Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan

144
 1  BUKU AJAR R A NCANG BANGUN AL A T PENANGKAPAN IKAN DISUS UN O LEH : Pr of.Dr .I r . Na jamud din, M.S c. PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSIT AS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

description

Buku Ajar

Transcript of Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan

  • 1

    BUKU AJAR

    RANCANG BANGUN ALAT PENANGKAPAN IKAN

    DISUSUN OLEH :

    Prof.Dr.Ir. Najamuddin, M.Sc.

    PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

    2011

  • 2

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)

    Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]

    HALAMAN PENGESAHAN

    HIBAH PENULISAN BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2011

    Judul Buku Ajar : Rancang Bangun Alat Penangkapan Ikan Nama Lengkap : Prof.Dr.Ir. Najamudin, M.Sc.. NIP : 19600701 198601 1 001 Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya /IV.d Jurusan/Program Studi : Perikanan/ Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan/Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah)

    Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor : /H4.2KU.10/2011 Tanggal

    Makassar, 29 Nopember 2011

    Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

    Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsih, M.P. NIP. 19611201 198703 2 002

    Penulis,

    Prof.Dr.Ir. Najamudin, M.Sc NIP. 19600701 198601 1 001

    Mengetahui : Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)

    Universitas Hasanuddin

    Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. sebab dengan rakhmat dan

    taufiq-Nya jualah sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan dengan baik.

    Penulis menyusun buku ajar ini dilandasi oleh tanggung jawab moral untuk memperbaiki

    proses pembelajaran dalam mencapai target kompetensi yang diharapkan pada mata kuliah

    rancang bangun alat penangkapan ikan.

    Dalam penyusunan buku ajar ini, penulis banyak menerima bantuan dan masukan

    dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis

    menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan terima kasih kepada :

    1. Rektor Universitas Hasanuddin melalui LKPP yang telah memberikan

    kepercayaan kepada penulis untuk menyusun buku ajar ini.

    2. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dan Ketua Program Studi

    Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan yang telah mengusulkan dan menyetuji buku

    ajar ini.

    3. Kepada semua teman-teman staf pengajar yang telah memberikan informasi dan

    motivasi sehingga penulisan buku ajar ini dapat diselesaikan.

    4. Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu, penulis

    menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.

    Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa buku ajar ini masih

    jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun

    sangat diharapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga buku ajar ini dapat

    memberikan manfaat dan lebih mempermudah dalam memahami materi kuliah.

    Makassar, 29 Nopember 2011

    Penyusun

  • ii

    DAFTAR ISI

    URAIAN Hal

    KATA PENGANTAR . ii

    DAFTAR ISI . iii

    BAB 1 PENDAHULUAN . 1

    1.1 Gambaran Lulusan Program Studi PemanfaaatanSumberdaya Perikanan

    . 1

    1.2 Analisis Kebutuhan Pembelajaran . 1 1.3 GBRP . 3

    BAB 2 ALAT DAN SISTIM PENANGKAPAN IKAN . 6

    2.1 Pendahuluan . 6 2.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 6 2.2.1. Teori alat penangkapan ikan dan system

    penangkapan ikan . 6

    2.2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan . 9 2.2.3. Disain alat penangkapan ikan . 16 2.2.4. Faktor yang mempengaruhi disain alat

    penangkapan ikan . 21

    2.3 Penutup .

    BAB 3 GEOMETRI JARING, GAYA DAN MODEL ALATPENANGKAPAN IKAN

    . 27

    3.1 Pendahuluan . 27 3.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 27 3.2.1. Bahan dasar alat penangkapan ikan . 27 3.2.2. Analisis sistim pemotongan jaring . 33 3.2.3. Gaya yang bekerja pada alat penangkapan ikan . 37 3.2.4. Model alat penangkapan ikan . 43 3.3 Penutup . 49

    BAB 4 DISAIN TRAWL .. 51

    4.1 Pendahuluan . 51 4.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 51 4.3 Penutup . 64

    BAB 5 DISAIN PURSE SEINE . 66

    5.1 Pendahuluan . 66 5.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 66 5.3 Penutup . 80

    BAB 6 DISAIN PAYANG .. 82

    6.1 Pendahuluan . 82 6.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 82 6.3 Penutup . 84

  • iii

    BAB 7 DISAIN GILL NET . 86

    7.1 Pendahuluan . 86 7.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 86 7.3 Penutup . 100

    BAB 8 DISAIN SET NET .. 102

    8.1 Pendahuluan . 102 8.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 102 8.3 Penutup . 117

    BAB 9 DISAIN FYKE NET .. 118

    9.1 Pendahuluan . 118 9.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 118 9.3 Penutup . 123

    BAB 10 DISAIN PUKAT PANTAI DAN JARING ANGKAT .. 125

    10.1 Pendahuluan . 125 10.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 125 10.2.1. Disain pukat pantai . 125 10.2.2. Disain jarring angkat . 128 10.3 Penutup . 129

    BAB 11 DISAIN PANCING .. 131

    11.1 Pendahuluan . 131 11.2 Uraian Bahan Pembelajaran . 131 11.3 Penutup . 138

    DAFTAR PUSTAKA .. 139

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1. Gambaran Profil Lulusan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

    Kompetensi Utama :

    1) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan manajemen perikanan tangkap

    yang berkelanjutan

    2) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi rancang

    bangun alat tangkap dan kapal perikanan

    3) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi penangkapan

    ikan yang berkelanjutan

    4) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi sistem

    informasi perikanan tangkap yang berkelanjutan

    5) Lulusan mampu menguasai dan menerapkan ilmu dan teknologi sistem

    penanganan hasil tangkapan.

    Kompetensi Pendukung :

    1. Lulusan mampu menguasai IPTEK pengolahan hasil perikanan; dan

    2. Lulusan mampu menerapkan IPTEK pengolahan hasil perikanan..

    3. Lulusan mampu bekerjasama, berkomunikasi dan beradaptasi dalam

    lingkungan kerja

    4. Lulusan mampu berkarya secara individu atau tim dalam usaha perikanan

    tangkap

    Kompetensi Lainnya (Institusional) :

    Lulusan mampu bekerja sama, menyesuaikan diri, mengembangkan diri dan

    berfikir logis, analitis & profesional.

    1.2. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Mata Kuliah : Rancangbangun Alat Penangkapan Ikan

    Kode mk. : 302 L 233

  • 2

    Sasaran Belajar/TIU : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan akan mampu membuat disain berbagai alat penangkapan ikan.

    entry behaviour

    Bahan & alat penangkapan ikan (prasyarat)

    Pendahuluan

    Membuat disain trawl

    Alat & system penangkapan ikan serta perkembangannya

    Menggambarkan geometri jarring, menghitung gaya-gay a yg bekerja, model alat penangkapan ikan

    Membuat disain gill net

    Membuat disain set net

    Membuat disain payang

    Membuat disain purse seine

    Membuat disain fyke net

    Membuat disain pukat pantai & jarring angkat

    Membuat disain pancing 16

    15 11

    10

    6-8

    12-13

    14

    9

    4-5

    2-3

    1

  • 3

    1.3. GBRP

    Mata Kuliah : Rancangbangun Alat Penangkapan Ikan

    Nomor/Kode SKS : 302 L233 / 3

    Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari mk. bahan dan alat penangkapan ikan yang membahas tentang disain dan konstruksi berbagai alat penangkapan ikan, kalkulasi bahan serta hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam disain masing-masing alat..

    Minggu ke

    SasaranPembelajaran

    Materi Pembelajaran

    Strategi Pembelajaran

    Indikator Penilaian

    Bobot Nilai (%)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Menjelaskan

    kontrak pembelajaran, kompetensi yg akan dicapai

    Kontrak Pembelajaran

    Kuliah Kejelasan kontrak perkuliahan

    2-3 Menguraikan berbagai teori alat dan sistem penangkapan ikan, merumuskan faktor yang mempengaruhi rancang bangun

    Alat dan system penangkapan ikan serta perkembangannya Pertimbangan rancang bangun alat penangkap ikan

    Kuliah+tugas kajian pustaka (Cooperative learning)

    Kejelasan mhs mengidentifikasi sistem penangkapan ikan & merumuskan faktor yg mempengaruhi rancang bangun

    8

    4-5 Menggambarkan geometri jarring dan menghitung gaya-gaya luar yang bekerja & model alat penangkapan ikan

    Geometri dari jarring, kalkulasi bahan dan gaya-gaya luar yang bekerja pada jarring, model alat penangkapan ikan

    Kuliah+kerja kelompok+Presentasi (Collaborative learning)

    Kejelasan menguraikan dimensi ja-ring Ketepat-an menghi-tung gaya yang bekerja, Ketepatan model, kerjasama tim.

    9

    6-8 Menjelaskan prinsip disain alat penangkap ikan & mendisain alat penangkap ikan trawl

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan trawl

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan trawl

    13

  • 4

    GBRP lanjutan

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) 9 Menjelaskan

    prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan purse seine

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan purse seine

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan purse seine

    6

    10 Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan payang

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan payang

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan payang

    6

    11. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan gill net

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan gill net

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan gill net

    6

    12.-13 Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan set net

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan set net

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan set net

    9

    14. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan fyke net

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan fyke net

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan fyke net

    6

    15. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan pukat pantai dan jaring angkat

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan pukat pantai dan jaring angkat

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan pukat pantai dan jaring angkat

    6

    16. Menjelaskan prinsip disain & mendisain alat penangkap ikan pancing

    Prinsip-prinsip disain dan mendisain alat penangkapan ikan pancing

    Kuliah+kerja individu+tutorial (project based learning)

    Kejelasan dan ketepatan disain alat penangkapan ikan pancing

    6

    17-18 Menyusun langkah rancang bangun alat penangkap ikan, hitungan disertai dengan argumentasi

    Uji Kompetensi & Remedial

    Studi Kasus + Presentasi (Problem solving learning)

    Kejelasan lang-kah rancang bangun, ke-jelasan alasan, ketepatan hitungan dan kemampuan analogi

    25

  • 5

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

    Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

    Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Martasuganda, S. 2005. Set net (Teichi Ami) ; Serial Teknologi Penagkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Departemen PSP FPIK. IPB Bogor.

    Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

    Muslim, A. 2008. Studi Bio-Fisik Lokasi Pemasangan Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Palette Kabupaten Bone. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak Dipublikasikan. Muhraeni. 2008. Hubungan Beberapa Parameter Oseanografi Dengan Komposisi Dan Jumlah Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Set Net (Teichi Ami) Di Perairan Tanjung Pallette Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Skripsi. PS. PSP, FIKP UNHAS. Tidak Dipublikasikan

    NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

    NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

    Prichard, M. 1987. Lets Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

    Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

    Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

    Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

  • 6

    BAB 2. ALAT DAN SISTEM PENANGKAPAN IKAN

    2.1. Pendahuluan

    Sasaran pembelajaran :

    a) Menguraikan berbagai teori alat dan system penangkapan ikan

    b) Merumuskan factor-faktor yang mempengaruhi rancangbangun alat penangkapan

    ikan

    c) Menguraikan cara-cara mendisain alat penangkapan ikan

    d) Menguraikan peranan ahli rancanbangun alat penangkapan ikan

    2.2. Uraian Bahan Pembelajaran

    2.2.1 Teori alat penangkapan ikan dan sistem penangkapan ikan

    Mata kuliah rancang bangun alat penangkap ikan adalah lanjutan dari mata kuliah

    bahan dan alat penangkapan ikan serta dasar penangkapan ikan. Pada kuliah seelumnya,

    mahasiswa sudah mendapatkan materi tentang bahan-bahan yang dapat digunakan dalam

    pembuatan suatu alat penangkap ikan serta bagaimana bentuk dan cara pengoperasian

    berbagai alat penangkap ikan. Pada mata kuliah ini, mahasiswa akan diantar untuk

    merancang (design) suatu alat penangkap ikan. Perancangan (designing) alat penangkap

    ikan adalah proses mempersiapkan spesifikasi teknik dan menggambar alat penangkap

    ikan untuk memuaskan kebutuhan penanganan alat, teknik, operasi, ekonomi dan social.

    Penyelesaian masalah yang terlibat dalam pembuatan alat penangkap ikan untuk

    memuaskan karakteristik spesifk adalah sangat kompleks, pertama karena teknologi sangat

    kompleks dan kedua sebab jumlah karakteristik konflik harus diselesaikan.

    Teknologi penangkapan ikan, sebagai sebuah kajian ilmiah ditemukan dan

    dikembangkan pada abad ke 20 terutama oleh ilmuan Rusia dan Jepang. Itu mewakili

    generalisasi dari akumulasi pengalaman praktek oleh banyak generasi nelayan di seluruh

    dunia. Teori dikembangkan oleh Professor F.I. Baranov (Rusia) dan Professor Tauti

    (Jepang), demikian pula serangkaian pengamatan oleh pekerja lainnya, memberikan

    kontribusi pemahaman yang lebih baik tentang penangkapan ikan dan proses yang

    berhubungan serta interaksinya antara ikan, alat tangkap dan kapal penangkap ikan.

    Prosedur telah dilakukan secara obyektif membandingkan metode penangkapan ikan dan

    alat penangkapan ikan untuk membantu memilih yang paling sesuai dan memungkinkan

    evaluasi awal kelayakan secara tehnik dan ekonomi terhadap penyempurnaan teknologi

    dan inovasi.

  • 7

    Hanya pengetahuan yang banyak dimiliki oleh nelayan adalah pengalaman dan apa

    yang telah mereka warisi dari orang tuanya. Mereka sering tidak percaya terhadap hasil

    penelitian secara teoritis, terutama disebabkan mereka tidak mengetahui bagaimana

    mengambil keuntungan dari temuan baru tersebut. Namun demikian, dengan perubahan

    dinamika yang telah terjadi pada akhir-akhir tahun pada perikanan dunia, perbaikan seleksi

    daerah penangkapan ikan, alat dan metode panangkapan ikan, dan melibatkan peralatan

    canggih seperti peralatan untuk memonitor, alat penangkapan ikan yang besar dan kuat dan

    mesin automatic, nelayan tipe baru dibutuhkan dimana mereka mampu menggabungkan

    pengalaman praktek dengan secara teori.

    Analisis secara teoritis dapat diaplikasikan untuk mencari solusi terhadap masalah-

    masalah keahlian teknik dan teknologi yang muncul dalam aktivitas nelayan, ahli

    teknologi penangkapan ikan, manajer perikanan dll. Beberapa yang sering ditemui adalah

    :

    1. Pemilihan alat penangkapan ikan dan tipe kapal sesuai dengan data sumberdaya

    perikanan pada daerah tertentu;

    2. Penentuan parameter teknik yang optimal untuk alat penangkapan ikan, dengan

    memperhatikan karakteristik daerah, jenis ikan dan tipe kapal yang tersedia;

    3. Disain alat penangkap ikan dan perhitungan kualitas dan banyaknya bahan yang

    dibutuhkan untuk konstruksi dan perlengkapan lainnya;

    4. Penentuan pola operasi terbaik (kecepatan penarikan, posisi penangkapan ikan,

    pemasang perlengkapan secara rinci dsb) pada berbagai kondisi;

    5. Demonstrasi kemungkinan untuk penyempurnaan dan implementasinya pada alat

    penangkap ikan yang digunakan pada lokasi tertentu;

    6. Modifikasi alat penangkap ikan tradisional untuk beroperasi pada kondisi yang

    berbeda.

    Kesemua hal tersebut di atas menyinggung banyak factor yang terlibat dalam disain dan

    perhitungan alat penangkap ikan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :

    1. Ikan (spesies, tipe dan ukuran konsentrasi, tingkah laku, kecepatan migrasi,

    karakteristik biomentrik individu ikan, dsb.);

    2. Daerah penangkapan ikan (sumberdaya ikan, ketersediaan makanan, jarak dari

    pelabuhan, kedalaman, kecepatan arus, suhu, salinitas, ketersediaan umpan, dsb);

    3. Tingkatan teknologi (keterampilan nelayan, ketersediaan dan tipe kapal penangkap

    ikan, kesesuaian alat penangkap ikan, ketersediaan bahan, dsb.);

  • 8

    4. Kondisi ekonomi (permintaan umum dan preferensi pasar tertentu, jarak ke pasar,

    ketersediaan modal, dsb.).

    Untuk membuat buku ajar ini bermanfaat, terutama bagi sebanyak mungkin

    pembacanya, matematik tingkat tinggi tidak digunakan dan perhatian lebih banyak

    dicurahkan pada masalah sederhana dan umum. Selain itu juga disertai dengan contoh

    perhitungan sehingga akan lebih mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.

    Alat penangkapan ikan kelihatannya masih kebudayaan primitive seperti tombak,

    panah dan pancing yang terbuat dari batu, cangkang, tulang dan gigi binatang. Pada

    perangkap ikan di perairan dangkal, penghalang tanah dan batu, dikonstruksi tumpukan

    ranting kayu, kaleng penjebak dan labyrinths. Penangkapan ikan yang lebih aktif

    menggunakan panah, tombak, rakit, penjepit, penggaruk, juga dengan menggunakan tali

    dan joran.

    Perkembangan terakhir dari alat penangkapan ikan dan metode penangkapan ikan

    adalah perbaikan bentuk alat tangkap dan lebih khusus ukuran alat yang lebih besar dan

    meningkatkan kecepatan penarikan dan penanganan alat. Akibatnya, lebih besar volume

    air dapat disapu dan lebih cepat oleh alat tangkap, dengan meningkatkan potensi ikan

    tertangkap. Ini secara luas telah memungkinkan melalui penggunakan bahan sistetis dalam

    alat penangkap ikan komersil. Pada sisi lain, peningkatan ukuran alat penangkapan ikan

    dan pengoperasian pada perairan yang lebih dalam dan lebih jauh diperlukan kapal

    penangkap ikan yang lebih kuat, lebih cepat dan lebih besar, lebih banyak kekuatan mesin

    dan listrik per nelayan di atas kapal dan meningkatkan jangkauan operasi dari peralatan

    pendeteksi ikan.

    Perkembangan teknik ditambah perbaikan komunikasi dan pelayanan peramalan

    cuaca memungkinkan lebih banyak waktu dicurahkan untuk penangkapan melalui

    pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan antara daerah penangkapan, untuk

    mendapatkan gerombolan ikan dan menangani alat penangkap ikan. Perkembangan

    peralatan untuk menemukan dan mengikuti pergerakan gerombolan ikan dan memonitor

    serta mengontrol alat penangkap ikan selama operasi telah ditingkatkan akurasinya untuk

    tujuan penangkapan ikan dan cenderung diset secara automatik. Tidak diragukan lagi,

    teknologi penangkapan ikan dapat berkontribusi terhadap perkembangan perikanan pada

    Negara berkembang khususnya memperbaiki alat dan metoda yang ada melalui intoduksi

    sesuatu yang baru.

    Alat penangkap ikan harus dipertimbangkan sebagai bagian dari system yang juga

    termasuk mesin pananganan alat, kapal penangkap ikan, peralatan untuk mendapatkan dan

  • 9

    memonitor keberadan ikan, ikan target dan lingkungannya. Efisiensi operasi penangkapan

    ikan tergantung dari derajat dimana system dipahami dan dikontrol, kesesuaian terhadap

    kondisi tertentu, kesesuaian dengan peralatan teknik, terhadap kondisi tertentu dimana

    parameter alat tangkap sudah dipilih untuk mengeksploitasi karakteristik tingkah laku ikan.

    Peranan yang dimainkan oleh unsur sistem penangkapan ikan modern akan lebih

    mudah dipahami dengan merujuk pada generalisasi model informasi (Lukashov, 1972)

    seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Semua kotak kecuali ikan mewakili unsur tehnik

    untuk penangkapan ikan. Alat pendeteksi lokasi ikan adalah echosounder. Modifikasi

    tingkah laku ikan adalah sumber cahaya. Kotrol agen untuk modifikasi tingkah laku ikan

    dan untuk alat penangkap ikan termasuk anak buah kapal dan mesin-mesin dek. Peralatan

    monitor termasuk peralatan seperti alat pendeteksi jaring (net sounder) dan alat pengukur

    tegangan tali.

    Gaambar 1. Generalisasi informasi model system penangkapan ikan

    2.2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan (BPPI, 2007)

    Klasifikasi alat penangkapan ikan disusun untuk menggolongkan dan

    mengelompokkan setiap jenis alat penangkapan ikan yang sesuai dengan perkembangan di

    perairan Indonesia berdasarkan spesifikasi teknis dan cara pengoperasiannya. Dalam

    pengklasifikasian alat penangkapan ikan juga tercantum singkatan dank ode yang

    disesuaikan dengan penamaan yang digunakan untuk setiap jenis alat untuk memudahkan

    pengidentifikasian dan pengelompokannya.

    IKAN

    MODIFIKASI TINGKAH LAKU

    IKAN

    ALAT PENDETEKSI LOKASI IKAN

    ALAT PENANGKAP IKAN

    MONITOR MODIFIKASI

    TINGKAH LAKU

    AGEN KONTROL

    TINGKAH LAKU

    AGEN KONTROL

    ALAT

    MONITOR ALAT

    TANGKAP

    PUSAT KONTROL

  • 10

    Klasifikasi ini dikeluarkan berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi alat

    penangkap ikan yang ada di Indonesia oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan,

    Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan dengan

    mengadopsi Klasifikasi yang dikeluarkan oleh FAO (Definition and Clasification of

    Fishing Gear Categories, 1989) dan ditambahkan dengan penggolongan yang ada di

    Indonesia.

