Laporan Tutorial Komposit-print

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan saat ini berubah secara perlahan seiring dengan perubahan zaman. Dokter gigi menjadi lebih sering dicari, bukan lagi untuk mengobati melainkan untuk merubah penampilan seseorang menjadi lebih baik. Perubahan trend ini meski secara umum terjadi di kota besar, terjadi pula di daerah pedesaan yang masih dapat menjangkau siaran televisi. Persamaan persepsi tentang cantik, tampan dan senyum yang menarik terus membuat kebutuhan akan dokter gigi yang berperan dalam membentuk gigi yang bersih, rapi dan putih untuk menambah daya tarik wajah terus meluas. Perubahan trend kuratif (pengobatan) menjadi estetika (keindahan) yang mengarah ke kedokteran gigi kosmetik, cukup menggembirakan, karena setidaknya pasien tidak hanya membutuhkan dokter gigi saat sakit saja, namun juga saat pasien membutuhkan dokter gigi untuk memenuhi rasa percaya diri dalam pergaulan sosial. Kedokteran gigi estetik juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang terus menerus karena pembuatan bahan kedokteran gigi estetik terus disempurnakan untuk memenuhi kriteria sewarna dengan gigi asli, kuat, tidak mudah berubah warna dan mudah dalam pemakaiannya. Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia 2010 tersebut sekiranya harus diperhitungkan dengan lebih mengembangkan upaya-upaya promotif kesehatan, preventif maupun kuratif kepada semua kalangan masyarakat Indonesia baik secara individu maupun kelompok. Pembangunan kesehatan meliputi sejumlah bidang kesehatan, termasuk pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut. Seperti telah diketahui berbagai pelayanan kesehatan gigi dan mulut telah banyak dilakukan, namun tetap saja angka penyakit gigi dan mulut cenderung meningkat. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi merupakan suatu masalah yang selayaknya mendapatkan perhatian dalam porsi besar, sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan adalah kasus karies gigi, karena prevalensinya cukup tinggi dalam ilmu Kedokteran Gigi di Indonesia. Berdasarkan hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)-Survey Kesehatan Nasional (SURKENAS) tahun 2004 menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05 %. Hal ini merupakan salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Gigi yang berlubang memang tidak

description

q

Transcript of Laporan Tutorial Komposit-print

Page 1: Laporan Tutorial Komposit-print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan saat ini berubah secara perlahan seiring dengan perubahan zaman. Dokter gigi menjadi lebih sering dicari, bukan lagi untuk mengobati melainkan untuk merubah penampilan seseorang menjadi lebih baik. Perubahan trend ini meski secara umum terjadi di kota besar, terjadi pula di daerah pedesaan yang masih dapat menjangkau siaran televisi. Persamaan persepsi tentang cantik, tampan dan senyum yang menarik terus membuat kebutuhan akan dokter gigi yang berperan dalam membentuk gigi yang bersih, rapi dan putih untuk menambah daya tarik wajah terus meluas.

Perubahan trend kuratif (pengobatan) menjadi estetika (keindahan) yang mengarah ke kedokteran gigi kosmetik, cukup menggembirakan, karena setidaknya pasien tidak hanya membutuhkan dokter gigi saat sakit saja, namun juga saat pasien membutuhkan dokter gigi untuk memenuhi rasa percaya diri dalam pergaulan sosial. Kedokteran gigi estetik juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang terus menerus karena pembuatan bahan kedokteran gigi estetik terus disempurnakan untuk memenuhi kriteria sewarna dengan gigi asli, kuat, tidak mudah berubah warna dan mudah dalam pemakaiannya.

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia 2010 tersebut sekiranya harus diperhitungkan dengan lebih mengembangkan upaya-upaya promotif kesehatan, preventif maupun kuratif kepada semua kalangan masyarakat Indonesia baik secara individu maupun kelompok. Pembangunan kesehatan meliputi sejumlah bidang kesehatan, termasuk pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut. Seperti telah diketahui berbagai pelayanan kesehatan gigi dan mulut telah banyak dilakukan, namun tetap saja angka penyakit gigi dan mulut cenderung meningkat.

Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.

