Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dalam komunitas masyarakat Hindu di Bali, terdapat pola-pola kebudayaan yang sangat unik dan tetap dijaga kelestariannya, sehingga unsur-unsur kebudayaan lokal sangat lekat terasa dalam lingkungan hidup masyarakatnya sampai sekarang. Pelestarian kebudayaan ini tidak terlepas dari masih kentalnya unsur-unsur agama yang menjiwai kebudayaan tersebut. Sebagai contohnya adalah Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang telah membudaya di masing-masing desa adat di Bali yang masih dapat kita jumpai Apresiasi Budaya | 1

description

Sejarah Pura Kahyangan TigaAdanya banyak sekte yang berkembang pada masa pemerintahan raja Udayana dan istrinya Guna Priya Dharmapatni menimbulkan banyak pertentangan sehingga membawa pengaruh buruk terhadap jalannya roda pemerintahan.Mpu Kuturan yang ditugaskan untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengadakan pesamuhan dengan para tokoh-tokoh agama dari berbagai sekta yang ada di Bali. sehingga akhirnya berhasil menetapkan dasar keagamaan yang disebut Tri Murti yang pemujaan melalui Khayangan Tiga.Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan TigaPura Kahyangan TigaSecara etimologi terdiri dari dua kata, yaituKahyangan → hyang : suci. Mendapat awalan ka, dan akhiran an (menunjukkan tempat)Tiga yang berarti tigaKahyangan Tiga berarti tiga buah tempat suci, yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem.Pura DesaMerupakan tempat pemujaan Dewa Brahma, sebagai pencipta alam semesta.Tempatnya di Pusat desa di bagian kaja kangin dan perempatan Desa dalam pekarangan yang dibatasi tembok penyengker. Zoning pekarangannya dibagi dua atau tiga, yaitu jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Bangunan utamanya adalah Bale Agung sehingga ada juga yang menyebutnya Pura Bale Agung.Pura PusehMerupakan tempat pemujaan Dewa Wisnu, sebagai pemeliharaTempatnya di pusat Desa berdekatan atau menjadi satu atau bersebelahan dengan pura Desa. Zoning pekarangannya dibagi dua atau tiga, jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Umumnya Pura Desa atau Bale Agung ditempatkan di bagian depan dari Pura Puseh, ada pula yang bersisian ke arah samping.Pura DalemMerupakan tempat pemujaan Dewa Siwa dalam wujud Dewi Durga, sebagai pamralina alam semesta.Tempatnya di dekat kuburan, ditepi Desa atau di luar Desa. Pekarangan Pura dibatasi tembok penyengker sekelilingnya dengan candi bentar didepan dan Kori Agung di jeroan. Bangunan pemujaan lainnya yang merupakan hulu kuburan adalah praja pati.Desa Dalung Tidak ada pustaka yang berupa lontar atau sebagainya yang dapat menjelaskan kenapa bisa disebut sebagai desa “Dalung”.Menurut para penglingsir desa, kata Dalung berasal dari 2 kata, yaitu kata ‘Eda’yang berarti tidak boleh dan ‘Lung’yang berarti terkikis.Edalung → Dalung, yang artinya tidak akan terkikis.Peta Desa Adat DalungBatas-Batas Desa Adat DalungUtara: Desa adat abian baseTimur: Desa adat kwanji sempidi dan desa adat padangluwihSelatan: Desa adat kerobokan dan desa adat padonanBarat: Desa adat tuka, dan desa adat buduk.Peta LokasiPura Khyangan Tiga, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, BadungPura Desa Lan PusehDi desa adat dalung, pura puseh dan pura desanya berada pada satu areal yang belokasi didesa dalung , kecamatan kuta utara. Pura Desa lan Puseh ini diusung oleh warga dari 10 banjar yang ada di desa dalung, yaitu kurang lebih 600 kepala keluarga.Denah Pura Desa lan PusehBangunan Yang Ada Pura Desa Lan PusehBale GongBale AgungBale PiyasanBale PesandekanBale TarpanaBale Banten / BusanaBale PaselangBale Pelik SariPelinggih Ratu Made JelawangMeru Tumpang Kalih linggih Sang Hyang PenyarikanMeru Tumpang Sia / Sembilan yang merupakan ciri khas dari pura pusehGedong DesaPenyawanganPadmasanaPelinggih Ida Ratu Nyoman PengadanganGedong PusehPelinggih Ratu Niang MelantingPelinggih Pelik SariPenyawangan Ida Ratu Watu KlotokBale GongBale AgungBale PiyasanBale TarpanaBale Pelik SariGedong DesaMeru Tumpang SiaPenyawanganGedong PusehPelinggih Ida Ratu Nyoman PengadanganPelinggih Ratu Niang MelantingPelinggih Pelik SariPenyawangan Ida Ratu Watu KlotokBale KulkulPura DalemPura Dalem di Desa Adat Dalung merupakan satu satunya pura yang ada di Bali yang menggabungkan Dalem Khayangan, Dalem Meraja Pati, dan Pura Penataran menjadi satu kawasan. Sama seperti Pura Desa lan Pura Puseh, Pur

