LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

41
1 LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI Tahun ke I dari rencana I tahun TIM PENGUSUL Gede Kamajaya, S.Pd, M.Si (Ketua) NIDN: 9908419706 Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si (Anggota) NIDN: 0005015713 Dr. Drs. GPB Suka Arjawa, M.Si (Anggota) NIDN:0008076403 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA AGUSTUS 2015

Transcript of LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

Page 1: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

1

LAPORAN TAHUNAN/AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Tahun ke I dari rencana I tahun

TIM PENGUSUL

Gede Kamajaya, S.Pd, M.Si (Ketua)

NIDN: 9908419706

Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si (Anggota)

NIDN: 0005015713

Dr. Drs. GPB Suka Arjawa, M.Si (Anggota)

NIDN:0008076403

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

AGUSTUS 2015

Page 2: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Faktor Sosial yang Mendorong Upaya Bunuh Diri di

Kabupaten Bangli

Peneliti / Pelaksana

Nama Lengkap : Gede kamajaya, S.Pd.,M.Si

NIDN : 9908419706

Jabatan Fungsional : -

Program Studi : Sosiologi

Nomor HP :081915686249

Alamat Surel (e-mail) : [email protected]

Anggota (1) :

Nama Lengkap : Dr. Drs. IGPB.Suka Arjawa, M.Si

NIDN : 0008076403

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Anggota (2) :

Nama Lengkap : Dr. Dra. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si

NIDN : 0005015713

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Anggota (ke n) : …..……………………………………………………

Nama Lengkap :…………………………………………………………

NIDN : ………………………………………………………..

Perguruan Tinggi : ………………………………………………………..

Institusi Mitra (jika ada)

Nama Institusi Mitra : ………………………………………………………..

Alamat : ………………………………………………………..

Penanggung Jawab : ………………………………………………………...

TahunPelaksanaan : Tahun ke I dari rencana I tahun

Biaya Tahun Berjalan : Rp.25.000.000

Biaya Keseluruhan : Rp.25.000.000

Denpasar, .....Novermber 2015

Mengetahui, Ketua Peneliti,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Cap dan tandatangan Tandatangan

(Dr. Drs. IGPB. Suka Arjawa, M.Si) (Gede Kamajaya, S.Pd.,M.Si)

NIP: 196407081992031003 NIP:1987030720130812001

Mengetahui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Udayana

Cap dan tandatangan

(Prof. Dr.Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.)

NIP. 19640807 199203 1 002

Page 3: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

3

PRAKATA

Atas Asung Wara Nugraha Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maa

Esa) penelitian ini dapat berjalan sebagaimana yang ditargetkan, meskipun dalam

praktek dilapangan ada banyak kendala terutama dalam menggali informasi dari

informan karena ibarat membuka luka lama ketika kami tim peneliti

mewawancarai informan (keluarga korban/korban selamat) karena berbagai alasan

salah satu adalah trauma psikis yang dirasa korban dan keluarga korban sangat

besar sehingga dibutuhkan kehati-hatian terkait hal tersebut. Namun sekali lagi

bagi kami hal tersebut adalah riak-riak kecil yang menjadikan kami semakin sadar

bahwa kesulitan dalam penelitian semacam ini adalah seni dalam menggali

informasi.

Harapan besar kami dari penelitian ini tidak hanya menjadi penghias rak-

rak buku di instansi terkait tetapi juga mampu memberikan solusi atas masalah

yang sedang dihadapi karena bagi kami angka bunuh diri di Kabupaten Bangli

cukup mencengengangkan. melalui penelitian ini diharapkan dapat ditemukan

akar permasalahan yang mendorong upaya bunuh diri di Kabupaten Bangli

sehingga dengan demikian bisa dirumuskan langkah apa kiranya yang tepat

dilakukan untuk mencegah atau paling tidak meminimalisir kondisi tersebut.

Ucapan trimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapakan kepada para

paihak yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung:

1. Pemerintah Kabupaten Bangli

2. Managemen RSUD Bangli

3. Kapolres Bangli

4. Masyarakat Kabupaten Bangli

5. Seluruh informan yang bersedia meluangkan waktu untuk

diwawancarai

6. Seluruh pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu

Page 4: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

4

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tulisan Terdahulu.............................................................................. 4

II.2 Teori................................................................................................... 5

II.3 Penjelasan Konsep............................................................................. 7

II.4 Outcome Penelitian............................................................................ 8

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

III.I Tujuan Penelitian................................................................................ 9

III.2 Manfaat Penelitian.............................................................................. 9

BAB IV METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian.................................................................................. 10

IV.2 Metode Penentuan Informan............................................................ 11

IV.3 Unit Analisis....................................................................................... 12

IV.4 Sumber Data..................................................................................... 12

IV.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................. 12

IV.6 Teknik Analisis data......................................................................... 14

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Latar Belakang Upaya Bunuh Diri di Kabupaten Bangli................. 15

V.2 Solusi Atas Tingginya Angka Bunuh Diri di Kabupaten Bangli...... 24

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 27

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 28

Page 5: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01: Wawancara dengan Kepala Puskesmas Desa Songan

Gambar 02: Wawancara dengan Kepala Desa Songan

Page 6: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01: Pencatatan dan Pemaknaan Realitas

1. Dalam kasus bunuh diri yang terjadi di Desa Bunutin realitas yang

ditemukan dilapangan bahwa korban meninggal masih berumur 19

tahun. Korban tergolong pemuda yang suka menyendiri dan jarang

cerita kepada siapapun jika mempunyai masalah bahkan kepada orang

tuanya sekalipun. Dalam kasus ini realitas dilapangan dapat dimaknai

bahwa korban mengalami beban yang terlalu berat dan menyalahkan

diri sendiri ketika mengalami kegagalan. Penyesalan yang terus

menerus pada keadaan menjadikan korban kemudian depresi berat

terlebih sikap koran sangat tertutup. Pemaknaan atas realitas ini bisa

dilihat dengan teori bunuh diri Durckheim yang disebabkan oleh lemah

atau kuatnya integrasi sosial dan dapat dimaknai bahwa individu yang

melakukan tindakan bunuh diri karena ada dalam tekanan hidup tidak

memiliki dimensi resiliensi dalam dirinya.

Page 7: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

7

Contoh Pencatatan dan Pemaknaan Realitas Dalam Mengumpulkan Data

Dan Analisis Data

Realitas di Lapangan Makna Tindak lanjut /

Kesimpulan

1). Masyarakat

menyukai judi. Dalam

satu minggu, paling

tidak ada dua gelaran

judi

-Masyarakat yang kurang mampu

mendorong pembaruan dan

kemajuan dirinya.

-Berorientasi untung-untungan

dalam hidup.

-Kurang luwes bergaul.

-Berpotensi menguras penghasilan

-Potensial sebagai

penyebab kemiskinan

-Perlu arahan dari

pemerintah atau tokoh.

-Jika pelaku kalah,

berpotensi frustrasi.

2). Masyarakat sering

melakukan upacara

ritual dengan biaya

yang besar.

-Masyarakat yang suka kumpul-

kumpul.

-Memamerkan kekayaan melalui

ritual

-Berpotensi mengurangi

kepemilikan.

-Anggota masyarakat

yang tidak mampu

mengikuti, akan

kecewa.

3). Masyarakat banyak

yang merantau. Rumah

perantauan megah,

sedangkan yang tidak

merantau rumahnya

kotor.

-Ada kesenjangan sosial Berpotensi

menimbulklan

kecemburuan sosial.

Page 8: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

8

4). Keluarga

menyendiri, jarak antar

rumah dengan rumah

lainnya sangat jauh.

-Geografis dan medan berat. -Terganggu dan

terhambatnya

komunikasi sosial.

5). Pemuda sering

kumpul-kumpul dengan

pemuda dari banjar lain.

-Pergaulann luas. -Potensi untuk maju

ada.

6). Sering terjadi

pertengkaran suami-

istri, konflik keluarga.

-Takut menghadapi kemiskinan.

-Tidak ada kesepakatan keluarga

dalam hal memakai basis pekerjaan.

-Diperlukan intervensi

pemerintah dan tokoh.

7). Pemuda suka

berhias daan bersedia

kerja jarak jauh.

-Etos kerja tinggi. Kemauan untuk

maju ada.

-Rajin bekerja.

-Potensi pencegahan

kemiskinan

-Pemerintah harus turun

tangan

8). Pemuda suka

menyimpan masalah

sendiri, suka

menyendiri dan kurang

bergaul

suka menyendiri, beban terlalu berat,

tuntutan lingkungan pada dirinya

terlalu besar

9). Dan sebagainya

2. Pedoman wawancara

1. Berapa angka bunuh diri di Kabupaten Bangli pertahun?

2. Berapa korban yang berhasil selamat dan meninggal?

3. Daerah mana di kabupaten Bangli yang korban bunuh dirinya paling

besar?

