LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil...

52
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN KOMODITAS: KAPAS (Gossypium sp) Oleh: APRI ADITYA DANANG P 115040201111052 AMINATUS SHOLIKAH 115040213111035 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI KELAS: C UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN MALANG 2012

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil...

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN

KOMODITAS: KAPAS (Gossypium sp)

Oleh:

APRI ADITYA DANANG P 115040201111052

AMINATUS SHOLIKAH 115040213111035

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

KELAS: C

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

2012

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

i

Lembar Persetujuan

Judul Laporan : Praktikum Teknologi Produksi Tanaman Kapas

Nama Dan NIM : 1. APRI ADITYA DANANG P 115040201111052

2. AMINATUS SHOLIKAH 115040213111035

Program Studi : AGROEKOTEKNOLOGI

Menyutujui,

Asisten Kelas, Asisten Lapang,

Alfian Trisna A Rizky Rachmadi Utomo

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapas merupakan salah satu komoditas tanaman indusri yang penting.

Kebutuhan serat kapas nasional akan berbanding lurus dengan meningkatnya

volume produksi sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) (Usman,

1991). Nilai ekspor tekstil mencapai 15 % dari ekspor non migas nasional,

ironisnya industri yang berorientasi ekspor ini tidak didukung oleh pasokan

serat kapas domestik yang memadai, sehingga ketergantungan akan serat

kapas impor mencapai rata-rata 454 – 762 ribu ton kapas. Produksi kapas

dalam negeri hanya berkisar 1.600 – 2.500 ton atau sekitar 0,3 % dari

kebutuhan serat kapas dalam negeri. Jika target produksi adalah 5 – 10 % dari

kebutuhan nasional maka areal pengembangan harus mencapai 30 – 50 ribu

hektar (Dahlan, 2011).

Maka dalam hal ini, pada mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman

diadakan praktikum lapang, yaitu menanam tanaman dengan komoditas

kapas. Hal ini dilakukan agar kita dapat menerapkan langsung materi yang

sudah di dapatkan dalam perkuliahan. Mulai dari pengolahan lahan yaitu

dengan pencangkulan, dan pembuatan bedengan. Melakukan penanaman

kapas dengan memasukkan bibit berupa biji kapas pada lubang tanah yang

telah ditugal disertai dengan pemupukan. Selanjutnya dilakukan perawatan,

seperti sanitasi lahan, penyulaman, penjarangan, dan pembumbunan. Selain

itu pemantauan terhadap hama penyakit tanaman perlu dilakukan agar

tanaman dapat berproduksi secara optimal sehingga mendapatkan hasil

produksi tinggi dan dapat diterapkan untuk masyarakat sekitar.

Penelitian yang ada telah membuktikan bahwa kapas dengan

pemberian mulsa jerami lebih berproduksi secara maksimal dari pada kapas

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

yang tidak menggunakan mulsa jerami. Hal ini dikarenakan perlakuan mulsa

jerami dapat meningkatkan kesuburan tanah, selain itu mulsa jerami

merupakan media yang tepat sebagai tempat bagi para predator hama. Untuk

membuktikan hasil penelitian tersebut, maka dalam praktikum kali ini

terdapat beberapa kelas yang menerapkan mulsa jerami, dan beberapa kelas

lain tidak menggunakan mulsa jerami. Laporan akhir praktikum ini adalah

hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan

dengan perlakuan yang sama dan perlakuan dengan mulsa jerami dari kelas

lain untuk membuktikan pertumbuhan dengan perlakuan mana yang lebih

optimal.

1.2 Tujuan

Praktikum Teknologi Produksi Tanaman yang kami lakukan

mempunyai tujuan, antara lain:

a) Untuk mengetahui karakteristik komoditas kapas,

b) Untuk mengetahui syarat tumbuh tanaman kapas,

c) Untuk mengetahui teknologi produksi tanaman kapas,

d) Untuk mengetahui perbedaan hasil antara perlakuan yang diberikan,

dengan perlakuan yang lain.

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

2.1.1 Klasifikasi

Gambar 1. Tanaman Kapas (Dahlan, 2011)

Menurut Usman (1991), tanaman kapas secara botanis disebut dengan

Gossypium sp yang memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya

yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L,

Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense; dengan klasifikasi

sebagai berikut : Devisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Sub Kelas :

Dicotyledonae, Ordo : Malvales, Famili : Malvaceae, Genus : Gossypium,

dan Spesies : Gossypium sp.

2.1.2 Morfologi

Akar Tanaman

Tanaman kapas umumnya dikembangbiakkan dari biji. Pada waktu

berkecambah calon akar tunggang tumbuh lebih dahulu masuk ke dalam

tanah, diikuti oleh keping biji. Kapas mempunyai akar tunggang yang panjang

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

dan dalam, tergantung pada umur, besarnya tanaman, aerasi, dan stuktur

tanah.Akar tunggang sering lebih panjang daripada tanamannya sendiri.

Dari akar tunggang akan tumbuh akar-akar cabang. Akar cabang akan

bercabang-cabang lagi, dan membentuk akar-akar rambut. Kadang-kadang

membentuk lapisan akar dan sering akar-akar tersebut menembus permukaan

tanah (Dahlan, 2011).

Batang

Tanaman kapas dalam keadaan normal tumbuh tegak.Batang berwama

bijau tua, merah atau hijau bernoktah merah. Batang umumnya berbulu dan

ada pula yang tidak, serta ada yang ujinya berbulu, pangkalnya tidak

berbulu.Dari setiap ruas, tumbuh daun dan cabang pada ketiaknya.Panjang

dan jumlah cabang berbeda-beda menurut jenis cabang dan dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Cabang vegetatif tumbuh pada batang pokok dekat leher akar dan

biasanya tumbuh ke atas. Cabang-cabang vegetatif baru dapat berbunga dan

berbuah setelah tumbuh cabang generatif. Banyaknya cabang vegetative

bervariasi biasanya sekitar 3-4 cabang.

Cabang generatif tumbuh pada batang pokok atau pada cabang

vegetatif. Cabang generatif letaknya mendatar dan langsung membentuk

bunga. Semua bunga dan buah tumbuh pada cabang generatif. Cabang-cabang

buah yang pertama biasanya dihasilkan pada ketiak daun ke-6 sampai ke-8 ke

atas pada batang pokok. Jumlah cabang generatif antara 8-20 cabang (Balittas,

1993).

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Gambar 2. Batang dan cabang (Dahlan, 2011)

Daun

Bentuk daun pertama sampai kelima belum sempuma. kadang-kadang

agak bulat atau panjang. Setelah daun kelima bentuk daun semakin sempuma

dan bentuknya sesuai dengan jenis kapas. Terdapat paling sedikit 5 bentuk

daun, yaitu bentuk entire, okra, twisted, barbadense, dan normal.

Bentuk daun normal mempunyai 5 sudut daun (lekukan), kadang-

kadang lebih atau kurang. Bentuknya bundar seperti jantung, lekukan daun

ada yang dalam dan ada pula yang dangkal. Wama daun hijau, hijau

kemerahan, dan merah. Daun berbulu ada yang lebat panjang, lebat pendek.

ada yang berbulu jarang, bahkan ada yang halus tidak berbulu. Di bagian

bawah daun (pada tulang daun) terdapat nektar dan ada pula yang tidak

mengandung nektar (Balittas, 1993).

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Gambar 3. Bentuk-bentuk daun (Dahlan, 2011).

Bunga

Tanaman kapas mulai berbunga sekitar 30-45 hari dan mulai mekar

sekitar 45-60 hari tergantung jenis dan varietas kapas. Bunga mulai mekar

pada pagi hari (jam 6-7) dan layu pada siang harinya. Bunga pertama mulai

tumbuh pada batang di atas cabang vegetatif, berbentuk spiral dengan filotaksi

3/8 (Mauney,1984). Tiap cabang generatif dapat tumbuh 6- 8 bunga.Kuncup

bunga berbentuk piramid kecil ada pula yang melintir (frego) dan berwama

hijau.

