LAPORAN TALK STERIL.docx

download LAPORAN TALK STERIL.docx

of 18

Transcript of LAPORAN TALK STERIL.docx

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN STERILPEMBUATAN SERBUK TALK STERIL 10 GRAM UNTUK TIAP KEMASAN, SEBANYAK 2 KEMASAN

Nama Kelompok :1. Dessy Dwi R.(122210101013)1. Kinanti Putri R.(122210101015)1. Arjun Nurfawaidi(122210101017)1. Gati Dwi S.(122210101021)1. Nur Fauziah Matra(122210101023)

BAGIAN FARMASETIKAFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER2015

I. TUJUANMahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan metode pemanasan kering

II. TEORI DASARA. Sediaan SterilSediaan farmasi steril merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang pada saat ini banyak digunakan terutama pada rumah sakit. Sediaan farmasi steril sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati dan sebagainya. Dimana dalam keadaan tersebut sangat dibutuhkan kondisi steril karena pada pengobatannya langsung bersentuhan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh, dimasukkan langsung ke dalam cairan atau rongga tubuh. Sangat memungkinkan terjadi infeksi bila obatnya tidak steril (Turco, 1979).Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal (jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh karena sensivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007).Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994). Wadah terbuat dari berbagai macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari karet. Wadah Gelas masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida tetrahedron, dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida-oksida seperti oksida natrium, kalium, kalsium, magnesium, alumunium, boron, dan besi. Gelas yang paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun dari silikon dioksida, tetapi gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak pada temperatur tinggi (Lachman, 1994).B. SterilisasiMetode-metode sterilisasi berdasarkan Ansel (1989), yakni: 1. Sterilisasi uap (lembab panas), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan. 2. Sterilisasi panas kering, yakni sterilisasi yang biasa dilakukan dengan oven pensteril yang dirancang khusus untuk tujuan sterilisasi. Oven dapat dipanaskan dengan gas atau listrik dan umumnya temperatur diatur secara otomatis. 3. Sterilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaring atau dengan mekanispe penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. Sediaan obat yang disterilkan dengan cara ini, diharuskan menjalani pengesahan yang ketat dan memonitoring karena efek produk hasil penyaringan dapat sangat dipengaruhi oleh banyaknya mikroba dalam larutan yang difiltrasi. 4. Sterilisasi gas, sterilisasi gas dilakukan pada senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dimana dapat disterilkan dengan cara memaparkan gas etilen oksida atau protilen oksida. Gas-gas ini sangat mudah terbakar bila tercampur dengan udara, tetapi dapat digunakan dengan aman bila diencerkan dengan gas iner seperti karbondioksida, atau hidrokarbon terfluorinasi yang tepat sesuai.5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan, yakni teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan-sediaan farmasi dengan sinar gama dan sinar-sinar katoda, tetapi penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh-pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah.C. TalkTalk mengandung sedikit alumunium silikat yang merupakan bahan alam yang terkadang mengandung beberapa mikroba seperti Chlostridium welchii, Chlostridium tetani, dan Bacillus antrachis. Menurut Martindale, talk steril memilki beberapa fungsi anatara lain sclerosant setelah terjadi drainase ganas pada efusi pleura dan pneumotoraks spontan berulang. Mekanisme aksi terapetik talk yang dimasukkan ke dalam rongga pleura diduga dapat mengurangi reaksi inflamasi dengan meningkatkan kerja pleura, mengurangi celah yang ada dalam pleura dan menghindari reakumulas icairan pleura. Selain itu, talk untuk efusi pleura bekerja dengan mengeluarkan udara, darah atau cairan lain dalam paru-paru, mengembangkan paru-paru dan mencegah cairan atau udara kembali ke dalam paru-paru. Talk memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga mudah terpenetrasi ke dalam rongga pleura dan menghasilkan onset yang cepat (Amin, et al, 2007). D. Efusi PleuraEfusi pleura merupakan keadaan dimana cairan menumpuk di dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, rongga pleura diisi cairan sebanyak 10-20 ml yang berfungsi mempermudah pergerakan paru di rongga dada selama bernapas. Jumlah cairan melebihi volum normal dapat disebabkan oleh kecepatan produksi cairan di lapisan pleura parietal yang melebihi kecepatan penyerapan cairan oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral. Keadaan ini dapat mengancam jiwa karena cairan yang menumpuk tersebut dapat menghambat pengembangan paru-paru sehingga pertukaran udara terganggu.Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 119 pasien dengan efusi pleura di Rumah Sakit Persahabatan pada tahun 2010-2011, efusi pleura kebanyakan disebabkan olehkeganasan (42.8%) dan tuberkulosis (42%). Penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis (Khairani dkk., 2012). E. PleurodesisPleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura. Pleurodesis merupakan terapi simptomatis jangka panjang serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga pleurodesis dapat dilakukan untuk terapi paliatif pada penderita efusi pleura ganas. (Amin et al, 2007)

