Laporan Sampah e
Transcript of Laporan Sampah e
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN
STUDI KASUS SAMPAH
Penanggulangan Sampah Elektronik
OLEH:
KELOMPOK 4
1. Acmad Yusuf J3Z411059
2. Bryan Tri Gutama J3Z411055
3. Fuad Mustaqim J3Z411023
4. Rahmad J3Z411027
5. Rohman Fauzi J3Z411057
6. Suryadi J3Z411025
PROGRAM KEAHLIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PROGRAM DIPLOMA
INSITUT PERTANIAN BOGOR
2012
a
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar
Pengelolaan Lingkungan studi kasus pencemaran udara.
Pembuatan laporan praktikum ini merupakan salah satu tugas dari Dosen
Dasar Pengelolaan Lingkungan dalam upaya peningkatan keterampilan dalam
bidang pengelolaan lingkungan dalam hal pengolahan sampah elektronik.
Kami sadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, sehingga apabila ada
kesalahan dan kekurangan pada penulisan laporan ini kami mohon maaf,dan untuk
kesempurnaan dari laporan ini kami terima kritik dan saran.
Bogor, Juni 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
DATA HASIL PENGAMATAN.......................................................................................3
2.1 Data dan Permasalahan............................................................................................3
2.2 Pembahasan..............................................................................................................4
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada abad informasi ini, barang-barang elektronik seperti
komputer, telepon genggam, tape recorder, VCD player, dan televisi bukanlah
benda yang asing lagi bagi kita. Barang-barang elektronik tersebut bukan
hanya akrab di kalangan penduduk kota, tetapi juga telah dikenal dengan baik
oleh masyarakat yang tinggal di pelosok desa sekali pun. Bahkan, bagi
sebagian orang, barang tersebut merupakan kebutuhan vital yang harus
terpenuhi seperti layaknya sembako. Kebutuhan akan layanan informasi dan
pengolahan data telah menempatkan barang-barang elektronik menjadi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Namun, seperti layaknya barang-barang lainnya, setelah masa
tertentu, produk-produk elektronik itu tentu saja menjadi benda yang tidak
dipakai lagi karena sudah ada penggantinya dalam versi terbaru atau karena
rusak. Jika sudah demikian, barang-barang tersebut menjadi rongsokan
elektronik atau sampah yang biasanya memenuhi sudut- sudut ruang kerja dan
gudang di rumah atau kantor-kantor. Kita kadang kala mengalami kesulitan
untuk membuangnya karena tidak semua tukang servis atau pemulung mau
menerima rongsokan yang sudah kedaluwarsa dan tidak ada lagi pasaranya.
Perkembangan teknologi elektronik di dunia saat ini telah jadi
bagian dari keseharian kita. Hampir semua aktivitas masyarakat butuh
perangkat ini. Hal ini memicu peningkatan volume sampah elektronik yang
berdampak buruk terhadap lingkungan hidup. Begitu pula dengan Indonesia,
sebagai negara berkembang tentunya kita juga mengikuti arus perputaran alat-
alat elektronik dunia. Kemajuan teknologi saat ini bisa dibilang terlalu maju
dengan pikiran manusia sebelum menemukan teknologi. Hp, komputer,
peralatan elektronik, hingga kendaraan bermotor nanti ketika 10-15 tahun ke
depan tentunya tidak akan dipakai lagi dan jadilah apa yang disebut sampah
elektronik. Sebagian besar dari sampah tersebut tidak dapat diterima oleh alam
dan dapat mengganggu kehidupan manusia ke depannya sendiri.
1
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan yang kami buat adalah :
1) Mengetahui pengertian dari sampah elektronik
2) Mengetahui penyebab munculnya sampah elektronik
3) Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh sampah elektronik
4) Menganalisa hal-hal yang dapat di lakukan dalam upaya pencegahan dari
sampah elektonik
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji hal-hal yang menyebabkan
timbulnya sampah elektronik dan dampak yang ditimbulkan serta upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran sampah elektronik.
2
BAB II
DATA HASIL PENGAMATAN
2.1 Data dan Permasalahan
Fakta-fakta menarik tentang sampah elektronik
Handphone dan computer menghabiskan 3 persen hasil tambang emas dan
perak di Planet Bumi. Hmm, padahal, tanah bumi harus digali 1 ton hanya
untuk mendapat 1 gram emas. Uh, gunung dan hutan bumi jadi hilang,
deh!