Bagian-bagian bunga:

1. Tangkai bunga 5. Bakal buah

2. Daun kelopak tambahan 6. Tangkai kepala putik

3. Daun kelopak 7. Kepala putik

4. Mahkota bunga 8. Tepung sari

Tangkai bunga yang menghubungkan buah dan cabang

tanaman.kadang-kadang panjang atau pendek sesuai ukuran buah. Daun

kelopak tambahan, bentuknya segi tiga, bergaris berwama hijau, nampak

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

seperti kelopak bunga.Melekat pada daun kelopak dan tangkai bunga,

mengelilingi dan melindungi bagian-bagian bunga yang lunak.Besamya

bermacam-macam tergantung jenisnya.Daun kelopak.tertutup oleh daun

kelopak tambahan. Jumlah daun kelopak bunga sama dengan mahkota bunga,

yaitu 5 dan melekat mengelilingi dasar mahkota bunga.

Mahkota bunga, jumlahnya 5 buah dan terletak di dalam kelopak

bunga. Mahkota bunga mempunyai dasar sempit dan melebar pada bagian

atas. Warna mahkota bunga bermacam-macam ada yang putih, kuning muda,

gading, dan ada yang kuning kemerahan. Setelah terjadi persarian mahkota

bunga berubah wama menjadi ungu kemerahan sampai biru kemerahan.

Dalam mahkota bunga terdapat ruangan yang mengandung tangkai

dan kepala putik, bakal buah, dan benang sari yang berlekatan satu sama lain

dan membentuk sebuah tabung benang sari yang mengurung tangkai putik

sampai ujung (Darjanto dan Siti-Satifah, 1982). Benang sari berwama krem

dan ada pula yang berwama kuning (Balittas, 1993).

Bila tidak ada gangguan yang berarti pembungaan kapas mempunyai

patron yang tetap, munculnya bunga 1.ke-2. dan seterusnya sangat teratur.

Misalnya bunga 1 (A1) muncul 1 bunga, sekitar 3 hari kemudian muncul

bunga ke-2 (Bl). Sekitar 3 hari kemudian muncul bunga ke-3 (C) dan pada

hari tersebut muncul 12 bunga (Cl dan eJ) dan seterusnya (Lugard dalam

Ditjenbun, 1978).

Buah

Bunga kapas mekar pada pagi hari (jam 6-7) dan kemudian kepala

putik membuka (reseptit). Bagian tangkai yang mengandung tepung sari juga

segera membuka dan menghamburkan tepung sarinya. Tepung sari dapat

melekat pada kepala putik dan mampu bertahan sampai 12 jam. Tepung sari

berkecambah dalam waktu yang singkat dan mencapai bakal buah dalam

waktu sekitar 12-30 jam setelah persarian (Stewart dalam Mauney, 1984).

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Umumnya bunga kapas terjadi open pollinated, out crossing 35%.

Setelah terjadi persarian, maka buah segera terbentuk. Dari bunga sampai

menjadi buah masak sekitar 40-70 hari. Buah yang masak akan retak dan

terbuka. Kebanyakan buah terdiri dari 3 ruang dan kadang-kadang 4-5 ruang.

Bentuk dan besar serta warna buah berbeda-beda ada yang bulat telur,

bulat, dan ada yang segi tiga. Berat buah bervariasi antara 3-6 gram/buah.

Buah-buah yang besar umumnya terdapat pada buah-buah yang terdapat di

bagian bawah. Variasi ukuran buah terjadi baik antara varietas yang berbeda,

atau terjadi pada buah-buah yang letak buahnya berbeda. Warna buah ada

hijau muda, hijau gelap berbintik-bintik yang mengandung kelenjar minyak.

Jumlah buah yang terbentuk tidak seluruhnya dapat dipanen, umumnya buah

yang dapat dipanen sekitar 10-20 buah/tanaman (Balittas, 1993).

Biji dan Serat

Di dalam kotak buah berisi serat dan biji secara teratur. Tiap ruang

buah terdapat dua baris biji dan rata-rata setiap ruang biji terdiri dari 9 biji.

Bentuk biji bulat telur, berwama cokelat kehitaman, panjangnya antara 6-12

mm, dengan berat 100 biji sekitar 6-17 gram.

Kulit luar biji ada yang berserat dan ada yang tidak. Serat melapisi

kulit biji sangat pendek, ada yang tebal dan halus, atau tebal dan kasar, tipis

serta halus.Serat melekat erat pada biji, berwama putih atau krem ada pula

yang berwama keabu-abuan. Serat disebut "fuzz" (kabu-kabu).

Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi di luarnya terdapat

lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal

membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Pemanjangan serat

berlangsung sekitar 13-15 hari. Pada waktu buah masak kulit buah retak dan

kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipungut. Bagian serat terpanjang

terdapat pada puncak biji.Berat serat kapas sekitar 1/3 berat kapas

berbiji.Panjang serat bervariasi tergantung pada jenis dan varietas kapas.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm (Ditjenbun.

1977).

2.2 Syarat Tumbuh

Berbeda dengan tanaman lainnya, tanaman kapas membutuhkan

perhatian yang cukup cermat dan teliti terhadap faktor iklim. Syarat-syarat

tumbuh tanaman kapas antara lain :

1. Curah hujan

Curah hujan yang diperlukan oleh tanaman kapas rata-rata

1.500 sampai dengan 1.800 mm/tahun (minimum 175 sampai dengan

200 mm/bulan) yang terbagi atas :

Masa persiapan memerlukan air dengan hujan ringan.

Waktu umur 1 sampai dengan 3 bulan perlu hujan ringan untuk

pembungaan dan pembuahan. Disamping itu diperlukan

kelembaban yang tinggi, sebaiknya ada irigasi.

Waktu siap untuk berbuah (umur 5 sampai dengan 7 bulan)

tidak memerlukan hujan.

Curah hujan dapat berpengaruh langsung terhadap jumlah dan

kualitas kapas yang dihasilkan. Hujan yang terlalu lebat dapat

mengganggu pertumbuhan kecambah, kapas yang telah dewasa bias

roboh. Disamping itu, hujan yang terus-menerus selama masa

pembungaan akan menghambat proses persarian sehingga

menghambat proses persarian sehingga proses pembuahan terhenti

pada saat mulai pecah dan buah menjadi busuk. Selain itu, buah yang

telah mekar bila terus disiram hujan, warna seratnya menguning dan

kualitas kapas turun (Usman,1991).

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

2. Sinar matahari dan angin

Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman kapas

membutuhkan sinar matahari yang cukup banyak. Bila sinar matahari

kurang, dapat memperlambat masaknya buah dan masaknya tidak

seragam.Dengan adanya sinar yang cukup, buah dapat masak antara

70%-90%. Dengan demikian, daerah-daerah yang selama musim

tanam hanya mendapat sinar matahari kurang dari 50% tidak baik

untuk tanaman kapas.

Arus angin yang berlebihan dapat menjadi gangguan bagi

tanaman kapas. Angin juga dapat menurunkan kualitas kapas, karena

mengotori serat buah yang belum dipetik. Disamping itu angin yang

mengandung uap air, sangat baik untuk pertumbuhan kapas. Angin

kencang dapat menyebabkan tanaman roboh dan menghambat usaha

pemberantasan hama serta hama serta penyakit (Usman,1991).

3. Suhu dan lokasi

Kapas adalah tanaman yang cocok ditanam di daerah dataran

rendah dengan ketinggian kurang dari 300 m dari permukaan laut.

Dalam pertumbuhannya, tanaman kapas membutuhkan suhu yang

tinggi. Untuk pertumbuhan kapas yang optimal, kapas memerlukan

suhu antar 30° sampai dengan 34° C (Usman,1991).