Transcript of Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

Page 1: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi

atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan

budi dan akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut

culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere, yaitu mengolah

atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah

atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

"kultur" dalam bahasa Indonesia. Menurut Andreas Eppink,

kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma,

ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,

religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan

intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat.

Dalam komunitas masyarakat Hindu di Bali, terdapat pola-pola

kebudayaan yang sangat unik dan tetap dijaga kelestariannya,

sehingga unsur-unsur kebudayaan lokal sangat lekat terasa

dalam lingkungan hidup masyarakatnya sampai sekarang.

Pelestarian kebudayaan ini tidak terlepas dari masih kentalnya

unsur-unsur agama yang menjiwai kebudayaan tersebut.

Sebagai contohnya adalah Pura Kahyangan Tiga, yaitu Pura

Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem yang telah membudaya di

masing-masing desa adat di Bali yang masih dapat kita jumpai

keberadaannya sampai sekarang. Pura Kahyangan Tiga yang ada di

masing-masing desa di Bali memiliki karakteristik yang

berbeda-beda, yang disesuaikan oleh desa, kala, patra

setempat.

Salah satu Pura Kahyangan Tiga

Apresiasi Budaya | 1

Page 2: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa sebenarnya Pura Khayangan Tiga itu?

1.2.2. Apa saja bagian-bagian dari Pura Khayangan Tiga?

1.2.3. Bagian dari Pura Khayangan Tiga apa saja yang ada di

Desa Adat Dalung?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Untuk mengetahin tentang Pura Khayangan Tiga

1.3.2. Untuk mengetahui bagian bagian dari Pura Khayangan Tiga

1.3.3. Untuk mengetahu Pura Khayangan Tiga yang ada Di Desa

Adat Dalung

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan paper ini adalah

sebagai berikut :

1.4.1 Bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi suatu

bahan acuan, menambah kajian ilmu dan sebagai bahan

perbandingan bagi tugas-tugas yang bersangkutan

1.4.2 Bagi masyarakat, lembaga terkait dan pemerintah

diharapkan dapat memberikan suatu gambaran umum tentang

apa itu Khayangan Tiga dan bagai mana Pura Khayangan Tiga

di Desa adat Dalung

1.5 Metode Penulisan

Metode yang saya gunakan dalam menyusun laporan ini

adalah menggunakan metode survey lapangan yang dilakukan di

Desa Adat dalung dan juga metode browsing di internet dan

menggunakan beberapa pedoman sumber bacaan yang ada

hubungannya dengan Pura Khayangan Tiga

Apresiasi Budaya | 2

Page 3: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pura Khayangan Tiga

Pura Kahyangan Tiga merupakan pura untuk tempat pemujaan

warga sedesa yang terdiri dan beberapa banjar kepada dewa

dewa Tri Murti, Tiga unit pura yang merupakan bagian dari

desa. Dalam pengertian Desa-desa adat di Bali, Tri Hita

Kharana rnerupakan perwujudan suatu Desa. Tri Hita Kharana

tiga unsur, yang menjadikan adanya Desa, masing-masing

Kahyangan Tiga sebagai jiwanya Desa, Desa Pakraman teritorial

Desa sebagai fisik Desa dan Sima Krama atau warga Desa sebagai

tenaga Desa. Dengan adanya ketiga unsur jiwa, fisik dan

tenaga, sempurnalah suatu kehidupan manusia, keluarga, desa

atau wilayah.

