LAPORAN_SKP

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan kelayakan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Berdasarkan Undang- undang no.7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan. Jaminan akan keamanan pangan adalah hak asasi setiap konsumen. Oleh karena itu makanan yang hendak dikonsumsi harus bebas dari bahan pencemar atau kontaminan. Pencemaran makanan adalah suatu keadaan atau kondisi terdapatnya bahan-bahan asing yang keberadaannya tidak diinginkan dalam makanan. Proses pencemaran makanan dapat terjadi pada tahap sebelum pengolahan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan atau distribusi, dan penyajian makanan. Upaya pencegahan pencemaran makanan dilakukan pada setiap tahapan pengelolaan makanan (Hermawan, 2005). Beberapa pendekatan yang dapat digunakan sebagai upaya nyata untuk meningkatkan keamanan

description

KEAMANAN PANGAN

Transcript of LAPORAN_SKP

Page 1: LAPORAN_SKP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keamanan dan kelayakan pangan merupakan syarat penting yang harus

melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat

Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga

menyangkut kepedulian individu. Berdasarkan Undang-undang no.7 tahun

1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain

yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan. Jaminan akan keamanan

pangan adalah hak asasi setiap konsumen. Oleh karena itu makanan yang

hendak dikonsumsi harus bebas dari bahan pencemar atau kontaminan.

Pencemaran makanan adalah suatu keadaan atau kondisi terdapatnya bahan-

bahan asing yang keberadaannya tidak diinginkan dalam makanan. Proses

pencemaran makanan dapat terjadi pada tahap sebelum pengolahan,

pengolahan, penyimpanan, pengangkutan atau distribusi, dan penyajian

makanan. Upaya pencegahan pencemaran makanan dilakukan pada setiap

tahapan pengelolaan makanan (Hermawan, 2005).

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan sebagai upaya nyata

untuk meningkatkan keamanan pangan antara lain dapat dilakukan dengan

penetapan Skor Keamanan Pangan (SKP) pada pengolahan makanan dengan

cara mengidentifikasi komponen – komponen pengolahan makanan yang

terdiri dari Pemilihan dan Penyimpanan Bahan Makanan (PPB), Hiegiene

pemasak (HGP), Pengolahan Bahan Makanan (PBM), dan Distribusi

Makanan (DPM). Kriteria SKP untuk makanan yang diproduksi meliputi

kategori baik/aman, sedang, rawan tapi masih aman untuk dikonsumsi, dan

rawan serta tidak aman untuk dikonsumsi. Penetapan kategori atau kriteria

tersebut didasarkan pada skor SKP yang diperoleh.

Oleh karena sangat pentingnya keamanan dan kelayakan suatu

produk makanan yang akan dikonsumsi, maka kami melakukan survey

penilaian keamanan suatu produk makanan dengan menggunakan aplikasi

Page 2: LAPORAN_SKP

form SKP (Standar Keamanan Pangan) di Instalasi Gizi RSUP Dr Hasan

Sadikin Bandung untuk menentukan apakah produk pangan atau makanan

yang diolah masuk dalam kriteria pangan yang aman atau rawan untuk

dikonsumsi. Produk makanan yang akan dilakukan penilaiannya yaitu

perkedel kentang kornet panggang yang merupakan menu lauk nabati bagi

pasien di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung.

1.2 Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengaplikasikan form SKP (Skor

Keamanan Pangan) pada proses pengolahan perkedel kentang kornet

panggang guna menilai keamanan dan kelayakan dari produk makanan

tersebut.

Page 3: LAPORAN_SKP

BAB II

ISI

A. Gambaran Lokasi

Lokasi pengambilan data penilaian SKP (Skor Keamanan Pangan)

ini dilakukan di “Kantin Life Alma Ata Yogyakarta” yang berada di

lingkungan Perguruan Tinggi Alma Ata dan beralamat di Jl. Ringroad Barat

Daya No.1 Tamantirto – Yogyakarta.

B. Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada hari Jum’at 21 November 2014

pada jam 10.00 WIB - 13.00 WIB.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan penilaian adalah :

a. Form penilaian SKP

b. Pulpen

c. Kamera

D. Cara Kerja

Langkah kerja :

1. Melakukan survey awal mengenai kemungkinan dilakukannya

penilaian yang meliputi ijin pemilik & kesepakatan waktu untuk

melakukan penilaian

2. Melakukan penilaian keamanan dan kelayakan suatu produk makanan

dengan aplikasi form SKP dengan cara observasi (pengamatan) dan

wawancara dengan para tenaga penjamah atau pengolah makanan

terhadap komponen dan subkomponen yang dinilai

3. Mengisikan hasil penilaian pada form SKP yang telah disediakan

4. Mengambil beberapa gambar atau foto yang dapat mendukung hasil

penilaian tentang keamanan suatu produk makanan yang diolah.

E. Hasil dan Pembahasan

Page 4: LAPORAN_SKP

1. Hasil Penilaian Skor Keamanan Pangan (SKP)

NO KOMPONEN & SUB KOMPONENNILAI

(1) (2)

A. PEMILIHAN DAN PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

(PPB)

1. * Bahan makanan yang digunakan masih segar 1√ 0

2. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak 3√ 0

3. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk 3√ 0

4. Tidak menggunakan wadah / kotak bekas pupuk atau pestisida

untuk menyimpan dan membawa bm

3√ 0

5. Bahan makanan disimpan jauh dari bahan beracun / berbahaya 3√ 0

6.* Bahan makanan disimpan pada tempat tertutup 3 0√

7. Bahan makanan disimpan pada tempat bersih 3√ 0

8. Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar

matahari langsung

3√ 0

JUMLAH NILAI UNTUK PPB 19

B. HIGIENE PEMASAK (HGP)

1. Pemasak harus berbadan sehat 3√ 0

2. Pemasak harus berpakaian bersih 3√ 0

3.* Pemasak memakai tutup kepala selama memasak 1√ 0

4.* Pemasak memakai alas kaki selama memasak 1√ 0

5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak 3√ 0

6.* Mencuci tangan menggunakan sabun sesudah dari WC (buang

air)

3√ 0

7. Ketika bersin tidak menghadap ke makanan 3√ 0

8. Kuku pemasak selalu bersih dan tidak panjang 3 0√

JUMLAH NILAI UNTUK HGP 17

C. PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN (PBM)

1. Peralatan memasak yang digunakan harus bersih dan kering 3√ 0

2.* Peralatan memasak harus dicucui sebelum dan sesudah dipakai

memasak

3√ 0

Page 5: LAPORAN_SKP

3.* Peralatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setelah dicuci 3 0√

