LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PERPOL PEMBERIAN PSH
Transcript of LAPORAN PROYEK PERUBAHAN PERPOL PEMBERIAN PSH
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 1
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Penegakan hukum di Indonesia yang ada saat ini merupakan suatu pencerminan
bahwa negara kita merupakan negara hukum sebagaimana dijelaskan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945. Hukum yang ada pada saat ini dimaksudkan untuk
melindungi segenap kepentingan individu dan menciptakan keadilan ditengah-tengah
masyarakat guna menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera. Sejalan
dengan pemikran tersebut maka tegaknnya hukum merupakan suatu hal yang mutlak dan
tak bisa ditawar-tawar. Tak ada individu yang kebal hukum ataupun mendapat perlakuan
khusus dalam penegakan hukum yang konsisten di negeri ini guna mencapai suatu
keadilan yang merupakan cita-cita dari terbentuknya hukum.
Hal tersebut diperkuat dengan Undang-Undang Dasar kita dimana dalam struktur
hukum kita merupakan sebuah landasan bagi semua peraturan hukum atau Undang-
Undang yang ada. Dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dengan tidak
ada kecualinya. Pasal tersebut merupakan penguat tentang apa yang penulis jelaskan tadi
tentang kesetaraan kedudukan hukum bagi seluruh warga negara Indonesia. Dalam pasal
ini, apabila kita cermati lebih dalam maka dapat kita simpulkan bahwa pasal ini merupakan
implementasi dari penerapan Asas Equality Before The Law atau kesetaraan dalam hukum
yang terdapat dalam sistem hukum kita saat ini. Hal ini makin diperkuat dengan bunyi pasal
berikutnya, yaitu pasal 28D ayat 1 yang berbunyi “setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di
depan hukum”.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 2
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Konsep pembangunan nasional pada masa pemerintahan Presiden Ir. Joko Widodo
dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin mengacu pada 5 program prioritas yaitu
Pembangunan SDM, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan segala bentuk kendala
regulasi, reformasi birokrasi, transformasi ekonomi yang mempunyai nilai bagi
kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sadar akan tantangan yang dihadapi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya
tidaklah ringan, diawal kepemimpinannya sebagai Kapolri, Jenderal Polisi Drs. Idham Azis,
M.Si., telah menetapkan 7 (tujuh) program prioritas dalam rangka mewujudkan penguatan
Polri yang promoter menuju Indonesia maju. Program prioritas Polri yang ke III adalah
penguatan penegakkan hukum yang professional & berkeadilan yang tujuannya untuk
peningkatan kualifikasi dan kompetensi penyidik, penanganan kasus yang meresahkan
dan menjadi perhatian public, dan pemantapan penerapan manajemen penyidik berbasis
elektronik.
Perlindungan hukum adalah segala upaya yang dilakukan penegak hukum untuk
melindungi hak-hak dari subjek hukum agar hak-hak tersebut tidak dilanggar. Dimana,
penegakan hukum ini dijalankan sebagai upaya untuk menjalankan ketentuan hukum yang
berlaku. Suatu perlindungan dapat dikatakan sebagai perlindungan hukum apabila
mengandung berbagai unsur-unsur yaitu adanya perlindungan pemerintah terhadap
warganya, jaminan kepastian hukum dan berkaitan dengan hak-hak warga negara.
Disamping itu, perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia juga penting bagi
kehidupan bernegara, hal ini guna merealisasikan tegaknya supremasi hukum, tegaknya
keadilan, dan mewujudkan perdamaian.
a. Tegaknya supremasi hukum, dengan tegaknya supremasi hukum maka hukum
memiliki kekuasaan yang besar dalam mengatur tindakan manusia;
b. Tegaknya keadilan, hukum memberikan keadilan untuk melindungi hak setiap warga
negara tanpa memandang ras, agama, status, maupun jabatan subyek hukum.
Selama subyek hukum berhak maka hukum akan tetap melindungi hak tersebut;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 3
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
c. Mewujudkan perdamaian, dengan tegaknya hukum maka keadilan dalam
memastikan hak-hak setiap subjek hukum akan tewujud. Dengan demikian
perdamaian akan terwujud.
Sesuai Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2017, Divisi Hukum Polri, merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang
berada di bawah Kapolri bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pengkajian,
bantuan dan nasehat hukum, pengembangan hukum, pembinaan hukum dan Hak Asasi
Manusia (HAM) di lingkungan Polri, serta berpartisipasi dalam pembinaan hukum nasional
dan HAM. Divisi Hukum Polri mempunyai visi dan misi organisasi sebagai berikut:
- Visi
“Mewujudkan Divisi Hukum Polri sebagai perisai hukum yang mampu melindungi,
memperjuangkan dan memenangkan kepentingan institusi dan anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia guna menunjang keberhasilan tugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia.”
- Misi
a. Mengembangkan kemampuan personel di bidang hukum dalam menghadapi
tantangan ke depan;
b. Mengantisipasi perkembangan hukum dan perundang-undangan yang terkait
dengan tugas Polri;
c. Pengembangan dan pembangunan hukum guna mendukung tugas Polri;
d. Pemberian bantuan hukum bagi institusi Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan anggota di setiap tingkat pemeriksaan.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 4
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Selain itu Divisi Hukum Polri dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi:
a. Pembinaan fungsi hukum bagi seluruh jajaran Polri yang meliputi:
1) Perumusan dan pembangunan sistem serta metode termasuk petunjuk-
petunjuk pelaksanaan fungsi hukum;
2) Pemantauan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna menjamin
terlaksananya fungsi hukum;
3) Pemberian dukungan (back up) dalam bentuk baik bimbingan teknis maupun
bantuan personil dalam pelaksanaan fungsi hukum;
4) Perencanaan kebutuhan personil dan anggaran termasuk pengajuan saran
dan pertimbangan penempatan serta pembinaan karier personil pengemban
fungsi hukum; dan
5) Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian serta statistik baik yang
berkenaan dengan sumber daya maupun hasil pelaksanaan tugas satuan-
satuan organisasi hukum;
b. Pengkajian perkembangan hukum yang berkaitan dengan tugas Polri;
c. Penyusunan naskah akademik dalam hal suatu konsep Rancangan Undang-
Undangan diajukan oleh Polri;
d. Penyusunan rancangan peraturan baik internal maupun eksternal untuk kelancaran
pelaksanaan tugas Polri;
e. Pemberian saran masukan dalam rangka penyusunan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden maupun Peraturan Daerah;
f. Pelaksanaan penyuluhan hukum kepada anggota Polri dan masyarakat;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 5
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
g. Pengkajian penerapan hukum di bidang pidana, perdata, tata usaha negara, agama,
disiplin, dan kode etik, terutama yang berkaitan dengan kepentingan Polri;
h. Pemberian pendapat dan saran hukum kepada institusi, anggota maupun kepada
masyarakat;
i. Pemberian bantuan hukum dan advokasi kepada institusi, anggota maupun
keluarga Polri;
j. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas;
k. Pelaksanaan dokumentasi dan jaringan informasi hukum; dan
l. Berperan serta dalam proses pembinaan hukum nasional.
Dalam pembagian tugas dan wewenang Divisi Hukum Polri, terdiri dari Unsur
Pimpinan, Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf, Unsur Pelaksana Utama. Unsur
Pelaksana Utama Divisi Hukum Polri terdiri dari Biro Bantuan Hukum (Robankum) dan Biro
Penyusunan dan Penyuluhan Hukum (Rosunluhkum). Biro Bantuan Hukum merupakan
unsur pelaksana utama yang berada di bawah Divisi Hukum Polri yang bertugas
melakukan kajian penerapan hukum di bidang pidana, perdata, tata usaha negara, agama,
disiplin dan kode etik terutama yang berkaitan dengan tugas pokok, fungsi dan peran Polri,
memberikan Pendapat dan Saran Hukum kepada institusi, anggota maupun kepada
masyarakat, menyelenggarakan dan bantuan hukum dan advokasi atau pendampingan
kepada institusi, anggota maupun keluarganya, dan melaksanakan tugas lain yang
dibebankan oleh Divisi Hukum Polri.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 6
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Pelaksanaan tugasnya Biro Bantuan Hukum dibantu oleh Bagian Penerapan
Hukum (Bagrapkum), Bagian Hak Asasi Manusia (BagHAM), Bagian Bantuan Nasehat
Hukum (Bagbanhatkum) dan Urusan Tata Usaha (Urtu). Bagian Penerapan Hukum
bertugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan hukum yang berkaitan dengan
tugas Polri; Pengkajian penerapan hukum di bidang pidana HAM, disiplin, dan kode etik
profesi Polri terutama yang berkaitan dengan kepentingan Polri, penyusunan dan
pemberian pendapat dan saran hukum kepada institusi, anggota maupun kepada
masyarakat, dan penyelenggaraan koordinasi dengan instansi dan satuan fungsi terkait
dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Identifikasi masalah.
Setelah melakukan kajian, menganalisa dan mengindentifikasi, pelaksanaan tugas-
tugas Divisi Hukum Polri ternyata masih menemui berbagai kendala di lapangan, salah
satu tugas yang menghadapi kendala tersebut baik dari segi teknis maupun operasional
adalah tugas pemberian pendapat dan saran hukum kepada institusi, anggota, maupun
kepada masyarakat. Pemberian pendapat dan saran hukum (PSH) sendiri merupakan
pernyataan resmi berupa keputusan atau saran yang didasari atas pengetahuan khusus
dan keahlian yang berisi pemahaman dan penerapan hukum pada permasalahan tertentu
yang dibuat untuk menjawab permintaan tertentu.