Sampah elektronik paling banyak dihasilkan Negara Amerika Serikat,
Cina, dan India. Untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia juga
menghasilkan banyak sampah elektronik.
Penduduk Eropa tidak suka gonta-ganti alat elektronik. Sampah elektronik
di Eropa lebih sedikit.
Negara yang punya sampah elektronik sering bingung membuang sampah
elektroniknya. Mereka mencari Negara lain yang bersedia menerima
sampah mereka.
Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertugas mengawasi sampah
elektronik di Planet Bumi. Sampah elektronik di Planet Bumi diatur dalam
perjanjian Basel (Basel Convention). Negara-negara di Planet Bumi harus
patuh pada Basel Convention agar planet bumi tetap sehat. (rna)
(sumber: Majalah Bobo)
Ada sekitar 50 juta sampah telepon genggam di dunia setiap bulannya dan
hanya 10% dari jumlah itu yang didaur ulang. Kalau kita mendaur ulang
satu juta telepon genggam, kita bisa mengurangi emisi karbondioksida
yang jumlahnya hampir sama seperti menghilangkan 1.368 mobil dari
jalanan per tahun.
Menurut Greenpeace, setiap tahun ada setidaknya 20-50 juta ton sampah
elektronik (e-waste) yang dibuang begitu saja tanpa didaur ulang. Sampah
elektronik adalah jenis sampah yang paling cepat pertumbuhannya.
Bahkan, diperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan jumlah sampah
3
elektronik bisa meningkat sampai 500%. Saat ini jumlah sampah
elektronik mencakup 5% dari total jumlah sampah dunia.
Seramnya, sampah elektronik mengandung beberapa zat berbahaya.
Misalnya saja, dalam layar datar komputer atau pun laptop kita seringnya
mengandung merkuri meskipun dalam jumlah yang kecil. Selain itu,
dalam tabung katoda televisi dan komputer biasanya terdapat hampir 1
kilogram timah.
Karena kemampuan komputer untuk memproses data terus berlipat ganda
setiap dua tahun, banyak orang mengganti komputernya dengan yang baru.
Makanya, banyak komputer lama yang dibuang begitu saja. Hanya 15%
dari sampah komputer itu yang didaur ulang sisanya berakhir di tempat
pembuangan sampah.
Setiap tahun terdapat 20-50 juta ton sampah elektronik (e-waste) yang
dihasilkan produsen-produsen elektronik. Jika dikumpulkan, bisa
membangun menara Eiffel setiap 70 jam sekali!
Fakta lebih lanjut adalah perkiraan dari PBB yang menyatakan bahwa ada
20 hingga 50 juta ton sampah elektronik yang dihasilkan setiap tahun. 70%
dari limbah tersebut dibuang dinegara-negara miskin dan berkembang.
2.2 Pembahasan
1. Pengertian sampah elektonik
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Sampah dalam
fase padat umumnya dapat diolah kembali atau didaur ulang. Sampah dalam fase
cair biasanya berbentuk limbah yang perlu diolah agar tidak berbahaya bagi
lingkungan. Sedangkan sampah dalam fase gas dapat dikatakan sebagai emisi,
dimana emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Sebagian besar sampah di dunia ini
ditimbulkan oleh kegiatan manusia itu sendiri.
Sedangkan sampah elektronik merupakan jenis sampah yang berasal dari
barang-barang elektronik yang telah rusak, maupun tidak dipakai lagi oleh
penggunanya. Barang-barang bekas berupa komputer, air conditioner (AC),
4
mobile phone, TV, tape recorder, monitor, kulkas, dan lainnya masuk kedalam
kategori sampah elektronik. Barang-barang tersebut setelah tidak digunakan lagi
sebenarnya memiliki nilai ekonomis dimana material-material yang terkandung di
dalamnya masih dapat digunakan untuk menghasilkan barang elektronik lainnya.
