Laporan Spm Lh 2014-Bplh Ciamis

65
1 Laporan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Untuk mewujudkan terjaganya kelestarian lingkungan hidup perlu dilakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lingkungan hidup merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya berpedoman pada standar pelayanan minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar bidang lingkungan hidup yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis

description

Laporan Spm Lh 2014-Bplh Ciamis

Transcript of Laporan Spm Lh 2014-Bplh Ciamis

Laporan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Untuk mewujudkan terjaganya kelestarian lingkungan hidup perlu dilakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lingkungan hidup merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya berpedoman pada standar pelayanan minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar bidang lingkungan hidup yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik dan sehat secara berkelanjutan.

Permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Ciamis dari tahun ke tahun semakin kompleks seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai sektor baik perindustrian, pariwisata, kesehatan, pertanian, peternakan, pertambangan, perikanan/kelautan, infrastruktur, dan lain-lain yang meningkatkan tekanan terhadap lingkungan, berupa pencemaran air, udara, kerusakan lahan, penyerobotan lahan hutan/perkebunan, tanah longsor, banjir, dan kekeringan. Sektor industri yang potensial di Kabupaten Ciamis adalah industri kecil dan menengah, sedangkan industri besar tidak ada. Industri tersebut diantaranya ada yang memanfaatkan bahan baku dari pertanian/kehutanan yaitu industri tahu/tempe, nata de coco, kerupuk, keripik, tepung tapioka/sagu aren, gula kelapa/aren, tepung kelapa, kerajinan dari bambu/kayu, pengolahan kayu/meubeler, dan lain-lain. Industri jenis ini berpotensi menimbulkan pencemaran air dan udara. Adapun industri yang menggunakan bahan baku logam diantaranya bengkel las/pembuatan tralis, pagar, dan sejenisnya, pabrik peralatan rumah tangga seperti panci, katel, dan lain-lain yang sebagian bahan bakunya menggunakan bahan daur ulang (alumunium dari panci/katel bekas) yang berpotensi menghasilkan limbah B3 yang masuk ke badan air maupun udara.Sektor pertanian menjadi sektor andalan/utama di Kabupaten Ciamis dengan luas sawah pada tahun 2013 seluas 51,903.62 hektar dan menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Barat. Sektor ini berpotensi menimbulkan pencemaran air akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi.

Sektor peternakan juga cukup potensial dalam menunjang terjadinya pencemaran air, dan pencemaran udara akibat bau yang ditimbulkan. Kondisi kandang ternak yang berada tidak jauh dari pemukiman sering menimbulkan konflik dengan masyarakat akibat pencemaran yang ditimbulkan. Jumlah populasi komoditas peternakan pada tahun 2012 terdiri dari populasi sapi sebanyak 38.945 ekor, populasi domba sebanyak 229.166 ekor, populasi kambing sebanyak 154.208 ekor, ayam buras sebanyak 2.851.077 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 14.029.441 ekor, dan ayam ras petelur sebanyak 587.646 ekor.

Sektor perikanan, kelautan, dan pariwisata terutama di kawasan wisata Pangandaran berpotensi menimbulkan pencemaran limbah padat maupun cair dari hotel dan restauran yang tidak dilengkapi dengan sarana pengolahan air limbah (IPAL), kunjungan wisatawan yang membuang sampah sembarangan, maupun industri perikanan.Adapun sektor kesehatan dari kegiatan rumah sakit, puskesmas, klinik, berpotensi menghasilkan limbah medis/B3 yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

Dalam sektor pertambangan, potensi sumber daya mineral yang dimiliki antara lain : emas, tembaga, pasir besi, zeolite, fosfat, tanah liat, kwarsa, kalsit, pasir batu, kaolin, dan gambut. Akan tetapi yang sudah dieksploitasi sebagian besar terdiri dari bahan tambang galian C (pasir, batu) yang banyak menimbulkan pencemaran sungai, dan galian B (gambut) yang dapat mengurangi daerah-daerah resapan air.

Dalam bidang kehutanan dan perkebunan banyak terjadi kasus penyerobotan lahan, penebangan liar/illegal logging di lahan/hutan negara yang menimbulkan kerusakan lahan/hutan.

Dengan meningkatnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan lahan dan/atau tanah, dan meningkatnya pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka diperlukan pengelolaan lingkungan hidup yang optimal agar masyarakat mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.1.2. Kondisi Umum

Kabupaten Ciamis secara geografis sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, Sebelah Barat dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, Sebelah Timur dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah dan Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangandaran. Luas Wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 1.433,10 km2, dengan curah hujan rata-rata 3.605 dengan suhu rata-rata antara 20oC-30oC, jenis tanah didominasi latosol, podsolik, alluvial dan grumusol.

Kondisi topografis Kabupaten Ciamis terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar-bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0-40% dengan sebaran 0-2% terdapat di bagian tengah timur laut ke selatan dan 2->40% tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Struktur daratan wilayah Kabupaten Ciamis secara garis besar terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Bagian utara merupakan pegunungan dengan ketinggian 500-1000 m dpl sekitar 19%, Bagian Tengah ke arah Barat merupakan perbukitan dengan ketinggian 100-500 m dpl sekitar 49%, sedangkan Bagian Tengah ke arah timur merupakan daerah dataran rendah dan rawa dengan ketinggian 25-100 m dpl sekitar 14%, serta Bagian Selatan merupakan daerah rawa.

Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Ciamis didominasi oleh jenis Latosol, Podsolik, Aluvial, komplek Renzina dan Grumusol. Kecamatan Panawangan, Kawali, Lumbung, Cipaku, Panjalu, Ciamis, Sadananya, Baregbeg, Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng, Sindangkasih, Cijeungjing, Rajadesa, Jatinagara, Rancah, dan Tambaksari memiliki jenis tanah Latosol; Kecamatan Langkaplancar, dan Cimaragas (bagian selatan) memiliki jenis tanah Podsolik; Lakbok, dan Purwadadi memiliki jenis tanah Alluvial; Kecamatan Cisaga, Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Pamarican memiliki jenis tanah Grumusol.

Iklim di wilayah Kabupaten Ciamis dicirikan dengan adanya musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan dengan rata-rata 10,58 mm. Curah hujan tersebut mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung pola pertanaman temperatur mencapai 220C-310C dengan kelembaban udara 74,3-84,8% dan kecepatan angin rata-rata berkisar 3,88-6,88 knot/bulan.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Kabupaten Ciamis merupakan suatu dataran yang mempunyai ketinggian rata-rata 800-22 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Ciamis sebagian besar wilayahnya termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy, dan sebagian lagi termasuk DAS Cimedang. Pada DAS Citanduy mengalir sungai utama, yaitu Sungai Citanduy beserta anak-anak sungainya yang bermuara di Sagara Anakan , Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Selain sungai besar dan kecil, Kabupaten Ciamis masih memiliki sumber-sumber air yang dimanfaatkan selama 3-9 bulan pertahunnya, bahkan terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan sepanjang tahun yaitu berada di Kecamatan Ciamis.

Sungai-sungai dan mata air yang berada dan mengalir di Kabupaten Ciamis dan digunakan sebagai sumber air oleh PDAM Tirta Galuh, diantaranya adalah Sungai Citanduy, Sungai Cimuntur, Sungai Ciputrahaji, Sungai Citumang, Sungai Cikarak, Sungai Palataran, Mata Air Cigeresik, dan Mata Air Binuang. 1.3. KEBIJAKAN UMUM

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, menempatkan pembangunan di bidang lingkungan hidup terutama untuk mendukung Misi ke-6 Mewujudkan Indonesia Asri dan Lestari. Dalam RPJPN 2005-2025, prioritas kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup pada RPJM 2010-2014 diarahkan pada : (1) penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; (2) terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam lainnya yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada masa yang akan datang; dan (3) mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan.

