Laporan Sementara Praktikum Konseling Bu Sita

18
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KONSELING PRAKTIKUM IV KONSELING FARMASIS KEPADA PASIEN GERIATRI DAN DOKTER Disusun Oleh : Kelompok 5 AKWILA ALBERT ( G1F011056 ) YULIA NUR ULFA ( G1F011058 ) INAS KHAIRANI ( G1F011060 ) FEBRIANA P TYAS ( G1F011062 ) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

description

laporan konseling farmasi

Transcript of Laporan Sementara Praktikum Konseling Bu Sita

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KONSELINGPRAKTIKUM IVKONSELING FARMASIS KEPADA PASIEN GERIATRI DAN DOKTER

Disusun Oleh :Kelompok 5

AKWILA ALBERT( G1F011056 )YULIA NUR ULFA( G1F011058 )INAS KHAIRANI( G1F011060 )FEBRIANA P TYAS ( G1F011062 )

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASIPURWOKERTO2014

I. JUDULKonseling Farmasis kepada Pasien Geriatri dan DokterII. TUJUANMampu melakukan konseling kepada pasien geriatri dan dokterIII. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAHPelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah suatu tanggung jawab profesi dari apoteker dalam mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug Related problem). Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non corcondance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penggunaan obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam proses penyembuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat (Anonim, 2007).Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula. Oleh karena itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien. Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat. Apoteker baik di rumah sakit maupun di sarana pelayanan kesehatan lainnya berkewajiban menjamin bahwa pasien mengerti dan memahami serta patuh dalam penggunaan obat sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Untuk itu Apoteker perlu mengembangkan keterampilan dalam menyampaikan informasi dan memberi motivasi agar pasien dapat mematuhi dan memahami penggunaan obatnya terutama untuk pasien-pasien geriatri, pediatri dan pasien-pasien yang baru pulang dari rumah sakit serta pasien-pasien yang menggunakan obat dalam jangka waktu lama terutama dalam penggunaan obat-obat tertentu seperti obat-obat cardiovasculer, diabetes, TBC, asthma, dan obatobat untuk penyakit kronis lainnya (Anomim, 2007).Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan farmasis kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelurusan riwayat penggunaan obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan khusus dan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD) (Anonim, 2004).Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara farmasis dengan pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan tujuan terapi.Komunikasi pada geriatri (lansia) berbeda dengan komunikasi dengan individu lain karena lansia itu pada dasarnya adalah unik. Lansia itu unik pada nilai, kepercayaan, persepsi, budaya dan pemahaman serta lingkungan sosial yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan komunikasi yang tidak efektif antara perawat dengan lansia.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia antara lain :1. Perubahan fisik lansia, seperti penurunan pendengaran2. Normal agging process3. Perubahan sosial4. Pengalaman hidup dan latar belakang budaya

PERUMUSAN MASALAHIbu Sita (66 thn), dulu bekerja sebagai dokter THT di RSU Pemda Banyumas, datang ke apotek untuk menebus resep. Kata dokter penulis resep, beliau terkena asma. Ibu Sita meminta penjelasan kepada apoteker mengenai cara penggunaan obatnya karena baru menggunakan pertama kali.

dr. Wildan, Sp.PDS.I.P No. 997/K/91Jln. Pahlawan No. 63 PurwokertoNo Telp. (0281) 666333

Purwokerto, 12 April 2013

R/ Ventolin inhaler 1 S.b.d.d. 2 puff

R/ Dexamethasone 0,75 XXX S.t.d.d. tab I

Pro: Sita (66 th)

1. Bagaimana melakukan konseling dengan pasien geriatri dalam kasus tersebut ?2. Apa saja hal-hal yang harus digali untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan pasien terkait penyakit asma yang diderita?3. Bagaimana menjelaskan tentang penyakit asma yang diderita pasien ?4. Sudah aman dan tepatkah obat yang diresepkan oleh dokter ?5. Bagaimana menjelaskan tentang obat-obat yang diterima oleh pasien, termasuk indikasi, aturan pakai, kontraindikasi, interaksi, efek samping, dan penyimpanan obat?

