Corruption Clearing House (ACCH) yang bisa diakses melalui http://acch.kpk.go.id. Portal ini dirancang sebagai sumber data, informasi, pengetahuan, dan best practices mengenai antikorupsi, baik yang berasal dari KPK maupun pihak-pihak terkait dengan pemberantasan korupsi lainnya di Indonesia.

Meskipun demikian, media konvensional juga masih menjadi salah satu alat komunikasi yang terus dipertahankan dan diperbaiki oleh KPK. Majalah Integrito yang diterbitkan secara rutin dua bulanan terus mengalami perubahan untuk menjawab kedinamisan perkem-bangan zaman. Begitu pula dengan pemanfaatan media elektronik, baik televisi maupun radio. Secara rutin maupun berkala, KPK hadir pada pro-gram-program pemberantasan korupsi yang berisi informasi seputar gambaran korupsi secara umum beserta dampak buruknya maupun tentang pelaksanaan tugas KPK.

dua bagian, yaitu pengelolaan informasi dan pelayanan informasi. Di sektor pengelolaan, hingga akhir tahun ini, terus dilakukan pembaru-an klasifikasi dan kategorisasi in-formasi mengacu pada undang-un-dang yang berlaku.

Pada sektor pelayanan, dilakukan dengan mengakomodasi kemuda-han masyarakat dalam akses terha-dap informasi publik dengan mem-buat dan mengembangkan sistem penyediaaan layanan informasi dan dokumentasi secara cepat, mudah, dan wajar. Hingga saat ini, KPK telah menyediakan berbagai jalur untuk pemberian informasi ini, yaitu melalui tatap muka langsung, via surat maupun email, dan telepon.

Untuk informasi-informasi tertentu, seperti kasus-kasus yang telah di-tangani, data statistik, maupun laporan kinerja secara keseluruhan; KPK telah menyediakannya secara langsung pada website KPK mau-pun pada portal ACCH.

PENGUATAN KELEMBAGAAN

Page 24: laporan_tahunan_kpk_2010

19

PEMBERANTASANKORUPSI DI 2010

Page 25: laporan_tahunan_kpk_2010

20

Pada 2010, sejumlah perkara korupsi sudah ditangani KPK. Dengan kekuatan 191 orang di bidang penindakan, KPK melakukan penyelidikan terhadap 54 kasus yang terdiri atas dua kasus sisa tahun 2009 dan 52 kasus baru. Penyi-dikan sebanyak 62 perkara, yang terdiri atas 22 perkara sisa tahun 2009 dan 40 perkara baru. Penuntutan sebanyak 55 perkara, yang terdiri atas 23 perkara sisa tahun 2009 dan 32 perkara. Dan, melakukan eksekusi terhadap 38 putu-san pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Berdasarkan jenis tindak pidana korup-sinya, penyuapan menduduki urutan pertama dari total kasus yang ditangani KPK. Diikuti oleh tindak pidana korupsi terkait pengadaan barang dan jasa, kemudian penyalahgunaan anggaran, baik di pusat maupun daerah.

Perkara penyuapan yang ditangani KPK pada 2010 di antaranya adalah perkara yang terkait dengan penerimaan cek pelawat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, perkara terkait dugaan penyuapan oknum hakim PTTUN, pemberian uang untuk pengurangan pajak yang harus dibayarkan, dan pem-berian uang untuk memengaruhi hasil pemeriksaan penggunaan anggaran.

Di sektor pengadaan barang dan jasa, terdapat beberapa kasus yang menjadi perhatian serius KPK, salah satunya adalah pengadaan infrastruktur jalan. KPK concern pada kasus ini karena jalan merupakan urat nadi distribusi negara yang dapat menumbuhkan perekono-mian dan memperlancar arus barang dan orang, sehingga tingkat kehidupan masyarakat bisa meningkat. Salah satu kasus yang sudah disidik KPK adalah kasus Tanjung Api-Api.

Pada sektor pengelolaan sumber daya alam, salah satu penindakan yang di-lakukan KPK terkait dengan penge-luaran izin usaha penanaman hutan industri yang dilakukan dengan pe-nyalahgunaan kewenangan. Yakni den-gan pengeluaran izin untuk menebang hutan alam, padahal yang seharusnya boleh ditebang adalah hutan tanaman. Sehingga dari situ adanya satu kerugian yang dtimbulkan oleh penyalahgunaan kewenangan. Akibat perbuatan ini, negara pun mengalami kerugian materi. Belum lagi dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

KPK juga mulai menyentuh lembaga pengawasan dan pemeriksaan. Penin-dakan di sektor ini untuk mencegah ter-jadinya pertentangan kepentingan yang

PENEGAKAN HUKUMSecara umum, dalam

penanganan semua kasus, KPK sangat berhati-hati dan

selalu mengedepankanprofesionalitasdan

proporsionalitas dengan mengacu pada perundang-

undangan yang berlaku.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 26: laporan_tahunan_kpk_2010

21

dapat membuat hasil pengawasan dan pemeriksaan menjadi tidak objektif. Hal ini penting karena akan dapat menyebabkan arah suatu perenca-naan menjadi melenceng dari tujuan semula. Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan ini perlu disentuh, sehingga ke depan para pengawas ini akan melak-sanakan tugas dan kewenangannya dengan sebaik-baiknya.

Selain yang sudah disebutkan di atas, pada tahun ini, salah satu kasus yang mendapatkan banyak sorotan dari publik dan media massa adalah proses penanganan kasus terkait Bank Cen-tury. Hingga saat ini, kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan. Dalam penanganannya, KPK secara berkala berkoordinasi dengan penegak hukum lain, termasuk secara bersama-sama melakukan ekspose di hadapan tim pengawas DPR.

Secara umum, dalam penanganan semua kasus, KPK sangat berhati-hati dan selalu mengedepankan profe-sionalitas dan proporsionalitas dengan mengacu pada perundang-undangan yang berlaku. Kelengkapan bukti men-jadi satu-satunya pertimbangan untuk menaikan suatu kasus.

Agar penanganan kasus di KPK berja-lan sistematis dan terarah, sejak proses penyelidikan, tim penyidik dan jaksa penuntut umum sudah ikut terlibat. Melalui keterlibatan ini, kegiatan pengumpulan keterangan, maupun alat bukti atau bukti-bukti akan lebih terstruktur sehingga pemenuhan unsur-unsur pasal akan kelihatan jelas.

Sikap kehati-hatian ini terkadang berpo-tensi menimbulkan dugaan di masyara-kat. Jangan-jangan lamanya penanga-nan suatu perkara disebabkan adanya

intervensi dari pihak luar. Menyangkut independensi, KPK selalu mencoba ma-was terhadap segala bentuk intervensi. Salah satunya dilakukan dengan kebi-jakan untuk tidak menerima dana hibah dari donor dalam kegiatan penindakan. Sejak awal KPK berdiri, tidak ada donor untuk penindakan. Khusus untuk kegiatan penindakan, KPK menggunakan rupiah murni. Langkah ini sebagai upaya untuk menjaga agar tidak timbul potensi inter-vensi dan conflict of interest.

PERUBAHAN STRATEGIDi tahun ini, paling tidak, terdapat tiga hal yang coba dioptimalkan dan mendapat perhatian khusus KPK dalam penanganan kasus, yaitu pelacakan aset, pemanfaatan dan pengembangan teknologi forensik, dan pengupayaan yurisprudensi.

Berkaca pada pengalaman selama ini, proses penyidikan dan penuntu-tan perkara korupsi nyaris selalu lemah dalam pengembalian aset. Banyak perka-ra korupsi yang disidangkan ternyata ti-dak ada barang bernilai yang bisa sita untuk mengganti kerugian negara yang dikorupsi. Minimnya pengembalian aset ini salah satunya disebabkan oleh sulit-nya penanganan di lapangan. Karena asset recovery ini ibarat main kejar-kejaran dengan pelaku. Siapa cepat, dia yang menang.

Karena itulah, saat ini KPK sangat concern mengupayakan pengembalian harta kekayaan negara. Mengapa? Karena harta kekayaan milik negara yang harusnya bisa dinikmati oleh selu-ruh rakyat, banyak dirampok dan dibawa kabur oleh para koruptor. Padahal, harta ini dapat digunakan untuk memperbaiki taraf hidup rakyat. Salah satu upaya yang kini tengah intensif dilakukan oleh KPK adalah mencari, mendapatkan, dan mengembalikan harta negara yang dikorupsi oleh para koruptor.

Cara yang digunakan KPK adalah me-lalui program asset tracing, yakni upaya melacak harta hasil korupsi yang dibawa ke luar daerah bahkan ke luar negeri. Salah satu contoh pada tahapan operasional adalah dengan melibatkan tim asset tracing dalam gelar perkara, termasuk saat pengeledahan. Jika pada saat itu tim penyidik mencari bukti-bukti perbuatan, maka tim asset tracing mencari bukti aset-aset yang dimiliki seorang tersangka. Hasilnya? Ternyata cukup efektif, dalam arti barang yang berhasil disita dalam kegiatan penyidi-kan cukup banyak.

Teknik penanganan perkara model ini belum begitu dijalankan di tempat lain. KPK sudah mencobanya dan ternyata hasilnya bagus. Untuk memuluskan ke-giatan asset tracing ini, KPK telah menja-lin kerja sama dengan berbagai negara lain. Sejauh ini, negara asing tersebut terbuka untuk membantu dalam hal pencarian aset, karena mereka juga memahami bahwa kejahatan korupsi adalah kejahatan transnasional.

Hal lain yang terus dikembangkan adalah penerapan teknik IT Forensic. Teknik ini salah satu hal spesial yang biasa digunakan oleh penyidik KPK saat ini. Di era komputerisasi, teknik ini sangat membantu proses penyidikan karena mampu melacak dan mendapatkan bukti-bukti yang tercecer di komputer.

Terakhir adalah tentang yurisprudensi. KPK terus mengupayakan untuk mendapatkan rujukan putusan pengadilan yang dapat dijadikan dalil untuk per-sidangan sejenis. Hingga saat ini, paling tidak, ada beberapa yurisprudensi misalnya masalah uang pengganti yang berdasarkan Pasal 18 UU 31 tahun 1999 bahwa terdakwa dapat dikenakan pidana tambahan pembayaran uang pengganti sebesar-besarnya sejumlah yang dia nikmati dari hasil tindak pidana korupsi.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 27: laporan_tahunan_kpk_2010

22

Untuk pelaksanaan hal tersebut, undang-undang memberikan tugas koordinasi dan supervisi.

Di bidang penindakan, hal rutin yang dilakukan dalam koordinasi dengan penegak hukum lain adalah peneri-maan pelaporan surat perintah dimu-lainya penyidikan (SPDP). Hingga akhir tahun ini, KPK telah menerima 1.372 SPDP, yang terdiri atas 1.176 SPDP yang berasal dari kejaksaan dan 196 berasal dari kepolisian.

Selain penerimaan pelaporan SPDP, koordinasi lain antarlembaga penegak hukum juga terus ditingkatkan. Sela-ma 2010, tercatat beberapa kali KPK melakukan koordinasi dalam penanga-nan kasus bersama. Contohnya dalam penanganan kasus Bank Century dan mafia pajak. Dalam berkoordinasi, saling tukar informasi serta diskusi konstruktif pun dilakukan. Juga kerja sama dalam hal perburuan aset-aset hasil korupsi. Agar koordinasi dapat berjalan lebih optimal, dilakukan pembahasan nota kerja sama antara KPK, kepolisian, dan kejaksaan dengan difasilitasi oleh Kemenkopolhukam.

Sedangkan, fungsi supervisi dilakukan dengan menerima permintaan pengem-bangan penyidikan, gelar perkara,

analisis bersama, maupun pelimpahan perkara. Dalam kurun waktu setahun ini, KPK telah menjawab 190 perminta-an pengembangan penyidikan yang terdiri atas 64 kasus yang ditangani ke-polisian dan 126 kasus yang ditangani kejaksaan.

Sebanyak 21 gelar perkara dan 25 anali-sis dilakukan dalam fungsi supervisi selama 2010. KPK juga melimpahkan 15 perkara korupsi ke kepolisian dan 14 perkara ke kejaksaan. Pelimpahan ini dilakukan dengan berbagai alasan, di antaranya adalah perkara tersebut bukan menjadi kewenangan KPK atau karena perkara tersebut telah ditangani oleh penegak hukum lain. Untuk 2010, KPK tidak melakukan pengambilalihan kasus.

Terlepas dari koordinasi dan supervisi dalam hal penegakan hukum, koordi-nasi dan supervisi juga dilakukan dalam rangka penyelamatan potensi kerugian negara. Dalam hal ini, KPK melakukan-nya dengan kementerian terkait dan beberapa badan usaha milik negara (BUMN) maupun badan usaha milik daerah (BUMD). Yang menjadi fokus uta-ma dalam hal ini adalah upaya penertiban barang dan aset milik negara. Berdasar-kan pemantauan, penyalahgunaan aset negara merupakan persoalan yang cukup

KOORDINASI DAN SUPERVISI

Sebagai trigger mechanism, KPK diharapkan dapat

mendorong optimalisasi pelaksanaan tugas

pemberantasan korupsiyang diemban oleh

lembaga-lembaga yangsudah ada sebelumnya.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 28: laporan_tahunan_kpk_2010

23

pelik dan juga berpotensi merugikan keuangan negara dalam jumlah yang sangat besar.

Sejak dua tahun lalu, KPK telah mem-bentuk tim untuk menertibkan seluruh BMN di seluruh Indonesia. Langkah yang dilakukan adalah dengan mendo-rong instansi/BUMN/BUMD melakukan pencatatan secara lebih baik. Pen-catatan ini penting, karena berbagai kasus yang terjadi itu, memang bermula dari lemahnya pencatatan sehingga mu-dah disalahgunakan.

Hingga saat ini, KPK telah berhasil me-nyelamatkan potensi kerugian negara tak kurang dari 2,5 triliun rupiah. Sedang-kan untuk tahun ini, nilai potensi keru-gian negara yang berhasil diselamatkan mencapai lebih dari 500 miliar rupiah.

Dalam mencegah korupsi di pusat dan daerah di sektor pencegahan, KPK terus melakukan koordinasi dengan pemerin-tah pusat dan daerah untuk mewujud-kan Indonesia bebas dari korupsi. Hal ini sejalan dengan tugas koordinasi dan supervisi yang memberikan wewenang KPK dalam melakukan pengawasan, penelitian atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan TPK dan instansi yang melaksanakan pelayanan publik.

KPK berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai otoritas yang berwenang untuk terwu-judnya identitas tunggal bagi setiap penduduk Indonesia. Hambatan utama dalam mewujudkan identitas tunggal kependudukan ini adalah belum adanya

grand design Nomor Induk Kependudu-kan (NIK) tunggal pada awal tahun dari Kemendagri, dan grand design yang ke-mudian disusun oleh Kemendagri ma-sih menimbulkan beberapa pertanyaan.

Pada 2010 hingga 2013, Kemendagri telah membuat sejumlah target, baik yang berhubungan dengan pemutakhi-ran data kependudukan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, penerbitan NIK maupun penerapan e-KTP. Namun, berkaitan dengan NIK tunggal, sampai dengan akhir 2010, kenyataan yang ada di daerah menunjukkan realitas bahwa masih terlihat ketidaksiapan, baik dari sisi perencanaan, kebijakan, teknologi informasi, sumber daya manusia, mau-pun infrastruktur.

Terhadap kondisi tersebut, saran yang direkomendasikan KPK adalah perlunya perbaikan grand design yang telah disu-sun secara komprehensif dan menyelu-ruh; mengevaluasi dan menindaklanjuti temuan hasil audit BPKP terhadap pro-gram pengembangan SIAK Tahun Angg-aran 2003-2009; melakukan reviu ulang terhadap pemilihan teknologi biometrik yang tepat, penerapan metodologi yang benar, dan perencanaan implementasi yang komprehensif agar pelaksanaan e-KTP dapat menjamin ketunggalan identitas seseorang. Saat ini, seluruh penduduk Indonesia telah memiliki NIK walaupun belum tunggal. Oleh sebab itu, penerapan biometrik sidik jari men-jadi sangat penting untuk menjamin ke-tunggalan identitas tersebut.

Di tingkat daerah, KPK terus melaku-kan monitoring dan evaluasi terhadap tata kelola pemerintahan yang baik,

berdasarkan studi mengenai pelaksa-naan tata kelola pemerintahan yang baik dengan cara memotret secara langsung pengalaman empirik yang di-lakukan oleh Pemkab Jembrana, Pemkot Denpasar, Pemkot Yogyakarta, Pemkot Pekanbaru, dan Pemkot Gorontalo.

Laporan hasil monitoring dan evaluasi implementasi tata kelola pemerintahan yang baik, yang berisi saran per-baikan dari KPK, telah dikirimkan ke lima pemkot tersebut untuk ditindaklanjuti melalui pembuatan action plan yang nantinya akan diverifikasi dan dipantau implementasinya.

Lainnya adalah pelaksanaan program The Support To Indonesia’s Islands Of Integrity Program for Sulawesi (SIPS). Yang bertujuan untuk meningkatkan good governance pemerintah daerah (pemda) dalam rangka upaya pencega-han korupsi di tingkat pemda di Sulawe-si Selatan dan Sulawesi Utara, berfokus terutama pada perbaikan layanan pub-lik, layanan pengadaan, dan manaje-men kinerja pemerintah daerah.

Pada Agustus 2010, Canadian Interna-tional Development Agency (CIDA) dan KPK telah melakukan Inception Mission di kedua provinsi tersebut dalam rangka diseminasi dan persiapan keikutser-taan daerah dalam program SIPS. Pro-gram SIPS ini dibiayai oleh hibah dari Pemerintah Kanada melalui CIDA dengan nilai sebesar 11 juta dolar Kanada, dengan kurun waktu selama 5 tahun sebagaimana tertuang dalam memo-randum of understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kanada yang telah ditandatangani pada 14 Mei 2009.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 29: laporan_tahunan_kpk_2010

24

KERJA SAMAPEMBERANTASAN KORUPSI

Pemberantasan korupsimemerlukan upaya

sistematis, sinergis, dan konsisten. Masih adanya

hambatan-hambatandalam menyuarakan

antikorupsi di Indonesia dan penanganannya

yang cukup kompleksmemerlukan pembangunan jaringan kerja sama yang luas untuk meningkatkanefektivitaspemberantasan

korupsi.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Jaringan kerja sama menghubungkan relasi antar individu, lembaga, organisasi, dan negara. Pada akhirnya, jaringan tersebut akan memperluas semangat dan menciptakan kekuatan baru dalam melawan korupsi. Secara strategis, pem-bangunan jaringan kerja sama adalah pembangunan berbasis eksternal untuk membangun gerakan moral untuk tidak korupsi dan bersama-sama melawan-nya. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, KPK terus-menerus membina kerja sama dengan berbagai lembaga dan instansi, baik di tingkat daerah, na-sional, maupun internasional.

KERJA SAMA NASIONAL DAN DAERAHPada 2010, paling tidak, terdapat dua kerja sama strategis yang dilakukan oleh KPK, yakni penandatanganan MoU antara KPK dan Divisi Internasional Polri tentang pemanfaatan jaringan komu-nikasi Interpol I-24/7 dan jaringan da-tabase ASEANAPOL e-ADS (Electronic ASEANAPOL Database System); dan kerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa (LKPP).

Jaringan komunikasi Interpol I-24/7 yang juga disebut Interpol Global Communication System (IGCS) meru-pakan jaringan komunikasi internasional yang cepat, tepat, dan aman yang dibangun ICPO-Interpol. Sedangkan e-ADS

adalah database tentang kejahatan transnasional yang terjadi dan/atau melibatkan negara-negara di kawasan ASEAN, termasuk kejahatan korupsi, seseorang baik yang sudah ditangkap maupun yang masih dicari, sindikat, dan lainnya. Dengan adanya kerja sama ini, diharapkan akan lebih mengeratkan dan mengefektifkan hal-hal yang berkai-tan dengan pelacakan aset maupun pelacakan orang.

Sementara itu, kerja sama strategis dengan LKPP yang ditandatangani bertepatan dengan Hari Antikorupsi Internasional pada 9 Desember 2010, bertujuan untuk meningkatkan efektivi-tas dan efisiensi kedua lembaga dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dalam pemberantasan korupsi melalui kerja sama dan koordinasi.

Dalam hal peningkatan kapasitas kelem-bagaan, KPK dan LKPP saling memberi-kan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa, termasuk menjadi narasumber. Sedang-kan dalam bidang operasional, KPK dan LKPP saling memberikan data dan in-formasi terkait pelaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing, melak-sanakan sosialisasi/kampanye, dan mendukung pelaksanaan proses serta

Page 30: laporan_tahunan_kpk_2010

25

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

pengembangan sistem pengadaan ba-rang dan jasa yang bebas dari KKN. Selain itu, KPK dan LKPP juga akan mendorong pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik di setiap lembaga/kementerian. Kedua lembaga ini juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendukung efek-tivitas implementasi sistem pengadaan barang/jasa pemerintah.

Selain dengan dua lembaga tersebut, pengembangan kerja sama juga dilaku-kan dengan pembahasan pengemban-gan jaringan kerja sama dengan kejak-saan dan kepolisian yang difasilitasi oleh Menko Polhukam; dengan LPSK tentang perlindungan saksi; dengan PPATK tentang pemanfaatan secure on-line communication untuk mendukung pelaksanaan tugas dan kewenangan tiap-tiap lembaga; dengan Universitas Parahyangan, Universitas Diponegoro, dan Universitas Mulawarman dalam bidang perekaman persidangan di pengadilan negeri setempat; dan dengan Biro Pusat Statistik dalam rangka men-dukung upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.

KERJA SAMA INTERNASIONALSepanjang 2010, berbagai kegiatan in-ternasional dilakukan KPK untuk mem-perkuat perannya di dunia. Kerja sama secara efektif dan intensif dengan mitra di luar negeri, baik yang dilaksanakan melalui kerja sama bilateral maupun multilateral berupa MoU, perjanjian internasional, konvensi multilateral, kehadiran dalam forum-forum internasi-onal, capacity building, advokasi, koali-si, maupun upaya penggalangan donor, terus digiatkan untuk memperluas jaringan dalam mendukung bidang pencegahan.

Sedangkan untuk mendukung kegiatan penindakan, KPK terus meningkatkan kerja sama bantuan hukum timbal balik antarnegara (mutual legal assistance-MLA), ekstradisi (extradition), dan upaya pencarian dan pengembalian aset hasil kejahatan korupsi di luar negeri (asset tracing and recovery) yang berguna untuk mengembalikan kerugian negara se-bagaimana amanat UNCAC.

Kerja sama bilateral yang dilakukan oleh KPK sepanjang tahun 2010 antara lain penandatanganan MoU dengan Serious Fraud Office (SFO) Inggris dan Government Inspection Authority, Laos. Sementara itu, pada kerja sama multi-lateral yang dikembangkan KPK pada 2010, terdapat peningkatan yang sangat berarti. Sampai dengan saat ini KPK

aktif dalam 30 forum multilateral an-tikorupsi di tingkat global.

Salah satu prestasi yang membang-gakan adalah dipercayanya KPK sebagai penyelenggara G20 Working Group on Anti-corruption yang kali pertamanya digelar di Indonesia pada 27-28 Sep-tember 2010. KPK mewakili Indo-nesia mengambil inisiatif bersama Perancis untuk menjadi ketua bersama dalam G-20 Anti Corruption Working Group. Pertemuan ini menjadi tonggak sejarah bagi anggota-anggota G-20 un-tuk berkomitmen lebih lanjut sekaligus memberikan teladan dalam mengimple-mentasikan konvensi-konvensi interna-sional, seperti UNCAC, OECD Convention on Fighting Bribery in International Busi-ness Transaction, FATF, dan sebagainya.

Pimpinan KPK sebagai co-chair bersa-ma Perancis memfasilitasi keputusan-keputusan penting yang meliputi kerja sama pemberantasan korupsi lintas negara melalui MLA, terciptanya rezim antipencucian uang, mencegah koruptor masuk dalam sistem keuangan dunia, melindungi saksi dan pelapor, mengem-balikan aset korupsi, pencegahan imi-grasi bagi koruptor, dan memperkuat lembaga antikorupsi yang independen dan profesional.

Selain itu, KPK juga dipercaya sebagai focal point pada UNCAC Review yang berlangsung dari Oktober sampai Novem-ber 2010. Selain menyelenggarakan kegiatan workshop yang menghadir-kan pembicara internasional, termasuk kegiatan PBB dalam lingkup kegiatan UNCAC yang dikoordinasi oleh UNODC, KPK juga menangani bantuan internasi-onal, baik secara agensi dengan agensi maupun melalui MLA. Sepanjang 2010, KPK melakukan kegiatan implementasi kerja sama internasional sebanyak 95 kegiatan.

Hingga akhir Desember 2010, kerja sama internasional telah memfasilitasi lebih dari 32 permintaan bantuan inter-nasional, baik di dalam maupun ke luar melalui mekanisme MLA dan kerja sama informal lainnya. Bantuan internasional ini diperuntukkan untuk memperkuat fungsi penindakan yang dilakukan KPK. Bantuan internasional yang dilakukan dalam rangka mendukung pengungkapan kasus-kasus korupsi di Indonesia dan beberapa kasus korupsi di luar negeri, dilakukan melalui kerja sama dengan FBI AS, CPIB Singapura, MACC Ma-laysia, ACB Brunei Darussalam, ICAC Hong Kong, SFO Inggris, kepolisian Jepang, AFP Australia, dan lain-lain.

KONFERENSI NASIONAL PEMBERAN-TASAN KORUPSI (KNPK) 2010.

Pada 1 Desember 2010, KPK untuk kali kelima menyelenggarakan Kon-ferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) yang bertema “Upaya Pemberantasan Korupsi melalui Mekanisme Whistleblower’s System”. Konferensi ini dibuka oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhyono, dan dihadiri sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II serta pimpinan lembaga pemerintahan, selain pimpinan maupun perwakilan dari segenap lembaga-lembaga negara yang akan melaporkan hasil kegiatan pember-antasan korupsi di instansi masing-masing.

KNPK merupakan bagian dari strate-gi pre-emtif, karena melalui keg-iatan ini KPK bisa memberi ruang kepada masyarakat untuk mengeta-hui dan mendengar langsung progres pemberantasan korupsi di tiap-tiap instansi/lembaga. Di samping itu, melalui forum ini, kementerian/lembaga pemerintah bisa menyam-paikan laporan kegiatannya kepada masyarakat secara transparan. Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan fungsi KPK sebagai trigger mechanism, yang berupaya mendo-rong kementerian/lembaga untuk mendukung pemberantasan korupsi.

Whistleblowers system menjadi tema pilihan pada KNPK 2010 karena sistem ini harus dibangun sebagai bagian dari mekanisme internal yang merupakan salah satu pilar ter-penting dalam upaya pencegahan tin-dak pidana korupsi. Sistem ini juga memberikan kesempatan kepada tiap-tiap personal untuk terlibat dengan saling menjaga integritas dalam melaksanakan tugasnya.

Dalam KNPK tersebut, Presiden RI menggarisbawahi tindakan yang perlu dilakukan dalam upaya dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi, yaitu memastikan sistem re-munerasi dan pengawasan internal, termasuk whistleblowers system berjalan dengan baik; membuka perhatian kepada lembaga penge-lola aset dan penerimaan negara, termasuk anggaran pengadaan ba-rang dan jasa (PBJ); mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi di lingkungan aparat penegak hu-kum; dan memberikan perhatian pada korupsi di pelayanan publik.

Page 31: laporan_tahunan_kpk_2010

26

Sesuai tugasnya, KPK mendorong dan menyadarkan penyelenggara negara/wajib LHKPN, agar bersedia melaporkan harta kekayaannya. Untuk itulah, maka berbagai upaya dilakukan KPK pada 2010. Antara lain, sosialisasi mengenai aturan main LHKPN sesuai undang-undang Dalam berbagai sosialisasi, KPK menginformasikan bahwa penyeleng-gara negara atau penegak hukum ti-dak perlu khawatir laporan yang mereka berikan kepada KPK disalahgunakan. Di sisi lain, KPK juga mengingatkan bahwa melaporkan harta kekayaan, adalah wa-jib bagi penyelenggara negara. Tidak hanya itu. Dalam upaya peningkatan kepatuhan dan pengelolaan LHKPN, pada 2010 KPK juga telah menambah tiga kerja sama, yakni dengan Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Search And Rescue Nasional (Basarnas), dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).

Terkait banyaknya keluhan bahwa pen-gisian LHKPN cukup rumit, maka KPK juga membuat workshop dan klinik LHKPN. Melalui kegiatan tersebut, KPK memberikan bimbingan menge-nai teknis pelaporan harta kekayaan tersebut. Selain itu, guna meningkatkan kesadaran penyelenggara negara/wajib LHKPN, KPK juga memberikan penghar-gaan kepada penyelenggara negara/wajib LHKPN yang rajin meng-update laporannya.

Untuk 2010 sendiri, tingkat kepatuhan mencapai 82% dari 144 ribu penyeleng-

MENDORONGTRANSPARANSI ABDI NEGARA

Transparansi merupakan salah satu upaya pencegahan yangcukupefektif,termasuk

dalam hal kekayaan yang dimiliki seorang pejabat

dalam bentuk Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (LHKPN).

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

*) Jumlah Wajib LHKPN akan berfluktuasi tergantung pada keaktifan pelaporan data wajib LHKPN dari instansi

*) Data merupakan kumulatif dengan kategori semua PN (aktif dan nonaktif)

Wajib LHKPN *) Melaporkan LHKPN (kumulatif) Pengumuman LHKPN (kumulatif)

144,557

114,570

200,000

150,000

100,000

50,00029,946

52,137

102,229116,669

65,448

42,23955,039

95,35973,474 93,570

84,813110,892 128,030

0

2005 2006 2007 2008 2009 2010

76,116104,329

118,340

Page 32: laporan_tahunan_kpk_2010

27gara negara/wajib LHKPN atau sekitar 118 ribu penyelenggara negara. Angka tersebut sudah termasuk baik dan menunjukkan peningkatan dibanding-kan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, jika dibandingkan dengan pelaporan yang sama pada 2006 yang hanya 60%, jelas bahwa tingkat pelaporan pada 2010 mengalami pelonjakan yang cukup sig-nifikan. Sebagai gambaran, Amerika Serikat saja, tingkat pelaporan kekay-aan penyelenggara negaranya tidak men-capai angka 100%. Terkait pelaporan yang diterima, tentu KPK tidak menerima laporan begitu saja. Setelah menerima, KPK melaku-kan proses telaah, pemeriksaan, dan kajian, sebelum mengumumkannya melalui Tambahan Berita Negara (TBN). Tujuannya, untuk mengecek keabsahan dari laporan tersebut. Prinsipnya, KPK harus meyakini bahwa laporan yang di-berikan itu memang benar. Setelah laporan tersebut diverifikasi, kemudian dideklarasikan agar publik mengetahui. Deklarasi tersebut meli-batkan gubernur kepala daerah tempat penyelenggara negara tersebut berada dan menteri yang memimpin kementerian terkait. Kehadiran gubernur dan menteri ini sangat penting, agar masyarakat bisa melihat dan menilai para pimpinan mereka.

MENGGAGAS PUSATPENGENDALIAN GRATIFIKASISepanjang 2010, laporan gratifikasi yang masuk ke KPK sejumlah 394 lapo-ran. Dari jumlah tersebut, gratifikasi yang ditetapkan menjadi milik negara senilai 3 miliar rupiah dalam bentuk uang dan lebih dari 190 juta rupiah dalam bentuk barang. Sedangkan yang ditetapkan menjadi milik penerima seki-tar 14 miliar rupiah lebih dalam bentuk uang dan 1,7 miliar dalam bentuk barang.

Namun, yang menjadi perhatian utama KPK di tahun 2010 bukanlah nominal-nya, melainkan minimnya pelaporan gratifikasi yang masuk. Angka pelapo-ran menurun, jauh dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Jika membandingkan dengan pelaporan gratifikasi di internal KPK dan data grati-fikasi di luar sangat mencolok. Di KPK sekitar 8-10% laporan per 100 orang. Sedangkan di luar ada 10/10.000. Di satu sisi, bisa jadi penurunan angka karena memang semakin banyak pe-nyelenggara negara yang berani meno-lak gratifikasi. Namun, di sisi berbeda,

jika tingkat pelaporannya sama sekali tak ada, tentu ada faktor lain yang mem-buat jumlah pelaporan tersebut menjadi turun.

Bisa jadi, ini karena kebingungan para pejabat. Mereka bingung, ke mana har-us melaporkan gratifikasi yang diterima. Selain itu, tentu saja faktor psikologis jika harus berhubungan dengan KPK. Ada rasa enggan dari penyelenggara dan pejabat, jika harus melaporkan gratifikasi yang diterima ke KPK.

Guna mengatasi persoalan itulah, maka pada 2010, KPK membentuk Pusat Pengendalian Gratifikasi (PPG). Dengan adanya PPG yang dibangun di setiap instansi, diharapkan penyelenggara negara, baik di pusat maupun daerah, tak lagi takut jika melaporkan gratifikasi yang mereka terima.

Dengan adanya program tersebut, maka jika ada pejabat negara yang menerima gratifikasi, yang bersangkutan akan melaporkan ke Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) di institusi tersebut. UPG inilah yang secara periodik akan melaporkan gratifikasi di unit tersebut kepada KPK.

Dari mekanisme tersebut, jelas bahwa pembentukan UPG adalah untuk mem-permudah pelaporan gratifikasi. Selain itu, karena secara psikologis penyeleng-gara juga lebih konfinien jika melapor-kan ke UPG dibandingkan ke KPK. Apa-lagi jika menyangkut jarak yang jauh, misalnya di Papua, maka unit seperti ini sangat diperlukan.

Dengan adanya PPG, diharapkan ken-dala yang selama ini terjadi saat pelaporan gratifikasi, seperti kebingun-gan dan keengganan, bisa dieliminasi atau dihilangkan sama sekali. Hanya saja, pusat pengendalian memang han-ya menerima laporan saja, sedangkan pemeriksaan tetap dilakukan oleh KPK. Untuk PPG ini, KPK menjadikan Pertamina sebagai pilot project. Ditunjuknya Pertamina, karena didasarkan pada kesiapan perangkat, infrastruktur, dan sumber daya manusia (SDM) yang dimil-iki. Juga karena kompleksitas dan skala bisnis Pertamina cukup besar. Selain itu, Pertamina dinilai memiliki komit-men yang tinggi terhadap gratifikasi. Baru beberapa bulan berjalan, PPG di Pertamina sudah menunjukkan hasil. Tercatat hingga akhir tahun ini, ada 266 laporan gratifikasi yang masuk.

KPK juga menganalisis faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat pelaporan gratifikasi tersebut, yaitu ke-mungkinan diakibatkan ketidakjelasan aturan pelaporan gratifikasi itu sendiri. Salah satunya, belum ada batasan nilai harta gratifikasi yang pasti. Selain itu, mungkin juga karena masih rancunya pengertian antara gratifikasi dan suap.

Untuk mengatasinya, KPK berencana membuat aturan dan batasan yang jelas soal gratifikasi. Aturan tersebut, nantinya akan dibuat secara tegas dan spesifik, khususnya soal sanksi. Hal ini penting, karena gratifikasi yang tidak dilaporkan bisa memicu kepada tindak pidana korupsi. Faktanya, tidak sedikit kasus korupsi yang ditangani KPK, ber-sumber dari gratifikasi.

Milik Penerima 48Milik Negara 95Sebagian Milik Negara 53Masih dalam Proses 135Dikirimi Surat 63

Status Laporan Gratifikasi

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 33: laporan_tahunan_kpk_2010

28

Sejak beberapa tahun yang lalu, KPK secara rutin melakukan survei integritas yang bertujuan untuk mengukur tingkat integritas pada layanan publik yang menjadi target penelitian. Pada tahun ini, penelitian dilakukan terhadap 23 instansi pusat (45 layanan), 6 instansi vertikal (masing-masing 11 layanan pada 22 kota) dan 22 pemerintah kota (masing-masing 3 layanan). Selain itu, KPK juga melakukan program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), yang bertujuan untuk memberikan gambaran keseluruhan tentang inisiatif dan komitmen dari tiap instansi terha-dap upaya pemberantasan korupsi dan mendorong instansi agar bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di instansinya.

