Laporan Terapi Pengobatan Ketergantungan Narkoba

87
LAPORAN TERAPI PENGOBATAN PASIEN PENDERITA KETERGANTUNGAN NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN HERBAL BANDRUX DISELENGGARAKAN OLEH : PT. MEDDIA HERBAL - KUTAI KARTANEGARA BEKERJASAMA DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL ( BNN ) DAN YAYASAN KELOMPOK PEDULI PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN OBAT-OBAT TERLARANG (YKP2N) MAKASSAR PT MEDDIA HERBAL KUTAI KARTANEGARA YKP2N MAKASSAR BADAN NARKOTIKA NASIONAL

description

obat

Transcript of Laporan Terapi Pengobatan Ketergantungan Narkoba

LAPORAN TERAPI PENGOBATANPASIEN PENDERITA KETERGANTUNGAN NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN HERBAL BANDRUXDISELENGGARAKAN OLEH :PT. MEDDIA HERBAL - KUTAI KARTANEGARA BEKERJASAMA DENGANBADAN NARKOTIKA NASIONAL ( BNN ) DANYAYASAN KELOMPOK PEDULI PENYALAHGUNAANNARKOTIKA DAN OBAT-OBAT TERLARANG (YKP2N) MAKASSAR

PT MEDDIA HERBAL KUTAI KARTANEGARA

YKP2N MAKASSAR

BADAN NARKOTIKA NASIONALABSTRAK

Dilakukan terapi pada 12 orang pengguna narkoba yang berdomisili di Makassar. Terapi dilaksanakan oleh Tim PT. Meddia Herbal bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) Makassar.

Terapi dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu :

1. Kelompok yang menggunakan Narkoba tanpa substitusi Metadon dan;

2. Kelompok yang menggunakan Narkoba dengan substitusi Metadon.

Metoda pengobatan ini dilaksanakan dengan metoda sederhana yaitu pengguna narkoba diberi terapi pengobatan menggunakan Herbal Bandrux tanpa harus berhenti mengkonsumsi narkoba secara paksa. Dan hasilnya secara bertahap mereka berhenti mengkonsumsi narkoba karena kalah efeknya dibandingkan dengan Herbal Bandrux.

Dari masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi 3 (tiga) jenis pengguna, yaitu :

1. Pengguna putaw;

2. Pengguna ekstasi;

3. Pengguna Methadone / pengguna campuran.

Terapi dilaksanakan selama satu sampai satu setengah bulan di Makassar. Dilakukan Inform Consent sebelum dilaksanakan terapi. Riwayat pengguna narkoba dicatat dengan teliti mengenai sejak kapan mulai menggunakan narkoba, jenis narkoba dan terapi yang pernah dilaksanakan.

Dilakukan juga pemeriksaan fisik oleh dokter meliputi Vital Sign dan penyakit lain yang mungkin menyertainya meliputi HIV / AIDS, Hepatitis , Penyakit Menular Seksual dan lain lain.

Pemeriksaan Laboratorium yang digunakan adalah tes Darah (Yaitu CD4) dan tes Urine (untuk mendeteksi jenis narkoba yang dipakai), tetapi pemeriksaan laboratorium lainnya juga dilakukan bila diperlukan.

Pengguna narkoba juga di test keadaan psikologisnya oleh psikolog dengan kriteria yang telah ditentukan oleh psikolog. Dan para pendamping menilai dengan menggunakan IRA.

Pengguna narkoba di follow up setiap hari oleh pendamping dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter setiap minggu atau bila diperlukan.

Dari hasil pengobatan yang dilakukan terhadap 12 (dua belas) orang dan satu orang mengundurkan diri karena permintaan orang tua, ternyata dari 11 (sebelas) orang yang diterapi hampir semuanya terbebas dari ketergantungan narkoba jenis apapun, bahkan ada yang mengikuti program ini hanya dalam waktu 1 (satu) bulan saja.

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahNarkoba merupakan masalah dunia yang belum terselesaikan dan bahkan semakin besar masalahnya. Narkoba juga menjadi ancaman bagi bangsa kita, bukan hanya sekedar merusak sendi-sendi kehidupan, tetapi juga generasi muda kita, yang kelak akan memimpin bangsa ini.

Oleh karena itu penanggulangannya harus dilakukan oleh seluruh komponen. Walaupun sudah banyak usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak, namun hasilnya masih belum memuaskan. Hal itu dikarenakan penanganan masalah Narkoba selama ini belum secara utuh, belum terintegrasi dan belum ada pengobatan yang mudah, murah dan menghentikan pemakaian Narkoba.

Pendekatan penanganan yang selama ini dilakukan kurang efektik karena penanganannya dilakukan bersifat Model Legal Moralitas atau Model Medis- Psikiatris. Oleh karena itu sudah saatnya penanganannya dirubah kearah penanganan Model Sosiologis Psikologis, karena persoalan penggunaan narkoba bukan sekedar seseorang yang memasukkan zat kimia berbahaya dan membahayakan kesehatannya, tetapi sudah merupakan masalah masyarakat dengan lingkungan budayanya, sehingga keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya dan masyarakat harus ikut berperan serta memberi tekanan terhadap lingkungan sosialnya agar bebas dari Narkoba.

Persoalan lain yang terjadi sekarang ini adalah belum adanya terapi yang dapat menyelesaikan masalah secara tuntas, karena beberapa terapi yang ada sekarang ini seperti :

1. Abrupt Withdrawal (penghentian secara tiba-tiba tanpa terapi substitusi).Terapi ini kurang manusiawi, detoksifikasi lambat, berbahaya, tidak menjamin kekambuhan dan tidak bisa diterapkan secara massal.

2. Terapi Drug agains Drug (atau terapi substitusi).

Terapi ini juga mempunyai kelemahan yaitu detoksifikasi lambat, penderita butuh waktu lama untuk kembali ke kondisi normal, hanya mengganti obat

yang berbahaya ke obat yang bahayanya lebih rendah, sangat sulit untuk

lepas dari obat substitusi dan bahkan cenderung meningkat dosis ketergantungannya.

3. Terapi DOCA (Detoksifikasi Opioid Cepat dengan Anestesia)

Melakukan anestesi umum selama 6-12 jam kemudian setelah itu diteruskan dengan obat substitusi (naltrekson).Metoda ini perlu tenaga ahli dan merupakan tindakan medik dengan kesulitan yang bervariasi serta hanya untuk pasien ketergantungan opioid, biayanya mahal dan tidak bisa diterapkan secara massal di masyarakat.

masih mempunyai banyak kelemahan / kekurangan dalam pelaksanaannya, tidak bisa diterapkan secara massal dan masih bersifat individual, karena lingkungannya tidak berperan serta.

Oleh karenanya perlu diciptakan obat yang dapat menghentikan kecanduan narkoba serta dapat dilakukan disekitar masyarakat tanpa perlu adanya isolasi, sehingga masyarakat berperan aktif dalam menciptakan masyarakat bebas narkoba.

Tim PT. Meddia Herbal telah meneliti dan menemukan formula Herbal

BANDRUX yang bisa mendetoksifikasi zat racun yang berbahaya dalam tubuh.

Setelah diujicobakan dengan beberapa relawan dan dengan hasil yang menggembirakan, maka rencana selanjutnya akan diuji-cobakan kepada relawan yang lebih banyak dengan pengawasan yang lebih ketat serta diharapkan partisipasi pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian singkat dari latar belakang diatas, memberi dasar bagi penerapi untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana menghentikan pemakaian berbagai jenis narkoba dan substitusinya dengan menggunakan Herbal Bandrux selama kurang lebih1,5 (satu setengah) bulan ?1.3. Tujuan PengobatanTujuan pengobatan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan Herbal Bandrux dalam menghentikan pemakaian berbagai jenis narkoba dan substitusinya selama kurang lebih 1,5 (satu setengah) bulan.

1.4. Manfaat KegiatanManfaat yang dihasilkan dari pengobatan ini, yaitu :

1. Dihasilkan model terapi yang ideal atau setidaknya terapi yang lebih baik daripada terapi yang ada sekarang ini.

2. Terapi dengan cara ini merupakan terapi yang sesuai dengan Model Sosiologis - Psikologis, karena pemakai narkoba tidak keluar dari lingkungan masyarakat atau tidak diisolasi, akan tetapi keluarga dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga dilibatkan dalam model terapi ini, sehingga penderita yang sedang di terapi tidak diisolasi, tetapi tetap dalam pengawasan keluarga dan pendamping dari LSM.

3. Mengurangi penderita / pengguna narkoba, sehingga mengurangi juga angka kejadian kasus baru HIV / AIDS, karena penggunaan jarum suntik secara bersamaan.

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tentang HerbalIndonesia adalah Negara yang subur dan kaya akan jenis tumbuh-tumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan, tumbuh subur di negeri ini, mulai dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias, makanan dan bahan obat-obatan.

Di Indonesia terdapat sekitar 30.000 species tanaman dan tercatat sudah 9.600 species tanaman Indonesia yang berpotensi digunakan sebagai obat, akan tetapi sebagian besar dari species tersebut belum dilakukan penelitian.

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati.

Saat ini pengobatan herbal banyak diminati masyarakat, baik di negara berkembang maupun negara maju, karena ada beberapa jenis tanaman yang berfungsi sebagai anti oksidan dan bisa mencegah terjangkitnya penyakit menular, baik yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus.

Pemanfaatan tumbuhan herbal ini diwariskan secara turun temurun hingga sekarang dan dengan warisan inilah, sampai saat ini tercipta berbagai resep herbal yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia.

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun- temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magis (magic) maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya, karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

Sifat pengobatan herbal yang cenderung konstruktif, yang berarti pengobatan dilakukan untuk memperbaiki bagian yang bermasalah / penyakit secara perlahan, tetapi bersifat menyeluruh. Oleh karenanya beberapa kelebihan pengobatan herbal yaitu relatif murah, praktis bisa diolah sendiri, efek samping lebih sedikit, pengobatan bersifat konstruktif (selain mengobati bagian tubuh yang sakit juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak).

Tanaman Herbal sudah diterima sebagai obat alternatif dan bahkan secara resmi dianjurkan oleh praktisi di dunia kesehatan, bahkan dianjurkan oleh pemerintah agar para dokter menggunakan obat asli Indonesia berupa obat tradisional tanaman obat. Perusahaan farmasi yang selama ini merupakan produsen obat kimia sudah mulai memproduksi obat dengan bahan baku tanaman obat dengan resep tradisional, sehingga tanaman herbal mulai diterima kembali oleh masyarakat sebagai pengobatan alternatif dan cara pemeliharaan kesehatan yang alamiah dan aman.

Adapun obat herbal dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Jamu (Empirical base herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.

Jamu telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh bahkan mungkin ratusan tahun dan pada umumnya jenis ini dibuat dengan mengacu

pada peninggalan leluhur.

Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun.

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau pensarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral.

Untuk melaksanakan proses ini dibutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak.

Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian preklinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang

higienis dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika serta tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.

Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan.

Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena

manfaatnya jelas dengan pembuktian ilmiah.

Adapun Bandrux merupakan obat herbal yang masih dikategorikan jamu.