4. Apakah Bapak tahu tentang anak yang melakukan bunuh diri itu?

5. Apakah Bapak tahu tentang Si...... yang berasal dari desa ini?

6. Bagaimana aktivitas remaja disini?

7. Apa pekerjaan ibu/bapak selama ini?

8. Bagaimana tingkat pendidikan warga disni?

9. Adakah korban bunuh diri di desa ini?

10. Apa pekerjaan rata-rata masyarakat disni?

11. Apa dampak masuknya teknologi di desa ini menurut anda?

12. Apa yang menyebabkan korban melakukan bunuh diri ?

13. Bagaimana kepribadian korban?

14. Bagaimana hubungan korban dengan keluarga dan lingkungan sekitar?

Page 9: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

9

15. Apa yang mendorong anda melakukan upaya bunuh diri?

Page 10: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Page 11: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

11

Fenomena bunuh diri semakin marak saja di Bali. Media massa, terutama

media massa lokal, semakin sering memberitakan adanya peristiwa tersebut.

Dilihat dari segi umur, pelakunya berentang dari usai muda sampai dengan tua.

Dan jika dilihat dari motifnya juga beragam, mulai dari masalah ekonomi, sakit

yang tidak tersembuhkan. Latar belakang seperti ini banyak dilakukan oleh

mereka yang sudah dewasa bahkan berusia lanjut. Namun tidak jarang ditemui

motif yang bisa dibilang sepele terutama mereka yang tergolong remaja-muda

melakukannya dengan alasan asmara (putus cinta) atau gagal mencari pekerjaan

yang diharapkan. Peristiwa seperti ini jelas merupakan contoh tidak bagus bagi

masyarakat. Pemuatan berita demikian di media massa, akan mampu memberi

dorongan kepada anggota masyarakat lain untuk melakukan tindakan yang sama

manakala menemui persoalan (mengakhiri masalah dengan cara bunuh diri

menjadi tren). Di tengah kemajuan ekonomi dan perubahan sosial yang demikian

deras di Bali, peristiwa-peristiwa seperti harus cepat-cepat diwaspadai dan dicari

solusinya. Romi Sudhita (t.t,) pernah mencatat bahwa antara pertengahan tahun

2006 sampai dengan 2009, telah terjadi 227 kasus bunuh diri di Bali.

Meskipun demikian, peristiwa yang terjadi di Kabupaten Bangli cukup

mengejutkan. Menurut catatan kepolisian Bangli (Polres Bangli), angka bunuh

diri di kabupaten tersebut mencapai 14 orang pada tahun 2013. Akan tetapi yang

paling mengejutkan, adalah catatan rekam medis Rumah Sakit Umum Bangli

tahun 2014 tentang upaya-upaya bunuh diri yang terjadi pada rentang tahun 2012

dan 2015. Menurut catatan Rumah Sakit Umum Bangli, pada rentang dua tahun

tersebut, terjadi 56 upaya bunuh diri, Meskipun beberapa dari korban bisa

diselamatkan, akan tetapi catatan angka 56 orang yang mencoba melakukan

tindakan bunuh diri tersebut, merupakan jumlah yang mengkhawatirkan. Ini

menandakan ada ketidakberesan di masyarakat, yang kemungkinan disebabkan

oleh faktor-faktor berkaitan dengan perubahan sosial atau faktor lainnya yang

harus segera terpecahkan.

Bangli merupakan kabupaten yang paling sejuk di Bali. Dipilihnya

kabupaten ini sebagai lokasi rumah sakit jiwa, membuktikan bahwa daerah inilah

yang paling sejuk dan memungkinkan bagi orang sakit jiwa secara perlahan bisa

Page 12: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

12

disembuhkan. Akan tetapi, jumlah angka pecobaan bunuh diri dengan jumlah

sampai 56 orang dalam rentang wajtu 3 tahun, merupakan angka mengejutkan.

Padahal jika dilihat dari sisi perubahan sosial, dibandingkan dengan Denpasar

atau Badung, kabupaten ini tidak mengalami perubahan drastis seperti di pusat

pariwisata tersebut.

Dalam beberapa wawancara awal yang dilakukan dengan beberapa

pegawai rumah sakit, pihak kepolisian maupun pegawai negeri yang telah

dijumpai di kabupaten tersebut, banyak yang tidak mengetahui tentang demikian

tingginya angka upaya bunuh diri tersebut.

Tulisan ini mencoba mencari latar belakang tingginya angka upaya

bunuh diri tersebut dengan melakukan tinjauan kualitatif, yaitu sebuah tinjauan

langsung pada daerah asal pelaku upaya bunuh diri itu, berinteraksi dengan

lingkungan, mencatat segala fenomena sosial yang ada di lingkungan tersebut,

mewawancara pelaku-pelaku percobaan bunuh diri tersebut jika memungkinakan

atau jika tidak memungkinkan kelurga korban bunuh diri tidak menutup

kemungkinan untuk diwawancarai karena dianggap ckup mewakili , kemudian

mengkaitkannya dengan fenomena sosial lain yang ada di Bangli. Dari upaya

inilah dicoba ditemukan latar belakangnya sehingga kemudian memudahkan

untuk memberikan masukan-masukan, agar pemerintah dan masyarakat pada

umumnya di Kabupaten Bangli mampu menekan angka bunuh diri tersebut.

Dalam penelitian ini akan coba digali informasi dari korban selamat maupun dari

keluarga korban meninggal sehingga dapat diketahui faktor terbesar yang

mengakibatkan angka bunuh diri di Kabupaten bangli demikian besar. Mengingat

tidak mudah mendapatkan informan dari korban selamat karena ibarat membuka

luka lama akibat trauma psikis yang diderita jika korban menceritakan kembali

peristiwa yang sempat dialami.

I.2 Perumusan Masalah

1) Apa yang menjadi latar belakang upaya bunuh diri dari anggota masyarakat

tersebut?

2) Bagaimana solusi atas masalah tersebut?

Page 13: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tulisan Terdahulu

Romi Sudhita (t.t) dalam Perilaku Bunuh Diri di Kalangan Pelajar,

menyebutkan bahwa kasus bunuh diri yang terjadi antara tahun 2006 sampai

Page 14: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

14

2009, mencapai 227 kasus. Data ini didapatkan dari berita yang dimuat media

Balipost. Analisis deskriptif yang dilakukannya, mendapatkan beberapa

kesimpulan diantaranya bahwa pelajar SMP dan SMA termasuk SMK

mendominasi banyaknya angka bunuh diri antara rentang tahun itu. Kesimpulan

yang didapatkan, bahwa penyebab dari bunuh diri ini ada beberapa macam seperti

merasa tertekan dengan perilaku orang tua, dilarang berpacaran, faktor

kemiskinan serta terlambat membayar uang sekolah. Tetapi dalam penelitian itu

juga disebutkan bahwa temuan paling besar berupa tidak diketahui penyebabnya.

Ini merupakan hasil terbesar dari temuan ini dalam penelitian tersebut.

Dalam sarannya, Romi Sudita menyebutkan bahwa sangat diperlukan

diajarkan keterampilan bagi anak-anak sejak dini untuk mengatasi persoalan yang

dihadapi, pendekatan spiritual, serta media tidak melakukan pemberitaan secara

detail.

Penelitian yang dilakukan Sudita berbeda dengan penelitian penulis yang

rencananya dilakukan di Kabupaten Bangli. Ini mempunyai perbedaan cukup

besar karena secara geografis, lebih spesifik tempatnya yaitu di Kabupaten Bangli,

antara tahun 2012 dengan 2013. Cara pendekatan dan wawancara secara langsung

tersebut akan memungkinkan mendapatkan gambaran penyebab yang lebih rinci

sehingga solusi dan saran yang didapatkan juga lebih representative.

Sujana (2013) dalam tulisannya menyebutkan bahwa fenomena bunuh diri

tersebut dipengaruhi oleh perubahan sosial. Disini disebutkan bahwa perubahan

sosial yang demikian deras terjadi di Bali, terutama yang didorong oleh industry

pariwisata, memberikan dampak kompleks kepada masyarakat. Beberapa anggota

masyarakat tidak mampu mengikuti arus deras perkembangan ekonomi itu

sehingga merasa tertinggal. Inilah yang mendorong munculnya fenomena bunuh

diri.