Memperhatikan arah kebijakan dan strategi nasional tahun 2010-2014, serta kondisi umum lingkungan hidup saat ini, arah kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010-2014 akan dicapai melalui strategi sebagai berikut :

a.Peningkatan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan pada air, lahan, udara, dan keanekaragaman hayati;

b.Peningkatan penataan lingkungan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

c.Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan secara konsisten;

d.Peningkatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;

e.Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup;

f.Peningkatan kualitas data dan akses informasi lingkungan; dan

g.Pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan alternatif.

Pembangunan daerah Kabupaten Ciamis sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, perencanaannya mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 16 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2005-2025 yang memuat tentang Visi, Misi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah selama 20 tahun. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan daerah tetap konsisten dan terjaminnya keberlanjutan pembangunan untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup masyarakat sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2005-2025 telah ditetapkan yaitu : Dengan Iman dan Taqwa Ciamis menjadi Kabupaten yang Maju, Mandiri dan Sejahtera Tahun 2025. Kebijakan Pembangunan Daerah diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia; meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik; meningkatkan pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup; serta meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah dan pemasaran komoditas daerah. RPJPD Kabupaten Ciamis Tahun 2005-2025 dibagi ke dalam 5 (lima) tahapan pembangunan jangka menengah (RPJM) Daerah. Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014 disusun sebagai penjabaran dari RPJPD dan merupakan RPJMD tahap II. RPJMD ini menjadi acuan dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD Tahun 2009 2014 dan Rencana Pembangunan Tahunan yang dikenal dengan istilah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).Kebijakan pembangunan bidang lingkungan hidup termasuk dalam hal penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM) telah tercantum dalam RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014, yaitu Misi ke-6 : Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, lingkungan hidup dan penataan ruang guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Tujuan yang hendak diwujudkan dari misi ini adalah meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan salah satu sasaran strategisnya yaitu terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resiko bencana. Guna mencapai sasaran tersebut ditempuh melalui strategi yaitu meningkatkan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, dengan arah kebijakan sebagai berikut :

(1) Peningkatan pencegahan pencemaran air;

(2) Peningkatan pencegahan pencemaran udara;

(3) Penyediaan informasi status kerusakan hutan/lahan;

(4) Penegakkan hukum lingkungan.

Kewenangan pemerintah kabupaten/kota menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :

a.Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;

b.Menetapkan dan melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) tingkat kabupaten/kota;

c.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) kabupaten/kota;

d.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan);

e.Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota;

f.Mengembangkan dan melaksanakan kerjasama dan kemitraan;

g.Mengembangkan standar kerjasama;

h.Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

i.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam hayati dan non hayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik, dan keamanan hayati produk rekayasa genetik;

j.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

k.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), limbah, serta limbah B3;

l.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut;

m.Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;

n.Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;

o.Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundang-undangan;

p.Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

q.Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian perselisihan antar daerah serta penyelesaian sengketa;

r.Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan masyarakat;

s.Menetapkan Standar Pelayanan Minimal;

t.Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

u.Mengelola informasi lingkungan hidup nasional;

v.Mengkoordinasikan, mengembangkan, dan mensosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;

w.Memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;

x.Mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan hidup;

y.Menerbitkan izin lingkungan;

z.Menetapkan wilayah ekoregion; dan

aa.Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup.

Urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup merupakan salah satu kewenangan wajib pemerintahan daerah yang penyelenggaraannya berpedoman pada standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut maka Kementerian Lingkungan Hidup telah menindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Upaya-upaya yang telah dilakukan terhadap pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis, antara lain :

1) Menetapkan target dan batas waktu pencapaian dari setiap jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup yang ditetapkan dalam Keputusan Bupati Ciamis Nomor 065/Kpts.279A-Huk/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Urusan Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.

2) Melaksanakan sosialisasi dan pembinaan mengenai pencegahan pengendalian pencemaran pencemaran terhadap tokoh masyarakat, aparatur pemerintah, pelajar, para pelaku usaha dan/ atau kegiatan dan masyarakat secara umum.3) Melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan (air limbah dan udara dari sumber tidak bergerak) dari pelaku usaha dan/ atau kegiatan.4) Melakukan pengawasan penaatan kepada pelaku usaha dan/ atau kegiatan.5) Melakukan upaya penataan peraturan perijinan di bidang lingkungan hidup.6) Menyusun peraturan daerah di bidang lingkungan.

1.4. ARAH KEBIJAKAN

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana Otonomi Daerah, dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah di Bidang Lingkungan Hidup, sesuai dengan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Organisasi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup terdiri dari Kepala Badan yang dibantu oleh Sekretariat yang terdiri dari Sub Bagian Kepegawaian dan Umum, Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Program.

Sebagai pelaksana Badan Pengendalian Lingkungan Hidup meliputi Bidang Tata Kelola Lingkungan, yang terdiri dari Sub Bidang Penyelarasan dan Evaluasi Lingkungan Hidup Strategis, serta Sub Bidang Pengkajian AMDAL dan Teknologi Lingkungan; Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan yang terdiri dari Sub Bidang Pemantauan Pencemaran Lingkungan dan Sub Bidang Pembinaan Pengendalian Pencemaran Lingkungan; Bidang Konservasi Sumber Daya Alam yang terdiri dari Sub Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan, serta Sub Bidang Penaatan Hukum Lingkungan.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya Badan Pengendalian Lingkungan Hidup didukung oleh Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Laboratorium Lingkungan yang dikepalai oleh Kepala UPTB yang bertanggung jawab langsung terhadap Kepala Badan, dan para Manajer yang terdiri dari Manajer Mutu, Manajer Administrasi, Manajer Teknik (Penyelia Penguji dan Penyelia PPC) serta Jabatan Fungsional.

Dalam rangka mengantisipasi tantangan terhadap kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dengan perubahan iklim secara global (climate change) dan pembangunan di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat yang maju, sejahtera, dan mandiri, serta guna mendukung terwujudnya visi pembangunan Kabupaten Ciamis, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menetapkan Visi :

Terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Menuju Masyarakat Kabupaten Ciamis yang Sejahtera Tahun 2014

Visi di atas dapat dijabarkan bahwa untuk memenuhi aspirasi masyarakat Kabupaten Ciamis dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan bagi generasi sekarang dan yang akan datang, dilaksanakan melalui pengelolaan lingkungan hidup yang baik untuk menjamin pembangunan agar berjalan selaras dan serasi antara kepentingan pembangunan masa kini dan akan datang.

Misi yang ditempuh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis untuk mencapai Visi tersebut adalah :

1.Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan instrumen perlindungan / pengelolaan lingkungan hidup.

2.Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

3.Meningkatkan koordinasi, fasilitasi pengembangan manajemen pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

4.Meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan untuk keberhasilan tersebut, perlu ditetapkan tujuan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis, yang ditempuh melalui penetapan beberapa sasaran yang satu dengan yang lainnya saling terkait.

Tujuan, dan sasaran dari masing-masing misi dijabarkan sebagai berikut :

Misi 1 : Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan instrumen perlindungan / pengelolaan lingkungan hidup.

Tujuan yang ingin dicapai adalah :

Meningkatkan profesionalisme lembaga pengelola lingkungan hidup dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Meningkatnya kelancaran pelayanan/administrasi perkantoran

Meningkatnya kualitas sumber daya manusia bidang lingkungan hidup

Terakreditasinya laboratorium lingkungan

Tersedianya produk hukum bidang lingkungan hidup

Misi 2 : Meningkatkan upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Tujuan yang ingin dicapai adalah : Mengendalikan tingkat pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sesuai baku mutu.

Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah : Terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Misi 3 : Meningkatkan koordinasi, fasilitasi pengembangan manajemen pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah : Mewujudkan manajemen pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan berkelanjutan.

Sasaran yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah :

Terintegrasinya dan diterapkannya pertimbangan pelestarian lingkungan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Meningkatnya koordinasi pengelolaan kawasan konservasi / lindung.

Misi 4 : Meningkatkan kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.Tujuan yang ingin dicapai adalah :-Meningkatkan penyebaran informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Sasaran yang ingin dicapai adalah :

Meningkatnya kualitas informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Guna mencapai tujuan dan sasaran pembangunan bidang lingkungan hidup maka diperlukan serangkaian strategi yang dijabarkan dalam arah kebijakan dan strategi program.

Kebijakan merupakan pedoman pelaksanaan tindakan yang mengandung persepsi dan tekanan khusus yang diperlukan untuk menyusun strategi guna mencapai tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis.

Adapun langkah strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran adalah sebagai berikut :

Strategi untuk mencapai Misi 1, melalui kebijakan :

Peningkatan sarana prasarana pengelolaan lingkungan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, masyarakat, dan dunia usaha.

Peningkatan kualitas laboratorium lingkungan

Penyusunan produk hukum bidang lingkungan

Strategi untuk mencapai Misi 2, melalui kebijakan :

Peningkatan pelayanan pencegahan pencemaran lingkungan (air, udara, tanah). Peningkatan pembinaan pengendalian pencemaran dan pemantauan kualitas lingkungan. Penegakkan hukum lingkungan.Strategi untuk mencapai Misi 3, melalui kebijakan :

Pengintegrasian dan penerapan pertimbangan pelestarian lingkungan dalam perencanaan pembangunan.

Peningkatan koordinasi dan fasilitasi pengelolaan kawasan lindung.

Strategi untuk mencapai Misi 4, melalui kebijakan :

Peningkatan pendidikan lingkungan hidup.

Peningkatan sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup.

1.5. DASAR HUKUM

Dasar hukum dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis, yaitu :

a. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005, tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

d. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

e. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.

f. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Pencemaran Kualitas Air.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 Lampiran I dan II tentang Persyaratan Air Bersih.

h. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

i. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 16 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2005-2025.j. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ciamis Tahun 2009-2014.k. Peraturan Bupati Ciamis Nomor 11A Tahun 2010 tentang Petunjuk Penyusunan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ciamis.

l. Keputusan Bupati Ciamis Nomor 065/Kpts.279A-Huk/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Urusan Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.

1.6. MAKSUD DAN TUJUAN

a. Maksud

Maksud dari penyusunan pelaporan penerapan dan pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup adalah sebagai bahan evaluasi pelaksanaan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.b. Tujuan

Adapun tujuannya adalah :

1. Mengukur realisasi setiap indikator dan batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.

2. Menilai sinkronisasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.

3. Menilai efektifitas Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis.

BAB IIPENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN CIAMIS2.1. Jenis Pelayanan Dasar

Pelayanan dasar bidang lingkungan hidup merupakan jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik dan sehat secara berkelanjutan. Mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, maka jenis Pelayanan Dasar SPM Bidang Lingkungan Hidup yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis terdiri dari :

1. Pelayanan pencegahan pencemaran air.2. Pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak.

3. Pelayanan penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.4. Pelayanan tindak lanjut laporan/pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.2.2. Indikator-indikator dan Nilai SPM Bidang Lingkungan Hidup dan Batas Waktu PencapaianIndikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.

Adapun batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan bidang lingkungan hidup secara bertahap sesuai dengan indikator dan nilai yang ditetapkan.

a. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air

Pencegahan pencemaran air adalah tindakan secara manajemen/administratif dan secara teknis yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran.

Indikator kinerja pelayanan pencemaran air adalah jumlah pelaku usaha/kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air.

Adapun cara penghitungannya adalah sebagai berikut :Persentase (%) jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air=Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air

Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang diawasiX 100%

Persyaratan administrasi pencegahan pencegahan air adalah antara lain :

1. Memiliki Dokumen Lingkungan (Amdal, UKL/UPL, SPPL atau sejenisnya).

2. Memiliki Ijin Pembuangan Air Limbah

3. Membuat Laporan Rutin implementasi Dokumen Lingkungan (Amdal, UKL/UPL, SPPL atau sejenisnya).

Persyaratan Teknis pencegahan pencemaran air, antara lain :1. Melakukan pengolahan air limbah,

2. Memisahkan saluran pembuangan air hujan dan air limbah3. Saluran air limbah yang kedap air, dan tidak ada kebocoran saluran.

4. Memasang alat pengukur debit air5. Tidak melakukan pengenceran air limbah

6. Melakukan pencatatan pH dan debit harian

7. Melakukan analisa laboratorium air limbah secara berkala.

b. Pelayanan Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak

Indikator Kinerja Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari sumber tidak bergerak adalah jumlah pelaku usaha dan/ atau kegiatan yang menaati persyaratan administrasi dan teknis pengendalian pencemaran udara.Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut :

Persentase (%) jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara.=Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang telah memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara

Jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yang telah diinventarisasiX 100%

Persyaratan administratif antara lain izin usaha dan/atau kegiatan, analisis mengenai dampak lingkungan hidup, upaya pemantauan lingkungan hidup, dan upaya pengelolaan lingkungan hidup.

Persyaratan teknis antara lain melakukan pengolahan emisi udara sehingga memenuhi baku mutu emisi yang telah ditetapkan, cerobong dilengkapi lubang sampling, lantai kerja, tangga, dan pagar pengaman limbah, serta melakukan pemantauan emisi secara rutin atau sewaktu-waktu sesuai keperluan.

c. Pelayanan Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassaIndikator kinerja pelayanan penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa adalah persentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut :a.Penetapan status kerusakan lahan dan/atau tanah melalui keputusan bupati/walikota.

b.Penyampaian informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah melalui media cetak, media elektronik, dan/atau papan pengumuman.

Adapun cara perhitungannya adalah :Persentase (%) luasan lahan yang ditetapkan dan diinformasikan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.=Luasan lahan yang telah ditetapkan dan diinformasikan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa pada tahun berjalan

Luasan lahan yang diperuntukkan sebagai lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassax 100%

Luas lahan yang diperuntukkan sebagai lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa merupakan lahan yang diperuntukkan sebagai lahan pertanian, lahan perkebunan, dan kawasan hutan tanaman (produksi), serta ruang terbuka hijau yang terdapat pada rencana tata ruang wilayah provinsi atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.

Penyampaian informasi status kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah hasil pengukuran kriteria baku kerusakan tanah yang diinformasikan kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik atau papan pengumuman.

Pelaksanaan pengendalian kerusakan lahan/tanah untuk produksi biomassa dilakukan :

1) Penetapan kriteria baku kerusakan tanah daerah;

2) Penetapan kondisi dan status kerusakan lahan dan/atau tanah;

3) Pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan/tanah;

4) Pengaturan pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah;

5) Penanggung jawab usaha/kegiatan.

d. Pelayanan Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidupIndikator kinerja pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup adalah jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti.Persentase (%) jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti=Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti

Jumlah pengaduan yang diterima instansi lingkungan hidup kabupaten dalam satu tahun.X 100%

Meningkatnya kegiatan pembangunan yang melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan telah mengakibatkan dampak negatif berupa timbulnya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kondisi tersebut didukung oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat menyebabkan meningkatnya laporan/pengaduan masyarakat ke Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis.