3. Dampak sampah elektronik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan ekonomi
a. Kesehatan
Ketika dibuang di TPA, sampah elektronik menghasilkan limbah industri
yang mengandung berbagai macam logam berat terutama merkuri, timbal,
kromiun, kadmium, barium, dan senyawa berbahaya seperti PBDE
(polybrominated diphennylethers). Logam merkuri dikenal dapat meracuni
manusia dan merusak sistem saraf otak, merusak ginjal, berbahaya bagi
perkembangan janin dan bisa berpindah melalui air susu ibu, serta menyebabkan
cacat bawaan seperti yang terjadi pada kasus Teluk Minamata, Jepang. Timbal,
selain dapat merusak sistem saraf, juga dapat mengganggu sistem peredaran
darah, ginjal, dan perkembangan otak anak.
Dalam paparan rendah, timbal dapat menurunkan IQ, menyebabkan
hiperaktif, dan gangguan perilaku. Timbal dapat terakumulasi di lingkungan dan
dapat meracuni tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Kromium dapat dengan
mudah terabsorpsi ke dalam sel sehingga mengakibatkan berbagai efek racun,
alergi, dan kerusakan DNA. Selain itu, menghirup bentuk heksavalen dari
kromium dapat merusak hati dan ginjal, menigkatkan risiko kanker paru-paru,
serta menyebabkan bronchitis dan asma. Sedangkan kadmium adalah logam
beracun yang efeknya tidak dapat balik bagi kesehatan manusia. Kadmium masuk
ke dalam tubuh melalui respirasi dan makanan dan kemudian merusak ginjal dan
tulang. Barium di atas kadar normal menyebabkan gangguan lambung dan usus,
kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kenaikan atau penurunan tekanan darah.
Sementara itu, senyawa PBDE merupakan salah satu jenis brominated flame-
retardants, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat panas
(flammability) pada bagian produk elektronik seperti PCB, komponen konektor,
kabel, dan plastik penutup TV atau komputer.
Ekspos terhadap PBDE diduga dapat merusak sistem endokrin dan
mereduksi level hormon tiroksin di hewan mamalia dan manusia sehingga
5
perkembangan tubuhnya menjadi terganggu. Jenis lain dari brominated flame-
retardants adalah PBB (polybrominated biphennyls). Sekali PBB terlepas ke
lingkungan, senyawa tersebut dapat masuk ke dalam rantai makanan dan
terakumulasi di dalam jaringan makhluk hidup. Manusia yang mengonsumsi
makanan yang mengandung zat ini menghadapi risiko 23 kali lebih tinggi
terserang kanker saluran pencernaan, seperti kanker lambung, pankreas, liver, dan
limfa.
Pembakaran sampah elektronik di insinerator juga sangat berbahaya
karena menghasilkan dioksin dan logam berat seperti berilium, suatu karsinogen
dan debunya menyebabkan penyakit paru-paru. Senyawa PVC (polyvinylchloride)
biasanya terdapat di kabel dan bodi barang elektronik. Ketika dibakar senyawa ini
akan membentuk polychlorinated dibenzodioxins (dioksin) dan polychlorinated
dibenzofurans (furan), suatu senyawa yang bersifat persisten, terakumulasi secara
biologis, dan bersifat karsinogen. Selain itu, dioksin juga mengganggu sistem
hormon, memengaruhi pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan
sistem kekebalan tubuh.
b. Lingkungan
Pengelolaan sampah elektronik yang tidak baik dapat mencemari
lingkungan dengan bahan kimia beracun dan logam berat. Timbunan sampah
elektronik dapat membocorkan timah, merkuri, arsenik, kadmium, berilium, dan
racun lain ke dalam tanah. Jika dibakar dengan cara biasa, sampah-sampah
elektronik bisa menimbulkan racun dan zat kimia berbahaya seperti barium dan
merkuri yang dapat meracuni tanah, dan juga melepaskan asap berbahaya yang
mengandung serangkaian karsinogen dan racun-racun lainnya. Apabila ditimbun
dalam tanah, unsur logam dalam barang-barang elektronik seperti timah dan
timbal akan terlepas dan langsung mencemari tanah dan air tanah.