IV. PEMECAHAN MASALAHPasien dengan kondisi khusus seperti geriatri memerlukan perhatian yang berbeda. Perilaku asertif yang mungkin paling penting untuk membangun interaksi dengan pasien adalah kesediaan sebagai farmasis untuk memulai komunikasi. Mendorong pasien untuk berperilaku asertif juga merupakan keterampilan yang penting untuk meningkatkan komunikasi dengan mereka. Salah satu situasi sulit yang dihadapi dalam praktek farmasi adalah merespon pasien yang marah atau kritis (Beardsley, et al., 2008).Farmasis harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menasihati pasien geriatri secara efektif, diantaranya pengetahuan terbaru tentang farmakoterapi geriatri dan penuaan, pengetahuan tentang budaya pasien geriatri dan sikap terhadap kesehatan dan penyakit, dan kesadaran indera pasien atau gangguan kognitif. Farmasis berperan dalam memverifikasi bahwa pasien memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang cukup untuk mengikuti rejimen farmakoterapi dan rencana pemantauan, termasuk informasi penyakit, jika sesuai. Farmasis juga mencari cara untuk memotivasi pasien untuk belajar tentang pengobatan dan untuk menjadi mitra aktif dalam pelayanan dan bekerjasama dengan anggota tim interdisiplin tepat lainnya untuk menentukan konseling dan informasi spesifik apa yang diperlukan dalam setiap situasi pelayanan pasien (Anonim, 2007).1. Melakukan Konseling dengan PasienPasien bernama Ny. Sita pernah bekerja sebagai dokter THT di RSU Pemda Banyumas sehingga terkenal dan disegani. Pelayanan yang diberikan kepada Ny. Sita sama dengan pasien-pasien lainnya, yaitu menyapa ketika beliau datang di apotek, kemudian mempersilahkan masuk keruangan dan mempersilahkannya duduk lalu menanyakan dengan baik-baik dan sopan apa keperluan beliau datang ke apotek serta tidak lupa memperkenalkan diri sebagai apoteker. Kemudian ditanyakan apakah beliau memiliki waktu, jika beliau memiliki waktu maka konseling dapat dilakukan. Apoteker mendengarkan keluhan pasien dengan seksama, tetap tersenyum dan tidak terkesan menggurui apalagi beliau memiliki wawasan mengenai penyakit yang diderita karena Ny. Sita merupakan tenaga kesehatan.

2. Hal-hal yang Harus Digali Untuk Memperoleh Informasi Mengenai Permasalahan Pasien Terkait Penyakit Asma yang DideritaJika pasien komunikatif dan terbuka maka apoteker akan mudah memperoleh informasi karena pasien akan memberitahukan informasi tentang keluhan yang sedang dirasakannya. Namun jika pasien kurang komunikatif maka yang harus ditanyakan apoteker adalah: Gejala seperti apa yang muncul ketika pasien akan pergi ke dokter Sejak kapan gejela tersebut muncul Tahukah pasien mengenai penyebabnya Ada atau tidaknya riwayat penyakit lain yang dideritanya Apakah pasien memiliki alergi atau tidak3. Penjelasan Penyakit Asma yang Diderita PasienAsma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang trakhea bronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan seluruh nafas secara periodik dan reversibel akaibat bronkhospasme ( Sylvia A,Price.1995). Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan nafas tempat banyak sel (sel mast, eosinofil, dan limfosit T) memegang peranan. Asma didefenisikan sebagai penyakit obstruk jalan nafas yang reversibel yang ditandai oleh serangan batuk, mengi dan dispnea pada individu dengan jalan napas hiperaktif (Rudolph, 2006).Manifestasi klinik dari penyakit asma adalah Batuk (batuk kering, paroksimal, iritatif, dan non produktif, menghasilkan sputum yang berbusa, jernih, dan kental); Pernapasan (sesak napas, mengi dapat terdengar, berbicara dengan frasa yang singkat, terpatah-patah dan terengah-engah); sulit tidur; merasa tidak nyaman.Penyebab penyakit asma belum jelas. Diduga, ada beberapa faktor pencetus yaitu faktor Ekstrinsik, terdiri dari reaksi antigen antibodi dan alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang) dan faktor Interistik, yang meliputi 1) Infeksi berupa Influenza virus, pnemonia, mycoplasma, 2) Fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), 3) Iritan: Kimia, polusi udara, asap rokok, parfum, 4) Emosional termasuk rasa takut, cemas dan tegang dan aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor (Suriadi, 2006).