Kesehatan gigi merupakan suatu masalah yang selayaknya mendapatkan perhatian dalam porsi besar, sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan adalah kasus karies gigi, karena prevalensinya cukup tinggi dalam ilmu Kedokteran Gigi di Indonesia. Berdasarkan hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)-Survey Kesehatan Nasional (SURKENAS) tahun 2004 menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05 %. Hal ini merupakan salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Gigi yang berlubang memang tidak sehat, namun masyarakat di Indonesia masih belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulutnya. Terbukti dari separuh masyarakat Indonesia berusia 10 tahun mengidap masalah karies atau lubang gigi yang masih banyak belum teratasi

Melihat keadaan ini sudah sangat jelas bahwa pencegahan untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu digalakkan. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah mengurangi angka indeks karies dengan tindakan konservatif (penambalan). Penambalan gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan suatu bahan tambal pada lubang gigi yang telah dibersihkan dengan pengeboran. Tujuan pengeboran adalah untuk mengangkat dan membersihkan struktur gigi yang telah dirusak oleh asam yang diproduksi bakteri. Setelah struktur yang rusak ini dibersihkan, lubang gigi yang baru harus diisi kembali untuk mengembalikan fungsi gigi seperti semula, juga untuk mencegah proses kerusakan gigi yang lebih lanjut sehingga mencegah terjadinya pencabutan. Bahan yang dipakai untuk menambal gigi sangat bervariasi, bahan yang paling sering diaplikasikan oleh dokter gigi adalah komposit, glasionomer, dan amalgam .

Amalgam gigi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1826 sebagai ‘pasta perak’. Tumpatan amalgam awal dibuat dari koin perak yang dicampur dengan merkuri, tetapi bahan ini tidak dapat diandalkan dan pada abad kesembilan belas dinyatakan sebagai suatu tindakan

Page 2: Laporan Tutorial Komposit-print

malpraktek oleh the American Society of Dental Su Amalgam adalah bahan tambal tertua dengan komposisi merkuri (43-54 %), perak, timah, zink, dan tembaga.rgeon .Tambalan amalgam merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi

Namun pada hakikatnya tambalan amalgam tidak dapat lagi terlepas dari dunia konservasi gigi. Oleh karena itu, penyusunan laporan ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh merkuri dalam proses pembuatan tambalan amalgam bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan komposit mengenai a. Komposisib. Syarat dan sifat c. Klasifikasi

2. Kelebihan dan kekurangan komposit secara umum3. Manipulasi resin komposit

1.3 Tujuan

1. Mengetahui komposit mengenai a. Komposisib. Syarat dan sifat c. Klasifikasi

2. Mengetahui Kelebihan dan kekurangan komposit secara umum3. Mengetahui manipulasi resin komposit

BAB IIISI

MAPPING

KOMPOSIT

KLASIFIKASI

KELEBIHAN DAN

KEKURANGAN

SIFAT DAN SYARAT

KOMPOSISI MANIPULASI

Page 3: Laporan Tutorial Komposit-print

A. KOMPOSISI RESIN KOMPOSIT SECARA UMUM a. Matriks resin : merupakan bahan yang berfungsi sebagai

bahan pengikat, biasanya berupa Bis-GMA, UEDMA, TEGDMA.

b. Filler : merupakan bahan pengisi resin, bahan pengisi dapat berupa materi organic ataupun materi anorganik. Contoh filler ; quartz, kaca, logam berat, silika koloidal

c. Interfasial coupling agent : merupakan bahan pengikat antara filler atau bahan pengisi dengan matriks resin. Contoh bahannya adalah silane

d. Activator dan inisiator merupakan bahan yang digunakan sebagai pengaktivasi proses polimerisasi. Contoh bahannya adalah benzoil peroksida, champorquinon, sinar tampak, amin tersier dan lain-lain

e. Inhibitor merupakan bahan yang berfungsi sebagai penghambat agar tidak terjadi proses polimerisasi spontan

f. Modifier optic merupakan bahan pewarna komposit agar sesuai dengan warna enamel gigi

KOMPOSISI KOMPOSITBahan komppsit modern mengandung sejumlah komponen. Kandungan utama adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping kedua kompone bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivatir-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin. Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap sinar ultraviolet) dan mencegahpolimerisasi dini (bahan penghamabta seperti hidroquinon).

Komposit harus pula mengandung pigemn untuk memperoleh warna yang cocok dengan struktur gigi.Matriks Resin

Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatic atau alipatik. Bis-GMA, uretham dimetakrilat (UEDMA), trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang uum digunakan dalam komposit gigi.