Ketika dibakar, sampah yang mengandung logam berat ini menimbulkan
polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat berbahaya. Jika dibuang akan
menghasilkan lindi (cairan yang berasal dari dekomposisi sampah dan infiltrasi air
eksternal dari hujan). Cairan yang sangat konduktif ini masuk ke dalam tanah dan
menyebabkan pencemaran air tanah. Timbal adalah neurotoksin (racun penyerang
saraf) yang bersifat akumulatif dan merusak pertumbuhan otak. Penyerapan
6
timbal ke dalam darah manusia terutama melalui saluran pencernaan dan saluran
napas. Sejak lama timbal dituding sebagai penyebab turunnya angka Intellectual
Quotient. Dari sebuah riset yang dilakukan Puji Lestari, staf pengajar dan peneliti
jurusan Teknik Lingkungan. ITB Bandung menunjukkan, adanya hubungan invers
(terbalik) kandungan timbal terhadap angka IQ, semakin tinggi kadar timbal
dalam darah, semakin rendah poin IQ-nya.
c. Ekonomi
Melalui tawaran akan bantuan ekonomi dan teknologi, Jepang merayu
negara-negara ASEAN agar bersedia menerima pengiriman limbah B3, yang
disebut sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di negara sasaran. Filipina adalah salah satu negara yang
sedang didekati secara intens oleh Jepang. Melalui Japan Economic Partnership
Agreements, Jepang hendak membangun koloni limbah beracun di luar negaranya.
Indonesia pun pernah didekati oleh Jepang yang berniat membangun tempat
limbah di wilayah Cilacap.
Dengan semakin banyaknya sampah elektronik berbahaya yang
dikirimkan ke Indonesia, sedangkan anggaran untuk mengawasi pengiriman
sampah maupun anggaran untuk mengolah sampah tersebut sangat minim, maka
kerugian ekonomi dalam berbagai sektor akan timbul. Contohnya saja, jika lama
kelamaan lahan pertanian atau perkebunan dijadikan sebagai tempat
penampungan sampah elektronik, maka tidak ada lagi lahan untuk digarap oleh
para petani untuk mencari penghasilan. Jika di sekitarnya terdapat tempat
pembuangan sampah elektronik, maka juga akan mengganggu pertumbuhan
tanaman-tanaman yang telah digarap.
Selain itu, jika sampah elektronik telah merusak kesehatan warga, maka
akan dibutuhkan biaya untuk pengobatan. Bagi warga miskin tentunya akan
sangat merasa keberatan dengan pengeluaran biaya berobat tersebut.
Indonesia sebagai negara berkembang akan sangat merugi jika negara kita
ini terus menerus menjadi sasaran pembuangan sampah elektronik. Kita hanya
ditipu oleh negara-negara maju. Barang-barang elektronik yang dikirim dari
negara-negara maju ke negara kita sebagian hanyalah rekondisi dari barang-
barang elektronik yang di negara-negara maju sudah tidak laku atau tidak
7
digunakan kembali. Dengan keadaan ekonomi warga Indonesia yang sebagian
besar konsumtif, maka tidak tanggung-tanggung warga kita membeli barang-
barang elektronik murah yang sebenarnya merupakan rekondisi dari barang yang
sudah usang.
4. Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah
elektronik
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah
sampah elektronik ini. Antara lain dengan Daur Ulang dan EPR (Extended
Producer Responsibility) yaitu suatu program dimana produsen bertanggung
jawab mengambil kembali produk-produk yang tidak terpakai lagi. Selain itu
sebagai masyarakat yang menggunakan barang-barang elektronik kita dapat
mencegah semakin banyaknya tumpukan sampah elektronik dengan beberapa cara
seperti:
a. Ikut berpartisipasi dalam penanganan sampah elektronik;
b. Menjaga dan merawat barang elektronik milik kita dan menggunakan
seperlunya. Apabila terjadi kerusakan, hendaknya memperbaikinya;
c. Melakukan kegiatan 3R, 4R, atau bahkan 5R yaitu:
1) Reuse, menggunakan kembali sampah elektronik yang masih bisa
dipakai.
2) Recycle, mendaur ulang sampah elektronik yang masih bisa
diperbaiki.
3) Reduce, mengurangi penggunaan barang-barang elektronik.
4) Replays, mengganti barang elektronik dengan barang yang lebih
sederhana.
5) Refuse, menolak pengiriman sampah elektronik dari luar.
Selain itu, pemerintah harus senantiasa mengawasi ekspor-impor sampah
elektronik di negara kita. Harus ada kesepakatan mengenai penanganan sampah
elektronik antar negara.