Seperti juga Romi Sudhita, tulisan Sujana ini lebih mengupas secara

umum tentang fenomena bunh diri yang ada di Bali, tidak spesifik di daerah

tertentu. Disamping menekankan pada faktor pemicunya, tulisan Sujana juga

mengungkap soal kecemburuan sosial yang mampu mendorong munculnya bunuh

diri. Sedangkan penelitian yang hendak dilakukan ini, akan dilaksanakan di

Page 15: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

15

Kabupaten Bangli yang berupaya melihat, disamping penyebabnya juga struktur

sosial pelakukunya, wilayah daerah paling banyak dari upaya-upaya bunuh diri

tersebut.

II.2 Teori

Penelitian yang hendak dilaksanakan ini memakai pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian yang memakai pendekatan kualitatif, peran teori tidak terlalu

dominan. Penelitian seperti ini seperti ini lebih banyak menggali informasi

langsung dari masyarakat (ground research) untuk mencari penyebab munculnya

sebuah peristiwa. Dalam hal ini adalah penyebab munculnya upaya bunuh diri

tersebut.

Akan tetapi, peran teori tidak mesti hilang sama sekali. Ia bisa menjadi

pembimbing dalam pelaksanaan penelitian. Dalam artian, peneliti akan mencoba

mengarahkan penelitiannya berdasarkan pada pemahaman-pemahaman yang ada

pada suatu teori. Namun, jalannya sebuah penelitian tidak harus sesuai dengan

teori tersebut. Garis-garis besar teori itulah yang dipakai patokan dalam

melangkah. Penelitian bisa saja menyimpang dari penjelasan teori tersebut

apabila diketemukan sebuah fenomena baru yang berbeda dari teori tadi. Atau,

dalam keadaan demikian, temuan-temuan di lapangan akan memungkinkan

mendatangkan perspektif baru yang berbeda dari teori tadi, atau justru menambah

pembaruan dari teori-teori yang sudah ada. Atau bisa juga memunculkan teori

baru yang didasarkan dari penelitian tersebut.

Kalau dilihat dari grand theorinya, tekanan-tekanan sosial yang terjadi

pada masyarakat itu bisa disebabkan oleh perubahan sosial. Karena itu,

pemahaman dan teori tentang perubahan sosial juga akan dipakai sebagai

pembimbing, penentu arah dalam penelitian ini.

Sztompka (2007: 5), mengutip beberapa pendapat sarjana tentang

pengertian dari perubahan sosial tersebut.

1) Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam

pola berfikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987: 638).

Page 16: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

16

2) Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian

masyarakat (Persell, 1987:586).

3) Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok,

organsiasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer et. Al, 1987:

560).

4) Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga

dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990:626).

Dalam melihat fenomena upaya bunuh diri di Kabupaten Bangli,

pengertian perubahan sosial diatas cukup relevan dipakai. Bangli sebagai sebuah

kabupaten, relatif tidak jauh dari Gianyar, daerah tujuan pariwisata yang padat di

Bali. Disamping itu, transportasi menuju Bangli, baik dari Denpasar maupun

Gianyar telah dihubungkan dengan sarana jalan yang bagus sehingga berbagai

perkembangan sosial yang ada di Denpasar dan Badung ikut mempengaruhi dan

perkembangan masyarakat yang ada di Bangli.

Kartono (2005:272) menyebutkan bahwa modernisasi, pesatnya

pembangunan dan industri menyebabkan banyaknya terjadi gangguan-gangguan

pada masyarakat dan masalah-masalah di kota besar. Semakin banyak masyarakat

tidak mampu melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan besar

tersebut. Mereka banyak mengalami frustrasi, konflik eksternal-internal,

ketegangan batin dan menderita gangguan mental. Tidak semua masyarakat

mampu menerima perubahan. Masyarakat yang mempunyai struktur sosial yang

kaku, dan otoriter, tidak akan mampu menerima perubahan-perubahan yang

terjadi. Disini diperlukan penguasa atau pemerintah memerlukan instrumen

pemaksa untuk melakukan inovasi (Sarwono, 2007:78)

Kartono juga menyebutkan bahwa gangguan mental itu biasa berupa

konflik batin dimana orang merasa tidak aman, nyaman hingga merasa cemas dan

takut yang bisa membuat orang bunuh diri. Mental disorder atau kekalutan mental

bisa membuat keterputusan komunikasi sosial. Orang seperti ini bisa mempunyai

sifat iri hati, curiga, berupaya melakukan perusakan dan juga bunuh diri

(Kartono:2005:271).

Page 17: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

17

Disamping mental disorder (gangguan mental itu), perubahan sosial juga

bisa menyebabkan apa yang secara sosial disebut dengan alienasi. Artinya adalah

ketersaingan dari lingkungan. Keterasingan dari lingkungan membuat kontak

sosial menjadi hilang dan membuat manusia tidak mampu melakukan penilaian

terhadap lingkungan.

Teori-teori inilah yang akan dipakai sebagai pembimbing atau pemandu

arah dalam melakukan penelitian yang sifatnya kualitatif di Kabupaten Bangli.

Bukan tidak mungkin temuan-temuan di lapangan akaan mampu memperkaya

atau malah menemukan teori baru sehingga memperkaya upaya pencegahan

terhadap upaya bunuh diri dan memperkaya kasanah ilmiah, khususnya tentang

upaya pencegahan bunuh diri tersebut.

Selain teori tersebut di atas akan dipakai juga teori bunuh diri Durckheim

untuk menjelaskan apa yang melatarbelakangi seseorang melakukan bunuh diri

selain karena faktor perubahan sosial sebagaimana disebutkan di atas. Durckheim

membagi bunuh diri ke dalam empat kategori berdasarkan derajat tinggi

rendahnya solidaritas sosial: bunuh diri egoistik, bunuh diri altruistik, bunuh diri

fatalistik, bunuh diri anomic. Tidak menutup kemungkinan pendekatan psikologi

juga akan menjadi pisau analisis untuk membedah peristiwa tersebut untuk

mendapatkan penjelasan secara personal apa yang melatarbelakangi seseorang

melakukan upaya bunuh diri.

II.3 Penjelasan Konsep

Pengertian bunuh diri sebagaimana dikemukakan Dokter Cokorda Bagus

Jaya Lesmana (2006:2), yaitu berkait erat dengan “(1) Kegawatdaruratan dalam

bidang Psikiatri, (2) Tindakan pengakhiran hidup yang dilakukan secara sengaja

dan sadar, (3) Bukanlah merupakan tindakan yang acak maupun tidak bertujuan,

dan (4) Erat kaitannya dengan keinginan yang dihalangi ataupun tidak terpenuhi,

rasa tidak berdaya dan tidak berguna, adanya konflik ambivalensi, dihadapkan

pada pilihan yang semakin sempit, dan adanya keinginan untuk lari dari masalah

(Romi Sudhita, tt, 27.)

Page 18: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

18

II.4 Outcome dari Penelitian

Oucome atau luaran dari penelitian ini adalah berupa laporan hasil

penelitian, yang bisa dilanjutkan dengan publikasi dalam bentuk jurnal dari hasil

penelitian tersebut.

Secara garis besar, luaran ini akan memuat tentang berbagai faktor yang

menjadi penyebab dari begitu banyaknya upaya bunuh di di Kabupaten Bangli.

Faktor ini bisa berupa lingkungan, hubungan sosial, perubahan sosial yang ada,

baik pada tingkat keluarga maupun pada tingkat masyarakat. Faktor tersebut akan

dibagi menjadi dua, yakni hal yang menjadi penyebab munculnya upaya bunuh

diri tersebut dan hal yang memicu munculnya upaya itu. Penyebab adalah situasi

yang harus ada sehingga membuat upaya bunuh diri itu terjadi.

Hubungan dengan segala kebijakan pemerintah daerah, serta faktor dari

pihak swasta (non-pemerintah) juga akan dimuat dalam laporan hasil penelitian

ini. Yang tidak ditinggalkan adalah saran-saran kepada pemerintah dan

masyarakat agar mampu menekan dan menghilangkan angka upaya bunuh diri

tersebut.

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

III. 1 Tujuan Penelitian

Page 19: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

19

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang dari munculnya upaya bunuh diri pada

amasyarakat di Bangli.

2. Mendeskripsikan upaya-upaya untuk menekan dan menghapus upaya

bunuh diri tersebut.

III.2 Manfaat Penelitian

1. Manfaat utama dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak lainnya

terhadap munculnya upaya bunuh diri di wilayah Kabupaten Bangli.

2. Memberikan pengetahuan dan infromasi kepada masyarakat tentang

upaya untuk menghindari upaya tersebut dan mampu berbuat positif untuk

melihat segala persoalan sosial yang ada.

3. Memberikan inpirasi kepada khalayak agar mampu menginformasikan

temuan ini melalui jaringan dan hubungan sosial, demi mencegah

munculnya upaya bunuh diri.

4. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya dari

kemunculan perubahan sosial.

