Laporan Praktikum Teknologi Penangkapan Ikan (LACUDA)

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan disuatu perairan selalu dikaitkan dengan produksi, hasil tangkapan per unit usaha dalam kegiatan perikanan tangkap. Menurut Dirjen Perikanan Tangkap (2003) perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki zona maritim yang luas, yaitu 5,8 juta km 2 yang tediri atas perairan kepulauan 2,3 juta km 2, laut territorial 0,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif 2,7 juta km 2 . Indonesia memiliki potensi perikanan tangkap sebesar 6,4 juta ton per tahun. Baru termanfaatkan sebesar 63,5% atau sebesar 4,1 juta ton pertahun. Tingkat pemanfaatan (exploitation rate) terlihat masih jauh dari potensi lestarinya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009). Salah satu bagian dari pemanfaatan sumberdaya perikanan yaitu melalui kegiatan penangkapan. Gafa dan subeni (1982) menyataan bahwa perikanan tangkap pada dasarnya adalah memanfaatkan stok “hewan liar” yang menghuni suatu perairan yang sifatnya berburu. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat menunjukan adanya penurunan total seluruh jenis ikan hasi tangkapan mencapai 312.664 ton. Sedangkan pada tahun 2010 hasil tangkapan mencapai 39.223,2 ton (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2010). 1

description

Menurut Gunarso (1986), lacuda adalah jenis lampu bawah air yang , didesain dan dikemas secara khusus dalam satu sistem dan telah teruji tahan hingga kedalaman 12 meter. Lacuda dipasang pada Perahu, Bagan Tancap maupun Bagan Apung dan dicelupkan kedalam air dengan penambahan beberapa peralatan untuk menambatkan kabel pada Perahu, maupun bagan. Lampu jenis ini dilengkapi pula dengan sistem elektronik, kabel penghubung, Dimer dan dioperasikan dengan sumber arus Searah (AC) dari Genset untuk menghasilkan cahaya 600 Wat dengan intensitas yang terang.

Transcript of Laporan Praktikum Teknologi Penangkapan Ikan (LACUDA)

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Potensi sumberdaya perikanan disuatu perairan selalu dikaitkan dengan produksi, hasil tangkapan per unit usaha dalam kegiatan perikanan tangkap. Menurut Dirjen Perikanan Tangkap (2003) perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki zona maritim yang luas, yaitu 5,8 juta km2 yang tediri atas perairan kepulauan 2,3 juta km2, laut territorial 0,8 juta km2 dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif 2,7 juta km2. Indonesia memiliki potensi perikanan tangkap sebesar 6,4 juta ton per tahun. Baru termanfaatkan sebesar 63,5% atau sebesar 4,1 juta ton pertahun. Tingkat pemanfaatan (exploitation rate) terlihat masih jauh dari potensi lestarinya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009). Salah satu bagian dari pemanfaatan sumberdaya perikanan yaitu melalui kegiatan penangkapan. Gafa dan subeni (1982) menyataan bahwa perikanan tangkap pada dasarnya adalah memanfaatkan stok hewan liar yang menghuni suatu perairan yang sifatnya berburu. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat menunjukan adanya penurunan total seluruh jenis ikan hasi tangkapan mencapai 312.664 ton. Sedangkan pada tahun 2010 hasil tangkapan mencapai 39.223,2 ton (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2010).Sumberdaya perikanan tersedia melimpah dan mempunyai kemampuan untuk pulih kembali (renewable resources), namun tanpa adanya pengawasan terhadap usaha penangkapan yang berlangsung secara terus menerus, dapat memperbesar kemungkinan terjadinya over fishing dan penurunan hasil tangkapan ikan di suatu perairan atau bahkan di beberapa daerah penangkapan ikan (Naamin dan Hardjamulia, 1990). Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya milik bersama (common resources) dan bersifat akses terbuka (open acces), sehingga dalam pengelolaannya tidak dapat dimiliki secara perseorangan dan semua lapisan masyarakat berhak memanfaatkannya. Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam persaingan juga akan memicu terjadinya eksploitasi sumberdaya ikan secara besar-besarab tidak terkontrol sehingga akan menimbulkan kondisi tangkap lebih secara ekonomi (economic overfishing) (fauzi, 2004).