8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Sampah elektronik merupakan jenis sampah yang berasal dari barang-
barang elektronik yang telah rusak, maupun tidak dipakai lagi oleh
penggunanya.
2) Dampak sampah elektronik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan
ekonomi
- Kesehatan: sampah elektronik banyak mengandung logam-logam berat
yang berbahaya yang dapat merusak sistem saraf otak, merusak ginjal,
berbahaya bagi janin dan bisa berpindah melalui air susu ibu, meserta
menyebabkan cacat bawaan. Selain itu kandungan logam-logam berat
dari sampah elektronik juga dapat mengganggu sistem peredaran
darah, dan perkembangan otak anak, dan masih banyak lagi bahaya
yang ditimbulkan.
- Lingkungan: sampah elektronik dapat mencemari lingkungan dengan
bahan kimia beracun dan logam berat yang terkandung didalamnya,
misalnya mencemari tanah dan air tanah. Selain itu juga dapat
menimbulkan polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat
berbahaya.
- Ekonomi
3). Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah
elektronik
- Daur Ulang dan EPR (Extended Producer Responsibility)
- Menjaga dan merawat barang elektronik milik kita
- Mencoba memperbaiki barang elektronik yang masih bisa dipakai
Saran
a. Bagi para akademisi
Perlu adanya pendidikan berbasis lingkungan hidup, yang lebih di
tekankan pada bahaya sampah bagi kesehatan dan lingkungan serta usaha
10
pendaurulangan berbagai macam jenis sampah sehingga masyarakat Indonesia
tidak lagi membuang sampah sembarangan.
b. Bagi pemerintah
Perlu adanya sosialisasi tentang bahaya sampah elektronik bagi
kesehatan dan lingkungan.
Perlu adanya penelitian tentang banyaknya sampah elektronik di
Indonesia.
Perlu adanya peraturan dan sanksi yang tegas dalam hal yang
berhubungan dengan impor barang elektronik bekas yang tidak
memenuhi standar kesehatan.
c. Bagi masyarakat
Perlu berhati-hati dalam pembuangan sampah elektronik sehingga
tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Perlu berpartisipasi dalam menangani sampah elektronik dan tidak
melakukan impor barang elektronik bekas diluar ketentuan yang
berlaku.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://rikashitaki.blogspot.com/2010/04/indonesia-menjadi-sasaran-sampah.html
Aji, Aditya Bayu. 2009. Akan Kemanakah Sampah Elektronik Kita?. Diambil dari
http://go2.wordpress.com/?
id=725X1342&site=ditter.wordpress.com&url=http%3A%2F
%2Fditter.wordpress.com%2F2009%2F08%2F01%2Fakan-kemana-
sampah-elektronik-kita%2F pada 12 Maret 2010 pukul 09:23:45
WIB.
Falkhi. 2008. Program Extended Producer Responsibility (EPR) sebagai usaha
meminimalisir sampah elektronik di Indonesia.
http://falkhi.blogspot.com/2008/09/program-extended-
producer.html pada 15 Maret 2010 pukul 14:43:32 WIB.
Harian KOMPAS Tanggal 23 Februari 2010 ”Indonesia Sasaran Sampah Elektronik”
Halaman 13.
Panjaitan, Leonard. 2009. Diambil dari
http://www.greencitizenindonesia.com/2009/07/sampah-
elektronik-bisa-didaur-ulang.html pada 12 Maret 2010 pukul
09:36:54 WIB.
Purawinata, Ganesha. 2008. Ancaman Sampah Elektronik. Diambil dari
http://ganeshapoek.blogspot.com/2008/10/sampah-
elektronik.html pada 12 Maret 2010 pukul 09:32:22 WIB.
Purwaningsih, Ayu. 2010. Penanganan Sampah Elektronik di Indonesia. Diambil dari
http://www.dw-world.de/dw/article/ 15 Maret 2010 pukul
14:42:54 WIB.
Wahyono, Sri. 2006. Sampah Elektronik Berbahaya Bagi Kesehatan dan Lingkungan.
Diambil dari http://www.dml.or.id/dml5/ pada 12 Maret 2010
pukul 09:25:12 WIB.
12