Untuk menangani laporan/pengaduan masyarakat terkait dengan pencemaran/perusakan lingkungan hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dan mengelola serta menindaklanjuti laporan/pengaduan yang disampaikan sehingga dapat dilakukan penyelesaian terhadap kasus tersebut.Adapun jenis pelayanan, indikator, dan batas waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten Ciamis adalah sebagaimana tabel berikut :NO.JENIS PELAYANANINDIKATORNILAIBATAS WAKTU PENCAPAIANTARGET TAHUNAN

2010201120122013

1.Pelayanan Pencegahan Pencemaran AirJumlah usaha dan/atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air.100%4 tahun40%60%80%100%

2.Pelayanan Pencegahan Pencemaran UdaraJumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pengendalian pencemaran udara.100%3 tahun40%60%80%100%

3.Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan dan Tanah untuk Produksi BiomassaPersentase luasan lahan yang telah ditetapkan status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang diinformasikan.

100%3 tahun-40%80%100%

4.Pelayanan Tindak Lanjut Laporan/ Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan atau Perusakan LingkunganJumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti.90%4 tahun60%70%80%90%

2.3. Target Pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup dan Realisasinya

Adapun Target Pencapaian SPM LH dan Realisasi Pencapaiannya di Kabupaten Ciamis Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

No.Jenis

PelayananTarget

NasionalTarget

DaerahRealisasiKeterangan

1.Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air100 %100 %100 %Dari 14 kegiatan/usaha yang dipantau, semuanya memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran air

2.Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak100 %100 %100%Dari 8 kegiatan/usaha yang dipantau, semuanya memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara

3.Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan/Tanah untuk Produksi Biomassa100 %100 %-Target tidak tercapai karena kegiatan yang mendukung pencapaian SPM ini mengalami gagal lelang

4.Pelayanan Tindak Lanjut Laporan/ Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup90 %100%100 %Dari 10 kasus yang dilaporkan, semuanya ditindaklanjuti

2.4. Alokasi Anggaran Alokasi anggaran ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Ciamis Tahun Anggaran 2014 untuk mendukung penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup antara lain :

No.Jenis

PelayananAPBD

(Rp)Sumber lain yang sahKeterangan

SumberJumlah

(Rp.)

1Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air80.000.000

-

-

APBD Kabupaten

2Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak

3Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan/Tanah untuk Produksi Biomassa0---

4Pelayanan Tindak Lanjut Laporan/Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup30.000.000--APBD Kabupaten

2.5. Dukungan Personil

Jumlah personil atau pegawai yang terlibat dalam proses penerapan dan pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup di Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis antara lain :No.Jenis

PelayananSDMUnitJumlah Pegawai

Pendidikan

TerakhirPNS/Non PNSLainnya

1.Pelayanan Pencegahan Pencemaran AirS.1PNS-BPLH8

2.Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak BergerakS.1PNS-BPLH8

3.Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan/Tanah untuk Produksi BiomassaS.2, S.1PNS-BPLH4

4.Pelayanan Tindak Lanjut Laporan/Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan HidupS.2, S.1PNS-BPLH4

2.6. Permasalahan dan SolusiBerdasarkan hasil pemantauan terhadap pelaksanaan SPM bidang lingkungan hidup terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi baik internal maupun eksternal. Permasalahan internal diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya sumber daya manusia (SDM) bidang lingkungan hidup, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, termasuk tenaga analis laboratorium lingkungan;

2. Belum ada Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH);

3. Belum terakreditasinya laboratorium lingkungan hidup;

4. Keterbatasan anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten Ciamis.

Solusi Permasalahan Internal adalah sebagai berikut :

1. Penambahan jumlah SDM, berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat Kabupaten Ciamis serta peningkatan kualitas SDM melalui pengiriman tenaga teknis untuk mengikuti pendidikan, kursus, pelatihan, workshop, magang, dan lain-lain.

2. Pengadaan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan PPLH;

3. Proses Akreditasi laboratorium lingkungan secara bertahap harus dilakukan, dengan menyiapkan persayaratan administrasi maupun teknis yang diperlukan.

4. Perlunya dukungan anggaran dari Pusat maupun Provinsi sehingga SPM Bidang Lingkungan Hidup di daerah dapat diselenggarakan secara optimal.

Adapun permasalahan eksternal diantaranya adalah sebagai berikut :1. Pada umumnya Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibuat oleh pelaku usaha/kegiatan belum sesuai standar teknis, sehingga kualitas air limbah yang belum memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan, dan belum dilengkapi dengan alat pengukur debit air, sehingga kesulitan dalam penghitungan beban pencemarnya.

2. Sebagian besar pelaku usaha/kegiatan merupakan industri UKM/skala rumah tangga seperti industri tahu-tempe, industri tepung tapioca/sagu aren, nata de coco, makanan ringan, dan lain-lain. Kondisi ini menyebabkan mereka sulit untuk membuat IPAL yang sesuai standar teknis karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.

3. Berdasar hasil inventarisasi terhadap sumber tidak bergerak yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara, pada umumnya cerobong emisi sumber tidak bergerak yang ada belum sesuai standar, dan belum diilengkapi dengan tangga dan platform serta pagar pengaman untuk mengecek emisi cerobong.

4. Beberapa kasus pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air akibat limbah kegiatan/usaha yang berulang setiap musim kemarau.Solusi Permasalahan Eksternal diantaranya sebagai berikut :

1. Pelatihan teknis pengelola Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada para pelaku usaha dan/ atau kegiatan.

2. Pemasangan alat pengukuran debit air di setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk memudahkan penghitungan beban pencemar air.

3. Pembangunan IPAL UKM/IPAL Komunal yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis.

4. Pembinaan kepada pelaku usaha dan/ atau kegiatan agar membangun cerobong yang sesuai standar teknis.5. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan aparat desa/kecamatan agar penanganan kasus pencemaran lingkungan dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan tuntas.2.7. Sinkronisasi Pelaksanaan SPMDalam rangka efisiensi dan efektifitas dalam penerapan dan pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis selaku penyelenggara SPM Bidang Lingkungan Hidup telah melaksanakan sinkronisasi dengan Bagian Organisasi Setda Kabupaten Ciamis dalam penentuan target pencapaian SPM, dan Bappeda Kabupaten Ciamis dan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal perencanaan penganggaran.

Di samping itu koordinasi dilakukan dengan instansi terkait di tingkat kabupaten, pusat, maupun provinsi, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam pelaksanaan, serta pelaporannya.BAB III

PROGRAM DAN KEGIATAN 2014

3.1. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air

Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air dilaksanakan pada Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Sub Bidang Pemantauan Pencemaran Lingkungan bekerjasama dengan UPTB Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kab. Ciamis, dengan Program kegiatan sebagai berikut :

Program:Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Kegiatan:Pemantauan Kualitas Lingungan (air dan udara)

Jumlah Dana: Rp. 80.000.000,-

Pemantauan Kualitas Lingkungan adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk membantu pemerintah dalam menetapkan status mutu lingkungan sehingga dapat memberikan informasi mengenai kondisi mutu lingkungan yang menunjukan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu media lingkungan dalam waktu tertentu dengan membandingkan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan Kegiatan sebagai berikut : (Terlampir matrik pelaksanaan kegiatan pemantauan pencemaran air dan udara).

a. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud dan Tujuan Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan adalah

1. Membantu Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam pengambilan kebijakan dalam bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Ciamis.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas lingkungan di Kabupaten Ciamis.