2.2. Narkoba2.2.1. Sejarah AwalKurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga Papaver somniverum yang kemudian dikenal sebagai Opium (candu). Bunga ini tumbuh subur didaerah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah kearah India, Cina dan wilayah Asia lainnya. Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini (dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad XVII masalah candu ini bagi Cina telah menjadi masalah nasional, bahkan di abad XIX terjadi Perang Candu yang berakhir dengan penaklukan Cina oleh Inggris dan harus merelakan Hongkong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelm Serturner, menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai Morfin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morpheus).

Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di Amerika, morfin ini sangat populer sebagai penghilang rasa sakit akibat luka perang, yang menyebabkan sebagian tahanan perang tersebut ketagihan (addiksi), sehingga disebut juga sebagai Penyakit Tentara.

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan morfin dengan asam anhidrat (asam yang ada pada sejenis jamur), campuran ini ketika diujicobakan pada anjing menyebabkan anjing tiarap, ketakutan, mengantuk dan muntah-muntah.

Namun tahun 1898 pabrik obat Bayer memproduksinya sebagai obat dengan nama Heroin, sebagai obat resmi penghilang rasa sakit (pain killer).Efek addiksi / ketergantungan heroin jauh melebihi efek analgesiknya, karena itu penggunaan heroin telah dilarang WHO sejak 1954.

Tahun 1960-70-an pusat penyebaran candu dunia berada di daerah Golden Triangle yaitu Myanmar, Thailand dan Laos, dengan produksi 700 ribu ton setiap tahun. Demikian juga pada daerah Golden Crescent yaitu Pakistan, Iran dan Afghanistan, kemudian menuju Afrika dan Amerika.

Selain Morfin dan Heroin masih ada jenis lainnya yaitu Kokain, yang berasal dari tumbuhan Coca (Erythroxylon Coca) yang tumbuh di Peru dan Bolivia. Kokain ini pernah digunakan untuk penyembuhan penyakit Asma dan TBC. Efek ketergantungan menjadi perhatian sejak tahun 1700-an, tetapi baru menjadi masalah di Eropa sejak tahun 1890. Sejak itu dibuat peraturan untuk membatasi penggunaannya, meski demikian problemnya makin luas menjadi masalah medis dan sosial sampai saat ini.

Istilah Narkotika berasal dari kata Narkose yang artinya membius, namun

demikian narkotika bukan merupakan obat bius.

Dalam klinik, narkotika digunakan untuk analgetika dan antitusif (penekan batuk). Narkotika dapat juga menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Saat ini narkotika dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Jenis yang terdapat/berasal dari alam, contohnya : Opium, Morfin, Kodein.

2. Jenis semi sintetik, contohnya : Heroin.

3. Jenis sintetik, contohnya : Meperidin.

Zat yang tergolong Narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun

1997. Pengaturan ini diperlukan karena narkotika sering disalahgunakan dan untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk penggunaan narkotika yang

tidak terkontrol. Jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah Opium, Heroin, Ganja dan Kokain.

Didalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997, zat narkotika dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :

1. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan ini hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk pengobatan, misalnya : Heroin, Kokain dan Ganja.

2. Narkotika Golongan II

Narkotika ini berkhasiat pada pengobatan yang digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan juga untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan meskipun mempunyai potensi yang tinggi untuk ketergantungan, misalnya : Morfin, Petidin dan derivatnya.

3. Narkotika Golongan III

Narkotika ini berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi maupun pengembangan ilmu pengetahuan meskipun juga mempunyai daya ketergantungan yang tinggi, misalnya : Kodein.

Didalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997, Zat Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :

1. Psikotropika Golongan I

Zat Psikotropika golongan ini hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi kuat untuk menimbulkan sindroma ketergantungan. Misalnya : MDMA (Ekstasi), LSD, STP.

2. Psikotropika Golongan II

Zat Psikotropika golongan ini mempunyai khasiat dalam pengobatan dan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan meskipun juga

mempunyai potensi kuat untuk sindroma ketergantungan.

Misalnya: Amfetamin, Fensiklidin, Sekobarbital, Metakuolon, Metil-fenidat.

3. Psikotropika Golongan III

Zat Psikotropika golongan ini berkhasiat untuk pengobatan serta banyak digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan juga mempunyai efek ketergantungan.

Misalnya : Fenobarbital dan Flunitrazepam.

4. Psikotropika Golongan IV

Zat Psikotropika golongan ini mempunyai khasiat untuk pengobatan secara luas dan juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan, potensi

untuk ketergantungannya ringan.

Misalnya : Diazepam, Klobazepam, Bromazepam, Klonazepam, Khlordiazepoksid, Nitrazepam (BK, DUM, MG).Zat Psikotropika dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan psikostimulansia dan psikodepresansia. Tetapi ada jenis tertentu yang pada dosis rendah bersifat psikostimulansia tetapi pada dosis besar bersifat psikodepresansia, misalnya narkotika dan alkohol.

Yang termasuk Golongan Psikostimulansia meliputi 3 jenis, yaitu :

1. OpioidOpioid ialah semua zat, baik sintetis maupun alamiah yang dapat berikatan dengan reseptor morfin. Yang termasuk golongan ini adalah :

a.Opium : Getah tanaman muda Papaverum somniverum L, berwarna kecoklatan dengan kadar morfin 4-21 %.

b. Morfin : Ekstrak alkaloid opium dari bermacam- macam solven. Bentuk klorida atau garam

sulfat lebih mudah larut. Berwarna putih,

rasanya pahit, tersedia dalam bentuk tablet, kapsul maupun cairan.

c.Heroin (diasetil morfin) : Hasil asetilasi morfin dengan asam anhidrat atau asetil klorida. Bentuk garam morfin HCl lebih mudah larut dalam air, potensi addiksinya 3 kali morfin, bila

diberikan intravena cepat di metabolisme menjadi morfin.

d. Kodein : Senyawa sintetik yang dibuat dari metilasi morfin. Kekuatannya 1/6 dari morfin,

biasanya untuk obat batuk (kodein sulfat, kodein fosfat).

e.Metadon : Senyawa sintetik bukan derivat morfin, tetapi efeknya seperti morfin, sehingga

dapat mengurangi addiksi dari morfin.

f.Propoksifen : Sintetik narkotika, digunakan untuk mengurangi rasa sakit kepala yang bersifat moderat, bila disalahgunakan (over dosis)

berefek toksik.

Opiat dan opioid adalah jenis narkotika yang paling kuat daya ketergantungannya dibandingkan jenis narkotika yang lain.

Golongan opioida terdiri dari turunan opium dan zat sintetisnya : opium, morfin, diasetilmorfin atau diamorfin (heroin, smack, horse, dope), metadon, kodein, oksikodon (percodan, percocet), hidromorton (Dilaudid), Levorfanol (Levo-dromoran), pentazosin (Talwin), meperidin (Demarol),

propoksipen (Darvon).

Morfin merupakan alkaloid utama dari opium. Heroin adalah jenis opioida yang paling sering disalahgunakan dan umumnya paling sering dilakukan melalui suntikan dan sekarang dikenal juga dengan Putauw alias PT, berbentuk Kristal dan larut dalam air.

Mekanisme kerja opiat (dan derivatnya) di susunan saraf pusat terus diselidiki; secara klinis dapat bersifat depresan maupun stimulan,

tergantung dari dosis, cara pemakaian dan individu pemakainya.

Bila seseorang diinjeksi morfin atau heroin, obat tersebut akan cepat didistribusikan ke syaraf pusat. Obat terakumulasi dalam VTA (Ventral Tegmental Area), nucleus accumbens, nucleus caudatus dan thalamus. Obat tersebut akan berikatan dengan reseptor dan terkonsentrasi dalam area tersebut. Pengaruh obat yang terdapat dalam dalam thalamus akan menyebabkan efek analgesia.

Mekanisme kerja morfin ini lebih rumit daripada kerja kokain, karena lebih dari 2 (dua) atau paling sedikit 3 (tiga) saraf neuron yang terlibat. Tiga saraf neuron yang terlibat adalah : terminal dopamine, terminal yang mengandung neurotransmitter yang berbeda (GABA) dan sel pos-sinaptik yang mengandung reseptor dopamine.

Opium berikatan dengan reseptor, kemudian mengirim signal ke terminal dopamin dan merangsang pembebasan dopamine lebih banyak. Pada teori ini reseptor opium menurunkan aktivitas pembebasan GABA yang dalam keadaan normal GABA tersebut menghambat pembebasan dopamin. Pada peristiwa efek morfin ini dopamine yang dibebaskan menjadi lebih banyak. Selama banyak dopamin yang dibebaskan, ada peningkatan aktivitas reseptor dopamin, sehingga efeknya menyerupai kokain. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi siklik AMP di dalam sel post-sinaptik yang akan mengganggu kegiatan normal neuron. Penggunaan opium yang berkelanjutan mengakibatkan tubuh tergantung pada obat tersebut supaya dapat memelihara keadaan normal dan penderita tidak akan dapat menikmati hidup normal (makan, minum, nafsu seks dan lain-lain) tanpa mengkonsumsi obat tersebut.

2. KokainKokain berasal dari tanaman Erythroxylon cocae yang ada dalam daun koka, baik yang sudah atau belum dikeringkan dan atau yang dalam bentuk bubuk, yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia. Tanaman ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di daerah Pegunungan Andes di Bolivia dan Peru. Tanaman tersebut tumbuh naik pada ketinggian 500-1500 meter diatas permukaan laut, di daerah tropis dengan curah hujan tinggi. Kokain mentah adalah semua hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk memperoleh kokain dengan rumus kimia C17H21NO4. Variasi kokain yang lain ialah jenis ergokain dengan rumus kimia C9H15NO3H2O.

Dipasaran gelap bentuk kokain dijual dalam dua bentuk yaitu Kokain Basa dan Garam Kokain. Bentuk garam mudah larut dalam air. Dari sifat kelarutannya tersebut kokain HCl digunakan untuk dihirup / injeksi, sedang kokain basa dirokok. Kokain yang di jual di pasar gelap biasanya berbentuk bubuk putih, bentuk Kristal, serbuk lembut dengan nama coke, C, snow atau blow. Nama lain bentuk sediaan adalah crack; bentuk kokain ini diproses menjadi bubuk kokain HCl yang dapat dicampur atau dapat langsung dirokok. Kokain crack diproses dengan menggunakan pelarut amoniak atau sodium bikarbonat (baking soda / soda kue) dan air, kemudian dipanaskan untuk menguapkan HCl.

Kokain tergolong stimulansia yang mempunyai cara kerja sama dengan amfetamin, kafein dan efedrin. Kokain biasanya dicampur dengan zat lain yang digunakan melalui lubang hidung (snorting), suntikan, rokok atau di absorsi melalui mukosa. Bentuk kokain murni (freebase) digunakan

dengan cara merokok atau suntikan. Bentuk kokain murni dikenal juga sebagai crack yang dipasarkan sebagai bahan siap pakai.

Bila seseorang menghirup kokain (inhalasi) atau merokoknya maka dengan cepat kokain didistribusikan ke dalam otak. Walaupun kokain mencapai seluruh bagian otak, tetapi yang paling banyak terkonsentrasi adalah pada bagian VTA, nucleus accumbens dan nucleus caudatus.