Prosedur tugas ini sebenarnya sudah diatur dalam pasal 7 ayat (2) Peraturan
Kepala Divisi Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Prosedur Pembuatan Pendapat dan Saran Hukum dimana tugas ini akan dilaksanakan
melalui beberapa mekanisme, yaitu: inventarisasi, verifikasi, analisis substansi,
pembahasan dan penyusunan pendapat dan saran hukum (PSH). Namun meskipun sudah
diatur sampai hal yang bersifat teknis, ternyata masih juga ditemukan beberapa kendala
dan masalah sebagai berikut:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 7
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
a. Tidak efisiennya pelayanan pemberian pendapat dan saran hukum (PSH) kepada
masyarakat dikarenakan tidak adanya kewenangan bidang hukum Kepolisian
Daerah untuk membuat pendapat dan saran hukum (PSH) dari permohonan
masyarakat, karena selama ini pemberian saran hukum hanya boleh dilaksanakan
oleh Mabes Polri yang dalam prosesnya memakan waktu yang cukup panjang;
b. Tidak diaturnya Hubungan Tata Cara Kerja (HTCK) antara Mabes Polri dengan
Polda mengenai Prosedur Pembuatan Pendapat dan Saran Hukum (PSH) dalam
Peraturan Kepala Divisi Hukum Polri Nomor 5 Tahun 2011 yang mengakibatkan
tidak adanya Legal Standing bagi Kepala Bidang Hukum (Kabidkum) di Kepolisian
Daerah (Polda) dan Kepala Sub Bagian Penerapan Hukum (Kasubbagrapkum) di
Polres dalam menyusun PSH;
c. Pendapat dan saran hukum (PSH) selama ini masih diatur dalam bentuk Peraturan
Kepala Divisi Hukum Polri sehingga lokus penerapan dan pelaksanaanya hanya
terbatas pada internal Mabes Polri;
d. Bahwa Peraturan Kepala Divisi Hukum Polri yang ada sekarang sudah tidak relevan
lagi dengan perkembangan situasi yang terus berkembang.
e. Masih terdapatnya kelemahan dalam proses pemberian pendapat dan saran hukum
oleh Polri kepada institusi, anggota, maupun kepada masyarakat sehingga perlu
untuk dilakukan penyempurnaan agar penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri
bisa berjalan dengan optimal dan maksimal.
3. Gagasan Proyek Perubahan.
Berkenaan dengan permasalahan yang dihadapi tersebut, maka diperlukan suatu
cara agar pemberian saran hukum dapat dilaksanakan secara optimal oleh Kepolisian
Daerah tanpa melalui Mabes Polri khususnya Divisi Hukum Polri. Salah satu
penyempurnaan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan optimalisasi regulasi,
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 8
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
melalui pembuatan Peraturan Kepolisian yang khusus membahas mengenai pendapat dan
saran hukum (PSH) dengan memerhatikan kendala-kendala yang muncul dari peraturan
sebelumnya yaitu Peraturan Kepala Divisi Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor (5) Tahun 2011, sehingga nantinya proses pemberian pendapat dan saran hukum
(PSH) dan fungsi penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri dapat menjadi lebih optimal
dan maksimal.
Sistem pengumpulan, pengolahan dan penyajian data yang masih dilakukan secara
manual menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas karena terbatasnya jumlah anggota dan
tuntutan tugas yang harus segera ditangani. Hal ini membuat pelaksanaan tugas tidak
optimal dan belum dapat memberikan pelayanan prima yang profesional. Data permintaan
dan saran hukum yang ditangani Divisi Hukum Polri mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Seperti data kasus yang tercatat pada tahun 2017 sebanyak 118 permohonan pada tahun
2018 naik menjadi 208 permohonan dan di tahun 2019 naik signifikan menjadi 226
permohonan.
Gambar I.1. Grafik permohonan saran hukum 2017-2019
0
50
100
150
200
250
2017 2018 2019
118
208 226
3 Tahun Terakhir
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 9
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
4. Tujuan Perubahan.
Proyek perubahan ini memiliki tujuan akhir untuk mengoptimalisasikan tugas
pemberian pendapat dan saran hukum (PSH) oleh Polri kepada institusi, anggota, maupun
masyarakat melalui pembuatan regulasi baru yaitu Peraturan Kepolisian yang membahas
tentang pemberian saran dan hukum. Untuk mencapai tujuan tersebut, proyek perubahan
ini dibagi lagi menjadi tiga tujuan yaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang sehingga dapat dilakukan monitoring pada tiap tingkatan perubahan.
a. Tujuan Jangka Pendek;
1) Terbentuknya tim proyek perubahan;
2) Terlaksananya pembuatan dan pembahasan rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH);
3) Terlaksananya rapat pembahasan revisi rancangan Peraturan Kepolisian
4) Terlaksananya harmonisasi dan sinkronisasi rancangan Peraturan
Kepolisian dari tim proyek perubahan ke Divisi hukum Polri dan Stakeholders
internal;
5) Terbentuknya draft rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan
Saran Hukum (PSH).
b. Tujuan Jangka Menengah;
1) Terlaksananya harmonisasi dan sinkronisasi rancangan Peraturan
Kepolisian kepada Stakeholders eksternal;
2) Terlaksananya pengoreksian Rancangan Peraturan Kepolisian oleh
Sekretariat Umum Polri;
3) Terbentuknya Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH).
c. Tujuan Jangka Panjang;
1) Terlaksananya sosialisasi dan pendistribusian Peraturan Kepolisian;
2) Terciptanya pelayanan Divisi Hukum Polri yang lebih efektif dan efisien.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 10
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
5. Manfaat.
No Jenis Perubahan Manfaat
1. Reformasi Birokrasi Dengan memanfaatkan sumber daya
manusia dan sarana prasarana yang
dimiliki oleh Mabes Polri maupun
Kepolisian Daerah melalui pelayanan
Polri khususnya dalam memberikan
PSH, diharapkan kelembagaan Polri
dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya lebih baik lagi.
2. Perbaikan Kinerja Dengan dibuatnya Peraturan
Kepolisian yang membahas pendapat
dan saran hukum (PSH), maka akan
ada Legal Standing yang cukup untuk
mewadahi proses integrasi dan sinergi
antara Polres dan Polda dalam rangka
pemberian pendapat dan saran hukum
(PSH) kepada anggota, masyarakat
dan Kementerian / Lembaga
diharapkan anggota, masyarakat dan
Kementerian/Lembaga mendapatkan
perlindungan dan kepastian hukum
sehingga kinerja Polri dapat
dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
3. Kualitas Pelayanan Polri Dengan diperbolehkannya Bidang
Hukum Polda dalam memberikan
pendapat dan saran hukum (PSH)
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 11
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
kepada anggota, masyarakat dan
Kementerian/Lembaga, maka
masyarakat akan lebih mudah dan
cepat mendapatkan pendapat dan
saran hukum (PSH) ketika mereka
membutuhkan hal tersebut.
6. Ruang Lingkup.
Kegiatan-kegiatan proyek perubahan antara lain:
a. Rapat-rapat : Persiapan; Teknis Pelaksanaan dan Koordinasi;
b. Rapat pembentukan tim proyek perubahan;
c. Rapat pembentukan tim efektif proyek perubahan;
d. Rapat pembahasan pendapat dan saran hukum bersama Divisi Hukum;
e. Koordinasi dan kolaborasi pembahasan pendapat dan saran hukum dengan
Stakeholders internal Polri;
f. Harmonisasi dan Sinkronisasi Peraturan Kepolisian tentang pendapat dan saran
hukum (PSH) internal;
g. Disahkannya Peraturan Kepolisian oleh Kapolri;
h. Sosialisasi Peraturan Kepolisian kepada Stakeholders internal dan eksternal.
7. Output dan Outcome.
Proyek perubahan ini dilaksanakan untuk melakukan optimalisasi terhadap
pelayanan Polri yang selama ini telah diberikan oleh Divisi Hukum Polri khususnya terkait
pelayanan pemberian pendapat dan saran hukum atau PSH. Untuk mencapai tujuan
tersebut, proyek perubahan ini memiliki beberapa output dan outcome yang terdiri dari
output yaitu output jangka pendek, jangka menengah serta outcome jangka panjang. Hal
tersebut dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 12
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
a. Output.
Nama Deskripsi
Output Jangka Pendek
Terbentuknya draft Peraturan
Kepolisian tentang pendapat dan saran
hukum.
Diskusi rancangan Peraturan Kepolisian
tentang PSH dilakukan oleh tim proyek
perubahan ke Divkum Polri dan Stakeholders
internal. Peraturan Kepolisian yang terbentuk
dalam tahap ini merupakan hasil dari diskusi
rancangan yang telah dilakukan
sebelumnya.
Output Jangka Menengah
Terbentuknya Peraturan Kepolisian
tentang pendapat dan saran hukum.
Setelah terbentuknya draft rancangan Perpol
lalu dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi
dengan Stakeholders eksternal lalu ditanda
tangani oleh Kapolri sehingga Peraturan
Kepolisian sah terbentuk.
Output Jangka Panjang
Terlaksananya sosialisasi dan
pendistribusian Peraturan Kepolisian.
Peraturan tersebut selanjutnya
disosialisasikan untuk nantinya bisa segera
diimplementasikan. Peraturan yang telah
disosialisasikan selanjutnya
diimplementasikan dengan memerhatikan
dan mempertimbangkan hasil temuan yang
terjadi.
b. Outcome.
Nama Deskripsi
Terciptanya Legal Standing antara bagian
hukum di Polda dan Polres terkait
pemberian pendapat dan saran hukum
(PSH).