Kahyangan Tiga, masing-masing Pura Desa, Pura Puseh dan Pura

Dalem dengan fungsinya masing-masing sebagai tempat pemujaan

Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasinya sebagai Brahma, Wisnu

dan Siwa. Pura Desa dan Pura Puseh terletak di pusat Desa di

bagian zoning utama, kaja kangin dan perempatan pusat desa.

Pura Dalem terletak di dekat kuburan di bagian teben Desa pada

arah kelod atau kelod kauh.

Upacara pemujaan di Pura-pura disebut odalan, pujawali atau

patirtan. Di Pura-pura Kahyangan Tiga pujawali umumnya sekali

setahun di masing-masing Kahyangan Tiga. Dibeberapa Desa ada

pula yang melakukan pujawali dua kali setahun dan kebanyakan

pula sudah diubah menjadi sekali dalam setahun. Hari-hari baik

atau hari-hari suci melakukan upacara pujawali umumnya dipilih

Purnama pada bulan atau sasih kadasa sekitar bulan April.

Purnama sasih Kapat sekitar bulan Oktober. Purnama Sasih

kelima sekitar bulan Nopember. Untuk upacara pecaruan

Apresiasi Budaya | 3

Page 4: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

dilakukan pada bulan, atau sasih kepitu atau kasangan. Upacara

melasti dan pecaruan Desa pada pergantiani tahun baru Içaka

sekitar bulan Maret dilakukan di pantai laut, sungai, atau

danau dan Kahyangan Tiga yang dipusatkan di Pura Desa. Upcara-

upacara pujawali, melasti, ngusaba Desa dan hari-hari raya

tertentu seperti Galungan dan Kuningan, Kahyangan Tiga

merupakan tempat pemujaan sembahyangan bersama umat sedesa.Di

Pura-pura Kahyangan Tiga wanga sedesa dan semua kasta dapat

melakukan persembahyangan, berbeda dengan Pura keluarga hanya

untuk keluarga seketurunan.

2.2. Bagian Bagian dari Pura Khayangan Tiga

Pura Khayangan Tiga diBali pada umumnya terdiri dari tiga

pura dimana ketiga pura ini ditujukan untuk pemujaan terhadap

ketiga dewa Tri Murti, dimana Ketiga Pura Tersebut adalah:

2.3.1. Pura Desa

Tempatnya di Pusat desa di bagian kaja kangin dan

perempatan Desa dalam pekarangan yang dibatasi tembok

penyengker. Tata zoning pekarangannya dibagi dua atau

tiga, jaba sisi, jaba tengah dan jeroan. Bangunan

utamanya adalah Bale Agung sehingga ada juga yang

menyebutnya Pura Bale Agung. Bangunan bale kulkul

merupakan bangunan yang menempati sudut-sudut depan

pekarangan Pura. Bangunan wantilan dengan luas yang cukup

besar dibangun di jaba sisi untuk kegiatan bersama pada

upacara di Pura Desa.

Pintu masuk memakai candi bentar dari jaba sisi ke jaba

tengah dan kori agung dan jaba tengah ke jeroan. Ada pula

yang dilengkapi pintu betelan ke arah samping untuk

hubungan dengan bangunan-bangunan samping.

Apresiasi Budaya | 4

Page 5: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

2.3.2. Pura Puseh

Tempatnya di pusat Desa berdekatan atau menjadi

satu/bersebelahan dengan pura Desa. Tata zoning

pekarangannya dibagi dua atau tiga, jaba sisi, jaba

tengah dan jeroan. Pekarangannya ada yang merupakan area

tersendiri ada pula yang menjadi satu/ bersebelahan

dengan Pura Desa. Umumnya Pura Desa atau Bale Agung

ditempatkan di bagian depan dan Pura Puseh, ada pula yang

bersisian ke arah samping. Di beberapa desa, ada pula

yang menata kahyangan tiganya dengan pola-pola khusus di

luar ketentuan tradisional yang berlaku umum.