III. PRAFORMULASI1. Tinjauan Farmakologia. Efek utama: Mencegah iritasi. Pengobatan infusi sekunder pleura malignan dan mengontrol efusi pleura dengan mekanisme menghasilkan pleurodesis (Leighton, 2003).b. Efek samping: Menyebabkan iritasi pernafasan, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pneumoioniasis. Menyebabkan granuloma jika digunakan pada bagian tubuh yang terluka. Talk yang mengandung asbes dapat menyebabkan kanker. Pada penggunaan dosis tinggi (10 g) dapat menyebabkan gagal nafas.c. Kontraindikasi: Paru-paru yang tidak bisa re-expand. Pasien yang alergi. Pasien yang hipersensitivitas pada talk.2. Tinjauan Sifat Fisika Kimiaa. Pemerian: serbuk hablur sangat halus, putih atau putih keabuan, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas butiran (FI IV, 1995)b. Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan etanol 96% ,larut dalam larutan asam dan alkali hidroksida (BP 2009 vol I 8 ii: 5836).c. Stabilitas: Stabil pada pH 7-10 bila dalam bentuk larutan (HPE 2006 : 767) Mengabsorbsi air dalam jumlah yang tidak sigfnifikan pada suhu 25C dan kelembapan relative hingga 90%.d. Cara sterilisasi: Sterilisasi dengan panas kering pada suhu 160C tidak lebih dari 1 jam (HPE,2006: 768). Sterilisasi dengan gas etilen oksida (HPE,2006: 768). Sterilisasi dengan radiasi sinar gamma (HPE,2006: 768).e. Inkompatbilitas: senyawa ammonium kuartener (HPE,2006: 768).f. Cara penggunaandandosisCara penggunaan: Disuntikkan atau diinjeksikan ke dalam rongga dada melalui cheshibs dengan menggunakan syringe Pasien diminta untuk bernafas beberapa kali agar serbuk talk tertarik ke rongga pleura (Amin dan Masna.2007,133)Dosis: 2 gram untuk pneumothorax 5 gram untuk efusi pleura

IV. FORMULASI Permasalahan Dan PenyelesaianMetode sterilisasi berdasarkan pustaka adalah metode sterilisasi gas. Gas yang dilakukan merupakan gas etilen oksida (HPE:728). Gas ini mudah menguap dan terbakar, selain itu residu etilen oksida adalah bahan yang toksik yang harus dihilangkan dari bahan-bahan yang disterilkan setelah proses sterilisasi. Juga perlu dilakukan perlindungan terhadap personel dari efek berbahaya gas ini (Validation Of Pharmaceutical Process : 151).Penyelesaianya itu dengan menggunakan pemanasan kering yang sesuai untuk sediaan talk steril yaitu oven dengan suhu 160tidak lebih dari 1 jam (HPE : 2006). Formulasi yang akan dibuatR/ Talk 10gS.Serbuk tabur No. II Perhitungan Berat dan Volume Timbang talk sebanyak 10 gram x 2 = 20 gram Cara SterilMenggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu 160tidak lebih dari 1 jam.V. PELAKSANAAN1. Penyiapan Alat1. Alat-alat yang digunakanNo Nama alatJumlah Ukuran sterilisasiwaktu