Legal standing ini merupakan hasil dari
dikeluarkan dan diimplementasikannya
Peraturan Kadivkum Polri di tahap
sebelumnya.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 13
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Meningkatnya Efisiensi dan Efektivitas
Pelayanan Divkum Polri dalam proses
penegakan hukum melalui pemberian
pendapat dan saran hukum (PSH).
Peningkatan efisiensi dan efektivitas ini
terwujud akibat dikeluarkannya Peraturan
Kepolisian yang mengatur terkait
pemberian pendapat dan saran hukum
(PSH). Dalam aturan tersebut nantinya
akan diatur mengenai HTCK antara Polda
dan Polres dalam pemberian pendapat dan
saran hukum (PSH) yang memungkinkan
kedua tingkat Kepolisian tersebut dapat
memberikan pendapat dan saran hukum
(PSH) sehingga efektifitas dan efisiensi
Divkum Polri dapat meningkat.
Masyarakat lebih mudah dan cepat
mendapatkan feedback ketika melakukan
permohonan pendapat dan saran hukum
(PSH) kepada Polri.
Kondisi ini tercipta akibat karena telah
adanya Legal Standing yaitu Peraturan
Kapolri mengenai HTCK antara Polres dan
Polda dalam pemberian pendapat dan
saran hukum (PSH). Dalam aturan tersebut
nantinya kedua tingkat kepolisian tersebut
akan memiliki kewenangan dalam
memberikan pendapat dan saran hukum
(PSH), sehingga masyarakat yang
membutuhkan pendapat dan saran hukum
(PSH) akan lebih mudah dan cepat untuk
mendapatkan feedback.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 14
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
1. Roadmap / Millestone Proyek Perubahan.
Roadmap / Millestone proyek perubahan ini mulai dilaksanakan saat memasuki
pembelajaran off campus/tahap I atau pelaksanaan Breakthrough I. Pada Breakthrough I
ini peserta peserta diklat melakukan tugas kegiatan pada unit kerja masing-masing untuk
membangun atau melakukan identifikasi untuk didapatkannya sebuah ide atau gagasan
proyek perubahan dan juga untuk dapat mengkomunikasikan permasalahan yang ada
kepada stakeholder serta untuk mendapatkan persetujuan dari mentor selaku atasan
langsung.
Pada tahap memasuki pembelajaran off campus/tahap II atau pelaksanaan
Breakthrough II. Pada tahap ini peserta diklat melaksanakan Roadmap / Milestone proyek
perubahan yang telah disusun pada tahap merancang proyek perubahan, menerapkan
hasil analisis stakeholders untuk dapat menggerakkan atau memobilisasi stakeholders
dalam melaksanakan proyek perubahan serta melaksanakan strategi komunikasi untuk
menggalang dukungan dari stakeholders. Dalam tahapan laboratorium kepemimpinan
senantiasa berkoordinasi dengan Mentor selaku atasan langsung dan melaporkan progres
proyek perubahan kepada Coach. Berikut adalah matrik pentahapan/milestone :
Tahap Utama Waktu
I. Jangka Pendek
1. Terbentuknya tim proyek perubahan.
a. Menentukan personil yang berkompeten sesuai
bidang dan tanggung jawabnya;
7 September 2020
b. Membuat Surat Perintah tentang Pembentukan Tim
Proyek Perubahan yang ditandatangani oleh Kepala
Divisi Hukum Polri;
8 September 2020
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 15
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
c. Membuat Surat Perintah tentang Pembentukan Tim
Kelompok Kerja Efektif yang ditandatangani oleh
Kepala Biro Bantuan dan Hukum Divkum Polri.
9 September 2020
2. Terlaksananya pembuatan draft Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH).
a. Membuat dan mengirim surat undangan rapat
penyusunan draft Rancangan Peraturan Kepolisian;
11 September 2020
b. Menyusun draft Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH);
14 September 2020
c. Membuat dan mengirim surat undangan rapat
penyusunan draft Rancangan Peraturan Kepolisian;
16 September 2020
d. Mengkaji ulang draft Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH);
17 September 2020
e. Mengusulkan draft Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH) kepada
Kepala Divisi Hukum Polri.
18 September 2020
3. Terlaksananya rapat pembahasan revisi draft
Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat
dan Saran Hukum (PSH).
a. Membuat dan mengirim surat undangan rapat
penyusunan draft Rancangan Peraturan Kepolisian;
21 September 2020
b. Mengkaji saran dan masukan draft Rancangan
Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum (PSH) dari Kepala Divisi Hukum Polri;
22 September 2020
c. Membuat dan mengirim surat undangan rapat
penyusunan draft Rancangan Peraturan Kepolisian;
24 September 2020
d. Melaksanakan revisi draft Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH).
25 September 2020
4. Terlaksananya rapat harmonisasi dan sinkronisasi
Rancangan Peraturan Kepolisian dari tim proyek
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 16
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
perubahan ke Divisi hukum Polri dan Stakeholders
internal.
a. Mengirim surat undangan rapat harmonisasi dan
sinkronisasi beserta lampiran draft Rancangan
Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum (PSH) kepada Stakeholders internal;
28 September 2020
b. Melaksanakan rapat untuk melakukan harmonisasi
dan sinkronisasi draft Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH) bersama Stakeholders internal;
1 Oktober 2020
c. Mengirim surat undangan rapat harmonisasi dan
sinkronisasi pembahasan Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH) pada Stakeholders internal;
2 Oktober 2020
d. Melakukan rapat lanjutan harmonisasi dan
sinkronisasi revisi draft Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH) bersama stakeholders internal;
6 Oktober 2020
e. Mengirim surat undangan rapat harmonisasi dan
sinkronisasi pembahasan Rancangan Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
(PSH) pada Stakeholders internal;
18 November 2020
f. Melakukan rapat harmonisasi dan sinkronisasi revisi
draft Rancangan Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran Hukum (PSH) bersama
stakeholders internal; 19 November 2020
5. Terbentuknya Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH).
II. Tujuan Jangka Menengah
1. Terkirimnya Rancangan Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran Hukum (PSH) kepada
Kemenkumham.
Desember 2020 – Juni
2021
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 17
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
a. Membuat Surat Permohonan Harmonisasi dan
Sinkronisasi yang ditujukan kepada
Kemenkumham;
b. Mengirimkan Surat Permohonan Harmonisasi dan
Sinkronisasi yang telah ditandatangani oleh Kepala
Divisi Hukum Polri kepada Kemenkumham dengan
melampirkan Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH);
2. Terlaksananya harmonisasi dan sinkronisasi
Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat
dan Saran Hukum oleh Kemenkumham.
a. Melakukan agenda untuk penjadwalan harmonisasi
dan sinkronisasi oleh Kemenkumham;
b. Kemenkumham mengundang kementerian lembaga
terkait dan Polri untuk membahas rancangan
Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum;
c. Melaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi oleh
Kemenkumham dengan mengundang pemrakarsa
(Divkum Polri).
3. Terbentuknya Peraturan Kepolisian tentang Pendapat
dan Saran Hukum (PSH).
a. Penandatanganan Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum oleh Kapolri;
b. Penomoran Peraturan Kepolisian ke Sekretariat
Umum oleh Divisi hukum Polri;
c. Membuat Surat Permohonan pemberian nomor pada
lembaran Negara oleh Kemenkumham untuk
diundangkan.
III. Tujuan Jangka Panjang
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 18
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
1. Terlaksananya pendistribusian dan sosialisasi
Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum (PSH).
Juni 2021 – Juni 2022
a. Pendistribusian Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran Hukum (PSH) kepada Satuan
Kerja Kepolisian Daerah;
b. Pelaksanaan Sosialisasi Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum (PSH) di
Kepolisian Daerah.
2. Terwujudnya Pelayanan Divisi Hukum Polri yang lebih
efektif dan efisien
2. Stakeholders Proyek Perubahan.
Adapun Stakeholders dalam pelaksanaan proyek perubahan ini, melibatkan pihak-
pihak lain baik internal maupun eksternal Divisi Hukum Polri. Agar pelaksanaan proyek
perubahan dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan, maka perlu adanya identifikasi
dari pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung sebagai pemangku
kepentingan (Stakeholders) untuk mengetahui pengaruh (influence), dukungan /
kepentingan (interest), kemungkinan adanya hambatan/penolakan (resistance), seberapa
besar pengaruhnya terhadap proyek perubahan ini baik hubungan formal dan juga
informal. Pada proyek perubahan ini terdiri Stakeholders internal dan stakeholders
eksternal. Stakeholder internal adalah Pejabat Struktural dan Pegawai pada Divisi Hukum
Polri. Sedangkan Stakeholder eksternal terdiri dari Kementerian Hukum dan HAM,
Pengacara (Advokat) dan masyarakat.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 19
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
a. Netmap tata kelola Proyek.
Gambar II.1.Netmap Tata Kelola Proyek.
1) Project Sponsor : Brigjen Pol Dr. Imam Sayuti, S.H., M.H
Secara umum peran dan tugas mentor adalah :
a) Sebagai Pembimbing yang berdasar pada sikap profesionalisme;
b) Memberikan dukungan penuh kepada Project Leader;
c) Sebagai fasilitasi dan dispensasi tugas dinas;
d) Memantau setiap perkembangan proyek perubahan;
e) Sebagai atasan langsung yang memberikan kesepakatan persetujuan
atas dokumen rancangan proyek perubahan.
2) Coach : Dr. Makhdum Priyatno, MA.
Secara umum memiliki peran dan tugas :
a) Memotivasi dan memantau kegiatan Project Leader;
b) Memberikan masukan dan Feedback terhadap perancangan dan
pelaksanaan proyek perubahan;
c) Melakukan koordinasi dengan mentor;
Mentor
Project Leader
Coach
Tim Efektif
Stakeholders Eksternal
Stakeholders Internal
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 20
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
d) Mengkomunikasikan proses, kemajuan dan hasil coaching kepada
penyelenggara;
e) Menjadi counsellor bagi Project Leader dalam perancangan dan
pelaksanaan proyek perubahan.