Pada 2010, pelaksanaan PIAK tidak hanya terfokus pada instansi di pusat, namun juga diikuti oleh pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan kabupaten. PIAK 2010 diikuti oleh 18 kementerian/lembaga dan 8 pemerintah daerah. Ke-18 kementerian/lembaga tersebut diwakili oleh 80 unit utama. Sedangkan pemerintah daerah diwakili oleh 38 SKPD dari 2 pemerintah provinsi, 2 pemerintah kabupaten, dan 4 pemerintah kota.

Salah satu penelitian lainnya yang di-lakukan pada tahun ini adalah di bidang pendidikan. KPK melakukan studi ino-vasi dalam sistem pendidikan, khusus-nya pendidikan menengah kejuruan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan inspirasi dan semangat kepada pemerintah daerah dan seko-lah dalam menyelenggarakan pendidi-kan kejuruan yang inovatif dan bertata kelola yang baik. Karena itulah, hasil penelitian ini kemudian disebarluaskan kepada berbagai pemerintah daerah dan sekolah-sekolah kejuruan.

KPK juga melaksanakan pengemban-gan terhadap berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada ta-hun ini, pengembangan dilakukan KPK terhadap beberapa pelayanan publik, di antaranya: layanan pemasyarakatan dan keimigrasian pada Kemenkumham, layanan publik pada Ditjen Pos dan Telekomunikasi Kemenkominfo, layanan publik pada Kementerian Perindustrian, dan layanan cukai pada Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.

Untuk observasi layanan pemasyara-katan, pada tahun ini KPK tahun ini telah menerima action plan dari Dirjen Pemasyarakatan. Untuk menananggapi action plan ini, KPK bersama Ditjen

MENUJU SISTEMYANG LEBIH BAIK

Salah satu unsur terpenting dalam pencegahan adalah

terciptanya suatu sistemadministrasi dan tata kelola

pemerintahan yang bersih dan baik. Sehingga menutup

lubang-lubang yangberpotensi menimbulkan

korupsi. Sejumlah penelitian, pengembangan, dan kajian

dilakukan KPK dalam upaya perbaikan sistem tersebut.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 34: laporan_tahunan_kpk_2010

29

Pemasyarakatan dan Kanwil Kementeri-an Hukum dan HAM DKI Jakarta melak-sanakan pertemuan dan melakukan pemantauan secara berkala atas action plan dengan mengunjungi beberapa unit pelayanan teknis, yaitu LP Klas IA Cipinang, LP Klas 2A Salemba, LP Khu-sus Klas IIA Narkotika Jakarta, Rutan klas I Cipinang, Rutan Klas IIA Jakarta Timur, dan Rutan Klas 1A Jakarta Pusat.

Sedangkan untuk observasi layanan keimigrasian, KPK melakukannya untuk menindaklanjuti hasil skor Survei Integ-ritas tahun 2009 atas layanan keimigra-sian yang masih rendah. Berdasarkan observasi, diperoleh temuan-temuan yang mencakup temuan di aspek kelem-bagaan, aspek tata laksana, aspek teknologi informasi, dan hasil observasi lainnya.

Hasil survei integritas yang rendah juga menjadi alasan KPK untuk melaku-kan observasi pada Ditjen Postel Kem-kominfo. Berdasarkan hasil observasi, terdapat tujuh temuan pada layanan publik di Ditjen Postel yang perlu dibe-nahi, yaitu: terkait regulasi, kelem-bagaan, dan tata laksana.

Observasi layanan publik pada Ke-menterian Perindustrian juga dilaku-kan KPK dalam rangka menindak-lanjuti hasil Survei Integritas 2009 yang menghasilkan skor integritas di Kementerian Perindustrian berada di posisi 5 terbawah. Kegiatan observasi ini menghasilkan beberapa temuan dan menyampaikan saran perbaikan meliputi perbaikan sistem administrasi, pening-katan pemahaman terhadap definisi gratifikasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, penggunaan sistem IT, penyesuaian tarif, penertiban anggaran, keadilan dalam pelayanan, kejelasan

prosedur, serta penerapan sistem pelayanan satu pintu yang konsisten.

Sebagai tindak lanjut hasil Survei Integritas dan Kajian Sistem Adminis-trasi Impor sebelumnya, pada 2010 KPK melakukan observasi pada layanan cukai di tiga kantor penerima cukai terbesar di wilayah Kudus, Kediri, dan Malang. Observasi ini bertujuan untuk menganalisis titik potensi korupsi dan untuk memberikan saran perbaikan ter-kait layanan cukai.

Pengembangan lain yang dilakukan adalah yang berhubungan dengan implementasi reviu UNCAC. KPK ber-peran aktif dalam melakukan finalisasi dua dokumen yang akan digunakan dalam mekanisme reviu UNCAC, yaitu Guidelines for Governmental Expert dan Blueprint for Country Review Report; dan drawing of lots (pengundian) untuk menentukan 35 countries under review dan 70 reviewing countries. Selain itu, KPK juga aktif melakukan kegiatan rapat pembahasan Self Assessment Checklist UNCAC tentang kriminalisasi, penegakan hukum, serta kerja sama internasional.

KAJIAN SISTEMSelama 2010, KPK melakukan berbagai kegiatan pengkajian sistem, yang terdiri atas Kajian Sistem Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Um-roh Kementerian Agama; dan Kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan pada Direktorat Jen-deral Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI.

Berdasarkan hasil kajian penyelengga-raan ibadah haji, ditemukan sejumlah permasalahan yang berpeluang mendo-

rong terjadinya tindak pidana korupsi. Permasalahan tersebut antara lain terkait dengan pengelolaan keuangan biaya penyelenggaraan ibadah haji, terutama berkenaan dengan penge-lolaan dana setoran awal, penentuan komponen biaya-biaya yang dikategori-kan direct dan indirect cost, serta pengelolaan biaya-biaya tersebut di ber-bagai level operasional. Permasalahan tersebut juga semakin diperkuat dengan adanya ketimpangan dalam pengelolaan SISKOHAT, dengan adanya ketidakselarasan antara catatan yang ada di SISKOHAT dan catatan keuangan.

Selain permasalahan itu, masih terdapat sejumlah persoalan tata kelola yang buruk, yang berdampak pada minimnya kualitas pelayanan. Di samping itu, kompetensi penyelenggara yang sangat terbatas menjadi permasalahan tersendiri mengingat jumlah dana haji yang dikelola oleh Kementerian Agama saat ini sudah mencapai lebih dari Rp22 triliun.

Sementara, berkaitan kajian sistem perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan pada Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI, KPK telah menyampai-kan hasil kajian berupa saran perbai-kan kepada Kementerian Kehutanan berupa kerentanan korupsi akibat ketidakpastian hak dan ketidakpastian ruang investasi, lemahnya regulasi, serta tidak adanya pengelola kawasan hutan di lapangan. Hasil kajian menemukan 17 kelemahan sistemik dalam aspek regulasi (9 temuan), aspek kelembagaan (3 temuan), aspek tata laksana (4 temuan), dan aspek manajemen SDM (1 temuan).

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 35: laporan_tahunan_kpk_2010

30 KAJIAN KEBIJAKANSelain sistem, kebijakan menjadi salah satu objek KPK untuk dikaji. Hal ini di-laksanakan sebagai upaya menemukan titik kelemahan pada kebijakan terse-but dan memberikan masukan sehing-ga dapat menutup peluang terjadinya korupsi.

Adapun kajian kebijakan yang dilakukan adalah Kajian Conflict of Interest (CoI) sebagai Bukti Adanya Mens Rea dalam Tindak Pidana Korupsi, Kajian Gratifi-kasi dan Buku Saku Memahami Grati-fikasi, Coruption Impact Assessment: Titik Korupsi dalam Lemahnya Kepas-tian Hukum pada Kawasan Hutan, Anali-sis terhadap Aturan Terkait Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), Kajian Dana Bantuan Sosial, serta Ka-jian Biaya Menjadi Kepala Daerah dan Potensi Korupsinya.

Kajian Gratifikasi dan Buku Saku Me-mahami Gratifikasi dilakukan dengan untuk memberikan masukan dalam pengembangan kebijakan gratifikasi KPK sehingga akuntabilitas dan kepas-tian hukum proses penetapan status dapat dijaga atau ditingkatkan. Kajian memberikan beberapa saran perbaikan kepada pimpinan KPK untuk penguatan kebijakan dan implementasi pengelo-laan gratifikasi.

Selain melakukan kajian kebijakan, KPK juga mengembangkan buku saku Memahami Gratifikasi. Buku ini diharap-kan memberi pemahaman yang lebih baik bagi penyelenggara negara dan pegawai negeri pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, mengenai gratifikasi yang terkait dengan tindak pidana korupsi.

Sementara itu, Kajian Kebijakan Titik Korupsi dalam Lemahnya Kepastian Hu-kum pada Kawasan Hutan merupakan suplemen dari kajian sistem kehutanan yang pelaksanaannya dilakukan secara simultan dengan kegiatan Kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan. Saran perbaikan kepada Menteri Kehutanan adalah menghilangkan ru-ang ketidakjelasan peraturan kebijakan dan kemungkinan perlakuan memihak terkait dengan definisi kawasan hutan, prosedur penunjukan kawasan hutan serta kewenangan dalam penentuan kawasan hutan dengan mencabut Per-menhut 50 tahun 2009 dan SK Menhut 32 tahun 2001.

Dalam upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi dan meningkatkan efek-tivitas dan efisiensi penyelenggaraan jasa konstruksi, KPK telah melakukan kajian kebijakan berkenaan dengan Lembaga Pengembangan Jasa Kon-struksi (LPJK).

Berdasarkan hasil kajian terkait regulasi kelembagaan LPJK dan penyelengga-raan kewenangannya, terutama dalam sertifikasi dan akreditasi, diketahui be-berapa potensi permasalahan, yaitu: Over authority kepada LPJK tanpa diser-tai aturan pelaksana/peraturan turunan yang mendukung agar pengembangan jasa konstruksi mengedepankan peran masyarakat jasa konstruksi; tidak sesuainya kelembagaan jasa konstruksi dalam LPJK dengan amanat UU Jasa Konstruksi yaitu untuk pengembangan jasa konstruksi; adanya potensi pe-nyimpangan dan konflik kepentingan pada penyelenggaraan sertifikasi dan akreditasi jasa konstruksi; dan lemahnya pengawasan pemerintah dalam pe-nyelenggaraan jasa konstruksi.

Kajian Dana Bantuan Sosial merupakan kajian kebijakan terkait pengalokasian, penyaluran, maupun pemanfaatan dana bantuan sosial di daerah. Karena belanja bansos dialokasikan tidak ber-dasarkan target kinerja tertentu, maka penentuan besaran (jumlah) dalam APBD cenderung subjektif, artinya pengalokasian akan sangat bergantung pada kewenangan yang dimiliki oleh eksekutif dan legislatif. Hal ini menim-bulkan potensi penyalahgunaan baik oleh kedua pihak tersebut.

Terkait dengan pemilihan kepala dae-rah, KPK menganalisis proses pemilihan umum kepala daerah yang ada saat ini dan mengkritisi biaya yang harus dikelu-arkan oleh para calon dalam pemilihan umum kepala daerah serta membahas potensi korupsi yang ditimbulkan di dalamnya berdasarkan peraturan, litera-tur, dan data sekunder.

Terhadap seluruh hasil kajian, KPK me-nindaklanjutinya dengan pemantauan terhadap pelaksanaan action plan yang telah dirancang berdasarkan rekomen-dasi yang diberikan KPK. Pada 2010 ini, pemantauan dilakukan terhadap implementasi saran perbaikan pada sistem penempatan dan pemulangan TKI, sistem perpajakan, sistem per-bendaharaan, sistem pengelolaan ang-garan, sistem pengelolaan DAK bidang pendidikan, sistem penyelenggaraan jalan nasional, sistem penyelenggaraan ibadah haji, pengelolaan Dana Abadi Umat, kegiatan pengadaan barang dan jasa trafo pada PT. PLN (Persero), jalan nasional pada Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, dan alat kesehatan (alkes) pada Ke-menterian Kesehatan.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 36: laporan_tahunan_kpk_2010

31

Namun, paling tidak, pada masa yang akan datang, kita dapat berharap besar akan bermunculan anak-anak bangsa yang antikorupsi. Karena itulah, KPK menggarap pendidikan antikorupsi mulai sejak usia dini.

Menyadari bahwa dunia anak-anak adalah dunia bermain, maka KPK melakukan penyesuaian dalam pendeka-tannya. Salah satunya adalah den-gan metodologi dongeng. Melalui don-geng, KPK menanamkan nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi. Meski keli-hatannya dilakukan sembari bermain, namun imbas positif yang menyertainya tetaplah besar. Di sana, KPK mencoba untuk menginternalisasi sembilan nilai antikorupsi yang telah dirumuskan se-belumnya.

Metode yang nyaris serupa, dilakukan saat sang anak mulai beranjak di usia sekolah. Terhadap anak-anak bangsa pada jenjang TK-SMA, KPK telah menyiap-kan modul pendidikan antikorupsi. Modul ini diinsersikan pada berbagai mata pelajaran yang ada dan tidak diujikan. Modul tersebut juga berisi nilai-nilai antikorupsi yang dikemas sesuai jenjang pendidikan.

Agar nilai-nilai yang diberikan bisa diserap para siswa, maka KPK memadu-kan unsur KSVA di dalam modul an-tikorupsi tersebut, yaitu unsur pengeta-huan (knowledge), keterampilan (skill), nilai (value), dan perilaku (attitude). Sama seperti pada buku cerita, maka melalui modul-modul tersebut, diharap-kan dapat membentuk pelajar yang menjunjung tinggi nilai-nilai antikorupsi di dalam setiap sikap dan perilakunya.

Dalam pelaksanaannya, modul tersebut diimplementasikan kepada Kementerian

Pendidikan Nasional (Kemendiknas)sehingga bisa digunakan oleh seluruh siswa yang bersekolah di 250.000 seko-lah dari Sabang sampai Merauke. Kerja sama dengan Kemendiknas itu penting, karena KPK tidak bisa melaksanakan program ini sendirian. KPK memerlukan tenaga para guru sebagai penyampai modul tersebut.

Terkait kerja sama ini pula, KPK tidak hanya memberikan modul dan mem-buat pilot project. Di beberapa daerah, KPK juga membuat training for trainer kepada para guru. Melalui perpaduan antara program tersebut, maka diharap-kan para guru yang sudah diberikan pelatihan, akan menyampaikan kepada para siswa.

Setelah para siswa mendapatkan pema-haman secara kognitif melalui modul-modul antikorupsi, perlu pula disiapkan pendekatan afektif dalam bentuk imple-mentasi. KPK telah menyiapkan “arena” implementasi dari nilai-nilai tersebut, yaitu membangun warung kejujuran dan pemilihan pelajar terpuji.

Dengan adanya metode afektif ini, di-harapkan akan semakin membiasakan anak-anak bangsa untuk memandang tinggi dan melakoni hidup keseharian mereka dengan nilai-nilai antikorupsi.

MEREVITALISASI INTEGRITAS MENTAL KPK juga memberikan pendidikan antikorupsi kepada kalangan instansi dan lembaga pemerintah. Reformasi birokrasi belum sepenuhnya dipahami dan diikuti dengan perubahan pola pikir dan pola budaya birokrasi.

PENANAMAN NILAIANTIKORUPSI MELALUIPENDIDIKAN

Pendidikan antikorupsi merupakaninvestasimasadepan untuk menciptakan

generasi antikorupsi di Indonesia. Boleh jadi, hasil

yang akan didapat belum akan terlihat saat ini.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 37: laporan_tahunan_kpk_2010

32 Pada 2010 ini, KPK terus berupaya mendorong instansi dan lembaga pemerintah untuk membudayakan pola pikir antikorupsi secara intensif. Caranya dengan meningkatkan kompe-tensi pada aparatur negara, khususnya kompetensi terpasang aparatur negara, yakni integritas.

Selama ini aparat negara cenderung-meningkatkan kompetensi terpakai atau peningkatan kinerja saja, yang dampaknya adalah remunerasi. Semen-tara, kompetensi terpasangnya, yakni integritas itu sendiri tidak mendapat perhatian.

Terkait hal itu, KPK kemudian mendo-rong instansi pemerintah untuk mulai membuat pelatihan yang sesuai tuntut-an dan diharapkan mampu memberikan perubahan perilaku. Namanya, Program Revitalisasi Integritas Mental (Prima). Program ini penting, karena berdasar-kan survei Synovote atas biaya World Bank, integritas merupakan faktor sig-nifikan mengatasi masalah korupsi.

Program itu sendiri sudah diuji coba. Antara lain, bekerja sama dengan Pus-diklat Kemdiknas melalui pelatihan dan pendidikan untuk level pegawai yang merupakan “motor” dari lembaga itu, beberapa waktu lalu. Melalui Prima, KPK berharap mendapatkan hasil yang lebih efektif dan tepat. Dengan merevi-talisasi satu “motor”, diharapkan bisa menularkan pemahaman integritas ke-pada teman atau anak buahnya yang lain.

Ke depannya, KPK bersiap meluncur-kan program Anti Corruption Learning Center (ACLC). ACLC ini tidak mengenal pembatasan strata publik. Dengan adanya ACLC, KPK membangun pusat antikorupsi yang bisa diikuti oleh selu-ruh masyarakat. Saat ini, KPK sudah mempersiapkan modul-modulnya yang dibuat dengan melibatkan praktisi pen-didikan, widyaiswara, dan ahli pendidikan.

Melalui ACLC, akan ada program, modul, dan kurikulum. Meskipun bukan kurikulum dalam konteks pendidikan yang panjang, namun dirancang agar masyarakat bisa menyerap pendidikan antikorupsi dalam waktu yang relatif singkat.

Pelaksanaannya berupa short course kurang lebih 2-3 hari. Tema dari modul-modul yang disampaikan, akan disesuai-kan dengan kebutuhan masyarakat. Jika pegawai negeri, ada modul untuk pegawai negeri, begitu juga dengan swasta ada modul swatsa, dan bahkan modul untuk masyarakat umum.

PENGAWASAN DANA BOSMasih terkait dengan pendidikan, KPK tidak hanya melakukan pendidikan an-tikorupsi. Namun, juga memberikan per-hatian tinggi pada pendidikan nasional yang ada. Termasuk di dalamnya adalah penggunaan anggaran untuk pendi-dikan. Salah satunya adalah bantuan operasional siswa (BOS). Sejatinya BOS merupakan dana bantuan itu diberikan pemerintah bagi para siswa yang bertu-juan untuk menopang kegiatan opera-sional sekolah, terutama untuk kelang-sungan kegiatan belajar-mengajar.

Tapi, dana BOS itu sendiri memang rawan terhadap penyalahgunaan oleh berbagai pihak. Diduga, banyak sekali dana BOS yang dimafaatkan sebagaima-na mestinya, misalnya darmawisata, dan ada pula yang justru diselewengkan oleh pihak yang tidak seharusnya menerima.

Terkait hal itu, KPK merancang Program Anak Cerdas Aset Bangsa yang ber-tujuan untuk mengawasi penggunaan dana BOS melalui pendekatan pencega-han. Dalam hal ini, KPK bekerja sama dengan Word Bank, membangun se-buah sistem pelaporan short message sevice (SMS) premium di nomor 9123. Jika siswa mengetahui ada penyelewen-gan dana tersebut, bisa mengirimkan SMS kepada nomor dimaksud.

Guna mendukung program tersebut, KPK menyosialisasikan penggunaan sekaligus pengawasan dana BOS kepa-da seluruh elemen sekolah. Baik guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang-tua siswa, siswa, maupun masyarakat umum. Untuk itu, KPK membuat papan sosialisasi tentang penggunaan dana BOS, termasuk apa saja kriteria yang dilarang dalam penggunaan dana terse-but. Untuk itu, KPK juga mengajak pihak sekolah dan masyarakat umum guna ikut mengawasi.

Pada tahap awal sudah dibuat berbagai materi sosialisasi penunjang, antara lain poster, signboard, buku saku, dan gimmic. Sosialisasi langsung ke sekolah-sekolah penerima dana BOS serta penyebarluasan informasi tentang saluran-saluran pengaduan yang diharapkan dapat menekan penyim-pangan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengawasi langsung Dana BOS.Bahkan, semua sekolah juga wajib mengumumkan laporan peng-gunaan dana BOS di papan pengumu-man yang bisa dibaca oleh masyarakat umum.

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 38: laporan_tahunan_kpk_2010

33

Karena itu, KPK secara terus-menerus berupaya membangkitkan semangat dan kepedulian, serta peran serta ma-syarakat

Banyak cara satu tujuan. Itulah yang dilakukan KPK, terkait kampanye dan sosialisasi antikorupsi. Betapa tidak, untuk melaksanakan program tersebut, KPK tidak hanya menggantungkan pada event-event yang dilaksanakan sendiri oleh KPK, tetapi juga bisa bersinergi dengan program yang dilaksanakan pi-hak lain.

Dengan demikian, jika KPK menilai bahwa dalam kegiatan masyarakat ada yang bisa diinsersikan kampanye dan sosialisasi antikorupsi, maka KPK akan melaksanakannya. Entah itu yang dilakukan mahasiswa, kementerian, ormas, LSM, organisasi intra dan ekstra kampus, serta kelompok usaha BUMN, swasta, atau masyarakat pada umumnya. Contoh terakhir adalah kampanye gabungan antara KPK, KY, ICW, TII, UNODC, dan Uni Eropa dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi sedunia pada 9 Desember 2010 yang mengangkat tema “Tanpa Korupsi, Baru Indonesia”.

Itu dari sisi pelaksana. Dari perspektif media kampanye dan sosialisasi pun sangat beragam. KPK tidak hanya mempergunakan media cetak, seperti brosur, buku saku, spanduk, dan se-bagainya, namun juga memanfaat-kan media cetak, elektronik, online, dan media sosial. Karena tidak tergantung pada pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sendiri, maka kampanye dan sosialisasi juga bisa dilakukan melalui berbagai event. Selain dilaksanakan melalui workshop atau lokakarya mengenai pencegahan dan pemberantasan korupsi oleh KPK,

kampanye dan sosialisasi juga dilak-sanakan secara terus-menerus di selu-ruh pelosok tanah air dengan meman-faatkan kegiatan mandiri yang diinisiasi oleh Kementerian/Lembaga, Pemerin-tah Daerah, dan sektor swasta.

Khusus program di kementerian, KPK secara aktif mendorong terlaksananya kegiatan “Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)” yang dikembangkan Kemente-rian Pertanian. Pada kegiatan tersebut, KPK tidak hanya melakukan dukungan program, namun juga melakukan koor-dinasi terhadap kegiatan dan pengem-bangannya. Hal ini dilakukan, karena ke depan, program tersebut ditargetkan untuk menjadi program WBK “Go Na-tional.” KPK berharap, model ini ditiru oleh kementerian atau lembaga lain.

Mengadakan kegiatan kampanye di pusat keramaian menjadi daya tarik masyarakat kota. Seperti mal contohnya. KPK menggelar kampanye antikorupsi di berbagai mal di berbagai kota di seluruh Indonesia. Sebutannya, Mall to Mall. Pada 2010, kampanye dilaksanakan di Surabaya, Bogor, Jambi, Manado, dan Padang. Kampanye antikorupsi terse-but menghadirkan suasana yang sedikit berbeda dan menyesuaikan keunikan setiap kota dan mal setempat.

Kampanye ini bertujuan meningkatkan perhatian masyarakat terhadap adanya tindak pidana korupsi di sekitar mereka, sehingga masyarakat aware dan me-numbuhkan sikap antikorupsi di dalam diri dan lingkungan mereka. Melalui kampanye semacam ini, diharapkan masyarakat akan mengetahui bahwa korupsi berada di sekitar mereka. Dan, yang paling sering ditemukan adalah di sektor pelayanan publik, yang muaranya adalah upaya peningkatan mutu pelayanan publik dengan menerapkan zona integritas.

Masyarakat adalahfaktorpentingdalam

pemberantasan korupsi. Kepedulian dan dukungan masyarakat menjadi syarat

utama berhasil tidaknya perjuangan melawan

korupsi yang dilakukan bangsa ini.

PENGGALANGAN DUKUNGAN MASYARAKAT

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 39: laporan_tahunan_kpk_2010

34

Jika tingkat kepedulian sudah dilalui, maka harapan berikutnya adalah ket-erlibatan aktif masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satunya adalah dengan melakukan pengaduan jika menemukan adanya dugaan tindak pidana korupsi.

Karena itulah, pada setiap kampanye mall to mall, KPK menyediakan stan khusus bagi pemerintah daerah untuk menampilkan layanan publik unggulan-nya, seperti layanan cepat SIUP dan IMB. Tidak hanya menampilkan, melain-kan juga membuka pelayanan selama kampanye. Sehingga, pengunjung dapat mengakses layanan cepat tersebut, karena loket pelayanan juga tersedia di lokasi acara.

TINDAK LANJUT PENGADUAN MASYARAKAT 2010

KPK telah membuka akses seluas-lu-asnya kepada masyarakat dalam me-nyampaikan pengaduan terjadinya TPK. Pengaduan disampaikan melalui berb-agai media, yaitu dengan penyampaian secara langsung ke kantor KPK, melalui telepon, pos, surat elektronik (e-mail), layanan pesan singkat (SMS), dan fak-simile.

Yang terbaru adalah dengan diluncur-kannya KPK Whistleblower System (KWS). Program KWS ini berupa per-angkat lunak yang dipasang di beber-apa kantor kementerian dan langsung terhubung dengan KPK. Dengan cara ini, setiap pegawai kementerian bisa memberikan laporan secara langsung ke KPK apabila dirinya melihat atau mengetahui adanya penyimpangan di instansinya. Saat ini sudah ada enam instansi yang menerapkan KWS, yakni Lembaga Peradilan Saksi dan Korban (LPSK), Pertamina, Ditjen Pajak, Bea Cukai Kementerian Pertanian, dan PLN. Sistem whistleblower juga merupakan mekanisme deteksi dini atas kemung-kinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran sehingga kesempatan un-tuk menangani pelanggaran secara in-ternal dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum meluas. Dengan demikian, kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dapat mengurangi risiko yang akan dihadapi, baik dari segi keuan-gan, operasi, hukum, keselamatan kerja maupun reputasi. Hingga akhir 2010, jumlah pengaduan melalui mekanisme KWS tercatat ada mendekati tiga ribu laporan.

Keberadaan seorang whistleblower dibutuhkan untuk mengurangi terjadin-ya tindak pidana korupsi. Melalui me-kanisme whistleblower system masing-masing personal memiliki kesempatan

untuk terlibat dengan saling menjaga in-tegritas dalam melaksanakan tugasnya.

Mekanisme ini disediakan bagi orang yang ingin melaporkan indikasi tindak pidana korupsi, tapi merasa sungkan atau takut jika identitasnya terungkap. Rasa sungkan ini bisa muncul jika orang yang ingin melapor kenal dengan pihak yang dilaporkan. Melalui mekanisme ini kerahasiaan identitas seorang whistle-blower dijamin oleh KPK. Karena ke-beradaan whistleblower sangat penting dalam mengungkap kejahatan, seorang whistleblower yang merupakan collabo-rator of justice dilindungi dalam hukum nasional.

Setelah meningkatkan kualitas dan variasi layanan pengaduan, langkah KPK berikutnya adalah dengan mening-katkan kualitas laporan yang masuk. Berdasarkan rekapitulasi pengaduan masyarakat yang masuk hingga akhir 2010, yang memiliki indikasi tindak pidana korupsi tidak sampai 20 persen.

Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi KPK. Artinya, KPK masih harus bekerja lebih keras lagi meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyara-kat terhadap ranah KPK, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengaduan.

Saat ini, KPK terus melaksanakan so-sialisasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam melaporkan dugaan tindak pidana korupsi secara tepat dan berkualitas tersebut. Caranya dengan melaksanakan workshop ten-tang tata cara penyampaian laporan, pemahaman korupsi, jenis-jenis korup-si. Audiens workshop ini mulai dari LSM, kejaksaan, kepolisian, maupun pemda.

Sedang ditelaah 1,11%Diteruskan ke instansi lain 9,57%Diteruskan ke Internal KPK 6,29%Bukan TPK atau tidak 65,39%lengkap Dimintakan keterangan 17,64%tambahan

PEMBERANTASAN KORUPSI DI 2010

Page 40: laporan_tahunan_kpk_2010

35

PROGRAM KERJA2011

Page 41: laporan_tahunan_kpk_2010

36

Analisis kondisi eksternal dan internal pun telah dilampaui. Maka, itulah saa-tnya bersiap untuk membuka lembaran perjuangan melawan korupsi di tahun berikutnya.

Sebagai informasi, tahun 2011 meru-pakan tahun pamungkas bagi pimpinan KPK periode saat ini. Masa empat tahun periode kepemimpinan sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang akan berakhir pada Desember 2011. Pada tahun terakhir di bawah kepe-mimpinan KPK periode sekarang ini, se-jumlah program pemberantasan korup-si beserta strategi dan taktiknya telah disiapkan. Begitu pun dengan sasaran yang ingin dicapai.

Secara garis besar, program-program yang telah dilakukan pada tahun ini seperti mendorong perbaikan layanan publik dan sistem administrasi pemer-intah, penegakan hukum yang profe-sional, penggalangan kepedulian dan dukungan masyarakat, peningkatan transparansi penyelenggara negara, pe-nyelamatan aset dan potensi kerugian negara, penjalinan kerja sama, serta upaya pendidikan antikorupsi; akan terus dilanjutkan dan dioptimalkan.Pemberantasan korupsi tidak bisa di-lakukan sendirian oleh KPK. Oleh kare-na itu, ke depan, KPK berusaha untuk

lebih membuka diri dengan membuat pola-pola kerja sama dengan berbagai pihak. Semua ini agar jangkauan KPK bisa lebih luas lagi. Dan itu memerlukan semangat koordinasi untuk bisa menyiap-kan paket-paket tools yang bisa digu-nakan untuk meluaskan jaringan.

Di tahun 2011, KPK akan lebih mem-fokuskan pemberantasan korupsi secara lebih proaktif, yakni dengan mengawasi kegiatan yang sedang ber-langsung sehingga tindak pidana ko-rupsi tidak sampai terjadi. Langkah ini memang lebih memerlukan kesabaran bila dibandingkan mengawasi kegiatan yang sudah lewat. Namun, ini adalah tantangan baru yang harus dihadapi.

Diresmikannya Pengadilan Tipikor di Bandung, Semarang, dan Surabaya dapat diharapkan mempercepat proses penindakan terhadap para pelaku tin-dak pidana korupsi di daerah. Kehadi-ran tiga Pengadilan Tipikor ini diharap-kan bisa menjadi semacam embrio yang bisa dikembangkan di masa men-datang. Di sisi lain, dibentuknya Penga-dilan Tipikor ini juga menjadi perhatian khusus KPK, khususnya dalam hal teknis operasional. Untuk pelaksanaan semua program yang akan dilakukan pada 2011 terse-but, KPK mendapat akan alokasi dana

Evaluasiprogramtelahdilakukan. Penelaahan terhadap realisasi dari

target yang dicanangkan pada 2010, telah dilakoni.

PROGRAM KERJA 2011

Page 42: laporan_tahunan_kpk_2010

37

yang berasal dari anggaran pendapa-tan dan belanja negara (APBN) sebe-sar Rp539.952.300.000,00. Jumlah tersebut lebih tinggi 26,64% dari APBN yang dikucurkan kepada KPK pada 2010. Selain itu, KPK juga akan telah mendapatkan komitmen berupa hibah dari luar negeri sejumlah Rp35.743.000.000,00.

Mengacu pada rencana kerja dan ang-garan (RKA) KPK tahun 2011, anggaran KPK akan dialokasikan untuk melak-sanakan berbagai kegiatan dalam dua program sebagai berikut:

PROGRAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSIAlokasi anggaran program teknis ini sebesar Rp158,69 miliar, untuk melak-sanakan berbagai kegiatan berikut:• Penyelidikan tindak pidana korupsi;

dianggarkan Rp6,15 miliar untuk pe-nyelidikan terhadap 65 kasus TPK.

• Penyidikan tindak pidana korupsi; dianggarkan Rp6,05 miliar untuk penyidikan terhadap 60 perkara TPK.

• Penuntutan dan Eksekusi Tin-dak Pidana Korupsi; dianggarkan Rp7,03 miliar untuk: (a) penuntu-tan terhadap 50 perkara TPK; (b) eksekusi terhadap 40 putusan TPK yang berkekuatan hukum tetap; dan (c) pelacakan aset TPK.

• Koordinasi dan Supervisi Peninda-kan Tindak Pidana Korupsi; diang-garkan Rp4,82 miliar untuk: (a) koordinasi penanganan TPK sebanyak 40 kasus; (b) supervisi penanganan

TPK sebanyak 15 kasus; dan (c) penguatan kelembagaan (hibah Uni Eropa untuk Project Strengthen the Rule of Law and Security in Indone-sia).

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang Penindakan; diang-garkan Rp974,76 juta untuk: (a) rapat kerja Deputi Penindakan; (b) rapat internal Deputi Penindakan; (c) rapat koordinasi dan konsultasi Deputi Penindakan; dan (d) per-awatan tahanan KPK.

• Pengelolaan LHKPN; dianggarkan Rp7,92 miliar untuk: (a) pengumu-man LHKPN dalam BN/TBN; (b) bimbingan teknis pengisian LHKPN; dan (c) pemeriksaan LHKPN.

• Pengelolaan Gratifikasi; dianggar-kan Rp1,61 miliar untuk: (a) penanganan pelaporan gratifikasi; (b) pemeriksaan/investigasi grati-fikasi; (c) program pengendalian gratifikasi pada instansi/lembaga (pemerintah, BUMN, swasta).

• Penyelenggaraan Pendidikan, Sos-ialisasi, dan Kampanye Antikorupsi; dianggarkan Rp12,72 miliar untuk: (a) penerapan modul antikorupsi pada 75 sekolah/lembaga pendi-dikan (formal, nonformal, dan kedi-nasan); (b) pembentukan 15 komu-nitas antikorupsi; (c) pelaksanaan zona anti korupsi pada 15 instansi/lembaga; dan (d) pelaksanaan ACLC (Anti Corruption Learning Center).

• Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan KPK, serta Peng-kajian Sistem Pengelolaan Admin-istrasi di Semua Lembaga Negara

dan Pemerintah; dianggarkan Rp20,73 miliar untuk: (a) penelitian pencegahan TPK (survei integritas layanan sektor publik, survei per-sepsi masyarakat, penilaian inisi-atif antikorupsi, (b) kajian sistem administrasi dan kebijakan; dan (c) pengembangan hasil penelitian dan kajian.

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang Pencegahan; diang-garkan Rp2,34 miliar untuk: (a) operasional Setdep Pencegahan (pengadaan peralatan penunjang operasional, penyusunan/perumu-san sistem dan prosedur teknis, menghadiri seminar/workshop seminar di LN, dan penyeleng-garaan ceramah/diskusi/seminar); (b) koordinasi dan supervisi bidang pencegahan.

• Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem dan Teknologi Informasi; dianggarkan Rp73,81 miliar untuk: (a) pengadaan dan pengem-bangan hardware; (b) pengadaan dan pengembangan software; (c) pemeliharaan sistem dan teknologi informasi; dan (d) layanan dukungan sistem dan TI (koneksi jaringan dan internet, prasarana penunjang oper-asional, operasional layanan sistem dan TI).

• Pengembangan dan Pemanfaatan Jaringan Kerja Sama Antar Lem-baga/Instansi; dianggarkan Rp6,04 miliar untuk: (a) MoU dengan lem-baga internasional; (b) kerja sama antar lembaga/instansi; (c) pembi-naan dan kerja sama nasional dan daerah; dan (d) bantuan internasional (international assistance).

PROGRAM KERJA 2011

Page 43: laporan_tahunan_kpk_2010

38 • Penyediaan Data dan Informasi untuk Pemberantasan TPK; diang-garkan Rp3,32 miliar untuk: (a) pemenuhan permintaan data dan informasi; dan (b) deteksi tindak pidana korupsi.

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang INDA; dianggarkan Rp105,00 juta untuk operasional pelaksanaan kegiatan Setinda.