4. Peralatan memasak disimpan di tempat yang bersih 3 0√

5. Peralatan memasak disimpan di tempat yang jauh dari bahan

beracun atau bahan berbahaya

3√ 0

6. Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih 3 0√

7.* Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering 3 0√

8.* Dapur tempat memasak harus mempunyai ventilasi yang cukup 3√ 0

9. Dapur terletak jauh dari kandang ternak 3√ 0

10.* Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup 3 0√

11.* Di dapur tersedia tempat sampah yang tertutup 2 0√

12.* Pembuangan air limbah harus lancar 3 0√

13. Bahan beracun / berbahaya tidak boleh disimpan di dapur 3√ 0

14.* Jarak tempat memasak ke tempat distribusi (sekolah) tidak lebih

dari satu jam

3√ 0

15. Pisau dan telenan yang digunakan harus bersih 3 0√

16.* Bagian makanan yang tidak dimakan tidak ikut dimasak 3√ 0

17. Bahan makanan dicusi dengan air bersih 3√ 0

18. Meracik / membuat adonan menggunakan alat yang bersih 3√ 0

19.* Adonan / bahan makanan yang telah diracik harus segera di

masak

3√ 0

20.* Makanan segera diangkat setelah matang 2√ 0

21. Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan

terhindar dari debu dan serangga

3 0√

22.* Makanan tidak dibungkus dengan menggunakan pembungkus

dari kertas koran dan kertas ketikan

1√ 0

23. Makanan dibungkus dgan pembungkus yg bersih, tdak

menggunakan bekas pembungkus bhn beracun

3√ 0

24.* Memegang makanan yang telah matang menggunakan sendok,

garpu, alat penjepit, sarung tangan

3√ 0

25. Tidak menyimpan makanan yang matang lebih dari 4 jam

terutama makanan berkuah dan bersantan

3√ 0

Page 6: LAPORAN_SKP

26. Untuk makanan goreng, minyak goreng tidak boleh digunakan

jika sudah berwarna coklat tua, atau sudah dipakai setelah 4 kali

3√ 0

27. Untuk makanan basah, merebus dan mengukus makanan dalam

wadah tertutup

3√ 0

JUMLAH NILAI UNTUK PBM 51

D. DISTRIBUSI MAKANAN (DPM)

1. Selama distribusi, makanan ditempatkan dalam wadah yang

bersih dan tertutup

3 0√

2. Pembawa makanan berpakaian bersih dan mencuci tangan 3√ 0

3.* Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makanan 1 0√

4. Makanan tidak boleh berlendir, berubah rasa, atau berbau basi

sebelum dibagikan

3√ 0

5. Makanan ditempatkan dalam tempat yang bersih dan kering 3√ 0

6.* Mencuci tangan sebelum makan 3√ 0

7.* Makanan tidak dipegang langsung, menggunakan alat untuk

memegang makanan saat membagikan

3√ 0

JUMLAH NILAIUNTUK DMP 15

Tabel.1 : hasil Pengisian From Penilaian Skor Keamanan Pangan

Penerapan Nilai SKP

Komponen Nilai

Maksimal

(Bobot)

Nilai yang

Dipenuhi

Nilai

Komponen

(NK)

Nili Skor

(NK x Bobot)

PPB 22 (0.16) 19 19/22= 0.86 0.86 x 0.16= 0.14

HGP 20(0.15) 17 17/20= 0.85 0.85 x 0.15= 0.13

PBM 74(0.55) 51 51/74= 0.68 0.68 x 0.55=0.37

DPM 19(0.14) 15 15/19= 0.78 0.78 x 0.14= 0,109

Total Nilai 0,749 =74,9%

Tabel.2 : Hasil Perhitungan penerapan SKP

Kategori SKP Persen Penilaian SKP

(%)

Page 7: LAPORAN_SKP

Baik ≥ 0,9703 ≥ 97,03 %

Sedang 0,9332-0,9702 93,3-97,2 %

Rawan tapi Aman Dikonsumsi 0,6217-09331 62,17-93,31 %

Rawan dan Tidak Aman Dikonsumsi < 0,6217 < 62,17 %

Interpretasi Skor Penilaian SKP

Tabel.3 : Interpretasi skor Penilaian SKP

Keamanan pangan diartikan sebagai terbebasnya makanan dari zat-zat atau

bahan yang dapt membahayakan keselamatan tubuh tanpa membedakan apakah

zat itu secar alami terdapat dalam dalam bahan makan yang digunakan atau

tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau

makanan jadi (winarno, 1997). Ada tiga hal yang menyebabkan pencemaran

makanan sehingga menyebabkan makanna tidak aman untuk dikonsumsi, yaitu :

1. Penanganan makanan tidak dilakukan dengan menerapkan prinsip

kebersihan Higiene sanitasi

2. Alat yang digunakan untuk menyiapkan, mengolah, memasak dan

menyajikan makanna tidak di bersihkan sebagaimana mestinya

3. Makan di biarkan terlalu lama dilingkungan yang temperaturnya

memungkinkan berbagai mikroorganisme berkembangbiak.

