LAPORAN PRAKTIKUM Vitamin Dan Golongan Obat Cacing
-
Upload
tia-riesta -
Category
Documents
-
view
77 -
download
1
description
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM Vitamin Dan Golongan Obat Cacing
I. Dasar Teori
Kebanyakan vitamin adalah prekursor koenzim dan pada beberapa hal juga
prekursor bahan pembawa sinyal. Vitamin dapat digolongkan menurut
kelarutannya, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air.
Vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B1, B2, B6, B12, C dan H.
Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E dan K,
secara kimia vitamin-vitamin tersebut termasuk ke dalam kelompok
isoprenoid.
Isoprenoid berasal dari satu komponen umum yaitu suatu isopren (2-metil-
1,3-butadien). Isopren adalah suatu senyawa dengan cabang metil dan lima
atom C. Dari senyawa isopren ini dapat dihasilkan banyak bahan wangi-
wangian dan minyak eter. Sebagai contoh adalah metanol, kamfer, dan
sitronelol. Senyawa C10 ini dikenal juga sebagai terpentin, secara analog
senyawa yang terbentuk dari tiga unit isorpen dapat diberi nama
seskuiterpentin dan yang terbentuk dari steroid disebut triterpentin. Rantai
isorpen kadang-kadang digunakan sebagai lipid jangkar, yaitu untuk
memfiksasi molekul-molekul pada suatu membran. Koenzim dengan
isoprenoid-jangkar yang mempunyai panjang yang berbeda-beda ialah
ubikuinon, plastokuinon, dan menakuinon. Dalam beberapa hal, komponen-
komponen isorpen digunakan sebagai elemen untuk mengubah molekul-
molekul secara kimia.
Macam-macam vitamin, yaitu :
a. Vitamin A atau retinol merupakan senyawa poliisoprenoid yang
mengandung cincin sikloheksinil. Retinol adalah substansi induk dari
retinoid yang terdapat pada retinal dan asam retinoat.
b. Vitamin D merupakan prohormon steroid, vitamin D atau kalsiol
diubah dalam hati dan ginjal melalui hidroksilasi menjadi hormon
kalsitriol.
c. Vitamin E terdiri atas tokoferol dan senyawa sejenis yang semuanya
mengandung satu cincin kroman. Vitamin E merupakan baris pertama
pertahanan terhadap proses peroksidasi asam lemak tak jenuh ganda
yang terdapat pada fosfolipid membran seluler dan subseluler.
1
d. Vitamin K terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri atas
cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping pada posisi tiga.
Vitamin K merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya
terdiri atas beberapa satuan isoprene.
e. Vitamin C atau asam aksorbat mempunyai struktur suatu turunan
heksosa. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
aksorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidroaskorbat (bentuk
teroksidasi).
f. Vitamin B1 atau tiamin tersusun dari pirimidin tersubstitusi yang
dihubungkan oleh jembatan metilen dengan tiazol tersubstitusi.
Tiamin dalam bentuk Koenzim Tiamin Pirofosfat (TPP) atau Trifosfat
(TTP) memegang peranan penting dalam transformasi energi,
konduksi membran dan saraf serta dalam sintesis pentosa dan bentuk
koenzim tereduksi dari niasin.
g. Vitamin B2 atau riboflavin terdiri atas sebuah cincin isoaloksazin
heterosiklik yang melekat pada gula alkohol, ribitol. Riboflavin
terutama berfungsi sebagai komponen koenzim FAD dan FMN.
h. Vitamin B6 di alam terdapat dalam tiga bentuk, yaitu piridoksin,
piridoksal dan piridoksamin. Piridoksin hidroklorida adalah bentuk
sintetik yang digunakan sebagai obat.
i. Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip profirin seperti
hem, yang mengandung kobalt serta terikat pada ribose dan asam
fosfat.
j. Vitamin H atau biotin suatu asam monokarboksilat terdiri atas cincin
imidasol yang bersatu dengan cincin tetrahidrotiofen dengan rantai
samping asam valerat.
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk
membasmi (mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing
(helminth) dalam saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh. Sebagian besar
anthelmintik yang digunakan saat ini aktif terhadap parasit-parasit tertentu
dan sebagian bersifat toksik.
2
Berbagai jenis obat cacing yang telah dikenal seperti :
a. Pirantel pamoat dipasarkan sebagai garam pamoat yang berbentuk
kristal putih, tidak larut dalam alkohol maupun air, tidak berasa
dan bersifat stabil. Oksantel pamoat merupakan analog m-oksifenol
dari pirantel yang efektif dalam dosis tunggal.
b. Piperazin terdapat sebagai heksahidrat yang mengandung 44%
basa. Juga didapat sebagai garam sitrat, fosfat, adipat dan tartrat.
Garam-garam ini bersifat stabil nonhigroskopik, berupa kristal
putih yang sangat larut dalam air, larutannya bersifat sedikit asam.