2.3.3. Pura Dalem

Tempatnya di dekat kuburan, ditepi Desa atau di luar

Desa. Pekarangan Pura dibatasi tembok penyengker

sekelilingnya dengan candi bentar didepan dan Kori Agung

di jeroan. Bangunan pemujaan lainnya yang merupakan hulu

kuburan adalah praja pati. Kahyangan tiga masing-masing

Pura Desa untuk pemujaan dewa Brahma dan Pura Puseh untuk

pemujaan Dewa Wisnu. Pura Dalem untuk pemujaan Dewa Siwa.

Sebagaimana upacara pujawali di Pura Desa dan Pura Puseh,

pujawali di Pura Dalem umumnya juga dilakukan sekail

setahun di bulan Purnama pada salah satu bulan atau

sasih. Bangunan-bangunan di Pura Dalem disesuaikan dengan

fungsinya.

Upacara-upacara pemujaan di Pura Desa, Pura Puseh dan

Pura Dalem dipimpin seorang atau beberapa Pemangku yang

ditetapkan oleh warga Desa. Upacara-upacara besar

sewaktu-waktu dipimpin oleh Pedanda bersama para

pemangku.

Persembahyangan di pura-pura Kahyangan tiga oleh umat

desa pada hari-hari pujawali umumnya diIangsungkan selama

Apresiasi Budaya | 5

Page 6: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

tiga hari untuk memberi kesempatan kepada semua warga

Desa. Untuk pelaksanaan persembahyangan bersama tidak

diharuskan dalam satu gelombang massal. Persembahyangan

dengan kelompok-kelompok bergantian sehingga tidak

memerlukan ruangan halaman yang terlalu luas.

Pola ruang, tata bangunan dan penyelesaian arsitektur

kahyangan tiga umumnya dikerjakan dengan baik untuk

kebanggaan Desa, kebahagiaan dan ketentraman bersama.

Penyelenggaraan upacara pujawali di Pura-pura Kahyangan

Tiga tidak bersamaan. Di beberapa Desa ada pula pujawali

di Pura Desa dan Pura Puseh pada hari yang sama sedangkan

pujawali di Pura Dalem pada hari lainnya.

Upacara-upacara keluarga manusa yadnya, pitra yadnya,

resi yadnya dan dewa yadnya ada pula bagian bagian yang

dilakukan di Pura Desa, Pura Puseh atau Pura Dalem.

Bangunan-bangunan utama seperti Bale Agung, palinggih

Puseh, palinggih Dalem dan beberapa palinggih lainnya ada

di semua kahyangan tiga.

Bangunan-bangunan tambahan atau pelengkap lainnya

disesuaikan dengan keadaan masing-masing Desa yang

merupakan bagian dan Kahyangan tiga adalah Pura Dalem

yang ada atau didekat kuburan desa.

Apresiasi Budaya | 6

Page 7: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

BAB III

Study Kasus Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung

3.1. Sejarah Desa Adat Dalung

3.1.1. Sejarah Desa Adat Dalung

Sampai saat ini tidak ada pustaka seperti lontar

atau sebagainya yang dapat menjelaskan kenapa dikatakan

sebagai desa dalung. Namun menurut para pengelingsir

dan tetua agama kata dalung itu berasal dari dua kata

yaitu kata “Eda” dan “Lung”. Eda yang berarti tidak

boleh dan Lung yang berarti rered / terkikis. Yang

apabila kata kata tersebut disatukan akan menjadi kata

Edalung lama kelamaan menjadi kata Dalung yang berarti

tidak akan terkikis.

Selain itu bila dilihat dari babad, berkenaan

dengan desa adat dalung, sudah terdapat dibabad mengwi.

Karena sudah pasti keberadaan desa Dalung terdapat pada

babad kerajaan Mengwi, maka sudah pasti benar dimuat

dalam Purana Desa Adat Dalung.

