laporanRMU
description
Transcript of laporanRMU
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang bercorak agraris dengan
sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Meskipun memiliki
potensi daerah pertanian yang luas, dengan jumlah penduduk yang terus meningkat,
Indonesia setiap tahunnya mengalami permasalahan mengenai ketersediaan pangan.
Permasalahan pangan tersebut disebabkan karena Indonesia belum mampu
berswasembada pangan, khususnya beras.
Beras adalah komoditas strategis dan merupakan pangan pokok bangsa
Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju
penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk mengerem laju konsumsi beras
dengan aneka ragaman pangan lokal namun tampaknya setiap tahun selalu
mengalami kenaikan. Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan
pada tahun 1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan
laju peningkatan produksi dan areal panen.
Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan konsumsi beras
yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun, maka beras yang
harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat diperhitungkan
berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan
beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya ekonomi keluar desa karenan
harus membeli beras dari luar desa.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak
sekali peralatan dan mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat
membantu petani dalam mengefektifkan dan mengefisienkan hasil penggilingan padi
sehingga harga padi dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar. Unit
penggilingan beras (rice mill unit) meliputi, pengupasan kulit, pemisahan sekam dari
gabah dan beras pecah, pemisahan gabah dari beras pecah kulit, dan penyosohan.
Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi
padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan
sebagai cadangan. Kapasitas giling dari seluruh penggilingan padi yang ada di suatu
desa sebaiknya mencukupi baik dari segi produksi maupun penanganan
pascapanennya. Dengan demikian, usaha penggilingan padi harus dapat menjamin
kelangsungannya, agar usaha pemenuhan kebutuhan akan beras dapat dilakukan
secara optimal.
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang unit-unit RMU (Rice Mill Unit) berserta fungsinya.
2. Mengetahui prinsip kerja dari RMU (Rice Mill Unit).
3. Mengetahui proses penggilingan padi dari gabah sampai siap dipasarkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Beras adalah komoditas strategis dan merupakan pangan pokok bangsa
Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju
penambahan penduduk. Sudah banyak upaya untuk mengerem laju konsumsi beras
dengan aneka ragaman pangan lokal namun tampaknya setiap tahun selalu
mengalami kenaikan.
Beras yang berasal dari tanaman padi sendiri, diduga berasal dari India atau
Indocinadan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang berimigrasidari
daratan Asia sekitar 1500 SM. Produksi padi dunia menempatiururtan ketiga dari
semua serelia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber
kabohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Pada tahun 1984 pemerintah Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB
(FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun
dapat berubah dari pengimpor paditerbesar menjadi Negara swasembada beras.
Namun prestasi ini tidak dapat dilanjutaka dan baru pulih kembali sejak tahun 2007.
Dengan konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per
tahun, maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi
dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya ekonomi
keluar desa karenan harus membeli beras dari luar desa.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak
sekali peralatan dan mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat
membantu petani dalam mengefektifkan dan mengefisienkan hasil penggilingan padi
sehingga harga padi dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar. Unit
penggilingan beras (rice mill unit) meliputi, pengupasan kulit, pemisahan sekam dari
gabah dan beras pecah, pemisahan gabah dari beras pecah kulit, dan penyosohan.
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-
rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau
mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai
mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang terdiri dari
beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara
harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat
bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin
yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya,
bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk
dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan
mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan
berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir).
Berdasarkan kapasitas giling, penggilingan padi dikelompokkan menjadi 3,
yaitu: penggilingan padi skala besar (PPB), penggilingan padi skala sedang/
menengah (PPS), dan Penggilingan padi skala kecil (PPK). Penggilingan padi skala
besar, yaitu penggilingan padi yang menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 Hp
dan kapasitas produksi lebih dari 1000 kg/jam, baik menggunakan sistem kontinu
maupun diskontinu. PPB secara kontinu terdiri dari satu unit penggilingan padi
lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan dan penyosoh berjala secara kontinu. PPB
diskontinu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan empat unit mesin
penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih menggunakan tenaga
manusia untuk memindahkan dari satu tahapan proses ke tahapan lain. Penggilingan
padi skala sedang menggunakan tenaga penggerak 40-60 Hp, dengan
kapasitasproduksi 700-1000 kg/jam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin peeah
kulit dan dua unit mesin penyosoh.PPS ini mengunakan siistem semi kontinu, yaitu
mesin pecah kulitnya kontinu, sedangkan mesin sosohnya masih manual.
Penggilingan padi skala kecil ialah penggilingan padi yang mengunakan tenaga 20-40
Hp, dengan kapsitas produksi 200-700 kg/ jam. Penggilingan padi manual yang
terdiri dua unit mesin pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh sering disebut Rice
Milling Unit (RMU).