Monomer yang digunakan untuk bahan komposit dibagi menjadi dua, yaitu principal monomer (monomer denganberat molekul lebih besar) dan diluents monomer (monomer dengan berat molekul lebih kecil)

Principal monomer

Kebanyakan komposit mengandung sebagian besar aromatic dimetakrilat system, yaitu monomer jasil reaks antara bisphenol-A dan glycidyl metakrilat, biasa disebut Bis_GMA atau Bowen’s Resin. Monomer ini sangat kental dan dapat mengalami polimerisasi addisi menghasilkan polimer padat yang crosslink.

Beberapa produk mempergunakan monomer lain seperi urethane dimetakrilat. Sifat-sifat komposit yang terbuat dari bahan yang disebut terakhir ini pada umumnya serupa dengan bahan yang mengandung Bowen’s Resin. Diluents monomer

Ialah bahan monomer lain yang terkandung dalam komposit yang berkhasiat mengurangi viskositas bahan sehingga memungkinkan percampuran yang baik dengan bahan pengisi anorganik dan memudahkan manipulasi klinis. Monomer ini dapat :

a. Monofungsi , seperti methyl metakrilat. b. Bifungsi, monomer ini biasanya lebih disukai misalnya

ethylene glycol dimetakrilat atau trietilen glikol dimetakrilat. Monomer bifungsi ini lebij disukai daripada monofungsi karena memiliki kontraksi yang lebih kecil semala polimerisasi, menghasilkan struktur cross-link lebih banyak sehingga lebih keras dan kuat dan mempunyai koefisien ekspansi termis lebih rendah, levih stabil,

Page 4: Laporan Tutorial Komposit-print

tidakmudah menguap dan menghasilkan polimer yang lebih sedikit mengabsorpsi air.

Lebih besar jumlah diluents monomer menyebabkan bahan komposit mempunyai viskositas lebih rendah tetapi juga menyebabkan kontraksi yang lebih besar selama polimerisasi.

Partikel Bahan PengisiDimasukkanya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks

secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Bila tidak, partikel bahn pengisi dapat melemahkan bahan.

Partikel pengisi umumnya dihasilkan dari penggilingan atau pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1 – 0,01 mikrometer. Partikel silika dengan ukuran koloidal (kira-kira 0,04 mikrometer) secara kolektif disebut bahan pengisi mikro dan diperoleh dari proses pirolitik atau presipitasi.

Untuk memastikan estetik dari restorasi komposit, ketransparan bahan pengisi harus serupa dengan struktur gigi. Untuk memastikan translusensi yang baik, indeks refraks harus serupa dengan resin. Untk bis-GMA dan TEGDMA, indeks refraksi adalah sekitar 1,55 dan 1,46, sementara campuran 2 komponen dengan proporsi yang sama per berat, memberikan indeks refraksi sekitar 1,5.Kebanyakan kaca dan quartz yang digunakan sebagai bahan pengisi memiliki indeks refraksi sekitar 1,5 yang cukup untuk mendapatkan translusensi yang baik.

Quartz telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi, khususnya pada komposit generi 1. Quartz memiliki keunggulan sebagai bahan kimia yanglembam tetapi juga sangat keras, sehingga sulit untuk digiling menjadi partikel halus. Karenanya komposit yang mengandung quartz lebih sulit dipoles dan dpat menyebabkan abrasi pada gigi atau restorasi anatagonisnya.

Radiopak bahan pengisi disebabkan oleh sejumlah kaca dan porseleng yang mengandung logam berat seperti Barium (Ba), Strontium (Sr), dan Zirconium. Partikel kaca tersebut memiliki indeks refraski sekitar 1,5 untuk menyamai resin. Kac apengisi paling dipakai adalah kaca barium. Mesipun bahan pengisi ini warna radiopak, bahan ini tidak selembam bahan quartz pada medium berari. Perbedaan

komposisi media penyimpanan (airdan saliva) mempengaruhi mudah tidaknya tepi bahan tambal terkelupas sehingga sulit memperkirakan efek klinis dari pemaparan aliva.Bahan Coupling

Partikel bahan pengisi harus berikatan dengan matriks resin. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang kaku. Ikatan anatara 2 fase komposit dioeroleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta membeirkan kestablikan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar-muka bahan pengisi dan resin.

Meskipun titanat dan zirkonat dapat dipakai sebagai bahan coupling, organosilan seperti γ-metakriloksipropiltrimetoksil silane lebih sering digunakan. Pada tahap hidrolisasi ini , silane mengandung gugus silanol yangdapat berikatan dengan silanolpada permukaan bahan pengisi melalui pembentukan ikatan siloxane (S—O—Si). Gugus metarktilat dari gabungan organosilen membentuk ikatan kovalen dengan resin bila terpolimerisasi jadi menyempurnakan proses coupling.