5. Secara akademis memberikan pengetahuan dan memperbaharui

pengetahuan, khsusnya tentang faktor yang memicu munculnya upaya

bunuh diri serta memperbaharui teori atau pemahaman tentang

penanggulangannya.

BAB IV

METODE PENELITIAN

IV.1 Jenis Penelitian

Page 20: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

20

Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif. Artinya peneliti akan terjun

langsung ke lapangan, melihat gerak dinamika masyarakat di lokasi penelitian,

mewawancara, ikut terlibat dalam dinamika sosial tersebut (Bryman, 2004: 267).

Tujuannya untuk memahami fenomena secara langsung di lapangan sehingga

mampu merekam secara piskologis (terlibat) dan kemudian mampu menjelaskan

bagaimana fenomena bunuh diri itu sampai terjadi. Peneliti akan ikut aktivitas,

mendekatkan diri dengan aktivitas lingkungan sosial yang ada, sambil mencata

segala apersitiwa yang berkaitan dengan kemungkinan perilaku ingin bunuh diri

tersebut.

Dengan cara partisipatif seperti itu, penelitian akan mampu memberikan

gambaran hasil yang lebih dekat, langsung dari lapangan sehingga keadaan

lingkungan, pola pergaulan atau apapaun yang ada di wilayah itu akan mampu

memberikan masukan dan gambaran tentang upaya bunuh diri yang terjadi di

wilayah bersangkutan.

Penelitian ini direncanakan berlangsung sekitar 7 bulan, yaitu mulai bulan

April 2015 sampai dengan bulan Oktober 2015.

IV.1.1. Keuntungan Pemakaian Metode Kualitatif dalam Penelitian ini

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini karena penelitian ini

lebih menekankan pendekatan secara langsung kepada pelakunya untuk bertanya.

Dengan berbagai teknik wawancara yang ada, wawancara secara langsung akan

lebih mamlu menggali alasan dan informasi tentang alasan upaya bunuh diri,

faktor pendorong maupun f aktor pemicu dari upaya ini.

Keterlibatan peneliti di masyarakat secara langsung, memungkinkan bagi

peneliti untuk melihat pola perilaku, hubungan sosial, lingkungan, perubahan

sosial dan berbagai kaitan dari faktor tersebut yang mungkin menjadi pendorong

atau penyebab munculnya upaya bunuh diri tersebut.

IV.I.2. Lokasi Penelitian dan Alasan Memilih Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bangli di wilayah dimana

terjadi upaya bunuh diri tersebut. Kabupaten Bangli dikenal sebagai daerah yang

Page 21: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

21

mempunyai udara sejuk, dengan penghasilan masyarakat dari bertani jeruk dan

industri pariwisata. Wilayah ini terkenal dengan jeruk Kintamani, Danau Batur,

serta pemandangan indahnya di Kintamani. Terpilihnya Kabupaten Bangli sebagai

lokasi berdirinya rumah sakit jiwa menandakan bahwa di masa lalu, daerah ini

dipandang sebagai wilayah sejuk yang mampu mengondisikan suasana tenang

kepada seseorang.

Akan tetapi, bunuh diri yang dilakukan oleh seorang mahasiswa

Universitas Udayana pada bulan Februari 2014 lalu, mulai menguak fenomena

yang ada pada kabupaten ini. Survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Bangli pada tanggal 5 Maret 2014 yang lalu, memberikan gambaran mengejutkan.

Bahwa rentang waktu 2012 sampai 2015, terjadi 56 kali upaya bunuh diri yang

dilakukan oleh warga Bangli. Meski sebagian orang berhasil diselamatkan, angka

inilah yang mendorong pemilihan tempat di Kabupaten Bangli untuk melakukan

penelitian. Dilihat dari alamatnya, peristiwa bunuh diri tersebar di berbagai

wilayah di Bangli seperti Bayung Gede, Busung Biu, Batur, Songan, Br. Kawan,

sukawana, dan daerah-daerah terpencil lainnya.

IV.2. Metode Penentuan Informan

Pemilihan informan pada penelitian ini dilakukan dengan melihat realitas

munculmya upaya-upaya bunuh diri tersebut. Dalam penelitian kualitatif, jumlah

informan tidak ditentukan secara pasti akan tetapi ditarik berdasarkan informan

yang ada. Secara umum, pemilihan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan

secara purposif, yakni informan yang sudah ditentukan. Melalui survei awal yang

sudah dilakukan di Rumah Sakit Umum Bangli. Informan yang dipilih tidak

hanya mereka yang berhasil selamat dari percobaan bunuh diri namun juga

keluarga korban meninggal karena bisa jadi akan sangat sulit mendapatkan

keterangan dari informan yang masih hidup karena mungkin masih trauma dan

ibarat membuka luka lama jika dipaksa diwawancarai.

IV.3. Unit Analisis

Page 22: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

22

Unit analisisnya adalah keluarga, dengan individu yang melakukan upaya

bunuh diri atau keluarga dari korban yang melakukan bunuh diri tersebut.

Individu yang melakukan upaya bunuh diri dan saksi hidup (keluarga/orang

terdekat) ini merupakan sumber yang paling mampu memberikan jawaban tentang

berbagai faktor yang mendorong mereka melakukan upaya tersebut. Akan tetapi,

untuk lebih merepresentasikan hasil penelitian, lingkungan sekitar dari keluarga

tersebut juga akan dianalisis melalui pendekatan kualitatif, termasuk juga relasi-

relasi sosial yang pernah dilakukan oleh subyek yang melakukan upaya tersebut.

IV.4. Sumber Data

Data yang didapatkan pada penelitian ini berasal dari sumber data primer

dan sekunder. Data primer dilakukan dengan melakukan wawancara pada

informan, yaitu pada individu yang melakukan upaya bunuh diri, keluarga serta

berbagai kerabat yang ada di lingkungan tempat tinggal tersebut. Disamping itu,

lingkungan yang menjadi wilayah penelitian juga disurvei secara langsung

sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih konkrit dalam penelitian ini.

Sedangkan data sekunder diambil dari data-data di lingkungan seperti kemiskinan

yang ada di wilayah lokasi penelitian, baik yang ada di kantor kepala desa,

maupun di Kabupaten Bangli, pembangunan. Termasuk juga data sekunder adalah

berupa berbagai bacaan dan data yang ada, baik di buku-buku psikologi, catatan-

catatan di rumah sakit, catatan kriminal di pantor kepolisian dan berbagai catatan

terkait yang ada di kantor desa, camat maupun kabupaten.

IV.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, wawancara dan observasi merupakan teknik utama

yang dipakai. Wawancara dilakukan kepada informan dan subyek penelitian, yaitu

anggota keluarga yang melakukan upaya bunuh diri tersebut dan orang yang

melakukan upaya bunuh diri tersebut. Melaksanakan wawancara dengan pelaku,

merupakan tindakan yang sulit. Akan tetapi, melalui teknik tertentu, seperti

tersenyum, mengajak ngobrol masalah lain, akan mampu menggali secara

perlahan motivasi yang dilakukannya.

Page 23: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

23

Sedangkan observasi dilakukan untk mengetahui kondisi lingkungan

keluarga maupun lingkungan unit penelitian, secara langsung oleh peneliti.

Observasi ini sangat diperlukan untuk mendukung analisis tentang budaya dan

lingkungan yang memungkinkan menjadi faktor penyebab atau pendorong dari

upaya kemiskinan tersebut. Bunuh diri tersebut.

Wawancara dilakukan dengan wawancara mendalam. Dalam penelitian

kualitatif, wawancara mendalam sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan

yang sesungguhnya dari subyek penelitian. Daftar pertanyaan juga dibuat, akan

tetapi sangat dimungkinkan diperdalam lagi saat melakukan penelitian. Daftar

pertanyaan ini hanya memuat hal-hal yang pokok saja.

IV.5.1. Pencatatan Realitas Sosial

Yang dimaksudkan dengan pencatatan realitas sosial ini adalah mencatat,

baik dalam bentuk catatan tertulis maupun merekam gambar-gambar realitas

sosial yang ada di wilayah tersebut. Hasil pencatatan dan rekaman ini akan

ditafsirkan dan dimaknai dalam kaitannya dengan munculnya upaya-upaya bunuh

diri tersebut.