4. Keadaan tanah

Kapas dapat ditanam di berbagai jenis tanah. Untuk

memperoleh hasil yang baik, syarat-syarat tanah yang dianjurkan

antara lain tanah lempung, tanah-tanah lempung berpasir, dan tanah

lempung liat.

Struktur tanah yang baik untuk tanaman kapas adalah remah

sampai liat, serta mengandung humus (Usman,1991).

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

2.3 Teknik Budidaya

1. Penyiapan lahan

Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu perlu disiapkan

lahan yang baik melalui pengolahan tanah yang sempurna.

Adapun cara pengolahan tanah untuk tanaman kapas adalah

tanah dibajak dengan kedalaman 20 sampai dengan 30 cm dengan

frekuensi 1 sampai dengan 2 kali. Tanah dibersihkan dari sisa-sisa

tanaman terdahulu. Tanah untuk tanaman kapas sebaiknya bekas

tanaman padi/palawija, sehingga ada pergiliran tanaman untuk

menghindari berjangkitnya hama-hama dan penyakit kapas.

2. Pemilihan bibit kapas

Menurut Usman (1991), seleksi bibit merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi dalam bercocok tanam kapas. Hal ini

berhubungan dengan pertumbuhan serta kualitas yang dihasilkan.

Ciri-ciri bibit yang baik adalah :

a. Berasal dari buah yang kering dan tua serta mempunyai

daya kecambah lebih 80%.

b. Bibit harus murni, bersih dan berasal dari varietas unggul.

c. Bebas dari hama dan penyakit. Sebelum ditanam

sebaiknya diaduk dengan pestisida atau fungisida.

3. Penanaman

Dalam penanaman kapas perlu diperhatikan waktu tanam, jarak

tanam serta cara penanamannya.

a. Waktu tanam

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Kapas memerlukan banyak air selama 3 sampai dengan

4 bulan sejak dari penanaman. Dengan demikian sebaiknya

penanaman dapat ditentukan 5 bulan sebelum musim kemarau,

sehingga kapas dapat tumbuh baik dan mendapat air yang

cukup. Untuk mendapatkan pertumbuhan kecambah yang baik,

pada saat benih akan ditanam, tanah harus cukup basah dan

lembab. Waktu penanaman hendaknya dilakukan serentak,

sehingga dapat mencegah penyebaran hama dan penyakit serta

memudahkan pemerantasan (Usman,1991).

b. Jarak tanam

Jumlah tanaman yang akan ditanam sebaiknya 50.000

sampai dengan 60.000 setiap hektar. Hal ini dimaksudkan agar

setiap tanaman memperoleh sinar matahari, peredaran udara

dan ruang tumbuh yang cukup, sehingga akan memperoleh

hasil yang baik. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam

antara barisan 90 sampai dengan 120 cm, sedang jarak tanam

dalam barisan berkisar antara 20 atau 25 cm. Secara terinci

tentang jarak tanam dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel1.Jarak tanam dan jumlah tanaman per hektar (Usman, 1991).

Sifat

tanah

Jarak tanam

antar baris

Jarak tanam

dalam baris

Jumlah

pohon/Ha

Subur 100 cm 40 cm 25.000

Subur 100 cm 30 cm 33.000

Kering

subur

100 cm 20 cm 50.000

Kering

subur

90 cm 25 cm 44.000

Kering 90 cm 30 cm 36.000

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

subur

c. Cara penanaman

Menurut Usman (1991), untuk melakukan penanaman

kapas, benih ditanam dengan tugal, yaitu dengan menugal

(melubangi tanah dengan mempergunakan kayu atau bambu)

dan dalamnya lebih kurang 5 cm, sedang untuk tanah

berlempung agar lubangnya dibuat lebih dangkal.Tiap lubang

diisi dengan 4 sampai dengan 5 biji benih, sedangakan pada

tanah yang tidak subur atau agak liat sehingga sulit ditembus

kecambah sebaiknya diisi sebanyak 8 sampai dengan 10 biji

yang diletakkan secara bergerombol, agar ketika mulai

berkecambah dapat dengan mudah bersama-sama menembus

lapisan tanah. Penanaman dilakukan secara teratur dalam

barisan, agar mudah dalam pemeliharaan selanjutnya. Lubang

yang telah diisi biji benih, ditutup dengan tanah gembur, atau

pupuk kandang yang masak.

4. Pemeliharaan tanaman

Usman (1991), menjelaskan bahwa tanaman kapas

memerlukan pemeliharaan yang meliputi kegiatan-kegiatan :

penjarangan, penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan,

pemangkasan pohon dan pencegahan hama serta penyakit.

1. Penjarangan

Penjarangan bertujuan untuk mengurangi tanaman yang

tumbuh terlalu padat dalam satu lubang, sehingga diberi

kesempatan kepada tanaman yang tinggal untuk tumbuh subur

dan menghasilakn sesuai dengan tingkat produksi yang

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

diharapkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan

penjarangan antara lain :

a. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2

sampai dengn 3 minggu.

b. Tanaman yang tumbuh cacat dicabut.

c. Tiap lubang sebaiknya dipelihara 1 atau 2 pohon, atau

tergantung keadaan tanah.

d. Bagi tanah yang subur sebaiknya cukup 1 pohon saja, agar

tidak terlalu rimbun.

2. Penyulaman

Penyulaman diperlukan apabila tanaman tumbuh

kurang dari 80%, diganti dengn tanaman kapas yang baru,

sehingga jumlah pohon sesuai yang diinginkan. Penyulaman

sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih

daru 10 hari. Hal ini untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman

serempak dan mudah dalam pemeliharaan. Bibit tanaman yang

akan disulam dapat diambil dari lubang lain yang jumlahnya

berlebihan, dengan mencabut secara hati-hati agar akar

tunggang tidak putus.

3. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan dilakukan dengan membuang rumput-

rumput sekitar tanaman kapas agar pertumbuhannya tidak

terhambat. Rumput-rumput yang tidak dicabut dapat menjadi

sarang hama dan penyakit serta dapat mengurangi hasil

maupun mutu kapas sampai 50%. Penyianagn dilakukan

sebaiknya tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 2 sampai

dengan 3 minggu (penyiangan pertama), berumur 5 minggu

(penyiangan kedua) dan ketika berumur 7 minggu (penyiangan

ketiga). Bersamaan dengan penyiangan, perlu dilakukan

pembubunan, yaitu menguruk atau membumbun tanah di

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

sekitar pohon sedemikian rupa untuk memberi kesempatan

pada tanaman kapas tumbuh subur.

Khusus untuk daerah datar, pembumbunan pertama

dilakukan mengikuti barisan, pembumbunan kedua menyilang

barisan. Sedang untuk daerah miring, pembumbunan dilakukan

sesuai dengan tingkat kemiringan tanah.

4. Cara pemupukan

Untuk menambah tingkat kesuburan tanah, tanaman

kapas dapat dipupuk dengan pupuk anorganik (buatan) yaitu

Urea atau ZA, pupuk P (TSP) dan K.

Cara pemupukan untuk pupuk Urea atau ZA diberikan

sebanyak dua kali, yaitu pemupukan pertama pada saat

tanaman berumur lebih kurang 2 minggu dan pemupukan

kedua setelah tanaman berumur 6 sampai dengan 8 minggu,

dengan dosis 100 kg Urea atau 200 kg ZA per hektar. Pupuk

kalium Sulfat diberikan dengan dosis 50 kg/ha, bila tanah

kekurangan belerang. Pupuk TSP diberikan dengan dosis 100

kg/ha. Pupuk TSP dan kalium Sulfat diberikan bersama-sama

pada waktu tanam atau dapat juga diberikan bersamaan dengan

pemberian pupuk Urea atau ZA yang pertama.

Pemupukan pertama dilakukan dengan menggali

lubang sedalam 5 cm. kemudian pupuk dimasukkan dan

ditutup rapat dengan tanah. Lubang pupuk dapat dibuat dengan

tugal atau alat lain. Pemupukan kedua dilakukan dengan

membut alur yang berjarak 10 sampai dengan 15 cm dari

pohon dan perlakuannya sama dengan pemupukan pertama.