Oleh karena itu di perlukan sanitasi makanan, Menrut WHO dan FAO sanitasi

makanan dapat diartikan sebagai upaya penghilangan semua factor luar makan

yang menyebabkan kontaminasi dari bahan makanan sampai dengan makanan

siap saji.Tujuan dari sanitsi makan adalah mencegah bahan kontaminasi bahan

bahan makanan dan makan siap saji sehingga aman di konsumsi oleh mausia.

Dari hasil pengamatan penerapan SKP yang dilakukan pada hari jum’at, 21

November 2014 di Kantin LIFE Alma Ata denagan pengamatan ddan wawancara

mengenai proses persiapan, pengolahan, pemskan, penyajian makanan, jenis

makana yang kami amati berupa soto ayam dan tahu bacem serta jus manga

sebagai menu makan siang khusus untuk karyawan Alma Ata. Adapun hasil

dapatdilihat melalui Form SKP diatas, dan dapat jabarkan sebagai berikut :

Page 8: LAPORAN_SKP

Pada tahap pemilihan dan penyiapan bahn makanan (PPB) di peroleh jumlah skor

penilaian sebanyak 19 denagan satu sub komponen yang tidak terpenuhi. Didalam

tahapan ini komponen yang dinilai meliputi :

bahan yang digunakan masih segar, hal ini seseuai bahan yang digunakan

pada setiap harinya rata-rata habis dalam satu hari sehingga setok bahan

makanan selalu segar.

Bahan yang digunakan tidak rusak, sesuai keadaan sayur yang tersedia di

kantin bahan yang digunakan tidak ada yang cacat karena dalam

pembelian di pasr dilakukan oleh tenga kantin yang datang dan memilih

bahan makanan di pasar jadi dapat meminimalisir bahan makanan yang di

pilih dari kerusakan baik selama pemilihan maupun Selma perjalan

menuju kampus

Bahan Maknan yang digunakan tidak busuk, karena pembelanjaan yang

dilakukan sudah sesuai dengan tuntutan pihk kantin jadi tidak ada bahan

makan yang busuk sebelum diolah.

Tidak mengunakan wadah atau kotak bekas pupuk atau pestisida untuk

menyimpan dan membawa bahan makan. Bahan Makanan ayang di bawa

dari pasar diangkut menggunakan gerobak sayur dan di Kantin Alma Ata

penyimpanan Bahan Makan yang akan diolah di simpan atau diletakkan

di bawah meja yang tidak basah dan udara muda masuk, kemudian sisa

bahan yang tidak terolah akan disimpan di kulkas dengan dibungkus

plastic terlebih dahulu dan akan diolah pertama untuk keesokan harinya.

Bahan Makan disimpan jauh dari bahan beracun atau barang berbahaya.

Didapur ataupun tempat pemasakn terbebas dari bahan-bahan yang

berbahaya baik obat serangga maupun bahan kimia ain yang dapat

membahayakan bahan makanna itu sendiri.

Bahan makan di simpan pada tempat tertutup. Hal ini tidak diterapkan di

dalam proses penyiapan makan., setelah bahan makanan diolah dan

dipindah kedalam wadah yang bersih namun tidak tertutup. Hal ini

bertolak belakang dengan anjuran yang berlaku yakni menyimpan

makanan dalam wadah tertutup sehingga skor penilaian yang idapat

adalah 0 (nol)

Page 9: LAPORAN_SKP

Bahan makan di simpan di tempat bersih. Dari hasil pengamatan yang

dilakukan seluruh bahan makann disimpan di tempat yang bersih

terhindar dari kecoa maupun serangga lainnya, tempat kering dan bersih.

Bahan makanan disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari

langsung, untuk menghindari kerusakan bahan makanan selama

penyimpanan pihak kantin Alma Ata telah melakukan teknik

penyimpanan dengan menghindari sinar matahari langsung guna menjaga

kesgaran dan sifat fisik bahana makanan itu sendiri.

Penilaian pada tahapan Higine Pemasakan (HGP), ada 8 komponen yang dinilai

pada tahapan ini dan diperoleh sekor sebanyak 16 dengan dua sub komponen yang

tidak terpenuhi yakni :

Kuku Pemasak selalu bersih dan tidak panjang, berdasarkan pengamatan

yang dilakukan dilapangan hamper seluruh karyawan mempunyai kuku

yang panjang, celemek yang digunakan dijadikan lap tangandan tenaga

pemasak menggunakan make-up yang terlalu tebal serta pekerja laki-laki

berjenggot tipis. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan hygiene pemasak.

Menurut Purnawijayanti,2001yakni pekerj harus mandi setiap hari.

Penggunaan make-up dan deodorant yang berlebihan harus dihindari.

Kuku pekerja harus bersih, dipotong pendek dan sebaiknya tidak dicat.

Perhiasan dan aksesoris lainnya harus dilepas. Celemek yang digunakan

pekerja harus bersih dan tidak boleh dijadikan lap. Pekerja harus memakai

sepatu yang memadai dan bersih. Rambut pekerja harus dicuci secara

periodik. Pekerja yang rambutnya panjang harus diikatdan disarankan

menggunakan topiatau jala rambut(hairnet).Pekerja yang memiliki kumis

dan jenggot selalu menjaga kebersihan dan kerapiannya. Akan lebih baik

jika kumis dan jenggot tersebut diicukur bersih.

Tahapan Pengolahan Bahan Makanan (PBM), komponen yang dinilai didalamnya

meliputi peralatan yang digunakan, keadaan, tata letak dapur , sanitasi dapur,

perlakuan sebelum dan sesudah pemasakan serta cara penyimpanan makanan.

Hasil penilaian pada tahap ini mencapai sekor 51 artinya akumulasi sekor yang

Page 10: LAPORAN_SKP

didapat kurang dari sekor maksimal yang ditetapkan pada tahapan ini yaitu74

point.Dari sekian banyak komponen yang dinilai pada tahap ini ada 8

subkomponen yang tidak terpenuhi atau tidak diterapkan di Kantin LIFE Alma

Ata yakni :

Perlatan memasak dikeringkan terlebih dahulu setealah dicuci,

berdasarkan pengamatan yang dilakukan tidak semua alat masak yang

digunakan dikeringkan terlebih dahulu seberti talenan dan pisau hanya di

hilankan airnya tanpa pengeringan yang maksimal.

Peralatan memasak disimpan di tempat disimpan ditempat yang bersih,

seelah pencucian alat diletakkan di dekat tempat penyucian. Hal ini sangat

beresiko terjadi cross contaminasi dari sanitasi pembuangan limbah yang

kemungkinan dapat mencemari makanan saat alat dipakai dalam

pengolahan maupun penyajian makanan pada tahap berikutnya.

Dapur tempat memasak harus dalam keadaan bersih, saat observasi

dilakukan keadaan lantai dapur dan meja masak terlihat kotor dan saat

proses memasak juga dilakukan pembersihan lantai serta meja hal ini juga

beresiko besar terhadap timbulnya cross contaminasi selama persiapan dan

pengolahan makanan,

Dapur tempat memasak harus dalam keadaan kering, tidak semua lantai

didapur kering terutama disekitar tempat pencian piring yang airnya

sampai elantai sehingga menyebabkan lantai disekitar tempat pencucin

bahkan tempat pengolahan lantainya juga basah, selain dapat

menimbulkan penemaran keadaan tersebut juga dapat membahayakan

karyawan itu sendiri seperti jatuh terpleset karena lantai yang licin juga

menyebabkan dapur tidak nyaman untuk digunakan.