Peran coupling yang tepat dengan bantuan organosilan amatlah oenting terhadap penampilan klinis dari komposit berbasis resin.Sistem activator-inisiator

Monomer metal metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energy eksternal (panas atau sinar).

a. Resin yang diaktifkan Secara Kimia

Bahan yangdiaktifkan secara kimia dipasok dalam 2 pasta , satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnta activator amin tersier. Bila kedua pasta diaduk, amin berekasi dengan bezoil peroksida untuk membentuk radikal bebas, dan polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini biasanya digunakan untuk restorasi dan pemuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber sinar.

b. Resin yang diaktifkan dengan Sinar

Page 5: Laporan Tutorial Komposit-print

Sistem pertama yang diaktidakn dengan sinar menggunakan sinar ultraviolet untuk merangsang radikal bebas., Dewasa ini komposit yang diaktifkan dengan sinar ultraviolet telah digantikan dengan sistem yang diaktidkan sinar yang dapat dilihat dengan mata, yang secara nyata meningkatkan kemampuan beroplimerisasi lapisan yang tebal sampai 2 mm. Juga, kompist yang diaktidkan dengan sianr tampak lebih luas penggunaannya dibandingkan bahan yang diaktifkan secara kimia. Komposit gigi yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal dalam suatu semprit. Radikla bebas pemulai reaksi, terdii dari ata molekul foto-inisator dan activator amin terdaat dalam pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang geombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator dan interkasi dengan amin untuk membentuk radikal bebasyang mengawali polimerisasi tambahan.

Fotoinisiator yang umum digunakan adalah camphoroquinone, yang memiliki penyerapan brkisar 400 dan 500 nm yang berad apada region biru dari spectrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta 0,2% berat atau kurang. Juga ada sejumlah aselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan camphoroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% berat , yang ada dalam pasta.Penghambat polimerisasi.

Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghamabta ditambahkan pada sistem resin . Penghambat ii mempunyai potensi reaksi yang kuat dengan radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk, seperti dengan suatu pemaparan singkat terhadap sinar ketika bahan dikeluarkan dari kemasa, bahan penghambat bereaksi denga radikal bebas, dan kemudian menghambat perpajangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali prses polimerisasi. Bila semua bahan penghambat telah terpakai, perpanjangan ratai akan terjadi. Baham penghambat yang umum dipakai adalah butykated hydroxytoluene dengan konsentrasi 0,01% berat.Modifier Optik

Untuk mencocokkan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat

menyerupai struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan logam berbeda yang ditambahkan dalam jumlah sedikit.

Translusensi atau opasitas dibuat untuk meyesuaikan dengan warna email dan dentin. Sebagai contoh, bila daerah insisal kelas IV direkontruksi, translusensi komposit memungkinkan terlalu banyak sinar melalui restorasi. Sebagai hasilnya, sinar dipantulkan atau disebarkan kembali pad apengamat menjadi lebih sedikit, sehingga tepi insisal tampak terlalu gelap. Dengan menambahkan bahan pembuat opak, kekurangan ini dapat diperbaiki. Namun, penambahan bahan pembat opak yang terlalu banyak akan memantulkan sinar terlalu banyak dan pengamat melihat bahwa restorasi terllau putih atau lebih tepat lagi terlalu tinggi nilainya. Untuk meningkatkan opasitas, pabrik pembuat menambahkan titanium dioksid dan aluminium oksid dalam jumlah kecil dalam komposit karena oksida tersebut merupakan bahan pembuat opak yang efektif.

Semua modifier optic mempengaruhi kemampuan transmis cahaya dari komposit. Karena kebanyakan komposit dikeraskan dengan sinar, ini diperkirakan bahwa warna dan opasitas yang berbeda meiliki kedalaman pengerasan yang juga berbeda ketika dipaparkan terhadpa sinar. Penelitian mendukung teori ini dan menunjukkan bawha warna dan keopakan yang lebih gelap harus diletakkan lebih tipis untuk mengoptimalkan polimerisasi.