• Pengawasan Internal KPK; diang-garkan Rp1,91 miliar untuk: (a) sosialisasi pengawasan internal; (b) pelaksanaan konsultasi; (c) pelaksa-naan evaluasi manajemen risiko dan studi banding manajemen risiko; (d) penyusunan strategi dan kebijakan pengawasan internal; (e) imple-mentasi sistem informasi manaje-men audit; (f) pemeriksaan laporan keuangan; (g) pemeriksaan/evalu-asi/audit kinerja; (h) pelaksanaan eksaminasi; (i) pemeriksaan etika dan profesi; (j) evaluasi pengaman-an internal.

• Penanganan Pengaduan Masyara-kat; dianggarkan Rp2,64 miliar un-tuk: (a) kegiatan pengumpulan ba-han dan keterangan tambahan; dan (b) penyelenggaraan workshop dan sosialisasi pengaduan masyarakat.

• Penyelenggaraan Kesekretariatan Deputi Bidang PIPM; dianggarkan Rp526,86 juta untuk: (a) operasional Setdep PIPM; dan (b) menghadiri seminar/workshop/konferensi DN dan LN.

PROGRAM DUKUNGANMANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS DAN LAINNYA PADA KPKAlokasi anggaran dalam program tek-nis ini sebesar Rp417,00 miliar, untuk melaksanakan berbagai kegiatan beri-kut:• Perancangan Hukum, Litigasi, dan

Bantuan Hukum; dianggarkan Rp2,00 miliar untuk: (a) legal drafting (perancangan hukum); (b) litigasi dan bantuan hukum; dan (c) per-lindungan saksi dan pelapor.

• Penyelenggaraan Humas dan Pro-tokoler; dianggarkan Rp7,92 miliar untuk: (a) publikasi (radio, televisi, media cetak, online, audio visual, pencetakan buku, majalah, brosur; (b) pemberitaan (langganan media massa, monitoring, dan analisis ber-ita); (c) temu stakeholder (media dan masyarakat); (d) riset kehumasan; (e) keprotokolan (pelantikan pejabat struktural, pendampingan pimpi-nan); (f) administrasi perkantoran (pengiriman surat dan paket, peng-gandaan/penjilidan/pencetakan (termasuk UU dan publikasi), pengu-rusan dokumen perjalanan (paspor, visa, dan lainnya), perizinan; (g) rapat koordinasi kehumasan; (h) seminar kehumasan dan media; (i) penyusunan Laporan Tahunan KPK; dan (j) kegiatan pimpinan (rakor/raker, pokja, sosialisasi, koordinasi dan supervisi, menghadiri acara/undangan LN).

• Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan; dianggarkan Rp823,95 juta untuk: (a) perencanaan/penyu-

sunan/pengembangan roadmap, renstra, program, rencana kerja, dan sistem prosedur; (b) pena-tausahaan, pembukuan, verifikasi, pelaporan, dan pelaksanaan ang-garan; dan (c) pengelolaan titipan uang sitaan dan gratifikasi.

• Manajemen Sumber Daya Manu-sia; dianggarkan Rp273,69 miliar untuk: (a) gaji pimpinan, pegawai, dan penasihat KPK; (b) rekrutmen dan seleksi pegawai KPK; (c) diklat teknis (dalam dan luar negeri); (d) penataan manajemen kelembagaan KPK (meliputi pelaksanaan audit peraturan MSDM, analisis perilaku kompetensi dan teknis, pelaksa-naan analisis jabatan, evaluasi ja-batan, evaluasi PP63/2005, dan (e) layanan kesehatan pegawai.

• Penyelenggaraan Operasional Per-kantoran; dianggarkan Rp132,57 miliar untuk: (1) penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan per-kantoran meliputi: (a) perawatan peralatan penunjang perkantoran); (b) pengelolaan barang sitaan/ram-pasan; (c) pengelolaan Barang Milik Negara (BMN); (d) pelayanan pen-gadaan barang/jasa; (e) perawatan gedung kantor; (f) jasa keamanan; (f) langganan daya dan jasa; (g) sewa gedung/peralatan; (h) pemelihara-an kendaraan bermotor; (i) tenaga pendukung dan pengemudi; (2) sa-rana dan prasarana perkantoran meliputi: (a) pengadaan peralatan dan mesin; (b) renovasi gedung (ge-dung KPK dan gedung pinjaman); (c) pengadaan kendaraan operasional; (d) pelayanan internal perkantoran.

PROGRAM KERJA 2011

Page 44: laporan_tahunan_kpk_2010

KPK DAN PEMBERAN-TASAN KORUPSI DI MATA MEREKA

Page 45: laporan_tahunan_kpk_2010

40

Kegiatan pencegahan harus dilakukan dengan strategi bagus sehingga korupsi bisa dicegah. Tapi selain itu, kita tidak bisa hilangkan upaya pemberantasan. Pe-miskinan adalah salah satu cara membuat orang belajar bahwa ketika seorang pelaku tindak pidana korupsi keluar dari penjara, dia lebih miskin daripada sebelum melakukan korupsi sehingga orang akan berpikir untuk korupsi. Selama pemiskinan tidak dilakukan dan hanya memperoleh penjara badan, koruptor bisa memimpin organisasi dan bisa berbuat apa saja. Pemiskinan harus jadipertimbanganagarmenjadiefekjera.

Pada pemberantasan korupsi, KPK ditugaskan pada dua kegiatan besar, yaitu pencegahan dan penindakan. Tetapi, sampai dengan periode sekarang, masyarakat masih menilai KPK dari kegiatan penindakan yang dilakukan. Keberhasi-lan kepolisian, kejaksaan, termasuk KPK, dinilai masyarakat dan media adalah dengan bagaimana kita bisa menangani dua topik menonjol, yaitu kasus Gayus dan Bank Century.

Satu tahun ke depan, tidak ada cerita lain, bila mau mere-but opini dan kepercayaan masyarakat bahwa KPK tetap komit pada pemberantasan korupsi dan bisa dipercaya, maka kita harus menggalakkan kegiatan di bidang penin-dakan. Saran saya, meski tinggal sedikit, kegiatan peninda-kan satu tahun ini kita angkat lebih galak lagi agar dapat merebut hati dan kehendak masyarakat secara umum.

Tujuh tahun KPK dengan pasang surut dan jatuh bangun, KPK memberikan banyak sekali capaian yang kita banggakan. Tidak pernah ada yang berhasil (institusi lain selain KPK) melakukan penindakan terhadap mantan menteri anggota DPR, komisioner, bupati gubernur, dan lain-lain. Bila kita percaya pada akal sehat apa yang sudah dilakukan dengan berbagai cara dengan berbagai yang kita lakukan, tetapi publik tidak jera melakukan korupsi, genjot saja penin-dakan. Tetapi ingat bahwa mengikat semua koruptor tidak akan selesaikan masalah, yang memang sangat sistemik endemik dan sulit.

Buat saya, yang penting dalam pemberantasan korupsi adalah selain genjot dan sikat koruptor yang ada dan masuk KPK saat ini, kita perlu ada penyidik independen. Hal ini bukan obat mujarab yang untuk menyelesaikan masalah, namun jauh lebih baik bila untuk lebih independen agar tidak bias dalam memproses penyelidikan maupun penyidikan.

Endriartono Sutarto

Tumpak Hatorangan Panggabean

Todung Mulya Lubis

KPK DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI MATA MEREKA

Page 46: laporan_tahunan_kpk_2010

41

Amien Sunaryadi

Sudjiwo Tedjo

Mas Achmad Santosa

Bila KPK memberantas korupsi sendiri adalah mimpi di siang bolong. Setahun ke depan, saya melihat KPK tidak perluuntuktanganisegalahal,tetapifokuspadaduapoinstrategis, yaitu DPR dan Kejaksaan. KPK sudah punya mo-mentum bagus untuk ke DPR, beberapa sudah dipenjarakan dan sudah diproses, tapi agak lambat. Tetapi, pencegahan tidak bergerak sama sekali ke DPR.

KPK harus angkat penyidik KPK, saya tidak mengatakan pe-nyidik independen. Seharusnya penyidik tidak independen, tetapi yang independen adalah pimpinan KPK. Penyidik atau personel lain adalah pegawai KPK pelaksana tugas.

Menurut saya, saat ini kita perlu gunakan kata “garong” atau “bangsat”, untuk mengganti kata “koruptor”. Karena kata “koruptor” terlalu sopan dan orang yang melakukan-nya bangga dengan status itu. Untuk hal ini, kita bisa kon-sultasi dengan ahli bahasa.

Kalau boleh usul, dalam kemasan rokok itu terdapat warn-ing yang jelas: “Dapat sebabkan impotensi”, sementara per-ingatan bahaya korupsi tidak ada. Di bawah emblem para pejabat publik seharusnya ditempelkan peringatan yang berbunyi: “Awas korupsi bisa timbulkan impotensi bangsa”. Selainitu,disetiapfotopejabatdibawahnyaterdapatper-ingatan: “Awas korupsi dapat membahayakan”.

Pesan saya, kalau memberantas korupsi tolong jangan den-gan kebencian. Bila berantas dengan benci, maka keluarga kita yang kena, berantas korupsi karena memang harus dib-erantas bukan kebencian.

Kita perlu menggaruk tempat yang gatal. Dan, pertanyaan-nya apakah saat ini kita garuk di tempat yang gatal? Ini yangperlukitaevaluasibersama.DariIPK,jelassekalivariabelyangdiukur.Darijawabanrespondenadabeberapavariabelsepertikeseriusanaparatpemerintahdaerahdanpenegak hukum setempat untuk lakukan pemberantasan ko-rupsi.BilamelihatsurveiintegritaspublikolehKPK,sudahjelas ada area yang harus digaruk. Hal ini tidak bisa di-lakukan oleh KPK sendiri, tapi dengan instansi lain.

Soal penindakan, dalam jangka waktu sisa periode satu tahun ini, saya usulkan prioritas pada penindakan pelaku mafiaperadilandanperpajakansertakasusBankCen-tury. Selain itu adalah kasus terkait dengan cek pemilihan Gubernur BI yang setengah jalan. Bila dalam satu tahun perkara tersebut bisa dilaksanakan dan diselesaikan, maka bisa merespons ekspektasi publik.

KPK DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI MATA MEREKA

Page 47: laporan_tahunan_kpk_2010

Erry Riyana Hardjapamekas

Sjahruddin Rasul

Taufiequrachman Ruki

Pengawasan internal, soliditas internal, dan sumber daya manusia (SDM) harus tangguh, unggul, dan bermar-tabat, karena salah satu modal KPK adalah SDM dan jugateknologi.Bukanhanyafasilitasyangbisadibinadan dipelihara, tapi juga mendengar aspirasi, mem-beri keteladanan dan sangat prima dari pemimpin KPK. KepemimpinanKPKadalahkolektif,tapibukanhakveto.Yang penting adalah kami bukan saya, melainkan kami adalah pimpinan KPK. Dengan demikian, soliditas diten-tukan oleh kekompakan para pimpinan.

Kita sadar bahwa musuh kita ada dan musuh-musuh itu tidak bisa kita biarkan. Jaringan dengan publik dan masyarakat pendukung harus dijalin dengan mengako-modasi kasus kasus tertentu. Independensi KPK harus tegar dengan segala cara.

KPKharusdorongteruskonsepislandofinteg-rity. Di samping itu, pencegahan melalui pendidi-kan antikorupsi harus dipikirkan karena dengan penindakan saja, koruptor baru akan tumbuh terus. Selain itu, KPK harus meningkatkan kerja sama dengan luar negeri karena banyak uang kita yang lari keluar. Maka, kegiatan penin-dakan harus juga menarik uang di luar negeri. Kita sudah banyak kerjasama dengan luar neg-eri,dankitabisamanfaatkanuntukbagaimanacaranya untuk asset tracing.

Pemberantasan korupsi sangat simpel untuk diucapkan, namun tergantung para pimpinan. Pimpinan bukan gladia-tor, melainkan warrior. Warrior mati untuk kejayaan, bukan kememangan.

Pemimpin di KPK harus kolegial, bukan hanya lima, tapi jugaharusmeleburdenganstafdanpegawai.PemimpinKPKadalah lima ini. Soal pengambilan keputusan, kita punya hak yang sama. Bukan berarti kita tidak ada perbedaan pendapat dengan pemimpin lainnya, tapi kita selesaikan dalam kede-wasaan dan kenyataan. Dengan beda pendapat ini, kita jadi sahabat. Mekanisme kita tidak ada tersangka ditetapkan oleh ketua, tapi oleh penyidik. Tersangka yang tetapkan adalahpenyidikdengansupervisiJPU.Kitaputuskanber-sama.

42

KPK DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI MATA MEREKA

Page 48: laporan_tahunan_kpk_2010

LAMPIRAN

Page 49: laporan_tahunan_kpk_2010

44

LAMPIRAN

PENINDAKAN 2010sangka WS (Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Dephut RI).

15. Perkara TPK dalam Pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu untuk Ba-gian Anggaran 69 pada Sekretariat Jen-deral Departemen Kehutanan RI pada tahun 2006 dan 2007 atas nama ter-sangka PAP (swasta).

16. Perkara TPK orang yang secara bersa-ma-sama atau turut serta terkait per-buatan Madiono dkk dalam pelaksa-naan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kes-ehatan RI TA. 2007 atas nama tersang-ka ES (Direktur Bina Kesehatan Komu-nitas Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI).

17. Perkara TPK orang yang secara bersa-ma-sama atau turut serta terkait per-buatan Madiono dkk dalam pelaksa-naan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pu-lau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kesehat-an RI TA. 2007 atas nama tersangka BM (swasta).

18. Perkara TPK dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran merek Morita TA. 2004 dan 2005 di Otorita Pengemban-gan Daerah Industri Pulau Batam atas nama tersangka IA (Ketua Otorita Ba-tam).

19. Perkara TPK dalam pengadaan Jasa Angkutan KRL Hibah eks. Jepang tahun 2006-2007 yang atas nama tersangka SES (Direktur Jenderal Perkeretaapian Departemen Perhubungan RI).

20. Perkara TPK dalam pengadaan tanah untuk pasar pada Pemerintah Kabu-paten Brebes TA. 2003 atas nama ter-sangka IK (Bupati Brebes) dkk.

21. Perkara TPK penerimaan hadiah oleh pemeriksa pajak Bank Jabar pada ta-hun 2004 sebagai imbalan atas pengu-rangan jumlah pajak kurang bayar Bank Jabar tahun buku 2002 atas nama ter-sangka ES (Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak Bandung Satu).

22. Perkara TPK sebagaimana orang yang bersama-sama atau turut serta WMPS dalam TPK berupa penerimaan dana taktis pada kegiatan proyek pembangu-nan jaringan distribusi gas (Pemjadig) yang menggunakan APBN TA. 2003 atas nama tersangka DP (Direktur Keuangan PT PGN Persero).

23. Perkara TPK terkait perbuatan melaku-kan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja

PENYIDIKAN

1. Perkara TPK turut serta terkait perbua-tan TAJ (Bupati Pelalawan) dkk, melaku-kan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelala-wan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang ber-laku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka ST (man-tan Kadishut Prov. Riau).

2. Perkara TPK turut serta terkait perbua-tan TAJ (Bupati Pelalawan) dkk, melaku-kan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelala-wan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang ber-laku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka AR (man-tan Kadishut Prov. Riau).

3. Perkara TPK turut serta terkait perbua-tan TAJ (Bupati Pelalawan) dkk, melaku-kan TPK terkait dengan penilaian dan pengesahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelala-wan kepada sejumlah perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang ber-laku dan dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara atas nama tersangka BH (man-tan Kadishut Prov. Riau).

4. Perkara TPK sehubungan dengan per-mintaan dan penerimaan sejumlah dana terkait dengan proses permo-honan alih fungsi hutan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan atas nama tersangka AC, HI, dan FAL (anggota DPR RI).

5. Perkara TPK dalam penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain yang terjadi antara tahun 2003-2005 atas nama tersangka UKS (mantan Direktur Oper-asi Bank Jabar) dan ASS (mantan Direk-tur Pemasaran).

6. Perkara TPK terkait penerbitan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman tahun 2001-2003 di wilayah Kabupaten Siak kepada se-jumlah perusahaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara dan/atau menerima hadiah berkaitan den-gan kekayaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atas nama tersangka AAS (Bupati Siak) dkk.

7. Perkara TPK dalam penerimaan/pem-berian travellers cheqeu (TC) oleh ang-

gota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada ta-hun 2004 atas nama tersangka DMM (anggota DPR RI) dkk.

8. Perkara TPK dalam penerimaan/pem-berian travellers cheqeu (TC) oleh ang-gota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada ta-hun 2004 atas nama tersangka EAJS (anggota DPR RI) dkk.

9. Perkara TPK dalam penerimaan/pem-berian travellers cheqeu (TC) oleh ang-gota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemili-han Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka UD (anggota DPR RI) dkk.

10. Perkara TPK dalam penerimaan/pem-berian travellers cheqeu (TC) oleh ang-gota DPR RI periode 1999-2004 karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya berkaitan dengan pemili-han Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 atas nama tersangka HY (anggota DPR RI) dkk.

11. Perkara TPK pemberian sejumlah uang kepada anggota Komisi IV DPR RI dan pejabat Departemen Kehutanan RI ter-kait dengan proses Pengajuan Angga-ran Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) Departemen Kehutanan tahun 2007-2008 atas nama tersangka AW (swasta) dkk.

12. Perkara TPK dalam pengelolaan APBD pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta TA. 2006-2007 atas nama tersangka JES (Kepala Biro Hukum Setda DKI Jakarta).

13. Perkara TPK dalam pengadaan pera-latan kesehatan untuk rumah sakit rujukan penanganan Flu Burung dari DIPA APBN-P Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat TA. 2006 atas nama tersangka SY (Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Kesejahter-aan Rakyat).

14. Perkara TPK dalam Pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu untuk Ba-gian Anggaran 69 pada Sekretariat Jen-deral Departemen Kehutanan RI pada tahun 2006 dan 2007 atas nama ter-

Page 50: laporan_tahunan_kpk_2010

45

LAMPIRAN

39. Perkara TPK permintaan dan peneri-maan sejumlah uang oleh penyeleng-gara negara terkait dengan renovasi ge-dung kantor, wisma duta besar, wisma DC dan rumah-rumah dinas KBRI di Singapura tahun 2003-2004 yang di-duga dilakukan oleh SP (mantan Duta Besar Amerika Serikat).

40. Perkara TPK dalam Pengadaan dan Pemasangan Listrik Tenaga Surya (PLTS) berupa Solar Home System (SHS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLMTH) pada Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Ener-gi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (LP ESDM) TA. 2009 atas nama tersangka JP (Dirjen Listrik dan Peman-faatan Energi Kementerian ESDM) dan MRS.

41. Perkara TPK memberi sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK RI perwakilan Jabar terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemer-intah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 atas nama tersangka HL dan HS (pegawai Pemkot Bekasi).

42. Perkara TPK menerima sesuatu/hadiah berupa uang dari pejabat pemerin-tah Kota Bekasi terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemer-intah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 atas nama tersangka S, EH bersama-sama dengan GS (Kepala Perwakilan BPK Prov. Jabar).

43. Perkara TPK dalam penggunaan APBD Pemkot Tomohon TA. 2006-2008 atas nama tersangka JSMR (Wali Kota Tomo-hon).

44. Perkara TPK yaitu secara bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifuddin (mantan Dirut Bank Jabar) melakukan pemberian berupa uang kepada Pemeriksa Pajak Karipka Band-ung Satu pada tahun 2004 atau pengu-rangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 atas nama tersangka HAB (mantan Pin-div. Akuntansi PT Bank Jabar).

45. Perkara TPK yaitu secara bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifuddin (mantan Dirut Bank Jabar) melakukan pemberian berupa uang kepada Pemeriksa Pajak Karipka Band-ung Satu pada tahun 2004 atau pen-gurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 atas nama tersangka RY, MY, dan DRM (mantan Pemeriksa Pajak Karipka Bandung Satu).

46. Perkara TPK yaitu menerima pembe-rian/hadiah berupa uang pada tahun 2004 terkait dengan pemeriksaan pa-jak PT Bank Jabar atas pengurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 atas nama tersangka DS (mantan Pemeriksa Pajak Karipka Bandung Satu).

32. Perkara TPK yaitu setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi karena jabatan atau kedudukannnya wilayah Lampung Periode 11 Maret 2004-8 Februari 2008 atas nama tersangka BH (General Manager PT PLN (Persero)) dkk.

33. Perkara TPK terkait dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim atau pegawai negeri atau pe-nyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat ses-uatu dalam jabatannya yang bertentan-gan dengan kewajibannya atau karena berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajibannya atas nama tersangka AS (pengacara).

34. Perkara TPK terkait dengan Hakim atau Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima hadiah, pem-berian atau janji atas nama tersangka I (Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) dkk.

35. Perkara TPK dalam penyalahgunaan dan pengelolaan kas daerah Kabupaten langkat serta penyalahgunaan penggu-naan APBD Kabupaten Langkat pada 2000-2007 atas nama tersangka SA (Bupati Langkat) dkk.

36. Perkara TPK sebagai orang yang turut serta atau bersama-sama terkait per-buatan Budiarto Maliang dan Edi Suran-to dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan puskesmas di daerah tertinggal, ter-pencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Depkes RI tahun 2007 dan per-buatannya menerima hadiah atas nama tersangka SA (mantan Sekjen Depkes 2004-2009).

37. Perkara TPK sebagai orang yang turut serta atau bersama-sama terkait per-buatan AS dalam tindak pidana mem-beri atau menjanjikan sesuatu kepada hakim atau pegawai negeri atau pe-nyelenggara negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat ses-uatu dalam jabatannya yang bertentan-gan dengan kewajibannya atau karena berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajibannya atas nama tersangka DLS (swasta).

38. Perkara TPK dalam pelaksanaan pen-gadaan peralatan medik dari sisa dana pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin dalam rangka wabah flu burung (avian influenza) pada Dirjen Bina Pelay-anan Medik Departemen Kesehatan dan dalam pelaksanaan pengadaan peralatan kesehatan penanganan wa-bah flu burung (avian influenza) dana APBN-P Sekretariat Dirjen Bina Pelayan-an Medik Depkes TA. 2006 atas nama tersangka MAH (Ses.ditjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI Tahun 2006) dkk.

mencegah atau merintangi atau meng-gagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan terh-adap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dan/atau perbuatan melakukan percobaan memberi atau menjanjikan sesuatu ke-pada pimpinan KPK dan/atau pegawai KPK, pembantuan atau pemufakatan jahat untuk melakukan TPK atas nama tersangka AW (swasta) dkk.

24. Perkara TPK dalam pengadaan mesin jahit dan sapi impor pada bagian proyek pengentasan fakir miskin Departemen Sosial pada tahun 2004 dan 2006 yang menggunakan anggaran APBN atas nama tersangka BC (mantan Menteri Sosial RI).

25. Perkara TPK pada proyek pembangu-nan jalan Palembang – Tanjung Api-api Sumatera Selatan TA. 2005-2008 atas nama tersangka DD (Kepala Dinas PU Bina Marga) dkk.

26. Perkara TPK penyalahgunaan dana APBD dan OTSUS Pemda Kabupaten Boven Digoel Prov Papua TA. 2006-2007 atas nama tersangka YY (Bupati Kab. Boven Digoel).

27. Perkara TPK dalam pengadaan sarung yang dananya berasal dari pengelolaan rekening pemerintah pada Departemen Sosial pada tahun 2006-2008 atas nama tersangka BC (mantan Menteri Sosial RI).

28. Perkara TPK sebagai orang yang ber-sama-sama atau turut serta dalam perkara TPK pada pengadaan mesin jahit pada bagian proyek pengentasan fakir miskin Depsos Tahun 2004 dan 2006 yang dilakukan oleh tersangka BC (mantan Menteri Sosial RI) atas nama tersangka MA (swasta).

29. Perkara TPK sebagai orang yang ber-sama-sama atau turut serta dalam perkara TPK pada pengadaan sarung yang dananya berasal dari pengelolaan rekening pemerintah pada Depsos Ta-hun 2006-2008 yang dilakukan oleh tersangka BC (mantan Menteri Sosial RI) atas nama tersangka CR (swasta).

30. Perkara TPK dalam pengadaan Roll Out Customer Information System – Ren-cana Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) pada PT PLN (Persero) Distribusi Ja-karta Raya dan Tangerang yang diduga dilakukan oleh tersangka EWS (Direktur Utama PT PLN (Persero)) dkk.

31. Perkara TPK sebagai orang yang bersa-ma-sama atau turut serta dalam perka-ra TPK pada pengadaan sapi impor di bagian proyek pengentasan fakir miskin Depsos Tahun 2004 dan 2006 yang di-lakukan tersangka BC (mantan Menteri Sosial RI) atas nama tersangka IKBR (swasta).

Page 51: laporan_tahunan_kpk_2010

46

LAMPIRAN

Pemerintah Kota Bekasi dan/atau per-buatan melakukan percobaan perban-tuan, atau permufakatan jahat untuk memberi atau menjanjikan sesuatu terkait dengan Adipura dan pengesahan APBD 2010 Pemerintah Kota Bekasi atas nama tersangka MM (Wali Kota Bekasi) dkk.

62. Perkara TPK dalam pengelolaan dana penanggulangan bencana alam Nias Tahun 2007 atas nama tersangka BBB (Bupati Nias).

PENUNTUTAN

1. Perkara TPK atas nama terdakwa AULIA T. POHAN, BUN BUNAN E.J HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI sehubungan dengan TPK dalam penggunaan dana Bank Indone-sia yang dikelola oleh Yayasan Pengem-bangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk kepentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme pen-ganggaran dan pertanggungjawaban (inkracht MA).

2. Perkara TPK atas nama terdakwa MO-HAMAD IQBAL sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

3. Perkara TPK atas nama terdakwa MU-LYONO SUBROTO sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

4. Perkara TPK atas nama terdakwa ERRY FUAD sehubungan dengan TPK pega-wai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

5. Perkara TPK atas nama terdakwa IS-MUNARSO sehubungan dengan TPK penyalahgunaan APBD Kabupaten Situ-bondo TA 2005-2007 (inkracht MA).

6. Perkara TPK atas nama terdakwa JIMMY RIMBA ROGI sehubungan dengan TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Kota Manado TA. 2006 (inkracht MA).

7. Perkara TPK atas nama terdakwa TRIJO-NO sehubungan dengan TPK penyeleng-gara negara menerima sesuatu, hadiah atau janji yang terjadi pada Strategic Business Unit (SBU) II wilayah Jawa ba-gian Timur PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk (inkracht MA).

8. Perkara TPK atas nama terdakwa BAG-INDO QUIRINO sehubungan dengan penerimaan uang oleh Auditor BPK-RI terkait Pemeriksaan BPK-RI terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembi-

men ESDM) dan MRS Pejabat Pembuat Komitmen) dkk.

53. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama Hamka Yand-hu atas nama tersangka AHZ, MBS, PS, BSHS, AZA (anggota DPR RI) dkk.

54. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama Dudhie Mak-mun Murod atas nama tersangka ACP, MM, RL, PS, dan WMT (anggota DPR RI).

55. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama Hamka Yan-dhu, atas nama tersangka MN, ARS, RK, BA, dan HB (anggota DPR RI).

56. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama EJS atas nama tersangka DT dan SU (anggota DPR RI).

57. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama Dudhie Mak-mun Murod atas nama tersangka PN, EP, MI, B, dan JT (anggota DPR RI).

58. Perkara TPK penerimaan sejumlah TC BII oleh anggota DPR RI Komisi IX peri-ode 1999 s.d. 2004 dalam rangka pe-milihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia pada tahun 2004 yang dilakukan bersama-sama Dudhie Mak-mun Murod atas nama tersangka NLM, SPS, dan MP (anggota DPR RI).

59. Perkara TPK dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan meng-gunakan pompa merek Tohatsu type V80ASM dan merek Morita di beberapa Pemprov/PemKab./Pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD ta-hun 2002 s.d. 2005 atas nama tersang-ka HS (mantan Menteri Dalam Negeri).

60. Perkara TPK dalam penerimaan se-jumlah uang dari Otorita Batam dalam rangka usulan anggaran Otorita Batam Tahun 2004 dan 2005 atas nama ter-sangka SU (anggota DPR RI).

61. Perkara TPK dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan APBD

47. Perkara TPK dalam pengadaan out-sourcing pengelolaan sistem informasi (CIS) berbasis IT mencakup Sistem In-formasi Pengelolaan Piutang Pelanggan (SIP3) pada PT PLN (Persero) Wilayah Lampung pada Desember 2003 s.d. Ma-ret 2004 atas nama tersangka HS (Gen-eral Manager PT PLN (Persero) wilayah Lampung Periode 2002 – 2003).

48. Perkara TPK sebagai orang yang turut serta atau bersama-sama dengan Hari-adi Sadono (GM PT PLN Persero Wilayah Lampung Periode Maret 2004-2008) dalam pengadaan outsourcing penge-lolaan sistem informasi CIS Berbasi IT mencakup Sistem Informasi Pengelo-laan Piutang Pelanggan (SIP3) pada PT PLN wilayah Lampung tahun 2003-2008 dan perbuatannya memberikan hadiah atau janji kepada pegawai PT PLN (Persero) atas nama tersangka GK (Direktur Utama PT Altelindo Karyaman-diri).

49. Perkara TPK bersama-sama memberi-kan sesuatu/hadiah berupa uang ke-pada pejabat BPK RI perwakilan Jawa Barat terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemda Kota Bekasi TA. 2009 atas nama tersangka TUE (Sekda Kota Bekasi).

50. Perkara TPK sebagai orang yang bers-ama-sama atau turut serta atau turut membantu terkait perbuatan AW dkk dalam melakukan perbuatan permufak-atan jahat untuk melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan per-buatan dengan sengaja mencegah mer-intangi atau menggagalkan secara lang-sung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi yang terjadi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009, dan/atau perbuatan bersama-sama atau turut serta, membantu melakukan per-cobaan memberi atau menjanjikan ses-uatu kepada pimpinan KPK dan/atau pegawai KPK atas nama tersangka AM (swasta).

51. Perkara TPK dalam pelaksanaan pen-gadaan alat kesejahteraan dan per-bekalan dalam rangka wabah flu burung (avian influenza) Dana APBN Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI TA. 2006 atas nama tersangka RDU (Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Me-dik Depkes RI) dkk.

52. Perkara TPK dalam pengadaan dan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berupa Solar Home System (SHS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan En-ergi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (LPE ESDM) TA. 2009 atas nama tersangka JP, (Dirjen LPE Departe-

Page 52: laporan_tahunan_kpk_2010

47

LAMPIRAN

tomer Management System) berbasis teknologi Informasi pada PT PLN (Per-sero) distribusi Jawa Timur tahun 2004-2008 (inkracht PN).

24. Perkara TPK atas nama terdakwa UCE KARNA SUGANDA dan ABAS SUHARI SOMANTRI dalam penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain yang terjadi antara tahun 2003-2005 (kasasi).

25. Perkara TPK atas nama terdakwa UDJU DJUHAERI sehubungan dengan peneri-maan/pemberian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

26. Perkara TPK atas nama terdakwa H. DUDHIE MAKMUN MUROD, MBA sehu-bungan dengan penerimaan/pembe-rian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, kare-na atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemili-han Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

27. Perkara TPK atas nama terdakwa EN-DIN AKHMAD JALALUDIN SOEFIHARA sehubungan dengan penerimaan/pem-berian travellers cheque (TC) oleh ang-gota DPR RI periode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan ke-wajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indone-sia pada tahun 2004 (inkracht PT).

28. Perkara TPK atas nama terdakwa HAMKA YANDHU YR sehubungan den-gan penerimaan/pemberian travellers cheque (TC) oleh anggota DPR RI peri-ode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Se-nior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

29. Perkara TPK atas nama terdakwa EDDI SETIADI sehubungan dengan peneri-maan hadiah oleh Pemeriksa Pajak Bank Jabar pada tahun 2004 sebagai imbalan atas pengurangan jumlah pa-jak kurang bayar Bank Jabar tahun buku 2002 (inkracht PN).

30. Perkara TPK atas nama terdakwa Drs. DJOKO PRAMONO sebagai orang yang bersama-sama atau turut serta meneri-ma dana taktis dari Rekanan Pelaksana Proyek Pembangunan Jaringan Distribu-si Gas pada PT. Perusahaan Gas Negara

Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008 Kab. Supiori (kasasi).

16. Perkara TPK atas nama terdakwa AB-DUL HAMID RIZAL dan DAENG RUSNADI sehubungan dengan enggunaan APBD Kabupaten Natuna TA. 2004 yang ti-dak sesuai dengan peruntukkannya dan pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah (inkracht PN).

17. Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-tomer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (Per-sero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004 -2008 (inkracht MA).

18. Perkara TPK atas nama terdakwa UMAR SJARIFUDDIN sehubungan dengan penggunaan dana Kantor Bank Jabar untuk kepentingan pribadi dan/atau pi-hak lain yang terjadi pada tahun 2003- 2005 (kasasi).

19. Perkara TPK atas nama terdakwa ACH-MAD SUJUDI sehubungan dengan peng-gunaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesi (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Di-rektorat Jenderal Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI pada TA. 2003 dari Dana Anggaran Belanja Tambahan (ABT) (inkracht PT).

20. Perkara TPK atas nama terdakwa GU-NAWAN PRANOTO (Kasasi) dan RINALDI YUSUF (inkracht PN) sehubungan den-gan penggunaan Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Ditjen Pelayanan Medik Dep. Kes-ehatan RI.

21. Perkara TPK atas nama terdakwa Dr. MADIONO, MPH sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Alat Rontgen Portable untuk Pelayanan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Terpencil, Per-batasan, dan Pulau-pulau Kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Dep. Kesehatan RI (inkracht PN).

22. Perkara TPK atas nama terdakwa WASH-INGTON MAMPE PARULIAN SIMANJUTAK berupa penyelenggara negara meneri-ma atau memberikan sesuatu, hadiah atau janji, dikarenakan atau dengan menyalahgunakan atau dengan meng-ingat kekuasaan atau wewenang yang berhubungan atau melekat dengan jabatannya pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) periode tahun 2001-2006 (inkracht PN).

23. Perkara TPK atas nama terdakwa R. SALEH ABDUL MALIK, ACHMAD FATHO-NY ZAKARIA dan ARTHUR PELUPESSY yaitu orang yang bersama-sama atau turut serta pada perkara TPK dalam pengadaan outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-

naan Penempatan Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN/Binapendagri Depnaker-trans pada periode Juli-Agustus 2005 dan dalam Pemeriksaan BPK-RI pada Proyek Pengembangan Sistem Pelati-han dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode Oktober - Nopember 2005 (inkracht MA).

9. Perkara TPK atas nama terdakwa SYAH-RIAL OESMAN sehubungan dengan per-buatan turut serta terhadap pemberian sejumlah dana kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara terkait den-gan proses permohonan alih fungsi hu-tan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan (inkracht MA).

10. Perkara TPK atas nama terdakwa MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi/YDTP-MIGAS (inkracht PN).

11. Perkara TPK atas nama terdakwa OEN-TARTO SINDUNG MAWARDI sehubungan dengan penerbitan Radiogram dalam pengadaan mobil pemadam keba-karan dengan menggunakan pompa merek Tohatsu type V 80 ASM dan pembebasan bea masuk/pajak mobil pemadam kebakaran merek Morita di beberapa pemprov/pemkab/pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD tahun 2000-2005 (inkracht PN).

12. Perkara TPK atas nama terdakwa SAM-UEL HENGKY DAUD, MBA. Als HENGKY SAMUEL DAUD sehubungan dengan pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompan merek Tohatsu type V 80 ASM dan merek Mori-ta di berbagai pemprov/pemkab/pem-kot yang dananya bersumber dari APBD Tahun 2002-2005 (meninggal dunia).

13. Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN PAR-LINDUNGAN MALAU sehubungan den-gan pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan (inkracht PN).

14. Perkara TPK atas nama terdakwa JULES FITZGERALD WARIKAR sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Ca-bang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008 Kab. Supiori (inkracht PN).

