laporan uji atraktan

13
PENDAHULUAN Latar Belakang Lalat buah merupakan salah satu hama penting pada tanaman hortikultura. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah. Pada saat populasi tinggi, intensitas serangannya dapat mencapai 100%. Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae, subfamili Dacinae, tribe Dacine. Di dunia, famili Tephritidae berjumlah kurang lebih 400 spesies dan dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut termasuk yang tersebar di antara jenis lalat diptera yang secara ekonomi penting. Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu genus Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al. 1992). Famili Tephritidae mudah dikenal dari bentuk imagonya yang berciri karakteristik pembuluh sayap yang mempunyai pola berwarna- warni indah. Lalat buah tephritid sering ditemui hinggap pada daun atau bunga pada siang hari. Di Indonesia saaat ini telah diidentifikasi sebanyak 66 spesies lalat buah yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini sudah tentu akan meningkat, tergantung dari kejelian melakukan identifikasi. Salah satu spesies lalat buah yang dikenal sangat merusak buah-buahan adalah Bactrocera sp. Sasaran utama serangan lalat buah ini antara lain belimbing manis, jambu air,

Transcript of laporan uji atraktan

Page 1: laporan uji atraktan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lalat buah merupakan salah satu hama penting pada tanaman hortikultura.

Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan

lalat buah. Pada saat populasi tinggi, intensitas serangannya dapat mencapai

100%. Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae,

subfamili Dacinae, tribe Dacine. Di dunia, famili Tephritidae berjumlah kurang

lebih 400 spesies dan dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut

termasuk yang tersebar di antara jenis lalat diptera yang secara ekonomi penting.

Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu genus

Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al. 1992). Famili Tephritidae

mudah dikenal dari bentuk imagonya yang berciri karakteristik pembuluh sayap

yang mempunyai pola berwarna- warni indah. Lalat buah tephritid sering ditemui

hinggap pada daun atau bunga pada siang hari.

Di Indonesia saaat ini telah diidentifikasi sebanyak 66 spesies lalat buah

yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini sudah tentu akan meningkat,

tergantung dari kejelian melakukan identifikasi. Salah satu spesies lalat buah yang

dikenal sangat merusak buah-buahan adalah Bactrocera sp. Sasaran utama

serangan lalat buah ini antara lain belimbing manis, jambu air, jambu biji (jambu

bangkok), mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai. Sifat khas lalat buah ini

adalah hanya bisa bertelur di dalam buah. Larva yang menetas di dalam buah akan

merusak buah, sering disebut buah berulat yang merupakan larva dari lalat buah

tersebut. Buah kemudian membusuk oleh kontaminasi bakteri yang terbawa

bersama telur dari tubuh lalat, dan selanjutnya buah akan gugur. Buah yang gugur

ini apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnakan akan merupakan sumber

perkembangan lalat buah generasi berikutnya.

Di indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk

jenis lokal (indigenous), tetapi hanya 8 spesies termasuk hama penting, yaitu

Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de Meijere), Bactrocera (B.) dorsalis

Hendel, Bactrocera (B.) carambolae Drew dan Hancock, Bactrocera (B.)

Page 2: laporan uji atraktan

umbrosa (Fabricius), Bactrocera (Zeugodacus) caudata (Fabricius) dengan

sinonim Bactrocera (Z.) tau (Walker), Bactrocera (Z.) cucurbitae (Coquillett),

dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedemann) (Orr 2002). Lalat buah dari

negara lain kemungkinan dapat menambah jumlah hama ini di Indonesia.

Beberapa spesies yang perlu diwaspadai sebab mempunyai potensi untuk

menginvasi Indonesia, antara lain adalah Mediterranian fruit fly (Ceratitis

capitata), Queensland fruit fly (B. ryoni), Rhagoletis completa Cresson,

Anastrepha ludens (Loew), B. Zonata Saunders, B. Musae Tryon, B.

Philippinensis Drew dan Hancock, B. Passiflorae (Froggatt), B. Occipitalis

(Bezzi), B. Latifrons (Hendel), dan Monacrostichus citricola Bezzi. Semua

spesies tersebut termasuk dalam kategori Organisme Pengganggu Tanaman

Karantina (OPTK). Lalat buah yang termasuk dalam daftar OPTK tersebut sangat

berbahaya, sebab apabila lalat buah eksotik masuk dan mampu berkolonisasi

(established) akan lebih banyak membuat kerusakan dibandingkan dengan lalat

buah lokal.

Tujuan

Penggunaan perangkap dengan atraktan tertentu sebenarnya ditujukan

untuk memonitoring populasi lalat buah yang ada di lapang dan mendeteksi

spesies lalat buah.