B. SYARAT DAN SIFAT RESIN KOMPOSIT

1. Sifat – sifat resin komposit

Sifat Bahan Komposit Tradisional..Dalam membandingkan sifat komposit tradisional dengan bahan akrilik nirpasi, amatlah jelas bahwa peningkatan nvata diperoleh melalui struktur komposit. Kekuatan kompresi dari 4 jenis bahan komposit meningkat nyata sebesar 300-500T. melalui pengalihan tekanan terhadap partikel bahan pengisi dibandingkan dengan kekuatan akrilik tanpa bahan pengisi. seperti juga, modulus elastisitas adalah 4-6 kali lebih besar dan kekuatan tarik dua kali lipat. Namun, penyerapan air menurun, pengerutan polimerisasi kira-kira 2%

Page 6: Laporan Tutorial Komposit-print

volume, dan ekspansi termal berkisar 30 x 10 -6 /oC dibandingkan dengan 93 x 10-6 /oC untuk akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, nilai ini masih sekitar 3 kali struktur gigi.Kekerasan komposit lebih besar daripada resin akrilik tanpa bahan pengisi (kira-kira 55 satuan Knoop dibandingkan 15 Knoop). Peningkatan berhubungan dengan penambahan bahan pengisi dan struktur ikatan silang dari resin. secara umum, komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selektif pada matriks resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi yang lebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat radiolusen. Keradioopakannya lebih kecil daripada dentin

Sifat Komposit Berbahan Pengisi Mikro. Komposit berbahan pengisi mikro memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Hal ini sudah diperkirakan, karena 50-70% volume bahan restorasi dibuat dari resin. jumlah resin yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapan air yang lebih tinggi, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi, dan penurunan modulus elastisitas. sebagai tambalan, lemahnya ikatan dari partikel pra-polimerisasi terhadap matriks resin menghasilkan keadaan yang serupa dengan komposit yang mengandung partikel pengisi tanpa proses silanisasi. Penurunan kekuatan tarik mungkin berhubungan dengan adanya retakan di sekitar partikel bahan pengisi yang diikat secara buruk. Komposit berbahan pengisi mikro amatlah tahan terhadap pemakaian dan karena itu bahan tersebut mempunyai ketahanan terhadap keausan yang setara dibandingkan dengan komposit yang mengandung bahan pengisi lebih banyak serta titbits aus

Sifat-Sifat Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil.

Komposit berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan

sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mencapai tujuan ini, bahan pengisi inorganil, ditumbuk menjadi ukuran vang lebih kecil dibandingkan dengan vang biasa digunakan dalam komposit traclisional.Rata-rata ukuran bahan pengisi untuk komposit berkisar 1-5 µm, tetapi penyebaran ukuran amat besar. Distribusi ukuran partikel yang leas ini memungkinkan tingginya muatan bahan pengisi, dan komposit berbahan pengisi partikel kecil umumnya mengandung bahan pengisi anorganik vang lebih banyak (80 % berat dan 60-65 % Volume) dibandingkan dengan komposit tradisional. Ini khususnya berlaku untuk bahan yang dirancang bagi restorasi posterior. Tingginya kepadatan partikel bahan pengisi dibandingkan dengan matriks resin adalah nyata pada contoh terpoles clan bahan komposit yang diisi partikel kecil.Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Matriks resin dari bahan ini scrupa dengan komposit berbahan pengisi mikro dan tradisional. Bahan pengisi utama terdiri alas partikel tumbuk dilapisi silane. Silika koloidal umumnya ditambahkan dalam jumlah sekitar 5 % berat menyesuaikan kekentalan pasta.

TABEL SIFAT BAHAN RESTORASI KOMPOSIT

SIFAT

BAHAN KOMPOSITTradisional Berbahan

Pengisi Mikro

Partikel Kecil

Hybrid

Bahan pengisi anorganik

60-65%volume70-80%berat

20-55% volume35-60% berat

65-77% volume80-90% berat

60-65% volume75-80% berat

Kekuatan Kompresi (MPa)

250-300 250-350 350-400 300-350

Kekuatan tarik (MPa)

50-65 30-50 75-90 70-90

Modulus 8-15 3-6 15-20 7-12

Page 7: Laporan Tutorial Komposit-print

elastic (GPa)Koefisien ekspansi termal (10-

6/oC)

25-35 50-60 19-26 30-40

Penyerapan air (mg/cm2)

0,5-0,7 1,4-1,7 0,6-0,6 0,5-0,7

Nilai Kekerasan Knoop

55 5-30 50-60 50-60

2. Syarat resin kompositSyarat yang harus dimiliki resin komposit untuk digunakan

dalam bidang kedokteran gigi adalah: non iritan non toksik kuat menerima beban kunyah estetika baik mempunyai sifat adhesi yang baik perubahan dimensi yang kecil radiopak koefisien ekspansi mirip enamel

Pertimbangan terhadap biokompatibilitas bahan restorasi biasanya berhubungan dengan efek terhadap pulpa dari dua aspek: keracunan kimia dan bahan atau kebocoran tepi.