15. Perkara TPK atas nama terdakwa SURY-ADI SENTOSA sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sen-tral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD

Page 53: laporan_tahunan_kpk_2010

48

LAMPIRAN

46. Perkara TPK atas nama terdakwa BUDI HARSONO setiap setiap orang yang se-cara melawan hukum melakukan per-buatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi karena jabatan atau kedudukannya wilayah Lampung Periode 2004-2008 (tahap persidangan).

47. Perkara TPK atas nama terdakwa DEDI SUWARDI sehubungan dengan peneri-maan pemberian/hadiah berupa uang pada tahun 2004 terkait dengan pemer-iksaan pajak PT Bank Jabar atas pengu-rangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 (tahap persidangan).

48. Perkara TPK atas nama terdakwa HERRY ACHMAD BUCHORI sehubungan dengan orang yang bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifuddin (mantan Dirut Bank Jabar) melakukan pemberian berupa uang kepada Pemer-iksa Pajak Karipka Bandung Satu pada tahun 2004 atau pengurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 (inkracht PN).

49. Perkara TPK atas nama terdakwa SUDJADNAN PARNOHADININGRAT se-hubungan dengan permintaan dan penerimaan sejumlah uang oleh peny-elenggara negara terkait dengan reno-vasi gedung kantor, wisma duta besar, wisma DC dan rumah-rumah dinas KBRI di Singapura tahun 2003-2004 (tahap persidangan).

50. Perkara TPK atas nama terdakwa PU-TRONEFO A PRAYUGO sehubungan den-gan pengadaan Sistem Komunikasi Ra-dio Terpadu untuk Bagian Anggaran 69 pada Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan RI tahun 2006 dan 2007 (tahap persidangan).

51. Perkara TPK atas nama terdakwa SJAFII AHMAD sebagai orang yang turut serta atau bersama-sama terkait perbuatan Budiarto Maliang dan Edi Suranto dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat Rontgen Portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpen-cil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Depkes RI tahun 2007 dan perbuatan-nya menerima hadiah.

52. Perkara TPK atas nama terdakwa BACHTIAR CHAMSYAH sehubungan den-gan pengadaan mesin jahit dan sapi impor pada bagian proyek pengentasan fakir miskin Departemen Sosial pada ta-hun 2004 dan 2006 serta pengadaan sarung yang dananya berasal dari pen-gelolaan rekening pemerintah pada Departemen Sosial pada tahun 2006-2008 (tahap persidangan).

53. Perkara TPK atas nama terdakwa WANDJOJO SISWANTO sehubungan dengan pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) untuk Bagian

intah Kabupaten Brebes TA. 2003 (inkracht PN).

39. Perkara TPK atas nama tersangka AD-NER SIRAT SH (inkracht PN) dan DARI-ANUS LUNGGUK SITORUS (banding) sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim atau pegawai negeri atau penyelengga-ra negara dengan maksud supaya ber-buat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya atau karena berhubun-gan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.

40. Perkara TPK atas nama terdakwa JOR-NAL EFFENDI SIAHAAN sehubungan dengan pengelolaan APBD pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta TA. 2006-2007 (banding).

41. Perkara TPK atas nama terdakwa EDI SURANTO sehubungan dengan orang yang secara bersama-sama atau turut serta terkait perbuatan Madiono dkk dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan Pusk-esmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekjen Departemen Kesehatan RI TA. 2007 (ta-hap persidangan).

42. Perkara TPK atas nama terdakwa ROY YULIANDRI, MUHAMMAD YAZID, dan DIEN RAJANA MULYA sehubungan den-gan orang yang secara bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifud-din (mantan Dirut Bank Jabar) melaku-kan pemberian berupa uang kepada Pemeriksa Pajak Karipka Bandung Satu pada tahun 2004 atau pengurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 (ta-hap persidangan).

43. Perkara TPK atas nama terdakwa HER-RY SUPARJAN dan HERRY LUKMANTO-HARI sehubungan dengan pemberian sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK RI perwakilan Jabar ter-kait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

44. Perkara TPK atas nama terdakwa SU-HARTO dan ENANG HERNAWAN sehu-bungan dengan penerimaan sesuatu/hadiah berupa uang dari pejabat pemerintah Kota Bekasi terkait pelak-sanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

45. Perkara TPK atas nama terdakwa TJAN-DRA UTAMA EFFENDI sehubungan den-gan orang yang bersama-sama mem-berikan sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK RI perwakilan Jawa Barat terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemda Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

(Persero) Tbk. yang menggunakan dana APBN TA. 2003 (inkracht PN).

31. Perkara TPK atas nama terdakwa BU-DIARTO MALIANG sehubungan dengan secara bersama-sama atau turut serta dalam pelaksanaan pengadaan alat rontgen portable untuk pelayanan pusk-esmas di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sek-retariat Jenderal Dep. Kesehatan RI TA. 2007 (inkracht PN).

32. Perkara TPK atas nama terdakwa IS-METH ABDULLAH sehubungan dengan pelaksanaan pengadaan mobil pem-adam kebakaran merek Morita pada TA. 2004-2005 di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (inkracht PN).

33. Perkara TPK atas nama terdakwa ANGGODO WIDJOJO sehubungan den-gan perbuatan melakukan, menyuruh melakukan, turut serta melakukan perbuatan dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidi-kan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi yang terjadi pada tahun 2008-2009, dan/atau perbuatan melakukan percobaan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pimpinan KPK dan/atau pegawai KPK, pemban-tuan atau permufakatan jahat untuk melakukan Tindak Pidana Korupsi (kasasi).

34. Perkara TPK atas nama terdakwa AZ-WAR CHESPUTRA, HILMAN INDRA, dan FACHRI ANDI LELUASA sehubungan dengan permintaan dan penerimaan sejumlah dana terkait dengan proses Alih Fungsi Hutan Lindung Pantai Air Telang Prov. Sumatera Selatan (inkracht PN).

35. Perkara TPK atas nama terdakwa IBRA-HIM SH sehubungan dengan Hakim atau Pegawai Negeri atau Penyeleng-gara Negara yang menerima hadiah, pemberian atau janji (kasasi).

36. Perkara TPK atas nama terdakwa H ASRAL RACHMAN, SH sehubungan den-gan TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelala-wan) dkk dalam penilaian dan penge-sahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan (inkracht PN).

37. Perkara TPK atas nama terdakwa YU-SAK YALUWO sehubungan dengan pe-nyalahgunaan dana APBD dan OTSUS Pemda Kabupaten Boven Digoel Prov. Papua TA. 2006-2007 (banding).

38. Perkara TPK atas nama terdakwa INDRA KUSUMA dkk sehubungan dengan pen-gadaan tanah untuk pasar pada Pemer-

Page 54: laporan_tahunan_kpk_2010

49

LAMPIRAN

Proyek Pengembangan Sistem Pelati-han dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode Oktober-Nopember 2005 (inkracht MA).

16. Perkara TPK atas nama terdakwa WASH-INGTON MAMPE PARULIAN SIMANJUTAK berupa penyelenggara negara meneri-ma atau memberikan sesuatu, hadiah atau janji, dikarenakan atau dengan menyalahgunakan atau dengan meng-ingat kekuasaan atau wewenang yang berhubungan atau melekat dengan jabatannya pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) periode tahun 2001-2006 (inkracht PN).

17. Perkara TPK atas nama terdakwa UDJU DJUHAERI sehubungan dengan peneri-maan/pemberian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

18. Perkara TPK atas nama terdakwa H. DUDHIE MAKMUN MUROD, MBA sehu-bungan dengan penerimaan/pembe-rian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, kare-na atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemili-han Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

19. Perkara TPK atas nama terdakwa HAMKA YANDHU YR sehubungan den-gan penerimaan/pemberian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI peri-ode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Se-nior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PN).

20. Perkara TPK atas nama terdakwa R. SALEH ABDUL MALIK, ACHMAD FATHO-NY ZAKARIA dan ARTHUR PELUPESSY yaitu orang yang bersama-sama atau turut serta pada perkara TPK dalam pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-tomer Management System) berbasis teknologi Informasi pada PT PLN (Per-sero) distribusi Jawa Timur Tahun 2004-2008 (inkracht PN).

21. Perkara TPK atas nama terdakwa ACH-MAD SUJUDI sehubungan dengan peng-gunaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesi (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Di-rektorat Jenderal Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI pada TA. 2003 dari Dana Anggaran Belanja Tambahan (ABT) (inkracht PT).

8. Perkara TPK atas nama terdakwa JULES FITZGERALD WARIKAR sehubungan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Ca-bang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008 Kab. Supiori (inkracht PN).

9. Perkara TPK atas nama terdakwa AULIA T. POHAN, BUN BUNAN E.J HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HUSEIN SOMANTRI sehubungan dengan TPK dalam penggunaan dana Bank Indone-sia yang dikelola oleh Yayasan Pengem-bangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk kepentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme pen-ganggaran dan pertanggungjawaban (inkracht MA).

10. Perkara TPK atas nama terdakwa AB-DUL HAMID RIZAL dan DAENG RUSNADI sehubungan dengan penggunaan APBD Kabupaten Natuna TA. 2004 yang ti-dak sesuai dengan peruntukkannya dan pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah (inkracht PN).

11. Perkara TPK atas nama terdakwa MU-LYONO SUBROTO sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

12. Perkara TPK atas nama terdakwa TRIJO-NO sehubungan dengan TPK penyeleng-gara negara menerima sesuatu, hadiah atau janji yang terjadi pada Strategic Business Unit (SBU) II wilayah Jawa ba-gian Timur PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk (inkracht MA).

13. Perkara TPK atas nama terdakwa SYAH-RIAL OESMAN sehubungan dengan per-buatan turut serta terhadap pemberian sejumlah dana kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara terkait den-gan proses permohonan alih fungsi hu-tan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan (inkracht MA).

14. Perkara TPK atas nama terdakwa Dr. MADIONO, MPH sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Alat Rontgen Portable untuk Pelayanan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Terpencil, Per-batasan, dan Pulau-pulau Kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Dep. Kesehatan RI (inkracht PN).

15. Perkara TPK atas nama terdakwa BAG-INDO QUIRINO sehubungan dengan penerimaan uang oleh Auditor BPK-RI terkait Pemeriksaan BPK-RI terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembi-naan Penempatan Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN/Binapendagri Depnakertrans pada periode Juli-Agustus 2005 dan dalam Pemeriksaan BPK-RI pada

Anggaran 69 pada Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan RI pada tahun 2006 dan 2007 (tahap persidangan).

54. Perkara TPK atas nama terdakwa DHARNA DACHLAN sehubungan dengan proyek pembangunan jalan Palembang – Tanjung Api-api Sumatera Selatan TA. 2005-2008.

55. Perkara TPK atas nama terdakwa JEF-FERSON SOLEIMAN MONTESQIEU RUMAJAR sehubungan dengan penggu-naan APBD Pemkot Tomohon TA. 2006-2008.

PERKARA YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP (INKRACHT VAN GEWIJSDE)

1. Perkara TPK atas nama terdakwa OEN-TARTO SINDUNG MAWARDI sehubungan dengan penerbitan Radiogram dalam pengadaan mobil pemadam kebakaran dengan menggunakan pompa merek Tohatsu type V 80 ASM dan pembebas-ab bea masuk/pajak mobil pemadam kebakaran merek Morita di beberapa pemprov/pemkab/pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD ta-hun 2000 s.d. 2005 (inkracht PN).

2. Perkara TPK atas nama terdakwa MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi (YDTP-MIGAS) (inkracht PN).

3. Perkara TPK atas nama terdakwa DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN PAR-LINDUNGAN MALAU sehubungan den-gan Pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan (inkracht PN).

4. Perkara TPK atas nama terdakwa ERRY FUAD sehubungan dengan TPK pega-wai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

5. Perkara TPK atas nama terdakwa MO-HAMAD IQBAL sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang berhubungan dengan jabatan (inkracht MA).

6. Perkara TPK atas nama terdakwa IS-MUNARSO sehubungan dengan TPK penyalahgunaan APBD Kabupaten Situ-bondo TA. 2005-2007 (inkracht MA).

7. Perkara TPK atas nama terdakwa JIMMY RIMBA ROGI sehubungan dengan TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Kota Manado TA. 2006 (inkracht MA).

Page 55: laporan_tahunan_kpk_2010

50

LAMPIRAN

kait dengan proses impor barang yang masuk atau diperiksa oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) jalur hijau pada kantor pelayanan uta-ma (KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok.

Putusan tingkat PT: Pidana penjara sela-ma 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, den-da sebesar Rp200.000.000 subsidair 4 (empat) bulan penjara, biaya perkara Rp2.500.

3. Perkara TPK atas nama terpidana MUZNI TAMBUSAI sehubungan dengan pengelolaan dana/aset Eks. Yayasan Tabungan Pensiun Pekerja Pemborong Minyak dan Gas Bumi/YDTP-MIGAS.

Putusan tingkat PN: Pidana penjara selama 3 (dua) tahun, denda sebe-sar Rp150.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara, uang pengganti Rp1.202.000.000 subsidair 3 (tiga) ta-hun, biaya perkara Rp10.000.

4. Perkara TPK atas nama terpidana DJONI ANWIR ALGAMAR dan TANSEAN PARLINDUNGAN MALAU sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Kapal Patroli Klas III type FRP panjang 28,5 meter pada Ditjen Perhubungan Laut Dep. Perhubungan.

Putusan tingkat PN: Terpidana I: Pidana penjara se-

lama 3 (dua) tahun, denda sebe-sar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti Rp155.000.000, biaya perkara Rp10.000.

Terpidana II: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti Rp2.500.000, biaya perkara Rp10.000.

5. Perkara TPK atas nama terpidana OENTARTO SINDUNG MAWARDI sehu-bungan dengan penerbitan radiogram dalam pengadaan mobil pemadam ke-bakaran dengan menggunakan pompa merek Tohatsu type V 80 ASM dan pembebasan bea masuk/pajak mobil pemadam kebakaran merek Morita di beberapa Pemprov/PemKab./Pemkot dengan pembayaran bersumber dari APBD tahun 2000 s.d. 2005.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp25.000.000 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

6. Perkara TPK atas nama terpidana AULIA T. POHAN, BUN BUNAN E.J HUTAPEA, ASLIM TADJUDDIN dan MAMAN HU-SEIN SOMANTRI sehubungan dengan penggunaan dana Bank Indonesia yang dikelola oleh Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) untuk ke-pentingan Bank Indonesia dengan tidak melalui mekanisme penganggaran dan pertanggungjawaban.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara masing-masing 3 (tiga) tahun, denda

30. Perkara TPK atas nama terdakwa HER-RY SUPARJAN dan HERRY LUKMANTO-HARI sehubungan dengan pemberian sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK-RI perwakilan Jabar ter-kait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

31. Perkara TPK atas nama terdakwa TJAN-DRA UTAMA EFFENDI sehubungan den-gan orang yang bersama-sama mem-berikan sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK-RI perwakilan Jawa Barat terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemda Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

32. Perkara TPK atas nama terdakwa HERRY ACHMAD BUCHORI sehubungan dengan orang yang bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifuddin (mantan Dirut Bank Jabar) melakukan pemberian berupa uang kepada Pemer-iksa Pajak Karipka Bandung Satu pada tahun 2004 atau pengurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002 (inkracht PN).

33. Perkara TPK atas nama terpidana AGUS SAFIIN PANE sehubungan dengan TPK berupa penerimaan sejumlah uang ter-kait dengan proses impor barang yang masuk atau diperiksa oleh Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) jalur hijau pada kantor pelayanan uta-ma (KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok (Inkracht PT).

34. Perkara TPK atas nama terdakwa SURY-ADI SENTOSA sehubungan dengan pembangunan renovasi Pasar Sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi Pasar Sen-tral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008 Kab. Supiori (Inkracht MA).

EKSEKUSI

1. Perkara atas nama terpidana DAVID KURNIAWAN WIRANATA sehubungan dengan TPK penyimpangan dan rekaya-sa pada kegiatan rehabilitasi dan rekon-struksi sektor perikanan tangkap pasca gempa dan gelombang tsunami, pada Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Peri-kanan Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan anggaran APBN-P tahun 2006.

Putusan tingkat MA: Pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun, denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 6 (enam) bu-lan kurungan, uang pengganti sebesar Rp1.120.000.000 subsidair 3 (tiga) ta-hun penjara, biaya perkara Rp10.000.

2. Perkara TPK atas nama terpidana AGUS SAFIIN PANE sehubungan dengan TPK berupa penerimaan sejumlah uang ter-

22. Perkara TPK atas nama terdakwa AZ-WAR CHESPUTRA, HILMAN INDRA, dan FACHRI ANDI LELUASA sehubungan dengan permintaan dan penerimaan sejumlah dana terkait dengan proses Alih Fungsi Hutan Lindung Pantai Air Telang Prov. Sumatera Selatan (inkracht PN).

23. Perkara TPK atas nama terdakwa EN-DIN AKHMAD JALALUDIN SOEFIHARA sehubungan dengan penerimaan/pem-berian travellers cheque (TC) oleh Ang-gota DPR RI periode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan ke-wajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004 (inkracht PT).

24. Perkara TPK atas nama terdakwa IS-METH ABDULLAH sehubungan dengan pelaksanaan pengadaan mobil pem-adam kebakaran merek Morita pada TA. 2004-2005 di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (inkracht PN).

25. Perkara TPK atas nama terdakwa BU-DIARTO MALIANG sehubungan dengan secara bersama-sama atau turut serta dalam pelaksanaan pengadaan alat roentgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpen-cil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekre-tariat Jenderal Dep. Kesehatan RI TA. 2007 (inkracht PN).

26. Perkara TPK atas nama terdakwa HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-tomer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (Per-sero) Distribusi Jawa Timur Tahun 2004-2008 (inkracht MA).

27. Perkara TPK atas nama terdakwa INDRA KUSUMA dkk sehubungan dengan pen-gadaan tanah untuk pasar pada Pemer-intah Kabupaten Brebes TA. 2003 (inkracht PN).

28. Perkara TPK atas nama terdakwa H ASRAL RACHMAN, SH sehubungan den-gan TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelala-wan) dkk dalam penilaian dan penge-sahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT Tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan (inkracht PN).

29. Perkara TPK atas nama terdakwa SU-HARTO dan ENANG HERNAWAN yaitu menerima sesuatu/hadiah berupa uang dari pejabat pemerintah Kota Bekasi terkait pelaksanaan pemeriksaan lapo-ran keuangan Pemerintah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

Page 56: laporan_tahunan_kpk_2010

51

LAMPIRAN

17. Perkara TPK atas nama terpidana WASHINGTON MAMPE PARULIAN SI-MANJUTAK berupa penyelenggara negara menerima atau memberikan sesuatu, hadiah atau janji, dikarenakan atau dengan menyalahgunakan atau dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang berhubungan atau me-lekat dengan jabatannya pada PT Peru-sahaan Gas Negara (Persero) periode tahun 2001-2006.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp100.000.000 sub-sidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

18. Perkara TPK atas nama terpidana BAG-INDO QUIRINO sehubungan dengan penerimaan uang oleh Auditor BPK-RI terkait Pemeriksaan BPK-RI terhadap Penggunaan DPKK dan Dana Pembi-naan Penempatan Penyelenggaraan TKI (DP3TKI) TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN/Binapendagri Depnaker-trans pada periode Juli-Agustus 2005 dan dalam Pemeriksaan BPK-RI pada Proyek Pengembangan Sistem Pelati-han dan Pemagangan TA. 2004 pada Ditjen PPTKDN Depnakertrans periode Oktober-November 2005.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 5 (lima) tahun, denda sebesar Rp200.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara, uang pengganti sebe-sar Rp650.000.000 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

19. Perkara TPK atas nama terpidana HAMKA YANDHU YR sehubungan den-gan penerimaan/pemberian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI peri-ode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang ber-tentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Se-nior Bank Indonesia pada tahun 2004.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

20. Perkara TPK atas nama terpidana H. DUDHIE MAKMUN MUROD, MBA sehu-bungan dengan penerimaan/pembe-rian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, kare-na atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemili-han Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

12. Perkara TPK atas nama terpidana JULES FITZGERALD WARIKAR sehubun-gan dengan pembangunan renovasi pasar sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan reno-vasi pasar sentral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunak-an dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun, denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 5 (lima) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp1.153.000.000 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp5.000.

13. Perkara TPK atas nama terpidana SYAH-RIAL OESMAN sehubungan dengan per-buatan turut serta terhadap pemberian sejumlah dana kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara terkait den-gan proses permohonan alih fungsi hu-tan lindung Pantai Air Telang Sumatera Selatan.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun, denda sebe-sar Rp100.000.000 subsidair 4 (em-pat) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

14. Perkara TPK atas nama terpidana Dr. MADIONO, MPH sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Alat Rontgen Portable untuk Pelayanan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perba-tasan, dan Pulau-Pulau Kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Setjen Dep. Kesehatan RI.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

15. Perkara TPK atas nama terpidana TRI-JONO sehubungan dengan TPK peny-elenggara negara menerima sesuatu, hadiah atau janji yang terjadi pada Strategic Business Unit (SBU) II wilayah Jawa bagian Timur PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebe-sar Rp200.000.000 subsidair 4 (em-pat) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp963.580.400 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

16. Perkara TPK atas nama terpidana MU-LYONO SUBROTO sehubungan dengan TPK pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau jan-ji yang berhubungan dengan jabatan.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 5 (lima) tahun, denda sebesar Rp300.000.000 subsidair 3 (tiga) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp2.523.213.664 subsidair 3 (tiga) tahun penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

masing-masing Rp200.000.000 subsid-air 3 (tiga) bulan penjara, biaya perkara masing-masing Rp2.500.

7. Perkara TPK atas nama terpidana JIMMY RIMBA ROGI sehubungan den-gan TPK penyalahgunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Kota Manado TA 2006.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun, denda sebe-sar Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp64.137.075.000 subsidair 2 (dua) ta-hun penjara.

8. Perkara TPK atas nama terpidana AB-DUL HAMID RIZAL dan DAENG RUSNADI sehubungan dengan penggunaan APBD Kabupaten Natuna TA. 2004 yang ti-dak sesuai dengan peruntukkannya dan pengeluaran kas tidak sesuai dan pengeluaran kas tidak disertai bukti yang lengkap dan sah.

Putusan Tingkat PN: Terpidana I: Pidana penjara se-

lama 3 (tiga) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp284.000, biaya perkara Rp10.000.

Terpidana II: Pidana penjara se-lama 5 (lima) tahun, denda sebesar Rp200.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara, uang pengganti sebe-sar Rp28.365.754.000 subsidair 3 (tiga) tahun penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

9. Perkara TPK atas nama terpidana IS-MUNARSO sehubungan dengan TPK penyalahgunaan APBD Kabupaten Situ-bondo TA. 2005-2007.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun, denda sebesar Rp300.000.000 subsidair 4 (empat) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp630.179.142 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

10. Perkara atas nama terpidana IRAWADY YOENOES dalam TPK penyuapan atau pemberian sejumlah uang kepada pegawai negeri/penyelenggara negara.

Putusan tingkat PK: Pidana penjara selama 6 (enam) tahun, denda sebe-sar Rp200.000.000 subsidair 5 (lima) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

11. Perkara TPK atas nama terpidana ERRY FUAD sehubungan dengan pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji yang ber-hubungan dengan jabatan.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebe-sar Rp200.000.000 subsidair 2 (dua) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp1.104.638.466 subsidair 1 (satu) tahun penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

Page 57: laporan_tahunan_kpk_2010

52

LAMPIRAN

pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004.

Putusan Tingkat PT: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 2 (dua) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

31. Perkara TPK atas nama terpidana HARIADI SADONO sehubungan dengan Pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-tomer Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PT. PLN (Per-sero) Distribusi Jawa Timur tahun 2004-2008.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara selama 8 (delapan) tahun, denda sebe-sar Rp300.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang pengganti sebesar Rp6.500.000.000 subsidair 2 (dua) ta-hun dan biaya perkara Rp2.500.

32. Perkara TPK atas nama terpidana IN-DRA KUSUMA dkk sehubungan dengan pengadaan tanah untuk pasar pada Pemerintah Kabupaten Brebes TA. 2003.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

33. Perkara TPK atas nama terdakwa SU-HARTO dan ENANG HERNAWAN sehu-bungan dengan penerimaan sesuatu/hadiah berupa uang dari pejabat pemer-intah Kota Bekasi terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemer-intah Daerah Kota Bekasi TA. 2009.

Putusan PN: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebesar Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

34. Perkara TPK atas nama terdakwa TJAN-DRA UTAMA EFFENDI sehubungan den-gan orang yang bersama-sama mem-berikan sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK RI perwakilan Jawa Barat terkait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemda Kota Bekasi TA. 2009.

Putusan PN: Pidana penjara se-lama 3 (tiga) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

35. Perkara TPK atas nama terdakwa HER-RY SUPARJAN dan HERRY LUKMANTO-HARI sehubungan dengan pemberian sesuatu/hadiah berupa uang kepada pejabat BPK RI perwakilan Jabar ter-kait pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Daerah Kota Bekasi TA. 2009 (inkracht PN).

Putusan PN: Terdakwa I: Pidana penjara selama 2

(dua) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

Terdakwa II: Pidana penjara se-lama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

Putusan Tingkat PN: Terdakwa I, II, & III masing-masing pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda masing-masing sebesar Rp200.000.000 subsidair 6 (enam) bulan penjara, biaya perkara masing-masing Rp10.000.

26. Perkara TPK atas nama terpidana ACH-MAD SUJUDI sehubungan dengan peng-gunaan alat kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesi (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Di-rektorat Jenderal Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI pada TA. 2003 dari Dana Anggaran Belanja Tambahan (ABT).

Putusan Tingkat PT: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebe-sar Rp200.000.000 subsidair 4 (em-pat) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

27. Perkara TPK atas nama terpidana BU-DIARTO MALIANG sehubungan dengan secara bersama-sama atau turut serta dalam pelaksanaan pengadaan alat roentgen portable untuk pelayanan Puskesmas di daerah tertinggal, terpen-cil, perbatasan, dan pulau-pulau kecil di Biro Perencanaan dan Anggaran Sekre-tariat Jenderal Dep. Kesehatan RI TA. 2007.

Putusan Tingkat PN: Pidana pen-jara selama 5 (lima) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, uang peng-ganti Rp2.105.900.000 (kompensasi uang yang disita) dan biaya perkara Rp10.000.

28. Perkara TPK atas nama terpidana IS-METH ABDULLAH sehubungan dengan pelaksanaan pengadaan mobil pem-adam kebakaran merek Morita pada TA. 2004-2005 di Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

29. Perkara TPK atas nama terpidana RIN-ALDI YUSUF sehubungan dengan peng-gunaan Alat Kesehatan untuk Rumah Sakit Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Palang Merah Indonesia (PMI) oleh Ditjen Pelayanan Medik Dep. Kesehatan RI.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 5 (lima) tahun, denda sebesar Rp300.000.000 subsidair 5 (lima) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp16.359.769.893 subsidair 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

30. Perkara TPK atas nama terpidana EN-DIN AKHMAD JALALUDIN SOEFIHARA sehubungan dengan penerimaan/pem-berian Travelers Cheque (TC) oleh Ang-gota DPR RI periode tahun 1999 - 2004, karena atau berhubungan dengan ses-uatu yang bertentangan dengan ke-wajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan

21. Perkara TPK atas nama terpidana UDJU DJUHAERI sehubungan dengan peneri-maan/pemberian travellers cheque (TC) oleh Anggota DPR RI periode tahun 1999-2004, karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya, berkaitan dengan pemilihan Deputi Senior Bank Indonesia pada tahun 2004.

Putusan Tingkat PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

22. Perkara atas nama terpidana ARTHAL-YTA SURYANI sehubungan dengan TPK penyuapan Jaksa Penyelidik kasus BLBI.

Putusan Tingkat PK: Pidana penjara se-lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp250.000.000 sub-sidair 5 (lima) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

23. Perkara TPK atas nama terpidana MO-HAMMAD IQBAL sehubungan dengan pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau jan-ji yang berhubungan dengan jabatan.

Putusan Tingkat MA: Pidana penjara se-lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp200.000.000 subsid-air 4 (empat) bulan penjara, dan biaya perkara Rp2.500.

24. Perkara TPK atas nama terpidana R. SALEH ABDUL MALIK, ACHMAD FATHO-NY ZAKARIA dan ARTHUR PELUPESSY yaitu orang yang bersama-sama atau turut serta pada perkara TPK dalam pengadaan Outsourcing Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Cus-tomer Management System) berbasis teknologi Informasi pada PT PLN (Per-sero) distribusi Jawa Timur Tahun 2004-2008.

Putusan Tingkat PN: Terdakwa I: Pidana penjara selama

4 (empat) tahun, denda sebesar Rp150.000.000 subsidair 3 (tiga) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp47.101.910.887,01 subsidair 1 (satu) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

Terdakwa II: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun, denda sebesar Rp 50.000.000 subsidair 1 (satu) bulan penjara, dan biaya perkara Rp10.000.

Terdakwa III: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun, denda sebesar Rp150.000.000 subsidair 3 (tiga) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp 15.052.206.172, 04,- subsidair 1 (satu) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

25. Perkara TPK atas nama terpidana AZ-WAR CHESPUTRA, HILMAN INDRA, dan FACHRI ANDI LELUASA sehubungan dengan permintaan dan penerimaan sejumlah dana terkait dengan Proses Alih Fungsi Hutan Lindung Pantai Air Telang Prov. Sumatera Selatan.

Page 58: laporan_tahunan_kpk_2010

53

LAMPIRAN

17. TPK Proyek Bantuan Rumah Layak Huni Komunitas Adat Terpencil Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur TA. 2005. Tersangka AASS, S, (Polda Jatim Qq Polres Sumenep – proses persidangan/menunggu putusan kasasi).

18. TPK Proyek Rehabilitasi Pasar Turi TA. 2007 (Polda Jatim – pulinfo).

19. TPK dana APBD Kabupaten Jember TA. 2005 yang digunakan untuk membayar pengacara atas kasus yang dihadapi oleh anggota DPRD Jember (Kejati Ja-tim – proses persidangan).

20. TPK pada Pengadaan Asphalt Recy-cling Machine (ARM) pada Dinas PU BM Propinsi Jawa Timur TA. 2004 (Kejati Ja-tim – proses persidangan).

21. TPK Dana APBD Pemkot Kediri tahun 2007-2008 yang disimpan dalam BPR Kediri oleh Wali Kota Kediri (Kejati Jatim Qq Kejari Kediri – pulinfo).

22. TPK pada proyek pembangunan ja-lan lingkar dari Desa Mulya – Saterio sepanjang kurang lebih 9,3 km (Kejati Sumsel – pulinfo; dihentikan).

23. TPK pada kegiatan pembangunan 24 unit gedung perkantoran Badan, Dinas dan Kantor Pemerintah di Kab. Banyua-sin (Kejati Sumsel – pulinfo; dihenti-kan).

24. TPK pada proyek Normalisasi Saluran Pembuangan Sungai Sukajadi di Kab. Banyuasin (Kejati Sumsel – pulinfo; di-hentikan).

25. TPK penyalahgunaan dana bantuan so-sial APBD Kota Batam TA. 2008 (Kejati Kepri Qq Kejari Batam – penyidikan).

26. TPK penyimpangan dana Perusahaan Daerah Natuna dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun 2007 (Kejati Kepri Qq Kejari Ranai – putusan PN Ranai/inkracht).

27. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Boven Digul TA. 2006/2007 oleh Wakil Bupati Boven Digul (Kejati Papua – pul-baket).

28. TPK penyalahgunaan dana kas daerah Kab. Waropen TA. 2004/2005 (Kejati Papua).

29. TPK pada pengadaan kapal Jhonson dan Perahu Kaca (Katamaran) tahun 2007 di Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga Kab. Nabire TA. 2007 (Ke-jati Papua).

30. TPK pengadaan sarana peningkatan mutu pendidikan Kabupaten Bulukum-ba tahun ajaran 2007 (Kejati Sulsel – putusan PN/proses banding).

5. TPK terkait dengan Bantuan Sosial Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2006. Tersangka K, BY, dan BAN. (Kejati Kaltim – proses pelimpahan PN).

6. TPK dalam pengelolaan APBD Pemer-intah Kota Tarakan berupa pengalihan deposito Pemerintah Kota Tarakan ke rekening milik pribadi. Tersangka DS dan A (Kejati Kaltim – putusan PN Tara-kan).

7. TPK dalam pemberian Asuransi Jiwa kepada Anggota DPRD Kota Bontang (periode 2000-2004), Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Tersangka ASH (Ke-jati Kaltim – Penyidikan; menunggu per-setujuan tertulis Presiden RI).

8. TPK dalam penyalahgunaan dana keg-iatan pelaksanaan dan operasional ak-ademi kebidanan TA. 2007-2008 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kar-tanegara. Tersangka W (Kejati Kaltim – persidangan PN Tenggarong).

9. TPK dalam pengadaan 1000 buah hand traktor di Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara. Tersangka AMS (Kejati Kaltim - persidangan PN Tenggarong).

10. TPK dalam penyalahgunaan dana ke-giatan pelaksanaan dan operasional akademi kebidanan TA. 2007-2008 pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara. Tersangka A (Kejati Kaltim - persidangan PN Tenggarong).

11. TPK pada Pengadaan Petak Pasar Pan-dansari Balikpapan. Tersangka K (Polda Kaltim – P-21).

12. TPK pada pengadaan buku teks wajib PT Balai Pustaka pada Dinas Pendi-dikan Kota Salatiga tahun 2003 dan 2004. Tersangka S, M, SW, S (Polda Jateng Qq Polres Salatiga – Tahap I).

13. TPK pada proyek Simpedes di 269 Desa se-Kab. Cilacap tahun 2008. Tersangka DM, S, HK (Polda Jateng – penyidikan ; P-19).

14. TPK pada proyek perbaikan jalan den-gan Sistem Build and Transfer tahun 2004-2005 di Kab. Cilacap (Polda Jateng – pulinfo).

15. TPK pada program bantuan subsidi pe-rumahan tahun 2007 dan tahun 2008 yang dilaksanakan Kementerian Negara Perumahan Rakyat dengan dana ber-sumber dari APBN TA. 2007 dan 2008. Tersangka FR (Kejati Jateng – pember-kasan).

16. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Tegal tahun 2005-2008 pada pelak-sanaan pengadaan tanah untuk jalur alternatif Jalan Lingkar Kota Slawi TA. 2006-2007 dan pinjaman daerah ta-hun 2007 (Kejati Jateng – penyidikan ; menunggu izin Presiden RI).

36. Perkara TPK atas nama terdakwa HERRY ACHMAD BUCHORI sehubungan dengan orang yang bersama-sama atau turut serta dengan Umar Sjarifuddin (mantan Dirut Bank Jabar) melakukan pemberian berupa uang kepada Pemer-iksa Pajak Karipka Bandung Satu pada tahun 2004 atau pengurangan jumlah pajak kurang bayar PT Bank Jabar tahun pajak 2001 dan 2002.

Putusan PN: Pidana penjara selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp75.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

37. Perkara TPK atas nama terdakwa SURYADI SENTOSA sehubungan dengan pembangunan renovasi Pasar Sentral Supiori, terminal induk, rumah dinas pejabat eselon, dan renovasi Pasar Sen-tral Supiori untuk Kantor Cabang Bank Papua yang menggunakan dana APBD Kab. Supiori Prov. Papua TA. 2006-2008 Kab. Supiori.

Putusan MA: Pidana penjara selama 9 (sembilan) tahun, denda sebesar Rp100.000.000 subsidair 5 (lima) bu-lan penjara, uang pengganti sebesar Rp27.889.541.095, 82 subsidair 4 (em-pat) tahun penjara dan biaya perkara Rp2.500.

38. Perkara TPK atas nama terdakwa H ASRAL RACHMAN, SH sehubungan den-gan TPK turut serta terkait perbuatan H Tengku Azmun Jaafar, SH (Bupati Pelal-awan) dkk dalam penilaian dan penge-sahan RKT UPHHKHT pada areal yang diberikan IUPHHKT-HT tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan.

Putusan PN: Pidana penjara selama 2 (tahun) tahun 6 (enam) bulan, denda sebesar Rp75.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan penjara dan biaya perkara Rp10.000.

KOORDINASI DAN SUPERVISI

Gelar Perkara:

1. TPK penyalahgunaan dana kas daerah Kab. Sumba Timur TA. 2004-2006. Tersangka DN, DU, dkk (Polda NTT Qq Resor Sumba Timur).

2. Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Sumba Timur TA. 2007. Ter-sangka DN, KM, DU, dkk (Polda NTT).

3. TPK terkait dengan Penyalahgunaan Dana Otonomi Daerah (OTDA) Kabu-paten Sintang pada APBD Kabupaten Sintang TA. 2003. Terdakwa MIKAIL ABENG, GUSTI EFFENDI, K. SUDAR-SO (Kejati Kalbar – putusan kasasi; inkracht).

4. TPK pada Pembangunan Jalan Ruas Bunut-Mangin Kecamatan Bunut Hilir Kabupaten Kapuas Hulu TA. 2004. Tersangka MS, WMAM, dan S (Kejati Kalbar Qq Kejari Putussibau – proses pelimpahan PN).

Page 59: laporan_tahunan_kpk_2010

54

LAMPIRAN

12. TPK pada pelaksanaan pembangunan pasar umum Aikmel dan Pasar Mas-bagik di Kab. Lombok (Polda NTB – be-lum pernah ditangani/4037).

13. TPK pada pelaksanaan pembangunan Pusat Pertokoan Pancor (Pancor Trade Center) di Kab. Lombok (Polda NTB – SP-3/4037).

14. TPK dana APBD Kab. Sumenep TA 2005 pada kegiatan rehab bangunan SDN Pa-beresan II Kab. Sumenep (Polda Jatim – penyidikan/3924.L).

15. TPK dalam proses tukar menukar ta-nah (ruislag) antara tanah dan bangu-nan STIP dengan tanah dan bangunan PLAP/AIP Departemen Perhubungan RI (Kejati DKI – penyidikan/4050).

16. TPK pengadaan tanah stadion madya di Sanden Magelang. Tersangka F (Wali Kota Magelang) (Kejati Jateng – belum dilakukan penyidikan/4045).

17. TPK dalam pengadaan alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kab. Purworejo tahun 2004. Tersangka dr. MS (Polda Jateng – persidangan/4024).

18. TPK pemberian gratifikasi dari PT Bima Putra Abadi atas pembangunan proyek Citra Niaga Lahat kepada Bupati Lahat periode 2003-2008 (Polda Sumsel – penyelidikan dihentikan/3916.E).

19. TPK dalam pengelolaan keuangan PT Tulang Bawang Jaya (BUMD) tahun 2006 pada kegiatan penyertaan modal. Tersangka K, dkk. (Kejati Lampung – pu-tusan PN/Eksekusi/3824.P).

20. TPK dalam pengelolaan keuangan PT Tulang Bawang Jaya (BUMD) tahun 2006 yang dipergunakan untuk per-cepatan RAPBD Kab. Tulang Bawang TA 2007. Tersangka YT, dkk (Kejati Lam-pung – pemberkasan/3824.P).

21. TPK dalam pelaksanaan pengoperan tanah seluas +/- 22 Ha antara pihak Yayasan Fatmawati dengan Departe-men Kesehatan RI (Pidsus Kejagung RI – SP-3/4046).

22. TPK pemerasan yang dilakukan oleh oknum jaksa pada Kejati Jateng saat menangani perkara TPK yang dilakukan oleh Tersangka PY/Bupati Cilacap (Pid-sus Kejagung RI – tidak pernah melaku-kan pemerasan/3916.M).

23. TPK berupa pemotongan gaji ke-13 guru/PNS di lingkungan kantor Departe-men Agama Kab. Garut (Kejari Garut – belum pernah ditangani/3916.F).

24. TPK dana APBD Kab. Asahan TA. 2008 pada kegiatan pembangunan jalan, jembatan, dan pemukiman (Kejari Kisa-ran – penyelidikan/menunggu hasil au-dit BPKP).

45. TPK pengadaan buku-buku, alat pera-ga, dan multimedia yang berasal dari Dana Alokasi Khusus bidang pendi-dikan TA. 2007 (Polda Gorontalo – penyidikan/P-19).

46. TPK pada Sekretariat DPRD Kota Goron-talo TA. 2008 (Polda Gorontalo – penyi-dikan/menunggu hasil audit).

Permintaan PerkembanganPenyidikan (Telah dijawab):

1. TPK penyimpangan pengelolaan Pajak PPH 21 (Pajak Penghasilan) di Dinas Pendapatan Daerah Prov. Bengkulu tahun 2007 dan tahun 2008. (Kejati Bengkulu – persidangan/4033).

2. TPK penyalahgunaan dana APBD Prov. Gorontalo untuk kepentingan Anggota DPRD Prov. Gorontalo, Tersangka FM (Kejati Gorontalo – SP-3/3924.M).

3. TPK penyimpangan dalam pengelolaan dana RSUD Cibinong tahun 2006 oleh bendaharawan penerima (Kejati Jabar – belum pernah ditangani/2451).

4. TPK dalam pelaksanaan Proyek Nasion-al Pensertifikatan Tanah (Prona) di Desa Mlese Kec Gantiwarno Kab. Klaten, Ter-sangka BWN (Kejati Jateng Qq Kejari Klaten - penyidikan/2682).

5. TPK dalam pelaksanaan Proyek Nasion-al Pensertifikatan Tanah (Prona) di Desa Bero Kec Trucuk Kab. Klaten, Tersangka S (Kejati Jateng Qq Kejari Klaten - Penyi-dikan/2682).

6. TPK penyalahgunaan dana sosialisasi undang-undang di bidang politik dan uang perjalanan dinas Kesbang Lin-mas Kab. Maluku Tengah TA. 2006, Tersangka AK (Kejati Maluku Qq Kejari Masohi – menunggu audit BPKP perw. Maluku/3334).

7. TPK dalam peralihan milik Ditjen Aneka Industri oleh BPR Syariah Cilegon Mandi-ri (Kejati Banten – penyelidikan/3924.J).

8. TPK penggunaan biaya operasional dan biaya penunjang kegiatan DPRD Prov. Sumsel TA. 2002 (Polda Sumsel – SP-3/4042).

9. TPK dana APBD Prov. Sumsel TA. 2009 pada kegiatan pembangunan TK/SD model Prov. Sumsel. (Kejati Sumsel – persidangan PN Baturaja/3924.F).

10. TPK dalam pemberian bantuan dari Pemkab. Sumedang kepada Yayasan penanggulangan bencana alam tahun 2006 (Polda Jabar – penyelidikan, be-lum cukup bukti/3924.E).

11. TPK pada Perum Pegadaian dengan menaikkan nilai ganti rugi atas nilai ba-rang jaminan nasabah (emas bermata berlian) yang telah hilang akibat pencu-rian di Cab. Pegadaian Kebayoran Baru (Bareskrim – SP-3/4029).

31. TPK kasus penyaluran beras raskin sebanyak 308.490 kg kepada 21 ke-camatan di Kabupaten Palopo (Kejati Sulsel – putusan PN/proses banding)

32. TPK penggunaan APBD Kota Gorontalo TA . 2006 dan 2007 untuk Persigo dan pembuatan sinetron Hulonthalangi (Ke-jati Gorontalo – pulinfo).

33. TPK penyalahgunaan APBD Kota Goron-talo TA. 2008 untuk penanggulangan bencana alam yang diduga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan bestek serta terdapat pekerjaan fiktif (Kejati Gorontalo – penyidikan).

34. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Musi Banyuasin TA. 2003 pada pen-gadaan alat berat bulldozer dan exava-tor serta kendaraan sepeda motor di lingkungan Pemkab Musi Banyuasin (Polda Sumsel – P-21).

35. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Musi Banyuasin TA. 2003 pada 10 pa-ket kegiatan (Polda Sumsel – pulinfo)

36. TPK pada proyek pengerukan alur pelayaran Pelabuhan Palembang TA. 2008 (Polda Sumsel – P-19).

37. TPK pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi terjadi pada Januari 2007 s.d. Desember 2007 di Kantor Puskes-mas Sei Panas, Kota Batam (Polda Ke-pri – penyidikan).

38. TPK penggelapan dana kantor Pos Se-rasan yang terjadi dari Februari 2010 s.d. Juli 2010 pada Kantor Pos Serasan Kec. Serasan, Kab. Natuna (Polda Kepri – P-21).

39. TPK di lingkungan DPRD Kab. Jayawi-jaya periode 1999-2004 pada peneri-maan dana dari Pemkab Jayawijaya di luar anggaran Pos Dewan TA. 2002 (Polda Papua).

40. TPK penyalahgunaan dana otonomi khusus Kab. Wondama TA. 2004 (Polda Papua – P-21).

41. TPK dana APBN/stimulus TA. 2009 un-tuk pembangunan pengaman Pantai Lamangkia Kabupaten Takalar (Polda Sulsel – penyidikan).

42. TPK dalam pelaksanaan pembangunan gedung olahraga Andi Ninnong pada Dinas Pendidikan Kabupaten Wajo TA. 2007-2008 (Polda Sulsel – penyidikan).

43. TPK dalam pengadaan bantuan alat teknologi informasi dan komunikasi (TV Edukasi) pada Dinas Pendidikan Nasi-onal Provinsi Sulawesi Selatan TA. 2007 (Polda Sulsel – penyidikan).

44. TPK pembangunan proyek objek wisata Pentadio Resort Kabupaten Gorontalo TA. 2008 (Polda Gorontalo – penyidi-kan/menunggu izin Presiden RI).

Page 60: laporan_tahunan_kpk_2010

55

LAMPIRAN

51. TPK terhadap barang-barang inventaris rumah dinas Bupati Mimika (Polda Pap-ua – penyidikan/493).

52. TPK pada proyek pengerukan alur pelayaran Pelabuhan Palembang TA. 2008 (Polda Sumsel – penyidikan/435).

53. TPK penyalahgunaan wewenang dalam menerbitkan sertifikat hak milik dalam kawasan hutan produksi tetap di Du-sun Ngguwu Wune, Desa Doropeti, Kab. Dompu, tahun 2007 (Polda NTT – penyi-dikan/648).

54. TPK pada kegiatan pengamanan pemili-han kepala daerah Kab. Parigi Moutong TA. 2008 (Polda Sulteng – belum per-nah ditangani/622).

55. TPK penyalahgunaan wewenang pada kegiatan pembagian raskin di Desa Rengas Pendawa, Kec. Larangan, Kab. Brebes, Jateng (Polda Jateng – penyidi-kan/416)

56. TPK dana APBD Kab. Tapanuli Utara TA. 2006 pada pengadaan bantuan paket natal dan tahun baru 2006 (Polda Su-mut – P-21/623).

57. TPK pada proyek bantuan rehab rumah layak huni program komunitas adat ter-pencil Dinas Sosial Pemprov Jatim TA. 2005 (Polda Jatim – penyidikan/600).

58. 58.. TPK dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan TA. 2007 di SDN 2 Maria, Kec Wawo, Kab. Bima (Polda NTB – penyelidikan/430).

59. TPK pemberian izin penggunaan la-han workshop Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen TA. 2005 (Kejati Jateng Qq Kejari Sragen - belum pernah ditan-gani/4337-09).

60. TPK penerimaan sejumlah uang di De-partemen PU Ditjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII SNVT Pelaksana Pengelolaan SDA Sumatera VIII Prov. Sumsel TA. 2009 (Polda Sumsel – SP-3/608-10).

61. TPK penyimpangan dana Bantuan So-sial Organisasi Kemasyarakatan Tem-pat Ibadah Kab. Kerinci TA. 2008. Ter-sangka SKB. (Kejati Jambi Qq Kejari Sungai Penuh – persidangan PN Sungai Penuh/637-10).

62. TPK pada kegiatan pembangunan unit sekolah baru (USB) SMP Ebungfauw di Distrik Ebungfauw, Kab. Jayapura (Ke-jati Papua – penyidikan/595-10).

63. TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum Jaksa pada Kejati Sumut saat menangani perkara a.n. terdakwa RUDI DARLEK (Jamwas Kejagung RI – vonis hukuman disiplin kepada jaksa SS, SH/736-10).

37. TPK berupa mark-up dan proyek fiktif dalam peningkatan jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kab. Asahan TA. 2007/2008 (Kejari Kisaran – penyelidi-kan/421).

38. TPK dalam penggunaan sisa dana DIPA TA 2008 pada KBRI di Thailand. (Pidsus Kejagung – Penyidikan/4338).

39. TPK penyalahgunaan Dana Alokasi Khu-sus (DAK) bidang Pendidikan TA. 2007 pada SDN 2 Maria Kec Wawo, Kab. Bima (Polda NTB Qq Polres Bima – pe-nyelidikan/430).

40. TPK dana bantuan sosial Kab. Sema-rang TA. 2008 a.n. tersangka S (Kejati Jateng Qq Kejari Ambarawa – belum pernah disidik/640).

41. TPK penyaluran dana bantuan bagi pen-gungsi kerusuhan sosial sambas tahun 1996/1997 (Kejati Kalbar – belum per-nah ditangani/616).

42. TPK dana APBD Kab. Maluku Tenggara. Tersangka AR (Mantan Kadis Kimpras-wil Maltra, sekarang Bupati Maluku Tenggara) - (Kejati Maluku – penyelidi-kan/630).

43. TPK berupa mark-up dalam pengadaan CT Scan untuk RSUD Gunung Jati Cirebon (Kejati Jabar Qq Kejari Cire-bon/420).

44. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Dharmasraya TA. 2008 di Badan Pen-gendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Kab. Dharmasraya. Tersangka NEH (Kejati Sumbar Qq Kejari Pulau Punjung – penyidikan/593).

45. TPK penyimpangan sisa uang-uang yang dipertanggungjawabkan (UUDP) pada Sekretariat Daerah Prop Maluku TA. 2006 (Kejati Maluku Qq Kejari Am-bon – penyidikan/423).

46. TPK penyalahgunaan wewenang di PT Kertas Kraft Aceh (Persero) - (Kejati NAD – penyelidikan/429).

47. TPK dana APBD Kota Salatiga TA. 2003 pada pengadaan buku balai pustaka (Kejati Jateng – Vonis PN/4038-09).

48. TPK penerimaan sejumlah uang oleh anggota DPRD Tanah Bumbu dalam rangka persetujuan APBD Kab. Tanah Bumbu (Kejati Kalsel – penyelidikan di-hentikan/594).

49. TPK pengelolaan iuran dana Kehutanan PSDH, DR, IHPH, IHPHH Kab. Ketapang. Tersangka ME (Bupati Ketapang) - (Pol-da Kalbar – SP-3/607)

50. TPK pada pengadaan KM Pulo Weh ta-hun 2004 dan penyalahgunaan dana badan penguasaan kawasan sabang (BPKS) tahun 2006 s.d. 2009 (Polda NAD – belum pernah ditangani/248).

25. TPK dalam pengalihan hak atas tanah milik Departemen Perindustrian kepada Perusda BPR Syariah Cilegon Mandiri Desa Sukmajaya Kota Cilegon (Kejati Banten – penyelidikan/3924.J).

26. TPK dalam pemberian kredit investasi dari PT. Bank Mandiri (Persero) kepada KUD Sadar pada tahun 2003 (Kejati Jambi – SP-3/3332).

27. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Kutai Kartanegara TA 2006 pada keg-iatan pembebasan lahan/tanah untuk pembangunan sarana dan prasarana PON (Kejati Kaltim – penyidikan/3866).

28. TPK dalam pengadaan perahu berme-sin jhonson dan perahu kaca/katama-ran pada Dinas Pariwisata, Kebuday-aan, Pemuda dan Olahraga Kab. Nabire TA. 2007. Tersangka ET dan JSS (Kejati Papua/ Putusan PN; JPU Kasasi/3916).

29. TPK dalam pengadaan perahu berme-sin jhonson dan perahu kaca/katama-ran pada Dinas Pariwisata, Kebuday-aan, Pemuda dan Olahraga Kab. Nabire TA 2007. Tersangka OR; SB (Kejati Pap-ua/ penyidikan/3916).

30. TPK penyalahgunaan wewenang oleh Wali Kota Padang dalam pelaksanaan proyek Meterisasi Penerangan Jalan Umum (PJU) Kota Padang (Kejati Sum-bar – penyelidikan dihentikan/328-10).

31. TPK sehubungan dengan manipulasi setoran modal pada pabrik aspal selo adi karto; mark up harga pada proyek pengadaan alat-alat berat. (Kejati DIY – Putusan PN/JPU Kasasi/3916.J).

32. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Kulonprogo TA 2004 pada pos Sekda, dengan cara dibagikan kepada ang-gota DPRD Kab. Kulonprogo periode 1999-2004 (Kejati DIY – belum pernah ditangani/3916.J).

33. TPK dalam pengadaan kawasan Sport Centre yang berasal dari dana PT. Bukit Asam dan pengadaan di Dinas Bina Marga Kab. Muara Enim tahun 2005 (Kejari Muara Enim – Belum pernah di-tangani/414).

34. TPK penyalahgunaan dana rekonstruksi yang dilakukan oleh pamong desa di Desa Sitimulyo Kab. Bantul (Kejati DIY Qq Kejari Bantul – belum pernah ditan-gani/4334).

35. TPK penyalahgunaan dana APBD dan anggaran sekretariat DPRD Kab. Buol TA. 2003/2004 (Polda Sulteng – tahap II/496).

36. TPK pada kegiatan pengadaan tanah untuk pelabuhan di Kab. Kendal TA. 2002-2004 (Kejari Kendal – Penyidi-kan/586).

Page 61: laporan_tahunan_kpk_2010

56

LAMPIRAN

89. TPK pada proyek pembangunan stadion mini Kota Dobo Kab. Kepulauan Aru TA. 2006. Tersangka BR (Polda Maluku – SP-3/644-10).

90. TPK pada pekerjaan pembangunan ja-lan Baru Jambu Keling – Kayu Manis Tanjung Beringin Kec. Bermani Ulu, Kab. Rejang Lebong Th 2005 (Kejati Bengkulu – Kasus telah ditangani Polda Bengkulu/1383-10).

91. TPK dalam pengelolaan dana alokasi khusus bidang pendidikan pada Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Olah-raga Kab. Tebo TA. 2008 (Kejati Jambi – kasus telah ditangani Polda Jam-bi/863-10).

92. TPK pada pembangunan pasar Bintoro Demak TA 2007. Tersangka SS (Kejati Jateng Qq Kejari Demak – Menunggu audit BPK/1186-10).

93. TPK berkaitan dengan pencairan dana fiktif di Ditjen Otda Wilayah II PKEKD Depdagri. Tersangka HS; KP (Polda Met-ro Jaya – pemberkasan/1291-10).

94. TPK penyalahgunaan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus Kota Bima TA 2005-2006. Tersangka MNAL (Kejati NTB – SP-3/1293-10).

95. TPK dalam pengadaan Demplot Pompa Tektonik lahan pertanian di Kab. Musi Banyuasin TA 2003 (Polda Sumsel – kasus telah ditangani Kejari Seka-yu/1216-10).

96. TPK penyimpangan dana bantuan sos-ial, alokasi dana desa dan belanja tidak terduga pada PemKab. Kutai Timur TA. 2007 (Pidsus Kejagung RI - penyidi-kan/636-10).

97. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Waropen TA. 2004 dan TA. 2005. Ter-sangka OJR (Kejati Papua – penyidi-kan/1180-10).

98. TPK dalam pengadaan 6 (enam) unit mesin genset pada proyek pengemban-gan listrik perkotaan Kab. Bengkalis TA. 2003 dan TA. 2004. Tersangka MY, dkk (Polda Riau – putusan MA/1191-10).

99. TPK penyalahgunaan dana APBD Kota Slawi TA 2006 dan TA 2007 pada pen-gadaan tanah untuk pembangunan ja-lan lingkar kota Slawi (Jalinkos) - (Kejati Jateng – penyidikan/639-10).

100. TPK penyalahgunaan dana pinjaman pemKab. Tegal TA 2007. (Kejati Jateng – penyidikan/639-10).

101. TPK penyalahgunaan dana subsidi dari Kementerian Perumahan Rakyat tahun 2007 dan 2008 untuk pembangunan perumahan dan renovasi rumah secara swadaya di Kec Gondang Rejo Kab. Ka-ranganyar. Tersangka HM (Kejati Jateng – penyidikan/ 641-10).

77. TPK penyalahgunaan dana APBD Kota Pangkal Pinang dalam pembebasan lahan untuk pembangunan sistem ban-gun guna serah (Polda Babel - tidak per-nah ditangani/492-10).

78. TPK penerimaan sejumlah uang/gratifi-kasi oleh Wali Kota Pangkalpinang saat menjabat Sekda Kota Pangkalpinang terkait fee dalam penghapusan asset tanah (Polda Babel - tidak pernah ditan-gani/492-10).

79. TPK penyimpangan dalam penggunaan sisa dana pekerjaan pembangunan Pas-ar Kuala Kurun Kalimantan Tengah. Ter-sangka TK (Polda Kalteng – P-21/1408-10).

80. TPK pada Ditjen Pendidikan Luar Seko-lah Depdiknas RI dalam pengelolaan dan pendistribusian dana bantuan langsung (blockgrant) TA 2006/2007. Terdakwa AS – (Kejati DKI Jakarta – JPU Kasasi, menunggu putusan MA/1408-10).

81. TPK penyimpangan dalam penerbitan izin kuasa pertambangan eksplorasi emas di kawasan Tebedo Desa Pota Wangka Kab. Manggarai Barat (Polda NTT Qq Polres Manggarai – Penyidi-kan/1395/10).

82. TPK pada proyek pembangunan Video-tron di Kota Surakarta TA. 2009 (Kejati Jateng – Puldata/1184-10).

83. TPK dalam pembayaran ganti rugi ta-nah unit perkebunan PEPABRI Kec. Nan Sebaris Unit Perkebunan Kab. Padang Pariaman (Kejati Sumbar Qq Kejari Pariaman – Puldata/733-10).

84. TPK dalam pemberian dana tunjangan bagi anggota DPRD Kab. Gunung Kidul periode tahun 1999 s.d. 2004 (Kejati DIY – puldata/1195-10).

85. TPK penyalahgunaan wewenang dan penyimpangan keuangan kas daerah Kota Bima pada rekening pribadi. Ter-sangka D AR, BAF (Kejati NTB Qq Kejari Raba Bima – Penyidikan/633-10).

86. TPK penyimpangan dalam pembangu-nan jalan dan jembatan pada Dinas Pe-kerjaan Umum Prov. Kalteng TA. 2006 (Kejati Kalteng – Puldata/739-10).

87. TPK dalam kegiatan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (GN-RHL) TA 2007, kegiatan pekerjaan tana-man reboisasi di Kec. Ranowulu, Kota Bitung. Tersangka AS. (Polda Sulut – P-21/1528-10).

88. TPK pada proyek sub bidang sumber daya air (penebasan rumput saluran rawa dan irigasi) tahun 2004 di Dinas Kimprasda Kab. Tanah Laut (Polda Kalsel Qq Resor Tanah Laut – penyidi-kan/1396-10).

64. TPK berupa penggelapan dana renovasi open stage lapangan Abdul Jalil Rah-madsyah pada penyelenggaraan MTQ-N ke 31 di Sumatera Utara (Kejati Sumut Qq Kejari Tanjung Balai Asahan – peny-elidikan dihentikan/634-10).

65. TPK dalam pengelolaan dan penggu-naan Dana Tidak Tersangka APBD Prov. Jabar TA. 2000 pos 2.15. (Kejati Jabar – penyelidikan dihentikan/494).

66. TPK dalam pemberian kredit investasi Bank Mandiri kepada KUD Sadar pada tahun 2003. Tersangka RM; AE, dkk (Kejati Jambi – SP-3/4333-09).

67. TPK yang berhubungan dengan proyek fisik dan nonfisik pada Dinas Pendidi-kan Prov. Jambi TA. 2006-2007 (Kejati Jambi – tidak pernah disidik/592).

68. TPK penyalahgunaan dana APBD Kota Bima TA. 2005. Tsk HMD (Ka. BPKD Kota Bima) - (Kejati NTB Qq Kejari Bima – penyidikan/633-10).

69. TPK penyimpangan pada pembayaran reduksi terhadap pendapatan jasa labuh kapal di PT Pelindo III. Tersangka MT (Kejati Kalsel – penyidikan; menung-gu hasil audit BPKP/664-10).

70. TPK dana prasarana fisik untuk Kantor Pelayanan Pajak Depok pada kegiatan pengadaan tanah tahun 2004. Ter-sangka HH (Kejati Jabar – persidan-gan/613-10).

71. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Wonogiri TA. 2004 pada program pem-bagian Dana Tali Asih (DTA) untuk ang-gota DPRD Kab. Wonogiri periode 1999-2004 (Kejati Jateng – penyidikan/proses SP-3 tersangka HS Meninggal Dunia/588-10).

72. TPK penyalahgunaan dana APBD Prov. NTB TA. 2003 pada Pos Belanja Dewan dan Sekretariat Dewan. Tersangka RH (Kejati NTB – penyidikan; menunggu ha-sil audit BPK-RI/ 632-10).

73. TPK penggelapan terhadap barang-ba-rang inventaris rumah dinas Bupati Kab. Mimika di Kab. Mimika. Tersangka SSD (Polda Papua – penyidikan/663-10).

74. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Jember TA. 2005. Tersangka SM – penyidikan/P-19. (Polda Jatim – penyi-dikan/737-10).

75. TPK penyimpangan pelaksanaan peny-aluran dana alokasi khusus bidang pen-didikan TA. 2007 dilingkungan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kab. Pasa-man. Tersangka Y (Kadis) – (Kejati Sum-bar Qq Kejari Lubuk Sikaping-menunggu audit BPKP/1382-10).

76. TPK pembangunan Bangka Trade Cen-ter dengan cara ruislaag aset Pemkot Pangkal Pinang (Polda Babel-tidak per-nah ditangani/492-10).

Page 62: laporan_tahunan_kpk_2010

57

LAMPIRAN

123. TPK pengadaan kapal pada Dinas Ke-lautan dan Perikanan Kab. Wakatobi TA. 2006/2007. Tersangka MS, dkk (Kejati Sultra-penyidikan/0310).

124. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Rembang TA. 2006/2007 yang dipergu-nakan untuk penyertaan modal usaha dengan PT Rembang Bangkit Sejahtera Jaya (RBSJ) Kab. Rembang (Polda Jateng-Puldata/1380-0410).

125. TPK pada pengadaan Radio Tetra UHF di Biro Perlengkapan Prov. DKI Jakarta TA 2006/ 2007 (Kejati DKI-penyidi-kan/1214-0410).

126. TPK dalam pengambilan dan pengola-han bahan galian C di Kab. Lumajang tahun 2004/ 2005 oleh PT Mutiara Halim. Tersangka AF (mantan Bupati Lumajang); EPA; SLH, dkk (Kejati Jatim-Pemberkasan/1387- 0410).

127. TPK pada Pengadaan Petak Pasar Pan-dansari Balikpapan. Tsk KHAIRANI (Pol-da Kaltim – Tahap II/3916.T - 1010).

128. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Kepulauan Sula TA 2005 untuk keg-iatan Lobi Penambahan Kuota CPNS-D Kab. Kepulauan Sula tahun 2005 (Pol-da Malut – SP-3/1552 – 0510).

129. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Kepulauan Sula TA 2005 yang berasal dari penerimaan Dana Insentif PBB (Pol-da Malut – penyidikan/1552 – 0510).

130. TPK penyalahgunaan dana biaya makan minum harian PemKab. Purwakarta TA 2006. Tersangka DBS (Kejati Jabar – menunggu persetujuan tertulis Pres-iden RI/855-0310).

131. TPK penyalahgunaan dana simpan pin-jam perempuan (SPP) program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan di Kec Nuhon Kab. Banggai TA 2008/2009. Tersangka MRL (Kejati Sulteng-penyidikan/2244-0710).

132. TPK penyimpangan dalam pelaksanaan program penghargaan masa bhakti bagi pengurus di PT. Bank NTB tahun 2007. (Kejati NTB-persidangan/2019-0710).

133. TPK berupa mark up dalam pengadaan CT Scan untuk Rumah Sakit Umum Dae-rah Gunung Jati Cirebon (Kejati Jabar-belum pernah ditangani/420-0210).

134. TPK penerimaan sejumlah uang oleh ketua KPUD Kab. Purwakarta. (Kejati Jabar-Belum pernah ditan-gani/611-0210).

135. TPK dalam pengelolaan dana anggaran program transmigrasi swakarsa man-diri asal Indramayu yang ditempatkan di Prov Kalsel (Kejati Jabar-Belum pernah ditangani/612-0210).

112. TPK penyimpangan dalam pemberian biaya perjalanan dinas tetap, bantuan kesehatan dan bantuan check up kes-ehatan bagi pada anggota DPRD Kab. Lumajang periode 1999-2004. Ter-dakwa S, dkk (Kejati Jatim Qq Kejari Lumajang – Putusan PT; proses Kasa-si/661-0210).

113. TPK pengadaan bibit pada GNRHL tahun 2006 Dinas Kehutanan Kab. Batanghari. Tersangka MS, Tersangka TTS (Kejati Jambi Qq Kejari Muara Bu-lian – penyidikan).

114. TPK penyalahgunaan dana anggaran rutin dan pemotongan biaya perjalanan dinas di Dinas Perkebunan Kab. Batang-hari. Tersangka BP (Kejati Jambi Qq Ke-jari Muara Bulian - penyidikan).

115. TPK penyimpangan dalam pelaksanaan bantuan infrastruktur Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal un-tuk perumahan Suku Anak Dalam Desa Pematang Kab.au Kec Air Hitam TA 2008. Tersangka BVJ (Kejati Jambi Qq Kejari Sarolangun – penyidikan).

116. Dugaan TPK dalam pengadaan pakaian Hansip Linmas PAM Pemilihan Legisla-tif dan Pemilihan Presiden pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindun-gan Masyarakat PemKab. Muara Enim Prov. Sumsel TA 2009 (Polda Sumsel – Pulinfo/Lph 877-0310).

117. Dugaan TPK dana APBD Kutai Kar-tanegara TA. 2007 pada proyek-proyek di lingkungan Dinas Pendidikan Kab. Kutai Kartanegara (Polda Kaltim – Pu-linfo/Lph 1381-0410).

118. TPK rehabilitasi jalan dan jembatan Mandeh – Sei Pinang pasca bencana alam di Kab. Pesisir Selatan TA 2007 (Polda Sumbar – penyelidikan dihenti-kan/1386-0410).

119. TPK proyek bantuan sarana pendidikan Kota Surakarta TA 2003. Tersangka PS, Tersangka A (Polda Jateng – persidan-gan PN Surakarta/1194-0410).

120. TPK penggelapan aset negara berupa sungai di Kel. Tambak Langon Kec. Asem Rowo Kota Surabaya (Kejari Surabaya – belum pernah ditangani/2709-0710).

121. TPK berupa pemotongan uang bo-nus atlit, pelatih dan asisten pelatih KONI Prov Jambi. Terdakwa NHRA (Ke-jati Jambi – persidangan; JPU Kasa-si/1402-0510).

122. TPK pengalihan aset daerah milik Pem-kot Kendari berupa sebuah mobil Land-cruiser Nopol DT 1 E; dan tanah beserta bangunan eks rumah jabatan camat Poasia di Kec Poasia Kota Kendari, yang dialihkan kepada MASYHUR MASIE ABUNAWAS. (Kejati Sultra – Putusan PN Kendari; JPU Kasasi/316-0409.

102. TPK penyimpangan kontrak kerja ber-langganan sistem jaringan komunikasi data antara PT Pos Indonesia dengan PT Aplikanusa Lisitas Artha (Kejati Jabar – Puldata/655-10).

103. TPK pada proyek pembangunan gedung pabrik mini Plywood di Desa Jambo Manyang Kab. Aceh Selatan TA 2007 dan TA 2008 oleh CV Krueng Kale Jaya (Polda NAD – penyidikan, P-19/1244-10).

104. TPK mark-up refund tiket perjalanan di Departemen Luar Negeri RI TA 2006 s.d. 2009. Tersangka SS, dkk (Pidsus Keja-gung RI – Pemberkasan/1388-0410).

105. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum jaksa pada Kejari Ci-badak pada saat menangani kasus per-judian. (Jamwas Kejagung RI – Pemerik-saan Fungsional oleh Kejati Jabar/Lph 861-0310).

106. TPK penyalahgunaan dana bantuan langsung (blockgrant) Ditjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas RI pada keg-iatan pelatihan ketrampilan para profesi (ICDL-ICT) dan penguatan kelembagaan PNF bidang pendidikan kecakapan hid-up TA 2006/2007. Terdakwa ACE SURY-ADI; FAISAL MADANI, dkk (Kejati DKI - Putusan PN; JPU Kasasi/1407-0510).

107. TPK pada proyek peningkatan jalan Pasar Iloheluma-Sukamakmur Kab. Tilamuta TA 2003. Terdakwa MULJADI SUROTENOJO (Kejati Gorontalo Qq Ke-jari Tilamuta – Putusan PN; JPU Kasa-si/1348-0410).

108. TPK dana bantuan Kab. Tabanan un-tuk pembuatan jembatan penghubung Banjar Dinas Kuwum Ancak Bija dengan Banjar Dinas Kuwum Anyar Desa Ku-wum Kec Marga Kab. Tabanan. Terda-kwa I WAYAN WETRA SUYASA (Kejati Bali Qq Kejari Tabanan – putusan PT; proses Kasasi/1222-0410).

109. Dugaan TPK pada pelaksanaan pen-gadaan jasa konstruksi jalan Lapammu-sureng di Kec Sabbangparu Kab. Wajo TA 2009. (Kejati Sulsel Qq Kejari Seng-kang – Puldata/1187-0410)

110. TPK penyimpangan pada kegiatan pen-gadaan tanah untuk pembangunan Gar-du Induk PT PLN Persero di Desa Boro Kec Tanggulangin Sidoarjo tahun 2007. Tersangka B, dkk (Kejati Jatim – penyidi-kan).

111. TPK pembangunan unit sekolah baru SMP Ebungfauw di Distrik Ebungfauw Kab. Jayapura. Tersangka ALS, dkk (Ke-jati Papua – penyidikan; tunggu audit BPK-RI/ 595-0210).

Page 63: laporan_tahunan_kpk_2010

58

LAMPIRAN

163. TPK pada kegiatan penyiapan data dan informasi Spasial SDA di daerah Ka-bupaten tertinggal dalam rangka pen-gambangan ekonomi lokal TA. 2006. Tersangka AN (Pidsus Kejagung – penyi-dikan/1557-0510).

164. TPK penyalahgunaan Dana Adminis-trasi Proyek (AP) APBD Kota Pangkalpi-nang TA. 2003 (Kejati Babel – penyidi-kan/1410-0510).

165. TPK penerimaan gratifikasi Anggota DPRD Kota Pangkalpinang peiode 1999-2004 (Kejati Babel – penyidi-kan/1410-0510).

166. TPK penyimpangan pada pembayaran honor tenaga kontrak fiktif di Kab. Baa TA 2009 (Kejati NTT – belum pernah menangani/1554-0710).

167. TPK penyimpangan dalam pemberian fasilitas umum dan fasilitas sosial un-tuk Pemkot Tangerang (Kejati Banten Qq Kejari tangerang – belum pernah ditangani/2024-0710).

168. TPK berupa penggelapan tanah mi-lik PemKab. Bandung. Tersangka LS (Kejati Jabar – belum pernah ditan-gani/2016-0710).

169. TPK penyimpangan dalam pelaksa-naan sewa kapal laut/keruk Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD) pada PT Pengerukan Indonesia (RUKINDO) tahun 2008 (Kejati DKI – penyidikan, menunggu hasil audit BPKP/ 2017-0710).

170. TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Lembata TA. 2004 untuk pemberdayaan Mangrove di Kab. Lembata. (Kejati NTT – penyelidikan dihentikan/1880-0610).

171. TPK pada proyek pembangunan lahan dan perumahan transmigrasi Kab. Ta-panuli Utara TA 2009 (Polda Sumut – belum pernah ditangani/2349-0810).

172. TPK pada proyek pembangunan lahan dan perumahan transmigrasi di Desa Simpangan Bolon Kec Garoga Kab. Ta-panuli Utara TA. 2009 (Polda Sumut – Pulinfo/2349-0810).