3) Project Leader : Mansjur S.H., S.I.K.
Secara umum memiliki peran dan tugas :
a) Memimpin proyek perubahan;
b) Menyusun rancangan proyek perubahan;
c) Menjalin komunikasi yang efektif kepada tim proyek perubahan dan
Stakeholders;
d) Menggerakkan seluruh elemen Stakeholders dalam mendukung
pembuatan proyek perubahan;
e) Menyerahkan laporan implementasi proyek perubahan kepada
penyelenggara dengan tepat waktu sesuai jadwal yang telah
ditentukan.
4) Tim Efektif :
a) Kombes Pol Mansjur S.H., S.I.K;
b) AKBP Dr. Rendra Kurniawan S.I.K., M.H;
c) AKBP Siti Zubaidah S.H., M.H;
d) AKP Joni Susilo S.H;
e) Ipda Dr. Rahman Amin S.H., M.H;
f) Penata Puguh Imam Suhodo S.Kom.
Secara umum memiliki peran dan tugas :
a) Menggali konsep terkait rancangan proyek perubahan;
b) Memberikan saran dan masukan dalam perancangan dan
pelaksanaan proyek perubahan;
c) Membantu menyusun rancangan proyek perubahan;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 21
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
d) Membantu kesekretariatan surat menyurat terkait rancangan proyek
perubahan.
b. Pengelompokan Stakeholders.
Pengelompokan Stakeholders / Pemangku Kepentingan terhadap
pengelolaan perubahan Peraturan Kepala Divisi Hukum Polri menjadi Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum menunjukkan bahwa para
pemangku kepentingan terdiri dari Mabes Polri dan Kepolisian Daerah
sebagaimana disajikan pada tabel sebagai berikut:
1) Identifikasi instansi/individu yang berkepentingan dan memiliki pengaruh
terhadap hasil akhir dari proyek perubahan;
No Kelompok pemangku kepentingan
(Stakeholders Group)
Lembaga/Individu
(Institution)
1. Mabes Polri Kapolri
Itwasum Polri
Bareskrim Polri
Divpropam Polri
Divkum Polri
Robankum Divkum
Polri
Bagrapkum Divkum
Polri
Setum Polri
2. Kepolisian Daerah Bidkum Polda
Subbagkum Polres
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 22
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
2) Pengaruh tersebut dapat bersifat positif yang berarti mendukung atau
negatif yang berarti menjadi sumber penghambat, seperti pada tabel berikut
ini:
No Pemangku
Kepentingan
Nilai penting pengaruh
pemangku
kepentingan terhadap
Peraturan Kepolisian
Nilai penting Peraturan
Kepolisian bagi
pemangku kepentingan
MABES POLRI
1. Kapolri (Kepala
Polisi Republik
Indonesia).
Tinggi : Menentukan
keberhasilan kinerja
organisasi Polri.
Tinggi : Memiliki
kewenangan
pengesahan.
2. Itwasum
(Inspektorat
Pengawasan
Umum) Polri
Tinggi : Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan.
Rendah : Sebagai
pengawas internal
yang meminta saran
hukum kepada divkum.
3. Badan Reserse
Kriminal
(Bareskrim)
Polri
Tinggi : Meningkatkan
terjalinnya sinergitas
antar Satuan Kerja di
lingkungan Polri.
Rendah :
Melaksanakan proses
penegakan hukum.
4. Divpropam
(Divisi Profesi
dan
Pengamanan)
Polri
Tinggi : Menjalankan
proses penegakkan
hukum internal
terhadap anggota
Polri.
Rendah : Menentukan
terjalinnya sinergitas
antar Satuan Kerja di
lingkungan Polri.
5. Divisi Hukum
(Divkum) Polri
Tinggi : Melaksanakan
pembinaan,
pengawasan dan
mengendalikan fungsi
hukum di lingkungan
Polri.
Tinggi : Memberikan
saran dan
pertimbangan hukum.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 23
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
6. Biro Bantuan
hukum
(Robankum)
Divisi Hukum
Polri
Tinggi : Melakukan
kajian penerapan
hukum di bidang
pidana, perdata, tata
usaha negara, agama,
disiplin dan kode etik.
Tinggi : Memberikan
pendapat dan saran
hukum kepada institusi
, anggota maupun
kepada masyarakat.
7. Bagian
Penerapan
Hukum
(Bagrapkum)
Divisi Hukum
Polri
Tinggi : Melaksanakan
pengkajian dan
pengembangan hukum
yang berkaitan dengan
tugas Polri.
Tinggi : Memberikan
saran dan pendapat
hukum kepada institusi,
anggota maupun
kepada masyarakat.
8. Sekretariat
Umum Polri
Rendah :
Melaksanakan
administrasi dan
pengarsipan di
lingkungan Polri.
Tinggi :
Pengembangan dan
perumusan petunjuk
teknis dan
pelaksanaan dalam
bentuk peraturan
kepolisian tentang
administrasi umum di
lingkungan Polri.
9. Korspripim
(Kordinator Spri
Pimpinan) Polri
Rendah : Tidak terlibat
langsung dalam
proses permbuatan
PSH
Tinggi : Melakukan
koreksi perkap
sebelum masuk ke
pimpinana dan
mengatur serta
mengkoordinasikan
jadwal pemaparan
perkap
POLDA
1. Bidang Hukum
(Bidkum) Polda
Tinggi : Melaksanakan
pengkajian dan
Tinggi : Memberikan
saran dan pendapat
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 24
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
pengembangan hukum
di tingkat Polda.
hukum kepada institusi,
anggota maupun
kepada masyarakat.
2. Sub Bagian
Hukum
(Subbagkum)
Polres
Tinggi : Melaksanakan
pengkajian dan
pengembangan hukum
di tingkat Polres.
Tinggi : Memberikan
saran dan pendapat
hukum kepada institusi,
anggota maupun
kepada masyarakat.
KEMENTERIAN/LEMBAGA
1. Kementrian
Hukum dan Hak
Asasi Manusia
Tinggi : Pembina
dalam pembuatan dan
perancangan Undang-
undang termasuk
Peraturan Kepolisian
Tinggi : Harmonisasi
dan sinkronisasi di
tingkat Kemenkumham
2. Advokat Rendah : Yang
mewakili klien dalam
mengajukan pendapat
dan saran hukum.
Rendah : Pendamping
klien dalam
permohonan
perlindungan hukum.
2. Masyarakat Rendah : Tidak
memiliki kekuasaan
dalam pembuatan
pendapat dan saran
hukum.
Rendah : Karena
hanya sebagai orang
yang melaporkan atau
ingin membuat
pendapat dan saran
hukum.
3) Stakeholders dapat dibedakan antara Stakeholders internal (masih dalam
satu instansi) atau eksternal yaitu instansi lain atau individu yang
berpengaruh diluar instansi peserta.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 25
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
a) Stakeholders Internal:
(1) Kapolri (Kepala Polisi Republik Indonesia) Pejabat yang
bertanggung jawab dalam kebijakan strategis pengelolaan
manajemen pengawasan di lingkungan Polri. Pengaruhnya
terhadap perubahan yaitu dalam membuat kebijakan strategis
dalam menentukan keberhasilan kinerja organisasi Polri;
(2) Itwasum (Inspektorat Pengawasan Umum) Polri, sebagai
pengawas yang sering mendapatkan pengaduan masyarakat
meminta Pendapat dan Saran Hukum baik tertulis maupun
dalam gelar perkara kepada Divisi Hukum Polri. Pengaruhnya
Itwasum Polri menerima pendapat saran dan hukum terkait
Pendapat Saran Hukum yang dimohon masyarakat
(perlindungan Hukum) dalam hal ini disebabkan Pendapat
Saran Hukum ini tidak kepada masyarakat pemohon tapi dapat
diberikan kepada Pimpinan Itwasum Polri dan Satker yang
dilaporkan untuk ditindak lanjuti;
(3) Bareskrim (Badan Reserse Kriminal) Polri, meminta pendapat
dan saran hukum (pendapat saran hukum dalam gelar bisa
diberikan secara lisan, dan Peraturan Kapolri yang baru akan
diatur bagaimana pendapat saran hukum lisan nanti akan
dituangkan dalam format resmi divisi hukum). Pengaruhnya
meningkatkan terjalinnya sinergitas antar Satuan Kerja di
lingkungan Polri;
(4) Divpropam (Divisi Profesi dan Pengamanan) Polri, dalam
menjalankan proses penegakkan hukum internal terhadap
anggota Polri yang melanggar disiplin dan KEPP (Kode Etik
Profesi Polri). Pengaruhnya terhadap perubahan yaitu sebelum
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 26
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
sidang harus meminta PSH (Pendapat Saran Hukum) ke Divisi
hukum Polri. Satker-satker Polri, Polda, Polres dalam Proses
sidang Disiplin dan sidang Kode etik profesi Polri meminta
Pendapat dan Saran Hukum ke Divisi Hukum Polri;
(5) Divkum (Divisi Hukum) Polri bertugas melaksanakan
pembinaan, pengawasan dan mengendalikan fungsi hukum
pada seluruh jajaran Polri. Pengaruhnya terhadap perubahan
yaitu memberikan saran dan pertimbangan hukum, dalam hal
pembuatan saran hukum yang diberikan kewenangan adalah
Kabagrapkum (Kepala bagian penerapan Hukum) dan atau
Staf Bagrapkum (Bagian penerapan hukum) yang bertugas
dilingkungan Divisi Hukum Polri yang memiliki kompetensi dan
kewenangan untuk membuat PSH (Pendapat Saran Hukum)
yang selanjutnya melalui mekanisme, Inventaris dan verifikasi;
(6) Robankum (Biro Bantuan Hukum) Divisi Hukum Polri,
melakukan kajian penerapan hukum di bidang pidana, perdata,
tata usaha negara, agama, disiplin dan kode etik terutama yang
berkaitan dengan tugas pokok, fungsi, peran Polri.
