laporan Sifat Fisik Kimiawi Protein
-
Upload
muhammad-faisal-abdillah -
Category
Documents
-
view
66 -
download
7
description
Transcript of laporan Sifat Fisik Kimiawi Protein
PENGUJIAN SIFAT FISIK KIMIAWI PROTEIN
Muhammad Faisal Abdillah, 230110140064
Perikanan A, Kelompok 10
ABSTRAK
Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul protein. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia protein dengan perlakuan penambahan asam, basa dan pemanasan terhadap protein. Selain itu untuk memahami ikatan peptida pada protein, sifat koagulan protein baik amfoter maupun reversible. Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu pada perlakuan pertama perhitungan pH awal sampel daging ikan yaitu 6, kemudian ditambahkan 1mL asam atau basa pada daging ikan. Daging ikan yang telah diberi asam atau basa kemudian dipanaskan, setelah itu diukur pHnya. Kemudian diberi ninhidrin, dan dipanaskan kembali. Hasil pengamatan yang diperoleh adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi (gumpalan) yang bersifat amfoter. Selain daging ikan, sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah tulang ikan, kulit ikan, dan telur.
Kata kunci : Protein, Denaturasi, Koagulasi
PENDAHULUAN
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan
salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Secara kimia dapat dibedakan
antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung
zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk protein
kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya dinamakan
haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan.
Protein memiliki fungsi sebagai berikut : enzim, merupakan katalis biokimia, pengukur
pergerakan, alat pengangkut dan penyimpan, penunjang mekanisme tubuh, pertahanan tubuh
(imune atau anti-bodi), media perambatan impuls saraf, dan pengendali pertumbuhan.
(Lehninger, 1996)
Denaturasi protein merupakan proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik
bentuk protein akibat terjadinya gangguan pada struktur sekunder, tersier, dan kuaternernya
sehingga kembali ke struktur primer. Denaturasi protein dapat diartikan terjadinya kerusakan
struktur primer, sekunder, tersier dan struktur kuarterner protein, tetapi struktur primer (ikatan
peptida) masih utuh. Fungsi protein secara biokimia tergantung pada tiga dimensi bentuknya atau
susunan senyawa yang terdapat pada asam amino. Hasil denaturasi adalah hilangnya aktivitas
biokimia yang terjadi di dalam senyawa protein itu sendiri. Denaturasi protein tidak
mempengaruhi kandungan struktur utama protein yaitu C, H, O, dan N, meskipun beberapa
protein mengalami kemungkinan untuk kehilangan kandungan senyawa mereka saat terjadi
denaturasi. Namun, kebanyakan protein tidak akan mengalami hal tersebut, hanya saja tidak
menutup kemungkinan juga protein akan mengalami perubahan struktur skala kecil saat proses
denaturasi terjadi. Bagaimanapun, untuk perubahan denaturasi secara umum, prosesnya sama
dan tidak dapat diubah. ( Stoker, 2010)
Koagulasi adalah denaturasi protein akibat panas dan alkohol. Redenaturasi adalah
denaturasi protein yang berlangsung secara reveresibel. Panas dapat digunakan untuk
mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu
tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak
atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur
mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam mencerna
protein tersebut.
METODOLOGI
Praktikum Biokimia Perikanan tentang Pengujian sifat fisik kimiawi protein, dilakukan di
laboratorium FHA gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada
hari Selasa tanggal 3 November 2015 pukul 12.30 sampai 14.10 WIB.
Alat-alat yang digunakan antara lain: beaker glass digunakan untuk wadah atau tempat
sampel, hot plate digunakan untuk menghomogenkan sampel, pH meter digunakan untuk
mengukur pH awal maupun pH akhir setelah perlakuan, mortar digunakan untuk menghaluskan
atau menumbuk sampel hingga halus dan hancur, cawan petri digunakan untuk wadah sampel,
tabung reaksi digunakan untuk tempat mereaksikan sampel dengan larutan lain.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: NH3, NaOH, H2SO4, CH3COOH yang
digunakan untuk ditambahkan dengan sampel sesuai perlakuan; telur ayam mentah, ikan (daging,
tulang dan kulit) digunakan sebagai sampel yang akan diuji, pereaksi ninhidrin digunakan
sebagai pereaksi pada sampel sesuai perlakuan.
Prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Disimpan ke dalam cawan petri atau tabung reaksi
Diukur pH sampel
Ditambah 1, 3, 5 ml asam atau basa
Sampel dipanaskan
pH sampel diukur setelah perlakuan
Ditambah pereaksi ninhidrin
HASIL DAN PEMBAHASAN
kel Sampel pH awal
Perlakuan pH akhir
Pengamatan awal
Pengamatan AkhirAsam / Basa Pemanasan Ninhidrin
9Daging Ikan 3 gram
6
H2SO4 1Tekstur lunak, warna coklat merah
warna putih, lunak,
bau asam
warna coklat,
mengendap
tidak ada perubahanCH3COOH 2
warna putih, lunak,
bau cuka
warna tetap, menggumpal
Aquades 6warna
putih, lunak, bau amis
warna tetap, menggumpal
10Daging ikan 3 gram
6
NaOH 14tekstur lembut, warna coklat merah
warna coklat
warna coklat, bau
tengik
tidak ada perubahanNH3 11 warna krem
warna kuning,
menggumpal
Aquades 7 warna putihwarna
bening, menggumpal
11 Tulang Ikan
7
H2SO4 1
tekstur lunak
mengeras, warna putih
warna keruh, tekstur tetap
tidak ada perubahan
tidak ada perubahan
CH3COOH 3
warna keruh, tekstur tetap
Aquades 7 warna bening,
3 ml atau 3 gram sampel
Diamati dan catat perubahannya
tekstur tetap
12 Tulang Ikan
7
NaOH 13
tekstur lunak
mengeras, warna
putih, keluar sarinya
keruh, bau amis,
tekstur tetap
bau pesing, keruh
tidak ada perubahan
NH3 9
keruh, bau amis,
tekstur tetap
bau pesing, keruh
Aquades 7
keruh, bau amis,
tekstur tetap
bening, bau amis
13kulit ikan 7
H2SO4 1
lunak, bau amis, warna abu pucat
coklat pekat, tekstur
hancur, bau hilang
warna tetap, tekstur hancur
tidak ada perubahan
CH3COOH 3ungu, bau amis cuka
tekstur hancur, keruh
Aquades 7bening,
lunak, bau amis
keruh
14 kulit ikan
7
NaOH 14
warna abu, kenyal, bau
amis
warna coklat
bau pesing, menggumpal
, hijau
hijau menggumpa
l
NH3 10 warna keruhbau amis,
warna orange
coklat, bau amis
Aquades 7 warna bening
bening, menggumpal
putih keruh
15 telur 9
H2SO4 1 warna putih,
kental, bau amis,
menggumpal
lapisan atas cair
bau amis, endapan
hitamtidak ada
perubahanCH3COOH 3warna putiih, kental
bau cuka
Aquades 10 bening, cair bau netral16 telur 9
NaOH 13bau amis,
warna kuning bening, kental
bening, mengendap,
kental
kuning, bau, mengendap
tidak ada perubahan
NH3 12 bening, mengendap,
bau menyengat
bening, mengendap, menyengat
Aquades 14bening, cair,
bau menyengat
putih, mengendap,
tidak bau
Dari tabel pengamatan di atas, dapat dianalisis bahwa jika suatu protein diberi perlakuan
asam, basa dan pemanasan maka akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi karena
mengalami denaturasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, telah diketahui mengenai sifat-sifat
protein setelah diberikan beberapa perlakuan. Perlakuan tersebut diantaranya adalah
ditambahkan asam kuat, ditambahkan basa kuat, dan dipanaskan.
Sampel protein yang kelompok kami uji (kelompok 10) adalah daging ikan. Kami
melakukan perlakuan penguujian sampel protein dengan asam kuat, asam lemah dan pemanasan.