Selalu tersedia air bersih dalam wadah tertutup. Ketersediaan air didapur

cukup lancer namun tidak ada persediaan air yang di taruh didalam wadah

tertutup, air yang akan digunakan langsung diambil dari kran air. Hal ini

juga beresiko adanya cemaran yang bersal dari air itu sendiri yang

membahayakan makanan karena pada saat pengamatan ada pula bahan

yang direndam menggunakan air kran dan didiamkan selama 15 menit

Page 11: LAPORAN_SKP

tanpa adanya proses mematikan mikrobia yang berasal dari air seperti pada

saat pengolahan mie su’un dalam pembuatan soto ayam.

Didapur tersedia tempat samah yang tertutup, ketersediaan tempat sampah

sudah cukup banyak namun tidak ada tutup dan sampah dengan jenis

berbeda juga dicampur menjadi satu, keadaan seperti ini sangat berbahaya

karena dapat menimbulkan cross contaminasi.

Pembungan air limbah harus lancar, pembangan air limbah dilakukan

melalui saluran pencucian piring yang lubangnya tidak terlalu besar dan

tempat pencucian piring yang sempit menyebabkan air yang digunakan

keluar memenuhi lantai yang menjadikan lantai becek dan licin.

Makanan yang telah matang ditempatkan pada wadah bersih dan terhindar

dari debu dan serangga. Penggunaan wadah untuk makanan maang

sebenarnya telah menggunakan wadah yang bersih namun dalam

penyimpanannya tidak dibrikan penutup yang rapat sehingga debu dan

serangga dapat mencemari makanan itu sendiri sehingga keamanan

makanan menjadi rentan untuk dikonsumsi.

Sedangkan untuk penyimpanan makanan jadi tidak lebih dari 3-4 jam karena

makan yang telah diolah langsung disajikan untuk konsumen dan dalam

jangka waktu tersebut rata-rata selalu habis. Hal ini merupakan langkah yang

baik untuk mencegah pertimbuhan bakteri patogen dalam makanan, sesuai

dengan pernyataan Purnawijayanti, 2001 bahwa jangka waktu penyimpanan

makanan jadi selama 3-4 jam cukup bagi berbagai bakteri untuk tumbuh atau

berkembang.

Tahapan penilain terakhir untuk penilain skor keamanan pangan dilakukan pada

Distribusi makan (DPM) dengan skor maksimal 19 namun pada penilaian yang

dilakukan di Kantin LIFE Alma Ata skor yang diperoleh dalam tahapan ini hanya

15 point dengan 2sub komponen yang tidak terpenuhi sebagai berikut :

Selam distribusi, makan ditempatkan dalam wadah yang bersih dan

tertutup. Sebenarnya penggunaan wadah sudah bersih tapi tidak tertutup

sehingga berpotensi terjadinya penvemaran melalui udara karena tidak

adanya penutup makan dan kondisi jendela yang terbuka dan banyak

Page 12: LAPORAN_SKP

dilalui atau di jamah oleh pengunjung sehingga potensi pencemaran lebih

besar.

Tangan dicuci dengan sabun sebelum membagikan makan. Dalam

prakteknya karyawan yang bertugas membagikan makan tidak mencuci

tangan setelah melayani pembyaran dan langsung membagikan makanan

tanpa mencuci tangan meskipun telah memegang kupon makan siang serta

tidak menggunakan sarung tangan. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan

Kepmenkes 715/Menkes/SK/V/2003 yang didalamnya telah mengatur

tentang cuci tangan sebelum dan setelah bekerja. Karena prosedur cuci

tangan merupakan hal yang penting bagi penjamah makan, kegiatan yang

ringan dan sering disepelekan ini merupakan metode yang cukup efektif

dalam menvcegah kontaminasi pada makanan.