    Tabel 2.1. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Berdasarkan ISSCFG

    No. Penggolongan Singkatan Kode ISSCFG

    (1) (2) (3) (4)

    1. SURROUNDING NETS - 01.0.0

    With purse line (Purse Seines) PS 01.1.0

    - One boat operated purse seines PS1 01.1.1

    - Two boat operated purse seines PS2 01.1.2

    Without purse line (lampara) LA 01.2.0

    2. SEINE NETS 02.0.0

    Beach Seine SB 02.1.0

    Boat Or Vessel Seines SV 02.2.0

    - Danish seine (dogol) SDN 02.2.1

    - Scottish seine SSC 02.2.2

    - Pair seine SPR 02.2.3

    Seine nets (not specified) SX 02.9.0

    3. TRAWL 03.0.0

    Bottom trawl 03.1.0

    - Beam Trawl TBB 03.1.1

    - Otter trawl OTB 03.1.2

    - Pair trawl PTB 03.1.3

    - Nephtops trawl TBN 03.1.4

    - Shrimp Trawl TBS 03.1.5

    - Bottom Trawl (not specified) TB 03.1.9

    Tabel 2.1. Lanjutan .

    (1) (2) (3) (4)

  • 11

    Midwater trawl (Trawl Pertengahan ) 03.2.0

    - Trawl berpapan OTM 03.2.1

    - Trawl dua kapal PTM 03.2.2

    - Trawl udang TMS 03.2.3

    - Trawl pertengahan lainnya TM 03.2.9

    Trawl kembar berpapan OTT 03.3.0

    Trawl berpapan lainnya OT 03.4.9

    Trawl dua kapal lainnya PT 03.5.9

    Trawl lainnya TX 03.9.0

    4. DGEDGES (PENGGARUK) 04.0.0

    Boat dredges (Penggaruk berperahu/kapal) DRB 04.1.0

    Hand dredges (Penggaruk biasa) DRH 04.2.0

    5. LIFT NETS (TANGKUL) 05.0.0

    Tangkul biasa (Portable liftnet) LNP 05.1.0

    Bagan perahu (Boat operated liftnet) LNB 05.2.0

    Tangkul pantai LNS 05.3.0

    6. FALLING GEARS (ALAT YG DIJATUHKAN) 06.0.0

    Jala FCN 06.1.0

    Alat jatuh lainnya FG 06.9.0

    7. GILL NETS & ENTANGLING NETS (JARING INSANG & JARING PUNTAL)

    07.0.0

    Jaring insang menetap GNS 07.1.0

    Jaring insang hanyut GND 07.2.0

    Jaring insang lingkar GNC 07.3.0

    Jaring insang berpancang GNI 07.4.0

    Jaring gondrong (trammel net) GTR 07.5.0

    Jaring kombinasi gillnettrammel net GTN 07.6.0

    Jaring insang & jaring puntal lainnya GEN 07.9.0

    - Jaring insang lainnya GN 07.9.1

    Tabel 2.1. lanjutan .

    (1) (2) (3) (4)

  • 12

    8. TRAPS 08.0.0

    Stationary uncovered pound nets FPN 08.1.0

    Pots FPO 08.2.0

    Fyke nets FYK 08.3.0

    Stow nets FSM 08.4.0

    Barriers, Fences, weirs, etc. FWR 08.5.0

    Aerial traps FAR 08.6.0

    Traps (not specified) FIX 08.9.0

    9. HOOK AND LINES (PANCING) 09.0.0

    Pancing ulur dan pancing berjoran biasa LHP 09.1.0

    Pancing ulur dan pancing berjoran dimekanisasi LHM 09.2.0

    Rawai menetap LLS 09.3.0

    Rawai hanyut LLD 09.4.0

    Rawai lainnya LL 09.5.0

    Tonda LTL 09.6.0

    Pancing lainnya LX 09.9.0

    10. GRAPPLING & WOUNDING (ALAT PENJEPIT & MELUKAI)

    10.0.0

    Harpoons (Tombak) HAR 10.1.0

    11. HARVESTING MACHINES 11.0.0

    Pumps HMP 11.1.0

    Mechanized dredges HMD 11.2.0

    Harvesting machines (not specified) HMX 11.9.0

    12. Miscellaneous gear MIS 20.0.0

    13. Recreational Fishing Gears RG 25.0.0

    14. Gear not Known (not specified) NK 99.0.0

  • 13

    Tabel 2.2. Klasifikasi alat penangkapan ikan (BPPI Semarang)

    No. Penggolongan Singkatan Kode KAPI

    (1) (2) (3) (4)

    1. JARING LINGKAR JL 01.0.0

    Jaring lingkar bertali kerut (pukat cincin) JLPC 01.1.0

    - Pukat cincin satu kapal JLPC-1K 01.1.1

    - Pukat cincin dua kapal JLPC-2K 01.1.2

    Jaring lingkar tanpa tali kerut (lampara) JLLA 01.2.0

    2. PUKAT TARIKa PT 02.0.0

    Pukat Tarik Pantai PTP 02.1.0

    Pukat Tarik Berkapal PTK 02.2.0

    - Payang PTK-Py 02.2.1

    - Dogol PTK-Dg 02.2.2

    - Cantrang PTK-Cn 02.2.3

    - Lampara Dasar PTK-Ld 02.2.4

    PUKAT TARIK LAINNYA PTL 02.9.0

    3. PUKAT HELA PH 03.0.0

    Pukat Hela Pertengahan PHT 03.1.0

    - Pukat Hela Pertengahan Berpapan PHT-Pp 03.1.1

    - Pukat Hela Pertengahan Dua Kapal PHT-2K 03.1.2

    - Pukat Hela Pertengahan Lainnya PHT-L 03.1.9

    Pukat Hela Dasar PHD 03.2.0

    - Pukat Hela Dasar Berpalang PHD-Pl 03.2.1

    - Pukat Hela Dasar Berpapan PHD-Pp 03.2.2

    - Pukat Hela Dasar Dua Kapal PHD-2K 03.2.3

    - Pukat Hela Dasar Lainnya PHD-L 03.2.4

    Pukat Hela Lainnya PHL 03.9.0

    4. PUKAT DORONG PD 04.0.0

    Pukat Dorong tidak Berkapal PDTK 04.1.0

    Pukat Dorong Berkapal PDK 04.2.0

    - Pukat Dorong Berkapal Satu Jaring PDK-1J 04.2.1

  • 14

    Tabel 2.2. Lanjutan

    (1) (2) (3) (4)

    - Pukat Dorong Berkapal Dua Jaring PDK-2J 04.2.2

    Pukat Dorong Lainnya PDL 04.9.0

    5. PENGGARUK PG 05.0.0

    Penggaruk Tanpa Kapal PGTK 05.1.0

    Penggaruk Berkapal PGK 05.2.0

    6. JARING ANGKAT JA 06.0.0

    Jaring Angkat Menetap JAM 06.1.0

    - Anco Tanpa Kapal JAM-A 06.1.1

    - Bagan Tancap JAM-BT 06.1.2

    Jaring Angkat Tidak Menetap JATM 06.2.0

    - Bagan Rakit JATM-BR 06.2.1

    - Bagan Perahu JATM-BP 06.2.2

    - Anco Berkapal (Bouke Ami) JATM-BA 06.2.3

    Jaring Angkat Lainnya JAL 06.9.0

    7. ALAT YANG DIJATUHKAN/DITEBARKAN AJT 07.0.0

    Jala Tebar AJTT 07.1.0

    Jala Jatuh AJTJ 07.2.0

    - Jala jatuh tanpa Kapal AJTJ-TK 07.2.1

    - Jala Jatuh Berkapal (Cast Net) AJTJ-K 07.2.2

    Alat Jatuh Lainnya AJTL 07.9.0

    8. JARING INSANG JI 08.0.0

    Jaring Insang Hanyut JIH 08.1.0

    Jaring Insang Tetap JIT 08.2.0

    Jaring Insang Lingkar JILR 08.3.0

    Jaring Insang Berlapis JIBL 08.4.0

    Jaring Insang Lainnya JIL 08.9.0

    9. PERANGKAP PR 09.0.0

    Perangkap Berpenaju (Sero, Belat) PRP 09.1.0

    Perangkap tanpa Penaju PRTP 09.2.0

  • 15

    - Penangkap Bersayap (Pukat labuh, Gombang, Apong)

    PRTP-S 09.2.1

    Tabel 2.2. Lanjutan

    (1) (2) (3) (4)

    - Perangkap tanpa Sayap (Ambai, Togo, Jermal, Pengeri)

    PRTP-TS 09.2.2

    Bubu PRB 09.3.0

    Perangkap Lainnya PRL 09.9.0

    - Perangkap Ikan Peloncat PRIL 09.9.1

    10. PANCING PC 10.0.0

    Pancing Ulur PCU 10.1.0

    Pancing Berjoran PCJo 10.2.0

    Rawai Tetap PCRT 10.3.0

    Rawai Hanyut PCRH 10.4.0

    Tonda PCT 10.5.0

    Pancing Lainnya PCL 10.9.0

    11. ALAT PENJEPIT DAN MELUKAI APM 11.0.0

    Ladung LD 11.1.0

    Tombak TB 11.2.0

    Panah PN 11.3.0

    Alat Penjepit dan Melukai Lainnya APML 11.9.0

    12. ALAT-ALAT LAINNYA AAL 20.0.0

    Muro Ami MA 20.1.0

  • 16

    2.2.3. Disain alat penangkapan ikan

    Perancangan (designing) alat penangkap ikan adalah proses mempersiapkan

    spesifikasi teknik dan menggambar alat penangkap ikan untuk memuaskan kebutuhan

    penanganan alat, teknik, operasi, ekonomi dan social. Penyelesaian masalah yang terlibat

    dalam pembuatan alat penangkap ikan untuk memuaskan karakteristik spesifk adalah

    sangat kompleks, pertama karena teknologi sangat kompleks dan kedua sebab jumlah

    karakteristik konflik harus diselesaikan. Pada prinsipnya, perancang alat penangkap ikan

    sudah cukup memiliki pengalaman praktek dan dapat melalukan perhitungan keteknikan.

    Dengan pengetahuan ini, rencana dan spesifikasi suatu alat penangkap ikan dapat

    dikembangkan dan alat dikontruksi serta diuji di laut. Jika sebuah alat penangkapan ikan

    yang baru kurang memuaskan, boleh dimodifikasi atau yang terburuk adalah dibuat

    perancangan kembali mulai dari awal dengan memperhatikan kesalahan sebelumnya.

    (A). Teori dengan pendekatan praktek

    Sebagian besar alat penangkap ikan diproduksi melalui metode coba-coba, yaitu

    dikonstruksi kemudian dicoba di lapangan. Apabila penampilan lapangan kurang

    memuaskan, dilakukan modifikasi, kemudian dicoba lagi, sampai akhirnya memuaskan.

    Cara seperti ini tidak salah, Cuma biayanya yang terlalu mahal dan memerlukan waktu

    yang lama. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan perhitungan yang matang sebelum

    dikontruksi. Sebagai informasi awal dapat menggunakan referensi dari catalog alat

    penangkapan ikan yang ada, secara Internasional dikeluarkan oleh FAO dan di Indonesia

    di keluarkan oleh Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan di Semarang. Cara lain

    dapat ditempuh melalui pembuatan model, kemudian model tersebut diuji di laboratorium,

    dengan mudah dapat dilakukan modifikasi dan disimulasi kondisi lapangan. Kalau

    penampilan model sudah memuaskan baru dilakukan konstruksi.