5. Pemotongan dan pemangkasan pohon

Pemangkasan tanaman kapas bertujuan untuk menjaga

pertumbuhan kapas tidak terlalu tinggi, untuk mempermudah

melakukan penyemprotan dan pemanenan. Pemangkasan

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

dilakukan pada saat tanaman berumur 110 sampai dengan 120

hari. Pemangkasan dilakukan dengan pisau atau gunting

maupun dengan tangan pada bagian yang lunak.

6. Hama dan penyakit

Hama dan penyakit pada tanaman kapas merupakan

penyebab turunnya produktivitas hasil tanaman.

a. Macam-macam hama

1. Hama perusakbuah(Heliothissp)

Hama ini masuk ke dalam buah kapas, dengan

terlebih dahulu merusak daun dan kuncup bunga.

Tanda-tanda serangan terdapat lubang pada buah dan

kuncup bunga atau bagian yang lain, di luar lubang

terdapat kotoran larva. Pemberantasannya dengan

pestisida seperti terdapat pada table 2.

2. Hama perusak batang, pucuk dan kuncup buah

(Friasfabis S.)

Ulat dari jenis hama ini memekan pucuk muda,

melubangi batang dan menggerek buah. Tanda-tanda

serangan, kuncup dan buah terdapat lubang dan sisa

kotoran, pucuk batang layu, terkulai, busuk dan

akhirnya mati. Bila pucuk batang dibelah, sering

dijumpai ulat. Pemberantasannya dengan pestisida

seperti dijelaskan pada tabel ini :

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Tabel2. Penggunaan pestisida untuk memberantas hamaHeliothis spdan Frias fabis

Insektisida Dosis liter/ha

Ambus 2EC 2 – 2,5

Ambus 5 ULV 2 – 2,5

Azodrin WSC 1

Hostathion 40 EC 2

Hostathion 15 Ulv 2

Hostathion 25 ULV 2

Thiodan 35 EC 2

Thiodan 25 Ulv 2 – 2,5

Sevin 85 S 1,5 – 2,0

Sumber : Dirjen Perkebunan 1980

3. Hama perusak daun

Hama perusak daun ini terdiri dari Empoasca sp

dan Prodenia litura F. hama tersebut memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

Empoasca sp :

Merusak dengan cara mengisap cairan

daun

Larva dewasa tinggal di bawah

permukaan daun

Bergerak dan terbang cepat sekali

Terdapat bintik-bintik hitam pada daun

Warna berubah coelat keerahan, tetapi

daun mengkerut ke bawah dan gugur

Bila tanaman digoyangkan, banyak

hama berterbangan.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Prodenia litura F

Memakan hijau daun hingga tinggal

kerangkanya saja dan melubangi daun

hingga tinggal kerngakanya saja.

Kedua hama tersebut dapat diberantas dengan

insektisida.

4. Hama perusak akar/batang dekat akar

(Hypomecessquamosus F)

Larva hama ini memotong pada kedalaman 1

sampai dengan 2 cm di bawah tanah. Tanda-tanda

serangan, tanaman layu, akar terputus atau

terkelupas/terkerat dan tanaman mati pada umur muda.

Pencegahan dilakukan dengan mengatur tata tanam

secara serentak pada musim hujan. Tanah diolah sebaik

mungkin dan gulma dibersihkan sebelum musim

penghujan. Pemberantasan dilakukan dengan

insektisida Basudin 10 G (20 kg/ha) dan Sevidol 5 G

(20 kg/ha) yaitu membenamkannya secara merata

dalam tanah disekitar tanaman/dekat sarang larva.

b. Macam-macam penyakit

Penyakit tanaman kapas terdiri dari penyakit karena

bakteri dan cendawan.

1) Penyakit karena bakteri (Xanthomonas malvacearum,

SM)

Tanda-tanda serangan, daun terdapat bercak

persegi mirip bintik air, bila dipijit keluar cairan dan

kemudian berubah menjadi coklat akhirnya mati.Kulit

buah yang terserang berwarna hijau tua dan lembab.

Pemberantasan dilakukan dengan menanam bibit

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

unggul yang tahan terhadap serangan Xanthomonas sp.

Pembrsihan sampah-sampah/sisa tanaman sehabis

panen.

2) Penyakit karena cendawan

Penyakit busuk buah/bercak daun

(Antheacnose)

Penyakit ini merusak tanaman muda, dewasa,

menyerang daun, batang dan buah.Tanda-tanda

serangan, terdapat bercak warna coklat

kemerahan ditepi daun, pada keeping biji

tanaman muda dan pada batang kecambah.

Terdapat noda-noda kecil berwarna kusam pada

kulit buah. Pemberantasannya dapat dilakukan

dengan pergiliran jenis tanaman yang tepat.

Penyakit layu (Fusarium vasinpectrum, Atk)

Penyakit ini menyerang seluruh bagian tanaman

(daun, buah dan biji), pertumbuhan tanaman

tidak sempurna, serangan yang parah

menyebabkan tanaman menjadi layu.Daun-daun

yang terserang mengkerut layu lalu gugur atau

menyebabkan tanaman menjadi kerdil.Kulit

batang dan akar kayunya berwarna coklat atau

hitam.

Pemberantasan dilakukan dengan pergiliran

tanaman yang tepat sreta pemanenan varietas

yang tahan terhadap serangan Fusarium.

7. Panen dan pengolahan hasil

Usman (1991), menjelaskan bahwa kegiatan panen

danpengolahan hasil tanaman kapas adalah sebagai berikut:

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

1. Panen

Agar diperoleh mutu kapas yang baik, pada waktu panen

perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Criteria pemetikan buah

1) Buah yang siap dipanen menunjukkan tanda-tanda

kulit/kelopaknya berwarna coklat tua, daun kelopak

tambahan sudah kering dan rapuh serta buah telah

mekar sempurna dan kering.

2) Buah yang belum siap/tidak boleh dipanen, dengan

tanda-tanda buah masih muda dan kelopaknya

berwarna hijau, buah rusak karena serangan hama dan

buah rusak karena hujan lebat.

b) Saat pemetikan buah

Buah dipetik pada saat cuaca cerah dan panas dan tidak

banyak angin. Buah jangan dibiarkan terlalu lama merekah

karena mudah kotor oleh debu. Buah dipetik secara berurutan

bergantung pada yang telah masak misalnya 1 sampai dengan

2 buah/pohon, dengan selang waktu 5 sampai dengan 7 hari.

Pemetikan pertama sampai terakhir diperlukan waktu lebih

kurang 1½ bulan.

c) Cara pemetikan

Cara pemetikan buah kapas juga dapat mempengaruhi

kualitas kapas yang akan dihasilkan. Beberapa cara pemetikan

kapas yang baik antara lain :

Pemetikan diakukan dengan kedua belah tangan, yaitu

tangan kiri memegang kelopak buah, dan tangan kanan

menarik kapas berbiji dari kelopaknya,

Buah sebaiknya langsung dipisahkan antara yang vaik

dengan yang buruk,

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Hasil petikan dapat dikumpulkan dalam bakul/kantung

terigu atau karung,

Hasil petikan tidak boleh bercampur dengan daun-daun

atau kelopak buah,

Kapas yang telah dipetik jangan bercampur dengan

kotoran atau debu.

2. pengolahan hasil

Pengolahan hasil dari tanaman kapas, terdiri dari dua

kegiatan :

1) Pengeringan dan penyimpanan

Kapas yang telah dipetik harus segera dijemur.

Penjemuran dilakukan di bawah sinar matahari, kalau

tidak ada sinar matahari agar dianginkan. Kapas yang

masih lembab jangan ditumpuk.