Berdasarkan teknik penggilingannya, penggilingan padi dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu pengilingan kontinu, semi kontinu dan diskontinu. Sistem
penggilingan kontinu adalah sistem penggilingan dimana seluruh tahapan proses
berjalan langsung/ ban berjalan. Mesin ini terdiri dari mesin pembersih gabah,
pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit (paddy saparation), penyosoh (polisher),
dan ayakan beras (grader).
Sistem semi kontinu, yaitu sistem penggilingan padi dimana mesin pemecah
kulitnya dioperasikan secara kontinu, namun mesin penyosohnya masih manual.
Umumnya sistem ini terdapat pada PPS. Pada sistem dikontinu, seluruh proses
dilakukan secara manual, umumnya dilakukan pada PPK. Penggilingan padi yang
hanya terdri dari mesin pecah kulit (husker) dan mesin penyosoh beras (polisher)
memiliki rendemen yang rendah dan mutu beras yang kurang baik. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
tahun 2003 menunjukkan bahwa penggilingan padi yang hanya terdiri dari husker dan
polisher mempunyai rendemen rata-rata sebesar 55,71% dengan mutu beras yang
dihasilkan adalah 74,25 % beras kepala dan beras patah dan menir sebesar 15%.
Dengan penambahan mesin separator (pemisah beras pecah kulit dengan gabah yang
belum terkupas) akan meningkatkan rendemen sebesar 0,94% dan dengan
penambahan mesin cleaner (pembersih gabah) akan meningkatkan rendemen sebesar
0,95%.
Usaha jasa penggilingan padi memiliki berbagai variasi dalam pola usaha
maupun peralatan yang digunakan. Secara umum sesuai dengan kondisi di lapangan,
penggilingan padi yang menggunakan mesin rice milling unit (RMU) biasanya
memiliki kapasitas kecil dan merupakan usaha jasa murni yang hanya menerima
gabah dari petani tanpa ada kerjasama dengan tengkulak atau pedagang beras.
Sedangkan penggilingan padi besar biasanya menggunakan fasilitas rice milling plant
(RMP) yang memiliki kapasitas giling besar dan menjalin kerjasama dengan
tengkulak atau pedagang beras dalam menjalankan usahanya. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan penggilingan padi kecil menggunakan RMP berkapasitas kecil
dengan jumlah mesin terbatas pada satu atau dua set. Demikian juga dengan
penggilingan padi besar dapat menggunakan beberapa buah mesin RMU dengan
catatan kapasitas giling mesin keseluruhan cukup besar. Hal ini dapat terjadi karena
perkembangan teknologi penggilingan padi telah memungkinkan membuat RMU
dengan kapasitas yang relatif besar dan bentuk tetap kompak.
Standar mesin- mesin yang ada dalam Rice Milling Unit adalah sebagai berikut:
1. Cleaner (Pembersih Gabah)
Mesin pembersih gabah hampa dan kotoran lainnya. Rice Husker (Pengupas
gabah), mesin pengupas kulit gabah menjadi beras.
2. Paddy Separator (Pemisah Gabah dan Beras)
Mesin pemisah beras pecahkulit dari gabah yang tercampur.
3. Rice Polisher (Penyosoh Beras)
Mesin penyosoh beras berfungsi sebagai pemutih beras akhir. Proses ini biasanya
dilakukan hingga 2-3 kali agar di dapat hasil yang maksimal.
4. Rice Grader (Pemisah Menir)
Mesin pemisah beras antara beras kepala dari percampuran beras patah. Mesin ini
digunakan untuk mendapatkan beras kualitas ekspor/ super.
Pada proses penggolahan padi menjadi gabah yang dipanen harus pada tingkat
kadar air sekitar 22% sampai 25% basis basah. Gabah dengan kadar air demikian
tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih cukup basah sehingga sukar
pecah dan terkupas. Oleh karena itu gabah perlu dikeringkan hingga kadar airnya
berkisar 14% basis basah, yang biasanya dilakukan melalui proses penjemuran.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Huller
2. Ayakan
3. Polisher
4. Kertas
5. Pulpen
B. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati proses penggilingan dari gabah hingga menjadi beras putih yang
siap untuk dijual
3. Menggambar alat-alat yang digunakan dalam proses RMU (Rice Mill Unit)
4. Mencatat hasil pengamatan dan menggambar alat-alat yang digunakan dalam
proses RMU (Rice Mill Unit)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Huller
Gabah kering dimasukan ke huller, di huller kulit ari dipecah kemudian brown
rice akan keluar dari sisi depan huller. Sedangkan sekam akan keluar dari
sampingnya.