Kokain terkonsentrasi pada otak yang hanya kaya akan sinaps dopamin. Bilamana kokain ada dalam sinaps, terikat dengan proses pengambilan dopamine, maka akan mencegah pengeluaran dopamin dari sinapsis, sehingga dopamin terakumulasi dalam sinapsis dan lebih banyak reseptor dopamine yang aktif. Peningkatan aktivitas reseptor dopamin akan meningkatkan siklik AMP (cAMP) didalam sel post-sinaptik. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan didalam sel, akibatnya sel tidak bekerja secara normal. Pada otak tidak terjadi metabolisme glukosa sehingga menurunkan kemampuan neuron untuk menggunakan glukosa sebagai energi, akibatnya fungsi otak terganggu.

Secara umum kokain menyebabkan penggunanya lebih energik dan percaya diri. Tetapi bila dikonsumsi berlebih akan menyebabkan depresi, terutama bila dikonsumsi berulang kali. Pengguna akan merasa lelah, iritasi, nervous dan addiksi.

Gejala yang sering terlihat pada penderita addiksi kokain adalah tekanan darah meningkat (menyebabkan infark pada otak), jantung berdenyut cepat (menyebabkan serangan jantung), stroke, mual, sakit kepala, berkeringat, sesak nafas, susah tidur, hilang nafsu makan dan ketagihan.

3. Ganja (kanabis, mariyuana, hasish)Berasal dari tanaman Cannabis sp. disemua bagiannya. Damar ganja diambil dari tanaman tersebut dioleh dan digunakan sebagai bahan dasarnya. Pemanfaatannya mula-mula sebagai makanan ternak dan kemudian sebagai bumbu masak sudah dikenal secara luas. Komponen psikoaktif utama yang terdapat didalam ganja adalah 6-9- tetrahydrocannabinol (THC). Beberapa produk yang dihasilkan dari tanaman ganja adalah cannabis yang merupakan sediaan campuran dari daun, bunga, biji dan tangkai atau batang dengan kadar THC sekitar 0.2-

2%. Produk lain berupa Charas atau Hashish adalah resin (getah) dari bunga tanaman ganja dengan kadar THC 5-12%. Ekstrak dari resin yang

diekstrak dengan pelarut tertentu menghasilkan kadar THC 20-69 %,

disebut minyak hasish. Produk yang dinamakan bhang adalah kumpulan dari daun dan cabang muda tanaman ganja. Produk yang dinamakan

sinsemilla merupakan bentuk paten dari mariyuana dan kadar bahan aktif THC paling rendah pada batang, akar dan biji, sedangkan kadar yang tinggi terdapat pada bunga, getah dan daun.a. Mariyuana

bentuk sediaan cannabis yang paling sering dijumpai dan berpotensi paling rendah dibanding yang bentuk lainnya. Mariyuana diproses dari daun dan bunga kering. Mariyuana menyerupai rumput kering, berwarna dari abu-abu kehijauan sampai hijau kecoklatan. Bentuk ini biasanya dirokok dengan pipa (bong) atau dilinting seperti rokok.

b. Hashish

bentuk sediaan ini seperti blok/kubus kecil kering dari cannabis resin. Bentuk blok, berwarna dari coklat terang sampai hampir hitam.

Konsentrasi THC bentuk blok ini lebih tinggi daripada mariyuana.

c. Hash oil (minyak hash)

berbentuk cairan berminyak diekstraksi dari hashish berwarna mulai coklat keemasan sampai hitam. Biasanya bentuk ini diusapkan pada

kertas atau diteteskan pada sigaret dipakai sebagai rokok. Potensi

minyak hashish sangat kuat melebihi bentuk cannabis lainnya. Bilamana seseorang merokok mariyuana, bahan aktifnya yaitu

cannaboid atau THC, cepat terdistribusikan ke otak, Ventral Tegmental Area (VTA), nucleus accumbens, hippocampus dan cerebellum adalah tempat THC terkonsentrasi. THC terikat dalam reseptor protein yang terkonsentrasi tersebut. Kerja THC dalam

hippocampus adalah mengganggu sistem memori, sedangkan dalam cerebellum dapat menyebabkan inkoordinasi saraf dan hilangnya keseimbangan.

Efek ganja pada dosis normal terjadi 2-3 jam setelah merokok dan efek yang terjadi berupa rileks, tenang, kalem dan bahkan tertawa sendiri. Pada awal pemakaian merangsang nafsu makan (the munchies effect), daya ingat berkurang atau hilang, mata merah dan tekanan darah turun.

Dosis besar akan menimbulkan efek seperti diatas tetapi dengan intensitas yang lebih tinggi dan masih disertai efek yang lain seperti dingin, kelelahan, euphoria, halusinasi, gelisah, panik dan paranoid.

Dari berbagai penelitian, efek jangka panjang dari pemakaian ganja berupa gangguan saluran pernafasan, hilang motivasi, fungsi otak menurun, gangguan hormon dan gangguan sistem syaraf.

Selain narkotika, golongan lain yang sering disalahgunakan yaitu psikotropika. Psikotropika yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis (bukan narkotika) yang dapat mempengaruhi Susunan Syaraf Pusat, aktivitas mental atau perilaku.

Dalam medis obat golongan psikotropika sering disebut obat keras tertentu (OKT).

Psikotropika jumlahnya sangat banyak, beberapa sering disalahgunakan, yaitu : Amfetamin, Ekstasi, LSD, Psilosibin dan Benzodiazepin.

1. AmpfetaminAmfetamin termasuk kelompok psikostimulansia yang bercirikan menstimulasi Susunan Syaraf Pusat dan memperkuat pernafasan. Aktivitas mental dan fisik meningkat, begitu pula inisiatif dan kelincahan, kepercayaan diri meningkat, rasa kantuk dan keletihan dihilangkan (sementara). Efek stimulasinya relatif sama dengan kokain tetapi durasinya lebih panjang, lebih mudah diperoleh dan harganya lebih murah. Oleh karena itu , penyalahgunaan banyak yang beralih dari kokain ke amfetamin.

Penggunaan amfetamin dapat dengan cara ditelan (peroral), dihisap atau disuntikkan. Jenis amfetamin yang banya tersedia mula-mula

adalah dextroamfetamin (Dexedrine), levoamfetamin (bensedrine),

metam-fetamin dan metilfenidat (Ritalin) yang digolongkan sebagai

amfetamin klasik sebagai obat simpatomimetik, sebagai psikostimulan yang bekerja melalui sistem dopaminergik.

Efek Amfetamin dosis normal yaitu menstimulasi sistem syaraf simpatik menimbulkan efek peningkatan denyut jantung, pernafasan cepat, mulut kering, berkeringat, midriasis dan sakit kepala. Salain itu merasa lebih berenergi dan waspada, banyak bicara, dan rahang menegang (gerakan mengunyah), mengurangi nafsu makan, dan respon berlebihan terhadap suatu rangsangan.

Dosis tinggi amfetamin menyebabkan kulit pucat, sakit kepala, dizziness, pandangan kabur, tremor, denyut nadi tidak teratur, kram

perut, berkeringat, resah, nafas tidak teratur, dan hilangnya koordinasi

(ataksia). Selain itu, amfetamin dosis tinggi dapat menyebabkan psikosis.

Untuk mengurangi efek diatas pengguna biasanya mengatasinya dengan minum alkohol, benzodiazepin dan kanabis. Efek tambahan pengguna jangka panjang meliputi : malnutrisi (amfetamin mengurangi nafsu makan), mudah terkena infeksi (kurang tidur dan kurang gizi),

berperilaku keras dan kasar, kerusakan otak dan toleransi dan ketergantungan.

2. EkstasiEkstasi adalah nama jalanan dari 3,4 metilen dioksimetamfetamin (MDMA). Selain mempunyai efek stimulasia seperti amfetamin, ekstasi juga mempunyai efek halusinogen seperti lisergid acid diethylamine (LSD). Ekstasi di Indonesia kadang kadang berisi campuran dari amfetamin, MDMA, metamfetamin (MA) dan metilen dioksi ethamfetamin (MDEA) yang semua itu sering disebut amfetamin type stimulant (ATS). Dan dari zat diatas amfetamin dam metamfetamin mempunyai efek stimulansia. MDMA dam MDEA selain dapat sebagai stimulasia juga menimbulkan halusinasi, dan zat demikian disebut sebagai entatrogen.

Ekstasi dilaporkan penggunaannya secara ilegal nomor dua setelah penggunaan cannabis, yang penggunaannya meningkat pesat tahun

1990-an. Pengguna ekstasi biasanya anak muda dan orang yang berumur sekitar 16-34 tahun. MDMA ini biasanya digunakan pada orang yang mengunjungi kelab malam atau diskotik.

Ekstasi berpotensi merusak reseptor serotonin dan juga neuron

serotonin dalam otak. Serotonin adalah sistem kimia saraf (neurochemical) yang mengatur emosi, perasaan, berpikir, mengingat (memory) dan tidur. Satu jam setelah mengkonsumsi ekstasi, kantong kecil dalam terminal axon yang mengandung serotonin membebaskan sejumlah besar serotonin ke dalam sinapsis. Serotonin kemudian terikat dalam transporter membrane axon. Sekitar 3 jam kemudian transporter serotonin mengambil serotonin dari sinapsis, kemudian dipecah oleh enzim monoamin oksidase, tetapi masih banyak serotonin aktif dalam reseptor, sehingga reaksi emosi dan lain lain masih intensif sekali.

Gejala pertama pengaruh ekstasi adalah depresi, kerusakan otak, gelisah, nausea, berkeringat dingin dan kerusakan hati. Berpikir

lambat, gangguan memori karena berkurangnya serotonin dan

dopamine dalam jangka lama. Depresi menyebabkan individu menyendiri, menurunnya prestasi kerja atau sekolah.

3. LSD ( Lysergic acid diethylamid )Disintesis dari asam lisergat dan tanaman ergot, pada dosis 5 ug dapat menyebabkan halusinasi sampai 12 jam. Halusinasi adalah timbulnya perubahan persepsi pada seseorang yang menyebabkan adanya sesuatu yang terlihat atau terdengar tetapi sebenarnya tidak ada. Secara umum halusinogenik ini bekerja terhadap system neurotransmisi serotonin di otak tetapi dapat bekerja sebagai serotonin antagonis atau agonis, dan juga sebagai agonis noradrenergik.

Efek setelah memakai LSD yaitu otot terasa melilit (sakit), lemah, mati rasa dan gemetar, mual, muntah dan terasa tergocang goncang,

denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernafasan cepat dan dalam, dan gangguan koordinasi.

Halusinasi karena LSD yaitu warna kalihatan lebih cerah, suara lebih keras, dan tajam, distorsi ruang dan waktu, tubuh terasa terbang ,

emosional swing (tiba-tiba berubah dari gembira ke sedih tampa ada alasan atau sebaliknya) dan halusinasi flash back (merasa mengalami peristiwa lampau) walaupun sudah lama tidak menggunakan LSD.

Efek lain dari LSD yaitu halusinasi yang menakutkan, cemas dan takut

yang luar biasa, merasa ada laba laba yang menjalar diseluruh tubuhnya, panik yang dapat merangsang menimbulkan perbuatan yang berisiko, paranoid dan bunuh diri.

4. Psilosibin (Magic Mushroom)Psilosibin adalah halusinogen yang terdapat pada jamur yang tumbuh pada kotoran sapi, kuda atau kerbau. Secara kimiawi psilosibin mirip dengan LSD sehingga mempunyai efek yang serupa. Zat ini sering digunakan oleh suku-suku tertentu pada saat upacara adat.