Pengeringan dapat berlangsung 3 sampai

dengan 5 hari, sehingga kadar airnya mencapai 7

sampai dengan 8%. Untuk pengeringan dapat

digunakan tikar, lantai semen, lantai bambu atau diatas

para-para sebagai tempat penjemurannya. Bila

menggumakan para-para sebaiknya setinggi 50 sampai

dengan 60 cm. Tempat penjemuran harus bebas dari

kotoran dan debu.

2) Penyimpanan

Setelah kapas kering agar langsung disimpan

dalam karung. Kapas kering jangan disimpan di tempat

lembab. Kapas harus disimpan ditempat yang bersih,

sehingga kebersihan dan mutunya tetap trejamin. Baru

setelah empat minggu penyimpanan, kapas dapat

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

dipisahkan dari biji dan serat kapas (sebaiknya

menggunakan mesin).

Mutu kapas yang didasarkan pengolahan, tingkat kemasakan

buah, warna dan kandungan kotorannya, dibagi menjadi :

Golongan A : kapas bersih, jernih, berserat halus, tidak tercampur

dengan kapas rusak serta berkadar air 8%, dan

Golongan B : warna kapas kuning kemerahan, masih ada kotoran

daun/lainnya, bercampur kapas rusak dan berkadar air 8%.

2.4 Hubungan Perlakuan yang Digunakan dengan Komoditas

Perlakuan yang diberikan pada penanaman kapas kelompok kelas C

Agroekoteknologi 2012 adalah penanaman kapas tanpa mulsa jerami. Untuk

keseluruhan perlakuan adalah menggunakan kapas dengan varietas Kanesia

10. Menurut Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (2012), Kapas Kanesia

10 mulai berbunga pada umur tanaman 55-60 hari, berat kapas mencapai 556

g/ 100 buah. Kapas varietas ini menghasilkan mutu serat yang baik,

diantaranya adalah persen serat sebesar 44,8 - 47,15 %, panjang + 29 mm,

kekuatan 27,13 g/tex, elastisitas 6,27 %, kehalusan serat 4,38 mic, dan

memiliki tingkat keseragaman serat 83,70 %. Potensi produksi kapas ini

mecapai 3 ton/ha.

Keunggulan kapas Kanesia 10 yakni dalam hal tingkat produktivitas

dan mempunyai indeks stabilitas ± 1, artinya bahwa varietas tersebut mampu

beradaptasi secara luas di berbagai areal pengembangan.Varietas kapas ini

potensial dikembangkan secara komersial oleh agroindustri perseratan. Lokasi

pengembangan potensial adalah Jatim, Jateng, NTB, Sulsel, DIY, Bali, dan

NTT.

Perlakuan yang diberikan adalah tanpa mulsa, sedangkan beberapa

Kelas lain menggunakan mulsa jerami. Berdasarkan penelitian Subiyakto dan

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Indrayani (2008), pemberian mulsa jerami padi pada kapas tumpangsari

kedelai secara nyata dapat meningkatkan kelimpahan artropoda predator,

terutama laba-laba, kepik mirid dan komplek artropoda. Kelimpahan laba-laba

pada perlakuan mulsa jerami padi rata-rata 5,87 ekor, sedangkan pada tanpa

mulsa rata-rata 5,15 ekor/25 tanaman. Kelimpahan komplek artropoda

predator pada perlakuan mulsa jerami rata-rata 14,29 ekor, sedang pada tanpa

mulsa 12,06 ekor/25 tanaman. Pemberian mulsa jerami padi secara nyata

dapat meningkatkan rata-rata tingkat pemangsaan oleh komplek predator

penghuni permukaan tanah mencapai 78,17% dan komplek predator penghuni

kanopi tanaman kapas mencapai 74,68%, sedang tanpa mulsa masing-masing

60,79% dan 72,61%

Pemberian mulsa jerami padi memberikan hasil panen kapas dan

kedelai lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tanpa mulsa jerami. Hasil

kapas adalah 1.284 kg/ha dan kedelai 836 kg/ha, sedangkan pada lahan tanpa

pemberian mulsa jerami padi hasil kapas 1.056 kg/ha dan kedelai 636 kg/ha.

Dengan berbagai keunggulan hasil penelitian penanaman kapas dengan

menggunakan mulsa jerami padi tersebut, maka pada praktikum kali ini

mencoba membandingkan pertumbuhan tanaman dengan perlakuan tanpa

mulsa dibandingkan dengan yang menggunakan mulsa.

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapang Teknologi

Produksi Tanaman komoditas kapasadalah24 September 2012 hingga 26

November 2012 yang bertempat di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten

Malang.

3.2 Alat dan Bahan + Fungsi

Alat :

1. Meteran, untuk megukur luas bedengan (2 x 4 meter)

2. Kayu, untuk mengikat tali raffia sebagai pembatas bedengan.

3. Tali raffia, sebagai pembatas pada bedengan.

4. Cangkul, untuk menggemburkan tanah pada bedengan.

5. Gembor untuk menyirami tanaman, guna memenuhi kebutuhan air

tanaman.

6. Tugal untuk membuat lubang tanam.

7. Sekop untuk membersihkan rumput (penyiangan), pembumbunan, dan

merapikan bedengan.

8. Penggaris untuk mengukur tinggi tanaman.

9. Label untuk menandai tanaman sample.

10. Ember untuk wadah pencampur pupuk.

11. Kamera untuk mendokumentasikan tanaman penagamatan.

12. Alat tulis untuk mencatat data-data penting saat pengamatan dilapang.

Bahan :

1. Biji kapas varietas Kanesia 10 sebagai bahan tanam.

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

2. Insekstisida (Furadan 3G) sebagai obat/racun pencegah serangan-

serangga pada biji yang baru ditanam.

3. Pupuk kandang dan Pupuk anorganik (Urea 240 gram, SP-36 320

gram, dan KCl 70 gram) sebagai penambah nutrisi siap pakai bagi

tanaman.

4. Air sebagai sumber nutrisi bagi tanaman dan pelarut pupuk.

3.3 Cara Kerja (diagram alir + penjelasan)

Pembuatan Bedengan.

Menyiapkan meteran, tali raffia, dan kayu

Mengukur lebar bedengan (2 x 4 meter)

Tancapkan kayu pada sudut-sudut bedengan

Talikan tali raffia sebagai pembatas bedengan pada kayu di sudut-sudut

bedengan

Bedengan siap diolah.

Pengolahan Lahan

Menyiapkan cangkul, cetok, gembor, ember, dan pupuk kandang

Sirami tanah yang gersang menggunakan gembor berisi air agar mudah diolah

Mulai mengolah lahan dengan meninggikan bedengan (tinggi bedengan kapas

30 cm)

Setelah tanah gembur, taburi pupuk kandang diatasnya secara merata

menggunakan ember

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Tanah siap digunakan.

Penanaman

Menyiapkan benih, tugal, furadan, dan pupuk (Urea, KCl, dan SP36)

Tugal pada tanah dengan jarak tanam 100 x 30 cm

Masukkan benih 3 biji per lubang tanam

Taburi furadan secukupnya di atas biji yang telah dimasukkan ke lubang

Tutup lubang tanam dengan tanah

Tugal pada kanan dan kiri lubang tanam

Berikan urea pada lubang sebelah kanan, dan campuran SP36 dengan KCl di

sebelah kiri

Tutup lubang pupuk dengan tanah

Bibit siap untuk tumbuh.