Apresiasi Budaya | 7

Gambar 1:Pura Desa lan Puseh

Gambar 2:Pura Dalem

Page 8: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

Pada jaman dahulu Jagat mengwi dipimpin oleh Ida I

Gusti Agung Nyoman Alangkajeng yang diangkat sebagai

raja dengan nama Ida Cokorda Munggu. Pada saat beliau

memimpin jagat mengwi, beliau berpegang pada agama,

adat , dan budaya, sehingga jagat Mengwi menjadi damai

dan sejahtera. Kepada putra putranya, beliau juga

memberikan sejumlah wilayah kekuasaan sesuai dengan

keinginannya masing masing. Begitu juga dengan putra

beliau yang keempat yang bernama I Gusti Gede Meliling,

diberikan wilayah kekuasaan di desa Tibubeneng sampai

di Padangluwih

Beliau juga disuruh membangun rumah di desa

tersebut dan meminang anak dari bendesa Tibubeneng.

Dalam Kepemimpinan beliau, semua bawahannya patuh dan

hormat pada beliau. Lama kelamaan I Gusti Gede Meliling

meninggal, karena itu diadakan upacara Pitra Yadnya.

Dari mulai prosesi persiapan upacara sampai upacara

Pitra Yadnya selesai, saudara beliau I Gusti Ngurah

Gede Tegeh tidak diberitahu tentang upacara tersebut,

kemudian beliau sangat marah dan beliau berkelahi di

Tibubeneng.

Karena berita perkelahian tersebet, semua putra

beliau yang berada di Padang Liwih menyesal tentang

keadaan tersebut. Karena berita perkelahian tersebut,

sehingga beliau malu pada dirinya sehingga berencanan

untuk pindah dari Padang Luwih menuju ke sebelah barat

Tukad Yeh Poh sebagai tempat tinggal baru, yang

sekarang disebut Desa Adat Tegeh. Saudara beliau yang

bernama I Gusti Ngurah Gede Tibung, ikut juga pindah

dan mengambil tempat disebelah timur Tukad mati, yang

sekarang disebut Desa Adat Kuanji (Sempidi). Beliau

juga membanguan tempat suci yang sekarang dikenal

Apresiasi Budaya | 8

Page 9: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

sebagai Pura Dalem Tibung (Kangin). Yang disungsung

Wadua Banjar Kuanji. Tapi Ida I Gusti Ngurah Gede

Tibung tidak lama menetap disana, beliau pindah lagi ke

sebelah barat di Desa Dalung, disana beliau juga

membangun pura yang sekarang disebut Pura Dalem Tibung

(Kaja). Sepeninggalan beliau dari Kuanji, beliau

meninggalkan pengikutnya yang banyaknya 100 orang. 100

orang tersebut merupakan asal mula penduduk Desa Adat

Kuanji. Hal tersebut merupakan salah satu ciri yang

masih dapat dilihat sampai sekarang yaitu setiap ada

Karya Agung di Pura Kahyangan Tiga Desa Adat Dalung,

Ida Bhatara kairing lunga mintar ke Kahyangan Tiga yang

berada di Desa Adat Tibubeneng dan ke Kahyangan Tiga

Desa Adat Kuanji (Sempidi) dan juga ke Kahyangan Tiga

di Desa Adat Padang Luwih dan begitu juga seBaliknya.

3.2. Pura Khayangan Tiga di Desa Adat Dalung

3.2.1.Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung

Di desa adat dalung, pura puseh dan pura desanya

berlokasi pada satu areal yang belokasi didesa dalung ,

kecamatan kuta utara. Dimana pura ini dijadikan satu

yaitu Pura Desa lan Puseh Desa Adat Dalung. Pura Desa

lan Puseh ini diusung oleh warga dari 10 banjar yang

ada di desa dalung, yaitu kurang lebih 600 kepala

keluarga. Menurut nara sumber I Made Parmita S.Ag yang

menjabat sebagai bendesa adat setempat, pura ini telah

mengalami kurang lebih lima kali renovasi, dan sekarang

ini juga masih dalam tahap renovasi pada beberapa

bangunan didalam pura ini.

Pada awalnya pura ini memiliki orientasi menghadap

kejalan, karena memperhitungkan banyaknya warga yang

bersembahyang di pura ini, disamping mengingat letak

Apresiasi Budaya | 9

Page 10: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

dari pura puseh dan pura desa ini di pinggir jalan,

unutk mengurangi kemacetan pada saat karya ataupun

odalan, maka orientasi maupun letak dari pemedal atau

pintu masuk utamanya dipindahkan ke sebelah barat.