5. Zat adiktif lainnyaZat adiktif lain yang dimaksud disini ialah zat yang dapat menimbulkan ketergantungan atau psikoaktif tetapi secara UU tidak termasuk narkotika maupun psikotropika. Contohnya Kafein, alkohol, beberapa inhalan misalnya : toluene, trikloretilen, aseton, haloten, nitrit alifatis.

Yang termasuk Golongan Psikodepresansia meliputi 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Tranquilizer minor (sedatif hipnotika)Tranquilizer minor atau sedatif-hipnotika meliputi paraldehida, Moral hidrat, karbamat, barbiturat (fenobarbital, seclobarbital, butabarbital), barbitural-like (metakuolon, glutatimide, meprobamat) dan benzodiazepin (aprazolam, klordiazepokside, diazepam, triazolam, lorazepam) mempunyai efek menekan susunan saraf pusat. Benzodiazepin banyak digunakan di bidang kedokteran tetapi juga banyak disalahgunakan. Golongan benzodiazepin yang banyak disalahgunakan ialah: nitrazepam, bromazepam, flunitrazepam, dan kionazepam. Yang sering diberi nama julukan : Mogadon (MG), Rohipnol (Rohip), Sedatin, Rivotril, Nipam, Dumolid, Lexo dan lain lain.

Zat zat ini disalahgunakan dengan diminum bersama dengan alkohol (miras) yang menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan yang progresif, kegagalan kardiovaskuler, kesadaran menurun sampai lama

dan menyebabkan kematian. Antara alkohol dan benzodiazepin mempunyai toleransi silang dan efek potensiasi.

2. Tranquilizer mayorTranquilizer mayor (neuroleptik) hampir seluruhnya untuk terapi di bidang kedokteran dan tidak disalahgunakan. Ciri-ciri pengguna Napza :

a. Fisik

Berat badan turun drastis, buang air besar dan kecil kurang lancar, mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam- hitaman, sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.

b. Emosi

Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya, nafsu makan tidak menentu, sangat sensitif dan cepat bosan.

c. Perilaku

Bicara cedal atau pelo, jalan sempoyongan, malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.

Mengalami jantung berdebar-debar, nyeri kepala, nyeri / ngilu sendi- sendi, mengeluarkan air mata berlebihan., mengeluarkan keringat berlebihan, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga, selalu kehabisan uang, sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala putus zat, sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan, sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam, sering mengalami mimpi buruk, sering menguap, cenderung menarik diri dari acara keluarga dan lebih senang mengurung diri di kamar, sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat, suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang, takut air dan jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi, waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi atau tempat-tempat sepi lainnya, menghindar dari tanggung jawab yang sesuai, malas menyelesaikan tugas rutin di rumah.

Gejala sakaw atau putus obat : Bola mata mengecil, hidung dan mata berair, bersin-bersin, menguap, banyak keringat, mual-mual, muntah, diare, nyeri otot tulang dan persendian.

2.3. Pengobatan NarkobaDiperkirakan sekitar +/- 2.000.000 orang penduduk Indonesia terutama masyarakat usia produktif terjerat oleh ketergantungan heroin yang tersebar pada berbagai tingkat sosio-ekonomi, sehingga banyak menimbulkan implikasi yang dihadapi masyarakat antara lain kriminalitas, kerugian ekonomi, pemutusan hubungan kerja dan sebagainya.

Kondisi ini sangat memprihatinkan karena upaya penanggulangan ketergantungan heroin masih bersifat kontroversial meskipun pengetahuan

kedokteran mengenai gangguan fisiologis pada ketergantungan opioid serta

perkembangan farmakologi obat-obat antagonis atau agonis-antagonis opioid sangat bermanfaat dalam mengawali proses penyembuhan ketergantungan

opioid itu sendiri. Memang banyak yang berpendapat bahwa ketergantungan zat atau drug addiction merupakan penyakit kompleks yang menahun dan sering kambuh-kambuhan walaupun ada periode abstinensia yang berjangka lama.

Berdasarkan Undang Undang RI Nomor 22 tahun 1997 pasal 45, menyatakan bahwa pecandu narkoba wajib menjalani pengobatan dan atau perawatan. Karena itu setiap pekerjaan yang bertujuan untuk mencegah dan mengobati penderita ketergantungan narkoba harus dilaksanakan oleh setiap individu Indonesia dan dilindungi oleh Undang-Undang.

Selama ini banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk menanggulangi masalah narkoba, namun hasilnya belum dirasakan memadai, bahkan dikhawatirkan korban makin banyak berjatuhan. Hal tersebut terjadi karena penanganan masalah narkoba selama ini masih bersifat parsial, belum terintegrasi, masih terputus-putus dan tidak utuh.

Demikian pula pemahaman masyarakat tentang narkoba yang belum benar, menyebabkan masyarakat bereaksi secara emosional daripada secara factual, sehingga menanggapi masalah narkoba secara tidak proposional. Hal ini mengurangi efektifitas penanganannya.

Beberapa Model penanganan yang telah dilaksanakan di Indonesia, yaitu :

1. Model Legal-Moralitasyaitu cara memandang secara kaku, mengkotak-kotakan penderita narkoba dilawankan dengan orang lain, sebagai orang yang berdosa, seorang kriminal yag harus di hukum dan dipenjarakan.

Pandangan ini tidak melihat kegunaan klinik sebagai tempat perawatan. Melihat kelompok orang dewasa sebagai pengguna narkoba dan anak muda sebagai peniru penggunaan narkoba, sehingga yang dilihat adanya konflik golongan tua dan muda. Melihat gang yang rusak dilawan dengan

anak yang baik, sehingga penanganannya adalah pengejaran, perburuan, penangkapan, mengisolasi, menghukum dan memenjarakan mereka.

2. Model Medis-Psikiatrisyaitu cara pandang yang lebih individual dan personal, yaitu melihat unsur patologis pada pengguna. Menganggap bahwa seseorang dapat menjadi ketergantungan obat tidak mungkin kalau bukan pengaruh atau tertular

orang lain. Karena penyalahgunaan obat dipandang sebagai penyakit, maka obatnya harus diisolasi supaya mengurangi gejalanya. Orang ini memerlukan perawatan, dan harus dimasukkan ke klinik.

3. Model Sosiologis-Psikologisyaitu cara pandang yang melihat penggunaan obat sebagai aktivitas sosial yang timbul dari kebutuhan kelompok dan kebutuhan individu. Meskipun pemakaian narkoba dapat menimbulkan kondisi patologis bagi dirinya, sehingga membutuhkan penanganan medispsikiatris, tetapi penyalahgunaan narkoba sendiri dapat dipandang sebagai respons yang normal terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya. Pandangan ini memandang pengguna narkoba sebagai konsekuensi dari keadaan lingkungannya. Maka penting sekali meneliti bagaimana karakter individu dan karakter sosial lingkungannya, yang dapat mendorong seseorang menggunakan narkoba. Pada beberapa penelitian terbukti bahwa ada hubungan antara karakteristik individu dengan lingkungan sosialnya dan interaksi diantara keduanya, menyebabkan maraknya perkembangan gejala narkoba akhir-akhir ini. Lingkungan sosial tersebut adalah keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya (per group) dan masyarakat yang lebih luas.

2.3.1. Pencegahan bahaya narkoba melalui lingkungan masyarakat.Semua kelompok swasta, asosiasi dan perkumpulan, khususnya yang secara langsung berhubungan dengan kaum muda dan golongan / kelompok rawan perlu menyiapkan serta menyebarkan informasi tetang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada anggota-anggotanya. Umpamanya organisasi-organisasi tersebut dapat diminta untuk membuat secara sukarela suatu paket program yang terdiri dari bimbingan dan nasehat, pendidikan dan pencegahan, kewaspadaan terhadap penyalahgunaan narkoba, referral (rujukan), detoksifikasi, aftercare (purna rawat) dan rehabilitasi. Sedapat mungkin kegiatan-kegiatan tersebut diatas dikoordinasikan untuk menjamin keselarasannya dengan kebijaksanaan nasional.

Perlu diadakan koordinasi terhadap usaha dan tindakan ditingkat lokal, nasional maupun regional yang diambil oleh instansi-instansi yang

bertanggung jawab dalam bidang kesehatan, hukum, pendidikan dan lainnya.

Perlu diadakan jalur komunikasi oleh organisasi masyarakat dengan kelompok sasarannya yang sesuai pula dengan peraturan perundangan nasional guna memperoleh pengertian yang lebih baik terhadap segala akibat dari penyalahgunaan narkoba (misalnya : hotline, konsultasi kepada per group, dll).

Bila sesuai dengan lingkungan sosial budayanya, instansi-instansi seperti Kementerian Hukum dan HAM, Kemdagri, Kemdiknas, Keuangan, Kesehatan, Agama dan Sosial perlu untuk mempertimbangkan dan bila perlu

mensponsori dan mendukung secara finansial ataupun dengan cara lain.

2.3.2. Pengobatan Narkoba di Rumah SakitPengobatan disetiap Rumah Sakit Rehabilitasi Narkoba memiliki program khusus bagi korban narkotika, zat adiktif dan psikotropika. Berikut ini beberapa metode yang umum diterapkan di Rumah Sakit Rehabilitasi, yaitu :

1. Analisa Tingkat KetergantunganMenganalisa tingkat ketergantungan korban pada narkotika, zat adiktif dan psikotropika, untuk menentukan tingkat pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban, sehingga terapi dan metode pengobatan bisa

terukur.

2. Pembersihan Racun/DetoksifikasiFase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada tubuh pencandu dari narkotika, psikotropika atau zat adiktif lainnya, sehingga darah menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal. Proses ini dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :

a. Cold Turkey (abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian pemakaian

Narkoba secara tiba-tiba tanpa disertai dengan substitusi antidotum.

b. Bertahap atau substitusi bertahap, misalnya dengan Kodein, Methadone, CPZ, atau Clocaril yang dilakukan secara tap off (bertahap) selama 1 2 minggu.

c. Rapid Detoxification: dilakukan dengan anestesi umum (6 12 jam).

d. Simtomatik: tergantung gejala yang dirasakan.

Selain pembuangan racun tersebut, sistem DOCA mulai diterapkan sebagai salah satu cara paling mutakhir. Detoksifikasi opioid ini efektif dan aman untuk penanggulangan awal ketergantungan opioid.

3. Deteksi Sekunder InfeksiPada tahap ini, biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan tes penunjang untuk mendeteksi penyakit atau kelainan yang menyertai para pecandu Narkoba, misalnya dari Hepatitis, AIDS, TBC, penyakit seks menular, dll. Jika dalam pemeriksaan ditemukan penyakit tersebut, biasanya dilakukan pengobatan medis terlebih dahulu sebelum penderita dikirim ke rumah rehabilitasi medis. Sebuah cara mencegah terjadinya penularan penyakit pada para penderita yang lain atau tenaga kesehatan.

4. Tahap rehabilitasiPrinsip perawatan setiap rumah rehabilitasi narkoba yang ada di Indonesia sangat beragam. Ada yang menekankan pengobatan hanya pada prinsip medis, ada pula yang lebih menekankan pada prinsip rohani. Atau memadukan kedua pendekatan tersebut dengan komposisi yang seimbang.