3. Menentukan prioritas sumber air berdasarkan daya dukung dan daya tampung beban pencemaran air pada sumber air.

4. Mengetahui faktor penyebab menurunnya kualitas lingkungan di Kabupaten Ciamis.

5. Memberikan informasi mengenai kondisi mutu lingkungan yang menunjukan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu media lingkungan dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkanb. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan pemantauan kualtas lingkungan adalah :

Tersedianya data hasil pemantauan kualtas lingkungan di Kabupaten Ciamis, agar dapat digunakan sebagai bahan pengambilan kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Ciamis.

c. Ruang Lingkup Kegiatan :

Kegiatan Pemantauan kualitas air sungai di Kabupaten Ciamis meliputi kegiatan:

1. Penentuan lokasi pemantauan

2. Pelaksanaan pengambilan sampling

3. Pelaksanaan analisis laboratorium

4. Pengolahan dan intrepretasi data

5. Penyusunan laporan.

Melalui Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan ini pelaksanaan SPM Bidang Lingkungan Hidup yaitu pelayanan pencegahan pencemaran air berupa pemantauan penaatan terhadap persyaratan admnistrasi dan teknis pencegahan pencemaran air limbah para pelaku usaha/kegiatan di Kabupaten Ciamis Untuk tahun anggaran 2014 pelaku usaha/kegiatan yang dipantau adalah :

1) Pabrik Pengolahan Karet PD Nugraha

2) Pabrik Ayam Petelur Mulyajaya Farm

3) Pabrik Aci Tapioka Cilewo

4) SPBU Situ Mandala

5) Pabrik Aci Tapioka Tonjonggoong

6) Pabrik Aci Tapioka Ciwalen

7) Pabrik Pengolahan Karet PTPN VIII Cikupa

8) Pabrik Pengolahan Karet PT Abadi Fitrah Lestari

9) Pabrik Aci Tapioka Bunter.

10) Pengusaha Tahu Cahaya Dinar

11) Rumah Al- Arief

12) Rumah Sakit Umum Daerah

13) Rumah Sakit Permata Bunda

14) Rumah Sakit Harapan Bunda

d. Parameter Uji yang digunakan adalah parameter inti, yaitu :

pH, TSS, BOD, COD, Amoniak Total, Klorin Bebas (Kl) dan Sianida (Cn)

e. Waktu Pelaksanaan sampling

Pengambilan sampling untuk pelaku usaha kegiatan dilakukan setahun 1(satu) kali pada 2 (dua) titik, yaitu pada inlet dan outlet IPAL.

f. Hasil Pemantauan di lokasi kegiatan :

1. Pabrik Pengolahan Getah Karet PD Nugraha Maleber

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet Penampungan Limbah

PD Nugraha yang berlokasi di Kelurahan Maleber Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.190235 Lintang Selatan dan 108.200883 Bujur Timur pada ketinggian 232 mdpl.

Gambar 3.1

Lokasi Pengambilan Air Limbah Industri Karet

b. Keadaan Pabrik

Keadaan pabrik pengap dan berbau menyengat. IPAL PD Nugraha berupa satu kolam yang menampung seluruh air sisa proses dan overflow-nya masuk ke sungai. Sampel air hitam dan berbau menyengat.

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter menunjukan bahwa kualitas air limbah tersebut Tidak Memenuhi Baku Mutu Air Limbah yaitu parameter TSS, Amonia Total, BOD dan COD, menurut SK Gubernur Jawa Barat No 06 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kagiatan Industri di Jawa Barat.

2. Pabrik Ayam Petelur Mulya Jaya Farm

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet penampungan air sisa kegiatan dari ayam petelur Mulyajaya Farm Desa Sindang Herang Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis di koordinat 07.090544 Lintang Selatan dan 108.110921 Bujur Timur pada ketinggian 495 m dpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan ayam petelur tersebut berada di sekitar daerah Pertanian dengan sedikit Pemukiman warga yang merupakan daerah peternakan ayam untuk memasok daerah Ciamis dan sekitarnya. Adapun saluran sebagai pembuangan limbah pabrik berupa kolam ikan yang mengarah ke badan air yang merupakan DAS Citanduy yang berada dibagian hulu Sungai tersebut.

Gambar 3.2

Lokasi Pengambilan Air Limbah Ayam Petelur Mulya jaya Farm

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter Cadmium, menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 06 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

3. Pabrik Aci Tapioka Cilewo

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet dan inlet kolam penampungan air limbah Pabrik Aci Tapioka Cilewo di Desa Karya Mulya Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.180294 Lintang Selatan dan 108.300047 Bujur Timur pada ketinggian 294 mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan aci tapioka tersebut berada di dekat Sungai Ciliung yang mengalir dari arah utara menuju selatan yang bermuara ke DAS Citanduy. Daerah sekitar merupakan daerah lahan pertanian kering dan tepat berada di dekat jalan akses menuju Ciamis bagian Tenggara. Adapun bahan baku singkong yang menjadi komoditas utama berasal dari sekitar wilayah Ciamis bahkan didatangkan dari luar Propinsi Jawa Barat.

Gambar 3.3

Lokasi Pengambilan Air Limbah Industri Aci Tapioka

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai airLimbah untuk parameter BOD dan COD, menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 06 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

4. Oil Chater SPBU Situmandala Rancah

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air limbah oil chather dilakukan di SPBU 3.46312 milik H. Tedi yang berlokasi di Desa Situmandala Kecamatan Rancah Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.12366 Lintang Selatan dan 108.30141 Bujur Timur pada ketinggian 370 mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan SPBU Situmandala adalah sebagai pemasok bahan bakar premium dan solar bagi masyarakat Rancah dan sekitarnya.

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter Krom Total dan Timbal, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 51 tahun 1995 Lampiran B VIII tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 5. Pabrik Aci Tapioka Tonjonggoong

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet dan inlet kolam penampungan air limbah Pabrik Aci Tapioka Tonjonggoong yang berlokasi di Desa Tonjonggoong Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.300064 Lintang Selatan dan 108.310067 Bujur Timur pada ketinggian 253 mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan aci tapioka tersebut berada di dekat Sungai Ciputrahaji bagian hulu yang mengalir dari arah pegunungan Geger Bentang menuju Selatan yang bermuara ke DAS Citanduy. Daerah sekitar merupakan daerah perbukitan dengan tanaman keras dan berada di dekat hutan. Adapun bahan baku singkong yang menjadi komoditas utama berasal dari sekitar wilayah Ciamis bahkan didatangkan dari luar Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3.5

Lokasi Pengambilan Air Limbah industri Aci Tapioka

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter BOD dan COD, menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 06 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

6. Pabrik Aci Tapioka Ciwalen

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet kolam penampungan air limbah Pabrik Aci Tapioka Ciwalen yang berlokasi di Desa Payungsari Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.09531 Lintang Selatan dan 108.11954 Bujur Timur pada ketinggian - mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan Aci Tapioka tersebut berada di dekat Sungai Ciwalen yang mengalir dari arah pegunungan Madati menuju selatan yang bermuara ke DAS Citanduy. Daerah sekitar merupakan daerah lahan pertanian kering dan tepat berada di dekat jalan akses menuju Ciamis bagian Utara. Adapun bahan baku singkong yang menjadi komoditas utama berasal dari sekitar wilayah Ciamis bahkan didatangkan dari luar Propinsi Jawa Barat.

Gambar 3.6

Lokasi Pengolahan Aci Tapioka

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter BOD, COD, Clorin Bebas dan TSS, menurut KepMen LH Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Kegiatan Industri.