Pengaruhnya memberikan pendapat dan saran hukum kepada
institusi, anggota maupun masyarakat;
(7) Bagrapkum (Bagian Penerapan Hukum) Divkum Polri,
melaksanakan pengkajian dan pengembangan hukum yang
berkaitan dengan tugas Polri. Pengaruhnya memberikan
pendapat dan saran hukum kepada institusi, anggota maupun
masyarakat;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 27
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
(8) Setum (Sekretariat Umum) Polri, dalam pembuatan pendapat
dan saran hukum ini Sekretariat Umum melakukan koreksi
sebelum Peraturan Kapolri masuk kepimpinan untuk
ditandatangani dan penomoran peraturan Kapolri yang sudah
disetujui (sesuai tahapan pembuatan Peraturan Kapolri);
(9) Korspripim (Kordinator Spri Pimpinan) Polri, melakukan koreksi
perkap sebelum masuk ke pimpinan dan mengatur serta
mengkoordinasikan jadwal pemaparan perkap kehadapan
seluruh PJU (Pejabat Utama) sebelum perkap ditanda tangani
(sesuai tahapan). Semua satker yang terlibat diatas akan di ikut
sertakan dalam proses-proses pembahasan rancangan perkap
oleh Pokja, dan pengharmonisasian dan sinkronisasi
rancangan perkap dan buat berita acara yang dilaksanakan
divkum, semuanya perlu dikoordinasikan untuk keterlibatannya
agar pelaksanaannya menjadi lancar;
(10) Bidkum (Bidang Hukum) Polda, berdasarkan Peraturan Kapolri
Nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 Pasal 78
(2) Bidkum bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan
hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan
nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut
serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah;
(11) Subbagkum (Sub Bagian Hukum) Polres, melaksanakan
pengkajian dan pengembangan hukum yang berkaitan dengan
tugas Polri serta menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum
dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat
hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta
dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 28
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
b) Stakeholders eksternal.
(1) Kemenkumham (Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia)
adalah sebagai pembina dalam pembuatan dan perancangan
Undang-undang termasuk Peraturan Kepolisian didalamnya
akan dimintakan pendapat dan sarannya dalam pembuatan
Perpol ini, hal ini dikarenakan Perpol ini ada kaitannya dengan
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam koordinasinya
akan dimintakan pendapat terkait drafting dan isi materi Perpol
apakah sudah sesuai, sehingga akan dilaksanakan
harmonisasi dan sinkronisasi di tingkat Kemenkumham yang
nantinya akan melibatkan kementrian dan lembaga terkait;
(2) Advokat dan Organisasinya, biasanya sebagai advokat akan
mendampingi kliennya kemudian akan melaporkan dan
meminta perlindungan hukum terkait permasalahan kliennya;
(3) Masyarakat adalah orang yang berhak mengajukan
permohonan Pendapat Saran hukum dan perlindungan hukum
yang dilaporkan untuk menindak lanjuti keluhan
permasalahannya.
c. Analisa Stakeholders
Masing-masing Stakeholders memiliki peran yang sangat mempengaruhi
keberhasilan terwujudnya proyek perubahan. Penjelasan mengenai setiap
Stakeholders adalah sebagai berikut:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 29
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
1) Kelompok Promoter merupakan kelompok yang terkait langsung dengan
proyek perubahan, kelompok ini memiliki kepentingan dan kekuatan
terhadap keberhasilan serta memiliki peran dalam memberikan arahan dan
dukungan demi terwujudnya proyek perubahan ini;
2) Kelompok Defender adalah kelompok yang bisa menjadi mitra kerja dalam
melaksanakan proyek perubahan sehingga keterlibatannya secara langsung
sangat dibutuhkan;
3) Kelompok Latens merupakan kelompok yang tidak terkait langsung dengan
proyek perubahan, namun kelompok ini memiliki pengaruh yang kuat dalam
mendorong terwujudnya proyek perubahan;
4) Kelompok Aphathetic adalah kelompok yang pengaruh dari kepentingannya
rendah terhadap adanya proyek perubahan.
Gambar II.2. Bagan Analisa Stakeholders
• Kepala Polisi Republik Indonesia
• Kementerian Hukum dan Ham
• Kepala Badan Reserse Kriminal Polri
• Inspektorat Pengawasan Umum Polri
• Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri
• Kepala Divisi Hukum Polri
• Kepala Biro Bantuan Hukum Divkum Polri
• Kepala Biro Sundokinfokum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penerapan Hukum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penyusunan Hukum Divkum Polri
• Bidang Hukum Polda
• Sub Bagian Hukum Polres
• Advokat
• Masyarakat
LATENS PROMOTERS
APHATETICS
• Sekretariat Umum Polri
• Koordinator Staf Pribadi Pimpinan Polri
DEFENDER
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 30
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
d. Strategi Komunikasi dan Nilai terhadap Stakeholders.
Gambar II.2. Strategi Komunikasi dan Nilai terhadap Stakeholders
3. Identifikasi Potensi Kendala/Masalah dan Strategi Mengatasinya.
a. Potensi Masalah.
1) Waktu pelaksanaan proyek perubahan yang terbatas sehingga
mempengaruhi hasil capaian proyek perubahan yang kurang maksimal;
2) Padatnya kegiatan Mentor menimbulkan hambatan dalam melakukan diskusi
dan konsultasi mengenai proyek perubahan;
3) Tim proyek perubahan yang sudah terbentuk memiliki tugas pokok dan fungsi
masing-masing sehingga mengalami keterlambatan waktu dalam
pelaksanaan proses proyek perubahan;
4) Adanya penerapan Work From Home saat pandemi covid-19 mengakibatkan
tertundanya jadwal rapat yang sudah direncanakan.
• Memberikan Informasi, Koordinasi, Kolaborasi, Diskusi, Meyakinkan.
Nilai : Komunikatif, Koordinasi, Kerjasama, Kesetiakawanan, Komitmen
• Konsultasi, Kanalisasi, Meminta Arahan, Saran dan Masukan, Harmonisasi dan Sinkronisasi, Pengesahan
Nilai : Komitmen, Integritas, Inovatif, Sinergitas
• Informasi, Sosialisasi Nilai : Kepedulian, Komitmen
LATENS PROMOTERS
APHATETICS
• Koordinasi, Koreksi Nilai : Komunikatif, Koordinasi, Kerjasama
DEFENDERS
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 31
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
b. Strategi Mengatasi.
1) Melaksanakan dan mengoptimalkan jadwal proyek perubahan yang telah
ditentukan dan melakukan komunikasi yang efektif dan efisien dengan tim
proyek perubahan serta stakeholders terkait;
2) Melakukan koordinasi dan pendekatan kepada mentor sehingga dapat
mengadakan diskusi dan konsultasi;
3) Melakukan koordinasi dan pembagian tugas sehingga proses proyek
perubahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan waktu yang ada yaitu diluar jam kerja;
4) Mencari waktu yang tepat dengan cara mengatur ulang jadwal yang
disesuaikan dengan jadwal penerapan Work From Home masing-masing tim
proyek perubahan.
4. Faktor Pendukung Keberhasilan.
a. Komitmen dari Kepala Divisi Hukum Polri dan tim kelompok kerja proyek perubahan
untuk mendorong penyelesaian proyek perubahan sesuai yang diharapkan;
b. Suasana komunikatif dan kolaboratif yang kondusif untuk menyusun rancangan
proyek perubahan;
c. Konsultasi dan diskusi yang intensif dengan mentor maupun coach sehingga
perkembangan pelaksanaan proyek perubahan dapat terukur dan selalu terkendali;
d. Fleksibilitas kegiatan rapat atau diskusi baik Tim Proyek Perubahan maupun Tim
Efektif yang terintegritas;
e. Adanya tim efektif yang kompeten sesuai dengan bidangnya.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 32
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
1. Implementasi Proyek Perubahan.
Implementasi proyek perubahan ini dapat dilihat dari roadmap / milestone yang telah
dilalui sesuai dengan rancangan proyek perubahan, analisis stakeholders dan strategi
komunikasi dengan stakeholders. Sesuai dengan rancangan proyek perubahan yang telah
disusun maka kriteria keberhasilan proyek perubahan ini adalah terbentuknya Peraturan
Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum serta adanya kewenangan Kepolisian
Daerah dalam menerima aduan baik dari masyarakat dan Kementerian/Lembaga/Instansi
untuk memberikan pelayanan hukum terkait pendapat dan saran hukum sehingga
masyarakat dan kementerian/lembaga/instansi yang ada didaerah tidak perlu datang ke
Mabes Polri dalam rangka meminta perlindungan dan kepastian hukum.
2. Capaian Proyek Perubahan.
a. Terbentuknya Tim Proyek Perubahan.