Pembinaan Mental (Aftercare) Sebelum kembali ke masyarakat, para

penderita yang baru sembuh biasanya ditampung di sebuah lingkungan khusus selama beberapa waktu sampai pasien siap secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya semula. Hal ini terjadi karena sebagian besar para penderita umumnya putus sekolah dan tidak mempunyai kemampuan intelegensia yang memadai. Akibatnya, banyak di antara

mereka menjadi rendah diri setelah keluar dari rumah rehabilitasi.

Fase ini memegang peran vital, dimana penderita ditumbuhkan kembali rasa kepercayaan diri pada penderita, menumbuhkan semangat dan keyakinan bahwa dia akan sembuh dan kembali normal, bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Yang paling utama adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Proses ini bisa meliputi program pembinaan jasmani dan rohani.

Periode proses aftercare sangat bervariasi, karena tahap ini merupakan tahap yang terpenting dan sangat menentukan untuk mencegah si penderita kembali ke lingkungannya yang semula. Berdasarkan data statistik tingkat keberhasilan penanganan kasus ketergantungan Narkoba secara medis tidak optimal (hanya 15-20%).5. Tahap PengobatanPertolongan Pertama adalah Penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang. Menurunkan Risiko (Harm Reduction) Menggunakan jarum suntik sekali pakai, mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik, mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet, menghentikan sama sekali penggunaan narkoba. Jika pecandu tak sadar (pingsan), periksa pernafasannya (Menjaga saluran pernafasan supaya tidak ada sumbatan), baringkan dia pada sisi tubuhnya, jika muntah, sisa makanan tidak menyumbat saluran pernafasan.

Gejala serius yang memerlukan perhatian medis, tidak sadar atau setengah sadar, pernafasan yang lambat, kulit dingin, pucat atau membiru. Jika hal tersebut sudah mulai menjadi keharusan, pemadat akan terus mengkonsumsi selama hidupnya akan semakin sulit dihentikan dan makin membuatnya tergantung. Beberapa kiat dibawah ini membantu para pencandu mengakhiri derita mereka, meskipun dukungan lingkungan dan niat dari pencandu menjadi modal utama kesembuhan mereka.

6. Kiat-Kiat Berubah (Sembuh)Hindari teman sesama pemakai, jujur dan terbuka, positif thinking, hindari hal-hal yang mudah memancing stress, sharing dengan orang yang dipercaya, jangan konsumtif, mencari kesibukan terbatas, dalami spiritual, sabar dan menerima keadaan apa adanya

7. Kiat-Kiat Half Way HouseHindari teman pemakai narkoba, upayakan tidak menjalin relasi intim, bagi waktu antara bermain dan di rumah (orangtua), jangan konsumtif dengan keperluan kosmetika, tetap berkomunikasi dan terbuka, hindari sifat fait a compli, usahakan tepat janji.

8. Kiat-Kiat Untuk Orang TuaPendengar yang baik, penuh perhatian, bijaksana membuat keputusan dan meminta pendapat, tegar berdiskusi meskipun menyangkut perihal sensitif, beri respons yang konstruktif, beri pesan dengan jelas dan jadi teladan dalam perilaku.

9. Model TerapiModel terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik, diantaranya :

a. Model Terapi MoralModel ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan penyalahgunaan narkoba.

b. Model Terapi SosialModel ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada perilaku addiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalahgunakan.

Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi berkelompok (encounter group). Tujuannya tidak lain adalah melatih pertanggung-jawaban sosial setiap individu, sehingga kesalahan yang diperbuat satu orang menjadi tanggung-jawab bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi sosial, yaitu memfungsikan komunitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan (agent of change).

c. Model Terapi MedisModel ini berakar dari beberapa konsep dalam teori fisiologis atau metabolisme, yang memandang perilaku adiksi obat sebagai sesuatu yang terjadi karena faktor etiologis atau keturunan.

Ada dua macam model terapi yang berdasarkan pada konsep ini, yaitu :

1. Konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan menggunakan obat lain. Contohnya adalah model terapi metadon untuk pecandu opiat. Terapi ini didasarkan pada sebuah teori dari Dole dan Nyswander yang menyatakan bahwa kecanduan opiat adalah hasil dari defisiensi metabolik, sehingga harus diluruskan dengan memberikan metadon.

2. Konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan cara memandang adiksi obat sebagai suatu penyakit. Dari pendekatan teori biologis ini lahirlah konsep disease yang apabila diterjemahkan artinya adalah penyakit, atau bisa juga diartikan sebagai rasa tidak nyaman. Terapi untuk konsep penyakit ini sangat berbeda dengan terapi yang melihat perilaku adiksi sebagai penyimpangan sosial. Dalam terapi ini seorang pecandu dianggap sebagai pasien, dimana mereka akan dibina dan diawasi secara ketat oleh tim dokter. Kelemahan dari terapi ini adalah sifatnya yang keras, dimana pasien direhabilitasi dengan konsep alergi. Karena pasien mempunyai alergi terhadap narkoba, maka mereka tidak boleh mengkonsumsinya seumur hidup. Menyadari keterbatasan ini, maka konsep adiksi sebagai penyakit sangat mementingkan perkumpulan (fellowship) dari mereka yang mempunyai penyakit kecanduan narkoba untuk menjadi pendukung satu sama lain.

d. Model Terapi PsikologisModel ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat rehabilitasi maupun dalam terapi pribadi.

e. Model Terapi BudayaModel ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialiasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini, keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai lingkungan sosial dan kebudayaan tertentu.

Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek penyalahgunaan narkobaoleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan.

Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut.

BAB 3KERANGKA KONSEP DANDEFINISI OPERASIONAL3.1. Kerangka Konsep Pengobatan HerbalBerdasarkan tujuan pengobatan herbal Bandrux diatas, maka kerangka konsep dalam pengobatan ini adalah :

Berapa jumlah Pemakai Narkoba maupun substitusinya yang dapat berhenti ataupun berkurang dalam penggunaan narkoba setelah meminum herbal bandrux selama kurang lebih satu setengah bulan.

Definisi Operasional1. Pemakai Narkoba : seseorang yang menggunakan narkoba maupun substitusinya yang telah lebih dari tiga tahun.

2. Narkoba : Narkotika dan obat-obatan berbahaya

3. Addiksi : ketergantungan terhadap zat-zat tertentu dimana terjadi toleransi dan harus menaikkan dosis untuk terjadi efek yang diharapkan

4. Sakaw : Rasa ketergantungan zat yang harus dipenuhi, karena efek yang terbalik dari rasa yang diinginkan.

5. Psikotropika : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis (bukan narkotika) yang dapat mempengaruhi Susunan Syaraf Pusat, aktivitas mental atau perilaku.

6. Neurotransmitter : merupakan zat yang dikeluarkan oleh post sinaptik yang berfungsi mempengaruhi kerja syaraf atau target lainnya.

7. DOCA : Detoksifikasi Opioid Cepat dengan Anestesi, yaitu dengan melakukan anestesi umum selama 6-12 jam kemudian setelah itu diteruskan dengan obat substitusi (naltrekson).

8. Metadon : senyawa sintetik bukan derivat morfin, tetapi efeknya seperti morfin, sehingga digunakan sebagai substitusi dari penderita addiksi dari morfin.

9. BAB : Buang Air Besar

METODA PENGOBATAN HERBAL BANDRUX4.1. Metoda PengobatanMetoda Pengobatan yang dilaksanakan adalah dengan cara memberi minum herbal Bandrux kepada penderita ketergantungan narkoba selama paling lama satu setengah bulan dan dianalisa dengan Deskripsi Analitik

4.2. Lokasi dan Waktu PengobatanLokasi Pengobatan di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) Makassar yang beralamat Jl. Adhiyaksa Raya No 11, Makassar. Penelitian dimulai tanggal 17 Oktober 2010 sampai 2

Desember 2010. Waktu kerja dimulai jam 09.00 sampai 17.00 WIT.

Alasan pemilihan tempat ini adalah karena LSM ini bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), juga tempatnya memadai dan memiliki pendamping yang sudah berpengalaman serta terlatih, sehingga dapat

memperlancar penelitian ini.

4.3. Populasi dan Sampel Pengobatan4.3.1. PopulasiPopulasi adalah pemakai narkoba yang tercatat di Propinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah kurang lebih 3.684 pecandu aktif.

4.3.2. SampelSampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yaitu pengguna berbagai jenis narkoba maupun substitusinya yang telah menggunakan narkoba lebih dari tiga tahun yang aktif sampai saat diwawancarai. Sampel dipilih dan disaring oleh LSM Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) yaitu pengguna narkoba yang ingin berhenti memakai narkoba maupun substitusinya dan bersedia datang setiap hari untuk mengkonsumsi Herbal Bandrux.

Karena lebih dari 60 % pengguna narkoba merupakan penderita HIV positif, maka sebelum terapi dilaksanakan, maka diadakan tes CD4 untuk mengetahui keadaan sampel. Sampel yang memenuhi syarat penelitian

adalah apabila CD4-nya lebih dari 200. Dari hasil saring sampel ditetapkan

14 orang yang memenuhi syarat, akan tetapi ditengah perjalanan dua orang mengundurkan diri karena alasan pribadi.

4.4. Teknik Pengumpulan DataPeneliti atas nama PT Meddia Herbal terlebih dahulu mengajukan permohonan kerjasama pengobatan ke Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) Makassar dengan tembusan ke BNN. Setelah tercapai kesepahaman antara berbagai pihak maka pengobatan dimulai. Sebelum dilakukan pengobatan, pengguna narkoba yang akan diterapi terlebih dahulu dijelaskan prosedur pengobatan. Setelah itu dilakukan inform consent, dijelaskan cara minum herbal Bandrux dan efek samping yang mungkin timbul.

4.4.1. Data PrimerData primer diperoleh dari wawancara terpimpin menggunakan ceck list yang disediakan dan dari data laboratorium (darah dan urine) yang dilakukan. Data primer ini didapat dari pendamping yang setiap hari mem-follow up keluhan- keluhan dari penderita ketergantungan narkoba. Dokter memeriksa sacara berkala seminggu dua kali tentang keadaan fisik penderita. Dilakukan juga pemeriksaan mental dari penderita oleh psikolog diawal, pertengahan dan akhir pengobatan.

4.4.2. Data SekunderData sekunder diperoleh dari data Puskesmas di Makassar atau data yang ada di Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) Makassar.

4.5. Metoda Analisis DataAnalisa data dilakukan dengan menyimpulkan dari kasus yang telah dijabarkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1. Hasil Penelitian5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian dilaksanakan di kantor Yayasan Kelompok Peduli Penyalahgunaan Narkotika dan Obat-Obat Terlarang (YKP2N) Makassar yang beralamat di Jl. Adhiyaksa Raya No 11, Makassar ,Sulawesi Selatan. Tempat ini memadai untuk dilakukan pengobatan karena memang pernah dijadikan tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik RespondenResponden berumur antara 26 sampai 42 tahun berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebelum dilakukan pengobatan dilakukan darah CD4 untuk mengetahui keadaan penyakit HIV/AIDS dari responden, mengingat sebagian besar pecandu narkoba terinfeksi HIV. Apabila CD4 dari responden kurang dari 200 sel/L maka tidak diikutkan dalam terapi herbal Bandrux. Selain itu lama pemakaian narkoba/napza dari responden dipilih yang lebih dari 5 tahun. Responden berdomisili di Makassar karena harus datang setiap hari ke YKP2N. Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini berjumlah 12 orang dan 1 orang mengundurkan diri karena alasan pribadi.