Odalan dipura ini dilaksanakan pada hari Pemacekan

Agung atau tepatnya 5 hari setelah hari raya Galungan.

Di dalam pura ini terdapat beberapa pelinggih

dan bangunan yang menunjang kegiatan dalam pura ini

sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bale GongBale ini difungsikan untuk tempat memaikan gong pada saat upacara di pura ini

Bale Agung Bale yang terdapat di jaba tengah dari pura

berfungsi untuk tempat parum ida batara dari seluruh pura yang ada di desa adat dalung

Bale PiyasanBale piyasan di pura in imemiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat pendeta atau pedanda memuput upacara pada saat odalan, dan juga sebagai tempat meletakkan wangi atau banten pujawali.

Apresiasi Budaya | 10

UGambar3:

Denah Pura Desa lan Puseh setelah perubahan Orientasi

Page 11: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

Bale PesandekanBale ini difungsikan sebagai tempat peristirahatan para sulinggih atau pemanggku yang menghadiri upacara yang dilaksanakan di pura ini

Bale TarpanaBale ini berfungsi sebagai tempat sulinggih atau pemangku memuput upacara

Bale Banten / BusanaBale ini berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sarana upacara seperti banten dan juga pakaian (wastra ) dari pelinggih pelinggih di pura ini.

Bale PaselangBale ini digunakan sebagai tempat barong landung dan menempatkan pratima pratima yang ada dipura ini.

Bale Pelik SariDigunakan sebagai tempat pesamuhan atau paruman ida bhatara

Pelinggih Ratu Made Jelawang Meru Tumpang Kalih linggih Sang Hyang Penyarikan Meru Tumpang Sia / Sembilan yang merupakan cirri

khas dari pura puseh Gedong Desa Penyawangan Padmasana Pelinggih Ida Ratu Nyoman Pengadangan Gedong Puseh Pelinggih Ratu Niang Melanting Pelinggih Pelik Sari Penyawangan Ida Ratu Watu Klotok

3.2.2.Pura Dalem

Pura Dalem di Desa Adat Dalung merupakan satu

satunya pura yang ada di Bali yang menggabungkan Dalem

Khayangan, Dalem Meraja Pati, dan Pura Penataran

menjadi satu kawasan. Sama seperti Pura Desa lan Pura

Apresiasi Budaya | 11

Page 12: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

Puseh, Pura Dalem juga telah mengalami 5 kali renovasi.

Pura Dalem ini juga telah direncanakan akan mengalami

perluasan dan mengalami pemugaran total yang bertujuan

untuk memperluas arela persembahyangan bagi para

pemedek Pura. Hal tersebut dikarenakan oleh

perkembangan setiap tahunnya jumlah para pemedek yang

nangkil ke Pura Dalem tersebut.

Pura Dale mini diusung oleh warga dai 10 Banjar di

kawasan Dalung yang terdiri dari 600 KK. Piodalan di

Pura Dalam dilaksanakan pada rahina Sukra Pahing wuku

Dungulan. Pura Dalem ini terbagi menjadi 3 mandala (tri

mandala) yaitu :

Utama MandalaKawasan utama mandala merupakan areal jeroan dimana terdapat beberapa bangunan suci didalamnya, antara lain :

1. Padmasana Penyawangan Gunung Agung2. Pelinggih Ratu Niang3. Gedong khayangan yang merupakan stana dari Bhatari

Durga

Apresiasi Budaya | 12

Gambar 4:Denah Pura Dalem

Page 13: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

4. Meru Tumpang Telu yang merupakan linggih Ratu Made Bima yang mirip dengan Tri Purusa yaitu : Ciwa, Sadha Ciwa, dan Parama Ciwa

5. Gedong Gede Ratu Gede Dira6. Pelinggih Rambut Sedhana7. Pelinggih Dalem Penataran8. Bale Pelik Sari9. Pelinggih Ratu Made Balian10. Bale Tarpana11. Bale Paselang12. Bale pesandekan mangku13. Padma Merajapati14. Pelinggih Ratu Made15. Pelinggih Ratu Ketut16. Bale Piyasan Madya mandala

Madya mandala merupakan areal jaba tengah pura. Adapun bangunan-bangunan yang ada dalam areal ini adalah:

1. Bale Pengerauhan 2. Bale Gong3. Bale kul-kul Nista Mandala

Nista mandala merupakan areal terluar dari pura.Pada areal ini terdapat wantilan yang digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara tabuh rah.