173. TPK di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut. (Polda Jatim Qq Pol-restabes Surabaya/2497-0810).

174. TPK pada pembangunan intake air baku PDAM Tebing Tinggi yang diubah menjadi pembangunan air bersih/ air minum Kab. Tanjab Barat TA. 2007. Ter-sangka MH, S, dkk. (Bareskrim Polri – penyidikan dihentikan/1878-0610).

175. TPK berupa mark-up harga dalam pen-gadaan tanah untuk pembangunan ge-dung perkantoran PemKab. Sekadau TA 2005-2008 (Bareskrim Polri – pu-linfo/1829-0610).

150. TPK pada pengadaan mobil dinas Pem-kot Prabumulih TA 2004. Tersangka ALM (Polda Sumsel – Tahap II/ 1217- 0410).

151. TPK dana APBD Kab. Musi Rawas TA 2004/2005 pada pos penggunaan dana operasional Setda Kab. Musi Ra-was. Tersangka SH (Polda Sumsel – Ta-hap II/ 1217- 0410).

152. TPK dana APBD Kab. Musi Rawas TA 2004/2005 pada pos penggunaan dana operasional Setda Kab. Musi Ra-was. Tersangka IA (Polda Sumsel – Ta-hap II/ 1217- 0410).

153. TPK dalam penggunaan dana opera-sional DPRD Prov. Sumsel TA 2002. Ter-sangka AS (Polda Sumsel – SP-3/ 1217- 0410).

154. TPK pada pembangunan gedung kantor Dishubkominfo Prov. Sumsel TA 2007 s.d. 2009. Tersangka H; EZ (Polda Sum-sel – penyidikan; menunggu audit BPKP Sumsel/ 1217- 0410).

155. TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum penyidik Polda Sumsel saat menangani perkara korupsi di wilayah Prov. Sumsel (Polda Sumsel – laporan tidak benar/ 1217- 0410).

156. TPK dana purna bhakti pimpinan dan anggota DPRD Kab. Sikka periode 1999 sd. 2004. Tersangka AL (Ke-jati NTT – menunggu putusan Kasa-si/1399-0510).

157. TPK pada pembangunan gedung kan-tor KPU Kab. Kepulauan Mentawai TA 2008. Tersangka BI (Kejati Sumbar – Putusan PN/2514-0810).

158. TPK penyalahgunaan dana bantuan so-sial Organisasi Kemasyarakatan Tempat Ibadah Kab. Kerinci TA. 2008 (Kejati Jambi – proses persidangan PN Sungai Penuh/637-0210).

159. TPK penyimpangan dalam pengelolaan kegiatan rutin Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kab. Barito Kuala peri-ode 2006 s.d. 2010. Tersangka N. (Ke-jati Kalsel Qq Kejari Marabahan – pros-es persidangan/1912-0710).

160. TPK penyimpangan pada proyek dil-ingkungan Dinas Pendidikan Kab. Kutai Kartanegara TA 2007 (Kejati Kaltim Qq Kejari Tenggarong – Pulin-fo/1381-0410).

161. TPK pada pengadaan Kapal Ferrindo 5 ex Korea antara PT ASDP dengan East Japan Corp tahun 2004 (Pidsus Keja-gung – Pulinfo/1556-0510).

162. TPK pada kegiatan repowering kapal KMP Namparnos, KMP Barau dan KMP Bakauheni yang diduga melibatkan PT Praba Dayatama Sakti (Pidsus Kejagung – pulinfo/1556-0510).

136. TPK penyalahgunaan wewenang dalam proses pengadaan tanah KPP Depok tahun 2004. Tsk RUDI HARTONO (Kejati Jabar-putusan PN Depok/178-0410).

137. TPK penyimpangan dalam pelaksanaan program Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Pendidikan TA 2007 Kab. Ta-sikmalaya. Tersangka AK. (Kejati Jabar-SP-3/605-0210).

138. TPK pada pengadaan alat medis di RS Dr. Soewondo TA. 2001 (Kejari Kendal – penyelidikan dihentikan/642-0210).

139. TPK berupa mark-up dalam ruislag ta-nah bengkok Desa Sendangdawuhun Kec Rowosari Kab. Kendal yang dijadi-kan lokasi SMPN 1 Rowosari Kab. Ken-dal (Kejari Kendal – penyelidikan dihen-tikan/642-0210).

140. TPK penyimpangan pada pembangunan terminal dan kios Weleri tahun 2004 (Kejari Kendal – penyelidikan dihenti-kan/642-0210).

141. TPK penyalahgunaan dana di DPRD Kab. Kendal TA 2003. Terdakwa SUTRI-MO ; ABDUL WAHID HASYIM ; ENDRO ARINTOKO (Kejari Kendal – Putusan PN Kendal/642-0210).

142. TPK penyalahgunaan wewenang dalam pengadaan buku ajar di sekolah-seko-lah se-Kab. Kendal (Kejari Kendal – pe-nyelidikan dihentikan/642-0210).

143. TPK dalam pembebasan tanah untuk pembangunan Pelabuhan Mororejo Kaliwungu Kab. Kendal (Kejari Kendal – penyidikan/642-0210).

144. TPK penerimaan sejumlah uang yang di-berikan oleh Eksekutif kepada Legislatif Kab. Kendal tahun 2008 (Kejari Kendal – penyelidikan dihentikan/642-0210).

145. TPK penyelewengan dana APBD Kab. Kendal TA 2006 untuk kesejahteraan Kades, Perangkat Desa dan BPD se-Kab. Kendal yang digunakan untuk pembayaran premi asuransi PT Pasa-raya Life Insurance (Kejari Kendal – dil-impahkan ke Polres Kendal/642-0210).

146. TPK penyalahgunaan dana di Suku Dinas Pendidikan Kotamadya Jakarta Pusat TA 2004 s.d. 2006 (Kejati DKI – penyelidikan dihentikan/629-0210).

147. TPK pada Dinas Pendidikan Prov Kali-mantan Barat TA 2009 (Polda Kalbar – penyelidikan/ 1952-0610).

148. TPK pada penempatan dana kas daerah Kab. Lampung Timur di PT BPR Tripanca Setiadana. Tsk SATONO (Polda Lampung – tahap II).

149. TPK pada pengadaan ranmor roda 2 Kab. Muba TA 2004. Tersangka PL (Pol-da Sumsel – Tahap II/ 1217- 0410).

Page 64: laporan_tahunan_kpk_2010

59

LAMPIRAN

11. Dugaan TPK dalam pemberian ganti rugi tanah untuk perluasan Bandara Hasanuddin Makasar seluas 431 Ha tahun 1991 s.d. 1994 (Kejati).

12. Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Jember TA. 2006 sd. 2009 oleh Bupati Jember. (Kejati).

13. Dugaan TPK pada program gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional di Kab. Pinrang TA. 2009 (Ke-jati).

14. Dugaan TPK penyalahgunaan dana Kredit Usaha Tani Kab. Bangka Selatan tahun 1999 (Kejati).

15. Dugaan TPK penyalahgunaan dana PT PANN (Persero) pada pemberian fasili-tas Operating Lease Kapal Motor kepa-da PT Pusaka Bahari Primanusa (Polda).

16. Dugaan TPK penyalahgunaan dana PT PANN (Persero) pada pemberian fasili-tas Operating Lease Kapal Motor kepa-da PT Samudera Mas Nugraha (Polda).

17. Dugaan TPK penyalahgunaan dana PT PANN (Persero) pada pengurusan sertifikat tanah Hotel Permata Bidakara Bandung (aset PT PANN) - (Polda).

18. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang dengan memalsukan SSP pada KPP Pratama Cileungsi (Kejati).

19. Dugaan TPK Dlm Pengelolaan APBD Kab. Nias Selatan TA. 2006 & 2007 pada Dinas Kimpraswil Kab. Nias Se-latan. (Polda).

20. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum penyidik Kejati Kaltim saat menangani perkara penerbitan IPK kepada Koperasi Madani tahun 2005 di Kab. Berau Kaltim (Kejati).

21. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang pada pengadaan keramba di Dinas Perikanan Prov. Riau TA. 2008 (Kejati).

22. Dugaan TPK pada program gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nadional di Kab. Pinrang Prov. Sulsel TA. 2009 (Kejati).

23. Dugaan TPK di Perum Bulog Sub Divre Wilayah VI Palopo pada pembagian be-ras miskin untuk masyarakat Kab. Luwu Prov. Sulsel (Kejati).

24. Dugaan TPK dana APBD Kab. Cilacap TA. 2004 s.d. 2008 pada proyek SIAK Online II, proyek komputerisasi sistem pemerintahan desa dan proyek peker-jaan jalan dengan sistem build dan transfer di Kab. Cilacap (Kejati).

25. Dugaan TPK dana APBD Kab. Jember TA. 2006 sd. 2009 oleh Bupati Jember (Kejati).

Klungkung (Polda Bali – tidak menan-gani/1551-0510).

188. TPK penyalahgunaan dana sisa ang-garan penunjang operasional Pimpinan DPRD Kab. Jember TA. 2004 (Polda Ja-tim – P-21/2498-0810).

189. TPK penyalahgunaan dana bantuan hukum Pemkab. Jember pada APBD Kab. Jember TA. 2005. (Polda Jatim – P-21/2498-0810).

190. TPK pada kegiatan pembayaran ganti rugi tanah untuk sarana olahraga sel-uas 22.335 m2 di Kel. Karan Aur, Kec. Pariaman Tengah, Kota Pariaman TA. 2007 oleh panitia pengadaan tanah Pemkot Pariaman (Polda Sumbar – pe-nyidikan/2511-0810).

PELAKSANAAN KEGIATANKOORDINASI DAN SUPERVISI

Analisis:

1. Dugaan Tindak Pidana Korupsi Dana Bantuan Community Development PT Aneka Tambang kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2008

2. Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Bojonegoro TA. 2006/2007 untuk kegiatan perjalanan dinas fiktif (Kejaksaan).

3. Dugaan TPK penyalahgunaan dana APBD Kab. Waropen TA. 2004/2005 untuk keperluan pribadi Bupati Waro-pen (Kejaksaan).

4. Dugaan TPK pada kegiatan pengadaan sapi di Dinas Sosial Kab. Probolinggo TA. 2006 (Kejaksaan).

5. Dugaan TPK pada kegiatan ruislag ta-nah eks. Bengkok Kec. Lawang, Kab. Malang, tahun 2004 (Polri).

6. Dugaan TPK pada pelepasan tanah De-partemen Kesehatan RI kepada Yayas-an Fatmawati (Kejaksaan).

7. Dugaan penipuan dan penggelapan bantuan dana program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) Pertamina Re-gion III (Polri).

8. Dugaan TPK pemberian Izin Peman-faatan Kayu (IPK) kepada Koperasi Madani tahun 2005 di Kabupaten Be-rau Provinsi Kalimantan Timur (Kejati).

9. Dugaan TPK penyimpangan dalam pen-jualan aset-aset eks PT Bank Pinaesaan tahun 1997 yang telah dialihkan kepa-da pihak ketiga (Kejagung).

10. Dugaan penyimpangan dalam penanga-nan perkara TPK Pengadaan keramba di Dinas Perikanan Riau tahun 2008 oleh oknum penyidik Polda Riau dan ok-num penyidik Kejati Riau (Kejati).

176. TPK penyalahgunaan dan penggelapan fasilitas umum (Fasum) dan fasilitas Sosial (Fasos) yang diserahkan oleh pengembang perumahan kepada Pem-kot Tangerang. (Kejati Banten – belum pernah menangani/2024-0710).

177. TPK pada pembangunan pelabuhan pendaratan ikan Surodadi TA 2007 di Kab. Tegal/Slawi. (Kejati Jateng Qq Kejari Slawi – tidak pernah menan-gani/2075-0610).

178. TPK pada kegiatan talkshow interaktif DPRD Prov DKI Jakarta TA 2008. (Pid-sus Kejagung RI – tidak pernah menan-gani/1876-0610).

179. TPK berupa mark-up pada kegiatan pemerataan akses, peningkatan mutu dan tata kelola SMP di Prov Banten TA 2009 Dinas Pendidikan Prov Banten (Pidsus Kejagung RI – tidak pernah menangani/2519-0810).

180. TPK penyimpangan dana subsidi dari Kantor Kementerian Perumahan Rakyat untuk pembangunan peruma-han di lokasi Jeruk Sawit Kec Gondang Rejo Kab. Karanganyar TA 2007 dan TA 2008 (Kejati Jateng – Pember-kasan/2504-0810).

181. TPK penyimpangan dana subsidi dari Kantor Kementerian Perumahan Raky-at untuk pemugaran/renovasi rumah yang dilakukan secara swadaya (KPRS Bersubsidi) Kab. Karanganyar TA 2007 dan TA 2008 (Kejati Jateng – Pember-kasan/2504-0810).

182. TPK pada kegiatan Gerakan Rehabilita-si Hutan dan Lahan Kab. Indragiri Hulu TA 2005 dan TA 2006 (Kejati Riau – ti-dak pernah menangani/2012-0710).

183. TPK pada pengadaan mesin pembang-kit dan rehabilitasi jaringan listrik Kab. Indragiri Hulu TA 2003 (Kejati Riau – ti-dak pernah menangani/2012-0710).

184. TPK pada penggunaan dana rutin oleh Bupati Kab. Indragiri Hulu TA 2002 dan TA 2005 (Kejati Riau – tidak pernah menangani/2012-0710).

185. TPK penyimpangan dana bantuan sos-ial organisasi kemasyarakatan tempat ibadah di Kab. Kerinci APBD TA 2008. Tersangka SKB (Kejati Jambi Qq Ke-jari Sungai Penuh – menunggu putusan kasasi/ 2642-0910).

186. TPK penyalahgunaan wewenang oleh anggota DPRD Kab. Kerinci periode 2004-2009 dalam pembahasan APBD-P Kab. Kerinci TA 2008 (Kejati Jambi Qq Kejari Sungai Penuh – persidangan PN Sungai Penuh/ 2642-0910).

187. TPK penerimaan sejumlah uang sehu-bungan dengan penerbitan persetu-juan rencana investasi atau persetu-juan prinsip PT Sekar Semesta di Kab.

Page 65: laporan_tahunan_kpk_2010

60

LAMPIRAN

22. Dugaan TPK dalam pengelolaan dana APBD Kab. Musi Banyuasin TA. 2006 berdasarkan temuan hasil pemeriksaan BPK dalam LHP-BPK atas kepatuhan dalam rangka pemeriksaan laporan keuangan Pemda Kab. Musi Banyua-sin TA. 2006 nomor 91.a.2/S/XIV.2 /06/2007 tanggal 13 Juni 2007 (Polda Sumsel/885).

23. Dugaan TPK penyimpangan bantuan un-tuk pengungsi Timor Timur pasca jejak pendapat di Prov. NTB yg berasal dari Kementerian Koordinator Bidang Kese-jahteraan Rakyat (Polda NTB/1289-10).

24. Dugaan TPK dana APBD Kab. Rem-bang TA. 2006/2007 pada kegiatan pendirian, pembiayaan, dan pengelo-laan PT. Rembang Sejahtera Jaya tahun 2006/2007 (Polda Jateng/1380-10).

25. Dugaan TPK dana APBD Kutai Kartaneg-ara TA. 2007 pada proyek-proyek di ling-kungan Dinas Pendidikan Kab. Kutai Kartanegara (Polda Kaltim/1381-10).

26. Dugaan TPK pada proyek pemasangan bronjong di Sungai Batang Anai PLTA Singkarak dengan rekanan PT. Sriwijaya Prima Makmur (Bareskrim/1951-0610).

27. Dugaan TPK dalam pengelolaan Dana Badan Pertimbangan Tabun-gan Perumahan PNS (Bapertarum-PNS) pada tahun 2002 s.d. 2007 (Bareskrim/1953-0610).

28. Dugaan TPK berupa pemberian sejum-lah uang dari Ka. Dinas Pendidikan Prov Kalbar kepada Tim Inspektorat Wilayah Prov Kalbar sehubungan dengan pemeriksaan audit yang dilakukan pada kegiatan pengelolaan dana kontribusi bidang TK/SD/SLB, SMP/SMA, SMK, DIKTI dan PNFI (Pendidikan non formal) - (Polda Kalbar/1952-0610).

29. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang dengan ancaman dan pem-erasan oleh oknum penyidik Polres Kari-mun kepada aparat PemKab. Karimun, saat menyidik TPK pengelolaan dana APBD Kab. Karimun (Irwasum Polri – 1830/0610).

11. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum jaksa pada Kejari Ci-badak pada saat menangani kasus per-judian (Jamwas Kejagung RI).

12. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang oleh oknum jaksa pada Kejari Ketapang pada saat melakukan penun-tutan perkara tindak pidana illegal log-ging di Kab. Ketapang atas nama ter-dakwa WENGKY SWANDY als. AWENG (Jamwas Kejagung RI).

13. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang oleh oknum jaksa pada Kejati Kalbar pada saat menangani kasus pe-malsuan KTP di Kec Jangkang Kab. Sanggau Prov. Kalbar (Jamwas Keja-gung RI).

14. Dugaan TPK dana APBD Prov. Jatim TA. 2005 pada pelaksanaan program komunitas adat terpencil (KAT) (Polda Jatim).

15. Dugaan TPK dana bantuan korban gem-pa di Klaten tahun 2006 (Pidsus Keja-gung RI).

16. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum jaksa pada Kejati Sumatera Utara (Jamwas Kejagung RI/736).

17. Dugaan TPK dalam produksi clinker pada proyek Optimalisasi II PT Semen Baturaja tahun 2001 (Kejati Sum-sel/734).

18. Dugaan TPK pada kegiatan pemberian bantuan hukum di Pemerintah Kabupat-en Jember TA. 2005 (Polda Jatim/737).

19. Dugaan TPK dalam pengelolaan dana tugas perbantuan dari Departe-men Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Departemen Pertanian TA. 2008 oleh PemKab. Banyuasin (Kejati Sum-sel/738).

20. Dugaan TPK penyimpangan dalam proses lelang proyek pembangunan ja-lan dan jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum Prov Kalteng TA. 2006/2007 (Kejati Kalteng/739).

21. Dugaan TPK dalam pengadaan pakaian Hansip Linmas PAM Pemilihan Legisla-tif dan Pemilihan Presiden pada Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindun-gan Masyarakat PemKab. Muara Enim Prov. Sumsel TA. 2009 (Polda Sum-sel/877).

Pelimpahan Penanganan Perkara :

1. Dugaan TPK dana APBD Kab. Wakatobi TA. 2006/2007 di Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Wakatobi pada kegiatan pengadaan kapal dan asesorisnya (Ke-jati Sultra-12/09).

2. Dugaan TPK dana APBD Prov. Sumsel TA. 2008 di Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Prov. Sumsel pada kegiatan pengadaan benih padi (Kejati Sum-sel-12/09).

3. Dugaan TPK penyalahgunaan we-wenang pada kegiatan ruislag tanah kas kelurahan Dukuh Sutorejo Kec Mulyorejo Kota Surabaya tahun 2003-2004 (Polda Jatim-12/09).

4. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh Kapolres Indramayu dari PT Adhi Jaya Utama tahun 2008 berkai-tan penanganan kasus penyimpangan pekerjaan pembangunan break water (pemecah gelombang) - (Irwasum Polri).

5. Dugaan TPK di Dinas Pekerjaan Umum Kota Pagar Alam Sumsel TA. 2009, pada kegiatan pembangunan jalan Plang Kenidai – Semidang Alas (Polda Sumsel).

6. Dugaan TPK dalam pengadaan ka-wasan sport center yang dananya ber-asal dari PT Bukit Asam (Persero) dan pengadaan di Dinas Bina Marga Muara Enim TA. 2005 (Kejati Sumsel).

7. Dugaan TPK dana bantuan langsung tunai (BLT) untuk Desa Agung Jaya P.17 Karang Agung Tengah Kab. Musi Banyu-asin pada pembagian beras miskin dan hand tractor yang tidak diberikan kepa-da masyarakat (Polda Sumsel).

8. Dugaan TPK dalam pemberian kredit PT Citrabumi Trisejati pada Legacy PT Bank Dagang Negara pada PT Bank Mandiri (Persero) (Pidsus Kejagung RI).

9. Dugaan TPK di Kab. Banyuasin TA. 2006 sehubungan dengan laporan kepatuhan dalam kerangka pemeriksaan Laporan Keuangan Pemda Kab. Banyuasin TA. 2006 di Pangkalan Balai (LP nomor 93.c.2/S/XIV.2/06/2007 tanggal 19 Juni 2007) (Kejati Sumsel).

10. Dugaan TPK penerimaan sejumlah uang oleh oknum Wa. Kajati Sumut dari Ka. Dis PU Kab. Langkat; pada saat menangani kasus TPK dana bantuan mega proyek banjir bandang di Bahorok (Jamwas Kejagung RI).

Page 66: laporan_tahunan_kpk_2010

61

LAMPIRAN

PERKARA TPKBERDASARKAN JENIS PERKARA

PERKARA TPKBERDASARKAN

INSTANSI

PERKARA TPKBERDASARKAN

PELAKU PERKARA

PERKARA TPKBERDASARKAN

WILAYAH

1 Pengadaan Barang/Jasa 2 12 8 14 18 16 16 862 Perijinan 5 1 3 1 103 Penyuapan 7 2 4 13 12 19 574 Pungutan 7 2 3 125 Penyalahgunaan Anggaran 5 3 10 8 5 31

JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 196

1 DPR RI 7 10 7 242 Kementerian/Lembaga 1 5 10 12 13 13 16 703 BUMN/BUMD 4 2 5 7 184 Komisi 9 4 2 2 2 195 Pemerintah Provinsi 1 1 9 2 5 4 226 Pemkab/Pemkot 4 8 18 5 8 43

JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 196

1 Anggota DPR dan DPRD 2 6 8 27 432 Kepala Lembaga/Kementerian 1 1 1 1 2 63 Duta Besar 2 1 1 44 Komisioner 3 2 1 1 75 Gubernur 1 2 2 2 1 86 Walikota/Bupati 3 6 5 4 4 227 Eselon I, II dan III 2 9 15 10 22 14 12 848 Hakim 1 19 Swasta 1 4 5 3 12 11 8 4410 Lain-lain 6 1 2 4 4 9 26

JUMLAH 4 23 29 26 54 44 65 245

1 Pemerintah Pusat 1 15 11 12 23 24 20 1062 NAD 1 1 1 33 Sumatera Utara 2 2 44 Sumatera Selatan 1 1 25 Riau dan Kepulauan Riau 3 4 3 106 DKI Jakarta 1 3 1 1 4 107 Jawa Barat 2 1 5 3 7 188 Jawa Tengah 2 2 1 59 Jawa Timur 2 2 410 Lampung 3 311 Kalimantan Selatan 1 112 Kalimantan Timur 6 3 2 1113 Sulawesi Utara 1 1 214 Sulawesi Selatan 1 115 NTB 1 2 316 Papua 1 2 1 417 Malaysia 3 3 618 Singapura 2 1 3

JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 196

NO JENIS PERKARA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

NO INSTANSI 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

NO JABATAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

NO PROPINSI 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

Page 67: laporan_tahunan_kpk_2010

62

LAMPIRAN

LAPORAN GRATIFIKASI PER PROVINSI

LAPORAN GRATIFIKASI PER INSTANSI

1 NAD 72 Sumatera Utara 153 Riau 134 Sumatera Barat 15 Sumatera Selatan 16 Jambi 27 Bengkulu 18 Lampung 49 Jawa Barat 1510 Banten 211 Kalimantan Selatan 212 Kalimantan Tengah 213 Kalimantan Barat 114 Kalimantan Timur 2415 DKI Jakarta 23716 D.I. Yogyakarta 217 Jawa Tengah 2418 Jawa Timur 420 Sulawesi Selatan 123 Sulawesi Barat 518 Gorontalo 119 Papua 120 Bali 221 Nusa Tenggara Barat 26

Jumlah 394

1 Konstitutif MPR -2 Legislatif DPR 22 DPRD 82 DPD -3 Eksekutif Kepresidenan 4 Kementerian - • Kementerian Koordinator 1 • Departemen 65 • Kement. Negara 4 • Setingkat Kementerian 12 LPND 41 Lembaga Ekstra Struktural 14 Yudikatif 55 Inspektif (BPK) 106 Lembaga Independen 637 BUMN / BUMD 388 Pemprov 159 Pemkab 2310 Pemkot 8

Jumlah 394

NO PROVINSI JUMLAH

NO BIDANG INSTANSI JUMLAH

GRATIFIKASI

Page 68: laporan_tahunan_kpk_2010

63

LAMPIRAN

LAPORAN KEMAJUANPENANGANAN LAPORAN

MASYARAKATS.D. 31 DESEMBER 2010

I. a. Jumlah Laporan yang diterima 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 6,265 45,301 b. Jumlah Laporan yang telah ditelaah 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 5,761 44,797 98.89% c. Jumlah Laporan yang sedang ditelaah - - - - - - 504 504 1.11% II. Dari Jumlah Laporan yang telah ditelaah ( I.b ) a. Jumlah yang ditindaklanjuti dari 1,090 1,315 649 569 533 117 60 4,334 9.57% hasil telaahan dengan penyampaian surat kepada instansi berwenang b. Jumlah yg diteruskan ke Internal KPK 27 109 197 221 535 949 811 2,849 6.29% c. Jumlah yang telah ditelaah namun 931 4,750 4,878 4,578 6,108 4,923 3,455 29,623 65.39% tidak disampaikan kepada instansi berwenang a.l. karena bukan TPK, TPK namun tidak dilengkapi bukti awal, alamat pengadu tidak tercantum (di dokumenkan) d. Jumlah yang disampaikan kembali 233 1,187 1,215 1,142 1,523 1,257 1.435 7.991 17.64% ke pelapor untuk dimintakan keterangan tambahan dan berkas- berkas yang masih dalam proses Reviu,

Perbaikan hasil reviu 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 5,761 44,797 98.89% e. “Laporan yang berindikasi TPK : 1,117 1,424 846 790 1,068 1,066 871 7,183 15.86% (Laporan Ditelaah – Laporan yg di dokumenkan)” III. Dari Laporan yang ditindaklanjuti ( II.a ) diteruskan ke : A. Kepolisian 205 320 153 158 147 8 1 992 22.89% Kejaksaan 463 480 234 227 236 4 1 1,645 37.96% BPKP 112 120 87 32 9 13 6 390 8.77% Itjen & LPND 153 218 78 40 45 29 20 583 13.45% BPK 33 49 50 81 73 50 26 362 8.35% MA 39 26 6 6 6 1 - 84 1.94% Bawasda 85 102 41 25 17 12 6 288 6.65%

1,090 1,315 649 569 533 117 60 4,334 9.57%

B. Diteruskan ke internal KPK (II.b) - ke Penindakan 21 52 144 157 350 621 609 1,954 68.59% - ke Pencegahan 5 47 42 50 82 146 109 491 17.23% - ke bidang lainnya - 4 7 11 36 31 22 111 3.90% - ke Pimpinan 1 6 4 3 67 151 61 293 10.28%

27 109 197 221 535 949 811 2,849 100.00%

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH %

PENGADUAN MASYARAKAT

Page 69: laporan_tahunan_kpk_2010

64

LAMPIRAN

JUMLAH SURATLAPORAN PENGADUAN

MASYARAKATS.D. 31 DESEMBER 2010

JUMLAH SURATLAPORAN PENGADUAN

MASYARAKATS.D. 31 DESEMBER 2010

1 NANGGROE ACEH DARUSALAM 56 147 202 127 99 119 95 845 1.87%2 SUMATERA UTARA 201 694 621 516 815 587 469 3,903 8.62%3 RIAU 86 234 195 209 277 234 112 1,347 2.97%4 KEPULAUAN RIAU 41 102 97 142 85 74 83 624 1.38%5 SUMATERA BARAT 34 133 100 113 178 127 128 813 1.79%6 SUMATERA SELATAN 140 413 389 259 323 316 207 2,047 4.52%7 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 10 35 32 46 54 32 30 239 0.53%8 JAMBI 59 139 115 139 216 158 105 931 2.06%9 BENGKULU 24 81 93 81 103 59 78 519 1.15%10 LAMPUNG 35 183 130 161 189 146 112 956 2.11%11 JAWA BARAT 139 485 626 581 718 496 357 3,402 7.51%12 BANTEN 45 126 145 125 149 105 63 758 1.67%13 KALIMANTAN SELATAN 50 148 133 145 137 120 86 819 1.81%14 KALIMANTAN TENGAH 21 108 112 91 131 102 70 635 1.40%15 KALIMANTAN BARAT 58 148 109 79 156 106 58 714 1.58%16 KALIMANTAN TIMUR 82 283 244 252 209 183 129 1,382 3.05%17 DKI JAKARTA 405 1,311 1,428 1,181 1,270 1,098 925 7,618 16.82%18 D.I. YOGYAKARTA 19 97 70 86 75 53 51 451 1.00%19 JAWA TENGAH 132 542 407 483 555 474 369 2,962 6.54%20 JAWA TIMUR 217 792 606 612 773 844 472 4,316 9.53%21 SULAWESI UTARA 39 93 64 89 124 103 57 569 1.26%22 SULAWESI SELATAN 71 243 209 202 288 160 179 1,352 2.98%23 SULAWESI TENGAH 26 62 81 71 63 42 49 394 0.87%24 SULAWESI TENGGARA 27 62 70 74 75 69 31 408 0.90%25 GORONTALO 10 25 27 45 41 50 41 239 0.53%26 PAPUA 50 114 80 74 100 92 75 585 1.29%27 BALI 27 99 81 76 107 71 72 533 1.18%28 NUSA TENGGARA BARAT 64 120 160 131 153 135 90 853 1.88%29 NUSA TENGGARA TIMUR 36 144 81 67 136 91 110 665 1.47%30 MALUKU UTARA 14 48 41 43 41 39 47 273 0.60%31 MALUKU 26 61 66 60 102 57 80 452 1.00%32 IRIAN JAYA BARAT 6 36 29 52 26 25 49 223 0.49%33 SULAWESI BARAT 18 32 21 47 54 34 44 250 0.55%LN Luar Negeri 13 21 47 17 4 8 5 115 0.25%- Tidak spesifik - - 28 34 873 837 1,337 3,109 6.86% Jumlah 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 6,265 45,301

1 Benturan kepentingan dalam pengadaan - - - - 105 123 100 328 2 Gratifikasi - - - - 63 35 48 146 3 Pemerasan - - - - 209 74 96 379 4 Penggelapan dalam jabatan - - - - 198 122 73 393 5 Penyuapan - - - - 232 124 196 552 6 Perbuatan curang - - - - 2,563 1,514 1,519 5,596 7 Perbuatan melawan hukum/menyalahgunakan - - - - 87 37 26 150 wewenang yang mengakibatkan kerugian Negara8 Tindak Pidana Lain yang terkait dengan TPK - - - - 410 184 135 729 9 Lainnya - - 5 10 belum diklasifikasikan - - - - 4,832 5,033 4,067 13,932

2,281 7,361 6,939 6,510 23,091

Total 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 6,265 45,637

NO PROVINSI 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH %

NO DELIK TPK 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

Page 70: laporan_tahunan_kpk_2010

65

LAMPIRAN

JUMLAH SURATLAPORAN PENGADUAN

MASYARAKATS.D. 31 DESEMBER 2010

JUMLAH SURATLAPORAN PENGADUAN

MASYARAKATS.D. 31 DESEMBER 2010

1 Belanja Pegawai - - - - 166 54 46 266 0.58%2 Pelayanan bidang keagamaan - - - - 15 6 1 22 0.05%3 Pelayanan bidang keimigrasian - - - - 11 10 2 23 0.05%4 Pelayanan bidang pendidikan - - - - 117 81 49 247 0.54%5 Pelayanan bidang perbankan - - - - 60 30 29 119 0.26%6 Pelayanan bidang perekonomian - - - - 83 56 65 204 0.45%7 Pelayanan bidang perpajakan - - - - 71 32 27 130 0.29%8 Pelayanan bidang pertanahan - - - - 121 62 32 215 0.47%9 Pelayanan bidang transportasi - - - - 33 24 11 68 0.15%10 Pengadaan barang / jasa - - - - 1,343 885 556 2,784 6.12%11 Pengelolaan aset negara - - - - 931 473 344 1,748 3.84%12 Permasalahan Kepegawaian - - - - 66 28 17 111 0.24%13 Proses pemeriksaan di sidang - - - - 132 61 40 233 0.51% pengadilan14 Proses penyelidikan, - - - - 195 171 112 478 1.05% penyidikan / penuntutan15 Lain-lain 2,281 7,361 6,939 6,510 5,355 5,273 4,880 38,599 84.79%

Total 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 6,211 45,522

1 Eksekutif 611 593 317 225 3,977 2,231 2,104 10,058 2 Legislatif 47 51 11 17 98 54 53 331 3 Yudikatif 41 163 105 89 469 237 274 1,378 4 BUMN/BUMD 28 160 74 38 404 293 184 1,181 5 Lainnya 1,554 6,394 6,432 6,141 3,751 146 117 24,535 Total 2,281 7,361 6,939 6,510 8,699 7,246 6,265 45,637

NO TPK DALAM BIDANG 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH %

NO SEKTOR TPK 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH

• Mendorong terlaksananya program pembentukan lembaga e-procurement yang dilaksanakan bekerja sama den-gan LKPP dengan melakukan kegiatan sosialisasi bersama di Lampung, Bang-ka Belitung, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari, dan Bali.

• Bekerja sama dengan Komisi Yudi-sial melakukan implementasi kegiatan kerja sama, antaralain implemen-tasi kerja sama dalam hal penguatan kelembagaan Komisi Yudisial, pemba-hasan pembentukan Pengadilan Tipikor yang akan dibentuk di beberapa kota provinsi, pembahasan implementasi An-ti-Corruption Clearing House di Komisi Yudisial, dan sinergi reviu rekam persi-dangan.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlindungan saksi dan korban, bekerja sama dengan LPSK melalui pe-nyelenggaraan seminar perlindungan saksi dan korban.

• Narasumber dalam acara Sosialisasi tentang Integritas Pelayanan dalam Rapat Kerja Evaluasi Hasil Kinerja Ta-hun 2009 dan Paparan RKAP tahun 2010 yang diadakan oleh PT PLN (per-sero) Distribusi Jawa Tengah dan DI. Yo-gyakarta.

IMPLEMENTASI KERJA SAMANASIONAL 2010

• Dalam rangka upaya peningkatan in-tegritas pegawai Bea Cukai, Direktorat Bea Cukai bekerja sama dengan KPK mengadakan pembekalan integritas di Bea Cukai Surabaya, Bali, Dumai, Tangerang, Lampung, Jakarta, Palem-bang, dan Pontianak.

• Melaksanakan diklat bersama tentang Fraud Control Plan bersama BPKP.

• Mendorong sosialisasi Know Your Cus-tomer/Anti Money Laundering bersama Bank Indonesia di Bandung, Mataram, Pekanbaru, Pontianak, Kendari.

• Mendorong sosialisasi Tindak Pidana Korupsi dalam Perbankan, yang dilak-sanakan bersama Bank Indonesia di Solo, Lombok, dan Purwokerto.

• Mendorong terciptanya pemilu kepala daerah (pemilukada) yang bersih, berk-erja sama dengan Bawaslu mengada-kan kegiatan Koordinasi Pengawasan, Penanganan Pelanggaran dan penyele-saian sengketa pemilukada tahun 2010 serta sosialisasi bersama kepada calon kepala daerah dan wakil kepala daerah di Jakarta, Banjarmasin, dan Batam.

• Melakukan kegiatan bersama dengan DPD RI tentang pembangunan zona in-tegritas.

• Bersama dengan PPATK melakukan kegiatan Domestic Coordination Work-shop.

• Bekerja sama dengan Mahkamah Agung dalam diseminasi evaluasi putu-san pengadilan dan penguatan IT MA.

• Melaksanakan diseminasi Program PPG di Kementerian Negara BUMN.

• Ikut berpartisipasi dalam penyusunan Stranas bersama dengan Bappenas.

• Melakukan kegiatan UNCAC dan men-jadi expert reviewer UNCAC.

• Bekerja sama dengan beberapa pemer-intahan daerah, antara lain Kota Band-ung, Kota Yogyakarta, Kota Bogor, Kota Banjarnegara, Kota Kupang, Kota Bali, dan Kota Mataram, untuk mengawal agenda pemberantasan korupsi dan mendorong implementasi good gover-nance di daerah.

• Bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat untuk turut mendorong per-cepatan pemberantasan tindak pidana korupsi, antara lain;

• Dengan FSP BUMN Bersatu mengada-kan seminar sosialisasi peningkatan kesadaran antikorupsi kepada para anggota FSP BUMN Bersatu.

PENGEMBANGAN JARINGAN DAN KERJA SAMA

Page 71: laporan_tahunan_kpk_2010

66

LAMPIRAN

• ICPO - Interpol Conference.• Working Group on UNCAC di Wina dan

Basel• Crime Prevention and Criminal Justice

(CPCJ)• Working Group UNCAC on Review Mech-

anism, Asset Recovery, and Technical Assistance

• International Anti-Corruption Confer-ence (IACC)

• Asean Mutual Legal Assistance Treaty (AMLAT)

IMPLEMENTASI KEGIATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL 2010

• Regional Consultation on Anti-Corrup-tion Mechanisms in Asia yang diseleng-garakan di Hong Kong pada 11-15 Jan-uari 2010. Acara tersebut membahas mengenai mekanisme pemberantasan korupsi yang ada dan upaya-upaya yang akan dilakukan ke depannya

• MoU Implementation between KPK and Ministry of Justice Netherlands, yang diselenggarakan pada 26 Januari 2010. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kerja sama antarlemba-ga penegak hukum dalam memberan-tas korupsi

• Menerima kunjungan Swedish Business Delegation Visit pada 1 Februari 2010.

• Menerima kunjungan Chaiman ACRC Korea, pada 2 Febrauari 2010

• Sharing knowledge MACC dengan tema Lawfull Interception Communication In-ternational Relations pada 4-5 Februari 2010

• Kunjungan kerja CPIB Singapura ke KPK pada 10 Februari 2010

• Kunjungan kerja UNODC ke KPK dalam rangka membahas pengambangan soft-ware KPK pada 15 Februari 2010

• Workshop ASEAN Legal Cooperation (13th ASEAN Senior Law Offials Meet-ing) pada 18 Februari 2010

• KPK menghadiri seminar internasional tentang “Comprehensive Strategies for Global Challenges: Crime prevention and crimminal justice system and their development in a changing world”, 17-19 Februari 2010, di Bandung

• IRI Rising Stars yang diselenggarakan di Dubai, UAE, pada 18-22 Februari 2010. Acara tersebut membahas mengenai penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bebas korupsi.

• Meeting on Strengthening Cooperation on Investigating and Prosecuting Cor-ruption and Financial Crimes in Asia, yang diselenggarakan pada 21-24 Feb-ruari 2010. Forum ini dipelopori oleh World Bank dan UNDP yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antar-lembaga penegak hokum, khususnya dalam memberantas korupsi dibidang keuangan

• APEC Anti-Corruption and Transparency Task Force (ACT-TF) yang diselenggara-kan di Hiroshima, Jepang, pada 27-28 Februari 2010. Acara tersebut merupak-an forum kerja sama dalam memerangi

Rights Commission (ACRC) - lembaga antikorupsi di Korea Selatan

• The Supreme National Association for Combating Corruption (SNACC) - lem-baga antikorupsi di Yaman.

• Ministry of Supervision (MOS) - Republik Rakyat Cina

• Economic and Financial Crimes Com-mission (EFCC) - Nigeria;

• Inspektorat General (IG) - Vietnam• Badan Mencegah Rasuah (BMR) - Bru-

nei Darussalam• Badan Pencegah Rasuah (BPR/SPRM) -

Malaysia;• Corrupt Practices Investigation Bureau

(CPIB) - Singapura• National Anti-Corruption Commission

(NACC) - Thailand• National Anti Corruption (NAC) - Kam-

boja• Ombudsman - Filipina• Government Inspektorat Office (GIO)

- lembaga yang menangani korupsi di Republik Islam Iran,

• United Nations of Drugs and Crime (UNODC)

• Federal Bureau of Investigation (FBI) - Amerika Serikat

• Australian Public Service Commission (APSC) atau Komisi Pengawasan PNS - Australia

• Australian Commission for Law Enforce-ment Integrity (ACLEI) atau Komisi Pen-gawasan Integritas dan Penegak Hukum di Australia

• Attorney General Department (AGD) atau Kejaksaan Agung Australia

• Department of Justice (DOJ) - Belanda• Department of Foreign Affairs (DoFA)

atau Departemen Luar Negeri Belanda• Department of Interior and Kingdom Re-

lations (DIKR) atau Departemen Dalam Negeri dan Hubungan Kerajaan Belan-da

• Serious Fraud Office (SFO) - Inggris• Government Inspection Authority (GIA) -

Laos

FORUM INTERNASIONALYANG AKTIF DIIKUTI KPK

• Conference of States Parties (CoSP) UN-CAC

• International Association of Anti Corrup-tion Authorities (IAACA)

• APEC Anti Corruption Task Force• OECD Working Group on Bribery in Inter-

nasional Business Transaction• ADB/OECD Anti Corruption Innitiative

Taskforce• Anti Corruption Authorities (ACA) Forum• ASEAN Multilateral Cooperation on Anti

Corruption atau South East Asia Parties Against Corruption (SEAPAC)

• ASEAN Senior Official Meeting on Trans-national Crimes (SOMTC); ICPO-Interpol

• G20 WG on Anti-Corruption• APG/FATF Forum• Organisasi Konferensi Islam (OKI); Anti-

Corruption and Enhancing National In-tegrity

• Anti Corruption (Hunter) Networks.

• Dengan GAKESLAB dalam melak-sanakan seminar peningkatan kesada-ran antikorupsi kepada para anggota GAKESLAB.

• Dengan Komunitas Jurnalis Muda Padang melakukan workshop jurnalistik dalam rangka pembekalan untuk men-gawal transparansi dana bantuan ben-cana di Padang.

• Dengan KAMMI Banjarmasin melak-sanakan seminar antikorupsi.

• Dengan Center for Intenational Forestry Reaseach (CIFOR) melaksanakan semi-nar Upaya Penegakan Hukum Terpadu dalam Memberantas Pembalakan Liar: Penggunaan Instrumen Antikorupsi dan Anti-Pencucian Uang di Sektor Kehuta-nan.

• Dengan ICW dalam pembentukan ko-munitas antikorupsi di beberapa daerah dan melakukan kajian efektivitas koor-dinasi dan supervisi KPK.

• Dengan Kemitraan melaksanakan implementasi hasil survei government index dalam rangka penguatan tata kelola pemerintahan daerah. Selain itu, bersama-sama dengan 29 universitas di daerah, KPK dan Kemitraan melaku-kan evaluasi rekam persidangan tipikor yang bertujuan untuk perbaikan kompe-tensi hakim, panitera, dan jaksa.

• Pengembangan kuliah kerja nyata tema-tik yang terkait dengan semangat an-tikorupsi bekerja sama dengan PUKAT UGM Yogyakarta.

• Dengan Jatam melaksanakan kegiatan diskusi publik terkait dengan korupsi dan kerusakan lingkungan.

• Kerja sama yang dilakukan bersama dengan lembaga pendidikan antara lain:

• Melakukan studi efektivitas dan transparansi website kementerian/lembaga yang menerima hibah, bekerja sama dengan Universitas Bina Nusan-tara.

• Melaksanakan kegiatan koordinasi dan evaluasi perekaman persidangan ber-sama Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Hassanudin Makasar, Uni-versitas Sriwijaya Palembang, Universi-tas Sahid Jakarta, dan Universitas Su-matera Utara Medan,

• Melaksanakan kegiatan Konferensi Na-sional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2010 dengan tema Pemberantasan Tin-dak Pidana Korupsi dengan Mekanisme Whisleblower System. Konferensi terse-but diselenggarakan pada 1 Desember 2010, dibuka oleh Presiden RI dan dihadiri oleh kurang lebih 25 menteri Kabinet Indonesia Bersatu II.

KERJA SAMA INTERNASIONALLEMBAGA-LEMBAGA INTERNASIONAL YANG TELAH MENJALIN MOUDENGAN KPK

• Korea Independent Commission Against Corruption (KICAC), yang kini berganti nama menjadi Anti-Corruption and Civil

Page 72: laporan_tahunan_kpk_2010

67

LAMPIRAN

• Courtessy call from The Senior Trade Development Advisor for Market Access and Compliance (MAC) of the Interna-tional Trade Administration at the US Dept of Commerce - Ms. Anita Ramasas-try and Ms. Lynn A. Costa pada 14 Juli 2010

• Courtesy call dengan ACRC Korea (delet-ed, termasuk onsite consultancy) pada 15 Juli 2010

• Pembahasan kerja sama melalui tele-conference dengan Komisioner NACC Thailand pada 16 Juli 2010

• Penyelenggaraan CCC Meeting dan On-Site Consultancy dengan ACRC Korea pada 15-16 Juli 2010

• Joint investigasi dengan ACB Brunei pada 20 Juli 2010

• Koordinasi dengan Set. NCB Interpol untuk persiapan ICPO-Interpol di Doha pada 22 Juli 2010

• Pembinaan jaringan dan rencana kerja sama dengan Royal Canadian Mounted Police (RCMP), Allan Bell, dan Leigh Ry-ant pada 2 Agustus 2010

• Coutessy call pimpinan KPK dengan Representative - White House mengenai persiapan G20 pada 6 Agustus 2010

• Penyelenggaraan annual meeting evalu-asi MoU dan sharing knowledge ses-sion (pencegahan) dengan Government Inspectorate Vietnam dalam rangka Implementasi MoU KPK-Vietnam pada 2-8 Agustus 2010

• Penyelenggaraan Preliminary Meeting - Persiapan Co. Chair dalam WG Anti-corruption G20 Seoul pada 10 Agustus 2010

• Pembinaan jaringan kerja sama dengan MCC Indonesia (MCC Compact Program) pada 11 Agustus 2010

• KPK bekerja sama dengan FBI terkait bantuan internasional pada 20 Agustus 2010

• Kunjungan kerja Mr. Rod Curtis-UNODC ke KPK untuk penjajakan kerja sama pada 24 Agustus 2010

• Discussion meeting dalam rangka im-plementasi MoU dengan Belanda pada 24 Agustus 2010

• Conference call dengan Working Group on Anti Corruption G-20 pada 27 Agus-tus 2010

• Diskusi Draft G20 Anti Corruption Action Plan pada 6 September 2010

• Working visit Komisioner Komisi Anti Korupsi Timor Leste pada 6 September 2010. Kunjungan ini dalam rangka pen-jajakan kerja sama di bidang pencega-han.

• Diskusi persiapan pelaksanaan UNCAC Review dan pelatihan oleh UNODC pada 17 September 2010

• 2nd conference call of the G20 Anti-cor-ruption Working Group pada 17 Septem-ber 2010

• KPK menerima kunjungan kerja The South African Special Investigating Unit Mr. Karam Singh (Special Investigating Unit) pada 20 September 2010

• Technical meeting - persiapan G20 WG on AC Meeting, 27-28 September 2010, pada 23 September 2010

• Penyelenggaraan G20 WG on AC Meet-ing pada 27-28 September 2010

• Courtessy call dengan Mr. Rajpal Singh - 1st Secretary Singapore Embassy pada 21 April 2010

• Joint Investigasi KPK- ACB Brunei Darus-salam pada 26-28 April 2010

• Penyelenggaraan Donor Evaluation an-tara Bappenas-KPK-Deplu pada 27 April 2010

• Partisipasi KPK dalam Seminar Gap-Analysis UNCAC (Kemenlu) pada 28 April 2010

• Implementasi kerja sama dengan KOI-CA/Koordinator perwakilan Pemerintah Korea terkait kegiatan Reformasi Bi-rokrasi pada 28 April 2010

• Pembinaan jaringan kerja sama dengan UNODC terkait implementasi MoU pada 29 April 2010

• Pembinaan jaringan kerja sama dengan Kedutaan Belanda pada 29 April 2010

• Koordinasi dan pembahasan TOR men-genai penyelenggaraan seminar inter-nasional pada 30 April 2010

• Kerja sama bantuan internasional KPK- FBI pada 3 Mei 2010

• Kerja sama bantuan internasional KPK ke ICAC Hong Kong pada 4 Mei 2010

• Diklat Fraud Control Plan (FCP) pada 5-7 Mei 2010

• Coordination meeting dengan UNODC mengenai The Governing Board of EU Project pada 24 Mei 2010

• Penyelenggaran seminar mengenai OECD Anti Bribery Convention pada 25-27 Mei 2010

• Pembahasan kerja sama dengan AUS-AID terkait perencanaan dan implemen-tasi pada 2 Juni 2010

• Rapat persiapan EU Project (rapat pen-dahuluan sebelum pertemuan dengan unodc terkait penguatan supervisi dan koordinasi peran lembaga KPK) pada 3 Juni 2010

• Pertemuan dengan UNODC terkait Pen-guatan Supervisi dan Koordinasi Peran Lembaga KPK pada 7 Juni 2010

• Pembahasan rencana dan evaluasi implementasi MoU dengan Australian Public Service Commissioner (Professor Sedgwick) pada 08 Juni 2010

• Penyelenggaran Expert Discussion ber-sama DG Dutch Ministry, Mr. HWM Dick Schoof pada 14 Juni 2010

• Courtessy call dengan Bank Negara Malaysia dan Malaysia Anti-Corruption Commission

o PPATK pada 16 Mei 2010• Koordinasi dengan Dir. V Mabes Polri

dalam rangka pembinaan jaringan kerja sama pada 16 Mei 2010

• Bantuan internasional kepada MACC Malaysia pada 16 Juni 2010

• KPK berpartisipasi dalam kegiatan Rus-sian National Day pada 16 Juni 2010

• Video conference dengan mengikutser-takan beberapa negara di regional Asia Timur pada 18 Juni 2010

• KPK berpartisipasi dalam pertemuan pembahasan kuesioner World Bank (KPK sebagai responden) pada 25 Juni 2010

• KPK didaulat sebagai pembicara pada Forum The Asia Crisis & Security Group Member Meeting pada 6 Juli 2010

korupsi guna menciptakan pemerintah-an yang bersih dan menjaga stabilitas pertumbuhan dan pembangunan eko-nomi di kawasan Asia Pasifik.

• OECD Working Group on Bribery, yang diselenggarakan di Paris, Perancis, pada 16-19 Maret 2010 dan 14-18 Juni 2010. Forum ini diselenggarakan se-banyak 4 kali dalam setahun dan mem-bahas mengenai penyuapan dalam transaksi bisnis dan membuat laporan perkembangan mengenai pemberan-tasan korupsi di sektor ini.

• Workshop on Accountability and Effec-tiveness of Anti-Corruption Authorities (ACAs), yang diselenggarakan di Wash-ington DC, AS, pada 24-26 Maret 2010. Forum ini diselenggarakan oleh World Bank dengan mengundang lembaga an-tikorupsi di berbagai negara.

• World Movement Democratic Visit, yang diselenggarakan pada 14 April 2010 di kantor KPK.

• KPK diundang sebagai pembicara pada acara CIFOR Meeting yang dilaksanakan di Hotel Salak pada 26 April 2010

• United Nation Congress on Crime Pre-vention and Criminal Justice, yang dise-lenggarakan di Vienna, Austria, pada 17-21 Mei 2010. Dalam kongres terse-but dibahas mengenaisistem peradilan pidana sebagai pilar utama dalam arsi-tektur hukum dan peran penting system peradilan pidana dalam pembangunan. Selain itu, dibahas juga mengenai per-lunya pendekatan holistik untuk mere-formasi sistem peradilan pidana untuk memperkuat sistem peradilan dalam menangani kejahatan

• KPK menyelengarakan workshop “Mod-ern investigation using UC and Surveil-lance Techniques” pada 25 Mei 2010

• KPK menerima kunjungan kerja dele-gasi OECD yang diterima langsung oleh Pimpinan KPK, Moch. Jasin, di Ruang Pleno Lantai tiga Gedung KPK pada 25-27 Mei 2010

• Penandatanganan MoU antara KPK dan SFO Inggris pada 7 Juni 2010 di London.

• Global Forum on Stolen Asset Recovery and Development, yang diselenggara-kan di Paris, Perancis, pada 8-9 Juni 2010. Forum ini membahas pengiden-tifikasian tindakan yang akan dilakukan dalam memerangi negara-negara safe heavens, mempercepat pengembalian aset, memperkuat pemerintahan dan sistem keuangan.

• SEA-PAC Secretariat Meeting, yang dis-elenggarakan di Hanoi, Vietnam, pada 22-23 Juni 2010. Forum ini merupakan pertemuan antarlembaga penegak hukum di ASEAN dalam rangka menin-gkatkan pemberantasan korupsi dan membentuk Head of Agency Meeting.

• KPK mengirimkan pegawainya ke MACC dalam rangka Secondment Program pada 28 Juni 2010-7 Juli 2010

• Koordinasi dengan Kemenkumham dalam pembahasan SOP MLA pada 19 April 2010

• Pembahasan draf MLA dengan pihak Jepang (II) pada 19 April 2010

Page 73: laporan_tahunan_kpk_2010

68

LAMPIRAN

• Teleconference KPK dan Kemenlu ter-kait G20 Working Group on Anti-Corrup-tion pada 9 Desember 2010

• KPK berpartisipasi dalam Interim Open Ended Inter Governmental Working Group on The Prevention of Corruption di Wina pada 13-15 Desember 2010

• KPK menghadiri Inter Governmental Working Group on Asset Recovery di Wina pada 16-17 Desember 2010

• KPK berpartisipasi dalam WGB OECD di Paris pada 14-17 Desember 2010

• High Official Bilateral Meeting di Viet-nam antara KPK dan GI Vietnam pada 18-23 Desember 2010. Pertemuan ini sebagai tindak lanjut dari hasil perte-muan bilateral di Bali, 2-8 Agustus 2010

tindak lanjut dari pertemuan sebelum-nya dengan pimpinan KPK

• Teleconference dengan OECD mengenai Konferensi Internasional di Bali 2011 pada 19 November 2010

• Working visit Kepala FBI Los Angeles State ke KPK pada 12 November 2010

• Reviu dan perbaikan RKA-KL 2011 dengan Renkeu pada 23 November 2010

• Rapat Koordinasi Konferensi Internasional pada 24 November 2010

• Kunjungan kerja Komisioner ACRC Ko-rea pada 30 November 2010

• Meeting dengan TI Malaysia 5-6 Desem-ber 2010

• Rapat kerja dengan MACC Malaysia dalam rangka Hari Antikorupsi pada 10 Desember 2010

• Meeting with attorney from the Office of International Affairs, U.S. Department of Justice pada 6 Oktober 2010, dalam rangka penjajakan kerja sama antar-lembaga

• Working visit Kepala FBI Los Angeles State ke KPK pada 12 Oktober 2010

• Work plan UNCAC Implementation Re-view pada 19 Oktober 2010

• Koordinasi meeting mengenai MoU KPK pada 28 Oktober 2010

• Kunjungan Dubes AS, Scot Marciel, ke KPK pada 28 Oktober 2010 dalam rangka pemberian dukungan kepada KPK dalam pemberantasan korupsi di Indonesia

• Kunjungan kerja Kedubes AS ke KPK pada 16 November 2010 dalam rangka

DATA BARANGSITAAN DANRAMPASAN

YANG DIKELOLAOLEH KPK YANG

DALAM TAHAPPROSES

PELELANGAN

1 Kapal tug boat dan 2 unit mesin kapal SET 1 Rp35,805,000 Kep-420/50/11/2010 Yamaha V6 150 PK - Muhammad Harun Let Let2 Satu hamparan tanah seluas 170.000 M Harun Let Let SET 1 Rp850,000,000 3 Satu hamparan tanah seluas 147200 M Harun Let Let SET 1 Rp736,000,000 4 Tanah & bangunan - Perumahan Legenda Wisata SET 1 Rp362,541,000 Kep-420/50/11/2010 PT Misaya Properindo5 Kendaraan bus bermotor roda enam merek UNIT 1 Rp262,500,000 KEP-444/50/11/2010 Hino RG 1 JSK Sylvira Ananda6 Kendaraan bus bermotor roda enam UNIT 1 Rp375,000,000 KEP-444/50/11/2010 merek Mercedez Benz OH 15187 Kendaraan bus bermotor roda enam UNIT 1 Rp375,000,000 KEP-444/50/11/2010 merek Mercedez Benz OH 1518 Sylvira Ananda 8 Kendaraan bus bermotor roda enam merek UNIT 1 Rp375,000,000 KEP-444/50/11/2010 Mercedez Benz OH 1518 Sylvira Ananda9 Kendaraan bus bermotor roda enam merek UNIT 1 Rp375,000,000 KEP-444/50/11/2010 Mercedez Benz OH 1518 Sylvira Ananda10 Kendaraan bermotor roda empat Mitsubishi UNIT 1 Rp51,063,000 KEP-444/50/11/2010 Chassis Truck FE 30411 Satu bidang tanah dan bangunan SET 1 Rp1,377,402,000 Jl. Aria Barat, No.9, Aria Graha, Cipamokolan, Bandung, Jawa Barat 12 Satu bidang tanah dan bangunan SET 1 Rp1,690,290,000 Muarasanding, Garut Kota, Jawa Barat13 Dua bidang tanah dalam satu hamparan dengan SET 1 Rp2,058,137,000 bangunan villa - Mekargalih, Tarogong Kidul,

JUMLAHNO URAIAN SATUAN BARANG HARGA LIMIT KETERANGAN

PENGADAAN, BARANG SITAAN, DAN RAMPASAN

1 Sekjen 308 29,030,593,779 26,872,439,977 2,158,153,802 7.432 Deputi INDA 130 47,099,204,798 40,870,382,763 6,228,822,035 13.223 Deputi Pencegahan 98 10,396,795,980 9,310,010,957 1,086,785,023 10.454 Deputi PIPM 31 781,613,643 728,272,334 53,341,309 6.825 Deputi Penindakan 4 110,550,000 103,494,000 7,056,000 6.38 TOTAL 571 87,418,758,200 77,884,600,031 9,534,158,169 10.91

Jumlah Harga Hasil PengadaanNO Unit Kerja Paket Perkiraan (HPS) (Nilai Kontrak) Penghematan (%)

DATA REALISASIPENGADAAN SAMPAI DENGAN 31 DESEM-

BER 2010

Page 74: laporan_tahunan_kpk_2010

69

LAMPIRAN

DATA BARANGSITAAN DANRAMPASAN

YANG DIKELOLAOLEH KPK YANG

DALAM TAHAPPROSES

PELELANGAN

Garut, Jawa Barat14 Satu unit kendaraan bermotor Isuzu Panther Unit 1 Rp124,846,000 nopol D 1818 NH 15 Satu unit kendaraan bermotor Toyota Camry Unit 1 Rp229,950,000 nopol B 1840 Ql 17 Satu unit Longway Printing Machine 2 Colour UNIT 1 Rp101,200,000 3” X 7” merek Hong Shan18 17 unit dies kotak suara Type Knock Down th.2004 SET 1 Rp2,100,000 19 Satu unit Roller Die Cut Type Lighting Sensor th.1997 UNIT 1 Rp10,650,000 20 Dua unit Wax Machine Type Duty Roll SET 1 Rp37,700,000 Laminating th.199021 Satu UNIT Press Machine Type 4 silinder/ UNIT 1 Rp98,500,000 mould press th.199222 Satu unit Netbool merk Fujitsu type P 1510 UNIT 1 Rp2,695,000 Kep-420/50/11/2010 tahun pembuatan 2006 23 Satu unit ponsel tipe Nokia 3100 tahun pembuatan 2004 UNIT 1 Rp95,400 Kep-420/50/11/201024 Satu unit ponsel tipe Nokia E 90 tahun pembuatan 2007 UNIT 1 Rp2,249,000 Kep-420/50/11/201025 Satu unit ponsel tipe Nokia 8800 tahun pembuatan 2005 UNIT 1 Rp1,147,000 Kep-420/50/11/201026 Satu unit ponsel tipe Nokia 2626 tahun pembuatan 2006 UNIT 1 Rp116,000 Kep-420/50/11/201027 Satu unit kendaraan bermotor roda empat UNIT 1 Rp103,440,000 Kep-420/50/11/2010 Nissan Terrano Spirit S1, warna hijau metalik, nopol B 2618 MQ, tahun pembuatan 2003 28 Satu unit kendaraan bermotor roda empat UNIT 1 Rp90,031,000 Kep-420/50/11/2010 Honda CRV S102WD AT, warna hitam Nopol B 1599 BM, tahun pembuatan 200129 Satu unit kendaraan bermotor roda empat UNIT 1 Rp94,545,000 Kep-420/50/11/2010 Nissan Terrano Spirit S1, warna hijau metalik nopol B 2606 MQ, tahun pembuatan 200330 Satu Unit ponse tipe Nokia 2626 tahun pembuatan 2006 UNIT 1 Rp116,000 Kep-420/50/11/201031 Sebidang tanah seluas 14,987 m2 yang terletak SET 1 Rp13,074,226,000 KEP-444/50/11/2010 di Jalan Raya Bangkinang, Kel. Sidomulyo Barat, Kec. Tampan, Kota Pekan Baru, Riau32 Tanah dan bangunan serta sarana pelengkap lainnya SET 1 Rp2,114,637,000 KEP-333/50/08/2010 di atas tanah di Jalan Peta 10/181, Tanjung Batu Wanea Manado, Sulawesi Utara. Luas tanah 2.100 m2

33 Tanah kosong berupa kebun di atasnya terletak SET 1 Rp396,500,000 KEP-333/50/08/2010 di Jalan Raya Manado – Bitung, Desa Watu Dambu/ Tontalete, Kec. Airmadidi, Kab. Minahasa, Sulut. Luas tanah 61.000 m2

34 Tanah kosong berupa kebun di atasnya terletak SET 1 Rp291,455,000 KEP-333/50/08/2010 di Desa Kinilow, Kec Tomohon I, Kotamadya Tomohon, Sulut. Luas tanah 90.750 m2

35 Tanah dan bangunan di atasnya serta sarana SET 1 Rp11,028,171,000 KEP-333/50/08/2010 pelengkap lainnya berupa resort terletak di Kel Kakasken I dan Kinilow I, Kec Tomohon Utara, Kotamadya Tomohon, Sulut. Luas tanah 57.196 m2

36 Tanah dan bangunan di atasnya serta sarana SET 1 Rp16,807,273,000 KEP-333/50/08/2010 pelengkap bangunan lainnya berupa rumah tinggal terletak di Perumahan Kejaksaan Agung RI, Jalan Adiyaksa VI Kav 8, 10, 12 dan 14 RT.003/05, Kel Lebak Bulus, Kec Cilandak, Kotamadya Jaksel 37 Satu unit apartemen dengan luas 88 m2 terletak SET 1 Rp572,346,000 KEP-333/50/08/2010 di Apartemen Taman Anggrek, Block Cattelya, room 43.1, Jl S.Parman, Kav 21, Kel. Tanjung Duren ,Jakbar TOTAL 54,107,726,400

JUMLAHNO URAIAN SATUAN BARANG HARGA LIMIT KETERANGAN

Page 75: laporan_tahunan_kpk_2010

70

LAMPIRAN

OBJEK PENILAIAN

1 (satu) bidang tanah beserta bangu-

nannya a.n Hari Purnomo sesuai Tan-

da Bukti Hak Guna Bangunan No.510

seluas 170 M2 sesuai Akte Jual Beli

Tanggal 10 April 2007, yang berlokasi

di Tambak Harjo Taman 1 No.5 Kec.

Semarang Barat, Semarang, Jawa Tengah

1 (satu) paket Peralatan Kantor

berupa: 4 unit komputer, 5 monitor, 2

printer, 1 PABX, 1 mesin fax, 4 AC, 2

exhaust fan, 2 dispenser, 26 kursi, 13

meja, 5 lemari dan 2 whiteboard.

1 (satu) unit lukisan “Ikan Koi”

1 (satu) unit lukisan “Lion Fish”

1 (satu) bidang tanah, AJB No.192/206

tgl 20 November 2006 seluas 97 M2

dengan bangunan ruko di atasnya, di

Ruko Intan Bisnis Center, Pakuwon,

Garut Kota, Garut, Jawa Barat.

1 (Satu) Unit Kobelco Hydraulic Exca-

vator. Tahun 2002 Type SK 200 DA-VI

Super version yang berada di Tual-

Maluku.

1 (Satu) Unit Komatsu Bulldozer, Ta-

hun 2002, Type D70LE-8 yang berada

di Tual-Maluku.

Satu Bidang Tanah dan Bangunan Jl.

Sindang I, Kelurahan Jati, Pulo Ga-

dung, Jakarta Timur

TOTAL PNBP DARI HASIL PELELANGAN

BARANG RAMPASAN

JUMLAHBARANG

1 unit

1 Paket

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 unit

1 Paket

HARGA LIMIT

Rp328,500,000

Rp8,442,000

Rp2,457,000

Rp4,255,000

Rp359,786,000

Rp236,274,500

Rp422,539,700

Rp1,431,208,500

Rp2,793,462,700

HARGA TERJUAL

Rp329,000,000

Rp8,500,000

Rp2,457,000

Rp4,255,000

Rp610,000,000

Rp241,000,000

Rp426,000,000

Rp1,432,000,000

Rp3,053,212,000

TGL LELANG

Feb 11, 2010

April 29, 2010

April 29, 2010

April 29, 2010

Mei 4, 2010

Mei 26, 2010

Mei 26, 2010

Des 17, 2010

NILAI YANG MASUK KE KAS NEGARA

Rp309,260,000

Rp8,415,000

Rp2,432,430

Rp4,212,450

Rp573,400,000

Rp238,590,000

Rp421,740,000

Sedang proses

administrasi lelang

Rp1,558,049,880

NO

1

2

3

4

5

6

7

8

BARANG RAMPASAN YANG

SUDAH TERJUAL MELALUIPROSES

PELELANGAN UNTUK TAHUN 2010

Page 76: laporan_tahunan_kpk_2010

71

LAMPIRAN

PENYELAMATANPOTENSI KERUGIAN NEGARA

AKIBAT PENGALIHAN HAK BMN YANG DAPAT

DICEGAH

1 Kementerian Hukum & HAM 70,897,700,000 0 70,897,700,000

2 Kementerian Agama 14,631,880,000 67,254,838,360 81,886,718,360

3 Kementerian Sekretariat Negara 104,818,331,000 0 104,818,331,000

4 Kementerian PU 10,455,648,000 0 10,455,648,000

5 Perum Bulog 11,380,962,000 14,193,198,000 25,574,160,000

6 PT Kereta Api 6,479,187,000 0 6,479,187,000

7 BKKBN 7,140,549,000 0 7,140,549,000

8 Kementerian Luar Negeri 41,175,416,000 0 41,175,416,000

9 Kementerian Kesehatan 25,119,851,000 96,243,044,339 121,362,895,339

10 Kementerian Keuangan (DJP) 1,652,615,583,000 0 1,652,615,583,000

11 Perum Pegadaian 16,176,211,000 3,240,041,291 19,416,252,291

12 Asuransi Jiwasraya 9,013,120,000 2,394,777,352 11,407,897,352

13 Kementerian Diknas (Unibraw) 43,834,461,000 1,650,886,000 45,485,347,000

14 Kementerian Diknas (ITS)) 0 1,193,900,000 1,193,900,000

15 Kementerian Diknas (Udayana) 0 12,269,662,214 12,269,662,214

16 Kementerian Diknas (Unila) 0 1,486,733,000 1,486,733,000

17 Kementerian Diknas ( Universitas Palangkaraya) 0 6,746,987,700 6,746,987,700

18 Kementerian Diknas (Universitas Surabaya) 0 21,297,062,500 21,297,062,500

19 Kementerian Diknas (Unair) 0 17,044,233,500 17,044,233,500

20 Kementerian Diknas (USU) 0 92,512,400,000 92,512,400,000

21 Fasum & Fasos Pemko Surabaya 0 36,654,150,000 36,654,150,000

22 Kementerian ESDM 0 15,110,000,000 15,110,000,000

23 PT PLN 0 136,974,108,000 136,974,108,000

JUMLAH 2,013,738,899,000 526,266,022,256 2,540,004,921,256

TAHUN 2009 1 jan 2010 s.d. No. DEPERTEMEN/LEMBAGA (LAP TAHUNAN) Desember 2010 JUMLAH

Page 77: laporan_tahunan_kpk_2010

72

LAMPIRAN

PENELITIAN1 Survei Integritas Sektor Publik 2010 (SI 2010)

2 Penilaian Inisiatif Anti Korupsi 2010

3 Survei Persepsi Masyarakat 2010

4 Studi Inovasi dalam Sistem Pendidikan: Potret Praktik Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan (Seri Model Tata Kelola Pemerintahan yang Baik)

5 Survei Kepuasan Pegawai KPK Tahun 2010

Survei Integritas Sektor Publik 2010 (SI 2010) telah selesai dilaksanakan dan hasilnya telah dipublikasikan pada 2 November 2010. Survei ini bertujuan untuk mengukur tingkat integ-ritas pada layanan publik yang menjadi target penelitian. SI 2010 diikuti oleh 23 instansi pusat (45 layanan), 6 instansi vertikal (masing-masing 11 layanan pada 22 kota), dan 22 pemerintah kota (masing-masing 3 layanan). Pengumpulan data lapangan dilakukan pada April-Agustus 2010, dengan menggunakan metode wawancara tatap muka langsung den-gan bantuan kuesioner pada responden yang merupakan pengguna langsung layanan pada 1 tahun terakhir. Dengan indeks standar integritas minimal 6,00 seperti yang ditetapkan KPK, Indeks Integritas Nasional yang diperoleh untuk 2010 adalah 5,42. Apabila dirinci, secara nasional, Indeks Integritas Instansi Pusat adalah 6,16; Indeks Integritas Instansi Vertikal adalah 5,26; dan Indeks Integritas Pemerintah Kota 5,07. Hasil survei integritas ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi yang memberikan layanan publik untuk melakukan upaya antikorupsi yang efektif di unit layanannya.

Program Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) bertujuan untuk memberikan gambaran kes-eluruhan tentang inisiatif dan komitmen dari tiap instansi terhadap upaya pemberantasan korupsi dan mendorong instansi agar bertanggung jawab terhadap keberhasilan upaya pencegahan korupsi di instansinya. PIAK merupakan instrumen yang digunakan untuk me-nilai dan memberikan penghargaan bagi unit utama yang telah mengembangkan inisiatif-inisiatif dalam meningkatkan integritas serta budaya antikorupsi di unit utamanya. Pada 2010, pelaksanaan PIAK yang tidak hanya terfokus pada instansi di pusat, namun juga diikuti oleh pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan kabupaten, diikuti oleh 18 kemen-terian/lembaga dan 8 pemerintah daerah. Ke-18 kementerian/lembaga tersebut diwakili oleh 80 unit utama. Sedangkan pemerintah daerah diwakili oleh 38 SKPD dari 2 pemerin-tah provinsi, 2 pemerintah kabupaten, dan 4 pemerintah kota.

Survei Persepsi Masyarakat (SPM) terhadap korupsi dan KPK merupakan kegiatan dalam rangka mendapatkan gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap korupsi, lembaga KPK, serta kinerja KPK. SPM 2010 dilakukan di 13 kota dan kabupaten di lima wilayah, yaitu Sumatera Utara, Jabodetabek, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Maluku (yang dipilih berdasarkan kriteria kepadatan penduduk, jumlah penduduk, dan luas area), dengan jumlah responden 2.525 orang yang sesuai dengan kriteria responden yang ditentukan. Tujuan pelaksanaan SPM adalah untuk mendapatkan gambaran perkemban-gan pemahaman masyarakat mengenai korupsi dan mengetahui perkembangan persepsi masyarakat mengenai KPK. Hasil survei ini dapat dimanfaatkan oleh KPK sebagai bahan masukan dalam menyusun strategi pemberantasan korupsi yang efektif. Pemahaman men-genai kesadaran, pengetahuan, sikap dan pengetahuan masyarakat mengenai korupsi dan KPK dapat dijadikan landasan bagi pengembangan strategi tersebut.