Perlakuan umum setelah tanam

Pemeliharaan

Siapkan ember, air, dan cetok

Lakukan penyiraman pada

tanaman kapas

Bersihkan gulma yang mulai

tumbuh di sekitar pertanaman

kapas

Penyulaman

Siapkan tugal, benih kapas,

ember yang berisi air

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Tugal pada bagian lubang

tanaman yang tidak tumbuh

Letakkan benih 3 biji per lubang

tanam

Tutup lubang tanam dengan

tanah

Sirami seluruh tanaman yang

telah tumbuh beserta lubang

sulaman

Penjarangan

Siapkan cetok atau kayu

Amati lubang tanam yang

tumbuh lebih dari dua tanaman

Pilih tanaman yang terbaik

Cabut salah satu tanaman dari

lubang tanam yang lebih dari dua

tanaman menggunakan cetok

secara hati-hati

Pembumbunan

Menyiapkan cetok dan ember

yang berisi air

Lakukan penyiraman pada

tanaman kapas agar mudah untuk

digemburkan

Gemburkan tanah disekitar

perakaran tanaman kapas

Lakukan pembumbunan dengan

meninggikan tanah di sekitar

perakatan kapas

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Pengamatan pertumbuhan tanaman kapas (mulai minggu ke lima setelah

tanam)

Siapkan penggaris, buku, dan

alat tulis

Tentukan tanaman yang akan

dijadikan sampel (12 tanaman

pada 6 lubang tanam)

Ukur tinggi tanaman

menggunakan penggaris

Hitung jumlah dau pada masing-

masing tanaman sampel

Hitung jumlah keseluruhan

cabang (lateral + terminal), mulai

minggu ke enam HST

Hitung jumlah cabang produktif

dan tidak produktif, mulai

minggu ke tujuh HST

Catat hasil pengamatan

Analisa perlakuan

Pembuatan Bedengan.

Pada pembuatan bedengan, peralatan yang digunakan adalah meteran,

tali raffia dan kayu. Untuk membuat bedengan, hal pertama yang harus

dilakukan adalah mengukur lebar bedengan menggunakan meteran. Lebar

bedengan adalah 2 x 4 meter.Setelah diukur, maka tancapkan kayu pada

masing-masing sudut bedengan, kemudian batasi bedengan dengan

mengikatkan tali raffia dari ujung ke ujung bedengan. Bedengan yang telah

dibatasi siap untuk diolah.

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Pengolahan Lahan

Dalam memulai usaha budidaya tanaman, maka langkah yang harus

dilakukan untuk pertama kali adalah mengolah tanah. Pengolahan tanah ini

dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi, permeabilitas,

struktur, dan lain-lain.

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mengolah tanah adalah

cangkul, cetok, gembor, ember, air, dan pupuk kandang. Lahan pertanian di

daerah Ngijo termasuk tanah lempung yang sangat keras apabila dalam

keadaan kering, maka dari itu perlu dilakukan penyiraman sebelum mengolah

tanah. Setelah tanah disiram, tanah digemburkan dengan cangkul dan

diratakan dengan cetok.Tinggi bedengan yang dibuat ini adalah 30 cm.

Setelah bedengan dibuat, maka kemudian ditaburi dengan pupuk kandang.

Bedengan siap untuk digunakan.

Penanaman

Untuk penanaman kapas, alat dan bahan yang digunakan adalah benih,

tugal, furadan, dan pupuk (Urea 240 gram, SP-36 320 gram, dan KCl 70

gram). Pertama-tama, tanah ditugal sedalam satu jari dengan jarak antar

lubang adalah 100 x 30 cm. Pada kanan dan kiri lubang tanam juga ditugal

dengan kedalaman yag sama sebagai tempat pupuk Urea (sebelah kiri) dan

campuran pupuk, SP-36 dengan KCl (di sebelah kanan). Benih diberikan

sebanyajk 3 biji per lubang tanaman kemudian disusul dengan pemberian

furadan untuk mencegah serangan serangga. Setelah benih dan pupuk selesai

diberikan, tutup seluruh lubang dengan tanah secukupnya, dan tanaman siap

untuk tumbuh.

Perlakuan umum setelah tanam

Pada perlakuan setelah tanam, maka harus dilakukan pemeliharaan.

Pemeliharaan ini bertujuan untuk menghindarkan persaingan unsur hara pada

tanaman kapas dengan gulma-gulma disekitarnya. Selain itu, agar gulma yang

berlimpah tidak menjadi hunian serangga hama. Alat dan bahan yang

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

digunakan adalah ember, air, dan cetok.Sebelum dibersihkan, maka lahan

disirami agar tanah menjadi lunak sehingga rumput liar mudah untuk dicabut

atau dicongkel menggunakan cetok.

Setalah mencapai 2 minggu setelah tanam, maka dapat diketahui

tanaman kapas mana yang tidak tumbuh. Apabila ada beberapa benih yang

ditanam tidak tumbuh, maka dilakukan penyulaman.Penyulaman ini dengan

menggunakan biji kapas yang diberikan dengan penugalan seperti penanaman

awal.Setelah kapas selesai disulam, maka seluruh tanaman kapas disiram

dengan air untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan untuk melarutkan

pupuk yang telah diberikan.

Satu minggu setelah penyulaman, telah diketahui bahwa tanaman yang

disulam telah berhasil tumbuh. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah

penjarangan. Penjarangan ini dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh

yang luas bagi tanaman kapas juga agar tidak terjadi persaingan unsur hara.

Pada penjarangan ini hanya menyisakan 2 tanaman per lubang tanam,

tanaman yang dipilih untuk dihilangkan dicabut menggunakan cetok yang

sebelumnya tanah telah disiram dengan air agar tanah disekitar perakaran

menjadi lunak.

Untuk memberikan ruang tumbuh yang optimal bagi perkembangan

akar dan agar batang tumbuh dengan tegaknya, maka perlu dilakukan

pembumbunan. Peralatan yang digunakan untuk membumbun tanaman adalah

cetok dan ember yang berisi air. Sebelum dibumbun, maka tanah disekitar

perakaran disirami denga air agar lunak dan mudah digemburkan.Setelah

tanah gembur, maka daerah disekitar perakaran tanaman ditinggikan.

Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan tanaman kapas yang

ditanam, maka perlu dilakukan berbagai pengamatan.Pengamatan dilakukan

degan mengambil 12 sampel pada 6 lubang tanam (3 pada baris kana, dan 3

pada baris kiri). Pengamatan yang dilakukan adalah tinggi tanaman, jumlah

daun, dan jumlah cabang (lateral + terminal) yang dimulai pada minggu ke

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

lima setelah tanam. Kemudian ditambah dengan pengamatan jumlah cabang

produktif dan cabang tidak produktif pada minggu ke tujuh.

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Tabel pengamatan, grafik, dan foto pengamatan)

Tabel 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman

Perlakuan Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Pada Hari Ke- 35 42 49 56

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas C) 27,79 41,5 60,42 82,83

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas F) 32,17 48,75 70 90,17

Dengan Mulsa Jerami

(Kelas W) 28,03 41,68 56,38 71,56

Tabel4. Rata-Rata Jumlah Daun

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Daun Pada Hari Ke- 35 42 49 56

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas C) 18,75 31,17 54,42 58,75

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas F) 19,58 32,42 45 57,58

Dengan Mulsa Jerami

(Kelas W) 17 23,44 30,44 38,25

Tabel5. Rata-Rata Jumlah Cabang

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Cabang Pada Hari Ke- 35 42 49 56

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas C) 4 8 9 12

Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas F) 4 7 9 10

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Dengan Mulsa Jerami

(Kelas W) 1 3 7 `11

Table 6. Rata-Rata Jumlah Cabang Produktif

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Cabang Produktif Pada Hari Ke- 49 56

Tanpa Mulsa Jerami (Kelas C) 7 10

Tanpa Mulsa Jerami (Kelas F) 5 7

Dengan Mulsa Jerami (Kelas W) 6 9

Table 7. Rata-Rata Jumlah Cabang Tidak Produktif

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Cabang Tidak Produktif Pada Hari Ke-

49 56 Tanpa Mulsa Jerami

(Kelas C) 2 2

Tanpa Mulsa Jerami (Kelas F) 3 3

Dengan Mulsa Jerami (Kelas W) 1 2

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Grafik 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman

Grafik 2. Rata-Rata Jumlah Daun

27.79

41.5

60.42

82.83

32.17

48.75

70

90.17

28.03

41.68

56.38

71.56

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

35 HST 42 HST 49 HST 56 HST

Rata-rata Tinggi Tanaman

Kelas C (Tanpa Mulsa)