Bahan kimia yang berasal dari komposit dapat membahayakan pulpas jika ada komponen yang dikeluarkan atau berdifusi dari bahan dan selanjutnya mencapai pulpa. Komposit yang berpolimerisasi dengan tepat relatif dapat diterima jaringan karena menunjukkan kelarutan minimal dan unsur tidak bereaksi terlepaskan dalam jumlah kecil atau seclikit. Dari sudut pandang toksikologis, jumlah ini terlalu kecil untuk menyebabkan reaksi toksik. Namun, dari sudut pandang imunologis, pada keadaan yang amat

jarang terjadi, pasien dan tenaga kedokteran gigi dapat mengalami reaksi alergi terhadap bahan ini.

Bahan komposit yang tidak mengeras pada dasar suatu kavitas dapat bertindak sebagai penampung dari komponen tidak larut yang dapat menimbulkan peradangan pulpa jangka panjang. situasi ini merupakan bahan pertimbangan untuk bahan yang diaktifkan dengan sinar. Bila klinisi mencoba mengeraskan lapisan resin yang terlalu tebai atau bila waktu pemaparan sinar tidak tepat, bahan yang tidak mengeras atau buruk pengerasannya dapat melepaskan sebagian komponen yang bersebelahan dengan pulpa.

Pertimbangan biologik kedua dihubungkan dengan pengerutan komposit selama pengerasan dan kebocoran tepi. Kebocoran tepi dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri dan mikro-organisms ini dapat menyebabkan karies sekunder, reaksi pulpa, atau keduanyai. Karena itu, prosedur restorasi harus dirancang untuk meminimalkan pengerutan polimerisasi dan kebocoran tepi seperti yang dibahas dalam bagian selanjutnva.

C. KLASIFIKASI KOMPOSIT BERBASIS RESINBerdasarkan Bahan Pengisi

a. Komposisi Bahan Komposit Tradisional

Komposit tradisional adalah komposit yang dikembangkan selama tahun 1970-an dan sudah sedikit dimodifikasi selama bertahun-tahun. Komposit ini juga disebut komposit konvensional atau komposit berbahan pengisi makro – disebut demikian karena ukuran partikel bahan pengisi relative besar. Karena bahan-bahan ini bukanlah bahan yang biasa digunakan lagi, istilah konvensional harus diganti dengan tradisional. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling (8-12 µm)

Komposit ini lebih tahan terhadap abrasi dibandinkan dengan akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar sebagai akibat dari abrasi selektif pada matriks resin yanglebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisiyang lebih keras.

Page 8: Laporan Tutorial Komposit-print

Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat radiolusen. Keradioopkannya lebih kecil daripada dentin.

Kekurangan utama dari komposit tradisional adalah oermukaan kasar yang terjadi selama berangsung keausan dari matriks resin lunak yang menyebabkan partikel pengisi yang lebih tahan aus terangkat. Restorasi ini juga memilki kecenderungan untuk berubaha warna, sebagian karena kecenderungan ari permukaan bertekstur kasar untuk mengikat warna. Fraktur dari lapisan komposit knvensional bukanlah suatu masalah yang sering terjadi termasuk bila digunakan untuk restorasi yang harus tahan terhadap tekanan seperti pada kavitas kelas IV dan kelas II.

Komposit ini memiliki ketahanan yang sangat buruk terhadap keausan. Pengerutan polimerisasi dan koefisien ekspansi sangat berkurang karena tingginya kandungan bahan pengisi anorganik, matriks resin tidak berikatan dengan struktur gigi secara kimia. Karenanya, teknik penempatan haruslah dilakukan dengan cermat dan teknik tersebut haruslah memasukkan pengukuran untuk mengurangi efek dari sumber perubahan dimensi tersebut.

b. Komposisi Komposit Berbahan Pengisi Mikro

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa komposittradisional memiliki permukaan yang kasar. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silika koloida sebagai bahan pengisi anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm, jadi ukuran partikel ini lebih kecilm200-300 kali dibandingkan denan partikel quartz pada komposit tradisional. Konsep kompist dengan bahan pengisi mikro mengandung pengikata resin denan bantuan bahan pengisi, sehingga komposit ini menunjukkan satu permukaan yang halus serupa dengan yang diperoleh dari tamabalan resin akrilik langsung tanpa bahan pengisi.