Penatalaksanaan Terapeutik a. Pengendalian AlergenTujuan terapi nonfarmalogik adalah pencegahan dan pengurangan pejanan anak terhadap alergen dan iritan yang ada di udara.b. Terapi obatBertujuan untuk mencegah dan mengendalikan asma, mengurangi frekuensi dan keparahan ekserbasi dan menghilangkan obstruksi aliran udara. Kortikosteroid: Obat anti-inflamasi untuk mengatasi obstruksi jalan napas yang reversibel dan mengendalikan gejala serta mengurangi hiperaktifitas bronkus pada asma kronis.Natrium kromolim : Obat nonsteroid untuk menstabilkan membran sel mast, menghambat aktivitas dan pelepasan mediator dari eosinofil dan sel-sel epitelial dn menghambat penyempitan jalan napas akut setelah pejanan akibat latihan fisik, udara dingin yang kering dan sulfur dioksida, dapat diberikan melalui nebuliser atau Metered Dose Inhaler (MDI).(National Asthma Education dan Prevention Program, 1997)Modifer leukotrien: (seperti zafirlukast, zileuton dan natrium montelukast) menyekat efek inflamasi dan bronkospasme. Obat-obat ini diberikan secara oral dalam kombinasi dengan agonis dan steroid untuk memberikan pengendalian jangka panjang dan mencegah untuk memberikan pengendalian jangka panjang dan mencegah gejala pada asma persisten ringan (Fost and Sphan, 1998).4. Keamanan Obat yang Diresepkan Pasien Ventolin InhalerVentolin inhaler merupakan obat asma golongan SABA yang aman bagi pasien geriatri, dibandingkan dengan terapi obat secara oral ventolin inhaler hampir tidak memiliki efek samping. Deksametason Deksametason merupakan obat golongan kortokosteroid dengan potensi lemah, lama penggunaannya tidak lebih dari 4-5 minggu. Dalam kasus, lama penggunaan yaitu 4 minggu sehingga masih aman.Pada kasus ini, pasien merupakan pasien usia lanjut/geriatri yang perlu diberikan terapi kortikosteroid (deksametason) secara hati-hati. Sehingga untuk mencegah efek yang tidak diinginkan, dosis yang sudah diresepkan oleh dokter sebaiknya diturunkan menjadi 0,5 mg. Penurunan dosis tersebut juga didukung oleh penurunan fungsi organ pada pasien. Selain itu, pada penyakit yang kurang parah, dosis lebih rendah dari 0,75 mg diperkirakan cukup. Dalam kasus, pasien baru mengalami asma ringan (penyakit yang tidak parah) sehingga penggunaan dosis 0,5 mg sudah cukup untuk mengobati pasien.5. Menjelaskan Mengenai Obat-obat yang Diterima Pasien, Termasuk Indikasi, Aturan Pakai, Kontraindikasi, Interaksi, Efek Samping, dan Hal-Hal yang Perlu Dihindari Sehubungan dengan Pemakaian Obata. Ventolin Inhaler

IndikasiMeredakan bronkospasme berat yang berhubungan dengan asma atau bronkitis dan untuk pengobatan status asmatikus

Cara Pakaia. Buka tutup inhaler dan hadapkan keatasb. Kocok dahuluc. Miringkan kepala kebelakang / kepala agak menengadahd. Pasang alat dimulut, diatas lidah, dan tutup inhaler dengan bibir andae. Mulai menarik napas perlahan dan tekan inhaler 1 kali bersamaan dengan menarik napas perlahan sedalam-dalamnya ( 3-5 detik )f. Tahan nafas sekitar 10 detik untuk membiarkan obat mencapai paru-parug. Ulangi menekan inhaler sesuai aturan pakai, beri jarak 1 menit antara dosis pertama dan kedua untuk membiarkan penetrasi ke paru-paru sempurna.h. Setelah selesai, berkumurlah dahulu dengan air hangat.i. Cuci dan bersihkan ujung inhaler dengan air hangat tiap hari

Aturan PakaiVentolin digunakan 2xsehari 2 semprot, digunakan saat sesak

KontraindikasiHipersensitif terhadap salbutamol maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya.

InteraksiBatasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi CNS)Secara umum Salbutamol dan obat penghambat beta nonselektif, seperti propanolol, sebaiknya tidak diberikan bersama-sama

Efek SampingGangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush)

Hal-hal yang Perlu di PerhatikanSecara umum 1.Kelainan pada sistem cardiovascular , khususnya coronary insufficiency, cardiac arrhythmias, dan hipertensi; dapat menyebabkan perubahan pada pulse rate, tekanan darah, electrocardiogram; 2. Kelainan convulsive; 3. Diabetes mellitus; 4. Hyperthyroidism; 5. Hypokalemia.Menurut Kasus -

b. DeksametasonIndikasiSebagai Antiinflamasi, mengurangi penyempitan jalan napas

Cara PakaiTeteskan 10 15 tetes Albothyl ke dalam 1 gelas air (200 ml). Kumur kumur selama - 1 menit. Kumur ulang dengan air putih matang untuk membilas. Awali berkumur dengan Albothyl yang diencerkan seperti di atas. Kemudian teteskan Albothyl ke cotton bud, lalu oleskan dan tekan selama menit pada luka sariawan, sampai meresap dan memutih.

Aturan Pakai3xsehari 1 tablet

KontraindikasiTidak diperbolehkan pada pasien penderita herpes simplex pada mata, wanita hamil, peptic ulcer

InteraksiDeksametason akan berinterferensi dengan kalsium. Batasi minum kopi.

Efek SampingLebih sering terjadi penambahan nafsu makan dan berat badan

Hal-hal yang Perlu di PerhatikanJika sudah sembuh, pemakaian tidak dilanjutkan (bukan untuk jangka panjang)