7. Pabrik Pengolahan Karet PTP Nusantara VIII Cikupa

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet dan inlet kolam penampungan air limbah Pabrik Pengolahan Karet PT Perkebunan Nusantara VIII Cikupa yang berlokasi di Desa Cikupa Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.310266 Lintang Selatan dan 108.280798 Bujur Timur pada ketinggian 266 mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan karet PT Perkebunan Nusantara VIII Cikupa merupakan pabrik pengolah getah karet terbesar di Kabupaten Ciamis, dengan perkebunan tersebar di wilayah Kecamatan Banjarsari dan Pamarican. Lokasi tersebut berada ditengah lokasi perkebunan dengan topografi yang berbukit-bukit. Komoditi karet yang dihasilkan dikirim ke berbagai negara maju untuk dijadikan bahan baku.

Gambar 3.7

Lokasi Pengolahan Industri Karet

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter Sulfida dan COD, menurut SK Gubernur Jawa Barat Nomor 06 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

8. Pabrik Karet PT Abadi Fitrah Lestari

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet dan inlet kolam penampungan air limbah Pabrik Karet PT Abadi Fitrah Lestari Surna yang berlokasi di Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis pada titik koordinat 07.25447 Lintang Selatan dan 108.31318 Bujur Timur pada ketinggian 157 mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan karet PT Abadi Fitrah Lestari ini berada di dekat aliran Sungai Ciseel yang mengalir dari arah pegunungan Geger Bentang menuju selatan yang bermuara ke DAS Citanduy. Daerah sekitar merupakan daerah perkebunan dan tepat berada di dekat jalan akses menuju Ciamis bagian Selatan. Adapun bahan baku karet tersebut yang menjadi komoditas utama berasal dari perkebunan sekitar wilayah Ciamis.

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter BOD dan COD dan TSS, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 51 Tahun 1995 pada Lampiran B VI tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

9. Pabrik Aci Tapioka Bunter

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet dan inlet kolam penampungan air limbah Pabrik Aci Tapioka Bunter yang berlokasi di Desa Bunter Kecamatan Sukadana yang berada pada titik koordinat E.108.29.248 dan S. 07.17.500 pada ketinggian 185 Mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Pengolahan Limbah PA. Tapioka Bunter berada di aliran sungai cirende tengah, air limbah dialirkan melalui IPAL sederhana tetapi tidak difungsikan secara optimal, bak tidak dibersihkan secara rutin, yang akhitnya sisa air limbah meningkat menyebabkan meningkatnya pH air dan menimbulkan bau. IPAL tidak sesuai dengan kapasitas pabrik dan dialirkan sebagian langsung ke badan air.

Gambar 3.7

Lokasi Pengambilan Air Limbah industri Aci Tapioka

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter TSS , pH dan COD, dan BOD menurut Keputusan Menteri LH Nomor 51 tahun 1995 Lampiran B VIII tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

10. Pengusaha Tahu Cahaya Dinar

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air limbah pengolahan tahu Cahaya Dinar berlokasi di Desa Mekarmukti Kecamatan Cipaku terletak pada titik koordinat S. 07.15.376 dan E.108.21.607 pada ketinggian 285 Mdpl.

b. Keadaan Pabrik

Kegiatan pengolahan Tahu Cahaya Dinar berada di daerah hulu dan aliran air menuju ke sungai Cibuyut.

Daerah sekitar merupakan daerah pemukiman padat penduduk, perbukitan dan pesawahan. Masyarakat di Daerah tersebut mayoritas merupakan pengusaha tahu. Pengusaha Tahu Cahaya Dinar Cipaku, mengalirkan limbah melalui parit ke kebun milik pemilik dan ke sawahnya. Air limbah diambil dari kolam penampungan air limbah di pabrik sebelum masuk ke aliran air yang menuju ke kebun tersebut.

Gambar 3.10

Lokasi Pengusaha Tahu Cahaya Dinar

c. Kualitas Air Limbah

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter BOD dan pH, menurut Permen LH Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Pengolahan Kedelai.

11. Rumah Sakit Al-Arif

a. Lokasi Pengambilan sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet IPAL RS Al-Arif Desa Baregbeg Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis di koordinat 07.180108 Lintang Selatan dan 108.230549 Bujur Timur pada ketinggian 288 m dpl.

Gambar 3.11

Lokasi Pengambilan Air Limbah Rumah Sakit Al Arif

b. Keadaan Rumah Sakit Al-Arif

IPAL RS Al-Arif berupa kolam beton yang menampung seluruh air sisa pemakaian dan overflow-nya masuk ke sungai. Sampel air keruh dan berbau menyengat.

c. Kualitas Air Limbah RS Al-Arif

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter TSS , dan COD, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 58 tahun 1995 Lampiran B tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

12. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciamis

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet IPAL RSUD Ciamis, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis di koordinat 07.200096 Lintang Selatan dan 108.210552 Bujur Timur pada ketinggian 218 m dpl.

Gambar 3.12

Lokasi Pengambilan Air Limbah Rumah Sakit RSUD Ciamis

b. Keadaan Rumah Sakit

IPAL RSUD berupa equipment-equipment yang terdiri dari tangki penampung, reaktor, adsorber dan pompa-pompa. Air sisa kegiatan Rumah Sakit ditampung di kolam beton yang tertutup, setelah mencapai level tertentu, diolah oleh IPAL. Sampel air agak keruh dan tetapi tidak berbau.

c. Kualitas Air Limbah RSUD

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter , dan COD, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 58 tahun 1995 Lampiran B tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

13. Rumah Sakit Permata Bunda

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet IPAL RS Permata Bunda Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis di koordinat 07.200315 Lintang Selatan dan 108.210627 Bujur Timur pada ketinggian 210 m dpl.

b. Keadaan Rumah Sakit

IPAL RS Permata Bunda berupa kolam-kolam beton tertutup yang menampung seluruh air sisa pemakaian dan overflow-nya masuk ke sungai. Sampel air keruh dan berbau menyengat.

c. Kualitas Air Limbah RS Permata Bunda

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter TSS , pH, BOD dan COD, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 58 tahun 1995 Lampiran B tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

14. Rumah Sakit Harapan Bunda

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air dilakukan di outlet IPAL RS Harapan Bunda Kelurahan Kertasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis di koordinat 07.190649 Lintang Selatan dan 108.200442 Bujur Timur pada ketinggian 235 m dpl.

b. Keadaan Rumah Sakit

IPAL RS Harapan Bunda berupa kolam-kolam beton tertutup yang menampung seluruh air sisa pemakaian dan overflow-nya masuk ke selokan. Sampel air keruh dan berbau menyengat.

c. Kualitas Air Limbah RS Harapan Bunda

Berdasarkan hasil pengujian lapangan dan laboratorium terhadap beberapa parameter yang dapat dianalisis menunjukan bahwa ada parameter yang Tidak Memenuhi Baku Mutu sebagai air Limbah untuk parameter TSS , BOD, pH dan COD, menurut Keputusan Menteri LH Nomor 58 tahun 1995 Lampiran B tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

Gambar 3.15

Lokasi Pengambilan Air Limbah Rumah Sakit RSUD Ciamis

3.2. Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara

Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dilaksanakan oleh Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Sub Bidang Pemantauan Pencemaran Lingkungan bekerjasama dengan UPTB Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kab. Ciamis, dengan program kegiatan sebagai berikut :

Program:Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Kegiatan:Pemantauan Kualitas Lingkungan

Jumlah Dana: Rp. 80.000.000,-

Catatan : Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan meliputi pemantauan pencemaran air dan udara.

a. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud :

Mendapatkan informasi atau gambaran kualitas udara dari sumber tidak bergerak (pelaku usaha dan/kegiatan) di Kabupaten Ciamis sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambikan kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten. Ciamis.