1Kaca arloji1 7cmOven-180o C30

2Kaca arloji2 3 cmOven-180o C30

3Sendok porselen1Oven-180o C30

4Pengaduk2Oven-180o C30

5Pinset2Oven-180o C30

6Botol serbuk2Oven-180o C30

7Tutup aluminium2Oven-180o C30

8Aluminium foilq.sOven-180o C30

1. Pencucian, Pengeringan, dan Pembungkusan alat Cuci alat gelas dengan air dan HCl encerRendam dalam larutan tepol 1% dan Na2CO3 0,5% (aa) dan didihkan selama 15 menitUlangi prosedur diatas ad larutan tetap jernih (max 3 kali)Bilas dengan aquadest sebanyak 3 kaliPencucian alat gelas

Pencucian aluminium

Didihkan dalam tepol 1% selama 10 menitRendam dalam larutan Na2CO3 0,5% selama 5 menit, Bilas dengan aqua panas mengalir

Didihkan dengan air selama 10 menit, kemudian bilas

Didihkan dengan aquadest selama 5 menit, kemudian bilas dengan aquadest 3 kali.

Pembungkusan Alat

Beaker glass, Erlenmeyer, gelas uku rmulut ditutup dengan kertas perkamen lalu diikat dengan taliTiap alat dibungkus dalam kantong rangkap dua

Pengeringan dan pembungkusan alat

Alat dikeringkan di dalam oven 100-105oC selama 10 menit, dalam keadaan terbalik ad kering lalu dibungkusTiap alat dibungkus dalam kantong rangkap dua

c. Sterilisasi alat - Oven 180oC 1. Waktu pemanasan: 19 menit (12.38-12.57)1. Waktu kesetimbangan: 0 menit1. Waktu pembinasan: 30 menit (12.57-13.27)1. Waktu tambahan jaminan sterilitas : 0 menit1. Waktu pendinginan: 15 menit (13.27-13.42)Total waktu: 64 menitProses sterilisasi berlangsung dari pukul 12.38 s.d 13.421. Semprot pembungkus alat yang telah steril dengan etanol 70% lalu buka bungksMembukapembungkusalat yang telahsterilCara Kerja

Meletakkan kaca arloji pada neraca analitik menggunakan pinset

Menimbang talk 10 g yang diambil menggunakan sendok porselen

Masukkan talk kedalam botol kaca masing-masing 10 g

Tutup mulut botol kaca dengan aluminium foil

Bungkus seluruh badan botol kaca dengan aluminium foil rangkap dua

Sterilisasi dengan oven pada suhu 160C selama 20 menit

Keluarkan sediaan dari oven, buka aluminium foil

Buka tutup botol dari aluminium foil yang telah disetrilkan ,lakukan dibawah LAF.

Sediaan diberi label, etiket lalu masukkan ke dalam kemasan

1. Brosur

1. Etiket

1. Kemasan

VI. HASIL PENGAMATAN Sterilisasi sediaan menggunakan Oven 180C selama 30 menita. Waktu pemanasan: 10 menit[13.05-13.15] ; 100C 36 menit[13.26-14.02]; 180Cb. Waktu kesetimbangan: 20 menit[14.02-14.22]c. Waktu pembinasaan: 30 menit[14.22-14.52]d. Waktu tambahan jaminan sterilitas: 10 menit[14.52-15.02]e. Waktu pendinginan: 15 menit[15.02-15.17]Total waktu: 121 menitVII. PEMBAHASANIndikasi Talk SterilMenurut (Martindale, 2009) serbuk talk steril digunakan untuk pengobatan pneumothorax dan efusi pleura (agen pleurodesis). Efusi pleura adalah peningkatan akumulasi cairan diantara dua lapisan pleura. Cara pemberian yaitu dengan bentuk sediaan aerosol yang diberikan pada rongga pleura atau dengan insufliasi di thoracoscopy. Dosis sekitar 5 gram digunakan untuk mengobat efusi pleura dan 2 gram untuk mengobati pneumotoraks. Efek samping yang terjadi dari penggunaan serbuk talk steril sebagai agen pleurodesis adalah nyeri dada dan demam. Efek yang dilaporkan lainnya adalah infeksi lokal dan empiema, komplikasi kardiovaskular, dan gagal napas (Sweetman, 2009)