Kelas F (Tanpa Mulsa)

Kelas W Mulsa Jerami

18.75

31.17

54.4258.75

19.58

32.42

45

57.58

1723.44

30.44

38.25

0

10

20

30

40

50

60

70

35 HST 42 HST 49 HST 56 HST

Rata-rata Jumlah Daun

Kelas C (Tanpa Mulsa)

Kelas F (Tanpa Mulsa)

Kelas W (Mulsa Jerami)

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Grafik 3. Rata-Rata Jumlah Cabang

Grafik 4. Rata-Rata Jumlah Cabang Produktif

4

89

12

4

7

910

1

3

7

11

0

2

4

6

8

10

12

14

35 HST 42 HST 49 HST 56 HST

Rata-rata Jumlah Cabang

Kelas C (Tanpa Mulsa)

Kelas F (Tanpa Mulsa)

Kelas W (Mulsa Jerami)

7

10

5

76

9

0

2

4

6

8

10

12

49 HST 56 HST

Rata-rata Jumlah Cabang Produktif

Kelas C (Tanpa Mulsa)

Kelas F (Tanpa Mulsa)

Kelas W (Mulsa Jerami)

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Grafik 5. Rata-Rata Jumlah Cabang Tidak Produktif

2 2

3 3

1

2

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

49 HST 56 HST

Rata-rata Jumlah Cabang Tidak Produktif

Kelas C (Tanpa Mulsa)

Kelas F (Tanpa Mulsa)

Kelas W (Mulsa Jerami)

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

DOKUMENTASI

Gambar 4. Dokumentasi Tanaman Kapas Tanpa Mulsa Jerami Kelas C

Page 40: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Gambar 5. Dokumentasi Tanaman Kapas Tanpa Mulsa Jerami Kelas F

Page 41: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Gambar 6. Dokumentasi Tanaman Kapas Mulsa Jerami Kelas W

Page 42: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

4.2 Pembahasan

Pratikum ini menggunakan kapas dengan varietas Kanesia 10 untuk

semua perlakuan (tanpa menggunakan mulsa jerami maupun menggunakan

mulsa jerami). Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati dan Sumartini

(2009), Kanesia 10 dan Kanesia 11 memiliki kandungan serat berturut-turut

27,2% dan 8,11% lebih tinggi dibandingkan Kanesia 8. Kanesia 10, 11, 12,

dan 13 yang tidak saja berproduksi tinggi, melainkan juga memenuhi

persyaratan mutu serat. Kanesia 10 mampu menghasilkan 1.002,5-2.287,3 kg

kapas berbiji per ha pada kondisi unspray dan 1.969,6-3.025,5 kg kapas

berbiji pada kondisi spray; potensi produksi varietas ini adalah berturut-turut

2,97 dan 19,32% lebih tinggi dari Kanesia 7 dan Kanesia 8. Peningkatan hasil

kapas berbiji pada varietas Kanesia 10 – Kanesia 13 berasosiasi dengan

peningkatan jumlah buah per tanaman dan berat buah. Kanesia 10 – Kanesia

13 mampu bertoleransi terhadap serangan hama yang terjadi selama

pertumbuhan. Tanpa perlakuan insektisida, galur-galur yang diusulkan

mampu melakukan kompensasi kehilangan hasil akibat gugurnya badan buah

dengan memacu laju fotosintesis dibandingkan dengan varietas pembanding

(varietas Kanesia 8).

Parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan tanaman adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang,

jumlah cabang produktif dan tidak produktif. Berdasarkan perbandingan

grafik di atas, dengan jenis tanah yang sama dan pemberian pupuk yang sama

(240 g urea, 320 gram SP36, dan 70 gram KCl), secara umum dapat

disimpulkan bahwa dua perlakuan tanpa mulsa menunjukkan pertumbuhan

tanaman yang lebih baik dari pada perlakuan menggunakan mulsa jerami pada

pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. Hal ini bertolak

belakang dengan penelitian Asmin et al, (1996), yang menyatakan bahwa

penggunaan mulsa berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang

vegetatif dan generatif. Penggunaan mulsa menunjukkan tinggi tanaman, lebar

Page 43: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

kanopi, jumlah cabang vegetatif dan generatif lebih tinggi dibandingkan

dengan tanpa mulsa.Hal ini terjadi, diduga adanya perbedaan kelembaban

tanah pada tiap perlakuan.

Ketidaksamaan hasil penelitian dengan literatur diatas diduga karena

penggunaan mulsa yang minim pada perlakuan menggunakan mulsa jerami

dari kelas W (dapat dilihat dari gambar dokumentasi), selain itu diduga

terjadi perebutan unsur hara antara tanaman dan gulma karena minimnya

perawatan tanaman (dapat dilihat dari gambar dokumentasi).

Menurut (Subiyakto dan Indrayani, 2008), pemberian mulsa jerami

padi 6 ton/ha pada kapas tumpangsari kedelai (Gambar 7) memberikan

manfaat positif bagi tanaman dan upaya konservasi mikroartropoda tanah

dan artropoda predator. Sementara penggunaan mulsa jerami pada kelas W

diperkirakan jauh dibawah rekomendasi pemberian mulsa tersebut diatas

berdasarkan perbandingan 2 foto di bawah ini :

Gambar 7.Mulsa jerami padi yang disebarkan menjelang tanam kapas tumpangsari dengan kedelai (Subiyakto dan Indrayani, 2008).

Page 44: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Gambar 8.Pemberian Mulsa Jerami Kelas W.

Minimnya perawatan pada tanaman kapas dengan perlakuan

menggunakan mulsa jerami kelas W, terlihat dari tumbuhnya gulma disekitar

pertanaman kapas. Berbeda dengan kelas C dan kelas F dimana dilakukan

penyiangan pada sekitar pertanaman kapas. Perbedaan ini dapat dilihat pada

gambar 9. Penyiangan dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma.

Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman akan menurunkan laju pertumbuhan

dan hasil. Produksi kapas akan menurun 75% karena adanya gangguan

gulma (Moenandir,1990 ; Suhadi, 2007).

Gambar 9. Perbedaan perawatan tanaman kapas (dari kiri ke kanan: kelas C, kelas F, dan kelas W).

Page 45: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Perlakuan pemberian mulsa jerami berdasarkan penelitian (Subiyakto

dan Indrayani, 2008), menyebutkan bahwa pemberian mulsa jerami adalah

menjelang tanam kapas. Sementara pada perlakuan dengan menggunakan

mulsa jerami kelas W, pemberian mulsa jerami dilakukan setelah tanaman

kapas tumbuhn, yaitu 2 minggu setelah tanam. Perbedaan cara

pengaplikasian mulsa jerami ini juga diduga merupakan alasan ketidak

sesuaian hasil penelitian dengan literatur yang ada.

Berdasarkan perbandingan persentase jumlah cabang yang menjadi

cabang produktif, maka pada perlakuan tanpa mulsa kelas C pada

pengamatan yang terakhir, dari 12 cabang hanya ada 2 cabang yang tidak

produktif. Pada perlakuan tanpa mulsa kelas F, dari 10 cabang, 3 diantaranya

adalah cabang tidak produktif. Sementara pada perlakuan menggunakan

mulsa jerami kelas W, dari 11 cabang, 2 diantaranya adalah cabang tidak

produktif.