Tujuan :

1. Mengukur kualitas udara sumber tidak bergerak (pelaku usaha/kegiatan) di Kabupaten Ciamis.

2. Mengidentifikasi trend kualitas udara sumber tidak bergerak di Kabupaten Ciamis.

3. Memantau penaatan pelaku usaha/ kegiatan dalam pengelolaan kualitas udara di lingkungan pabrik.4. Menginventarisasi sumber-sumber pencemar di Kabupaten. Ciamis.b. Ruang Lingkup Kegiatan :

Kegiatan Pemantauan kualitas udara di Kabupaten Ciamis meliputi kegiatan:

1. Penentuan lokasi pemantauan

2. Pelaksanaan pengambilan sampling

3. Pelaksanaan analisis laboratorium

4. Pengolahan dan intrepretasi data 5. Penyusunan laporan.Dalam pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak, pemantauan penaatan terhadap persyaratan admnistrasi dan teknis para pelaku usaha/kegiatan yang diinventarisasi antara lain :

NoNama Jenis Usaha/Kegiatan Yang Potensial Mencemari UdaraAlamatKeterangan

1RSUD CiamisKec. CiamisMoU dengan PT. Jasa Medivest

2RS Permata BundaKec. CiamisMoU dengan PT. Jasa Medivest

3RS Al-ArifKec. BaregbegMoU dengan PT. Jasa Medivest

4RS Harapan BundaKec. CiamisMoU dengan PT. Jasa Medivest

5PMIKec. CiamisMoU dengan PT. Jasa Medivest

6CV.Andika Pakan TernakKec. Cikonengada cerobong tetapi belum memenuhi standar

7.PT. Inca Mutiara MasKec. Cisagaada cerobong tetapi belum memenuhi standar

8.PT. Injakayu TerpaduKec. Panawanganada cerobong tetapi belum memenuhi standar

c. Parameter Uji yang digunakan adalah parameter inti, yaitu sesuai dengan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara sumber tidak bergerak.

d. Waktu Pelaksanaan sampling

Pengambilan sampling dilaksanakan setahun 1 (satu) kali ke masing-masing pelaku usaha kegiatan dilakukan pengambilan sampling di 3 titik yaitu1 (satu) titik, yaitu di luar pabrik, 1 (satu) titik di dalam pabrik dan 1 (satu) titik di belakang pabrik.

e. Hasil Pemantauan di lokasi kegiatan :

1. PT. Inca Mutiara Mas

a. Lokasi Kegiatan

PT. Inca Mutiara Mas, berlokasi di Kecamatan Cisaga pada titik koordinat

b. Keadaan pabrik

Berdasarkan pemantauan di lapangan, cerobong asap milik PS. Andika Pakan Ternak belum memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara sumber tidak bergerak. Maka sampel dari cerobong belum dapat diambil, sehingga kualtas udara di pabrik kurang baik, dan bau, serta kurangnya vegetasi tanaman di sekeliling pabrik, untuk meminimalisi akibat pencemaran udara

c. Kualitas Udara

Berdasarkan hasil analisa laboratorium dengan parameter uji partikulat diketahui bahwa maksimal 0,052 mg/m3 , minimal 0,002 mg/m3, Twa 0,04 mg/m3 , dan STEL 0,007 mg/m3 . Kebisingan di dalam berkisar pada 87 91 dB(A), di tengah 74 80 dB(A), dan di luar 62 78 dB(A).

Gambar 2.1

Lokasi Pengolahan Kayu PT. Inca Mutiara Mas

Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari sumber tidak bergerak (Pelaku usaha dan/ atau kegiatan) di Kabupaten Ciamis belum dapat dilaksanakan sesuai dengan standar SPM, karena keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia (SDM).

Pelaku usaha dan/ atau kegiatan yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis yaitu RSUD Kab. Ciamis, RS Permata Bunda, RS Harapan Bunda, RS Al Arif dan PMI Kabupaten Ciamis telah bekerjasama/ MoU dengan PT. Jasa Medivest yang merupakan perusahaan jasa pembuangan dan pemusnahan limbah medis.

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis dalam hal ini melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan MoU dengan PT. Jasa Medivest dengan terhadap waktu / jadwal pengambilan limbah, pengangkutan, penyimpanan dan kuantitas limbah yang diangkut tiap pengangkutan.

A. REALISASI/HASIL LAPORAN KEGIATAN PENYEDIAAN TINDAK LANJUT LAPORAN/PENGADUAN MASYARAKAT AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Realisasi pencapaian pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Ciamis pada tahun 2014 adalah Sebesar 100%. Hal ini diperhitungkan dari 10 (sepuluh) pengaduan yang diterima BPLH sepanjang tahun 2014 dan seluruhnya telah ditindaklanjuti sebagai berikut: B. Target kasus pada tahun 2014 sebanyak 10 (sepuluh) kasus s.d. bulan Desember 2014 telah terealisasi sebanyak 10 (Kasus) kasus maka pencapaian presentase pengaduan kasus sebanyak (100%) adapun penyampaian pengaduan tersebut dilakukan melalui :

a. Laporan (menggunakan formulir pengaduan) : 1 Pengaduan;b. Tertulis : 4 pengaduan;c. Media cetak : -d. Lisan : 5 Pengaduan Adapun tindak lanjut penanganan pengaduan adalah sebagai berikut :a. Tidak terbukti : 2 Kasus;b. Pembinaan : 5 Kasus;c. Terbukti pelanggaran : 3 Kasus ;2. Pengawasan Lingkungan;

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang bertindak untuk melakukan penganganan pengaduan kasus bidang lingkungan hidup dan/atau pengawasan ketaatan tehadap perizinan yaitu pejabat pengawas lingkungan hidup daerah (PPLHD), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 55 ayat 3 menegaskan bahwa Bupati dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada Pejabat/Instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

Berkenaan hal tersebut maka terbentuk Surat Keputusan Bupati Ciamis tentang Pendelegasian Kewenangan Pengawasan Lingkungan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor. 660.1/Kpts.616-Huk/2014 tentang Pendelegasian Sebagian Kewenangan Pengawasan Kepada Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis (SK Bupati Ciamis sebagaimana terlampir);

Dengan terbentuknya Surat Keputusan Bupati Ciamis tentang Pendelegasian Kewenangan Pengawasan Lingkungan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup maka dibentuklah Surat Keputusan Bupati Ciamis yang di tandatangani oleh Kepala BPLH Kabupaten Ciamis tentang Pembentukan Tim Verifikasi & Pengawasan Lingkungan pada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (SK Bupati Ciamis sebagaimana terlampir);

3. Pemberian sanksi administrative

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang bertindak untuk melakukan penganganan pengaduan kasus bidang lingkungan hidup dan/atau pengawasan ketaatan tehadap perizinan yaitu pejabat pengawas lingkungan hidup daerah (PPLHD), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 58 ayat 2 menegaskan bahwa dalam hal pemberian sanksi administrative berupa teguran tertulis dan paksaan Pemerintah dilaksanakan oleh Instansi yang membidangi Lingkungan Hidup.