Realitas sosial, baik yang bersifat budaya, seni, konflik, hubungan sosial,

pola pergaulan dan sebagainya akan dicatat sebagai sebuah upaya untuk pencarian

data demi melengkapi hasil analisis dari penelitian kualitatif. Termasuk pula

misalnya apabila ada pendapat atau komentar yang mengungkap tentang berbagai

faktor penyebab dan faktor pemicu bunuh diri yang berasal dari komentar wilayah

lain. Komentar ini akan berupaya dicari buktinya di tempat penelitian. (Contoh

ada pada Lampiran)

IV.6. Teknik Analisis Data

Page 24: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

24

Data yang telah terkumpul berdasarkan wawancara dan observasi tersebut,

dikelompokkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang sudah ada. Jawaban dari

responden dan informan diklasifikasikan dan dikelompokkan ke dalam jenis

pertanyaan yang ada. Dimana pertanyaan-pertanyaan ini merupakan turunan atau

pengembangan dari perumusan masalah yang ada. Data-data tersebut diintisarikan

dan diinterpretasikan serta dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada sehingga

mampu memberikan penguatan. Atau juga memberikan sebuah gambaran tentang

fenomena baru yang ditemukan di lapangan, sesuai dengan perumusan masalah

dan judul penelitian.

IV.6.1. Mencari Pemaknaan

Dalam penelitian kualitatif, segala kalimat yang ada, baik kalimat verbal

maupun gestur tubuh akan dicatat. Karena itu disamping menggunakan alat

perekam, peneliti juga mencatat segala gerak-grik tubuh yang ada saat melakukan

wawancara. Makna berbicara sambil tertawa, bisa jadi memaknakan akan

kekurangseriusan dari jawaban. Sebaliknya menjawab sambil berbisik, adalah

sebuah fenomena serius yang bisa menggambarkan suasana yang sesungguhnya.

Demikian pula dengan upaya memberikan jawaban di tempat yang sepi,

mengindikasikan adanya upaya serius terhadap masalah yang hendak

diungkapkan. (Contoh ada pada Lampiran)

BAB V

Page 25: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Latar Belakang Upaya Bunuh Diri di Kabupaten Bangli

1. Masalah yang tidak terlalu penting

Fenomena bunuh diri kini semakin marak terjadi di Bali. Media massa,

terutama media massa lokal, semakin sering memberitakan kejadian-kejadian

semacam itu. Dilihat dari segi umur, pelakunya berentang dari usai muda hingga

tua sedangkan jika dilihat dari motifnya juga beragam, mulai dari maslah

ekonomi, hingga sakit yang tidak tersembuhkan, tidak jarang pula ditemui motif

yang bisa dibilang sepele seperti putus cinta atau gagal mencari pekerjaan yang

diharapkan hal ini terjadi terutama dalam kasus bunuh diri yang dilakukan oleh

remaja.

Peristiwa bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Bangli cukup mengejutkan.

Menurut catatan kepolisian Bangli (Polres Bangli), angka bunuh diri di kabupaten

tersebut mencapai 14 orang pada tahun 2013. Akan tetapi yang paling

mengejutkan, adalah catatan rekam medis Rumah Sakit Umum Bangli tahun 2012

sampai 2015 tentang upaya-upaya bunuh diri yang terjadi pada rentang tahun

Menurut catatan rekam medis Rumah Sakit Umum Bangli, pada rentang tahun

tersebut, terjadi tidak kurang dari 56 upaya bunuh diri, meskipun beberapa dari

korban bisa diselamatkan karena pertolongan di rumah sakit, akan tetapi catatan

angka 56 orang yang mencoba melakukan tindakan bunuh diri tersebut,

merupakan jumlah yang mengkhawatirkan. Ini menandakan ada ketidakberesan di

masyarakat, yang kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor berkaitan dengan

perubahan sosial atau faktor-faktor lain.

Mencari informan yang bersedia diwawancarai dalam penelitian ini cukup

sulit. Mencari informasi tentang segala hal yang bersangkutan dengan bunuh diri

kepada keluarga korban ataupun korban selamat ibarat membuka luka lama yang

tidak setiap orang punya ketegaran untuk kembali menceritakan penderitaan yang

dialami atau pengalaman yang sempat menimpanya bahkan tidak jarang dijumpai

trauma psikis yang amat besar yang masih dialami oleh keluarga korban maupun

pelaku yang berhasil selamat sehingga seringkali wawancara terpaksa dihentikan

ditengah jalan bahkan gagal.

Page 26: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

26

Korban pertama yang berhasil diperoleh datanya dalam penelitian ini

berlokasi di Desa Bunutin, Kecamatan Bangli. Korban meninggal berusia 19

tahun. Kejadian ini terjadi pada bulan Juni 2015 berdasarkan hasil wawancara

dengan orang tua korban dapat dijelaskan faktor utama yang mendorong pelaku

melalukan bunuh diri adalah kegagalan mencari pekerjaan yang dicita-citakan

sejak kecil. Sikap korban yang suka menyendiri dan tertutup turut andil dalam

kejadian tersebut. Semenjak kegagalan tersebut korban sering mengurung diri di

kamar dan linglung. Dalam kondisi seperti ini korban merasa demikian pesimis

pada hidupnya. Dalam ranah psikologi sosial sikap semacam ini dapat disebut

dengan kecemasan sosial. Kecemasan sosial adalah perasaan tidak nyaman

dengan kehadiran orang lain, yang disertai oleh perasaan malu dan kecendrungan

untuk menghindari interaksi sosial (Dayakisni, Hudaniyah, 2009: 125).

KT (50 tahun) menjelaskan sebagai berikut:

“ anak tiang (saya) dari kecil memang anaknya pendiam, jarang cerita

apalagi sama kami apalagi sama orang lain. Kalau punya masalah jak

pedidine ngabe (dibawa sendiri). Kami sangat syok kami kena musibah ini,

anak tiang (saya) sejak kecil bercita-cita jadi polisi, tes waktu niki (ini)

gagal, habis itu anak saya sai dikamar (suka mentendiri dikamar)”

Sosiolog pertama yang berbicara banyak tentang bunuh diri adalah

Durckheim (Ritzer & Smart, 2012: 160) ia mengkategorikan bunuh diri kedalam

berbagai tipe. Menurutnya perilaku seseorang yang melakukan bunuh diri bisa

dilihat sejauhmana integrasi yang terjadi ditengah masyarakat terutama integrasi

yang dialami oleh pelaku. Berdasarkan kondisi dan sikap pelaku bunuh diri di atas

dapat dikategorikan kedalam tipe bunuh diri egoistik. Bunuh diri egoistik adalah

tipe bunuh diri yang terjadi karena integrasi masyarakat dengan individu sangat

lemah (Ritzer, 2012: 160). lemahnya integrasi menyebabkan perasaan individu

bukan bagian dari unit sosial yang lebih besar (masyarakat). Lebih lanjut

dijelaskan Durckheim bahwa, jika integrasi individu dan masyarakat kuat maka

akan timbul dukungan moral amat kuat yang memampukan seseorang

menghadapi kekecewaan-kekecewaan, frustasi dan tekanan-tekanan hidup.

Integrasi yang tidak kuat bisa dilihat dari sikap pelaku yang suka

menyendiri, tertutup dan memisahkan diri dari komunitasnya. (jauh dari unit

Page 27: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

27

sosial yang lebih luas/masyarakat). Ketika korban mengalami tekanan-tekanan

hidup sebagaimana penjelasan diatas, maka tidak ada dukungan moral dari unit

sosial yang lebih luas yang mampu mendorong pelaku keluar dari tekanan

tersebut hingga akhirnya memilih jalan bunuh diri untuk mengatasi masalah yang

sedang dihadapi dan seolah tak memiliki kuasa atas hidupnya. Tidak dapat

disangkal bahwa sedikit tidaknya dukungan sosial dari lingkungan sekitar pelaku

merupakan dimensi penting paling tidak sebagai pelepas kekalutan dengan

berbagi cerita dan mendapatkan solusi atasnya.

Korban tersebut diatas dapat dikategorikan dalam usia remaja jika merujuk

pada batasan umur sebagaimana penjelasan Sarwono yang memberi batasan usia

remaja dengan rentang umur 11-24 tahun (Sarwono, 2013: 18). Dalam ranah

psikologi perkembangan sebagaimana dijelaskan Monk (Nugroho, 2012: 32).

Remaja yang memiliki kecendrungan memisahkan diri dari orang tua, berkumpul

dengan teman sebayanya dan ada pada masa pencarian jati diri sering kali

menjadikan seseorang secara psikologis amat labil dan rapuh secara kejiwaan

sehingga tidak memiliki daya juang yang cukup tinggi untuk keluar dari tekanan

hidup berikut pemaknaan atasnya. Maka tidak salah jika dimensi kelabilan ini

menjadi salah satu faktor pendorong angka bunuh diri dikalangan anak muda terus

meningkat. Dalam fase psikologis ini, remaja tidak mempunyai kemampuan

resiliensi yang memadai. Hal ini dapat kita lihat dari cara penyelesaian masalah

dengan sengaja mengakhiri hidup yang sejatinya disebabkan oleh hal-hal sepele

semisal putus cinta atau gagal mencari pekerjaan.