5.2. Pembahasan KasusKasus 1 (Nama : RL, 28 tahun, Tamat SMA, Wiraswata)Bersedia mengikuti program penelitian terapi herbal dengan menggunakan

Herbal Bandrux karena sudah merasa lelah menjadi pecandu narkoba.

Riwayat pemakaian narkoba :*1999sewaktu duduk di bangku SMP mulai memakai ganja.

*2002sewaktu duduk di bangku SMA mulai memakai putaw.

*2005Mengikuti program Metadon selama hampir satu tahun

*2006Pindah tempat tinggal dan putus memakai Metadon.

*2007Kembali memakai narkoba sampai 2010.

*2010Mengikuti lagi program Metadon di Makassar, dengan

pemakaian Dosis awal Metadon 15 mg, dan berangsur-angsur

meningkat sampai dosis 460 mg.

Dosis terakhir sebelum ikut program terapi herbal Bandrux adalah sebesar 100 mg.

Selama mengkonsumsi metadon badan terasa sering pegal-

pegal, BAB tidak lancar kadang-kadang sampai 10 hari tidak

BAB dan susah tidur. Selain itu juga harus datang ke

Puskesmas setiap hari dan merasa bosan harus minum

Metadon setiap hari.

* 20/Okt/10 RL ikut program terapi Herbal Bandrux dan sebelum mengkonsumsi herbal dilakukan pemeriksaan. Pada pemeriksaan fisik, Berat Badan 48 kg, Tinggi Badan 173 cm, Tensi darah 90/50 mmHg, Nadi 80 kali per-menit, pernafasan

15 kali per-menit dan suhu badan normal. Juga diketahui sering menderita sakit ulu hati (Gastritris) dan ada hipotensi.

Karena sebagian besar pemakai adalah penderita ODHA,

maka dilakukan pemeriksaan laboratorium CD4 untuk mengetahui keadaan HIV nya. CD4 terakhir sebelum diterapi

593 sel/L, pemeriksaan ini tidak berhubungan dengan keadaan ketergantungan dari responden tetapi penting untuk melihat aktivitas HIV dari responden.

`Dilakukan terapi herbal Bandrux dengan dosis 3 kali sehari, sebanyak 4 kapsul sekali minum.

* 22/Okt/10 Hari kedua, RL sudah merasakan manfaat dari Bandrux, BAB

sudah mulai lancar, nafsu makan meningkat, pola tidur normal karena sekarang sudah bisa tidur jam 20.00 s/d 22.00 malam

(yang biasanya baru bisa tidur antara jam 24.00 s/d 02.00)

* 25/Okt/10 Mulai berani menurunkan dosis Metadon dari 100 mg menjadi

60 mg, walaupun dosis diturunkan tetapi RL tidak merasakan adanya withdrawal effect dan merasa tidak seperti biasanya

kalau menurunkan dosis. RL sebenarnya ingin berhenti mengkonsumsi metadon, tetapi rasa sugesti ingin mangkonsumsi (craving ) masih kuat.

* 8-14 Nop Berhasil menurunkan dosis Metadon menjadi 40 mg, walaupun dosis diturunkan stamina tetap bugar, tidur malam tidak masalah dan makan juga tidak mengalami masalah. Sugesti ingin memakai masih ada tetapi semakin berkurang.

* 17-23 Nop Sekarang sudah berani menurunkan menjadi 30 mg, tetapi tidak terjadi rasa yang tidak nyaman, kondisi badan tetap

segar.

* 25 Nop Berani menurunkan Metadon menjadi 10 mg, tetapi terjadi withdrawal effecf yaitu pinggang dan tulang belakang terasa

nyeri, panas dan gelisah pada jam 23.00 WIT, tetapi paginya bisa bangun pagi, BAB lancar, nafsu makan normal, tetapi efek sakauw masih ada.

* 28 Nop Masih tetap dengan dosis 10 mg, sakaw lebih maju jam 20.00

sampai jam 02.00 WIT, tetapi masih bisa bangun pagi.

* 29 Nop Masih memakai dosis 10 mg, sakaw sudah tidak terjadi, tetapi pagi merasa sakit perut setelah minum herbal.

Juga dilakukan pemeriksaan CD4 dan hasilnya terjadi

kenaikan CD4 dari 593 sel/L menjadi 661 sel/L.* 30-1 Des Dosis turun menjadi 5 mg, tetapi tidak ada keluhan apapun.

* 2-13 Des Dosis 5 mg dibagi dua bagian, tetapi minum tidak setiap hari.

Rasa sakaw tidak ada, sugesti juga sudah tidak ada, hanya belum berani lepas total. Test urine terakhir menunjukkan tidak terdeteksi adanya narkoba.

Kasus 2 (Nama : Su, 32 thn, seorang jobless tamatan SMA)

Bersedia mengikuti program penelitian terapi herbal dengan menggunakan

Herbal Bandrux karena sudah merasa lelah menjadi pecandu narkoba.

Riwayat pemakaian narkoba :

* 1996 Pada usia 18 tahun memakai ganja dan shabu-shabu, tetapi tidak rutin.

* 1999 Mulai rutin setiap hari mengkonsumsi berbagai macam

narkoba dan juga menjadi pengedar.

* 2000 Ditangkap dan dipenjara. Didalam penjara Su masih tetap mengkonsumsi putaw dan juga sebagai pengedar.

* 2001 Keluar penjara dan tetap menjadi pengedar sampai tahun

2003.

* 2004 Tertangkap polisi dan di penjara. Karena kekurangan jarum suntik didalam penjara, maka memakai jarum suntik bersama pemakai lain dan pada tahun tersebut terinfeksi HIV.

* 2007 Setelah keluar penjara masih menjadi pengedar, tetapi karena putaw susah didapat Su ikut program Metadon.

* Mei 2007 Memakai Dosis Metadon sebesar 35 mg, dan dosis semakin bertambah mencapai 120 mg, tetapi turun lagi menjadi 95 mg.

Setelah tiga tahun mengkonsumsi metadon Su merasa susah untuk lepas dari metadon.

* 8 Nop10 Mulai memakai terapi herbal Bandrux dengan dosis 3 kali sehari 4 tablet. Hari pertama minum herbal, Su muntah dan

setelah itu merasa ngantuk dan pada malam hari tidur lebih cepat, tetapi waktu bangun pagi tubuh merasa sangat segar.

* 9 Nop Sudah berani menurunkan dosis menjadi 80 mg, tetapi tidak ada keluhan. Efek setelah minum herbal terasa mengantuk,

tidur menjadi normal, yang biasanya diatas jam 24.00 WIT

menjadi jam 21.00 WIT.

BAB menjadi lancar yang sebelumnya 10 tidak BAB.

* 10 Nop Sudah berani turunkan dosis lagi menjadi 75 mg. Badan terasa enak, nafsu makan menjadi berlebih, BAB normal, pola tidur

normal dan terkena penyakit Herpes Zoster di punggung

sehingga badan demam. Tetapi pagi hari bangun tidur terasa nyaman, BAB normal dan sakaw tidak terjadi.

Karena ingin cepat terbebas dari Metadon Su menurunkan dosis menjadi 40 mg, tetapi masih merasa nyaman. Badan merasa stabil tidak terasa sakaw, merasa nyaman dan tidak ada gangguan tidur, hanya efek dari Penyakit Herpez Zoster

masih terasa.

* 12 Nop Dosis metadon diturunkan lagi menjadi 30 mg, tidak ada keluhan walaupun dosis diturunkan. Nafsu makan baik, sakaw tidak ada dan badan terasa nyaman. Sehari kemudian Herpes Zoster sudah kering.

* 14-15 Nop Mencoba berhenti minum Metadon, mengakibatkan nyeri pada kedua lulut tetapi nafsu makan masih baik, tidur tidak masalah, hanya sedikit gelisah.

* 16 Nop Dosis Metadon naik lagi menjadi 70 mg, karena petugas

mencurigai terlalu cepat menurunkan dosis tetapi mengkonsumsi narkoba, akibatnya Su merasa melayang, badan tidak nyaman, dan jantung berdebar-debar.

Karena sehari sebelumnya diberikan dosis terlalu tinggi, maka tanggal 17 Nopember 2010 tidak minum metadon. Badan terasa nyaman, tidak ada sakaw hanya libido agak meningkat. Pada jam 24.00 terbangun karena nyeri lutut sampai jam

02.00, tetapi setelah itu bisa tidur lagi.

* 18 Nop Masih ada keluhan nyeri lutut dan minum tramadol untuk mengurangi rasa nyeri. Sehari kemudian karena tidak kuat

menahan rasa nyeri akibat putus obat minum lagi Metadon 10

mg, tapi setelah itu badan terasa segar, nyaman dan rasa nyeri lutut sudah hilang.

* 21 Nop Masih mengkonsumsi Metadon 10 mg, dan rasa nyeri dilutut sudah mulai hilang.

* 22 Nop Dosis Metadon diturunkan menjadi 5 mg, ada dorongan kuat dalam diri untuk lepas dari Metadon.

* 23-25 Nop Mencoba lagi lepas dari Metadon, tetapi lutut dan seluruh persendian terasa ngilu tetapi tidak seberat yang sebelumnya. Untuk mengatasi rasa sakit ini dosis herbal di tingkatkan menjadi dua kali lipat yaitu 3 kali 8 kapsul sehari. Terjadi

peningkatan aspek religius, dan kebersihan badan (mandi menjadi 2 sampai 3 kali sehari), karena sebelumnya takut air .

*` 26 Nop Relaps lagi dan mengkonsumsi Metadon dengan dosis 10 mg, tetapi ini merupakan minum Metadon terakhir.

* 27-30 Nop Masih terasa nyeri di lutut. Tetapi setelah ini tidak ada lagi keluhan sampai sekarang, sugesti mengkonsumsi narkoba

maupun substitusinya sudah hilang. Bahkan tawaran dari teman-teman untuk mengkonsumsi narkoba sudah tidak

berpengaruh. Sekarang Su sudah merasa merdeka, percaya diri meningkat, semangat hidup dan menjadi orang baru.

Kasus 3 (Nama : IB, 29 tahun, wiraswastawan, pernah kuliah sampai semester tujuh tapi drop out karena masalah narkoba).

Bersedia mengikuti program penelitian terapi herbal dengan menggunakan

Herbal Bandrux karena sudah merasa lelah menjadi pecandu narkoba.

Riwayat pemakaian narkoba :*1993Pada usia 12 tahun mulai mengkonsumsi obat-obat keras seperti Rohipnol atau pil koplo lainnya.

*1994Mulai mengkonsumsi ganja.

*1995Mulai mengkonsumsi Putaw, Ekstasi dan Alkohol.

*1998Konsumsi narkoba tambah dengan shabu dan putaw. Dan

*1999pada tahun itu juga ikut detoksifikasi di rumah sakit Dadi,

Makassar.

Mengikuti Rehabilitasi di Doulos, Makassar selama 3 Bulan.

*2000Masuk lagi ke Pusat Rehabilitasi di Doulos, Makassar selama

6 Bulan.

*

*2001

2002/03Pemakaian putaw sampai tahun 2001, setelah itu diganti

dengan shabu dan alganax sampai tahun 2006. Pada tahun

2001 kembali lagi Doulos, Makassar, selama 2 bulan.