KATA PENGANTAR

Apresiasi Budaya | 13

Page 14: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

i

Puja dan puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang

Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nyalah penyusun bisa

menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Tentunya penyusun

merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Maka

dari pada itu penyusun mohon maaf apabila di dalam penyusunan

paper ini ada kesalahan-kesalahan yang tentunya penyusun tidak

sengaja.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun haturkan kepada

para dosen pembimbing, karena tanpa bimbingan mereka dalam

penyusunan paper ini, mungkin paper ini tidak terselesaikan

dengan baik. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada

para informan yang telah membantu dalam memberikan informasinya.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas

pengarahan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak selama

pembuatan paper ini, terutama kepada :

1. Bapak Dosen nyen kaden adane...

2. I Made Parmita S.Ag selaku Bendesa Desa Adat Dalung

3. Ary Prajawan atas bantuan pencarian lokasi pura

4. Dan pihak – pihak lain yang tidak bisa penyusun sampaikan

satu persatu

Penysun sadar bahwa paper ini jauh dari sempurna akibat dari

keterbatasan penyusun. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik

dan saran yang konstruktif dari semua pihak yang bersifat

membangun demi kesempurnaan paper ini. Semoga paper memberikan

manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Juli 2008

Penyusun

DAFTAR ISI

Apresiasi Budaya | 14

Page 15: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

ii

KATA PENGANTAR.................................................i

DAFTAR ISI....................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................1

1.1. Latar Belakang........................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................2

1.3. Tujuan Penulisan......................................2

1.4. Manfaat Penulisan.....................................2

1.5. Metode Penulisan......................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................3

2.1. Pengertian Arsitektur Post-Modern.....................3

2.1.1. Aliran Aliran Post Modern.......................5

2.1.2. Contoh Bangunan Post Modern.....................7

2.2. Arsitektur Late Modern...............................10

2.2.1. Aliran Aliran Late Modern.......................11

2.2.2. Contoh Bangunan Late Modern.....................12

2.3. Arsitektur Dekonstruksi..............................14

2.3.1. Aliran Aliran Dekonstruksi......................14

2.3.2. Contoh Bangunan Dekonstruksi....................18

BAB III PENUTUP...............................................20

3.1. Kesimpulan...........................................20

3.2. Saran – saran........................................20

DAFTAR PUSTAKA

Apresiasi Budaya | 15

Page 16: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

DAFTAR PUSTAKA

Gelebet, I Nyoman, dkk. 1986. Arsitektur Tradisional

Daerah Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah.

http://203.130.242.190//artikel/1603.shtml

http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ars4/2004/

jiunkpe-ns-s1-2004-22400095-4833-pakraman.pdf

http://digilib.unmer.net/gdl.php?mod=browse&node=1331

http://indoforum.org/showthread.php?p=798773

http://okanila.brinkster.net/mediaCat.asp?NID=5

http://yanuar.wordpress.com/2008/01/30/sejarah-Bali

Microsoft ® Encarta ® 2006. © 1993-2005 Microsof

Corporation

Tim Penyusun, Awig Awig Desa Adat dalung, Kecamatan

Kuta Utara, Badung

Apresiasi Budaya | 16

Page 17: Laporan Survey Khayangan Tiga Desa Adat Dalung

APRESIASI BUDAYASURVEY LAPANGAN PURA KHAYANGAN TIGA

DESA ADAT DALUNG, KECAMATAN KUTA UTARA, KABUPATEN BADUNG

Oleh:

Agus Yasa Rahayu 06 04 205 001I Gst Ag Ngr Mahaputra 06 04 205 007Pande Gede Susiawan 06 04 205 014Rio Surya Ramba M 06 04 205 031Km Deddy Endra P 06 04 205 077

JURUSAN ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA2008

Apresiasi Budaya | 17