Dari aspek individu prilaku bunuh diri dapat kita lihat dengan pendekatan

atribusi sosial. Atribusi sosial adalah proses yang kita lakukan untuk mencari

penyebab dari prilaku orang lain (Rahman, 2013: 102). Prilaku-prilaku yang

didasari oleh faktor emosi bisa diatribusikan sebagai perilaku yang tidak terencana

karena pelaku tidak memiliki kontrol atas tindakannya. Jika saja pelaku bunuh diri

memiliki kontrol atas tindakannya (memaknai hidup dan menjadikan setiap

masalah sebagai sumbu ledak vitalitas) tentu prilaku bunuh diri sebagai cara

keluar dari masalah tidak akan dipilih.

Page 28: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

28

Lain lagi dengan korban kedua yang berhasil di peroleh datanya adalah

seorang remaja asal Bayung Gede_WK umur 19 tahun laki-laki meninggal dengan

cara meminum pestisida terjadi pada 2013 silam. Kerabat korban yang berhasil

ditemui menuturkan bahwa:

“perkiraan tiange (saya) WK meninggal karena uyut (ribut) dengan

tunangane, adanae nak trune jek keweh bene (namanya anak muda sulit

kita jelaskankan)” (S 40 tahun)

Kuat dugaan korban meninggal karena putus cinta sebagaimana dijelaskan

kerabat korban di atas. Hal ini terungkap karena malam sebelum kejadian korban

sempat berkeluh kesah dengan teman sebayanya tentang peraasaanya. Remaja

yang berada pada fase tanggung_antara anak-anak dan dewasa menjadikan remaja

sangat rapuh dan kebingungan akan identitas diri disatu sisi merasa sudah dewasa

dan layak mengambil keputusan disisi lain belum bisa memikul tanggung jawab

yang terlalu besar. Kondisi ini menjadikan remaja mudah putus asa dan bingung

ketika menghadapi masalah. Seringkali hal semacam ini memaksa remaja memilih

tindakan nekat untuk mengatasi masalah salah satunya adalah dengan sengaja

mengakhiri hidup untuk lari dari masalah.

Kajian psikologi perkembangan remaja Blos (1962) menjelaskan remaja

pada tahapan madya sering berada dalam kondisi kebingungan karena sering kali

tidak tahu harus memilih peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis

atau pesimis (Sarwono, 2013: 30). Kondisi-kondisi semacam inilah yang

menjadikan remaja tidak bisa keluar dari tekanan ketika sedang dalam himpitan

masalah sebagaimana yang dialami korban di atas.

2. Kemiskinan

Kemiskinan sebagai sebuah fenomena ekonomi menjadikan rendahnya

tingkat pendapatan dan dan mata pencaharian sebagai tolak ukur utamanya. secara

sederhana kemiskinan menyangkut probabilitas orang atau keluarga miskin untuk

melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya (Suyanto,

2013: 2). Dalam kasus bunuh diri di Kabupaten Bangli motif semacam ini banyak

Page 29: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

29

dijumpai pada pelaku yang berusia tua hal ini diakibatkan oleh kebutuhan orang

tua kian hari kian beragam dan kompleks.

Friedman menjadikan basis kekuasaan sosial sebagai tolak ukur dalam

definisi kemiskinan_kemiskinan adalah ketidaksamaan untuk mengakumulasi

basis sosial. Lebih jauh dijelaskn Friedman basis sosial melingkupi beberapa

aspek: Pertama: modal produktif atas aset; Kedua: sumber keuangan; Ketiga:

organisasi sosial dan politik untuk mencapai kepentingan bersama semisal

koprasi; Keempat: jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan; Kelima: informasi

yang berguna untuk kehidupan. (Suyanto, 2013: 4-5).

Ada beberapa ciri mendasar dalam kemiskinan menurut Suyanto mulai

dari tidak memiliki faktor produksi sendiri, tidak adanya kemungkinan untuk

mendapatkan faktor produksi karena pendapatan yang tidak memadai,tingkat

pendidikan yang rendah, bekerja musiman, dan tidak memiliki skill (2013:6).

Desa Siakin, Kecamatan Kintamani_ dalam kurun waktu dua tahun ada

tiga orang yang melakukan bunuh diri. Dua orang meninggal dunia dan satu orang

berhasil selamat. Satu orang bernama WY 40 tahun meninggal dengan cara

meminum racun pestisida dan turut pula memberikan racun itu kepada anaknya

yang masih berumur 5 tahun. Korban telah ditinggalkan istrinya sehingga hidup

menduda dengan satu anak. Latar belakang prilaku bunuh diri yang terjadi di desa

ini diakibatkan oleh faktor kemiskinan dan sakit menahun yang tidak kunjung

sembuh. Sebagai gambaran, hampir 95 % masyarakat Desa Siakin bekerja sebagai

petani.

Korban sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dengan penghasialan yang

tidak menentu_terlilit keemiskinan absolut sebuah keadaan dimana tingkat

pendapatan absolut dari seseorang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (Suyanto, 2013: 3). Mereka yang terkategori miskin bisa dilihat dari ciri

yang paling mudah diantaranya tidak memiliki faktor produksi (tanah), modal dan

keterampilan. Kondisi ini melekat pada korban WY.

Desa siakin berada ditengah hutan Sukawana dengan jalan yang cukup

terjal, dari kota kecamatan Desa Siakin bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu

jam. Jarak antara sebagian besar jarak pemukiman satu dengan lainnya sangatlah

Page 30: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

30

jauh. Hanya ada satu lokasi tempat dimana masyarakat biasanya berkumpul dan

bercengkarama. Lokasi itu berada di pusat desa. Kondisi ini mengakibatkan

sosialisasi antar warga menjadi terkendala jarak dan medan. Meskipun jarak antar

satu pemukiman dengan pemukiman lainnya sangat jauh namun bukan faktor

lemahnya solidaritas yang mendorong seseorang melakukan upaya bunuh diri di

Desa ini. Berdasarkan hasil observasi masyarakat Desa Siakin sangatlah guyub,

ciri khas masyarakat desa sebagaimana dijelaskan Durckheim dengan solidaritas

mekaniknya.

Keluarga korban dan tokoh desa yang berhasil ditemui menjelaskan

bahwa:

“ korban masih tergolong keluarga jauh saya. Dia meninggal setahun lalu

dengan cara meminum racun. Dugaan saya dia melakukan itu karena

masalah ekonomi. Menjadi petani hasilnya tidak seberapa harus

menanggung beban ekonomi dengan harga makin mahal, bahkan makan

saja dia kadang hanya ubi”. (NR, 57 tahun).

Penjelasan keluarga korban diperkuat oleh salah satu tokoh di desa tersebut:

“ dugaan saya dia bunuh diri karena masalah ekonomi, kalau dilihat dari

tempat tinggalnya sudah tidak layak huni, dan tinggal agak terpencil.

Hidup sendiri hanya dengan anaknya yang masih kecil” (PC 54 tahun).

Himpitan ekonomi sebagai akibat dari lonjakan harga kebutuhan pokok,

tuntutan hidup yang kian hari kian meningkat mengakibatkan seseorang

mengalami tekanan terlebih korban hanya bekerja sebagai buruh tani dengan

penghasilan tidak tetap. Kondisi ini dalam istilah Kartono disebut dengan

gangguan mental. Gangguan mental ini sebagai efek samping dari modernisasi

(2005:271). pesatnya pembangunan dan industri menyebabkan banyaknya terjadi

gangguan-gangguan pada masyarakat. Semakin banyak masyarakat tidak mampu

melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan besar tersebut sebagai

akibat dari kebutuhan yang kian variatif. Mereka banyak mengalami frustrasi,

konflik eksternal-internal, ketegangan batin dan menderita gangguan mental.

Tidak semua masyarakat mampu menerima perubahan. Sebagaimana yang

menimpa korban tersebut diatas, korban mengalami tekanan mental sangat berat

Page 31: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

31

akibat himpitan ekonomi menghidupi anak yang masih kecil tanpa istri dan

pekerjaan yang tetap dengan biaya hidup yang terus meningkat.

Korban kedua yang berhasil diperoleh datanya adalah seorang laki-laki

asal Desa Mungguh bernama KA 46 Tahun mengakhiri hidup dengan cara

meminum pestisida. Korban sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dilahan orang

lain. Panen yang hanya semusim sekali menjadikan kondisi ekonomi korban

makin parah karena korban hanya mengandalkan hasil panen itupun hasil dibagi

dengan pemilik tanah dan hanya mendapatkan bagian beberapa persen saja.