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis alat tangkap ikan yang bisa dipergunakan dengan baik serta mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal namun tidak merusak ekosistem perairan tersebut. Dalam praktikum ini jenis alat tangkap yang digunakan yaitu bagan tancap. 1.3 Waktu dan tempat

Praktikum Metode Penangkapan ikan dilaksanakan sebanyak dua sesi dalam satu hari. Yaitu sesi pertama pada hari jumat tanggal 22 Mei 2015 pukul 09.00-11.00 sedangkan sesi kedua dilakukan pada pukul 19.00-20.00. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Alat dan Teknik Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Bagan Tancap2.1.1 Definisi Bagan TancapMenurut Subani (1972) dalam Manggabarani (2011), bagan tancap adalah alat penangkap ikan terdiri dari susunan bambu berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga berdiri kokoh di atas perairan dan pada bagian tengah bangunan dipasang jaring yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan, dioperasikan dengan cara diangkat. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan olah nelayan Bugis Makasar pada tahun 1950_an. Berdasarkan cara pengoprasiannya, bagan tancap dikelompokkan kedalam jaring angkat (Lift net).Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh diatas perairan, dimana pada tengah dari bangunan tersebut dipasang jaring. Bagan tancap ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal (Sudirman dan Mallawa, 2004).Menurut Sudirman dan Natsir (2011) dalam Susaniati, et al (2013), bagan tancap merupakan alat tangkap pasif yang banyak dioperasikan nelayan di sepanjang pesisir pantai di Indonesia, dimana dalam pengoperasiannya bagan tancap menggunakan alat bantu berupa cahaya lampu. Bagan tancap banyak digunakan nelayan pesisir Karena biaya operasional yang relatif rendah dan pengoperasiannya yang cukup mudah.2.1.2 Metode PengoperasianProses penangkapan pada bagan tancap sangat sederhana. Ketika malam mulai gelap, jaring mulai diturunkan. Seiring dengan penurunan jaring, lampu penarik perhatian ikan mulai dinyalakan. Selang waktu 2-3 jam, jaring ditarik dengan menggunakan roller. Waktu yang dibutuhkan untuk penarikan hanya 10 menit. Setelah itu ikan diangkat ke atas bagan. Selanjutnya jaring kembali diturunkan untuk menunggu operasi selanjutnya. Dalam semalam pengangkatan jaring dilakukan 4-5 kali (Sudirman dan Natsir, 2011).Bagan dioperasikan pada saat bulan gelap. Saat nelayan sampai dibagan pada hari mulai gelap, yang pertama dilakukan adalah menurunkan jarring dan memasang lampu. Setelah beberapa jam kemudian atau pada saat ikan yang terkumpul dianggap cukup, barulah dimulai pengangkatan jarring. Pengangkatan jarring dilakukan dengan alat bantu bernama roller yang diputar untuk menggulung jarring keatas. Setelah jarring terangkat barulah dilakukan pengambilan hasil yang telah didapat dengan menggunakan skoop net. Dalam satu malam, operasi penangkapan bisa dilakukan sampai 3 kali, tergantung umur bulan ( Sudirman dan Mallawa, 2004).2.1.3 Konstruksi Bagan TancapDalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (2013), bagan tancap merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang banyak digunakan oleh nelayan di perairan Sungsang, Sumsel.

Gambar 1. Konstruksi Bagan TancapSumber : ledhyane.lecture.ub.ac.id/files. 2013

Bagan tancap memiliki kedudukan yang tidak dapat dipindah -pindah dan sekali dipasang (ditanam) berlaku untuk selama musim penangkapan. Rumah bagan tancap ini berupa anjang-anjang berbentuk piramid terpancung, berukuran 10 x 10 m pada bagian bawah dan 9,5 x 9,5 m pada bagian atas. Bagian atas berupa plataran (flat form), dimana terdapat gulungan (roller) dan tempat nelayan melakukan kegiatan penangkapan. Ciri khas penangkapan dengan bagan ialah menggunakan lampu (light fishing). Lampu yang digunakan adalah petromaks (kerosene pressure lamp) berkekuatan antara 200 300 lilin. ( Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2014) Bagan tancap merupakan bangunan yang ditancapkan di peraian yang terdiri dari rumah bagan, pelataran bagan, dan tiang pancang. Biasanya bangunan bagan berukuran 9 x 9 meter hingga 12 x 12 meter dan tinggi rata rata 12 meter dari permukaan air laut (Fauziyah et al., 2012)

Gambar 2 Konstruksi Bagan TancapSumber : Bagan Tancap Ikan di perairan Kepulauan Seribu. 2014 Merdeka.com

Atau merupakan rangkaian/susunan bambu berbentuk persegi empat yang ditancapkan di dasar perairan sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah dari bangunan tersebut dipasang jaring. Bagan tancap bersifat pasif dan pengoperasiannya menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan serta dilengkapi dengan pemberat dan roller pengangkat jaring (Silitonga, dkk. 2014) 2.1.4 Hasil Tangkap Bagan Tancap Dalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (2013), target tangkapan utama bagan tancap adalah ikan teri (Stolephorus sp) sedangkan cumi cumi, petek, dan ikan pelagis kecil lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch).