Perhitungan pH awal yaitu 6, setelah diberi perlakuan dengan penggunaan basa kuat (NaOH)
pHnya menjadi 14. Warna daging menjadi kecoklatan. setelah ditambahkan pereksi ninhidrin
dan dipanaskan tidak begitu banyak perubahan namun sedikit bau.
Pengujian sampel daging ikan dengan diberi perlakuan penambahan basa lemah (NH3),
pH awalnya adalah 6 dan pH akhirnya menjadi 11. Kemudian perubahan yang terjadi setelah
daging ditambah asam lemah dan dipanaskan warna daging yang awalnya coklat pucat menjadi
krem dan kuning menggumpal. Setelah ditambah pereaksi ninhidrin tidak ada perubahan.
Pengujian yang terakhir yaitu dengan cara memanaskan sampel daging ikan. Pada
pemanasan pertama daging ditambahkan akuades daging ikan menjadi putih pucat, kemudian
diitambahkan pereaksi ninhidrin dan dipanaskan kembali warna daging menjadi merah muda dan
larutannya menjadi bening. Namun, pada saat pemanasan sedikit terjadi perubahan pH menjadi
7, karena tidak menggunakan asam ataupun basa. Pada saat dipanaskan protein mengalami
denaturasi, yaitu terjadinya perubahan struktur protein yang mencakup perubahan bentuk dan
lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan atau kerusakan lipatan antar asam amino dan
struktur primer protein.
Pada kelompok lain juga dilakukan hal yang sama, yaitu menambahkan asam kuat, asam
lemah, basa kuat, basa lemah, dan aquades pada sampel. Kemudian sampel dipanaskan lalu
diberi pereaksi ninhidrin. Hasil dari pemberian asam dan basa kebanyakan mengalami perubahan
warna dan tekstur sedikit berubah. Kemudian dipanaskan dan diberi pereaksi ninhidrin
mengalami perubahan warna dan tidak begitu banyak perubahan.
Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat
airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi
non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa, protein dapat
terdenaturasi dan terkoagulasi karena penambahan asam dan basa ataupun karena dipanaskan.
Denaturasi terjadi akibat perubahan struktur protein yang menyebabkan pemutusan lipatan antara
asam amino dan struktur primer protein. Selain itu penambahan basa pada protein membuktikan
adanya ikatan peptida pada protein karena larutan tersebut akan bereaksi dengan polipeptida.
Koagulasi adalah perubahan struktur protein akibat adanya pemanasan dengan suhu yang tinggi.
Koagulasi ada yang bersifat amfoter dan reversible, contohnya saja amfoter pada sampel putih
telur. Konfigurasi protein dapat berubah dengan mengalami degrasi dimana dapat menghasilkan
molekul yang lebih sederhana dan hasil sampingan. Pada semua sampel yang diuji protein
mengalami denaturasi dan koagulasi, namun pada prosesnya ada yang berlangsung secara cepat
dan ada yang berlangsung secara lambat.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger. 1982. dasar-dasar Biokimia Jilid 3. (Maggy Thenawijaya, Terjemahan). Jakarta :
Erlangga
Poedjiadi, Anna dkk. 2005. Dasar-Dasar Biokimia.Depok:Universitas Indonesia Press
Stoker, H. Stephen. 2010. General, Organic, And Biological Chemistry Fifth Edition Page 684 . Cengage Learning : Belmont, CA USA
Ngili,Yohanis.2010. Biokimia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains
LAMPIRAN
Alat dan bahan yang digunakan :
Tabung Reaksi Lumpang dan Alu
(dokumentasi pribadi) (dokumentasi pribadi)
Hotplate Sampel yang dipanaskan
(dokumentasi pribadi) (dokumentasi pribadi)
NaOH NH3
(dokumentasi pribadi) (dokumentasi pribadi)
Pereaksi Ninhidrin Sampel Daging Ikan
(dokumentasi pribadi) (dokumentasi pribadi)