Pendidikan terakhir korban hanya sebatas Sekolah Dasar itupun tidak sampai

selesai. Singkatnya modal pendidikan dan sosial yang dimiliki korban makin

memperburuk kondisi ekonominya. Sebagaimana dijelaskan Suyanto bahwa

tingkat pendidikan yang rendah, penghasilan yang tidak menenntu, dan tidak

punya faktor produksi menjadikan seseorang tak berdaya menghadapi tekanan

ekonomi.

Soedjatmoko menjelaskan bahwa petani yang tidak memiliki tanah dengan

penghasilan yang tidak menentu termasuk kedalam golongan yang menderita

kemiskinan struktural_mereka yang miskin akan hidup dengan kemiskinannya.

Struktur sosial yang berlaku melahirkan rintangan bagi seseorang untuk

mengalami mobilitas sosial vertikal. Sebagai misal lemahnya kondisi ekonomi

seseorang tidak memungkinakan mereka untuk memperleh pendidikan yang ayak

dan berimbas pada sektor pekerjaan yang akan dipilihnya nanti (1981: 46).

Kondisi inilah yang dialami korban KA hingga akhirnya memilih mengakhiri

hidup dengan cara meminum racun.

Data bunuh diri sebagai akibat kemiskinan berikutnya di peroleh dari

kerabat korban ML 50 tahun laki-laki karena meminum pestisida pada tahun

2013. Korban berhasil selamat setelah dilarikan ke RSUD Bangli. Kondisi

ekonomi korban tidak jauh berbeda dengan sebelumnya _KA. Hanya

mengandalkan penghasilan musiman sebagai petani penggarap dengan pendidikan

hanya sebatas Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil observasi korban tinggal di

pondok lahan garapannya, kondisinya bisa dibilang jauh dari kata layak. Korban

menjelaskan apa yang melatarbelakanginya melakukan upaya bunuh diri:

Page 32: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

32

“tiang sube med sajan keweh, makan gen keweh, panak sube pade kelih

bek ne perluange sedangkan keadaan tiang kene, ngandelang nyakap

amen maan medagang nem bulan cepok” (saya sudah bosan hidup susah,

makan saja susah, anak sudah besar banyak kebutuhan yang diperlukan

sedangkan keadaan saya seperti ini, hanya mengandalkan hasil panen 6

bulan sekali).

Kondisi ekonomi yang melilit korban mengakibatkan korban putus asa

mejalani hidup dan memilih mengakhiri hidupnya. Harga kebutuhan pokok yang

terus merokoket pad akhirnya tidak bisa dijangkau oleh masyarakat miskin.

Ukuran khas kemiskinan di Indonesis menjadikan sembilan bahan pokok sebagai

tolak ukur keluarga miskin. Jika dalam sebuah rumah tangga secara terus menerus

tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok hidup tersebut maka rumah tangga

tersebut dapat di anggap miskin (Suyanto, 2013:4). Dengan kondisi yang serba

pas-pasan rumahtangga korban tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok

tersebut bahkan tidak jarang mereka hanya makan nasi dan sayur dari hasil petik

dikebunnya tanpa daging. Kemiskinan yang dialami korban bisa dikategorikan

kedalam kemiskinan kultural sebagaimana dijelaskan Agusta bahwa kemiskinan

yang diakibatkan karena tidak memiliki barang-barang dasar (2014:58).

3. Sakit yang tidak kunjung sembuh

Undang- Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan

bahwa kondisi sehat adalah kondisi dimana keadaan sehat secara fisik, mental,

spiritual maupun sosial yang memungkinkan seseorang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomi. Aspek ekonomi terwujud apabila seseorang dikatakan

mampu secara produktif _mempunyai kegiatan yang menghasilakn sesuatu yang

dapat menopang kehidupan sendiri atau keluarga secara finansial. Sejalan dengan

penjelasan di atas, WHO memberikan batasan kesehatan dalam tiga aspek yaitu

fisik, mental dan sosial (Edelman & Mandle, 1994 dalam Sunaryo: 2014: 242).

Berkebalikan dengan itu kondisi sakit menurut UU No.23 Tahun 2009

menjelaskan bahwa seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit

menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja

atau kegiatannya terganggu.

Page 33: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

33

Pelaku bunuh diri karena sakit yang tak kunjung sembuh berariatif mulai

dari usia remaja hingga tua. Sakit yang diderita korban kebanyakan adalah sakit

kronis yang sulit disembuhkan semisal keterbelakangan mental, hingga struk.

Data korban bunuh diri dengan motif sakit yang tak kunjung sembuh diperoleh

dari KK 20 Tahun asal Songan seorang perempuan yang mengalami

keterbelakangan mental. Keluarga korban menuturkan bahwa korban mengalami

keterbelakangan mental sejak baru lahir. Korban mengakhiri hidup dengan cara

gantung diri.

“ anak saya meninggal gantung diri tahun 2013, dia mengalami gangguan

mental sejak kecil”. Kami tidak tahu harus mengobatinya dengan cara apa

dan kami juga tidak punya uang yang cukup.

Sebagaimana orang yang mengalami gangguan mental korban sering

melakukan hal-hal di luar kebiasaan orang normal, suka menangis sendiri, teriak

sendiri tanpa sebab yang jelas dan mengalami keterlambatan dalam merespons

timulus karena mengalami gangguan pada perkembangan fungsi otaknya.

Kepala Desa Songan membenarkan bahwa tahun 2013 silam warga atas

nama KK melakukan bunhuh diri kuat dugaan korban melakukan bunuh diri

karena sakit yang di derita. Penjelasan lebih lengkap disampikan oleh pegawai

Puskesmas korban sakit sudah lama kemungkinan terbesar korban mengakhiri

hidup karena depresi. Korban sempat di bawa ke Puskemas Songan untuk

dilakukan pemeriksaan setelah dipastikan korban murni bunuh diri korban

akhirnya dimakamkan keluarganya. Sejalan dengan definisi sakit sebagaimana

dijelaskan UU No 23. Tahun 2009 seseorang dikatakan sakit apabila aktivitas

berkegiatan atau lainnya tergangganggu akibat ketidak mampuan fisik dan mental.

AT 16 tahun asal Desa Susut juga melakukan bunuh diri karena

mengalami keterbelakangan mental tahun 2013. Korban sering linglung dan

perkembangan otaknya agak terganggu sehingga sering kali melakukan tindakan-

tindakan membahayakan dirinya sendiri. Tidak jauh berbeda dengan korban ke

dua JS 71 tahun bunuh diri dengan cara meminum pestisida. Korban mengalami

struk sejak beberapa tahun. Keluarga korban menjelaskan sebagai berikut:

Page 34: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

34

“Bapak saya sudah struk sejak 5 tahun lalu, sehari-hari hanya ditempat

tidur sudah tidak bisa beraktivitas. Bisa jalan Cuma beberapa langkah

harus diam lagi” (KA, 23 Tahun).

Secara fisik korban sudah tidak bisa melakukan aktivitas bekerja dan

hanya terbaring lemas di tempat tidur hanya sesekali berjalan keluar dari tempat

tidur beberapa langkah. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya semisal makan atau

MCK korban harus membutuhkan orang lain karena fisiknya tidak berfungsi

normal. Kondisi ini menjadikan korban depresi berat bahkan kadang menangis

dihadapan anak-anaknya. Kondisi inilah yang di duga menjadi latar belakang

korban akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara menenggak pestisida.

Korban meninggal bunuh diri berikutnya adalah seorang perempuan asal

Desa Songan ML 50 tahun kejadian ini berlangsung tahun 2013 silam. Korban

menderita struk kurang lebih setahun. Ketidakmampuan keluarga untuk

melakukan pengobatan secara rutin menjadikan kondisi fisik korban kian hari kina

memburuk. Kerbat kroban menjelaskan sebagi berikut:

“awalnya ML hanya menderita struk ringan, hanya tangan kiri dan kaki

kiri yang agak tidak berfungsi dan bicaranya sudah tidak jelas, tapi karena

tidak berobat rutin kondisinya jadi makin memburuk” (WY 30 tahun)

Dengan ketidakmampuan fisiknya sebagai akibat dari sakit yang di derita

korban mengalami depresi dan mengakhiri hidupnya dengan meminum

pestisida.berdasarkan batasan sakit dari WHO yang memberikan batasan

kesehatan dalam tiga aspek yaitu fisik, mental dan sosial (Edelman & Mandle,

1994 dalam Sunaryo: 2014: 242) maka korban tidak terbantahkan mengalami

sakit fisik dan mental. Sakit mental sebagai akibat dari depresi pada kondisi diri

yang tidak berdaya beraktivitas paling mendasar.