Gambar 3 Ikan Teri. Sumber : google image.2015 Gambar 4 cumi cumi Gambar 5 ikan petek. Sumber : google image. 2015Berdasarkan penelitian Gustaman et.al (2012), hasil tangkapan bagan tancap diperairan Sunsang pada bulan Agustus 2010 didominasi 6 spesies yakni ikan teri 56,6% , petek 1,9% , cumi cumi 12,5% , udang pepe 18,4% , japuh 2,1%, permato 8,08%, dan sisanya adalah ikan lainnya. Ditunjang hasil penelitian Fauziyah et. al (2012) bahwa hasil tangkapan bagan tancap pada bulan Mei 2012 didominasi 3 spesies dengan komposisi yaitu ikan teri 72%, cumi cumi 7%, dan petek 21%. Sehingga penelitian ini dalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (2013) analisis hasil tangkapan ikan adalah teri (spesies target), cumi, petek dan hasil tangkapan total. Hasil tangkapan dari bagan tancap adalah sasaran utamanya adalah ikan pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri (Stolephorus spp), dan avertebrata yaitu cumi-cumi (Loligo spp). Namun tidak jarang bagan tancap juga sering menangkap hasil sampingan seperti layur (Trichulus savala), tambang (Sardinella fimriata), pepetek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger spp), layang (Decapterus spp), dan lain-lain (Jurnal Pelitian Perikanan Indonesia.2013)2.2 Light FishingMenurut Takayama (1959) , menjelaskan bahwa ketertarikan terhadap cahaya bukan saja tergantung pada sifat fototaksis positif dari ikan tersebut, tetapi faktor ekologis juga berpengaruh terhadap makhluk-makhluk hidup lainnya. Mula-mula yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya adalah jenis zooplankton, kemudian diikuti oleh jenis ikan-ikan kecil dan ikan-ikan besar. Menurut Yami (1976) bahwa adanya cahaya bulan dalam light fishing memberikan pengaruh negatif, cahaya bulan membuat ikan menjadi enggan, bahkan tidak lagi tertarik pada cahaya lampu. Hal ini disebabkan karena penerangan cahaya lampu berkurang oleh adanya cahaya bulan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa terang bulan yang cerah dapat menyebabkan ikan-ikan menyebarluaskan daerahnya sehingga kepadatannya berkurang. Dengan demikian operasi penangkapan yang dilakukan pada waktu-waktu tersebut kurang efektif.Ikan tertarik oleh cahaya oleh cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal regional pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya disebut fototaksis, dengan demikian, ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis yang umumnya adalah ikan-ikan pelagis. Ada beberapa alas an mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah penyesuaian intensitas cahay dengan kemampuan mata ikan untuk menerima cahaya. Dengan demikian, kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda. Ada ikan yang sangat senang pada intensitas cahaya yang tinggi.