Berkenaan hal tersebut, guna kelancaran maka terbentuk Surat Keputusan Bupati Ciamis tentang Pendelegasian Kewenangan Pengawasan Lingkungan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor. 660.1/Kpts.455-Huk/2014 (SK Bupati Ciamis sebagaimana terlampir);

4. Pembentukan pos pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

Dasar hokum pembentukan pos pelayanan pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

A.Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

Pasal 9 ayat (3) menegaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat;B.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Pasal 65 ayat (5) menegaskan bahwa setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;C. Standar Pelayanan Bidang LH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang LH Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;

Lampiran II menegaskan jenis pelayanan dasar bidang lingkungan hidup daerah Kabupaten/Kota diprioritaskan pada: 1. Pencegahan pencemaran air;2. Pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak;3. Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa;4. Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.D.Peraturan Mneteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 tentang Tatacara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

Pasal 10 ayat (2) menegaskan bahwa Penanganan pengaduan pada instansi yang bertanggungjawab di provinsi maupun kabupaten/kota dilaksanakan oleh unit kerja yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang penanganan pengaduan;E.Peraturan Bupati Ciamis Nomor 59 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi BPLH Kabupaten Ciamis;

Kepala Sub Bidang Penaatan Lingkungan mempunyai tugas pokok yang salah satunya yaitu : melaksanakan pengelolaan pengaduan kasus-kasus pencemaran lingkungan dan/atau sengketa lingkungan, dalam melakukan pengelolaan kasus pencemaran lingkungan dan/atau sengketa lingkungan.

Sehubungan hal tersebut, maka dibentuklah pos pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dengan Surat Keputusan Bupati Ciamis yang ditandatangani Oleh Kepala BPLH Kabupaten Ciamis Nomor.660.1/Kpts.31-BPLH/2014 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup (SK sebagaimana terlampir)3.3. Pelayanan Penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa.Pelayanan Informasi Status Kerusakan Lahan/Tanah untuk Produksi Biomassa dilaksanakan oleh Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, Sub Bidang konservasi Sumber Daya Alam dan Pemulihan Kerusakan Lingkungan, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kab. Ciamis, akan tetapi pada tahun 2014 tidak dilaksanakan karena keterbatasan anggaran dan SDM. Dengan demikian pelayanan penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa belum dapat dilakukan.Pada tahun 2011 telah dilakukan upaya inventarisasi kerusakan lahan/tanah ke lapangan sebagai data awal. Selanjutnya pada tahun 2012 dilakukan uji coba pengambilan sampel dan pengujian kualitas tanah dari beberapa titik lokasi yang mengalami kerusakan lahan akibat tekanan lingkungan. 3.4. Pelayanan Tindak lanjut laporan pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidupMeningkatnya kegiatan pembangunan yang melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan telah mengakibatkan dampak negatif berupa timbulnya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kondisi tersebut didukung oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendapatkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat menyebabkan meningkatnya laporan/pengaduan masyarakat ke Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis.

Untuk menangani laporan/pengaduan masyarakat terkait dengan pencemaran/perusakan lingkungan hidup, Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dan mengelola serta menindaklanjuti laporan/pengaduan yang disampaikan sehingga dapat dilakukan penyelesaian terhadap kasus tersebut.

Program dan Kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelenggarakan pelayanan tindak lanjut laporan/pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup adalah Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup / Kegiatan Penyediaan Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat Akibat Adanya Dugaan Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan Hidup, dengan anggaran sebesar Rp. 30.000.000; (Tiga Puluh Juta Rupiah) yang bersumber dari APBD Kabupaten Ciamis.

Realisasi pencapaian pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Ciamis pada tahun 2014 adalah sebesar 100% (Daftar terlampir). Hal ini diperhitungkan dari 10 (sepuluh) pengaduan yang diterima BPLH sepanjang tahun 2014 dan seluruhnya telah ditindaklanjuti sebagai berikut: C. Target kasus yang ditangani pada tahun 2014 sebanyak 10 (sepuluh) kasus s.d. bulan Desember 2014 telah terealisasi sebanyak 10 (Kasus) kasus maka pencapaian presentase pengaduan kasus sebanyak (100%). Adapun penyampaian pengaduan tersebut dilakukan melalui :

e. Laporan (menggunakan formulir pengaduan) : 1 Pengaduan;f. Tertulis : 4 pengaduan;g. Media cetak : -h. Lisan : 5 Pengaduan Adapun tindak lanjut penanganan pengaduan adalah sebagai berikut :d. Tidak terbukti : 2 Kasus;e. Pembinaan : 5 Kasus;f. Terbukti pelanggaran : 3 Kasus ;Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang bertindak untuk melakukan penganganan pengaduan kasus bidang lingkungan hidup dan/atau pengawasan ketaatan tehadap perizinan yaitu pejabat pengawas lingkungan hidup daerah (PPLHD), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 58 ayat 2 menegaskan bahwa dalam hal pemberian sanksi administrative berupa teguran tertulis dan paksaan Pemerintah dilaksanakan oleh Instansi yang membidangi Lingkungan Hidup.

Berkenaan hal tersebut, guna kelancaran maka terbentuk Surat Keputusan Bupati Ciamis tentang Pendelegasian Kewenangan Pengawasan Lingkungan kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor. 660.1/Kpts.455-Huk/2014. Di samping itu guna meningkatkan pelayanan pengaduan kasus lingkungan telah dibentuk pos pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

Dasar hukum pembentukan pos pelayanan pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

A.Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

Pasal 9 ayat (3) menegaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat;B.Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Pasal 65 ayat (5) menegaskan bahwa setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;D. Standar Pelayanan Bidang LH Nomor 20 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang LH Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;E. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2010 tentang Tatacara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

Pasal 10 ayat (2) menegaskan bahwa Penanganan pengaduan pada instansi yang bertanggungjawab di provinsi maupun kabupaten/kota dilaksanakan oleh unit kerja yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang penanganan pengaduan;E.Peraturan Bupati Ciamis Nomor 59 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Organisasi BPLH Kabupaten Ciamis;

Kepala Sub Bidang Penaatan Lingkungan mempunyai tugas pokok yang salah satunya yaitu : melaksanakan pengelolaan pengaduan kasus-kasus pencemaran lingkungan dan/atau sengketa lingkungan, dalam melakukan pengelolaan kasus pencemaran lingkungan dan/atau sengketa lingkungan.

Sehubungan hal tersebut, maka dibentuklah pos pengaduan masyarakat akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dengan Surat Keputusan Bupati Ciamis yang ditandatangani Oleh Kepala BPLH Kabupaten Ciamis Nomor.660.1/Kpts.31-BPLH/2014 tentang Pembentukan Pos Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1. KESIMPULANPenyelenggaraan SPM Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2014 di Kabupaten Ciamis telah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan, yaitu 4 (empat) jenis pelayanan yang terdiri dari : Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air, Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak, Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan/ Tanah untuk Produksi Biomassa, serta Pelayanan Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.Adapun dari aspek pencapaian target, dari keempat jenis pelayanan SPM Bidang Lingkungan Hidup ini, yang tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan ada 3 (tiga) yaitu Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air, Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak, serta Pelayanan Tindak Lanjut Laporan Pengaduan Masyarakat akibat adanya Dugaan Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Sedangkan Pelayanan Penyediaan Informasi Status Kerusakan Lahan/ Tanah untuk Produksi Biomassa belum dapat direalisasikan, penganggaran kegiatan yang mendukung pencapaian SPM ini akan direncanakan kembali pada tahun anggaran 2015.

Dalam melaksanakan SPM Bidang Lingkungan Hidup ini masih terdapat beberapa permasalahan atau kendala baik internal maupun ekternal yang membutuhkan penyelesaian.4.2. SARANGuna terselenggaranya SPM Bidang Lingkungan Hidup secara optimal, dibutuhkan dukungan moral maupun material dari semua pihak baik masyarakat, pemerintah, maupun dunia usaha.

Selanjutnya upaya-upaya perbaikan harus terus dilakukan melalui kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan serta penyelesaian berbagai kendala yang dihadapi.

Pemerintah Pusat dan Provinsi diharapkan dapat terus memberikan bimbingan teknis dan dukungan anggaran dalam penyelenggaraan SPM ini. Prosentase (%) jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti

10

=

X 100%

10

=

100%

Prosentase (%) jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti

10

=

X 100%

10

=

100%

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis