Laporan Sampah e

23
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STUDI KASUS SAMPAH Penanggulangan Sampah Elektronik OLEH: KELOMPOK 4 1. Acmad Yusuf J3Z411059 2. Bryan Tri Gutama J3Z411055 3. Fuad Mustaqim J3Z411023 4. Rahmad J3Z411027 5. Rohman Fauzi J3Z411057 6. Suryadi J3Z411025 a

Transcript of Laporan Sampah e

Page 1: Laporan Sampah e

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN

STUDI KASUS SAMPAH

Penanggulangan Sampah Elektronik

OLEH:

KELOMPOK 4

1. Acmad Yusuf J3Z411059

2. Bryan Tri Gutama J3Z411055

3. Fuad Mustaqim J3Z411023

4. Rahmad J3Z411027

5. Rohman Fauzi J3Z411057

6. Suryadi J3Z411025

PROGRAM KEAHLIAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PROGRAM DIPLOMA

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2012

a

Page 2: Laporan Sampah e

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Dasar

Pengelolaan Lingkungan studi kasus pencemaran udara.

Pembuatan laporan praktikum ini merupakan salah satu tugas dari Dosen

Dasar Pengelolaan Lingkungan dalam upaya peningkatan keterampilan dalam

bidang pengelolaan lingkungan dalam hal pengolahan sampah elektronik.

Kami sadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, sehingga apabila ada

kesalahan dan kekurangan pada penulisan laporan ini kami mohon maaf,dan untuk

kesempurnaan dari laporan ini kami terima kritik dan saran.

Bogor, Juni 2012

Penulis

i

Page 3: Laporan Sampah e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

DATA HASIL PENGAMATAN.......................................................................................3

2.1 Data dan Permasalahan............................................................................................3

2.2 Pembahasan..............................................................................................................4

BAB III..............................................................................................................................9

PENUTUP.........................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................9

3.2 Saran........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii

Page 4: Laporan Sampah e

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada abad informasi ini, barang-barang elektronik seperti

komputer, telepon genggam, tape recorder, VCD player, dan televisi bukanlah

benda yang asing lagi bagi kita. Barang-barang elektronik tersebut bukan

hanya akrab di kalangan penduduk kota, tetapi juga telah dikenal dengan baik

oleh masyarakat yang tinggal di pelosok desa sekali pun. Bahkan, bagi

sebagian orang, barang tersebut merupakan kebutuhan vital yang harus

terpenuhi seperti layaknya sembako. Kebutuhan akan layanan informasi dan

pengolahan data telah menempatkan barang-barang elektronik menjadi

kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun, seperti layaknya barang-barang lainnya, setelah masa

tertentu, produk-produk elektronik itu tentu saja menjadi benda yang tidak

dipakai lagi karena sudah ada penggantinya dalam versi terbaru atau karena

rusak. Jika sudah demikian, barang-barang tersebut menjadi rongsokan

elektronik atau sampah yang biasanya memenuhi sudut- sudut ruang kerja dan

gudang di rumah atau kantor-kantor. Kita kadang kala mengalami kesulitan

untuk membuangnya karena tidak semua tukang servis atau pemulung mau

menerima rongsokan yang sudah kedaluwarsa dan tidak ada lagi pasaranya.

Perkembangan teknologi elektronik di dunia saat ini telah jadi

bagian dari keseharian kita. Hampir semua aktivitas masyarakat butuh

perangkat ini. Hal ini memicu peningkatan volume sampah elektronik yang

berdampak buruk terhadap lingkungan hidup. Begitu pula dengan Indonesia,

sebagai negara berkembang tentunya kita juga mengikuti arus perputaran alat-

alat elektronik dunia. Kemajuan teknologi saat ini bisa dibilang terlalu maju

dengan pikiran manusia sebelum menemukan teknologi. Hp, komputer,

peralatan elektronik, hingga kendaraan bermotor nanti ketika 10-15 tahun ke

depan tentunya tidak akan dipakai lagi dan jadilah apa yang disebut sampah

elektronik. Sebagian besar dari sampah tersebut tidak dapat diterima oleh alam

dan dapat mengganggu kehidupan manusia ke depannya sendiri.

1

Page 5: Laporan Sampah e

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan yang kami buat adalah :

1) Mengetahui pengertian dari sampah elektronik

2) Mengetahui penyebab munculnya sampah elektronik

3) Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh sampah elektronik

4) Menganalisa hal-hal yang dapat di lakukan dalam upaya pencegahan dari

sampah elektonik

1.3 Manfaat Penulisan

Penulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji hal-hal yang menyebabkan

timbulnya sampah elektronik dan dampak yang ditimbulkan serta upaya yang

dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran sampah elektronik.

2

Page 6: Laporan Sampah e

BAB II

DATA HASIL PENGAMATAN

2.1 Data dan Permasalahan

Fakta-fakta menarik tentang sampah elektronik

Handphone dan computer menghabiskan 3 persen hasil tambang emas dan

perak di Planet Bumi. Hmm, padahal, tanah bumi harus digali 1 ton hanya

untuk mendapat 1 gram emas. Uh, gunung dan hutan bumi jadi hilang,

deh!

Sampah elektronik paling banyak dihasilkan Negara Amerika Serikat,

Cina, dan India. Untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia juga

menghasilkan banyak sampah elektronik.

Penduduk Eropa tidak suka gonta-ganti alat elektronik. Sampah elektronik

di Eropa lebih sedikit.

Negara yang punya sampah elektronik sering bingung membuang sampah

elektroniknya. Mereka mencari Negara lain yang bersedia menerima

sampah mereka.

Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertugas mengawasi sampah

elektronik di Planet Bumi. Sampah elektronik di Planet Bumi diatur dalam

perjanjian Basel (Basel Convention). Negara-negara di Planet Bumi harus

patuh pada Basel Convention agar planet bumi tetap sehat. (rna)

(sumber: Majalah Bobo)

Ada sekitar 50 juta sampah telepon genggam di dunia setiap bulannya dan

hanya 10% dari jumlah itu yang didaur ulang. Kalau kita mendaur ulang

satu juta telepon genggam, kita bisa mengurangi emisi karbondioksida

yang jumlahnya hampir sama seperti menghilangkan 1.368 mobil dari

jalanan per tahun.

Menurut Greenpeace, setiap tahun ada setidaknya 20-50 juta ton sampah

elektronik (e-waste) yang dibuang begitu saja tanpa didaur ulang. Sampah

elektronik adalah jenis sampah yang paling cepat pertumbuhannya.

Bahkan, diperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan jumlah sampah

3

Page 7: Laporan Sampah e

elektronik bisa meningkat sampai 500%. Saat ini jumlah sampah

elektronik mencakup 5% dari total jumlah sampah dunia.

Seramnya, sampah elektronik mengandung beberapa zat berbahaya.

Misalnya saja, dalam layar datar komputer atau pun laptop kita seringnya

mengandung merkuri meskipun dalam jumlah yang kecil. Selain itu,

dalam tabung katoda televisi dan komputer biasanya terdapat hampir 1

kilogram timah.

Karena kemampuan komputer untuk memproses data terus berlipat ganda

setiap dua tahun, banyak orang mengganti komputernya dengan yang baru.

Makanya, banyak komputer lama yang dibuang begitu saja. Hanya 15%

dari sampah komputer itu yang didaur ulang sisanya berakhir di tempat

pembuangan sampah.

Setiap tahun terdapat 20-50 juta ton sampah elektronik (e-waste) yang

dihasilkan produsen-produsen elektronik. Jika dikumpulkan, bisa

membangun menara Eiffel setiap 70 jam sekali!

Fakta lebih lanjut adalah perkiraan dari PBB yang menyatakan bahwa ada

20 hingga 50 juta ton sampah elektronik yang dihasilkan setiap tahun. 70%

dari limbah tersebut dibuang dinegara-negara miskin dan berkembang.

2.2 Pembahasan

1.        Pengertian sampah elektonik

Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil

aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Sampah dalam

fase padat umumnya dapat diolah kembali atau didaur ulang. Sampah dalam fase

cair biasanya berbentuk limbah yang perlu diolah agar tidak berbahaya bagi

lingkungan. Sedangkan sampah dalam fase gas dapat dikatakan sebagai emisi,

dimana emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Sebagian besar sampah di dunia ini

ditimbulkan oleh kegiatan manusia itu sendiri.

Sedangkan sampah elektronik merupakan jenis sampah yang berasal dari

barang-barang elektronik yang telah rusak, maupun tidak dipakai lagi oleh

penggunanya. Barang-barang bekas berupa komputer, air conditioner (AC),

4

Page 8: Laporan Sampah e

mobile phone, TV, tape recorder, monitor, kulkas, dan lainnya masuk kedalam

kategori sampah elektronik. Barang-barang tersebut setelah tidak digunakan lagi

sebenarnya memiliki nilai ekonomis dimana material-material yang terkandung di

dalamnya masih dapat digunakan untuk menghasilkan barang elektronik lainnya. 

3. Dampak sampah elektronik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan ekonomi

a. Kesehatan

Ketika dibuang di TPA, sampah elektronik menghasilkan limbah industri

yang mengandung berbagai macam logam berat terutama merkuri, timbal,

kromiun, kadmium, barium, dan senyawa berbahaya seperti PBDE

(polybrominated diphennylethers). Logam merkuri dikenal dapat meracuni

manusia dan merusak sistem saraf otak, merusak ginjal, berbahaya bagi

perkembangan janin dan bisa berpindah melalui air susu ibu, serta menyebabkan

cacat bawaan seperti yang terjadi pada kasus Teluk Minamata, Jepang. Timbal,

selain dapat merusak sistem saraf, juga dapat mengganggu sistem peredaran

darah, ginjal, dan perkembangan otak anak.

Dalam paparan rendah, timbal dapat menurunkan IQ, menyebabkan

hiperaktif, dan gangguan perilaku. Timbal dapat terakumulasi di lingkungan dan

dapat meracuni tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Kromium dapat dengan

mudah terabsorpsi ke dalam sel sehingga mengakibatkan berbagai efek racun,

alergi, dan kerusakan DNA. Selain itu, menghirup bentuk heksavalen dari

kromium dapat merusak hati dan ginjal, menigkatkan risiko kanker paru-paru,

serta menyebabkan bronchitis dan asma. Sedangkan kadmium adalah logam

beracun yang efeknya tidak dapat balik bagi kesehatan manusia. Kadmium masuk

ke dalam tubuh melalui respirasi dan makanan dan kemudian merusak ginjal dan

tulang. Barium di atas kadar normal menyebabkan gangguan lambung dan usus,

kelemahan otot, kesulitan bernapas, dan kenaikan atau penurunan tekanan darah.

Sementara itu, senyawa PBDE merupakan salah satu jenis brominated flame-

retardants, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat panas

(flammability) pada bagian produk elektronik seperti PCB, komponen konektor,

kabel, dan plastik penutup TV atau komputer.

Ekspos terhadap PBDE diduga dapat merusak sistem endokrin dan

mereduksi level hormon tiroksin di hewan mamalia dan manusia sehingga

5

Page 9: Laporan Sampah e

perkembangan tubuhnya menjadi terganggu. Jenis lain dari brominated flame-

retardants adalah PBB (polybrominated biphennyls). Sekali PBB terlepas ke

lingkungan, senyawa tersebut dapat masuk ke dalam rantai makanan dan

terakumulasi di dalam jaringan makhluk hidup. Manusia yang mengonsumsi

makanan yang mengandung zat ini menghadapi risiko 23 kali lebih tinggi

terserang kanker saluran pencernaan, seperti kanker lambung, pankreas, liver, dan

limfa.

Pembakaran sampah elektronik di insinerator juga sangat berbahaya

karena menghasilkan dioksin dan logam berat seperti berilium, suatu karsinogen

dan debunya menyebabkan penyakit paru-paru. Senyawa PVC (polyvinylchloride)

biasanya terdapat di kabel dan bodi barang elektronik. Ketika dibakar senyawa ini

akan membentuk polychlorinated dibenzodioxins (dioksin) dan polychlorinated

dibenzofurans (furan), suatu senyawa yang bersifat persisten, terakumulasi secara

biologis, dan bersifat karsinogen. Selain itu, dioksin juga mengganggu sistem

hormon, memengaruhi pertumbuhan janin, menurunkan kapasitas reproduksi, dan

sistem kekebalan tubuh.

b.    Lingkungan

Pengelolaan sampah elektronik yang tidak baik dapat mencemari

lingkungan dengan bahan kimia beracun dan logam berat. Timbunan sampah

elektronik dapat membocorkan timah, merkuri, arsenik, kadmium, berilium, dan

racun lain ke dalam tanah. Jika dibakar dengan cara biasa, sampah-sampah

elektronik bisa menimbulkan racun dan zat kimia berbahaya seperti barium dan

merkuri yang dapat meracuni tanah, dan juga melepaskan asap berbahaya yang

mengandung serangkaian karsinogen dan racun-racun lainnya. Apabila ditimbun

dalam tanah, unsur logam dalam barang-barang elektronik seperti timah dan

timbal akan terlepas dan langsung mencemari tanah dan air tanah.

Ketika dibakar, sampah yang mengandung logam berat ini menimbulkan

polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat berbahaya. Jika dibuang akan

menghasilkan lindi (cairan yang berasal dari dekomposisi sampah dan infiltrasi air

eksternal dari hujan). Cairan yang sangat konduktif ini masuk ke dalam tanah dan

menyebabkan pencemaran air tanah. Timbal adalah neurotoksin (racun penyerang

saraf) yang bersifat akumulatif dan merusak pertumbuhan otak. Penyerapan

6

Page 10: Laporan Sampah e

timbal ke dalam darah manusia terutama melalui saluran pencernaan dan saluran

napas. Sejak lama timbal dituding sebagai penyebab turunnya angka Intellectual

Quotient. Dari sebuah riset yang dilakukan Puji Lestari, staf pengajar dan peneliti

jurusan Teknik Lingkungan. ITB Bandung menunjukkan, adanya hubungan invers

(terbalik) kandungan timbal terhadap angka IQ, semakin tinggi kadar timbal

dalam darah, semakin rendah poin IQ-nya.

c.     Ekonomi

Melalui tawaran akan bantuan ekonomi dan teknologi, Jepang merayu

negara-negara ASEAN agar bersedia menerima pengiriman limbah B3, yang

disebut sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di negara sasaran. Filipina adalah salah satu negara yang

sedang didekati secara intens oleh Jepang. Melalui Japan Economic Partnership

Agreements, Jepang hendak membangun koloni limbah beracun di luar negaranya.

Indonesia pun pernah didekati oleh Jepang yang berniat membangun tempat

limbah di wilayah Cilacap.

Dengan semakin banyaknya sampah elektronik berbahaya yang

dikirimkan ke Indonesia, sedangkan anggaran untuk mengawasi pengiriman

sampah maupun anggaran untuk mengolah sampah tersebut sangat minim, maka

kerugian ekonomi dalam berbagai sektor akan timbul. Contohnya saja, jika lama

kelamaan lahan pertanian atau perkebunan dijadikan sebagai tempat

penampungan sampah elektronik, maka tidak ada lagi lahan untuk digarap oleh

para petani untuk mencari penghasilan. Jika di sekitarnya terdapat tempat

pembuangan sampah elektronik, maka juga akan mengganggu pertumbuhan

tanaman-tanaman yang telah digarap.

Selain itu, jika sampah elektronik telah merusak kesehatan warga, maka

akan dibutuhkan biaya untuk pengobatan. Bagi warga miskin tentunya akan

sangat merasa keberatan dengan pengeluaran biaya berobat tersebut.

Indonesia sebagai negara berkembang akan sangat merugi jika negara kita

ini terus menerus menjadi sasaran pembuangan sampah elektronik. Kita hanya

ditipu oleh negara-negara maju. Barang-barang elektronik yang dikirim dari

negara-negara maju ke negara kita sebagian hanyalah rekondisi dari barang-

barang elektronik yang di negara-negara maju sudah tidak laku atau tidak

7

Page 11: Laporan Sampah e

digunakan kembali. Dengan keadaan ekonomi warga Indonesia yang sebagian

besar konsumtif, maka tidak tanggung-tanggung warga kita membeli barang-

barang elektronik murah yang sebenarnya merupakan rekondisi dari barang yang

sudah usang.

4.        Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah

elektronik

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah

sampah elektronik ini. Antara lain dengan Daur Ulang dan EPR (Extended

Producer Responsibility) yaitu suatu program dimana produsen bertanggung

jawab mengambil kembali produk-produk yang tidak terpakai lagi. Selain itu

sebagai masyarakat yang menggunakan barang-barang elektronik kita dapat

mencegah semakin banyaknya tumpukan sampah elektronik dengan beberapa cara

seperti:

a. Ikut berpartisipasi dalam penanganan sampah elektronik;

b. Menjaga dan merawat barang elektronik milik kita dan menggunakan

seperlunya. Apabila terjadi kerusakan, hendaknya memperbaikinya;

c. Melakukan kegiatan 3R, 4R, atau bahkan 5R yaitu:

1) Reuse, menggunakan kembali sampah elektronik yang masih bisa

dipakai.

2) Recycle, mendaur ulang sampah elektronik yang masih bisa

diperbaiki.

3) Reduce, mengurangi penggunaan barang-barang elektronik.

4) Replays, mengganti barang elektronik dengan barang yang lebih

sederhana.

5) Refuse, menolak pengiriman sampah elektronik dari luar.

Selain itu, pemerintah harus senantiasa mengawasi ekspor-impor sampah

elektronik di negara kita. Harus ada kesepakatan mengenai penanganan sampah

elektronik antar negara.

 

 

8

Page 12: Laporan Sampah e

9

Page 13: Laporan Sampah e

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Sampah elektronik merupakan jenis sampah yang berasal dari barang-

barang elektronik yang telah rusak, maupun tidak dipakai lagi oleh

penggunanya.

2) Dampak sampah elektronik dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan

ekonomi

- Kesehatan: sampah elektronik banyak mengandung logam-logam berat

yang berbahaya yang dapat merusak sistem saraf otak, merusak ginjal,

berbahaya bagi janin dan bisa berpindah melalui air susu ibu, meserta

menyebabkan cacat bawaan. Selain itu kandungan logam-logam berat

dari sampah elektronik juga dapat mengganggu sistem peredaran

darah, dan perkembangan otak anak, dan masih banyak lagi bahaya

yang ditimbulkan.

- Lingkungan: sampah elektronik dapat mencemari lingkungan dengan

bahan kimia beracun dan logam berat yang terkandung didalamnya,

misalnya mencemari tanah dan air tanah. Selain itu juga dapat

menimbulkan polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat

berbahaya.

- Ekonomi

3). Upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah

elektronik

- Daur Ulang dan EPR (Extended Producer Responsibility)

- Menjaga dan merawat barang elektronik milik kita

- Mencoba memperbaiki barang elektronik yang masih bisa dipakai

Saran

a. Bagi para akademisi

Perlu adanya pendidikan berbasis lingkungan hidup, yang lebih di

tekankan pada bahaya sampah bagi kesehatan dan lingkungan serta usaha

10

Page 14: Laporan Sampah e

pendaurulangan berbagai macam jenis sampah sehingga masyarakat Indonesia

tidak lagi membuang sampah sembarangan.

b.   Bagi pemerintah

           Perlu adanya sosialisasi tentang bahaya sampah elektronik bagi

kesehatan dan lingkungan.

           Perlu adanya penelitian tentang banyaknya sampah elektronik di

Indonesia.

           Perlu adanya peraturan dan sanksi yang tegas dalam hal yang

berhubungan dengan impor barang elektronik bekas yang tidak

memenuhi standar kesehatan.

c.    Bagi masyarakat

         Perlu berhati-hati dalam pembuangan sampah elektronik sehingga

tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

         Perlu berpartisipasi dalam menangani sampah elektronik dan tidak

melakukan impor barang elektronik bekas diluar ketentuan yang

berlaku.

11

Page 15: Laporan Sampah e

DAFTAR PUSTAKA

http://rikashitaki.blogspot.com/2010/04/indonesia-menjadi-sasaran-sampah.html

Aji, Aditya Bayu. 2009. Akan Kemanakah Sampah Elektronik Kita?. Diambil dari

http://go2.wordpress.com/?

id=725X1342&site=ditter.wordpress.com&url=http%3A%2F

%2Fditter.wordpress.com%2F2009%2F08%2F01%2Fakan-kemana-

sampah-elektronik-kita%2F pada 12 Maret 2010 pukul 09:23:45

WIB.

Falkhi. 2008. Program Extended Producer Responsibility (EPR) sebagai usaha

meminimalisir sampah elektronik di Indonesia.

http://falkhi.blogspot.com/2008/09/program-extended-

producer.html pada 15 Maret 2010 pukul 14:43:32 WIB.

Harian KOMPAS Tanggal 23 Februari 2010 ”Indonesia Sasaran Sampah Elektronik”

Halaman 13.

Panjaitan, Leonard. 2009. Diambil dari

http://www.greencitizenindonesia.com/2009/07/sampah-

elektronik-bisa-didaur-ulang.html pada 12 Maret 2010 pukul

09:36:54 WIB.

Purawinata, Ganesha. 2008. Ancaman Sampah Elektronik. Diambil dari

http://ganeshapoek.blogspot.com/2008/10/sampah-

elektronik.html pada 12 Maret 2010 pukul 09:32:22 WIB.

Purwaningsih, Ayu. 2010. Penanganan Sampah Elektronik di Indonesia. Diambil dari

http://www.dw-world.de/dw/article/ 15 Maret 2010 pukul

14:42:54 WIB.

Wahyono, Sri. 2006. Sampah Elektronik Berbahaya Bagi Kesehatan dan Lingkungan.

Diambil dari http://www.dml.or.id/dml5/ pada 12 Maret 2010

pukul 09:25:12 WIB.

12