Ayakan
Dari Huller, brown rice dimasukan ke ayakan. Brown rice akan dipisahkan
antara yang bersih dan yang masih kotor. Beras yang sudah bersih dimasukan ke
polisher, sedangkan beras yang masih kotor (ada gabahnya) akan dimasukan kembali
ke huller.
Polisher
Beras yang sudah melalui ayakan dan sudah bersih dimasukan ke dalam
polisher. Beras akan di bersihkan dengan batu gerindra untuk di putihkan. Beras putih
akan keluar dari sisi depan, sedangkan dedak keluar dari samping. Beras sudah siap
dikemas.
B. Pembahasan
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah banyak
sekali peralatan dan mesin yang dibuat untuk penanganan pasca panen yang dapat
membantu petani dalam mengefektifkan dan mengefisienkan hasil penggilingan padi
sehingga harga padi dapat sesuai dengan harga dan kebutuhan pasar. Unit
penggilingan beras (rice mill unit) meliputi, pengupasan kulit, pemisahan sekam dari
gabah dan beras pecah, pemisahan gabah dari beras pecah kulit, dan penyosohan.
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). Proses
penggilingan gabah menjadi beras dengan mesin rice milling unit sudah bukan hal
yang asing lagi, dari stationer rice mill ( penggilingan gabah di dalam gedung)
maupun mobile rice mill (penggilingan gabah berjalan).
Secara umum, mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa
penggilingan padi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling
(huller atau husker)
2. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
3. Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
4. Mesin pengayak bertingkat (sifter)
5. Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)
Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan
dan melepaskan kulit gabah. Input bahan dari mesin ini adalah gabah kering giling
(GKG), yaitu gabah dengan kadar air sekitar 14% basis basah dan outputnya berupa
beras pecah kulit (BPK) yang berwarna putih kecoklatan (kusam) atau disebut juga
brown rice. Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah
mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara
memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet
yang dipasang berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir
tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah
mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras
patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan
menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak
terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam
pengumpan hingga semuanya terkupas. Pekerjaan ini dilakukan menggunakan mesin
lain yang disebut mesin pemisah BPK dan gabah, atau secaram umum disebut
pengayak. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak
seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung
pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari
beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan mesin pemisah gabah dari beras pecah
kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.
Selanjutnya beras pecah kulit mengalami proses penyosohan yang dilakukan
menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Mesin penyosoh
adalah mesin yang berfungsi untuk menyosoh beras ecah kulit menjadi beras pecah
kulit. Beras pecah kulit yang dihasilkan oleh alat pengupas kulit berwarna kotor, tidak
bercahaya, karena di bagian luarnya masih dilapisi oleh lapisan kulit ari. Di kulit ari
atau lapisan bekatul (dedak halus) dapat dilepaskan dari beras pecah kulit ini,
sehingga berasnya nampak lebih putih, lebih bersih dan bercahaya. Proses
penyosohan beras pecah kulit dengan menghilangkan lapisan bekatul menjadi beras
sososh ini disebut “proses penyosohan”. Hasil akhir dari proses ini adalah beras sosoh
dengan hasil samping berupa bekatul atau dedak halus.
Berbagai macam model dan tipe mesin penyosoh beras dewasa ini lebih banyak
dipergunakan di Indonesia, baik yang diimpor maupun yang telah dibuat di dalam
negri. Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi
jetpeller. Alat ini dapat berdiri sendiri terpisah dari alat pengupasa gabah, dapat pula
merupakan suatu kesatuan (unit) mesin pengupas gabah dan penyosoh beras yang
digabungkan sekaligus. Masing-masing model mempunyai ciri dan operatornya.
Ketrampilan operator ikut menentukan naiknya efisiensi kerja mesin yang
dipergunakan.
Prinsip kerja penyosoh adalah beras pecah kulit yang dimasukkan ke dalam
ruang penyosohan akan mengalami proses gesekan oleh silinder penyosoh, oleh
dinding dari ruang penyosoh dan juga mengalami gesekan antara beras dengan beras
dan melepaskan lapisan bekatulnya. Makin lama beras berada di dalam ruang
penyosoh dengan proses gesek menggesek tersebut makin lama berasnya semakin
tersosoh dan lapisan bekatulnya makin banyak yang terpisahkan. Silinder penyosoh
dapat terbuat dari besi ataupun dari batu yang dicetak (gerinda). Sebagian beras akan
pecah atau patah, baik disebabkan karena patah mekanis maupun patah fisik.
Banyaknya beras patah dihitung dalam %, yaitu besarnya prosentase beras pecah
(broken rice) yang terdapat di dalam beras sosoh.
Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut
kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras
patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan
dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah
(silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali
dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas
bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran
50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung,
dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit
portabel.
Bila ditinjau dari konstruksinya, mesin-mesin penggiling padi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP).
Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran
bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap
kadangkala dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pemecah kulit,
dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan.
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-
rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau
mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai
mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang terdiri dari
beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara
harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat
bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin
yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya,
bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk
dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan
mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan
berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir).
Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat,
sehingga praktis dan mudah digunakan.
Rice Milling Plant (RMP) merupakan jenis mesin penggilingan padi yang
terdiri dari beberapa unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-masing
fungsinya dalam proses penggilingan beras. Karena terpisah, unit-unit pada RMP
dapat memiliki kapasitas yang berbeda, sehingga waktu operasional tiap unit tidak
sama untuk jumlah padi yang sama. Hal ini bukan merupakan masalah, hanya
memerlukan penjadwalan yang lebih baik untuk operasional dan perawatan unit-unit
yang terpisah tersebut. Namun demikian aliran bahan dapat dijalankan secara
otomatis bila mesin-mesin dari RMP merupakan satu set mesin yang sama, dari
industri manufaktur yang sama. RMP biasanya memiliki kapasitas giling yang lebih
besar daripada RMU yaitu antara 1.0 hingga 5.0 ton/jam.
Proses pengolahn padi dari gabah menjadi beras yang siap di pasarkan yaitu
dengan cara gabah dipanen pada tingkat kadar air sekitar 22% sampai 25% basis
basah. Gabah dengan kadar air demikian tidak dapat langsung digiling karena
kulitnya masih cukup basah sehingga sukar pecah dan terkupas. Oleh karena itu
gabah perlu dikeringkan hingga kadar airnya berkisar 14% basis basah, yang biasanya
dilakukan melalui proses penjemuran. Pengeringan juga dapat dilakukan
menggunakan berbagai tipe alat pengering mekanis yang biasanya dioperasikan oleh
penggilingan padi berskala besar.
Sesudah dirontokkan gabah kemudian dijemur di lamporan. Lamporan adalah
suatu lantai semen yang dibuat agak tinggi di bagian tengahnya dengan saluran air
diantaranya untuk mencegah berkumpulnya air hujan. Praktek penjemuran yang baik
adalah dengan menggunakan alas tikar atau plastik/terpal pada lantai sehingga gabah
pada lapisan dasar tidak terkena panas yang berlebihan akibat pemanasan lantai
semen, selain memudah untuk ditutupi dan diangkut ke gudang dengan cepat bila
sewaktu-waktu turun hujan selama penjemuran. Gabah hasil pengeringan dengan
kadar air sekitar 14% basis basah disebut gabah kering giling (GKG) karena sudah
dapat menjalani proses penggilingan.
Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari segala kotoran seperti
jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Kotoran-kotoran lunak seperti
jerami akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan kotoran-kotoran keras seperti
batu akan merusak mesin penggiling. Penggilingan gabah dimulai dengan proses
pemecahan dan pengupasan kulit/sekam, dilanjutkan penyosohan beras pecah kulit
(BPK) dan diakhiri dengan pemutuan (grading), sebelum dikemas dan dijual.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).
2. Mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mesin pemecah kulit/sekam atau pengupas kulit/sekam gabah kering giling
(huller atau husker)
Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator)
Mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher)
Mesin pengayak bertingkat (sifter)
Mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung)
3. Proses penggilingan padi dari gabah menjadi beras yang siap di pasarkan :
Gabah dimasukan kedalam huller dan dihasilkan brown rice
Brown rice dimasuaka ke ayakan, beras yang masih kotor dimasukan
kembali kedalam huller
Beras yang sudah bersih dimasukan kedalam polisher untuk proses
pemutihan
Beras dikemas dan sipa dipasarkan
B. Saran
Sebaiknya peserta praktikan dapat mengkondisikan diri lebih rapi sehingga,
dalam pengamatan RMU tidak mengalami kekacau. Karena hanya sedikit
yang memperhatikan proses penggilingan padi.
Sebaiknya praktikan dan asisten praktikum dapat mengefisensikan waktu
dengan datang tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Waries, A. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Budiastra, I. Wayan. 2005. Teknologi Penanganan Pasca Panen Padi. Diktat
Kuliah. Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Budiharti, Uning dkk. 2008. Mekanisasi Penggilingan padi. Balai Besar.
Tangerang :Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Heddy.S, W.H, Susanto. M. Kurniaty. 1994. Pengantar Produk Tanaman dan
Penanganan Pasca Panen Edisi ke 1. Jakarta Raja: Grafida.
Hadiwijoto. S dan Soehardi. 1980. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 23 Desember 2011.