Amatlah ideal bila bahan pengisi silika koloidal ini dapat ditambahkan dalam jumlah besar secara langsung terhadap matriks

resin. Namun, ini tidaklah mungkin karena besarnya area permukaan yang harus dibasahi oleh matriks resin sehingga dapat menyebabkan penebalan yang tidak semestinya meskipun dengan penambahan bahan pengisi yang amat sedikit.

Komposit berbahan pengisi mikro memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Hal ini disebabkan karena 50-70% bahan restorasi dibuat dari resin. Jumlah resin yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan pengisi menyebabkan penyerapana ri yanglebih tinggi, koefisien ekspansi termal yang lebih tinggi dan penurunan modulus elastisitasnya. Penurunan kekuatan tarik mungkin berhubungan dengan adanya retakan di sekitar bahan pengisi yang diikat secara buruk. Komposit berbahan pengisi mikro amatlah tahan terhadap pemakaian dank arena itu bahan tersebut mempunyai ketahanan terhadap keausan yangsetara dibandingkan dengan komposit yang mengandung bahan pengisi lebih banyak serta tahan aus. Komposit berbahan pengisi miro memilki sifat yang secara nyata lebih baik dan menghasulkan permukaan akhir yang lebih halus, seperti yang diharapkan untuk restorasi estetika dibandingkan dengan komposit lain. Jadi, bahan tersebut lebih disukai untuk restorasi lesi kariespermukaan halus (kelas III dan V).

Komposit berbahan pengisi mikro ini tidak bisa digunakan pada kavitas yang memerlukan ketahanan terhadap tekanan, seperti pada kavitas kelas I,II dan IV, kemungkinan pecahnya restorasi lebih besar. Karena permukaannya lebih halus, bahan ini menjadi resin pilihan untuk merestorasi estetika gigi anteriror, khusunya daerah yang tidak perlu menahan beban dan untuk menambal daerah sub-gingival.c. Komposit Berbahan Pengisi Partikel Kecil

Komposit berbahan pengisi kecil dikembangkan dalam usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit berbahan pengisi

mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik komposit tradisional. Untuk mendapatkan

Page 9: Laporan Tutorial Komposit-print

tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk menjadi ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa digunakan dalam kompist tradisional.

Beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil menggunakan quartz sebagai bahan pengisi, tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengadung logam berat. Matriks resin dari bahan ini serupa dengan komposit berbahan pengisi mikro dan tradisional. Bahan pengisi utama terdiri atas partikel tumbuk dilapisi silane. Silika koloidal umumnya ditambahkan dalam jumlah sekitar 5% berat untuk menyesuaikan kekentalan pasta.

Kategori komposit ini menunjukkan sifat fisik dan mekanis yang paling unggul. Dengan ditingkatkannya kandungan bahan pengisi, terdapat peningkatan dalam hampir semua sifat yang relevan. Kekuatan kompresi dan modulus elastic dari komposit berbahan pengisi partikel kecil melamapui nilai dari komposit tradisional dan komposit berbahan pengisi mikro.

Kehalusan permukaan resin ini ditingkatkan denan penggunaan bahan pengisi yang kecil dan dipadatkan, dibandingkan dengan komposit tradisional. Ketahanan aus ditingkatkan, pengerutan polimerisasi setara atau berkurang dibandingkan resintradisional. Bahan dengan oengisi kaca yang mengandung logam berat biasanya radiopal. Radipka adalah sifat penting untuk bahanyang digunakan untuk restorasi posterior guna mempermudah diagnosis karies kambuhan.

Karena kekuatan komposit tersebut meningkat dan tingginya muatan bahan oengisi, bahan tersbut diindikasikan untuk aplikasi pada daerah dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti kelas I dan kelas II. Ukuran partikel dari beberapa komposit berbahan pengisi partikel kecil memungkinkan diperolehnya permukaan halus untuk pemakaian pada gigi anterior, bahan ini tidak sebaik komposit berbahan engisi mikro atau yang akhir-akhir ini lebih dikembangkan, bahan kompisut hybrid.d. Komposisi Komposit Hibrid

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada

komposit partikel kecil sementara mempertahankan sift komposit partikel kecil tersebut. Komposit hybrid dipandang sebagai bahan yang memiliki estetika setara dengan komposit berbahan pengisi mikro untuk penggunaan restorasi anterior.

Seperti terlihat dari namanya, ada 2 jenis partikel pengisi dalam komposit hybrid. Kebanyakan bahan pengisi hybrid modern terdiri atas silika koloidal dan artikel kaca yang dihaluskan, yang mengandung logam berat, yang mengisi kandungan bahan pengisi sebesar 75-80%.