Jika dilihat dari peningkatan jumlah cabang dari minggu ke minggu

dan persentase jumlah cabang yang menjadi cabang produktif, maka

perlakuan menggunakan mulsa jerami dari kelas W menunjukkan

peningkatan yang signifikan hingga minggu ke delapan (60 hst), peningkatan

jumlah cabang yang menjadi cabang produktif ini menunjukkan produksi

kapas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Asmin et al, (1996), yang

menjelaskan bahwa setelah tanaman kapas berumur 60, 90, dan 120 hst,

peranan mulsa mulai nampak sehingga terjadi interaksi antara penggunaan

mulsa dan pemupukan fosfat. Asmin et al, (1994) dalam Asmin et al, (1996),

melaporkan bahwa aplikasi mulsa baik pada tanah tanpa olah, olah

sederhana, dan olah sempurna rata-rata menunjukkan komponen

pertumbuhan dan produksi kapas lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

menggunakan mulsa. Setelah tanaman kapas berumur 60, 90, dan 120 hst,

peranan mulsa mulai nampak sehingga terjadi interaksi antara penggunaan

mulsa dan pemupukan fosfat. Sesuai pula dengan penelitian tersebut,

Page 46: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

perlakuan tanpa mulsa dan dengan mulsa jerami untuk seluruh kelas adalah

menggunakan pupuk fosfat, yaitu SP36.

Interaksi pemupukan fosfat dan penggunaan mulsa berpengaruh

nyata terhadap jumlah buah tiap tanaman dan hasil kapas berbiji. Peranan

fosfat pada kapas sangat penting dalam pembentukan jumlah bunga dan

buah yang terbentuk. Jika status fosfat tanah rendah dapat meningkatkan

keguguran bunga dan buah, dengan demikian pada kondisi tersebut

pemupukan fosfat yang berat dapat meningkatkan jumlah bunga 30 – 40 %

dan jumlah buah yang masak pada pemetikan pertama dapat melebihi 50 %

(Lopulisa et al., 1990 ; Asmin et al., 1996).Pemberian mulsa jerami padi

memberikan hasil panen kapas dan kedelai lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan tanpa mulsa jerami (Subiyakto dan Indrayani, 2008).

Pemupukan fosfat dengan dosis 50 kg TSP/ha disertai dengan

aplikasi mulsa memperlihatkan komponen pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini terjadi karena mulsa mengalami

pelapukan yang berangsur-angsur sesuai waktu yang merupakan bahan

organik sehingga sifat fisik tanah tetap terpelihara, dengan demikian, tanah

berada dalam keadaan gembur dan memiliki pori aerasi yang cukup untuk

menunjang pertumbuhan tanaman (Suwardjo et al., 1989 ;Asmin et al,

1996). Selain itu penggunaan mulsa dapat mengawetkan kadar air tanah

dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi, sehingga kebutuhan air

tanaman terpenuhi (Abas et al., 1986; Asmin et al, 1996). Adanya

kelembaban tanah yang cukup tinggi dan tanah yang gembur fosfat menjadi

larut dan tidak terikat kuat oleh mineral liat.

Terlepas dari perolehan data perlakuan dengan menggunakan mulsa

jerami kelas W yang menunjukkan peningkatan jumlah cabang dari minggu

ke minggu dan persentasi jumlah cabang yang menjadi cabang produktif

yang signifikan hingga minggu ke delapan (60 hst), maka jika dibandingkan

dengan perlakuan tanpa mulsa kelas C dan kelas F juga tidak jauh berbeda.

Hal ini menunjukkan bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kapas

Page 47: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

pada perlakuan tanpa mulsa kelas C dan kelas F telah terpenuhi. Selain itu

perawatan yang dilakukan juga telah maksimal dari pengairan penyiangan,

penyulaman, penjarangan, dan pembumbunan sehingga tanaman dapat

tumbuh optimal.

Page 48: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

4.3 Dokumentasi Praktikum

Gambar 10. Dokumentasi Praktikum

Page 49: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

5. KESIMPULAN

Dari penelitian ini, dengan jenis tanah yang sama dan pemberian pupuk yang

sama (240 g urea, 320 gram SP36, dan 70 gram KCl), secara umum dapat

disimpulkan bahwa dua perlakuan tanpa mulsa menunjukkan pertumbuhan tanaman

yang lebih baik dari pada perlakuan menggunakan mulsa jerami pada pengukuran

tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. Hal ini tidak sesuai dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa penggunaan mulsa

berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang vegetatif dan generatif.

Penggunaan mulsa menunjukkan tinggi tanaman, lebar kanopi, jumlah cabang

vegetatif dan generatif lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mulsa. Perbedaan

dengan literatur yang ada diduga karena penggunaan mulsa yang minim pada

perlakuan menggunakan mulsa jerami dari kelas W dan minimnya perawatan

tanaman. Selain itu, cara pengaplikasian mulsa jerami padi yang seharusnya diawal

tanam, tetapi diberikan 2 minggu setelah tanam.

Dari dua perlakuan (tiga kelas), ditinjau dari kenaikan jumlah cabang

produktif setiap minggunya(8 minggu setelah tanam) nilai yang tertinggi adalah

perlakuan dengan mulsa jerami padi kelas W. Disusul dari perlakuan tanpa mulsa

kelas C, dan selanjutnya perlakuan tanpa mulsa kelas F. Namun bila ditinjau dari

jumlah cabang, perlakuan tanpa mulsa kelas C menunjukkan jumlah terbanyak meski

tidak mengalami kenaikan yang signifikan setiap minggunya dan disusul dengan

perlakuan tanpa mulsa kelas F yang tidak berbeda jauh. Perlakuan yang menunjukkan

pertumbuhan tanaman yang terbaik adalah perlakuan tanpa mulsa kelas F, Namun

hasilnya tidak berbeda jauh dengan perlakuan tanpa mulsa kelas C. Penampakan

fenotip dari suatu tanaman adalah hasil dari faktor lingkungan dan faktor genetik.

Page 50: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

DAFTAR PUSTAKA

Asmin, Lologau, dan Yaha.1996. Jurnal : Pengaruh Pemupukan Fosfat dan

Penggunaan Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kapas di Lahan

Sawah Sesudah Padi.Gowa : Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi

Pertanian Gowa.

Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian. 2012. Kapas Varietas Kanesia 10. Bogor :

Departemen Pertanian

Balittas. 1993. Koleksi, Konservasi, Evaluasi, dan Utilisasi Plasma Nutfah Kapas.

LaporanHasil Penelitian ARMP 1992/1993. Balittas, Malang. p.39.

Dahlan, Dahliana. 2011. Buku Ajar : Mata Kuliah Budidaya Tanaman Industri.

Makasar : Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Darjanto dan Siti-Satifah.1982. Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang

Buatan. PT Gramedia Jakarta. 143 hal.

Ditjenbun. 1977. Varietas dan Sifat-Sifat serta Kwalitas Kapas di Indonesia.

Ditjenbun, Deptan. 1977. 38 hal.

Ditjenbun. 1978. Pedoman Bercocok Tanam Kapas. Direktorat Jenderal Perkebunan,

Deptan.p. 106.

Mauney, lR. 1984. Anatomy and Morfology of Cultivated Cottons. ARS-USDA

Phoenix. Arizona. "Cotton" Number 24 in series Agronomy.American Society

ofAgronomy. Publisher Madison, Wisconsin USA: 59-79.

Subiyakto dan Indrayani. 2008. Jurnal : Pengendalian Hama Kapas Menggunakan

Mulsa Jerami Padi. Malang : Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.

Suhadi. 2007. Teknik Budidaya Tanaman Kapas dalam Pola Tumpang Sari dengan

Kedelai di Brebes, Jawa Tengah. Lumajang : Balai Penelitian Tanaman

Tembakau dan Serat.

Sulistyowati, Emy dan Sumartini, Siwi. 2009. Jurnal : Kanesia 10 – Kanesia 13 :

Empat Varietas Kapas Baru Berproduksi Tinggi. Malang : Balai Penelitian

Tanaman Tembakau dan Serat.

Page 51: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

Usman, Nazaruddin. 1991. Pedoman Praktis Budidaya Tanaman Perkebunan. Pd

Mahkota: Jakarta.

Page 52: LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN …€¦ · Laporan akhir praktikum ini adalah hasil penelitian tentang perlakuan tanpa mulsa jerami yang dibandingkan dengan perlakuan

LAMPIRAN