    (1) Desain dengan sistem tukang jahit

    Perancang merencanakan dalam hayalan gambar 3 dimensi dari alat yang akan

    dibuat, kemudian dipindahkan ke atas kertas sebagai gambar atau kesan seniman. Untu

    mencapai hal ini beberapa dimensi fisika dari berbagai bagian jaring perlu ditambahkan,

    seperti : ukuran mata jaring (mesh size), nomor benang, diameter tali, shortening (S =

    hang in ratio) dan H (hanging ratio = E). Dari informasi ini, desain dapat digambar dan

    informasi yang diketahui tadi dipindahkan ke gambar. Jumlah mata jaring pada bagian

  • 17

    lebar dan dalam jaring pada setiap bagian tertentu dapat dihitung, dan selanjutnya

    ditambahkan pada spesifikasi.

    Seperti pada kegiatan desain pada umumnya, banyak keahlian perkiraan yang

    diperlukan sebagai dasar dari analisis perencanaan. Dalam kasus alat penangkap ikan,

    sering dibutuhkan informasi dari nelayan yang pengalaman di lapangan dan tahu tentang

    kondisi daerah penangkapan dan kapal dimana alat tersebut akan digunakan.

    Keahlian dasar yang diperlukan pada pendekatan ini adalah pengetahuan mendalam

    tentang perhitungan yang berhubungan dengan teknik pemotongan jaring, hanging ratio

    (H) dan teknik penyambungan.

    (2) Desain dengan metode skala langsung

    Pada teknik ini perencana mencoba dan menguji suatu desain jaring yang sudah

    ada. Untuk mendapatkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, maka dilakukan

    perbesaran atau perkecilan. Perubahan dimensi yang dibuat harus didasarkan pada

    beberapa data penunjang lainnya atau pengalaman tertentu dari perencana. Namun

    demikian proses perubahan ukuran alat penangkap ikan sebenarnya relatif sederhana. Hal

    ini akan menjadi lebih rumit apabila perencana ingin membuat perubahan radikal terhadap

    mata jaring dan ukuran benang. Sebagai contoh pada trawl atau alat lainnya pengaruh

    nyata pada tahanan alat merupakan pertimbangan yang perlu dikaji lebih dalam. Dengan

    kata lain tehnik yang digunakan untuk mengembangkan suatu kisaran desain alat

    penangkap ikan yang memadai sesuai dengan kekuatan kapal dan berdasarkan pengalaman

    di lapangan. Analisis terhadap data yang telah diketahui, akan dapat memberikan koreksi

    yang sangat berharga pada teknik desain.

    Teknik ini dapat diaplikasikan pada alat penangkap ikan seperti : fyke nets, beam

    trawls, trawl dasar tunggal dan ganda.

    (3) Desain dengan menggunakan data sheets

    Penggunaan data sheets diikuti oleh sistem pengambilan keputusan dan

    perhitungan yang dikembangkan oleh autor merupakan cara yang paling berhasil dalam

    desain trawl dasar dan trawl pelagis dan juga dapat diaplikasikan juga pada seine net. Data

    sheets harus digambar berdasarkan statistik yang diambil dari alat yang sedang dipakai,

    dan informasi yang dibutuhkan dapat dilihat pada contoh data sheet untuk trawl dasar.

    Kenyataan penting sebagai berikut :

  • 18

    Diasumsikan HP kapal ikan dibuat dimana kapal dipertimbangkan displacement

    badan kapal untuk trawl dan menggunakan bollard penuh sekitar 1 ton/ 100 hp. Ukuran

    jaring dinyatakan sebagai panjang foot rope dalam fathom. Kisaran panjang footrope (tali

    ris bawah) diperlihatkan untuk dialokasikan dalam perbedaan disain kapal dan faktor

    lingkungan dan cenderung mempengaruhi ukuran alat yang digunakan pada lokasi yang

    berbeda.

    (4) Disain melalui moodifikasi

    Perhatian dunia akhir-akhir ini ditujukan pada perikanan yang berkelanjutan. Pada

    prinsip ini, sumberdaya ikan harus diupayakan supaya tidak habis pada suatu wilayah

    tertentu. Dengan kata lain, alat penangkap ikan diusahakan tidak menangkap semua ikan

    yang ada pada areal tangkapan atau selektif. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

    banyak alat penangkap ikan yang tidak selektif. Untuk membuat alat penangkap ikan yang

    tidak selektif menjadi selektif, kalau dilakukan perombakan disain secara keseluruhan akan

    membutuhkan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terhadap

    kasus seperti ini dapat dilakukan melalui cara modifikasi. Modifikasi dapat dilakukan

    dengan membuatkan jendela pada bagian tertentu jarring yang memungkinkan ikan-ikan

    yang masih kecil dapat meloloskan diri. Cara seperti ini dapat diaplikasikan pada bagan,

    purse seine, trawl, set net dsb.

    (B). Peranan ahli fishing gear

    Ahli fishing gear adalah pendisain sistem penangkapan ikan. Dia boleh secara

    murni terlibat dalam masalah disain jaring, tetapi jaring biasanya digunakan dari kapal

    penangkap ikan, dan beberapa komponen mesin-mesin yang digunakan diatas kapal. Ahli

    fishing gear seharusnya juga mempunyai pemahaman yang jelas tentang ikan, tingkah

    lakunya, sifat biologi dan reaksinya terhadap rangsangan, kecepatan renang, dan

    lingkungan dimana ikan hidup.

    Semua faktor ini mempengaruhi pemilihan sistem penangkapan ikan, jaring atau

    kapal, juga keberhasilan disain alat penangkapan ikan harus diperhitungkan pada semua

    titik atau aspek.

    Elektronik juga memainkan peranan yang sangat penting dalam penangkapan ikan

    dan pengembangan alat penangkapan ikan. Peralatan pendeteksi ikan modern sangat

    canggih dan ahli fishing gear seharusnya mengetahui dengan baik pemakaian dan

  • 19

    aplikasinya. Selain itu beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian fishing gear

    diatas kapal dikontrol secara elektronik.

    Komputer mikro juga dapat memainkan peranan yang tak ternilai dalam bidang

    desain fishing gear, seperti penyimpanan data, dan penggunaan dalam banyak kalkulasi.

    Hidrodinamika adalah dasar teknologi yang darinya dapat diperoleh pengetahuan

    teoritis tentang penampilan teknik dari fishing gear.

    Bidang fishing gear teknologi sangat unik karena melibatkan banyak faktor biologi

    dan lingkungan yang tidak dapat diduga. Mari kita tidak melupakan bahwa kita adalah

    masih pemburu, kemungkinan besar satu-satunya metode perburuan yang paling canggih

    di dunia. Untuk menjadi pemburu yang berhasil, kita harus mengetahui target buruan dan

    bagaimana dia hidup. Saya menyesal untuk mengatakan bahwa masalah tersebut tidak

    akan pernah terpecahkan pada papan gambar atau di komputer, walaupun dihadapi oleh

    beberapa tenaga ahli di dunia. Seorang ahli fishing gear seharusnya tidak pernah

    melupakan akan hal ini, layanannya, nelayan adalah pemburu, manusia terampil, dan

    banyak dari mereka "belajar memikirkan kesukaan dari buruannya".

    Ahli fishing gear adalah seni teknologi, yang mana harus mempunyai tingkat

    keterampilan yang tinggi jika ingin menjadi sukses, dan dapat diterima oleh langganannya.

    Secara teori tenaga ahli dapat berhasil dengan baik di stasion penelitiannya, sibuk menulis

    laporan akademik, tetapi saya sering mempertanyakan nilai sebenarnya dari kegiatannya

    dalam membantu nelayan menangkap ikan lebih banyak atau dalam membuat sistem

    pengoperasiaanya lebih efektif dari segi biaya.

    Jika dipertimbangkan bidang fishing gear desain; pada pandangan yang sempit

    dapat diikutii pengamatan berikut. Desain adalah semua tentang perubahan jaring ke

    bentuk tertentu yang cocok dengan menggabungkan karakter satu jaring dengan jaring

    lainnya dan merubah penampilannya dalam berbagai cara. Oleh sebab itu yang paling

    bernilai untuk kita adalah mengetahui sebanyak mungkin tentang penampilan jaring secara

    tehnik, dan pengaruh akibat barbagai variasi perubahan tali temali pada penampilannya.

    Penampilan teknik bukan jawaban untuk semua masalah, bidang lain yang

    terpenting adalah reaksi dari ikan terhadap fishing gear, mesh size, sudut jaring, gangguan

    aliran, lumpur, bising, getaran, warna dan cahaya. Makin luas pengetahuan tentang bidang

    tersebut akan semakin cocok dalam mengaplikasikan untuk memperbaiki keahliannya

    sebagai disainer fishing gear.

    Bidang lain dari disain adalah mengurangi pengeluaran seperti : biaya bahan bakar

    dan ini dapat dilakukan secara bersama antara naval architek dan ahli fishing gear

  • 20

    technologi. Satu harus diteliti aspek ekonomi dari operasi penangkapan ikan dan

    keefektifan biaya dari metode yang berbeda.

    Dengan mudah dapat kita lihat dua metode penangkapan ikan, dengan type dan

    ukuran kapal yang sebanding. Katakan bahwa kapal X selalu menangkap ikan lebih

    banyak dengan kapal Y, tetapi jika kapal X mengkonsumsi bahan bakar dua kali lipat dari

    Y, maka hal ini harus dilihat lebih jauh lagi. Teknik utama yang digunakan dalam

    hubungannya dengan disain jaring dan penghematan bahan bakar adalah coeficient tarikan

    untuk alat yang ditarik, dengan membuat alat lebih eficient secara hidrodinamik. Hal ini

    boleh jadi akan mengakibatkan kurangnya eficienci tangkapan ikan tetapi harus

    dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar.

    Bagian akhir dari desain adalah penemuan dimana penemu datang dengan revolusi

    tehnik dalam penangkapan ikan atau bagian lainnya.

  • 21

    2.2.4. Faktor yang mempengaruhi disain alat penangkapan ikan

    Alat penangkapan ikan yang akan didisain harus diperhitungkan kondisi perairan

    dimana alat tersebut akan dioperasikan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat factor-faktor

    luar tersebut akan mempengaruhi penampilan alat penangkap ikan di dalam air. Oleh

    karena itu perlu diidentifikasi factor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap alat

    penangkap ikan dan sejauh mana berpengaruh terhadap berbagai jenis alat penangkap ikan.

    Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menghitung factor-

    faktor yang berpengaruh terhadap berbagai alat penangkap ikan pada saat dioperasikan.

    Banyak faktor yang mempengaruhi desain dan eficiensi dari sistem penangkapan

    ikan, beberapa diantaranya harus dianalisa dengan detail, dan yang lainnya dapat diabaikan

    atau merupakan faktor kedua, tetapi perlu diingat bahwa kesemuanya itu penting jika

    analisis objektif akan dilakukan.

    Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan pada topik berikut :

    1. Faktor biologi

    2. Faktor lingkungan

    3. Kapal penangkap ikan

    4. Pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang

    5. Pasar untuk produksi

    6. Peraturan perikanan

    ad 1. Fakktor Biologi

    Spesies Ikan - ukuran

    - bentuk

    - demersal, pelagik atau semi pelagik

    - tingkah laku biologi

    - reaksi ikan terhadap alat tangkap

    - kecepatan renang ikan

    - kebiasaan makan ikan

    - kebiasaan dan daerah memijah

    - reaksi terhadap suara, cahaya dsb.

  • 22

    Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat lebih terpusat pada daerah tertentu, dan ini

    harus selalu diingat. Kadang-kadang orang yang terbaik untuk memberi saran untuk

    masalah ini adalah nelayan pada daerah tersebut. Nelayan pada suatu daerah akan lebih

    memahami kondisi yang ada di wilayahnya, termasuk jenis-jenis ikan apa yang sering

    mereka tangkap dan bagaimana kecenderungan hasilnya.

    Ukuran dan bentuk ikan mempunyai pengaruh terhadap ukuran alat, ukuran mata

    jaring dan tipe benang.

    Lapisan perairan dimana ikan hidup akan mempengaruhi daerah operasi dan tipe dari alat

    penangkap ikan yang digunakan.

    Tingkah laku biologi adalah merupakan komponen penting bagi nelayan, walaupun

    migrasi vertikal dari beberapa jenis ikan pelagis akan mempunyai pengaruh khusus pada

    disain alat.

    Reaksi ikan terhadap alat penangkap ikan adalah ilmu yang relatif masih baru dan

    merupakan satu bagian yang banyak ditekuni oleh para peneliti. Bagian penting adalah

    rekasi ikan kepada tali, jaring, mata jaring yang besar dan kekeruhan dasar, dengan

    perangsang lain seperti suara, cahaya dan listrik.

    Kecepatan renang ikan sangat penting dalam hubungannya dengan efektifitas

    pengoperasian trawl dan menambah pengetahuan kita bagaimana cepatnya ikan akan

    melelahkan pada bagian alat yang ditarik atau didorong.

    Kebiasaan makan ikan cenderung mengikuti aturan pengetahuan lokal, tetapi yang penting

    untuk operasi optimum dari alat pancing dan alat pasif lainnya. Ada beberapa kasus

    dimana daerah penangkapan buatan dapat dibuat yang membawa ikan ke daerah tersebut.

    Pengetahuan ini penting karena dapat meningkatkan efektifitas dari sebahagian besar

    metode penangkapan ikan.

    ad 2. Faktor lingkungan :

    laut, sungai atau danau, kondisi dasar

    pasang surut dan arus

    upwelling

    thermocline

    pH

    oxygen

    suhu

    kecerahan

  • 23

    kondisi cuaca

    Kondisi daerah penangkapan sangat penting dalam menentukan tipe alat untuk jenis ikan

    dasar, atau tali temali untuk alat tertentu terlepas dari feeding ground.

    Pasang surut dan arus memainkan pengaruh yang perlu dipertimbangkan terutama pada

    cara jaring dipasang atau arah tarikan. Mereka juga mempengaruhi disain dan metode

    pengikatan.

    Upwelling, thermocline, pH, kandungan oksigen, suhu, semuanya mengatur keberadaan

    ikan dan tempat yang cocok untuk menempatkan alat penangkap ikan.

    Turbidity akan mengatur penetrasi cahaya kedalam air dan sangat penting terutama dalam

    menarik perhatian jenis ikan pelagis di daerah perairan tropis dan subtropis.

    Kondisi cuaca dapat mempengaruhi siklus kegiatan penangkapan ikan, kekuatan system

    penjangkaran pada alat yang dipasang menetap.

    ad 3. Kapal penangkap ikan

    tipe dari bentuk badan kapal

    panjang, lebar dan sarat

    tipe mesin dan kekuatan

    propeler dan reduksi

    propeler nozzle

    tata ruang dek

    mesin-mesin dek

    Ukuran dan disain kapal akan mempunyai hubungan erat dengan tipe alat penangkap ikan

    yang akan dipilih, demikian pula ukuran alat yang akan digunakan.

    Ketersediaan mesin-mesin dek boleh jadi memberikan pengaruh yang sangat berarti pada

    pemilihan alat penangkap ikan, sebagaimana ini dapat berpengaruh kuat pada ukuran dan

    tipe alat penangkap ikan yang akan digunakan, kedalaman air, kondisi dasar perairan, dan

    beberapa faktor lain sehubungan dengan pengoperasian kapal.

    Bentuk kapal dan kekuatan adalah bagian penting dimana alat ditarik dan diseret

    terkonsentrasi. Sebagai contoh motor tempel tidak didisain untuk tenaga penggerak kapal

    ikan.

  • 24

    Sebagai contoh sebuah mesin tempel 40 HP akan menghasilkan sangat sedikit daya

    tersedia untuk menarik alat penangkap ikan dibandingkan dengan daya yang sama untuk

    mesin dalam.

    ad 4. Pelabuhan perikanan dan fasilitas penunjang

    pantai, pelabuhan, dok

    suplai bahan bakar

    urusan surat-syrat kapal dan fasilitas perbaikan

    fasilitas es

    pengujian kapal dan suplai peralatan

    pasar ikan

    transport dan cold storage

    Fasilitas-fasilitas tersebut di atas akan mempengaruhi tipe pengoperasian dari kapal

    yang dapat dilakukan, jika tidak mempengaruhi kapal secara langsung. Siklus

    penangkapan dapat dipengaruhi oleh keterbatasan masuk pelabuhan akibat perbedaan

    pasang surut yang tinggi.

    Pasar ikan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya akan mempengaruhi ukuran dan

    keefektifan operasi penangkapan ikan.

    ad 5. Pasar untuk hasil

    pasar lokal

    pelelangan

    pembekuan

    pengalengan

    pengasapan

    dealer ikan

    pengolahan di atas kapal

    Pemasaran yang efisien merupakan aspek yang terpenting dalam industri

    penangkapan ikan - tidak ada gunanya menangkap ikan jika tidak dapat dijual atau dijual

    pada tingkatan ekonomi.

    ad 6. Peraturan Perikanan

    penutupan daerah penangkapan

    quota hasil tangkapan

  • 25

    pengaturan jaring dan ukuran mata jaring

    Peraturan perikanan akan mempengaruhi kedua sisi, yaitu sisi pengoperasian alat

    dan disain jaring, terutama dalam hubungannya dengan pemesanan jaring (mata jaring

    tertentu).

    Pendisain alat penangkapan ikan atau nelayan ketika menset sistem penangkapan

    ikan tidak menampilkan analisis detail dari semua faktor-faktor yang disebutkan di atas,

    dimana perbedaan faktor akan mendominasi pada setiap kasus tertentu atau masalah.

    Banyak dari bagian yang tersebut di atas akan tidak lebih dari kharakter kedua setelah

    masalah individu dipertimbangkan. Walaupun komentar ini, sebagaimana pada setiap

    situasi, jika kita mendapatkan hasil terbaik, penelitian tentang masalah ini pada butir-butir

    di atas adalah sangat penting sebelum memulai mendisain atau memilih disain alat

    penangkap ikan.

    2.3 Penutup

    Untuk dapat memahami materi yang telah diberikan, maka diperlukan diperlukan

    suatu alat evaluasi berupa penugasan atau pertanyaan terkait dengan materi. Sehubungan

    dengan hal tersebut maka beberapa poin yang perlu mendapat perhatian mahasiswa

    sebagai berikut :

    1) Uraikan klasifikasi alat penangkapan ikan berdasarkan berdasarkan FAO dan

    BBPPI Semarang, serta kode KAPI dank kode internasional, serta berikan

    contoh nyata yang ada di lapangan.

    2) Gambarkan alat penangkapan ikan tertentu sebagai system penangkapan ikan

    (pilih salah satu alat penangkap ikan yang ada di lapangan).

    3) Berikan contoh proses disain alat penangkap ikan berdasarkan ke-3 cara yang

    telah diuraikan di atas. Lengkapi dengan contoh aplikasi !

    4) Sebagai ahli alat penangkap ikan, apa yang akan anda lakukan dalam

    mempertahankan sumberdaya ikan yang cenderung semakin menurun dari

    waktu ke waktu.

    5) Uraikan factor-faktor yang kemungkinan berpengaruh pada alat penangkapan

    ikan sewaktu dioperasikan (pilih salah satu alat penangkapan ikan).

    Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mahasiswa dibagi kelompok sesuai

    dengan jumlah kelas dalam klasifikasi yang ada. Mahasiswa dapat mengamati alat

  • 26

    penangkap ikan yang ada di lapangan, kemudian menjelaskan sesuai 3 poin tersebut di

    atas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

    Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

    Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

    Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

    NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

    NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

    Prichard, M. 1987. Lets Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

    Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

    Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

    Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

    BAB 3. GEOMETRI JARING, GAYA DAN MODEL ALAT PENANGKAPAN IKAN

    3.1 Pendahuluan

  • 27

    Sasaran pembelajaran :

    a) Menggabarkan geometri jaring

    b) Menghitung bahan alat penangkapan ikan

    c) Menghitung gaya-gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan

    d) Merancang model alat penangkapan ikan

    3.2. Uraian Bahan Pembelajaran

    3.2.1 Bahan Dasar Alat Penangkapan Ikan

    Secara umum bahan dasar alat penangkapan ikan yaitu jaring atau tali. Tali

    digunakan pada alat penangkapan ikan yang berasosiasi dengan pancing. Sedangkan

    jaring merupakan bahan dasar alat penangkapan ikan yang berasosiasi dengan jaring, baik

    jaring yang difungsikan sebagai penjerat ikan maupun sebagai dinding penghalang pada

    berbagai alat penangkapan ikan.

    Jaring yang tersedia di pasar secara garis besar terbagi dua, yaitu : jaring dengan

    bahan multifilament dan bahan monofilament.

    Keterangan:

    N = jumlah mata jaring pada bagian atas jaring n = jumlah mata jaring pada bagian bawah jaring H = jumlah mata jaring ke arah vertikal

    1

    100 yards = 91,4

    100

    n

    S

    T

    N

    H

  • 28

    S = mesh size T = notasi benang

    Luas permukaan benang (Twine surface area=TSA)

    Luas permukaan benang merupakan perhitungan permukaan benang secara

    keseluruhan pada suatu alat penangkapan ikan yang telah diketahui kebutuhan jaringnya.