2.3 Lampu Celup Dalam AirMenurut Gunarso (1986), lacuda adalah jenis lampu bawah air yang , didesain dan dikemas secara khusus dalam satu sistem dan telah teruji tahan hingga kedalaman 12 meter. Lacuda dipasang pada Perahu, Bagan Tancap maupun Bagan Apung dan dicelupkan kedalam air dengan penambahan beberapa peralatan untuk menambatkan kabel pada Perahu, maupun bagan. Lampu jenis ini dilengkapi pula dengan sistem elektronik, kabel penghubung, Dimer dan dioperasikan dengan sumber arus Searah (AC) dari Genset untuk menghasilkan cahaya 600 Wat dengan intensitas yang terang.Menurut Effendi (2011), berbagai alat bantu penangkapan ikan yang dapat menghasilkan cahaya telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dan jenis dari yang sederhana sampai yang agak kompleks. Salah satu alat bantu penangkapan ikan penghasilkan cahaya yang telah dikembangkan adalah Lampu Celup Dalam Air (Lacuda). Lacuda (Lampu Celup Dalam Air) merupakan lampu yang dipakai dalam air untuk menarik perhatian ikan. Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak).Lacuda adalah alat bantu untuk menangkap ikan dengan menggunakan lampu yang dimasukkan ke dalam toples dan dirangkai agar saat digunakan toples tidak kemasukan air laut. Lacuda hanya digunakan sebagai tempat singgah ikan saja. 2.4 Sifat Ikan terhadap CahayaPerbedaan tingkah laku pada masing-masing jenis ikan, yang pertama ada jenis-jenis ikan yang tertarik secara langsung terhadap sinar atau sering disebut ikan fototaksis positif, jika ada di sekitar area penangkapan yang terang dan yang kedua adalah jenis-jenis ikan yang sebenarnya tidak suka kepada cahaya lampu tetapi kehadirannya pada areal penangkapan lebih ini disebabkan oleh kehadiran mangsanya pada daerah penangkapan(Usman dan Brown,2006)Ikan yang efektif pada malam hari selalu mengutamakan organ penglihatan dalam mencari makanan dan memiliki kemampuan adabtasi terhadap gelap, indera utama penerima rangsangan cahaya ikan adalah mata (Arthrur,2013)Menurut Ali (1976), di dalam retina mata ikan terhadap fotoreseptor (penerima rangsangan cahaya) yang terdiri dari dua tipe yaitu pigmen cone yang berfungsi untuk dalam kondisi terang/intensitas tinggi dan pigmen rod yang berfungsi untuk dalam kondisi gelap.Menurut Fellix dkk (2004), kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda; ada ikan yang tertarik dengan intensitas yang rendah, adapula yang tertarik oleh cahaya dengan intensitas tinggi. Namuna adapula ikan yang tertarik oleh cahaya mulai dari intensitas yang rendah sampai yang tinggi.2.5 Lux MeterIluminasi cahaya diukur dengan Lux meter, ke arah samping (sudut 900) mulai dari titik sumber cahaya kemudian bergeser ke samping kanan atau ke kiri dengan interval jarak 1 meter sampai pada jarak dimana nilai iluminasi cahaya yang diukur adalah nol (Patty,2010)Pengukuran intensitas penerangan memakai alat Luxmeter yang hasilnya dapat langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudia energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energi listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor (Christian,1991).

BAB III METODE PRAKTIKUM3.1 Alat dan Bahan.3.1.1 Alat dan FungsiObeng : Untuk membuka dan menutup bautGunting : Untuk memotong kabel Cutter : Untuk memotong kabelLux meter : Untuk mengukur intensitas cahaya

3.1.2 Bahan dan FungsiLampu Model Jari 11 watt : Untuk sumber cahaya Kabel : Untuk penghantar listrikStaker : Untuk menghubungkan terminal dengan kabelFitting : Untuk rumah lampuHousing : Untuk melindungi lampu dari airLem Silicon : Untuk merekatkan housing agar air tidak masuk ke dalam housing

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Proses Perangkaian Lampu Celup Dalam Air (LACUDA)Menurut Setiawan, dkk. (2015) Pada lacuba yang akan dibuat memiliki rangkaian yang menghubungkan antara LED agar dapat menyala dengan efektif dan efesien terhadapat daya yang digunakan. Perangkaian lacuda memerlukan ketelitian dan kesabaran, apabila kurang teliti maka bisa terjadi sambungan arus pendek antara serabur-serabut kabel yang bersentuhan antara arus positif (+) dan negatif (-). Proses pengeleman/penutupan celah lubang housing juga perlu diperhatikan, apabila kurang rapet maka air dapat merembes masuk hingga mengenai vitting yang mana hal ini dapat mengakibatkan konsleting atau lampu tidak bisa hidup. Oleh karena itu proses perangkaian lacuda harus sangat hati-hati dan teliti.Proses perangkaian lampu celup dalam air terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :1. Siapkan alat dan bahan,2. Lubangi tutup toples (housing) pada bagian tengan sebagai lubang saluran kabel dengan menggunakan cutter,3. Potong pada tiap-tiap ujung kabel hingga serabutnya tampak dengan menggunakan gunting,4. Sambungkan ujung kabel (serabut) dengan stalker, sementara ujung yang satunya lagi dihubungkan pada vitting,5. Lem bagian sela-sela lubang housing dan kabel supaya air tidak masuk kehousing dan tidak merembes kevitting (dalam hal ini disarankan menggunakan lem tembak).6. Setelah lem mengering baru kita pasang lampu pada vitting,7. Pasang/satukan housing bagian badan dan penutup dengan rapat supaya air tidak masuk.8. Lampu siap digunakan.4.2 Proses Pengukuran Intensitas CahayaProses pengukuran intensitas cahaya dalam praktikum Teknologi Penangkapan Ikan adalah sebagai berikut :1. Mematian sumber cahaya dalam ruangan2. Menghubungkan staker rangkaian lampu celup dalam air pada stop kontak3. Menggeser saklar power on pada MCB4. Memutar pengaturan intensitas cahaya pada dimmer hingga maksimal5. Menyalakan lux meter sambil sensornya dihadapkan ke sumber cahaya mulai dari jarak 100 cm hingga 600 cm dengan interval 100 cm, pada tiap ulangan lux meter harus di matikan dan dinyalakan kembali dengan tujuan kalibrasi alat.6. Mencatat hasil yang ditampilkan pada monitor lux meter pada masing-masing jarak dengan satuan lux.Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Hartati dan Suprijadi (2010), bahwa dalam pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan cara memvariasikan jarak antara sumber cahaya dengan sensor cahaya untuk masing-masing lampu.4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya4.3.1 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Kelompok 9Pengukuran intensitas cahaya lampu celup dalam air (LACUDA) menggunakan luxmeter, kelompok 9 memperoleh data sebagai berikut :NoJenis Lampudan MerkDaya LampuBahan danHasil Pengamatan