Gambar 1 Strukur paru-paruParu-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru-paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura ke dalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah. Permukaan datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus paru-paru dibungkus oleh selaput yang tipis disebut pleura. Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan yaitu lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada.Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti, 1998).Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Penyebab terjadinya efusi antara lain penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura, menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan dan akibat infeksi atau peradangan pada permukaan pleura dari rongga pleura yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall, 1999).Penatalaksanaan efusi pleura adalah thorakosentasis, pemberian antibiotik, pleurodesis, tirah baring dan biopsi pleura. Salah satu mekanisme yang diterapkan pada penggunaan talk steril adalah pleurodesis. Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis secara kimiawi, mineral, maupun mekanik, secara permanen untuk mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura.Talk steril merupakan agen yang paling sering digunakan untuk pengobatan efusi pleura. Angka keberhasilan penggunaan talk pada pleurodesis mencapai 91%, terutama bila torakoskopi. Pleurodesis talk dengan torakoskopi dianggap paling efektif dibandingkan dengan metode lain karena mampu memastikan drainase cairan sempurna serta distribusi yang merat di seluruh permukaan pleura. Penggunaan talk tidak membutuhkan anastesia umum ataupun intubasi trakea, namun perlu melakukan anestesia lokal serta parenteral dengan sangat hati-hati (Amin dan Masna, 2007)Sebenarnya ada beberapa agen pleurodesis lainnya yang bisa digunakan dalam mengatasi efusi pleura, yaitu Tetrasiklin HCl yang memiliki efektivitas bervariasi antara 45-77%. Penggunaanya membutuhkan analgesik dosis tinggi. Sekarang tetrasiklin parenteral sudah tidak diproduksi lagi sehingga sekarang sudah tidak digunakan. Doksisiklin dengan nilai efektivitas doksisiklin 72%, namun penggunaannya membutuhkan dosis ulangan, seringkali lebih dari 2 minggu. Minosiklin merupakan turunan tetrasiklin yang diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti. Angka keberhasilan yang dicapai rata-rata 86%. Minosiklin pada dosis pleurodesis dapat menimbulkan gejala vestibular dan meningkatkan kejadian hemotorak pasca tindakan.Bleomisin menimbulkan risiko toksik karena diabsorbsi secara sistemik. Kuinakrin banyak digunakan di Skandinavia, kuinakrin dapat menimbulkan reaksi toksik berat pada susunan saraf pusat karena dibutuhkan dalam dosis besar (Amin dan Masna, 2007)Sediaan yang dibuat pada praktikum kali inia dalah talk steril yang ditujukan untuk efusi pleura. Sterilisasi yang digunakan adalah metode sterilisasi gas etilen oksida ataupun bias menggunakan cara radiasi sinar gamma, Namun gas etilen oksida sangat mudah terbakar, bersifat mutagenic dan kemungkinan meninggalkan residu toksik terhadap bahan yang disterilkan. Selain itu sterilisasi menggunkan gas juga memiliki kekurangan lain yaitu pada gas kemampuan untuk berdifusi sampai ke daerah paling dalam dari produk yang disterilkan tidaklah baik., memerlukanperalatankhususserta proses pemanasan yang lama yaitu 4-6 jam. Berdasarkan hal tersebut maka pada praktikum kali ini menggunkan metode sterilisasi panas kering. Jika menggunakan panas basah, uap air dari autoklaf akan membuat serbuk talk membentuk agregat atau gumpalan.Sediaan talk dibuat dengan tersterilisasi akhir yaitu bahan talk dimasukkan ke dalam kemasan dalam keadaan belum steril sehingga perlu dilakuakan sterilisasi sediaan dalam kemasan menggunakan metode panas kering. Metode ini digunakan untuk bahan yang tahan panas dan stabil terhadap pemanasan pada suhu tertentu. Prinsip dasar dari sterilisasi dengan panas kering yakni proses sterilisasi dengan konduksi panas, panas akan diabsorpsi permukaan material kemudian disalurkan pada lapisan berikutnya sehingga didapatkan panas yang merata keseluruh permukaan material. Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dengan menggunakan metode ini melalui destruksi lambat protein mikroorganisme (Oksidasi protein mikroorganisme).Sebelum melakukan sterilisasi sediaan talk terlebih dahulu dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat praktikum yang digunakan, sterilisasi bias menggunakan metode panas kering atau basah tergantung dari bahan penyusun alat tersebut. Serbuk yang ditimbang pada praktikum kali ini adalah sebanyak 20 gram untuk dua kemasan sehingga masing masing kemasan memiliki 10 gram talk.Menurut Handbook of excipient halaman 729 talk disterilkan menggunakan panas kering pada suhu 160C tidak kurangdari 1 jam, Namun pada praktikum ini digunakan suhun 180C selama 30 menit. Bakteri-bakteri yang paling banyak mengkontaminasi talk adalah Clostridium titani, Clostridium welciidanBacillus antrachis, Sehingga diharapkan batas mikroba atau angka lempeng totalnya tidak lebih dari 500 per gram. Waktu kesetimbangan yang diperlukan pada sterilisasi ini adalah 20 Menit dan waktu jaminan sterilisasi adalah 50 % dari waktu kesetimbangan 10 menit. Sehingga waktu yang diperlukan untuk sterilisasia dalah 121 menit.