Juga rehabilitasi di Breaktrough - Bogor, selama masing

masing 5 bulan, dimana pada tahun 2006 beberapa temannya

meninggal dunia karena Over Dosis. Setelah itu

mengkonsumsi Sobutek untuk substitusi.

* 2007-skrg Sangat tergantung pada beberapa Tranqulizer Minor seperti

Alganax, Lexotan dan juga Alkohol.

Pada 2007 kembali lagi ke pusat rehabilitasi di Doulos, Makassar selama 6 bulan. Sampai tahun 2010 sesaat sebelum ikut program Bandrux, IB sangat ketergantungan Alganax (Aprazolam ) dengan dosis sehari 3-4 tablet, karena kalau tidak minum Alganax maka ada perasaan curiga (paranoid), tremor, badan seperti ditarik-tarik, gelisah dan tidak bisa tidur. Karena merasa sudah jenuh dengan ketergantungan dan ingin sembuh, maka IB ikut bergabung dengan pengobatan Herbal Bandrux.

* 10 Nop Minum Bandrux, rasa gelisah hilang, tremor berkurang, bisa tidur, sakit gigi (tetapi setelah minum herbal sakit gigi sudah hilang), hanya paranoid masih ada. Selama 5 hari pertama

hanya minum Alganax 0,5 tablet setiap hari, biasanya sehari 3 sampai 4 tablet.

* 14 Nop Sudah tidak lagi minum Alganax.

* 22 Nop Mulai bisa konsentrasi bahkan sudah bisa memimpin rapat.

Sampai tanggal 30 Nopember 2010 yang dirasakan hanya masih ada rasa paranoid.

* 30 Nop Sudah merasa normal, paranoid sudah hilang dan setelah test urine sudah tidak ditemukan narkoba lagi.

Kasus 4 (Nama : Zl, 42 tahun) Riwayat pemakaian Narkoba :

*1999-2002Sudah mencoba ganja. Setelah pindah ke Jakarta mengenal berbagai macam narkoba, tetapi yang sering di konsumsi putaw, sehari bisa 2 sampai 3 paket putaw.

*2003Kembali ke Makassar dan ternyata sudah banyak beredar

bermacam-macam narkoba. Zl meneruskan kebiasaan mengkonsumsi narkoba, dan yang paling banyak di konsumsi

jenis Putaw.

*

*2006

2007Karena sudah merasa jenuh dengan narkoba, Zl mulai

mengkonsumsi substitusi Sobutec.

Ganti dengan substitusi yang lain yaitu Metadon di Puskesmas

Ujung Pandang Baru. Dosis yang pertama kali diberikan 25 mg

*2008dan berangsur-angsur dinaikkan sampai 65 mg. Karena jauh

dari tempat tinggal dan waktunya yang tidak memungkinkan

Kembali mengkonsumsi Sobutec.

*2009Karena Sobutec sudah tidak beredar lagi, maka diganti

*4 Nopdengan Sobuxon. Dalam satu hari Sobuxon yang dikonsumsi

sebanyak 4 tablet. Karena sudah merasa jenuh dengan narkoba maka Zl sangat antusias mengikuti program pengobatan narkoba dengan herbal bandrux.

Mulai pengobatan dan setelah minum herbal 3 kali 4 kapsul

sehari. Empat hari pertama perkembangan yang dirasakan

yaitu tidur sudah normal (yang biasanya jam 02.00 WIT baru tidur), bangun pagi badan terasa segar (yang biasanya badan

terasa hancur dan harus minum Sobuxon 3 sampai 4 tablet ).

Tetapi empat hari pertama masih mengkonsumsi Sobuxon 1

tablet sehari.

* 8 Nop Sudah tidak mengkonsumsi Sobuxon sampai tanggal 12

Nopember 2010, kondisi fisik tidak ada keluhan, bangun pagi segar, rasa nyeri pada punggung dan pinggang sudah tidak

dirasakan lagi yang biasanya apabila melakukan perjalanan

jauh (karena profesi Zl adalah sopir), satu sampai dua jam pinggang dan punggung sudah sangat nyeri. Nafsu makan

menjadi normal, BAB menjadi normal setiap hari (biasanya 3 sampai 5 hari sekali).

* 13-16 Nop Sudah tidak mengkonsumsi narkoba apapun, badan sudah terasa segar sehingga sudah bisa menempuh perjalanan jauh

tanpa nyeri pinggang dan punggung, nafsu makan baik, BAB normal, sudah bisa bangun pagi (jam 05.00 WIT) yang biasanya bangun jam 09.00 WIT dan disertai nyeri-nyeri badan.

* 17-23 Nop Zl sudah merasa hidup normal, keluhan sudah tidak ada tinggal sugesti ingin mengkonsumsi Sobuxon kadang-kadang muncul.

* 24 Nop Mengkonsumsi lagi Sobuxon 0,5 tablet jam 20.00 WIT karena

ada rasa keinginan yang muncul tetapi bukan karena sakaw. Tetapi reaksinya, Zl tidak merasakan adanya efek dari Sobuxon.

* 25-2 Des Sudah tidak mengkonsumsi narkoba apapun dan bahkan

sudah bisa menolak ajakan kawan dan sudah berani menghindar dari teman-teman pecandu. Test urine narkoba pada tanggal 28 Nopember 2010 dengan hasil negatif. Wajah Zl sekarang sudah segar dan bersih. Lebih religius dan tenang. Terjadi peningkatan CD4 dari yang sebelumnya 566 sel/L pada tanggal 18 Oktober 2010, selanjutnya pada tanggal 29

Nopember 2010 hasilnya meningkat menjadi 725 sel/L. Dan sekarang Zl sudah bertekad mempertahankan kondisi ini sampai kapanpun.

Kasus 5 (Nama : IA, Laki-laki 23 thn, jobless lulusan SMA)

Sebelum mengikuti program pengobatan herbal Bandrux dilakukan pemeriksaan fisik. Berat badan 57 kg, Tinggi Badan 165 cm, pada Pemeriksaan vital sign hasilnya Tensi darah : 120/80 mmHg, Nadi 80 kali

/menit, Respirasi 20 kali /menit, dan pemeriksaan fisik dari kepala sampai

ekstremitas normal. Dari pemeriksaan darah CD4 sebesar 325 sel/L.*2003Mulai mengenal narkoba. Seperti pada pecandu umumnya yang lain dimulai dengan mengkonsumsi ganja.

*2005Sudah mengenal Putaw dan Shabu.

*2006IA berurusan dengan pihak berwajib dan dipenjara. Selama 3

bulan di penjara sempat berhenti mengkonsumsi narkoba.

*2007Tetapi akhirnya dapat narkoba di penjara dan mengkonsumsi

putaw lagi. Setelah keluar dari rumah tahanan IA mengikuti program substitusi Sobutec.

Ganti dengan substitusi lain yaitu Metadon. Dosis pertama

yang diberikan 20 mg dan kemudian berangsur meningkat

menjadi 95 mg. Dosis sebelum mengikuti program pengobatan herbal Bandrux sebesar 35 mg. Selain itu rutin mengkonsumsi Aprazolam satu tablet setiap hari.

IA ingin berhenti dari program Metadon karena selama minum metadon badan terasa pegal dan susah BAB.

* 19 Okt10 Mulai ikut terapi herbal dengan dosis Herbal Bandrux yang

diberikan yaitu 3 kali sehari 4 kapsul. Keluhan sebelum minum herbal yaitu : susah BAB (kadang-kadang 10 hari sekali), susah tidur, nafsu makan susah dan secara psikologis gampang marah, emosi tidak stabil. Setelah minum herbal 10 hari pertama stamina sudah segar, jam tidur sudah normal, bangun tidur sudah normal, BAB mulai lancar setelah hari keempat minum herbal, tetapi dosis Metadon belum berani diturunkan. Hari kedua minum herbal, aprazolam sudah tidak dikonsumsi lagi karena sudah tidak merasakan adanya efek dari Aprazolam.

* 1-5 Nop Sudah berani menurunkan dosis Metadon 10 mg menjadi 25 mg, tetapi walaupun dosis sudah diturunkan badan tetap

segar, nafsu makan normal, jam tidur normal, hanya masih ada gejala withdrawal yaitu mata berair dan hidung beringus antara jam 09.00 sampai 10.00 WIT.

* 6-11 Nop Keluhan sudah tidak dirasakan lagi, termasuk sudah tidak

terjadi lagi mata keluar air dan hidung beringus. Dosis

Metadon belum diturunkan masih 25 mg.

* 12 Nop Terjadi penurunan dosis Metadon 3 mg sampai tanggal 23

Nopember 2010. Efek dari penurunan dosis tidak ada , badan terasa sangat segar. Efek lain yang dirasakan yaitu libido sex

meningkat dan nafsu makan sangat meningkat sehingga

dalam satu hari bisa makan enam kali. Efek psikologis yang lain yaitu emosi yang stabil dan tidak cepat marah.

* 24-26 Nop Sudah berani menurunkan dosis Metadon menjadi 20 mg.

Tetapi akibat dari penurunan dosis ini, bila habis jongkok ataupun habis duduk kemudian berdiri maka terasa pusing dan tengkuk terasa pegal. Hal ini berlangsung sampai tanggal 27

Nopember 2010 setiap jam 10.00 pagi sampai jam 13.00 WIT.

* 27 Nop Rasa pusing sudah mulai berkurang yang biasanya sampai 2 jam sekarang berkurang menjadi 30 menit. Libido sex sudah

berkurang. Dosis masih tetap 20 mg.

* 28 Nop Rasa pusing sudah tidak ada, tidur kurang nyenyak karena sakit pinggang dan terasa gelisah, leher terasa kaku, tetapi nafsu makan normal, bangun tidur normal dan BAB normal.

* 29 Nop Dosis 20 mg dibagi dua dengan interval tenggang waktu

antara minum 10 mg pertama dengan yang kedua adalah 2 jam. Tidak ada efek yang menggangu.

* 30 Nop Berani menurunkan dosis menjadi 15 mg, efek yang dirasakan

leher agak tegang bangun pagi agak terasa sakaw dan tidur agak gelisah. Aspek psikologis sudah berkembang baik, emosi

stabil, lebih rileks dan pikiran lebih segar.

* 1 Des Menurunkan dosis Metadon menjadi 10 mg. Tidak ada rasa sakaw ataupun rasa lain yang tidak mengenakan. Masih minum Metadon pada jam 11.00 WIB tetapi tidak merasakan

adanya efek, sehingga mulai timbul rasa menyesal minum

Metadon.

* 2 Des Berani menurunkan lagi dosis Metadon menjadi 4 mg, tetapi tidak merasakan efek yang tidak enak, BAB normal, nafsu makan baik, sugesti sudah mampu ditekan, konsentrasi meningkat dan lebih memperhatikan tanggungjawabnya pada keluarga.