Page 3: laporan uji atraktan

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah beberapa ml Metil

eugenol (nama dagang Hogy) dan Cue lure sebagai atraktan, kapas, kertas label,

alat perangkap yang terbuat dari wadah plastik berlubang, kawat penggantung

kapas.

Wadah plastik diberi lubang pada sisi atas dan bawahnya. Pada bagian

samping wadah plastik diberi kawat untuk menempelkan kapas dan kawat

penggantung. Pada saat pemakaian, wadah plastik dimiringkan sehingga lubang

terletak pada bagian samping kiri dan kanan. Kapas kemudian dibasahkan dengan

beberapa ml Metil eugenol atau cue lure. Setiap grup melakukan pemerangkapan

dengan 2 alat perangkap, masing-masing satu metil eugenol dan satu cue lure.

Semua bahan dan alat yang telah dirangkai dibawa ke Arboretum Lanskap dan

digantungkan pada tangkai pohon yang dipilih secara acak. Alat perangkap

dibiarkan di pohon selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, alat perangkap diambil

dari pohon. Lalat buah yang terperangkap diambil dan bungkus dengan kertas

tisue dan dimasukkan ke dalam tabung film. Lalat buah kemudian diidentifikasi

dihitung untuk setiap perangkap. Alat perangkap yang telah selesai digunakan

dikembalikan kepada asisten atau laboran.

Page 4: laporan uji atraktan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Nama Spesies Cue Lure + Pestisida

Metil eugenol + Pestisida

I II-Bactrocera albistrigata-Bactrocera carambolae-Bactrocera melastomatos

2--

---

---

-Bactrocera spp.-Tidak teridentifikasi

2-

-47

--

-Bactrocera umbrosus-Bactrocera cucurbitae-Bactrocera carambolae-Bactrocera reocognata-Bactrocera melastomatos-Formicidae (famili)

------

23185617413

--

352436-

-Bactrocera dorsalis-Ordo Lepidoptera

--

14-

421

-Bactrocera impunctata-Bactrocera carambolae-Bactrocera sp.-Formicidae (famili)

--319

2022--

----

-Bactrocera umbrosus-Bactrocera melastomatos-Bactrocera carambolae-Bactrocera reocognata

----

71013-

--14

Pembahasan

Penangkapan lalat buah dengan menggunakan perangkap yang berisi

umpan berupa atraktan pada praktikum ini dapat memerangkap beberapa spesies

lalat buah. Atraktan merupakan bahan kimia sintesis yang dapat mengeluarkan

bau atau aroma buah atau wewangian berahi lalat betina. Perangkap yang sudah

dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam

Page 5: laporan uji atraktan

perangkap karena aroma atraktan, dan akan menyebabkan kematian akibat

pengaruh insektisida.

Pada praktikum kali ini digunakan atraktan berupa cue lure yang

merupakan atraktan yang lebih spesifik sehingga spesies lalat buah yang

ditangkap lebih sedikit. Jenis atraktan yang juga digunakan adalah metil eugenol.

Atraktan dapat menarik lebih banyak spesies lalat buah, sehingga jenis lalat buah

yang terperangkap lebih banyak.

Metil eugenol mengandung bahan aktif Metil eugenol 800 g/l. Pemasangan

perangkap yang menggunakan Metil eugenol dikerjakan sejak pembentukan buah

sampai panen. Pemberian petragenol 800 L pada kapas dikerjakan setiap 4

minggu sekali. Dalam 1 ha pertanaman mangga dapat dipasang 25 titik

penempatan dengan jarak antar masing-masing perangkap 20 meter.

Sasaran penggunaan, dosis, serta waktu aplikasinya adalah sebagai berikut:

Komoditas Jasad Sasaran Dosis/Konsentrasi Cara & Waktu aplikasi

Mangga Lalat buah Dacus spp. O,125ml/perangkap Teteskan pada kapas yang

dipasang pada perangkap.

Perangkap dipasang bila

terlihat ada serangan.

Cabai Lalat buah Dacus

ferrogineus

Aplikasi atraktan petrogenol 800 L dipaparkan pada medium kapas.

Manfaatkan kapas yang dipilin sebesar ibu jari, kemudian diikat pada kawat kecil.

Teteskan petrogenol 800 L sebanyak 0,125 – 0,25 ml ( pada kapas sampai basah,

namun tidak menetes). Pasang pilinan kapas yang sudah diberi petrogenol 800 L

di dalam tabung perangkap sedemikian rupa sehingga menggantung pada bagian

tengah tabung perangkap. Gantung perangkap pada dahan/ ranting setinggi 2 – 3

meter dari tanah di bagian dalam tajuk pohon.