    Perhitungan TSA diperlukan untuk kepentingan pendugaan gaya-gaya yang akan bekerja

    pada suatu alat penangkapan ikan di dalam air. TSA dihitung dengan menggunakan rumus

    berikut :

    TSA = {(N + n)/2} x H x 4ad x 10-6 dalam m2

    Dimana :

    a = panjang bar dalam mm

    d = diameter benang dalam mm

    N = jumlah mata jaring horizontal pada bagian atas (mata)

    n = jumlah mata jaring horizontal pada bagian bawah (mata)

    H = jumlah mata jaring ke arah vertikal (mata)

    Diameter benang

    Dalam kondisi di laboratorium, diameter benang dapat diukur secara langsung

    dengan menggunakan micrometer. Namun pada kondisi lapangan dimana peralatan ukur

    halus tidak tersedia, maka diperlukan pendekatan lain. Sebagai rumus pendekatan,

    biasanya akurasi tergantung dari pabriknya, dan akan berbeda antara satu pabrik dengan

    pabrik lainnya.

    Perhitungan diameter benang (D) untuk bahan PA sebagai berikut :

    D = 210 x nomor/5135

    Perhitungan berat bahan (Wt)

    1. Rx

    KSxxHxnN

    Wt1000

    })2{(2

    +

    +=

    Dimana :

    S = mesh size jaring

    K = knot content

  • 29

    R = runnage (m/kg)

    atau

    2). Wt = panjang jaring atau tali / R

    3). Metode ini dapat digunakan untuk menduga berat jaring gill net dengan kisaran ukuran

    benang dari 210D/6 sampai 210D/30 dengan ukuran mata jaring berkisar dari 5 sampai 10

    inci. Berat sebenarnya yang diperoleh akan bervariasi sekitar 10 - 15% dari nilai

    perhitungan.

    Rumusnya sebagai berikut :

    dimana : berat jaring dinyatakan dalam pound (lb)

    N = jumlah mata jaring ke arah panjang

    D = jumlah mata jaring ke arah dalam

    4). Berat jaring dari bahan polyamide dan cotton dapat dihitung dengan rumus berikut :

    dimana :

    W = wt/cm panjang benang

    W = 0,0136 x n/Nm untuk cotton pilinan keras

    W = 0,000628 x n untuk benang polyamide

    n = jumlah yarn tunggal dalam benang

    N1 & N2 = jumlah mata pada arah panjang dan lebar jaring

    Nm = nomor benang dalam sistem metrik

    L = mesh size dalam cm

    K = nilai konstan; dimana 3,5 untuk polyamide, 2,0 untuk cotton tidak keras dan 2,26

    untuk cotton keras

  • 30

    5). Berat dari bagian jaring (simpul tunggal) dapat diduga berdasarkan metode berikut :

    Contoh : Hitung berat jaring 100T x 100N mesh size 40 mm, ukuran benang R 230 tex.

    a. Hitung panjang dari benang jaring pada panel tanpa mempertimbangkan jumlah benang

    pada simpul. Nilai ini disebut dengan panjang dasar benang.

    Panjang dasar dari benang pada panel sama dengan jumlah benang yang berhubungan

    dengan jumlah mata jaring pada arah lebar jaring (100 mata pada arah T).

    Jadi 100 x 2 = 200 (sebab ada dua benang untuk membuat mata) dikali dengan dalam

    jaring dalam meter (yaitu 40 x 100/1000 m).

    Panjang dasar benang adalah 200 x 4 = 800 m.

    Shortening jaring (S) :atau Hang in Ratio

    %100xLo

    LiLoS =

    Hanging Ratio (H, E)

    Dalam jaring (D)

    )2( 2SSmnD = Gaya apung (B)

    = 11WB

    Gaya tenggelam (Sf)

    = 11WS f

    Dimana :

    Lo = panjang jaring sebelum ditata pad atali ris

    Li = panjang jaring setelah ditata pada tali ris

    m = ukuran mata jaring

    n = jumlah mata jaring pada arah vertikal

  • 31

    Gambar 3.1. Penampilan bukaan mata jaring yang berbeda akibat nilai hanging ratio yang

    berbeda.

    Tabel 3.1. Nilai K dan R bahan jaring PA

    No. Benang Mesh size (mm) K (mm) R (Runnage)

    210/60 160 25,4 642,85

    210/54 120 22 714,25

    210/42 80 20 918,4

    210/30 60 18 1285,8

    210/24 40 15 1607,14

    210/21 30 13,5 1836,8

    210/18 20 11 2142,9

    210/12 15 9 3214,3

    Tabel 3.2. Nilai K dan R bahan jaring PE (Polyethylene)

  • 32

    No. Benang K (mm) R

    10/12 44,45 1320

    10/15 53,34 1025

    10/18 55,88 850

    10/21 60,96 747

    10/24 63,5 642

    10/27 65,58 570

    10/30 73,66 518

    10/36 78,74 430

    10/39 82,55 395

    10/42 85,09 368

    10/45 90,17 340

    10/50 95,25 295

    10/54 104,14 242

    2,5 mm 101,6 360

    2,7 mm 107,95 310

    3 mm 114,3 270

    3,5 mm 117,475 225

    4 mm 127 200

    4,5 mm 139,7 165

    5 mm 152,4 127

    5,5 mm 203,2 100

    Catatan : Nilai K untuk simpul tunggal

  • 33

    3.2.2 Analisis sistem pemotongan jaring

    Sistem pemotongan jaring perlu dipahami dalam mempelajari rancangbangun alat

    penangkapan ikan. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak semua alat penangkap ikan

    berbentuk empat persegi panjang. Beberapa alat penangkap ikan mempunyai bentuk yang

    agak rumit seperti trawl, sehingga dalam rancangannya diperlukan beberapa model

    pemotongan untuk membentuk sesuai dengan yang diinginkan.

    Ada 4 jenis pemotongan, yaitu : (1) all P (N = north=mengarah ke utara) adalah

    sistem pemotongan jaring secara lurus ke arah vertikal; (2) all M (T=transverse) adalah

    sistem pemotongan yang lurus secara horizontal; (3) all B sistem pemotongan secara lurus

    pada arah miring; dan (4) sistem pemotongan kombinasi.

    Pemotongan N

    N & B

    B

    T & B

    T

    N N & B B T & B T

    1) Merubah dari sistem pemotongan ke bentuk jaring

    Contoh 1 T 5 B

    1 T 0 1

    5 B 2,5 2,5

    +

    2,5 3,5

  • 34

    Ini berarti jumlah mata horizontal 3,5 dan vertikal 2,5 atau biasa dituliskan dengan 3,5 in

    2,5 atau 3,5 dalam 2,5

    1N 2B x12

    1N 3B

    dikalikan menjadi

    12N 24B

    12N 36B dijumlahkan menjadi 24N 60B

    24 N 24 0

    60 B 30 30

    +

    54 30

    30 dalam 54

    1T 11 B x15 = 15T 165B

    15 T 0 15

    165 B 82,5 82,5

    +

    82,5 97,5

    97,5 dalam 82,5

    2) Merubah dari bentuk jaring ke sistem pemotongan

    1 dalam 34

  • 35

    1

    1 2 33N 2B 33 16N 1B 1x 17N 1B 1x

    Tex (Tt) = 1 g/1000 m = g/km

    Total tex = nilai tex dari bahan berdasarkan hasil perhitungan dari bahan melalui proses

    pemilinan

    R-tex = nilai tex dari bahan berdasarkan hasil pengukuran.

    Secara umum nilai R-tex > total tex sampai 30%, tergantung dari derajat pilinan benang.

    Konversi dari R-tex Runnage (R)

    Runnage (R) = 106/R-tex

    Demikian pula sebaliknya dari Runnage ke R-tex.

    Contoh Soal :

    Sebuah gill net terbuat dari bahan multifilament 210D/9 mesh size 4 inci,

    shortening 30%. Dimensi gill net tersebut adalah : panjang 1000 m, lebar 20 m. Berapa

    banyak bahan jaring yang dibutuhkan dalam konstruksi ?. Jika harga 1 piece jaring

    monofilamen 210D/9 mesh size 4 inci Rp. 300.000,- berapa harga keseluruhan bahan

    jaring tersebut ?

    Penyelesaian

    Rumus yang akan digunakan sebagai berikut :

    (1) Shortening jaring (S) :

  • 36

    %100xLo

    LiLoS =

    (2) Dalam jaring (D)

    )2( 2SSmnD = Perhatikan rumus (1), pada rumus ini sebenarnya untuk menghitung shortening, tetapi pada

    soal sudah diketahui, panjang jaring (Li) juga sudah diketahui, maka yang dicari adalah

    panjang jaring sebelum ditata pada tali ris (Lo). Dengan demikian Lo adalah sbb :

    Lo = 1000/0,7 = 1428,57 m

    Dikonversi menjadi piece sehingga = 1428,57 m/91,4 m =16,63 piece

    Perhatikan rumus (2) Dalam jaring, mesh size dan shortening sudah diketahui, sehingga

    yang dicari adalah n (jumlah mata jaring).

    ))7,0(7,02(102000 2= xncmcm Sehingga n = 2000 cm / 9,5 cm = 210,5 mata

    Dikonversi menjadi piece lebar, sehingga = 210,5/100 2,105 strip

    Jadi total kebutuhan bahan jaring adalah = panjang x lebar = 16,63 x 2,105 = 35 piece

    Harga jaring = 35 piece x Rp. 300.000,- = Rp. 10.500.000,-

  • 37

    3.2.3. Gaya yang bekerja pada alat penangkap ikan

    Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkapan ikan timbul dari

    pergerakan alat melalui air atau dari dari pergerakan air melalui alat. Dihasilkan dari

    tekanan yang diperlukan untuk menggantikan air disekelilingnya. Ukuran dan arah diduga

    pada berbagai pertimbangan pada beban gaya terhadap komponen alat, dan juga bentuk

    dari alat dan posisinya dalam air.

    Gaya hidrodinamika ini perlu dipahami baik secara kualitatif maupun kuantitatif

    dalam rangka disain alat yang baru atau perbaikan disain yang telah ada demikian pula

    dalam mempelajari penampilan dari alat yang telah ada. Untuk mendapatkan nilai

    kuantitatif maka hidrodinamika, gaya tekanan air yang bekerja pada jaring penangkapan

    ikan dan selanjutnya menguraikan gaya-gaya tersebut kedalam komponen vektor. Bagian

    jaring pada berbagai bentuk, bahan, hanging ratio, mesh size, twine size pada berbagai

    kecepatan arus harus diketahui berdasarkan percobaan pada Flume Tank. Dengan

    demikian dapat dihitung gaya yang bekerja pada setiap bagian jaring.

    Efisiensi dari fishing gear sangat berhubungan erat dengan bentuk jaring dalam air

    selama operasi penangkapan ikan. Sebagai pengetahuan dasar tentang disain jaring

    penangkap ikan, harus mengetahui dengan jelas tahanan jaring pada berbagai faktor seperti

    : serat, ukuran benang, mesh size, tipe simpul, sudut datang dan lainnya.

    Jika jaring tertentu ditempatkan dalam air dengan kecepatan air yang tetap, maka

    tahanan jaring akibat arus air adalah sebanding dengan luas jaring. Jika luas jaring

    ditingkatkan n kali, maka tahanan jaring juga akan meningkat sebesar n kali (Nomura,

    1977).