2. Solusi Atas Tingginya angka bunuh diri di Kabupaten Bangli

Dari berbagai faktor yang menjadi penyebab tingginya angka bunuh diri di

Bangli hal utama yang harus dibangun adalah menumbuhkan dimensi resiliensi

dalam diri setiap individu. Secara sederhana resiliensi dapat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk beradaptasi dengan penderitaan yang dialami, untuk

kemudian bangkit dan melawan mengatasinya (Nugroho, 2012). Jika seseorang

Page 35: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

35

ada dalam tekanan hidup yang demikian besar dan kemudian mampu memberikan

makna atasnya, maka tidak menutup kemungkinan masalah yang dihadapi justru

menjadi sumber vitalitas dalam menjalani hidup. Usaha-usaha semacam inilah

yang bisa melahirkan individu-individu resilien. Pemaknaan atas hidup dan segala

tantangannya menjadi penting manakala remaja dihadapakan pada situasi sulit

seperti di atas.

Sebagaimana ungkap Dr. Maddi (dalam Scott, 2009: 2), hal pertama yang

dapat dilakukan guna meningkatkan dimensi resiliensi pada diri adalah dengan

mempelajarinya. Refleksi diri atau yang secara sederhana dapat diterjemahkan

sebagai “pemahaman mendalam atas diri”, merupakan proses belajar yang

berlangsung secara terus-menerus dalam upaya pembentukan dimensi resiliensi

pada diri individu. Terkait hal tersebut, Michael Polanyi dalam The Study of Man

(2001: 18) mengatakan bahwa sering kali manusia jauh tak mengenal dirinya

ketimbang lingkungannya. Prihal mengalami kekecewaan, kegagalan, terkucilkan dan

malu sesungguhnya adalah ajang individu melakukan refleksi atas diri. Dalam kacamata

resiliensi, refleksi diri berfungsi sebagai sarana pengatur emosi, pengendali impuls,

“pemeka” analisis sebab-akibat, serta pendobrak pemaknaan individu (Nugroho, 2012)

Solusi atas kasus bunuh diri bermotifkan kemiskinan haruslah dicari akar

penyebab kemiskinan terlebih dahulu sehingga dengan demikian solusi yang

ditawarkan akan lebih tepat guna. Secara teoritik penyebab kemiskinan dapat di

pilah menjadi dua: Pertama: kemiskinan alamiah yakini kemiskinan yang timbul

sebagai akibat dari sumberdaya yang langka jumlahnya dan atau tingkat

perkembangan teknologi yang rendah sehingga dengan demikian dibutuhkan

prananta-pranata traditional seperti hubungan patron-clien, jiwa gotong royong

yang fungsional untuk meredam kemungkinan terjadinya solidaritas yang

renggang dalam masyarakat. Kedua: kemiskinan buatan yakni kemiskinan yang

terjadi karena strruktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok

masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas secara merata.

Pendeknya kemiskinan buatan bersumber dari struktur sosial. Struktur sosial yang

berlaku telah mengurung mereka ke dalam suasana kemiskinan secara turun

temurun_terdapat perbedaan yang tajam antara yang kaya dan miskin (Suyanto,

Page 36: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

36

2013: 10). Struktur sosial yang berlaku melahirkan rintangan bagi seseorang

untuk mengalami mobilitas sosial vertikal. Sebagai misal lemahnya kondisi

ekonomi seseorang tidak memungkinakan mereka untuk memperleh pendidikan

yang ayak dan berimbas pada sektor pekerjaan yang akan dipilihnya nanti (1981:

46). Dengan demikian solusi atas tingginya angka bunuh diri di Kabupaten Bangli

karena faktor ekonomi bisa dipecahkan dengan cara mengurangi jurang pemisah

yang terlalu jauh antara yang kaya dan miskin.

Konsep lain yang tidak kalah penting harus direalisasikan adalah

pemberdayaan masyarakat_sebuah upaya untuk memberikan daya atau penguatan

kepada masyarakat (Mardikanto, Soebiato, 2013: 26). Sejalan dengan itu

pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat

miskin, marjinal) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya untuk

mempengaruhi mengelola kelembagaan masyarakat demi perbaikan

kehidupannya. Pemerintah atau dinas terkait bisa memberikan teknologi tepat

guna atau pelatihan-pelatihan kewirausahaan sebagai usaha tambahan untuk

income rumah tangga miskin. Dengan demikian masyarakat mendapatkan cara

agar rakyat, komunitas dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai dan

berkuasa atas kehidupannya.

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Page 37: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

37

Rencana tahapan berikutnya sesudah penelitian ini selesai dilakukan dan

mendapatkan temuan atas latar belakang tingginya angka bunuh diri di Kabupaten

Bangli adalah menyerahkan hasil penelitian kepada dinas terkait di Kabupaten

Bangli untuk selanjutnya melakukan diskusi dan memberikan masukan serta

solusi atas masalahtersebut. Jika dibutuhkan peneliti bisa saja mendampingi

masyarakat atau dinas terkait untuk menerapkan solusi-solusi yang akan

direalisasikan.

BABVII

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 38: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

38

7.1 Kesimpulan

Laterbelakang upaya bunuh diri di Kabupaten Bangli disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya: pertama; masalah yang tidak terlalu penting, kedua;

kemiskinan, ketiga: sakit yang tak kunjung sembuh. Kondisi ini tentu

membutuhkan solusi cepat dan tepat baik secara regulatif maupun dari

individunya. Pemberdayaan masyarakat menjadi penting sebagi solisi atas

kemiskinan yang melilit masyarakat. sedangkan secara pribadi seseorang

hendaknya menumbuhkan dimensi resilien dalam dirinya sehingga mampu

bangkit dari setiap masalah yang sedang menimpa.

7.2 Saran

Angka bunuh diri di Kabupaten Bangli membutuhkan penanganan serius

dari berbagai pihak untuk itu berikut beberapa saranyang bisa disampikan kepada

beberapa pihak:

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Bangli: penyuluhan, pembekalan dan

road show ekonomi kreatif bisa dilakukan lebih intens pada rumah

tangga miskin agar mereka mempunyai skill dan pemasukan finansial

tambahan sehingga bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan

terbebas dari lilitan kemiskinan.

2. Kepada Pemerintah Tingkat Desa Kabupaten Bangli: pendataan

keluarga miskin harus dilakukan dengan sangat cermat dan merata

sehingga secara administratif mereka tercatat sebagai KK miskin dan

mendapatkan bantuan dari pemerintah baik materi maupun pelatihan-

pelatihan untuk menambah income rumah tangga

3. Kepada masyarakat Kabupaten Bangli: solidaritas sosial harus tetap

dipertahankan dan meningkatkan fungsi keluarga sebagai tempat setiap

anggota keluarga bisa berbagai

4. Kepada remaja Kabupaten Bangli: untuk bisa keluar dari setiap

tekanan ketika mengalami masalah dan kegagalan bisa dilakukan

dengan menggali makna hidup dari keluarga, orang-orang terdekat dan

Page 39: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

39

agama dan mengisi hari dengan kesibukan yang positif seperti aktif di

Banjar atau Desa Pakraman sebagai truna desa tidak kalah penting

melakukan refleksi diri dan memaknai setiap kegagalan hidup sebagai

tantangan.

Page 40: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

40

Daftar Pustaka

Abdul, Rahman Agus. 2014. Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Agusta, Ivanovich. 2014. Diskursus, Kekuasaan, dan Praktik Kemiskinan di

Pedesaan. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia

Bryman, Alan. 2004. Social Research Methods, Great Britain, Oxford University

Press

Dayakisni, Tri, Hudiniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang: UMM Pres

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

_____________.2011.Patologi Sosial 3: Gangguan-Gangguan Kejiwaan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat.1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Mardikanto, Totok, Soebiato, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bndung: Alfabeta

Reuter, Thomas A. 2003. Inequality, Crisis and Social Change in Indonesia: The

Muted Worlds of Bali. London: Routledge Curzon.

Ritzer & Smart. 2012. Handbook Teori Sosial. Jakata: Nusa Media

Romi Sudhita, I Wayan, t.t, Perilaku Bunuh Diri di Kalangan Pelajar: Analisis

Deskriptif Pemberitaan Balipost Tahun 2006-2009

Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan

Pengetahuan Emperik. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sarwono, Solita. 2007. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta

Aplikasinya. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

_____________.2013. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sherraden, Michael, Abbas, Sirojudin (terj.). 2006. Aset untuk Orang Miskin:

Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Suyanto, bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penangannya. Malang:

Intrans Publising

Page 41: LAPORAN TAHUNAN/AKHIR HIBAH UNGGULAN PROGRAM …

41

Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Pranada Media Grup.

Zan Pieter, Herri, Lumongga Lubis, Namora. 2010. Pengantar Psikologi dalam

Keperawatan. Jakarta: Prenada Media Group.