VIII. KESIMPULAN

1. Talk dapat digunakan untuk mencegah iritasi, agen sklerosing, agen pleurodesis yang digunakan dalam pengobatan pneumothorax, serta efusi pleura maligna dan non maligna.2. Talk memiliki sifat stabil terhadap cahaya, oksigen dan dapat menyebabkan lesi pada usus.3. Cara sterilisasi yang efektif digunakan untuk sterilisasi talk adalah sterilisasi panas kering menggunakan oven4. Talk tidak disterilisasi menggunakan sterilisasi gas karena pada sterilisasi gas terdapat gas etilen oksida yang bersifat toksik dan berbahaya5. Talk tidak disterilisasi menggunakan panas basah karena serbuk steril talk dapat membentuk agregat atau gumpalan-gumpalan apabila disterilisasi dengan autoklaf

DAFTAR PUSTAKA

Agalloco, James. 2008. Validation of Pharmaceutical Process.USA: Information Healthcare Inc.American Pharmaceutical Association. 2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5thedition.London : The Pharmaceutical Press.Alsagaff, H. & Mukti, A. (2010) Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga University Press.Amin, dan Masna. 2007. Indikasi dan Prosedur Pleurodesis. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 57 Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed ke 4. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia, edis IV. Jakarta: Departemen Kesehaan RI.Department of Pharmaceutical Sciences. 1982.Martindale the Extra Pharmacopoeia, twenty eight edition. London: The pharmaceutical PressGuyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.Khairani, L.. 2012. Management Gangrene Fournier. Nusa Tenggara Barat: Fakultas KedokteranUniversitas Mataram.Lachman, Lieberman, Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steri. Jakarta: ANDISweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. - 36th Edition. London : Pharmaceutical Press.

LAMPIRAN

Gambar 1 Proses membuka pembungkus alat

Gambar 2 Penimbangan kaca arloji

Gambar 3 Penimbangan talk

Gambar 4 Pengukuran 1 gram talk

Gambar 5 Proses memasukkan talk ke dalam wadah

Gambar 6 Sediaan talk steril yang telah dibuat