Dalam rangka pencegahan tindak pidana korupsi, KPK selalu mendorong upaya-upaya pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di berbagai bidang/sektor, terutama bidang layanan publik. Pada 2009, KPK melakukan studi terhadap pelak-sanaan tata kelola pemerintahan di bidang pendidikan. Kegiatan ini kemudian berlanjut pada 2010 dalam bentuk pengembangan buku dan CD interaktif/mutimedia terkait ino-vasi pada sistem pendidikan di sekolah kejuruan. Studi difokuskan kepada pelaksanaan tata kelola layanan pendidikan kejuruan, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan mengambil contoh tata kelola yang baik pada SMKN 4 Kota Malang dengan program keju-ruan grafika, SMKN 8 Kota Makassar dengan program kejuruan perhotelan dan restoran, dan SMKN 2 Kabupaten Subang dengan program kejuruan pertanian. Output studi dalam bentuk buku dan CD interaktif ini selanjutnya akan disebarluaskan ke pemerintah daerah dan sekolah-sekolah kejuruan dengan tujuan memberikan inspirasi dan semangat kepada pemerintah daerah dan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan yang inova-tif dan bertata kelola yang baik.

Survei Kepuasan Pegawai KPK Tahun 2010 (SKP-2010) merupakan usaha dari institusi yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pandangan dan harapan pegawai KPK terhadap institusinya. Survei sejenis pernah dilakukan oleh KPK pada 2008. Pengu-muman pengisian kuesioner survei dilakukan melalui email oleh pimpinan KPK. Kuesioner ditayangkan dan diisi langsung oleh pegawai KPK di dalam portal KPK selama satu bulan, mulai 29 Maret hingga 30 April 2010. Setiap responden harus mengisi semua pertanyaan yang diajukan. Survei ini menguji delapan aspek, yaitu tujuan dan efektivitas organisasi, sistem reward and punishment, struktur dan kelembagaan, pengarahan dan pengawasan atasan, hubungan antarpegawai, kepuasan intrinsik, partisipasi dan kerja sama, serta iklim organisasi. Kuesioner yang sudah terisi ditabulasi dan dianalisis lebih lanjut kemudian dil-aporkan secara tertulis kepada pimpinan dan para pejabat struktural KPK

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Page 78: laporan_tahunan_kpk_2010

73

LAMPIRAN

KEGIATANPENGEMBANGAN

ATAS HASILPENELITIAN

KPK TAHUN 2010

No Nama kegiatan1 Observasi Layanan Pemasyarakatan pada Kementerian Hukum dan HAM

2 Observasi Layanan Publik pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika

3 Observasi Layanan Publik pada Kementerian Perindustrian

4 Observasi Layanan Keimigrasian pada Kementerian Hukum dan HAM

5 Observasi Layanan Cukai pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan

Sebagai tindak lanjut atas kegiatan observasi yang telah dilakukan KPK terhadap Dirjen Pemasyarakatan pada 2009, KPK tahun ini telah menerima action plan dari Dirjen Pema-syarakatan. Sebagai respons positif, Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta juga turut memberikan action plan atas hasil observasi KPK. Terkait tanggapan dan action plan yang disampaikan, KPK bersama Ditjen Pemasyarakatan dan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta telah beberapa kali melaksanakan pertemuan untuk membahas tindak lanjut dari action plan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemantauan secara berkala atas action plan dengan mengunjungi beberapa unit pelayanan teknis, yaitu LP Klas IA Cipinang,LP Klas 2A Salemba, LP Khusus Klas IIA Narkotika Jakarta, Rutan klas I Cipinang, Rutan Klas IIA Jakarta Timur, Rutan Klas 1A Jakarta Pusat.

Observasi pada Ditjen Postel Kemkominfo dilakukan sebagai tindak lanjut atas perolehan skor integritas yang rendah dari layanan publik bidang telekomunikasi. Observasi dilaku-kan dengan memfokuskan pada proses layanan izin penyelenggaraan jasa telekomunikasi, sertifikasi radio elektronika dan operator radio, izin stasiun radio, serta sertifikasi alat dan perangkat telekomunikasi. Hasil observasi menghasilkan tujuh temuan, dengan rincian 1 temuan terkait regulasi, 2 temuan terkait kelembagaan, dan 4 temuan terkait tata laksana. Laporan hasil observasi telah dipaparkan pimpinan KPK kepada jajaran Ditjen Postel pada 17 September 2010. Menindaklanjuti saran perbaikan KPK tersebut, Ditjen Postel telah menyampaikan action plan pada 13 Oktober 2010.

Observasi layanan publik pada Kementerian Perindustrian dilakukan KPK dalam rangka me-nindaklanjuti hasil Survei Integritas 2009 yang menghasilkan skor integritas di Kementerian Perindustrian berada di posisi 5 terbawah. Observasi dilakukan pada kantor-kantor layanan publik di lingkungan Kementerian Perindustrian, untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi layanan yang sesungguhnya, menemukan permasalahan yang terjadi dalam proses pelayanan, sekaligus memberikan saran untuk perbaikan di masa mendatang. Layanan yang diobservasi adalah Jasa Pelayanan Teknis (JPT) dan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI. Kedua jenis layanan tersebut termasuk dalam layanan yang menjadi ob-jek Survei Integritas 2009. Observasi dilakukan di enam tempat, yaitu Balai Besar Industri Agro (BBIA), Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK), Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP), Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), Pusat Standardisasi (Pustan), dan Ba-lai Riset dan Standardisasi (Baristand) Pontianak pada Mei 2010. Kegiatan observasi ini menghasilkan beberapa temuan dan menyampaikan saran perbaikan meliputi perbaikan sistem administrasi, peningkatan pemahaman terhadap definisi gratifikasi, peningkatan transparansi dan akuntabilitas, penggunaan sistem IT, penyesuaian tarif, penertiban ang-garan, keadilan dalam pelayanan, kejelasan prosedur, serta penerapan sistem pelayanan satu pintu yang konsisten.

Pada Februari 2010-Agustus 2010, KPK melakukan observasi layanan keimigrasian. Ob-servasi layanan keimigrasian ini adalah sebuah kegiatan untuk menindaklanjuti hasil skor Survei Integritas tahun 2009 atas layanan keimigrasian yang masih rendah. Observasi ter-hadap layanan keimigrasian bertujuan untuk: (a). Mengetahui alur proses layanan keimi-grasian, yaitu proses permohonan paspor; (b) Mengetahui alur proses pemeriksaan keimi-grasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi; (c) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam proses layanan keimigrasian yang menyebabkan rendahnya kualitas layanan; (d) Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam proses pemeriksaan keluar/masuk wilayah Indonesia di TPI; (e) Memberi saran perbaikan sehingga kualitas layanan keimigra-sian meningkat dan berdampak pada peningkatan skor integritas. Berdasarkan observasi terhadap layanan keimigrasian diperoleh temuan-temuan yang mencakup temuan di aspek kelembagaan, aspek tata laksana, aspek teknologi informasi, dan hasil observasi lainnya. Dari hasil observasi tersebut, KPK merekomendasikan sejumlah perbaikan dan meminta action plan atas temuan yang telah disampaikan kepada Plt. Dirjen Imigrasi pada November 2010. Action plan atas temuan dalam observasi layanan Imigrasi telah disampaikan oleh Ditjen Imigrasi dan diterima KPK pada November 2010.

Sebagai tindak lanjut hasil Survei Integritas dan Kajian Sistem Administrasi Impor sebelum-nya, pada 2010 KPK melakukan observasi pada layanan cukai di tiga kantor penerima cukai terbesar di wilayah Kudus, Kediri, dan Malang. Observasi ini bertujuan untuk menganalisis titik potensi korupsi dan untuk memberikan saran perbaikan terkait layanan cukai. Laporan observasi layanan cukai diselesaikan pada pertengahan Desember 2010.

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

Page 79: laporan_tahunan_kpk_2010

74

LAMPIRAN

KEGIATANPENGEMBANGAN LAIN-

LAIN KPK 2010

KEGIATANPENGKAJIAN SISTEM

KPK 2010

1 Implementasi Reviu-United Nation Convention Against Corruption (UNCAC)

2 Pengembangan Perpustakaan KPK

1 Kajian Sistem Penyelenggaraan Ibadah Haji pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh Kementerian Agama

2 Kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan pada Direktorat Jen-

deral Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan RI

Dalam implementasi reviu UNCAC, KPK berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan: (1) Mengi-kuti pertemuan Implementation Review Group (IRG) UNCAC yang diselenggarakan di Wina, Austria pada tanggal 28 Juni-2 Juli 2010. Tujuan utama pertemuan ini adalah: (a) Melaku-kan finalisasi 2 (dua) dokumen yang akan digunakan dalam mekanisme reviu UNCAC, yaitu Guidelines for Governmental Expert dan Blueprint for Country Review Report, (b) Drawing of Lots (pengundian) untuk menentukan 35 countries under review dan 70 reviewing coun-tries; (2) Melakukan kegiatan rapat pembahasan Self Assessment Checklist UNCAC terha-dap isi Bab III yang berisi tentang Kriminalisasi dan Penegakan Hukum; dan Bab IV UNCAC yang berisi tentang Kerjasama Internasional.

Perpustakaan KPK merupakan perpustakaan khusus yang berperan mendukung KPK dalam melaksanakan visi, misi, dan tugasnya untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi. Perpustakaan KPK mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data dan in-formasi mengenai korupsi dan subjek terkait untuk memenuhi kebutuhan literatur Pegawai KPK dalam melakukan pekerjaan sehari-hari, terutama berkaitan dengan pengkajian dan penelitian. Perpustakaan KPK tidak hanya diperuntukkan bagi pegawai KPK, namun juga terbuka bagi masyarakat umum yang hendak mengakses data dan informasi publik menge-nai korupsi dan subjek terkait. Dengan fungsinya yang cukup strategis, perpustakaan KPK terus dikembangkan menjadi pusat rujukan subjek korupsi dan subjek yang terkait. Enam komponen utama yang dikembangkan pada perpustakaan KPK adalah koleksi, adminis-trasi, pengembangan, kegiatan dan layanan, ruang dan perabot, serta pustakawan.

Kajian Penyelenggaraan Ibadah Haji dilakukan sejak Januari 2009 dan berakhir hingga musim haji 1430 Hijriah berakhir, yakni Januari 2010. Kajian ini bertujuan untuk memetakan permasalahan termasuk di dalamnya potensi terjadinya korupsi dalam rangkaian kegiatan penyelenggaraan ibadah haji. Fokus kajian diarahkan pada alur penyelenggaraan ibadah haji baik yang diikuti oleh jemaah maupun yang dilakukan oleh pihak penyelenggara dalam hal ini Departemen Agama. Lingkup kajian terbatas pada penyelenggaraan ibadah haji reg-uler, yang selama ini dimonopoli penyelenggaraannya oleh Direktorat Jenderal Penyelengga-raan Haji dan Umrah. Field Review dilakukan di dalam negeri terhadap beberapa Kandepag Kabupaten/Kota, Kanwil Depag Provinsi, asrama embarkasi, dan Ditjen PHU serta di Arab Saudi (Jeddah, Makkah, Madinah) pada musim haji 1430 H. Hasil pengkajian ini adalah ditemukannya sejumlah permasalahan yang berpeluang mendorong terjadinya tindak pidana korupsi. Permasalahan tersebut antara lain terkait dengan pengelolaan keuangan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji terutama berkenaan dengan pengelolaan dana setoran awal, penentuan komponen biaya-biaya yang dikategorikan direct dan indirect cost, serta pengelolaan biaya-biaya tersebut di berbagai level operasional. Permasalahan tersebut juga semakin diperkuat dengan adanya ketimpangan dalam pengelolaan SISKOHAT, yang tidak selaras dengan antara catatan keuangan. Selain permasalahan tersebut, masih terdapat sejumlah persoalan tata kelola yang buruk, yang berdampak pada minimnya kualitas pelay-anan. Hal ini tercermin dari berbagai keluhan yang dialami oleh calon jemaah haji terkait pelayanan pada saat pendaftaran, keberangkatan, dan pelayanan selama di Arab Saudi. Masalah tata kelola yang buruk dalam penyelenggaraan ibadah haji tersebut, tidak terlepas dari masalah kelembagaan. Kelembagaan penyelenggaraan haji yang berbentuk kepani-tiaan, sepertinya sudah tidak layak diterapkan mengingat kegiatan ini bersifat rutin dan melibatkan banyak orang sehingga sudah selayaknya dikelola secara lebih permanen dan profesional. Di samping itu, masalah kompetensi penyelenggara yang sangat terbatas men-jadi permasalahan tersendiri mengingat jumlah dana haji yang dikelola oleh Kementerian Agama saat ini sudah mencapai lebih dari Rp14 triliun. Hasil kajian sistem telah dipaparkan pada Menteri Agama dan jajarannya pada Mei 2010, sedangkan action plan dari kement-erian Agama telah diterima pada Juli 2010.

Kajian ini diawali dengan kick off meeting (KOM) pada 23 Maret 2010 oleh KPK dengan Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan dan dilanjutkan dengan field review, baik di pusat maupun di daerah serta instansi lain yang terkait. Hasil kajian berupa sa-ran perbaikan disampaikan KPK kepada Kementerian Kehutanan pada 3 Desember 2010 berupa kerentanan korupsi akibat ketidakpastian hak dan ketidakpastian ruang investasi, lemahnya regulasi, serta tidak adanya pengelola kawasan hutan di lapangan. Hasil kajian menemukan 17 kelemahan sistemik dalam aspek regulasi (9 temuan), aspek kelembagaan (3 temuan), aspek tata laksana (4 temuan), dan aspek manajemen SDM (1 temuan).

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

Page 80: laporan_tahunan_kpk_2010

75

LAMPIRAN

KEGIATANPENGEMBANGAN ATAS

HASILPENGKAJIAN

KPK 2010

Sistem Penempatan dan Pemulangan TKI

Sistem Perpajakan

SistemPerbendaharaan

Sistem PengelolaanAnggaran

PemantauanImplementasiSaran Perbai-kan

KPK telah melaksanakan kajian sistem penempatan TKI pada 2006-2007 di Ditjen PPTKLN Kemenakertrans. Hasil kajian telah dipaparkan di hadapan Menakertrans dan Kepala BNP2TKI. Hasil kajian KPK tersebut telah ditindaklanjuti oleh BNP2TKI dengan pengiriman action plan pada Oktober 2007, Februari 2008, dan Februari 2009. Verifikasi action plan yang dilakukan KPK pada 2009-2010 terhadap BNP2T-KI mengalami kesulitan karena adanya perrmasalahan dualisme pelayanan penem-patan TKI antara Kemenakertrans dan BNP2TKI pasca-keluarnya Permenakertrans Nomor 22 Tahun 2008. Permasalahan dualisme baru berakhir pada 13 Oktober 2010 setelah keluarnya Permenakertrans Nomor 14 Tahun 2010 yang mengemba-likan kewenangan pelaksanaan penempatan TKI kepada BNP2TKI. Akibat perma-salah dualisme tersebut, pada 2010 KPK lebih memfokuskan pemantauan sistem penempatan TKI kepada permasalahan yang masih banyak terjadi dan memberi-kan dampak positif yang besar terhadap TKI tetapi tidak terkait terkait dualisme, yaitu asuransi TKI. Kegiatan tindak lanjut terkait asuransi TKI yang telah dilakukan adalah:(1) Meminta tanggapan kepada Menakertrans atas surat rekomendasi KPK terkait Asuransi TKI. Atas surat rekomendasi KPK tersebut, Menakertrans telah memberikan tanggapan melalui surat Nomor B.626/MEN-PPTK/V/2010 tanggal 10 Mei 2010 tentang asuransi TKI beserta lampiran datanya, (2) Melakukan peman-tauan pelayanan asuransi TKI di Terminal Kepulangan Selapajang pada September 2010, (3) Meminta klarifikasi dari pihak Ditjen Binapenta – Kemenakertras terkait penunjukan konsorsium asuransi TKI baru yang banyak menuai protes pasca-kelu-arnya Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2010 tentang Asuransi TKI, (4) Melakukan pemantauan pelayanan asuransi TKI di BP3TKI Ciracas pada November 2010.

KPK telah menyelesaikan kajian sistem pelayanan pajak pada Agustus 2008. Hasil kajian telah ditindaklanjuti dengan pengiriman action plan oleh Ditjen Pajak pada awal 2009. Terkait action plan tersebut, KPK telah melaksanakan pemantauan dan diperoleh hasil dari total 26 rekomendasi, Ditjen Pajak telah melaksanakan 19 reko-mendasi dan menyisakan 7 item dalam status open. Laporan hasil pemantauan per 3 September 2010 telah disampaikan kepada Dirjen Pajak pada 16 September 2009. Item rekomendasi yang masih berstatus open (7 item), yaitu: (1) Membuat suatu sistem yang terintegrasi dan dapat diakses oleh semua pihak sesuai dengan kewenangannya, (2) DJP mengembangkan sistem yang terintegrasi secara nasional, (3) Memperbaiki kelemahan SIDJP dengan menginventarisasi semua permasala-han terlebih dahulu, (4) Memutakhirkan informasi yang tersimpan dalam SIMPP, (5) Biaya untuk melaksanakan tugas ke luar kantor dibebankan at cost, (6) Membentuk tim untuk menertibkan aktiva tetap DJP, (7) KPP dan Kanwil DJP mengirimkan lapo-ran rutin ke KP DJP dalam bentuk softcopy, sehingga laporan rutin tersebut dapat diolah oleh KP DJP menjadi laporan lain sesuai dengan kebutuhannya. Ketujuh item rekomendasi yang berstatus open tersebut belum bisa diverifikasi karena berkaitan dengan pengembangan sistem informasi perpajakan yang ditargetkan terimple-mentasi pada 2011 sesuai dengan tanggapan dari DJP.

Kegiatan ini merupakan langkah tindak lanjut kajian terhadap sistem Perbenda-haraan Negara pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN). Pemantauan difokuskan pada penerapan SOP percontohan pada Kantor Pelayanan Perbendaha-raan di seluruh Indonesia, sehingga pelayanan lebih transparan dan handal serta mampu mengurangi titik-titik lemah yang berpotensi koruptif. Terdapat 7 (tujuh) saran perbaikan dari KPK terhadap DJPBN, yaitu: rencana bertahap penerapan SOP Percontohan kepada semua KPPN, Penegakan kode etik, Larangan pihak yang tidak berwenang melakukan pengurusan dan kontak langsung dengan petugas KPPN, Transparansi realisasi belanja, Perbaikan sistem keamanan database, dan Analisa beban kerja SDM. Pada tahun ini, keseluruhan saran perbaikan KPK telah diimple-mentasikan 100% oleh DJPBN

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut hasil kajian terhadap pengelolaan APBN pada Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian Keuangan. Pemantauan difokus-kan pada perbaikan sistem penganggaran di DJA agar lebih transparan dan men-gurangi titik-titik lemah yang berpotensi koruptif. KPK mengobservasi keadaan la-pangan sesuai dengan action plan yang dibuat oleh DJA terkait saran perbaikan dari KPK. Dari 19 saran perbaikan yang diberikan KPK, di antaranya pembentukan unit pengawasan internal, penegakan kode etik, perbaikan teknis sistem penganggaran, dan perbaikan manajemen SDM. 15 (lima belas) saran perbaikan telah diimplemen-tasikan dan 1 (satu) saran perbaikan terus dipantau sampai implementasi SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara) sepenuhnya di tahun 2012.

LINGKUP NAMAKEGIATAN KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

Page 81: laporan_tahunan_kpk_2010

76

LAMPIRAN

KEGIATANPENGEMBANGAN ATAS

HASILPENGKAJIAN

KPK 2010

Sistem Pengelolaan DAK BidangPendidikan

SistemPenyelenggaraanJalan Nasional

SistemPenyelenggaraanIbadah Haji

Pengelolaan Dana Abadi Umat

Trafo pada PT. PLN(Persero)

PemantauanImplementasiSaranPerbaikan

Sebagai bagian dari upaya pencegahan korupsi di sektor pendidikan, pada 2009 KPK telah melakukan Kajian Sistem Pengelolaan DAK Bidang Pendidikan. Dalam kajian tersebut, KPK telah memberikan saran perbaikan kepada Kementerian Pendi-dikan Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait den-gan berbagai kelemahan sistem yang ditemui saat kajian yang berpotensi menimbul-kan tindak pidana korupsi. Saran perbaikan KPK yang disampaikan dalam paparan hasil Kajian Sistem Pengelolaan DAK Bidang Pendidikan kepada Ditjen Perimbangan Keuangan, Ditjen Mandikdasmen dan Itjen Kemendiknas pada 15 Januari 2010, telah direspons oleh Ditjen Mandikdasmen dengan mengirimkan action plan. KPK telah melakukan verifikasi action plan pada triwulan 1 dan 2 tahun 2010, tetapi pemberlakuan UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan APBN-P pada awal Juni 2010 mengakibatkan beberapa saran perbaikan KPK kepada Ditjen Mandikdasmen menjadi tidak relevan lagi. Status implementasi saran perbaikan sistem pengelolaan DAK bidang pendidikan yang dilakukan KPK per 8 September 2010, dari 9 saran perbaikan KPK, terdapat 6 saran perbaikan telah berstatus closed (catatan: 3 saran perbaikan sudah tidak relevan karena keluarnya UU Nomor 2 Tahun 2010) dan ter-dapat 3 (tiga) saran perbaikan yang masih berstatus open dan akan terus dipantau implementasinya.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Kajian Penyelenggaraan Jalan Nasional yang telah dilaksanakan pada 2008-2009. Pada 2010 KPK telah melakukan beber-apa kegiatan untuk memastikan diimplementasikannya saran perbaikan yang telah diberikan KPK. Selama 2010 telah dilakukan beberapa pertemuan dengan Direk-torat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum, beberapa field review ke lapangan dan diskusi dengan ahli. Beberapa saran perbaikan yang telah diimplenta-sikan oleh DJBM adalah perubahan organisasi kelembagaan dengan memisahkan fungsi regulator dan operator; penegasan tindak lanjut terhadap paket kritis proyek penanganan jalan nasional; serta melakukan sertifikasi terhadap laboratorium Ba-lai Besar Penanganan Jalan Nasional IV. Sedangkan saran perbaikan yang masih dalam proses antara lain terkait Sistem Manajemen Mutu (SMM) penanganan jalan nasional; peningkatan sistem pengawasan internal; manajemen aset, mekanisme pengaduan masyarakat, penilik jalan, administrasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan pelaporan progress penyelenggaraan jalan nasional. Dari total 19 saran perbaikan, per 15 Desember sudah 3 saran perbaikan berstatus closed.

Menindaklanjuti Kajian Penyelenggaraan Ibadah Haji, kegiatan pemantauan imple-mentasi saran perbaikan pada Sistem Penyelenggaraan Ibadah Haji dilakukan mulai 2010. Terdapat 48 total saran perbaikan yang dihasilkan dalam kajian yang meliputi aspek regulasi, kelembagaan, tata laksana, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen kesehatan. Kegiatan pemantauan dilakukan secara terbuka dan tertu-tup di sejumlah titik pengamatan di beberapa daerah. Sampai saat ini, dari 48 saran perbaikan, ditargetkan 13 saran perbaikan terlaksana (closed) pada tahun 2010. Tetapi per 15 Desember 2010, baru 5 saran yang berstatus closed.

Kegiatan pemantauan implementasi saran perbaikan pada Pengelolaan Dana Abadi Umat yang dikelola di Kementerian Agama merupakan tindak lanjut dari kegiatan Kajian Pengelolaan Dana Abadi Umat yang dilakukan pada 2009. Kegiatan peman-tauan implementasi saran perbaikan ini dilakukan dalam rangka meyakinkan apak-ah saran perbaikan yang disampaikan dari hasil kajian dilaksanakan dan apakah pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Terdapat 9 saran yang harus dipantau mencakup empat aspek utama, yaitu aspek regulasi, kelem-bagaan, ketatalaksanaan dan manajemen sumber daya manusia. Per 15 Desember baru 1 saran yang berstatus closed.

Pemantauan dilakukan atas kegiatan pengadaan trafo di PLN mengingat jumlah dan kerentanannya terhadap korupsi yang sangat besar. Kegiatan yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan pihak PLN, mengumpulkan data terkait pengadaan, diskusi teknis, workshop e-procurement, serta audiensi antara jajaran Direksi PLN dan pimpinan KPK dengan tujuan akhir tersedianya software aplikasi untuk monitor-ing PBJ trafo PLN. Ke depan, software ini akan dikembangkan untuk seluruh item PBJ di PLN.

LINGKUP NAMAKEGIATAN KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

Page 82: laporan_tahunan_kpk_2010

77

LAMPIRAN

KEGIATANPENGEMBANGAN ATAS

HASILPENGKAJIAN

KPK 2010

Jalan Nasional padaDirektorat JenderalBina MargaKementerianPekerjaan Umum

Alat Kesehatan (Alkes) pada KementerianKesehatan

PemantauanPengadaanBarang dan Jasa

Dengan tujuan utama untuk mencegah penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa dalam proyek penanganan jalan nasional, maka dikembangkan database jalan nasional lengkap dengan proyek pengadaannya. KPK berkoordinasi den-gan Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. DJBM telah memenuhi permintaan data pengadaan barang dan jasa dalam penyelenggaraan jalan nasional dengan men-girimkan link dan password untuk memonitor progres pengadaan tersebut. Ter-kait dengan kebutuhan sistem database yang terus berkembang, timbul kendala yang dihadapi, yaitu terkait kode ruas jalan, di antaranya disebabkan oleh adanya perbedaan sistem penomoran ruas jalan antara sistem yang lama dan yang baru, adanya ruas jalan yang belum memiliki nomor ruas, ketidaksesuaian antara koordi-nat ruas jalan di peta jalan nasional dengan yang disebutkan dalam kontrak/paket pengadaan, maupun tidak disebutkannya nomor ruas untuk pengadaan jalan baru. Kendala ini diupayakan untuk diatasi dengan koordinasi yang terus menerus antara KPK dan DJBM.

Pemantauan dilakukan atas kegiatan pengadaan barang dan jasa (PBJ) alkes di Ke-menterian Kesehatan mengingat jumlah dan kerentanannya terhadap korupsi yang sangat besar. Kegiatan yang telah dilakukan adalah berkoordinasi dengan pihak Kedeputian Informasi dan Data KPK dan Kementerian Kesehatan serta mengum-pulkan data PBJ dan satker, anggaran, dan pengadaan di lingkungan Kementerian Kesehatan. Saat ini KPK sedang mempersiapkan aplikasi pemantauan PBJ alkes tersebut.

LINGKUP NAMAKEGIATAN KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

KEGIATANPENGKAJIAN

KEBIIJAKAN KPK2010

1 Kajian Conflict of Interest (CoI) Sebagai Bukti Adanya Mens Rea dalam Tindak Pidana Korupsi

2 Kajian Gratifikasi dan Buku Saku Memahami Gratifikasi

Conflict of interest (konflik kepentingan) adalah situasi di mana penyelenggara negara yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas penggunaan wewenang yang dimil-ikinya sehingga dapat memengaruhi kualitas dan kinerja yang seharusnya. Salah satu kesim-pulan dalam Kajian Conflict of Interest yang telah dilakukan oleh KPK pada tahun 2009 me-nyatakan bahwa konflik kepentingan dapat menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi. Kesimpulan tersebut ditunjang dengan fakta beberapa kasus korupsi yang ditangani KPK memiliki unsur konflik kepentingan. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis apakah konflik kepentingan dapat dijadikan sebagai bukti adanya mens rea (niat jahat) dari pelaku tindak pidana korupsi. Kajian dilakukan dengan cara studi beberapa kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh KPK dan sifatnya sudah inkracht. Berdasarkan hasil kajian, ada 4 kes-impulan yang dihasilkan: (1) Conflict of interest bukanlah mens rea dari suatu tindak pidana korupsi, tetapi situasi conflict of interest dapat memperbesar atau mempermudah seseorang untuk melaku kan tindak pidana korupsi, (2) Situasi conflict of interest dapat terjadi sebelum ataupun setelah seseorang melakukan tindak pidana korupsi, (3) Seseorang yang memiliki mens rea untuk melakukan tindak pidana korupsi bisa menciptakan situasi conflict of interest untuk mempermudah atau memperbesar peluang untuk melakukan tindak pidana korupsi, (4) Seseorang yang masuk ke dalam situasi conflict of interest, mens rea bisa timbul karena orang tersebut terpapar dalam kondisi yang mudah atau memiliki peluang besar untuk meny-alahgunakan wewenang/melawan hukum. Laporan kajian ini telah dipresentasikan kepada pimpinan KPK pada 6 Mei 2010.

Pada Juni 2009 hingga Juni 2010, KPK melakukan Kajian Kebijakan Gratifikasi. Tujuan ka-jian ini adalah untuk memberikan masukan dalam pengembangan kebijakan gratifikasi KPK sehingga akuntabilitas dan kepastian hukum proses penetapan status dapat dijaga atau dit-ingkatkan. Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan serta analisis data terdiri atas : (1) Pengkajian literatur dan dokumen, (2) Kunjungan lapangan, (3) Working Group Discussion, (4) Questionnaire, (5) Focus Group Discussion (FGD) dan In Depth Interview. Analisis dilaku-kan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kajian memberikan beberapa saran perbaikan kepada pimpinan KPK untuk penguatan kebijakan dan implementasi pengelolaan gratifikasi. Pembelajaran yang didapatkan di berbagai negara dan hasil kajian sosiologis yang dilakukan pada kajian ini menekankan pada pentingnya memperhatikan aspek budaya dan dinamika sosial dalam menetapkan dan menegakkan kebijakan pemberian sesuatu/hadiah/gratifikasi. Selain melakukan kajian kebijakan, KPK juga mengembangkan Buku Saku Me-mahami Gratifikasi. Buku ini diharapkan memberi pemahaman yang lebih baik bagi peny-elenggara negara dan pegawai negeri pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya, mengenai gratifikasi yang terkait dengan tindak pidana korupsi, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Buku saku ini juga memaparkan tentang peran KPK sebagai lembaga yang diberi kewenangan un-tuk menegakkan aturan tersebut. Contoh-contoh kasus gratifikasi yang sering terjadi juga diuraikan dalam buku saku, dengan disertai analisis mengapa suatu pemberian/hadiah tersebut bersifat legal atau ilegal, serta sikap yang harus diambil (dalam hal ini penyeleng-gara negara dan pegawai negeri) ketika berada dalam situasi tersebut.

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT

Page 83: laporan_tahunan_kpk_2010

78

LAMPIRAN

KEGIATANPENGKAJIAN

KEBIIJAKAN KPK2010

3 Coruption Impact Assessment : Titik Korupsi dalam Lemahnya Kepastian Hukum pada Kawasan Hutan

4 Analisis terhadap Aturan Terkait Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

5 Kajian Dana Bantuan Sosial

6 Kajian Biaya Menjadi Kepala Daerah dan Potensi Korupsinya

Kajian Kebijakan Titik Korupsi dalam Lemahnya Kepastian Hukum pada Kawasan Hutan merupakan suplemen dari kajian sistem kehutanan yang pelaksanaannya dilakukan secara simultan dengan kegiatan Kajian Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan. Kajian ini menggunakan metodologi yang disebut Corruption Impact Assessment (CIA) dan menemukan adanya ketidakpastian definisi kawasan hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 2009, Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2004, Surat Keputusan Menhut No. 32 tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kehutanan No. 50 tahun 2009. Terdapat kemungkinan perlakuan memihak yang dapat dimanfaatkan untuk meloloskan pelaku illegal logging dan illegal mining dari tuntutan hukum. Kemungkinan perlakuan memihak ini dapat juga ter-jadi dari ketidakjelasan kewenangan menentukan kawasan hutan antara pusat dan daerah terkait Rencana Tata Ruang Wilayah. Temuan lain adalah direduksinya azas fair procedure dalam proses penunjukan kawasan hutan pada aturan-aturan pelaksanaan UU No. 41 ta-hun 1999 sehingga melemahkan legalitas dan legitimasi 88,2% kawasan hutan (+ 105,8 juta ha) yang sampai saat ini belum selesai ditetapkan. Saran Perbaikan KPK kepada Men-teri Kehutanan adalah menghilangkan ruang ketidakjelasan peraturan kebijakan dan ke-mungkinan perlakuan memihak terkait dengan definisi kawasan hutan, prosedur penunju-kan kawasan hutan serta kewenangan dalam penentuan kawasan hutan dengan mencabut Permenhut 50 tahun 2009 dan SK Menhut 32 tahun 2001.

Dalam upaya untuk mencegah tindak pidana korupsi, meningkatkan efektivitas dan efisien-si penyelenggaraan jasa konstruksi, Direktorat Litbang telah melakukan kajian kebijakan berkenaan dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK). Berdasarkan hasil kajian terkait regulasi kelembagaan LPJK dan penyelenggaraan kewenangannya terutama dalam sertifikasi dan akreditasi maka dapat diketahui beberapa potensi permasalahan yaitu sebagai berikut: (1) UU No. 18/1999 memberikan over authority kepada LPJK tanpa disertai aturan pelaksana/peraturan turunan yang mendukung agar pengembangan jasa konstruksi mengedepankan peran masyarakat jasa konstruksi; (2) Kelembagaan jasa kon-struksi dalam LPJK tidak sesuai dengan amanat UU Jasa Konstruksi yaitu untuk pengem-bangan jasa konstruksi; (3) Penyelenggaraan sertifikasi dan akreditasi jasa konstruksi berpotensi menyimpang dan rentan konflik kepentingan; (4) Lemahnya pengawasan Pemer-intah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. Dengan demikian maka perlu dilakukan pen-anganan segera. Hal ini mengingat peran jasa konstruksi yang relatif besar dalam mendu-kung sektor perekonomian dan pembangunan nasional. Di samping itu, keberadaan APBN yang sangat besar dalam membiayai sebagian sektor konstruksi, memerlukan upaya-upaya tersendiri untuk mencegah kebocoran dan kerugian keuangan negara

Kajian ini merupakan kajian kebijakan terkait pengalokasian, penyaluran, maupun pe-manfaatan dana bantuan sosial di daerah. Pada prinsipnya pemberian bantuan sosial ini diperuntukkan bagi pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat secara langsung serta bersifat stimulan bagi program dan kegiatan pemerintah daerah pada umumnya. Namun, karena belanja bansos dialokasikan tidak berdasarkan target kinerja tertentu, maka penentuan besaran (jumlah) dalam APBD cenderung subjektif, artinya pengalokasian akan sangat bergantung pada kewenangan yang dimiliki oleh eksekutif dan legislatif. Hal ini menimbulkan potensi penyalahgunaan baik oleh kedua pihak tersebut. Akibatnya, dana ini rentan digunakan untuk kepentingan pribadi misalnya untuk kampanye kepala daerah yang akan mencalonkan diri kembali pada periode berikutnya. Oleh karena itu, perlu langkah-lagkah pengendalian pemanfaatan dana bantuan sosial ini, terutama karena sudah begitu banyaknya kasus-kasus korupsi yang mencuat terkait dana bantuan sosial ini.

Kajian ini menganalisis proses pemilihan umum kepala daerah yang ada saat ini dan meng-kritisi biaya yang harus dikeluarkan oleh para calon dalam pemilihan umum kepala daerah serta membahas potensi korupsi yang ditimbulkan di dalamnya berdasarkan peraturan, literatur, dan data sekunder. Dari informasi dan data yang diperoleh, diketahui bahwa taha-pan pilkada yang membutuhkan biaya besar adalah saat mendaftarkan pasangan calon baik melalui jalur partai politik maupun perorangan dan tahap kampanye. Partai politik yang kurang kritis terhadap kompetensi pasangan calon dan kerap bersikap oportunis untuk mendapatkan dana politik mengharuskan para pasangan calon mengeluarkan dana besar untuk mendapatkan kendaraan politik dalam pemilihan pemilihan umum kepala daerah. Selain itu, kesulitan ekonomi yang ada di tengah masyarakat merupakan salah satu penye-bab praktik politik uang untuk membeli suara pemilih masih terjadi yang akhirnya mem-bengkakkan biaya yang harus ditanggung pasangan calon untuk mendapatkan suara dari masyarakat. Selisih yang besar antara biaya dan pendapatan ini tentu berpotensi menjadi sumber masalah di kemudian hari. Dengan tidak mengesampingkan faktor integritas dan murninya pengabdian dari para kepala daerah dan wakil kepala daerah, hal ini harus diper-baiki untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan di kemudian hari yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat.

NO NAMA KEGIATAN PENJELASAN SINGKAT