Salah satu kontra indikasi metil eugenol sebagai atraktan adalah dapat

menyebabkan iritasi ringan pada kulit. Sehingga diperlukan petunjuk keamanan

pada waktu penggunaannya seperti; jangan terkena mata atau kulit. Pada waktu

Page 6: laporan uji atraktan

membuka wadah, memindahkan dan menggunakannya pakailah sarung tangan,

pakaian berlengan panjang, dan celana panjang. Sebelum makan, minum/

merokok setelah bekerja cucilah tangan dan kulit yang terkena dengan air dan

sabun. Setelah digunakan cucilah alat yang dipakai dan pakaian pelindung.

Simpanlah dengan tertutup rapat di tempat yang sejuk, terkunci, jauh dari

jangkauan anak-anak. Rusakkan bekas wadahnya dan benamkan ke dalam tanah

sedalam 50 cm ditempat yang jauh dari sumber air. Gejala dini keracunan

diindikasikan dengan iritasi ringan pada bagian kulit yang terpapar.

Adapun petunjuk pertolongan pertama pada keracunan: tanggalkan

pakaian yang terkena bahan atraktan ini dan cucilah kulit yang terkena dengan air

dan sabun. Bila mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena dengan air yang

mengalir selama 15 menit. Bila tertelan usahakan pemuntahan dengan cara

menggelitik pangkal tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Segera hubungi

dokter. Perawatan oleh dokter : perawatan medis secara simtomatik.

Pestisida yang digunakan pada praktikum ini memiliki merk Decis 2,5 Ec.

Bahan aktif yang dikandung adalah Delta Metrin 25 g/l dengan konsertrasi

larutan 1 ml/liter.

Atraktan metil eugenol yang memiliki stuktur

kimia lebih banyak menangkap lalat buah, karena

senyawa ini serupa dengan feromon seks yang

dikeluarkan oleh serangga betina sehingga lalat buah (jantan) terpikat oleh metil

eugenol. Dari praktikum yang dilakukan, penggunaan atraktan ini hanya dapat

menangkap beberapa spesies dari Ordo Diptera dan Hymenoptera diantaranya

adalah :

Page 7: laporan uji atraktan

a.Bactrocera umbrosus b.Bactrocera cucurbitae

c. Bactrocera carambolae d. Bactrocera reocognata

e. Bactrocera melastomatos f. Formicidae (famili)

Dari sejumlah spesies yang didapatkan dari perangkap dengan atraktan

Metil eugenol ini yang paling banyak ditemukan adalah spesies lalat buah

Bactrocera carambolae dari family Tephritidae ( Ordo : Diptera ). Hal ini

disebabkan karena spesies ini memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga

jenis spesies ini dapat kita temukan di setiap tanaman, seperti pohon bungur,

beringin, pepaya, cabai, nangka, dan belimbing.

Selain digunakan untuk memerangkap lalat buah atraktan Metil eugenol

ini dapat juga dimanfaatkan dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri,

farmasi, dan untuk memonitor dan sekaligus mengurangi populasi serangga.

Sedangkan pada perangkap dengan atraktan Cue lure ditemukan beberapa spesies

lalat buah sebagai berikut: Bactrocera albistrigata, Bactrocera spp., dan

Formicidae (famili). Atraktan ini hanya sedikit menarik lalat buah karena bersifat

lebih spesifik terhadap spesies tertentu saja.

Page 8: laporan uji atraktan

KESIMPULAN

Perangkap yang dipakai dalam pengendalian lalat buah dengan

menggunakan atraktan berpengaruh terhadap keefektifan penangkapan lalat buah

jantan. Dari dua atraktan yang digunakan dalam praktikum ini yang paling efektif

dalam memonitoring lalat buah adalah atraktan Metil eugenol, dan spesies yang

paling banyak ditemukan dari penggunaan atraktan ini adalah Bactrocera

carambolae.

Page 9: laporan uji atraktan

DAFTAR PUSTAKA

Drew, R.A.I. and D.L. Hancock.1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit

files (Diptera: Tephritidae: Dacinae) in Asia. Bulletin of Entomological

Research Supplement 2. 68p.

Siwi Sri Suharni, Hidayat Purnama. 2004. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah

penting Bactrocera spp. (Diptera, Tephritidaae) di Indonesia. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Bioekologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian.

Wahyu Prihandoyo. 2004. Keefektifan Beberapa Bentuk Perangkap Lalat Buah

Buatan pada Tanaman Buah- buahan di Bogor. Skripsi. Departemen

Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

http://www.tanindo.com/abdi8/hal2001.htm [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.padil.gov.au [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.padil.gov.au [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.ars.usda.gov/is/graphics/

photos[17 Mei 2009]

www.popgen.unimaas.nl [17 Mei 2009]

www.salaswildthoughts.blogspot.com [17 Mei 2009]

www.aptaregional.sp.gov.br [17 Mei 2009]

Page 10: laporan uji atraktan