Sifat mekanik dan fisik untuk sistem ini umumnya berkisar antara bahan komposit tradisional dan komposit berbahan pengisi partikel kecil. Karena partikel yang dihaluskan mengandung sejumlah logam berat, bahan tersebut lebih radiopak dibandingkan dengan email.

Karena kehalusna permukaan dan memiliki kekuatan yang cukup baik, komosit tersebut banyak digunakan untuk rstorasi anterior termasuk kelas IV. Meskipun sifat mekanis umumnya lebih rendah dari komposit berbahan pengisi partikel kecil, kompsit hbrid juga banyak dipakai sebagai restorasi pada daerah yang harus menahan beban berat.

Berdasarkan proses polimerasia. self cured

- aktivasi secara kimia- inisiator berupa benzoil peroksida- activator berupa amin tersier

b. light cured- menggunakan sinar tampak - inisiator berupa champorquinon- activator berupa amin tersier

D. MANIPULASIProses manipulasi komposit - isolasi kavitas

Page 10: Laporan Tutorial Komposit-print

- pemberian etsa asam pada kavitas agar terbentuk mikroporositi sehingga terjadi retensi antara bahan tambal dengan gigi.

- kavitas dikeringkan dan daerah kerja diisolasi dengan saliva ejector

- asam fosfat diaplikasikan kemudian dibiarkan 30 detik- etsa dibersihkan- kavitas dikeringkan- pemberian bahan bonding pada kavitas kemudian

dilanjutkan dengan penyinaran - bahan komposit diaplikasikan untuk mengurangi

kontraksi, dan agar cahaya dapat menembus komposit sehingga pilimerasi berlangsung optimal

Manipulasi resin yang diaktifkan secara kimia . Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam 2pasta, satu

mengandung inisiator benzoil proksida dan lainnya aktivator amin tersier (N,N-dimetil-p-toluidin), seperti yang sebelumnya dijelaskan untuk resi akrilik. Bila kedua pasta di aduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentk radikal bebas, dan embuatan inti yang pengerasannya tidak dengan suber sinar .

Resin yang diaktifkan dengan sinar . Sistem pertama yang diaktifkan dengan sinar mengguanakan sinar ultraviolet untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini komposit yang diaktifkan dengan sinar ultraviolet telah digantikan dengan sistem yang diaktifka n sinar yang dapat dilihat dengan mata , yang secara nyata meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lapisan yang lebih tebal sampai 2mm. Juga komposit yag diaktifkan secara kimia. Komposit gigi yang mengeras dengan sinar dipaosk sebagai pasta tunggal alam suatu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto- inisiator dan aktivator amin, terdapat dalam pasta ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponentersebut tidak berinteraksi. Namunpemapaan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (486nm) merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan.

Fotoinisiator yang umum diunakan adalah camphroquinone, yang memiliki penyerapan erkisar 400 dan 500 nm yang berada pada rego biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2 % berat atau kurang. Juga ada sejumlah aselerator amin yang cocok untuk berinteraksi dengan camphoroquinone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15% berat, yang ada dalam pasta. Metode pengaplikaisan Resin Kompositdalam kavitas

1. Dilakukan ets asam terlebih dahulu2. Kavitas dikeringkan dan daerah kerja diisolasi dengan

menggunakan saliva ejector.3. Asama fosfat diaplikasikan dan di biarkan selama 30 detik.4. Bahan etsa dibersihkan 5. Kavitas dikeringkan 6. Diberi bonding terlebih dahulu kemudian disinar7. Bahan resin komposit diaplikasikan sedikit demi sedikit ke

dalam kavitas.

Etsa asam berfungsi untuk mendapatkan retensi asam fsfat dengan konsentrasi 27% cairan etsa secara mikroskopis akan mengetsa permukaan email dan membentuk celah- celah email pada pengetsaan email tampak daerah yang mengalami

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RESIN KOMPOSIT DALAM

BIDANG KEDOKTERAN GIGI

kelebihan estetika yang baik cukup kuat disesuakan dengan warna gigi mudah dimanipulasi daya simpan lama tidak menghasilkan arus galvanis pada pemakaian biokompatibel

kekurangan daya tahan lebih lemah daripada amalgam

Page 11: Laporan Tutorial Komposit-print

waktu kerja yang lebih lama relative lebih mahal dari amalgam kurang kuat pada gigi posterior menyerapa warna dari makanan kontraksi koefisien muai tinggi