Tinggi HousingJarak (cm)Intensitas Cahaya (lux)

1Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm10019

2Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm2008

3Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm3006

4Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm4004

5Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm5003

6Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm6002

4.3.2 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Semua KelompokPengukuran intensitas cahaya lampu celup dalam air (LACUDA) menggunakan luxmeter, diperoleh data seluruh kelompok sebagai berikut :

KelompokJenis Lampu dan MerkDaya LampuBahan dan Tinggi HousingHasil Pengamatan

Jarak (cm)Intensitas Cahaya (lux)

1Ulir / Hory5 wattKaca / 13 cm10029

20012

3007

4004

5003

6001

2Ulir / Panasonic11 wattKaca / 19 cm10025

20012

30010

4007

5005

6002

3Ulir / Panasonic15 wattKaca / 16 cm10085

20027

30018

40011

5008

6005

4Ulir / Panasonic15 wattMika / 14.5 cm10082

20026

30017

40010

5007

6004

5Jari / Troy30 wattKaca / 24 cm10045

20017

3009

4006

5004

6003

6Ulir / Centralite11 wattPlastik tebal / 16.5 cm10029

20010

3006

4005

5004

6003

7Jari / NAC15 wattKaca / 24 cm10032

20012

3007

4004

5003

6002

8Jari / Schein Lamp13 wattKaca / 24 cm10027

20012

3007

4004

5003

6003

9Jari / Hinoki11 wattKaca / 24 cm10019

2008

3006

4004

5003

6002

10Ulir / Panasonic5 wattKaca / 16.5 cm10031

20012

3007

4004

5003

6002

11Jari / Zentama15 wattKaca / 24 cm10047

20018

3009

4006

5004

6003

12Jari / Golden star22 wattKaca / 24 cm10070

20026

30014

4008

5006

6004

Dari data yang diperoleh dalam pengukuran intensitas cahaya, bahwa pada lampu dengan daya yang lebih kecil cenderung memiliki intensitas cahaya yang relatif kecil namun faktor merk juga memiliki andil dalam menentukan tinggi rendahnya intensitas cahaya yang dipancarkan. Faktor lainnya adalah warna dari lampu itu sendiri dan jenis lampu yang digunakan. Seperti yang dikemukakan Hartati dan Suprijadi (2010), bahwa untuk lampu dengan watt lebih kecil memiliki intensitas cahaya yang lebih kecil daripada lampu yang wattnya lebih besar, ini sesuai dengan daya listrik yang dikonsumsi, semakin besar daya listrik yang dikonsumsi maka semakin besar pula intensitas cahaya yang dipancarkan.

4.3.3 Grafik Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Kelompok 9

Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa jarak penyinaran merupakan faktor yang mepengaruhi tingginya intensitas cahaya pada lampu tersebut dengan membentuk grafik linier negatif dimana semakin jauh jarak penyinaran maka akan semakin rendah tingkat intensitas cahaya. Intensitas cahaya suatu jenis lampu dipengaruhi oleh jenis lampu, daya, warna dan jarak penyinaran, warna putih merupakan warna lampu yang memiliki intensitas yang paling tinggi, serta semakin jauh jarak antara sumber cahaya ke sensor maka akan semakin kecil nilai intensitas cahayanya (Huda, dkk. 2012).18