  • 38

    Gambar 3.2. Diagram gaya luar yang bekerja pada alat penangkap ikan (Fridman, 1986).

    Gaya-gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat tangkap dalam air dapat dirinci

    sebagai berikut :

    Gaya apung pelampung; Gaya tenggelam pemberat; Gaya akibat pengaruh arus; Gaya

    akibat pengaruh gelombang, gaya hidrostatika, gaya hidrodinamika, gaya gesek, gaya tarik

    dan beberapa gaya lainnya.

    Gaya apung (B)

    = 11WB

    Gaya tenggelam (Sf)

    = 11WS f

    Keterangan :

    W = berat bahan di udara (kg)

    = massa jenis bahan (kgf.m3)

  • 39

    Tabel 3.3. Daftar massa jenis beberapa bahan alat penangkap ikan

    Nomor Jenis Bahan Massa Jenis (kgf.m-3)

    1. Polyamide 1140

    2. Polyvinyl alcohol 1280

    3. Polyester 1380

    4. Polyethylene 950

    5. Cotton, Hemp 1500

    6. Bentuk Plastik 120 180

    7. Cork (gabus) 250

    8. Black poplar (bark) 330

    9. Reed (berlubang) 100

    10 Spruce 550

    11. Birch 710

    12. Oak 850

    13. Timah hitam 11300

    14. Tembaga 8500

    15. Besi; Baja 7400

    16. Batu 2700

    17. Tanah liat bakar 2200

    18. Air Tawar 1000

    19. Air Laut 1025

    Sumber : Fridman (1986) dimodifikasi

    Gaya akibat arus

    Kawakmi 1964 dalam Wheaton (1977) mengembangkan persamaan untuk

    menjelaskan beban yang diterima oleh jaring akibat arus pada jaring sebagai berikut :

    Fc = 4,9 V2ACd

    dimana :

    Fc = gaya yang bekerja pada jaring akibat arus (N)

    Cd = coeficient drag dari mata jaring

    = densitas air laut (kg/m3)

    V = kecepatan arus (m/det)

    A = luas proyeksi jaring = 2ad (m2)

  • 40

    a = mesh size jaring (m)

    d = diamater benang atau tali (m)

    Coeficient drag akibat arus dapat dihitung (Milne, 1970) sebagai berikut :

    Untuk jaring bersimpul :

    Cd = 1 + 3,77 (d/a) + 9,37 (d/a)2

    Untuk jaring tidak bersimpul :

    Cd = 1 + 2,73 (d/a) + 3,12 (d/a)2

    Gaya akibat gelombang

    Tomura dan Yamada (1963 dalam Milne, 1970) mengemukakan persamaan

    hubungan antara gaya horizontal dan vertikal pada struktur jaring akibat gelombang,

    sebagai berikut :

    Fh = 2,15 Vh

    Fv = 1,80 Vv

    dimana :

    Fh = gaya horizontal (N)

    Fv = gaya vertikal (N)

    Vh = maksimum kecepatan horizontal partikel air pada gelombang (m/det)

    Vv = maksimum kecepatan vertikal partikel air pada gelombang (m/det)

    Gaya hidrodinamika

    Gaya hidrodinamika pada suatu alat penangkap ikan timbul dari pergerakan alat

    penangkap ikan di dalam air atau pergerakan air melalui alat penangkap ikan. Gaya

    tersebut awalnya dari tekanan yang dibutuhkan untuk mengalihkan air di sekitar komponen

    pada alat tangkap.

    Dimana:

    R = gaya atau tahanan air yang diukur (kgf)

    C = koefisien hidrodinamik

  • 41

    q = tekanan hidrodinamik (kgf/m2)

    At = luas penampang frontal benang jarring = panjang x diameter (m2)

    = densitas air (100 kgf det2/m4 untuk air tawar; 105 kgf det2/m4 untuk air laut)

    V = kecepatan alat dalam air atau kecepatan air melewati alat (m/det)

    Gambar 3.3. Gaya hidrodinamika yang bekerja pada alat penangkap ikan di dalam air

    Gambar 3.3 memberikan informasi penampilan jarring di dalam air akibat adanya

    gaya luar yang bekerja terhadap alat penangkap ikan dan reaksi alat penangkap ikan itu

    sendiri.

    Gambar 3.4. Panel jaring pada berbagai arah dan sudut dating gaya luar

    Gambar 3.4 menunjukkan besar gaya yang diterima alat penangkap ikan tergantung

    dari arah datangnya gaya tersebut. Gaya tertinggi terjadi pada saat sudut datang gaya

    terhadap obyek 900 (tegak lurus).

  • 42

    Koefisien gesek

    Ketika panel jarring pada posisi normal terhadap aliran (tegak lurus) maka akan

    menjadi subjek gaya tekanan inertia air (gaya tekan). Jika posisinya parallel dengan

    pergerakan air akan terjadi gesekan yang dikenal dengan gesekan hidrodinamika. Kalau

    orientasinya membentuk sudut >0o dan

  • 43

    3.2.4. Model alat penangkap ikan

    A. Definisi Model Alat Penangkapan Ikan

    Model alat penangkapan ikan adalah alat penangkapan ikan yang dikonstruksi

    dengan pengecilan dari ukuran yang sebenarnya menggunakan factor skala dengan tujuan

    utama untuk menguji penampilan alat penangkapan ikan tersebut di laboratorium.

    Berhubung tujuan utama adalah untuk pengujian di laboratorium, maka standar ukuran

    (dimensi) dari model seharusnya disesuaikan dengan dimensi dari laboratorium (flume

    tank) dimana model tersebut akan diuji. Contoh flume tank di Hull England pada Gambar

    berikut

    Gambar 3.5. Flume tank sebagai tempat pengujian model alat penangkap ikan

    B. Dasar Pertimbangan Pembuatan Model Alat Penangkapan Ikan

    Pembuatan model alat penangkapan ikan dibuat setelah dibuat disain lengkap dari

    alat penangkapan ikan yang direncanakan. Dimensi dari alat penangkapan ikan sudah jelas

    ditentukan, termasuk spesifikasi dan ukuran material yang akan digunakan.

    Dalam pembuatan model alat penangkapan ikan, digunakan pendekatan prinsip

    kesamaan antara ukuran yang sebenarnya dengan ukuran model. Dimensi utama yang

    diperbandingkan meliputi panjang, luas dan volume. Untuk jarring ada hal khusus yaitu

    ukuran mata jarring yang sebenarnya dan ukuran mata jarring yang tersedia.

  • 44

    C. Model Alat Penangkapan Ikan

    Jika luas dua jaring sama, tahanan jaring tersebut dapat dibandingkan berdasarkan

    nilai D/L (D=diameter, L=mesh size). Nomura (1977) mengemukakan formula sebagai

    berikut :

    a

    b

    a

    b

    RR

    LDLD =

    )/()/(

    dimana :

    (D/L)B = perbandingan diameter dan mesh size jaring B

    (D/L)A = perbandingan diameter dan mesh size jaring A

    RB = tahanan jaring B

    RA = tahanan jaring A

    Gambar 3.6. Kesamaan geometrik

    Tahanan dari jaring sebanding dengan pangkat dua dari kecepatan arus (Nomura, 1977).

    R = V2

    Dimana :

    R = tahanan jaring (kg m-2)

    V = kecepatan arus (mile/jam)

  • 45

    Gambar 3.7. Kesamaan dimensi linear, luas dan volume

    Perhitungan Model secara teoritis

    Perhitungan model berdasarkan formula Clive (Najamuddin, 1990) yang dinyatakan

    sebagai berikut :

    dm R

    R 1=

    mn R

    RR 1=

    mo

    d DDR =

    Dimana :

    Rm = mesh size skala reduksi

    Rd = diameter benang skala reduksi

    R1 = skala panjang model

    Rn = jumlah mata jaring skala reduksi

    Do = diameter benang ukuran sebenarnya

    Dm = diameter benang model

  • 46

    m

    mAS

    TSxTNMANM =

    d

    mm R

    ASTS =

    3

    1RxLL om = 3

    1RxFF om =

    Dimana :

    ANM = jumlah mata jaring sebenarnya

    TNM = jumlah mata jaring secara teoritis

    TSm = mesh size secara teoritis

    ASm = mesh size sebenarnya

    Lm = lead line model

    Lo = lead line skala penuh

    R1 = skala panjang model

    Fm = float line model

    Fo = float line skala penuh

    Gambar 3.8. Kesamaan geometric ikan dan ukuran mata jaring

  • 47

    Gambar 3.9. Kesamaan kinematik gaya tenggelam pemberat purse seine

    Contoh soal 1

    Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6

    m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci

    (12,5 mm).

    Penyelesaian :

    Skala panjang model (R1) = 1/20

    Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = 210 x 12/5135 =0,700535 Diameter benang jarring model (Dm) = D = 210 x 3/5135 = 0,350268

    m

    od D

    DR =

    ==350268,0700535,0

    dR2

    Rm =

    Ukuran mata jarring teorotis = 100 x = 50 mm

    Rn = R1/Rm

  • 48

    Rn = (1/20)/(1/2) = 1/10 = 0,1

    Jumlah mata jarring sebenarnya

    Lo= (60 m/0,6) = 100 m

    Jumlah mata jarring = 100 m/100 mm = 1000 mata

    Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata

    m

    mAS

    TSxTNMANM =

    == 5,1250100 xANM 400 mata Jadi jumlah mata jarring model yang sebenarnya adalah 400 mata

    Dengan cara yang sama dapat dihitung lebar jarring model.

    Contoh soal 2

    Gill net terbuat dari bahan PA 210D/12 mesh size 4 inci (100 mm), panjang 60 m lebar 6

    m S=40%. Mau dibuat model dengan panjang 3 m bahan PA 210D/3 mesh size 0,5 inci

    (12,5 mm).

    Penyelesaian :

    Skala panjang model (R1) = (3/60) = 1/20

    Diameter benang jarring sebenarnya (Do)= D = 210 x 12/5135 =0,700535 Diameter benang jarring model (Dm) = D = 210 x 3/5135 = 0,350268

    Ukuran mata jarring teorotis = 100 x = 50 mm

    Rn = R1/Rm

    Rn = (1/20)/(1/2) = 1/10 = 0,1

    Jumlah mata jarring sebenarnya

    m

    od D

    DR = 2350268,0700535,0 ==dR

  • 49

    Lo= (60 m/0,6) = 100 m

    Jumlah mata jarring = 100 m/100 mm = 1000 mata

    Jumlah mata jarring model teoritis = 1000 mata x 0,1 = 100 mata

    Jadi jumlah mata jarring sebenarnya adalah 400 mata

    3.3 Penutup

    Tugas kelompok

    1. Hitung kebutuhan jarring purse seine dengan dimensi panjang 600 m lebar 50 m,

    mesh sice 1 inci, bahan 210D/9 untuk kantor dan 210D/6 untuk bagian lainnya.

    Hasil masing-masing kelompok akan didiskusikan dan dipresentasikan di depan

    kelas.