Terbentuknya tim proyek perubahan diawali dengan menentukan personil
yang kompeten di bidangnya masing-masing dengan mencari anggota yang ada di
Divisi Hukum Polri dan dilaksanakan pada Senin, 7 September 2020. Selanjutnya,
ketika sudah menemukan orang yang kompeten dibidangnya lalu pada hari Selasa,
8 September 2020 terlaksanakannya pembuatan sprint tim proyek perubahan yang
telah ditandatangani oleh Kepala Divisi Hukum Polri yang terdiri dari:
1) Dr. Rudy Heriyanto Adi N, S.H., M.H., M.B.A;
2) Dr. Imam Sayuti, S.H., M.H.;
3) Drs. Yan Fitri Halimansyah, M.H.;
4) Viktor Theodorus Sihombing, S.Ik, M.Si, M.H.;
5) Dr. I.G.K. Budhi Harryarsana, S.I.K., S.H., M.Hum.;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 33
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
6) Siti Zubaidah, S.H., M.H.;
7) Marthen Luther Jhon Mangundap, S.H., S.I.K.;
8) Hariyanto Syarifudin, S.I.K., S.H. M.H., M.M.;
9) Hotlan Damanik, S.H., M.H.;
10) Mansjur, S.H., S.I.K.
11) Deni Oktavianto, S.I.K, S.H., M.H.;
12) Dr. Rendra Kurniawan, S.I.K., M.H.;
13) Th Rahartiningsih Yuni Eti, S.H.;
14) Osmanelliati, S.H.;
15) Everani Pritadewi, S.H.;
16) Joni Susilo, S.H.;
17) Puguh Imam, S.Kom.;
18) Ahmad Wahyu Darmawan;
19) Dr. Rahman Amin, S.H., M.H.;
20) Hery Setyaningsih, S.E.;
21) Ahmad Wahyudi Rurie.
Pada hari Rabu, tanggal 9 September 2020 terbentuk tim efektif yang telah
ditandatangani oleh Karobankum Divisi Hukum Polri yang terdiri dari:
1) Kombes Pol Mansjur S.H., S.I.K;
2) AKBP Dr. Rendra Kurniawan S.I.K., M.H;
3) AKBP Siti Zubaidah S.H., M.H;
4) AKP Joni Susilo S.H;
5) Ipda Dr. Rahman Amin S.H., M.H;
6) Penata Puguh Imam Suhodo S.Kom.
Yang nantinya akan membantu menyusun, menggali konsep, memberikan saran
dan masukan serta membantu kesekretariatan terkait pembuatan rancangan proyek
perubahan yang berjudul “Strategi Optimalisasi Pelayanan Divisi Hukum Polri”.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 34
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Berikut lampiran surat perintah pembentukan tim proyek perubahan dan tim
kelompok kerja efektif dari Divisi Hukum Polri:
Surat Perintah Tim Proyek Perubahan
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 35
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Surat Perintah Tim Kelompok Kerja Efektif
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 36
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
b. Terlaksananya Pembuatan Rancangan Peraturan Kepolisian.
Terlaksananya pembuatan rancangan Peraturan Kepolisian ini diawali
dengan diadakannya rapat perdana tim proyek perubahan yang dilaksanakan pada
hari Senin, tanggal 14 September 2020 di kantor Project Leader di Jakarta. Rapat
ini membahas tentang:
1) Draft yang dibahas apakah dalam bentuk Perkap atau Perpol;
2) Untuk substansi yang memohon perlindungan hukum dalam pembuatan
pendapat dan saran hukum disamping Satker, Pegawai Negeri pada Polri,
apakah boleh sampai ke keluarga dan masyarakat;
3) Apakah perlu diatur dalam hal-hal tertentu untuk pendapat dan saran hukum kita
meminta pendapat Ahli, misal untuk permasalahan khusus atau kasus-kasus
tertentu;
4) Peraturan Kepolisian ini dibuat sebagai pedoman Satker di fungsi hukum dalam
membuat pendapat dan saran hukum ke Wilayah;
5) Pembahasan masih secara umum yaitu dibahas per pasal dari pasal 1 sampai
pasal 20 ketentuan penutup;
6) Perlu tidaknya lampiran contoh draft Pembuatan Pendapat dan Saran hukum;
7) Bab I Ketentuan Umum
- Pasal 1 angka 3 ditambahkan Kepala Divisi Hukum Polri yang selanjutnya
disebut Kadivkum
- Pasal 1 angka 4 ditambahkan Pegawai Negeri pada Polri adalah
- Pasal 1 angka 5 ditambahkan terduga pelanggar adalah
- Pasal 1 angka 8, 10, 11 sebaiknya dihilangkan
8) Bab II Hak dan Tanggung Jawab
- Pasal 3 ditambahkan yang berhak mendapat PSH:
a. institusi Polri;
b. satuan fungsi/satuan kerja; dan
- Pasal 4 Hak dan Tanggung Jawab sebaiknya dihilangkan
- Pasal 5 Hak dan Tanggung Jawab ditambahkah
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 37
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
9) Bab III Tata Cara Permohonan
- Pasal 6 ditambahkan
10) Bab III Pelaksanaan
- Pasal 6 bab III Pelaksanaan sebaiknya dihapuskan
- Pasal 7 ditambahkan
- Pasal 8 huruf b sebaiknya dihilangkan buku buku yang berkaitan dengan
hukum
- Pasal 9 sebaiknya dihilangkan kalimat satwil permohonan dan atau
- Pasal 10 ayat 1 huruf b ditambahkan memenuhi Peraturan Kapolri Nomor 14
Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan diilangkan kata dan
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2006, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Komisi Kode Etik Polri; huruf c ditambahkan pegawai negeri pada polri dan
sebaiknya dihilangkan anggota polri dan PNS polri.
- Pasal 11 ayat 2 Karobankum diganti dengan Kadivkum Polri, ayat 3 Kadivkum
Polri diganti dengan Kapolri/Kapolda
- Pasal 12 ditambahkan
11) Bab III Pengawasan
- Pasal 13 ayat 1 Kabagrapkum diganti dengan Karobankum Divkum
Polri/Kasubbid Bankum Bidkum, Karobankum Divkum Polri diganti dengan
Kadivkum Polri/Kabidkum Polda, Kadivkum Polri diganti dengan
Kapolri/Kapolda.
- Pasal 16 ayat 1 ditambahkan, ayat 2,3,4,5 perubahan Kadivkum Polri menjadi
Kapolri/Kapolda, Kabagrapkum menjadi Karobankum, penambahan polda
menjadi anggota peserta
Di hari selanjutnya dilaksanakan kembali rapat melanjutkan rapat
sebelumnya bersama tim efektif yaitu pada hari Kamis, tanggal 17 September 2020
yang kembali membahas rancangan proyek perubahan. Rapat ini membahas
tentang:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 38
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
1) Materi seperti apa yang akan disusun, dalam pembuatan Peraturan
Kepolisian;
2) Dalam pembuatan perubahan Perkadiv Nomor 5 Tahun 2011 dinaikkan
status menjadi Peraturan Kepolisian untuk tetap menggunakan Teori
Manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian serta menerapkan unsur manajemen yang meliputi Man,
Money, Manage, Method and Monev.
3) dalam ketentuan umum yang meliputi pengertian tentuanya meliputi
pengetian yang dijadikan pedoman bagi materi pasal, sehingga perlu diatur
secara rigid.
4) Dalam penyusunan Peraturan Kepolisian harus memperhatikan petunjuk
administrasi umum;
5) Perlu melibatkan Bidang Hukum Polda agar lebih memahami situasi daerah;
Setelah dilaksanakannya rapat bersama tim proyek perubahan dan tim efektif
maka selanjutnya pada hari Jumat tanggal 18 September 2020 hasil diskusi proyek
perubahan diusulkan kepada Kepala Divisi Hukum Polri.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 39
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Berikut dokumentasi kegiatan rapat dengan tim proyek perubahan yang
dilaksanakan selama dua hari, disajikan pada gambar berikut:
Gambar III.1. Rapat Penyusunan Rancangan Peraturan Kepolisian
Hari Senin, Tanggal 14 September 2020
Gambar III.2. Rapat Penyusunan Rancangan Peraturan Kepolisian
Hari Kamis, Tanggal 17 September 2020
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 40
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
c. Terlaksananya Rapat Pembahasan Revisi Rancangan Peraturan Kepolisian
Tentang Pendapat dan Saran Hukum.
Terlaksananya rapat pembahasan revisi Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum ini diadakan karena Rancangan Peraturan
Kepolisian yang telah dibentuk oleh tim proyek perubahan beserta tim efektif
sebelumnya telah diusulkan kepada Kepala Divisi Hukum Polri dan telah
mendapatkan saran dan masukan sehingga perlu diadakan rapat bersama tim
proyek perubahan dan tim efektif kembali untuk membahas saran dan masukan dari
Kepala Divisi Hukum Polri. Adapun rapat dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22
September 2020 di kantor Project Leader di Jakarta. Rapat ini membahas tentang
perubahan pasal 1 sampai pasal 14 yang berisi penambahan penjelasan pengertian
kata dan penambahan kata-kata tertentu.
Ternyata rapat yang dilaksanakan pada hari Senin belum terselesaikan
sehingga diadakan rapat lanjutan pada keesokan harinya pada yaitu hari Jumat
tanggal 25 September 2020 di kantor Project Leader di Jakarta. Pada hari Selasa
tanggal 25 September rancangan yang sudah direvisi didiskusikan bersama tim
proyek perubahan sampai pada pasal 17 dan selanjutnya siap untuk dilaksanakan
harmonisasi dan sinkronisasi dengan Divisi Hukum dan Stakeholders internal.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 41
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Berikut dokumentasi kegiatan rapat dengan tim proyek perubahan yang
dilaksanakan selama dua hari, disajikan pada gambar berikut:
Gambar III.3. Rapat Penyusunan Revisi Rancangan Peraturan Kepolisian
Hari Selasa, tanggal 22 September 2020
Gambar III.4. Rapat Penyusunan Revisi Rancangan Peraturan Kepolisian
Hari Jumat, tanggal 25 September 2020
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 42
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
d. Terlaksananya Harmonisasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Kepolisian dari
Tim Proyek Perubahan ke Divisi Hukum Polri dan Stakeholders Internal.