Dari pemeriksaan fisik dan laboratorium menunjukkan hasil yang menggembirakan, berat badan meningkat 60 kg, wajah

lebih segar dan CD4 terakhir menunjukkan adanya peningkatan menjadi 401 sel/L.Kasus 6 (FZ, 30 tahun, seorang jobless lulusan SMA)

Sebelum mengikuti program pengobatan herbal Bandrux dilakukan pemeriksaan fisik. Berat badan 57 kg, Tinggi Badan 169 cm, pada Pemeriksaan vital sign hasilnya Tensi darah : 120/80 mmHg, Nadi 80 kali

/menit, Respirasi 20 kali /menit, dan pemeriksaan fisik dari kepala sampai

ekstremitas normal. Dari pemeriksaan darah CD4 sebesar 358 sel/L.Riwayat menggunakan Narkoba :*1999Setelah Lulus SMA, mulai mengkonsumsi narkoba, dengan pertama-tama mencoba mengisap ganja sampai tahun 2002.

*

*2002

2003Sudah mencoba narkoba jenis lainnya seperti Shabu, Ekstasi

dan Putaw.

FZ mulai merasa lebih nyaman memakai Putaw. Hal ini

berlangsung sampai tahun 2007.

*2008FZ ikut program Metadon dengan dosis awal adalah 20 mg,

kemudian meningkat menjadi 50 mg. ketergantungan metadon bagi FZ sangat menyiksa, selain karena waktu yang tersita

juga rasa yang tidak nyaman. Selain itu FZ juga

ketergantungan Aprazolam. Karena itu setelah mendengar ada pengobatan ketergantungan narkoba dengan Herbal Bandrux maka FZ antusias mengikuti program ini.

* 19 Okt Mulai minum herbal Bandrux dengan dosis 3 kali sehari 3

kapsul dan 15 menit setelah minum Herbal Bandrux terasa ngantuk pada pagi dan siang hari. Pada malam hari jam 20.00

WIT langsung tidur. Hal ini berlangsung sampai 3 hari.

* 21 Okt Sudah merasakan perubahan seperti nafsu makan yang meningkat (biasanya susah sekali makan), BAB Normal.

Mencoba menurunkan Metadon 2 mg menjadi 38 mg.

Walaupun dosis diturunkan, tetapi tidak ada keluhan yang dirasakan.

* 22-24 Okt FZ berani menurunkan dosis 2 mg menjadi 36 mg, efek yg dirasakan dari penurunan dosis tidak dirasakan. Tidur nyenyak, BAB normal, stamina segar setelah bangun pagi.

* 25-29 Okt Turun dosis lagi 1 mg menjadi 35mg, kondisi tubuh sama

seperti sebelumnya tidak terjadi masalah apapun.

* 30-7 Nop Menurunkan dosis Metadon sebesar 5 mg menjadi 30 mg.

Kondisi kesehatan tdk ada masalah dan mulai hari ini sudah tidak minum Camlet lagi (sebelumnya masih minum Camlet

setiap hari 1 tablet).

* 8-14 Nop menurunkan dosis lagi 5 mg, menjadi 25 mg, kondisi yg dirasakan sangat stabil, minum herbal Bandrux yg dirasakan menutup kebutuhan Metadon walaupun dosis turun cukup banyak, tetapi tidak mempengaruhi kondisi fisik secara

keseluruhan, bahkan menurut FZ camlet yg biasa diminum setiap hari, selama minum herbal ini tidak merasakan efek atau reaksi ke tubuh setelah minum, tertutup reaksinya oleh herbal.

* 17-20 Nop Menurunkan dosis lagi 15 mg menjadi 10mg, kondisi tubuh tetap stabil, tidak ada keluhan yang dirasakan dengan dosis Metadon 10 mg (sudah menutup kebutuhan tubuh akan Metadon). Keluhan yg dirasakan selama ini seperti pinggang nyeri, tulang belakang sakit apabila terlambat minum Metadon sama sekali sudah tidak dirasakan selama minum herbal Bandrux, bahkan yg dirasakan dosis tinggi dan rendah Metadon dirasakan sama saja tidak mempengaruhi kondisi fisik (tidak ada keluhan). Efek positif yang dirasakan adalah meningkatnya nafsu makan, pola tidur normal (tidak mengalami insomnia), bangun pagi cepat dan segar (yang biasanya susah dan badan terasa sakit setiap bangun tidur). Secara psikis terjadi kestabilan emosi, lebih sabar, perhatian pada keluarga dan pikiran lebih cemerlang. Terjadi juga perubahan perilaku antara lain timbul kepedulian dengan sesama teman, khususnya sesama pecandu.

* 23-30 Nop Terjadi penurunan dosis lagi, yaitu dengan minum satu dosis

(10 mg) dan dibagi dua (menjadi masing-masing dosis 5mg), yang dirasakan sudah menutup kebutuhan Metadon walaupun

hanya minum dosis 5 mg. Keluhan sudah tidak dirasakan,

stamina semakin bugar, keyakinan mampu keluar dari keterikatan Metadon pun semakin kuat. Alasannya karena

setelah minum herbal tidak ada efek sakaw yg ditakutkan selama ini, karena yang ditakutkan selama ini melihat teman- teman yang minum metadon apabila Sakaw atau menurunkan dosis sangat menyakitkan. Tidak terjadi efek sakaw yang

dialami FZ selama ini setelah minum herbal Bandrux. Bahkan terjadi efek positif pada kondisi kesehatan, psikologis dan perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

* 1-2 Des Sudah tidak mengkonsumsi Metadon lagi, yang dirasakan

selama 2 hari tidak minum Metadon secara fisik hampir tidak ada masalah, hanya masalah sugesti saja yang masih dirasakan. FZ mencoba menahan tidak minum Metadon seminggu kedepan sambil berusaha menekan sugesti yg masih ada dengan lebih banyak mencari kesibukan. Lebih mendekatkan diri ke Tuhan dan keluarga yang selama ini sangat kurang.

Kasus 7 (FM)

Peserta Rehabilitasi Herbal Bandrux yang menggunakan Putaw dan Camlet (Aprazolam). Putaw yang selama ini dikonsumsi dalam sehari 0,25 ml ditambah Camlet 1 sampai 2 tablet setiap hari.

Riwayat menggunakan Narkoba :

* 19 Okt Mulai mengikuti program Herbal Bandrux dan efek yang dirasakan adalah mengantuk dan ada perasaan lega setelah minum Herbal kurang lebih 15 menit.

* 20-25 0kt FM merasakan herbal bandrux ini mampu menekan kebutuhan

Putaw dan sugesti atau keinginan memakainya juga mampu ditekan. Herbal Bandrux mengurangi rasa ketagihan Putaw yang biasanya dirasakan apabila tidak mengkonsumsi satu hari saja, kemampuan menahan tidak mengkonsumsi putaw bisa ditahan sampai 2 hari. Hanya keinginan mangkonsumsi putaw yang masih kuat.

* 26-31 Okt Dirasakan masih kuatnya sugesti atau keinginan untuk mengkonsumsi putaw, tapi masih mampu menahan, FM hanya

minum Camlet 1 tablet, kondisi kesehatan agak sedikit lemes, dan mencret-mencret selama 2-3 hari, ini merupakan efek positif detoksifikasi Herbal Bandrux untuk membuang racun dalam tubuh.

* 1-5 Nop Mencoba menurunkan dosis putaw menjadi 0,20, kondisi fisik yang dirasakan yaitu merasakan agak sedikit lelah dan sakit

tulang belakang. Perubahan psikologis terutama emosi menjadi lebih stabil. FM adalah karyawan Swasta di sebuah

perusahaan di Makassar, herbal yg diberikan diantar ke tempat kerjanya, karena tidak bisa datang mengambil sendiri ke tempat Rehabilitasi YKP2N, jadi harus diantar oleh Pendamping yang ditunjuk. Pengawasan secara langsung

tidak bisa dilakukan seperti peserta yang lainnya. Perubahan lain yg dirasakan, meningkatnya konsentrasi dalam pekerjaan.

* 6-10 Nop Berani menurunkan dosis lagi menjadi 0,15. Kondisi fisik FM

masih terasa lemes, sehingga masih belum berani untuk tidak mengkonsumsi putaw. Pola tidur sekarang sudah mulai

membaik, nafsu makan juga membaik, tapi keinginan

mengkonsumsi putaw masih sangat kuat dirasakan.

* 11-18 Nop Menurunkan dosis lagi menjadi 0,10, kondisi fisik yg dirasakan masih terasa lemas setiap bangun pagi, tetapi ada perubahan

lain yaitu mampu bangun tidur lebih pagi. Rasa sakaw setiap

bangun pagi masih dirasakan, tapi jauh berkurang (FM masih mengkonsumsi putaw setiap hari, tapi mencoba menurunkan

dosis putaw secara bertahap, dan masih minum Camlet sesuai kebutuhan). Terjadi penurun pemakaian Camlet tablet setiap ingin minum, yang biasanya 1 tablet setiap minum dan biasanya minum setiap hari, sejak mengikuti program herbal Bandrux, minum Camlet sesuai dengan kebutuhan saja, 3

sampai 4 hari sekali kadang seminggu sekali. Secara pisikologis muncul kegelisahan setelah penurunan dosis putaw

0,10. Keluhan secara fisik agak sedikit lemes saja. Efek sakit

badan setiap bangun pagi sudah jauh berkurang.

Yang dirasakan FM setelah minum Herbal Bandrux ada plong (rasa hilang semua beban), tenang dan ngantuk, sehingga membuat rileks. Perubahan lain yang juga terjadi seperti nafsu makan yang kembali normal dan sudah bisa bangun pagi.

* 20-26 Nop FM kembali menurunkan dosis putaw-nya lagi menjadi 0.5.

Perubahan yang dirasakan yaitu stamina semakin bugar, nafsu makan yang meningkat dan tidur terasa nyenyak yang

biasanya gelisah. Secara psikologis lebih tenang dan konsentrasi meningkat. Masalah yang ada sekarang hanya sugesti atau keinginan untuk mengkonsumsi yang masih ada.

* 27-2 Des Mulai mampu menahan untuk tidak mengkonsumsi putaw

selama 1 s/d. 4 hari dan hari ke 5 baru mengkonsumsi lagi dengan dosis kecil 0,5. Sampai program Herbal ini berakhir FM masih pakai putaw dengan dosis 0,5, tapi hanya sesuai kebutuhan saja, mencoba melepaskan ketergantungan putaw secara bertahap, dikarenakan rasa ingin mengkonsumsi yang masih ada, dan belum mampu mengatasi rasa ini.

Kasus 8 (Nama : HA)Peserta Rehabilitasi Narkoba Perempuan yang menggunakan jenis Putaw, Camlet dan Sobuxon.

Riwayat penggunaan Narkoba :

* 15 Nop HA mengikuti Program Herbal Bandrux dan efek yang dirasakan hari 1 s/d 5 adalah terasa ngantuk selama 15 s/d 20 menit setelah minum herbal Bandrux. Keluar keringat agak banyak yang biasanya jarang sekali berkeringat, meningkat nafsu makannya dan gampang sekali tidur karena mengantuk setelah minum herbal.

* 21-25 Nop Terjadi perubahan stamina yang semakin meningkat (biasanya cepat lelah), nafsu makan sangat meningkat (gampang lapar) dan waktu tidur yg cepat (biasanya susah tidur). Perubahan cepat terjadi pada HA setelah minum Herbal dan selama 10 hari meminum, HA sudah mampu menahan untuk tidak mengkonsumsi Putaw, Camlet dan Sobuxon sama sekali. Perubahan yang dirasakan setelah minum herbal mampu menahan sugesti ingin mengkonsumsi, lebih tenang dan tidak gelisah, pikiran lebih segar. Dan setelah merasakan efek d