II. Alat dan Bahan
II.1Alat :
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Gelas kimia
d. Spiritus
e. Kaki tiga
f. Rak tabung reaksi
II.2Bahan :
a. Vitamin A
b. Vitamin B1
c. Vitamin B2
d. Vitamin B6
e. Vitamin B12
f. Vitamin E
g. Vitamin C
h. Vitamin K
i. Asam folat
j. Nicotinamidum
k. Pyrantel pamoat
l. Piperazin citrat
3
4
III. Hasil Pengamatan
Sampel No 93
NO CARA KERJA HASIL
PENGAMATAN
DUGAAN KESIMPULAN
1
2
3
4
Uji organoleptik :
a. Warna
b. Bau
c. Bentuk
Uji kelarutan
Uji golongan :
a. Sampel + Nesler
Uji identifikasi :
a. Sampel + FeCL3
b. Sampel + H2SO4
Merah
Tidak berbau
Serbuk
Larut dalam air
Larutan bening
agak kental
-
-
-
-
Vitamin
Vitamin B12
Vitamin B12
Vitamin B12
5
Sampel No 17
NO CARA KERJA HASIL
PENGAMATAN
DUGAAN KESIMPULAN
1
2
3
4
Uji organoleptik :
a. Warna
b. Bau
c. Bentuk
Uji kelarutan
Uji golongan :
a. Sampel + Nesler
Uji identifikasi :
a. Sampel + FeCL3
b. Sampel + AgNO3
c. Flourosensi
Putih
Khas
Cairan
Tidak larut dalam
air
Larutan putih keruh
Larutan berwarna
kuning
Larutan putih
Hijau kuning pupus
-
-
-
-
Vitamin
Vitamin A
Vitamin A
Vitamin A Vitamin A
III. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, masing-masing sampel
dilakukan uji organoleptik. Pada sampel no 93 tidak berbau, berwarna merah
dan berbentuk serbuk serta larut dalam air. Sedangkan pada sampel no 17
memiliki warna putih, bau khas dan berbentuk larutan serta tidak larut dalam
air. Karena ada vitamin yang larut di dalam lemak merupakan molekul
hidrofobik apolar. Secara kimia vitamin-vitamin tersebut termasuk ke dalam
kelompok isoprenoid.
Dilakukan penambahan dengan Nesler untuk pengelompokkan
berdasarkan senyawa, pada kedua sampel tidak terbentuk endapan putih yang
menandakan bahwa sampel termasuk ke dalam golongan vitamin. Karena
vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia
6
makronutrien. Larutan nesler yang terdiri dari HgCL2 sebagai katalis yang
bereaksi dengan KI sehingga Nesler bereaksi dari amida alifatik dan tiomida.
Dilakukan identifikasi pada sampel no 17 dengan dugaan vitamin A, yaitu
dengan menambahkan FeCL3 larutan menjadi berwarna kuning. Karena
vitamin A mengandung gugus tiol (-SH) yang reaktif, tempat gugus asil
berikatan secara kovalen membentuk tioester selama reaksi pemindahan gugus
asil. Sehingga retinol dan retinal mudah dioksidasi oleh senyawa FeCL3
sebagai oksidator sehingga terjadi reaksi redoks, anion yang dihasilkan dan
distabilkan oleh resonansi dengan muatan negatipnya disebar (delokalisasi)
oleh cincin aromatik sehingga menghasilkan warna kuning.
Selanjutnya pada sampel ditambahkan AgNO3 larutan berwarna putih.
Karena terjadi reaksi oksidasi terhadap vitamin sebagai oksidator ketika
direaksikan dengan logam ag maka akan teroksidasi. Dengan cara flourosensi
sampel menjadi berwarna hijau kuning pupus yang membuktikan bahwa
sampel adalah vitamin A.
Dilakukan identifikasi pada sampel no 93 dengan dugaan vitamin B12,
yaitu dengan menambahkan FeCL3 menghasilkan warna kuning. Karena
FeCL3 bersifat sebagai oksidator sehingga perlahan mengalami kerusakan dan
menimbulkan warna kuning.
Selanjutnya dilakukan penambahan dengan H2SO4 menghasilkan warna
cincin coklat. Karena ketika ditambahkan H2SO4 yang berfungsi sebagai
katalis asam dan sebagai sumber proton untuk terjadinya protonasi terhadap
atom oksigen pada gugus karbonil secara perlahan rusak oleh penambahan
asam dan terbentuk cincin coklat. Bila sianokobalamin dihidrolisis dengan
asam maka akan menghasilkan 5,6-dimetilbenzimidazol, yang menyimpulkan
bahwa sampel no 93 adalah vitamin B12.
IV. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sampel no 93
adalah vitamin B12 dan sampel no 17 adalah vitamin A.
7
V. Daftar Pustaka
Anonim, Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Direktorat Jendral
pengawasan Obat dan Makanan: 1979
Underwood, A. L.2002.Analisis Kimia Kualitatif.Jakarta:Erlangga
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta:Departemen
Kesehatan
Fesenden R.I dan (Fessenden). 1982. Kimia Organik jilid 2. Jakarta :
Erlangga
S, riswiyanto.2009. Kimia Organik. Jakarta :Erlangga.
8