Selain itu karyawan yang mengambil makanan juga tidak mencuci makan

terlebih dahulu sehingga keadaan ini dapt memperburuk keadaan atau

kulitas makan itu sendiri karena kebersihan konsumen juga ikut perperan

selam distribusi sampai makan tersebut dikonsumsi oleh tubuh.

Dari keseluruhan penilaian penerapan SKP di Kantin LIFE Alma Ata

akumulasi komponen dan sub komponen perhitungan point keamana pangan

berjumlah 0,749 atau setara dengan 74,9% hal ini dapat diarti bahwa keaman

pangan menurut table interpretasi skor keamanan pangan merupakan kategori

rawan tapi masih aman untuk dikonsumsi dimanan makann masih bisa

dikonsumsi dengan kemungkinan cemaran masih dapat ditolerir karena jumlahnya

skor yang didapat masih diatas rata-rata dan dapat dilakukan pencegahan pada

titik atau komponen yang belum terpenuhi. Keterbatasan tenaga penjamah makan

mempengaruhi sistem kerja yang diterapkan pada proses penyelenggraan makan

sehingga sulit untuk menerapkan sanitasi makan berdasarkan panduan HACCP

dan SKP karena dari keterbatasn tenaga penjamah makann ini mengharuskan

pekerja melakukan aktivitas secara serabutan (sukarelawan) sehingga tidak ada

spesifikasi yang mengatur pembagian tugas. Dengan demikian akan memberikan

pengaruh terhadap keaman produk yang dihasilakan karena tingkat kesadaran

penjamah makanan berbeda satu sama lain sehingga tidak ada jaminan yang jelas

mengenai keamanan pangan yang di hasilkan.

Page 13: LAPORAN_SKP

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan Skor Keamanan pangan (SKP) di Kantin LIFE Alma

Ata belum diterapkan secara maksimal karena keterbatas tenaga penjamah

sehingga tidak ada spesifikasi pekerjaan dalam proses penyelenggaraan

makanan yang menyulitkan penerapan HACCP,SKP karena tingkat

kesadaran individu yang bereda satu sama lain serta hygiene personl

kurang diperhatikan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sub komponen

penilaian yang tidak terpenuhi dengan total skor yang diperoleh sebanyak

0,749 atau setara 74,9 % dan dapat dikategorikan pada level sedang.

B. Saran

1. Untuk pihak Pengelola Kantin LIFE Alma Ata, memperbaiki fasilitas

sarana dan prasaranan dapur, dan spesifikasi tenaga penjamah

makanan serta pembekalan hygiene sanitasi personal perlu diperbaiki

2. Untuk tenaga penjamah makan untuk memperhatikan kebersihan area

kerja dan kebersihan personal guna meminimalisir pencemaran akibat

kebersihan yang tidak terjaga.

3. Untuk Karyawan Alma Ata (konsumen) diharpan mampu

membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh makanan guna meminimalisir terjadinya kontaminasi.

Page 14: LAPORAN_SKP

DAFTAR PUSTAKA

FAO,WHO.2001. Code Of Hygienic Practice for The Prepartion and Sale

of Street Foods tersedia dalam www.who.int

Depkes RI.2003. Keputusan Menteri Keshatan Republik Indonesia Nomor

175/MENKES/SK/V/2003 Tentang Hygine Sanitasin Jasa Boga.Jakarta:Depkes RI

Purnawijayanti, Hiasinta A.2001.Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja

Dalam Pengolahan Makanan.Yogyakarta:Kanisius

Winarno,FG.1997.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka

Utama

Page 15: LAPORAN_SKP

Lampiran 1

Gambar Observasi SKP di Kantin LIFE Alma Ata

“Jus mangga tidak ditutup rapat” “Wadah nasi tidak ada tutup”

Page 16: LAPORAN_SKP

“penyimpanan makanan di tempat terbuka dan dekat dengan jendela ”

“Penjamah makanan tidak memakai sarung tanagan saat distribusi”