Terlaksananya harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan Peraturan
Kepolisian dari tim proyek perubahan ke Divisi Hukum Polri dan Stakeholders
internal, diawali dengan pembuatan surat undangan kepada Stakeholders internal
dan melakukan pengiriman surat undangan dengan melampirkan Draft Rancangan
Peraturan Kepolisian yang telah disusun oleh Project Leader dan tim proyek
perubahan. Pengiriman surat ini terlaksana pada hari Senin, tanggal 28 September
2020 di kantor Project Leader di Jakarta. Selanjutnya dilaksanakannya rapat untuk
melakukan harmonisasi dan sinkronisasi Rancangan Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran Hukum bersama Stakeholders internal pada hari Kamis,
tanggal 1 Oktober 2020. Stakeholders internal yang turut hadir dalam harmonisasi
dan sinkronisasi yaitu Divisi Hukum Polri, Inspektorat Pengawasan Umum Polri,
Badan Reserse Kriminal Polri, Divisi Profesi dan Pengamanan Polri. Pada hari
Selasa, tanggal 6 Oktober 2020 di kantor Project Leader di Jakarta. Pada rapat
harmonisasi dan sinkronisasi pada tanggal 6 Oktober ini Rancangan Peraturan
Kepolisian belum fix, maka harus dilaksanakan rapat lanjutan kembali. Karena
adanya salah satu anggota di kantor yang terinfeksi positif virus corona maka rapat
tertunda dan baru kembali dilanjutkan pada tanggal 19 November untuk rapat
harmonisasi dan sinkronisasi final.
Berikut dokumentasi kegiatan harmonisasi dan sinkronisasi rancangan
Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum dengan Stakeholders
internal yang telah terlaksana, disajikan pada gambar berikut:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 43
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Gambar III.5. Harmonisasi dan Sinkronisasi Rancangan Peraturan Kepolisian
Hari Kamis, tanggal 1 Oktober 2020
Gambar III.6. Rapat Mengelola Saran dan Masukan Stakeholders Internal
Hari Selasa, tanggal 6 Oktober 2020
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 44
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Gambar III.7. Rapat Harmonisasi dan Sinkronisasi
Hari Kamis, tanggal 19 November 2020
e. Terbentuknya Draft Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum.
Dengan terbentuknya draft Rancangan Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran, tahap selanjutnya membuat surat permohonan harmonisasi
dan sinkronisasi dengan melampirkan draft Rancangan Peraturan Kepolisian
tentang Pendapat dan Saran Hukum kepada Kemenkumham. Pembuatan surat
permohonan ini dilaksakan pada hari Selasa, tanggal 24 November 2020 yang
sudah memasuki pelaksanaan pada jangka menengah. Rancangan Peraturan
Kepolisian ini terlampir.
f. Terkirimnya Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum
kepada Kemenkumham
Setelah terbentuknya Rancangan Peraturan Kepolisian pada target di jangka
pendek, project leader dapat melaksanakan dua poin di jangka menengah dimana
telah terbuatnya surat permohonan harmonisasi dan sinkronisasi yang ditujukan
kepada kemenkumham pada tanggal 24 November dan telah mengirimkan surat
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 45
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
permohonan harmonisasi dan sinkronisasi yang telah ditandatangani oleh Kepala
Divisi Hukum Polri kepada Kemenkumham.
3. Peta Stakeholders Setelah Pelaksanaan Proyek Perubahan
Pelaksanaan proyek perubahan merupakan sebuah proses kolaborasi antara
project leader dengan stakeholders internal maupun eksternal. Kolaborasi ini diyakini
sebagai cara untuk menghasilkan produk yang efektif, karena proses melakukan
perubahan tidak bisa dilakukan sendiri tetapi harus melibatkan pihak-pihak terkait atau
stakeholders. Pada awal penyusunan rancangan proper, project leader telah melakukan
identifikasi stakeholder yang bisa dilibatkan dalam proyek perubahan serta dilakukan
pemetaan dalam bentuk kuadran yang menjelaskan kekuatan pengaruh dan kepentingan
dari stakeholder terkait proyek perubahan yang dilaksanakan.
Stakeholder yang diidentifikasi baik stakeholder internal maupun eksternal adalah
sebagai berikut:
1. Stakeholders Internal
a. Kapolri
b. Itwasum Polri
c. Bareskrim Polri
d. Divpropam Polri
e. Divkum Polri
f. Robankum Divkum Polri
g. Bagrapkum Divkum Polri
h. Setum Polri
i. Korspripim Polri
j. Bidkum Polda
k. Subbagkum Polres
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 46
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
2. Stakeholders Eksternal
a. Kemenkumham
b. Advokat
c. Masyarakat
Stakeholder internal dan eksternal yang telah diidentifikasi kemudian
dikelompokkan dalam kuadran stakeholder, sebagaimana tampak pada gambar di
halaman berikut:
Gambar III.8 Peta Stakeholders dalam Rancangan Proper
Project leader melakukan berbagai strategi komunikasi untuk bisa meminta dukungan
stakeholder. Teknik komunikasi yang akan digunakan dalam proyek perubahan ini secara
garis besar adalah menentukan tujuan bersama dengan stakeholders, menentukan pesan
kunci (key message), dan menentukan sarana (channel) dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Konsultatif yaitu meminta saran dan masukan dari mentor untuk kelancaran
pelaksanaan tugas.
2. Kanalisasi yaitu melakukan komunikasi secara mendalam dengan tujuan dapat
mempengaruhi stakeholder/ komunikan untuk dapat mengikuti kemauan komunikator.
3. Koordinatif yaitu melakukan komunikasi secara berkesinambungan untuk
memperlancar jalannya penyusunan proper.
• Kepala Polisi Republik Indonesia
• Kementerian Hukum dan Ham
• Kepala Badan Reserse Kriminal Polri
• Inspektorat Pengawasan Umum Polri
• Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri
• Kepala Divisi Hukum Polri
• Kepala Biro Bantuan Hukum Divkum Polri
• Kepala Biro Sundokinfokum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penerapan Hukum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penyusunan Hukum Divkum Polri
• Bidang Hukum Polda
• Sub Bagian Hukum Polres
• Advokat
• Masyarakat
LATENS PROMOTERS
APHATETICS
• Sekretariat Umum Polri
• Koordinator Staf Pribadi Pimpinan Polri
DEFENDERS
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 47
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
4. Informatif yaitu menginformasikan segala perkembangan yang terjadi dalam suatu
penyusunan proper.
5. Edukatif yaitu memberikan pengetahuan tentang tugas.
Adapun bagan strategi komunikasi dan nilai terhadap stakeholders sebagai berikut:
Gambar III.9 Strategi Komunikasi dalam Rancangan Proper
Lima strategi di atas digunakan dalam rangka mengupayakan agar Stakeholder
Latents, Apathethics, dan Defendants dapat bergerak dan bergeser menjadi Stakeholder
yang Promotors. Berdasarkan hasil komunikasi dan kolaborasi yang dilakukan, terjadi
perubahan posisi stakeholder dalam kuadran, dengan rincian sebagai berikut:
1. Kementerian Hukum dan Ham RI pindah dari latens menjadi promoters. Hal ini
karena Kemenkumham adalah kementerian yang bertugas sebagai pembina dalam
pembuatan dan perancangan Undang-undang termasuk Peraturan Kepolisian
didalamnya akan dimintakan pendapat dan sarannya dalam pembuatan Perpol ini,
hal ini dikarenakan Perpol ini ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam koordinasinya akan dimintakan pendapat terkait drafting dan isi
materi Perpol apakah sudah sesuai, sehingga akan dilaksanakan harmonisasi dan
• Memberikan Informasi, Koordinasi, Kolaborasi, Diskusi, Meyakinkan.
Nilai : Komunikatif, Koordinasi, Kerjasama, Kesetiakawanan, Komitmen
• Konsultasi, Kanalisasi, Meminta Arahan, Saran dan Masukan, Harmonisasi dan Sinkronisasi, Pengesahan
Nilai : Komitmen, Integritas, Inovatif, Sinergitas
• Informasi, Sosialisasi, Pengaduan
Nilai : Kepedulian, Komitmen
LATENS PROMOTERS
APHATETICS
• Memotivasi, Koordinasi, Diskusi, Koreksi
Nilai : Komunikatif, Koordinasi, Kerjasama
DEFENDERS
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 48
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
sinkronisasi di tingkat Kemenkumham yang nantinya akan melibatkan kementrian
dan lembaga terkait;
2. Inspektorat Pengawasan Umum Polri pindah dari laten menjadi promoters. Hal ini
karena itwasum sebagai pengawas yang sering mendapatkan pengaduan
masyarakat meminta Pendapat dan Saran Hukum baik tertulis maupun dalam gelar
perkara kepada Divisi Hukum Polri. Pengaruhnya Itwasum Polri menerima pendapat
saran dan hukum terkait Pendapat Saran Hukum yang dimohon masyarakat
(perlindungan Hukum) dalam hal ini disebabkan Pendapat Saran Hukum ini tidak
kepada masyarakat pemohon tapi dapat diberikan kepada Pimpinan Itwasum Polri
dan Satker yang dilaporkan untuk ditindak lanjuti.
3. Kepala Badan Reserse Kriminal Polri pindah dari laten menjadi promoters. Hal ini karena bareskrim meminta pendapat dan saran hukum (pendapat saran hukum dalam gelar bisa diberikan secara lisan, dan Peraturan Kapolri yang baru akan diatur bagaimana pendapat saran hukum lisan nanti akan dituangkan dalam format resmi divisi hukum) dan pengaruhnya meningkatkan terjalinnya sinergitas antar Satuan Kerja di lingkungan Polri.
4. Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri pindah dari laten menjadi promoters. Hal ini karena divpropam bertugas dalam menjalankan proses penegakkan hukum internal terhadap anggota Polri yang melanggar disiplin dan KEPP (Kode Etik Profesi Polri). Pengaruhnya terhadap perubahan yaitu sebelum sidang harus meminta PSH (Pendapat Saran Hukum) ke Divisi hukum Polri. Satker-satker Polri, Polda, Polres dalam Proses sidang Disiplin dan sidang Kode etik profesi Polri meminta Pendapat dan Saran Hukum ke Divisi Hukum Polri.
5. Sekretariat Umum Polri pindah dari defenders menjadi promoters. Hal ini karena
Setum bertugas mengoreksi Rancangan Peraturan Kepolisian sebelum diberikan kepada Kapolri dan memberikan penomoran pada surat permohonan harmonisasi dan sinkronisasi kepada kemenkumham.
6. Bidang Hukum Polda pindah dari aphatetics menjadi promoters. Hal ini karena bidkum polda bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah dan telah memberi dukungan terhadap pelaksanaan proyek perubahan ini.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 49
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
7. Sub Bagian Hukum Polres pindah dari aphatetics menjadi promoters. Hal ini karena subbagkum polres bertugas melakukan pengkajian dan pengembangan hukum yang berkaitan dengan tugas Polri serta menyelenggarakan fungsi pembinaan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) meliputi bantuan dan nasehat hukum, penerapan dan penyuluhan hukum, dan turut serta dalam pengembangan hukum dan peraturan daerah dan telah memberi dukungan terhadap pelaksanaan proyek perubahan ini.
8. Advokat pindah dari aphatetics menjadi promoters. Hal ini terjadi karena advokat
bertugas mendampingi kliennya kemudian akan melaporkan dan meminta
perlindungan hukum terkait permasalahan kliennya. Advokat juga telah memberikan
dukungan penuh terhadap pelaksanaan proyek perubahan ini.
9. Masyarakat pindah dari aphatetics menjadi promoters. Hal ini terjadi karena
masyarakat merupakan orang yang berhak mengajukan permohonan Pendapat
Saran hukum dan perlindungan hukum yang dilaporkan untuk menindak lanjuti
keluhan permasalahannya. Masyarakat telah mendukung proyek perubahan ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka perubahan posisi stakeholder dalam kuadran
stakeholder, disajikan pada gambar berikut:
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 50
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
Gambar III.10 Peta Stakeholders dalam Rancangan Proper
• Kepala Kepolisian Republik Indonesia
• Kementerian Hukum dan Ham RI
• Inspektorat Pengawasan Umum Polri
• Kepala Badan Reserse Kriminal Polri
• Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri
• Kepala Divisi Hukum Polri
• Kepala Biro Bantuan Hukum Divkum Polri
• Kepala Biro Sundokinfokum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penerapan Hukum Divkum Polri
• Kepala Bagian Penyusunan Hukum Divkum Polri
• Sekretariat Umum Polri
• Bidang Hukum Polda
• Sub Bagian Hukum Polres
• Advokat
• Masyarakat
• Koordinator Staf Pribadi Pimpinan Polri
LATENS
PROMOTERS
APHATETICS
DEFENDERS
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 51
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
4. Kendala Internal dan Eksternal.
a. Kendala Internal.
1) Beberapa personil dari Tim efektif tidak bisa bekerja optimal karena harus
melakukan pekerjaan rutin di unit kerja masing-masing;
2) Pada saat pelaksanaan kegiatan proyek perubahan, kegiatan yang dilakukan
tidak sesuai dengan Roadmap/Millestones yang telah ditentukan
dikarenakan adanya penerapan kebijakan PSBB terkait pandemic covid-19;
3) Padatnya kegiatan Mentor menimbulkan hambatan dalam melakukan diskusi
mengenai proyek perubahan.
b. Kendala Eksternal.
1) Pejabat Stakeholder eksternal tidak selalu berada di tempat karena adanya
penerapan kebijakan PSBB terkait pandemi covid-19;
2) Adanya Work From Home saat pandemi corona mengakibatkan tertundanya
jadwal rapat yang sudah ditentukan.
5. Upaya Mengatasi Kendala.
a. Melakukan koordinasi dengan pimpinan satuan kerja untuk memudahkan mengatur
jadwal kerja tim efektif sesuai dengan penugasannya;
b. Mengatur ulang jadwal kegiatan yang melibatkan stakeholders yang terkait;
c. Project Leader melakukan koordinasi dan komunikasi dengan ajudan mentor untuk
bertemu sesuai kesenggangan waktu yang dimiliki;
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 52
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
6. Instrumen Monitoring untuk Pelaksanaan Proyek Perubahan.
Project Leader melaksanakan monitoring agar proyek perubahan ini berjalan sesuai
dengan rencana. Monitoring dilaksanakan untuk mengamati suatu keadaan atau kondisi,
termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu dan diharapkan semua data masukan atau
informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam
mengambil keputusan. Keputusan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan
menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
semula. Monitoring dilaksanakan dengan tujuan agar proyek perubahan dapat mencapai
tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien. Untuk memastikan rangkaian kegiatan
proyek perubahan ini berjalan sesuai dengan rencana, Project Leader terlibat langsung
dalam setiap kegiatan.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 53
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan.
a. Masih ditemukannya kekurangan dan kelemahan serta permasalahan dalam
pelaksanaan proses proyek perubahan Perkadiv menjadi Perpol sehingga
dipandang perlu untuk segera diambil kebijakan guna memperbaiki kekurangan dan
kelemahan tersebut, dengan harapan pada pelaksanaannya ke depan akan
memudahkan pelayanan divisi hukum Polri menjadi lebih efektif dan efisien;
b. Dalam proyek perubahan ini, akan dilakukan terobosan reformasi kebijakan dalam
perubahan dari Pekadiv nomor 5 tahun 2011 tentang Prosedur Tata Cara
pembuatan Pendapat dan Saran Hukum menjadi Peraturan Kepolisian tentang
Pendapat dan Saran Hukum;
c. Terbentuknya Draft Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran
Hukum untuk selanjutnya dilaksanakan harmonisasi dan sinkronisasi baik dengan
Stakeholders internal maupun Stakeholders eksternal;
2. Lesson Learned.
Dalam mengerjakan proyek perubahan ini saya merasakan adanya manfaat besar
yang didapatkan. Saya mendapatkan ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara
menggerakkan, berkoordinasi, berkolaborasi dan berkomunikasi dengan tim secara efektif
dan efisien untuk tercapainya tujuan dan sasaran dari proyek perubahan. Di instansi
Kepolisian, dimana segala sesuatu harus sesuai dengan perintah namun di sini saya
belajar cara menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien dengan cara menggerakkan
potensi yang ada dalam diri tim dan staf agar setiap orang tidak hanya mengerti tugasnya
masing-masing tetapi juga mengerti tugas yang ingin dicapai secara keseluruhan serta
tetap bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing. Selain itu harus mampu
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 54
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
memetakan masalah secara jelas dan menyelesaikan masalah yang bersifat luas dan
lengkap dengan melihat ruang lingkup sehingga suatu tujuan dapat tercapai dengan
perencanaan yang baik dengan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan
Stakeholders secara berkelanjutan.
Selama megikuti Pelatihan Kepemimpinan Nasional TK.I ini, saya memiliki
kompetensi pemimpin yang berpikir secara visioner dengan mempertimbangkan banyak
hal dan tidak terlepas adanya peran dari oleh Stakeholders untuk mencapainya dan
meningkatkan kinerja organisasi dengan arah kebijakan yang tepat serta dapat dikerjakan
dengan bawahan dengan baik. Saat proses pembuatan proyek perubahan saya selalu
memantau setiap kegiatan agar tujuan proyek perubahan tercapai, salah satu caranya
dengan adanya komunikasi dua arah yang efektif dan efisien antara Project Leader dengan
tim kerja. Project Leader juga memiliki kemampuan dalam mengambil suatu kebijaksanaan
maupun kebijakan tentang isu-isu strategis yang terjadi dimana saran dan masukan yang
diberikan kepada pimpinan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di Negara kita.
3. Saran.
a. Peraturan Kepolisian tentang tentang Pendapat dan Saran Hukum yang telah
terbentuk nantinya dapat dijadikan pedoman bagi Kepolisian Daerah dan dapat
dikembangkan terus untuk mengakomodir sesuai dengan perkembangan;
b. Perlunya pemaparan Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan
Saran Hukum yang telah disempurnakan Divkum Polri kepada Kapolri dan pejabat
utama Polri.
MANSJUR, S.H.,S.I.K – PKN I LAN XLVII 55
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
PERPOL PEMBERIAN PSH
4. Rekomendasi.
a. Merekomendasikan agar pelaksanaan harmonisasi dan sinkronisasi
Rancangan Peraturan Kepolisian tentang Pendapat dan Saran Hukum dapat segera
dilaksanakan dan selanjutnya dapat disempurnakan oleh Divisi Hukum Polri dengan
Kemenkum HAM;
b. Merekomendasikan kepada Kapolri untuk mendapatkan pengesahan dan
selanjutnya dilaksanakannya sosialisasi Peraturan Kepolisian tentang Pendapat
dan Saran Hukum kepada jajaran Kepolisian Daerah.