    2. Identifkasi gaya-gaya yang akan bekerja pada berbagai jenis alat penangkap ikan

    (masing-masing kelompok berbeda alat penangkap).

    3. Hitung gaya yang akan diterima oleh alat tangkap pada saat kecepatan arus

    mencapai 2 knots, tinggi gelombang 1 m. Tugas akan didiskusikan di kelas.

    4. Buat model purse seine dengan ukuran 500 m x 50 m, mesh size 1 inci, bahan PA

    210D/9. Model panjang 5 m mesh size 0,5 inci, bahan 210D/2.

    4005,1250100 == xANM

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.

    Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

    Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.

    FRIDMAN, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.

    Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

    Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.

    Menon, T.R----. Hand Book on Tuna Long Lining. Central Institute of Fisheries, Nautical and Engineering Training. Ministry of Agriculture and Irrigation. Government of India.

    NOMURA. 1978. Fishing Techniques. I & 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

    NIELSEN, L. A. AND D. L. JOHNSON [eds.]. 1983. Fisheries Techniques. American Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.

    Prichard, M. 1987. Lets Go Fishing. Octopus Books Limited. Hong Kong.

    Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Angkasa, Bandung. 182 hal.

    Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

    Von Brandt, A. 1984. Fishing Catching Method of the World. 3rd Edition. Fishing news (Books) Ltd. England

  • 51

    BAB 4. DISAIN TRAWL

    4.1. Pendahuluan

    Sasaran pembelajaran : menjelaskan prinsip disain alat penangkapan ikan dan

    mendisain berbagai jenis trawl.

    4.2. Uraian Materi Pembelajaran

    Pada bab ini akan menguraikan metode perhitungan dan disain trawl serta tehnik

    yang cocok dalam pengembangan dan konstruksi semua tipe trawl. Dalam

    mengidentifikasi karakteristik yang dibutuhkan oleh sebuah trawl baru, satu yang harus

    dipertimbangkan adalah tingkah laku ikan yang menjadi target tangkapan, karakteristik

    teknik dari kapal yang akan digunakan serta karakteristik daerah penangkapan.

    Pada dasarnya tidak ada model matematika khusus untuk menjelaskan interaksi

    antara trawl dan ikan selama proses penarikan trawl. Satu cara yang perlu diperhatikan

    khusus adalah berdasarkan disain trawl baru terhadap karakteristik yang telah diketahui

    dengan baik dan telah diverifikasi. Cara yang lain dengan menggunakan disain yang telah

    berhasil di daerah lain, atau menggunakan ide disain baru berdasarkan informasi tingkah

    laku ikan yang menjadi target tangkapan yang didapatkan dari penelitian ekologi,

    pengaatan langsung atau echosounding. Interksi antara trawl dan kapal ikan dapat

    ditentukan secara tepat melalui perhitungan.

    Berbagai kebutuhan bagi trawl yang baru boleh jadi tidak saling sesuai antara satu

    dengan lainnya. Sebagai contoh, kebutuhan untuk kekuatan daya tangkap maksimum dan

    tahanan hidrodinamik minimum pada biaya minimum saling kontradiksi satu dengan

    lainnya. Keputusan kompromi harus diambil untuk menangani kondisi kontradiksi

    tersebut.

    Formulasi kebutuhan teknik harus melibatkan hasil review dari :

    - Karakteristik kondisi penangkapan ikan dari daerah penangkapan ikan dan spesies

    ikan yang akan ditangkap;

    - Karakteristik trawl yang akan digunakan;

    - Karakteristik yang diinginkan oleh kemungkinan trawl model dan criteria untuk

    seleksi yang paling sesuai;

    - Karakteristik operasi trawl seperti kecepatan, kedalaman, dan lama penarikan;

    - Kebutuhan khusus dari penampilan trawl seperti mulus dan kasarnya dasar

    perairan.

  • 52

    Akhirnya setelah kebutuhan teknik tersebut diformulasikan, karakteristik teknik utama alat

    penangkap ikan seperti dimensi utama, gaya tarik dan gesek, kebutuhan penampilan daya

    apung dan pemberat dapat diset secara tentative.

    Gambar 4.1. Trawl yang sedang dioperasikan di dalam perairan

    Tipe-Tipe Dasar Trawl dan Karakteristiknya sebagai berikut :

    1. 2 seam flatfish trawl granton type

    2. Wing trawl

    3. Box trawl

    4. Butterfly trawl

    5. Balloon trawl

    6. 4 panel Atlantic western type

    1. 2 SEAM FLATFISH TRAWL GRANTON TYPE

    Trawl ini umumnya digunaklan pada perikanan pantai untuk menangkap ikan sole.

    Cenderung kurang pada tinggi head line. Trawl tipe ini dapat digunakan pada dasar yang

    relatif keras jika dilengkapi dengan bunt wing.

  • 53

    Disain utama sebagai berikut :

    Dalam dipotong square secara gradual; bosom lebar; wing sempit; belly dipotong pendek;

    wing bawah sekitar 10% lebih panjang dari square dan sayap atas; fishing line diikat

    normal dengan slack 10-15%.

    2. WING TRAWL

    Wing trawl biasanya digunakan untuk fungsi ganda, dan terutama pada dasar perairan rata

    Trawl ini juga populer sebagai seine net dan pair trawl.

    Disain utama sebagai berikut :

    Square dipotong pendek; bosom sempit; sayap lebar dengan ujung vee atau ekor dangka;.

    Belly dipotong memanjang secara gradual. Jaring diikat ketat pada tali sepanjang sayap

    atas dan bawah.

    3. BOX TRAWL

    Box trawl idealnya cocok untuk digunakan pada dasar yang kasar atau halus dan dapat

    dibuat dengan dua atau tiga bridle tergantung dari ketinggian head line yang diinginkan.

    Box trawl dengan dua bridle mempunyai mulut dengan bentuk sangat bagus, mempunyai

    bunt membuat sudut yang sangat kecil dengan dasar perairan dan efektif untuk menangkap

    jenis-jenis ikan demersal perenang lambat.

    Disain utama sebagai berikut :

    Dipotong secara gradual panjang sedang square; digabungkan dengan panel belly

    rectangular; sayap ujung lebar dan dalam vee biasanya dipotong simpul samping pada

    bagian ujung luar. Bosom relatif sempit. Sayap bawah dapat ditata pada bolsh atau

    marled langsung pada fishing line. Panel biasanya mempunyai titik terlebar yang

    berhubungan dengan square dan top wing disambung melengkung.

    4. BUTTERFLY TRAWL

    Butterfly trawl adalah dasar dari trawl dasar yang terangkat tinggi yang mana jika ditata

    dengan baik dapat menjadi trawl serbaguna. Jaring harus dipasang dengan 3 bridle dan

    dapat ditata untuk beroperasi pada dasar yang keras atau mempunyai bukaan vertikal yang

  • 54

    sangat tinggi. Trawl butterfly yang sangat besar mempunyai bukaan vertikal yang terbaik

    tetapi hanya cocok untuk digunakan pada dasar yang rata. Belly dan wing lebih pendek

    lebih baik dan sesuai untuk dasar yang agak kasar tetapi hanya sedikit lebih baik dari pada

    box trawl.

    5. BALLOON TRAWL

    Istilah balloon trawl merupakan konsep baru walaupun jenis trawl ini sudah ada

    beberapa lama. Pada dasarnya adalah wing trawl yang mempunyai bagian belly atas lebih

    lebar dari pada bagian bawah. Jenis trawl ini ditarik pada lastriche dan mempunyai sayap

    atas yang panjang atau vee yang dalam dan vee yang pendek pada sayap bawah. Trawl ini

    pada dasarnya merupakan versi pengangkatan tinggi sayap yang memungkinkan dapat

    ditarik dengan dua atau tiga bridles.

    6. 4 PANEL ATLANTIC WESTERN TYPE

    Konsep trawl rectangular mempunyai panel samping memanjang ke depan sebagai

    sayap, pada dasarnya dikembangkan dari trawl udang di teluk Mexico. Laboratorium laut

    DAFS Aberdeen telah bekerja beberapa tahun dalam mengembangkan konsep ini dan telah

    berhasil untuk dasar yang keras dengan menggunakan bobbin.

    Tabel 4.1. Aturan disain trawl

    Jenis Trawl

    Bosom sbg % FL

    HL bosom Sq. depth sbg % LW

    Sq taper Wing tip outer cut

    Taper 30% badan

    2-seam 10 FLB + 10%

    20-30 1N1B-1N2B

    - 1N2B

    Wing 10 15-20 1N2B-1N8B

    1N4B-AB 1N2B

    Ballon 10 15-20 1N2B-1N8B

    N AB 1N2B-1N4B

    Box 10 30 2N1B-1N2B

    N N

    Butterfly 10 15-20 1N2B-1N8B

    N N

    4-seam 10-15 15-25 1N2B-1N8B

    - 1N2B

    Beam 10-25 100 2N1B-1N2B

    - 2N1B-1N2B

  • 55

    Tabel 4.2. Data disain trawl

    HP Kapal

    Pj Foot Rope (fm)

    Jm mt fish. Circle (mata)

    Mesh size top belly

    Diameter benang

    Otter board size flat or vee

    Bridle

    5-15 4-5 120 90 1 2x1 26x13

    20-30

    15-50 5-6 160-200 90 1.5 26x13 36x19

    20-10 fm

    50-100 4-8 220-260 100 1.8 36x19 46x23

    40-12 fm

    80-150 8-10 260-300 120 1.8-2 4x2 56x29

    >15 fm

    150-280 10-12 300-320 150 2-2.5 6x3 66x33

    >20 fm

    280-360 12-14 320-400 150 2.5 7x36 76x39

    >30 fm + single

    360-500 14-16 360-440 150 2.5 76x39 8x4

    >30 fm + single

    Tabel 4.1 dan 4.2 merupakan pedoman dasar dalam merencanakan disain trawl

    sesuai dengan ukuran kapal yang akan digunakan. Berbeda dengan alat penangkap ikan

    lainnya, pada trawl rancangan harus disesuaikan dengan ukuran kapal, mengingat trawl

    dioperasikan dengan diseret di dasar perairan. Kalau ukuran trawl tidak sesuai dengan

    ukuran kapal, maka tidak dapat dioperasikan dengan baik dan akibatnya tidak akan

    memberikan hasil tangkapan yang memuaskan.

    Perhitungan ukuran mata jaring

    Jaring trawl dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian depan mulai dari sayap

    sampai belly dan bagian belakang pada cod end tempat ikan berkumpul pada saat terakhir.

    Hasil observasi dan percobaan menunjukkan bahwa sebahagian besar ikan bertingkah laku

    yang berbeda pada kedua bagian tersebut. Pada bagian depan, ikan-ikan cenderung tenang

    sementara pada cod end ikan-ikan cenderung aktif dan mencoba meloloskan diri melalui

    jarring. Bukaan mata jarring pada codend (moc) sebaiknya menangkap ukuran ikan

    komersial terkecil dan tidak terjerat pada jaring. Rumusnya sebagai berikut :

    moc = (2/3).mog

    dimana mog adalah ukuran mata jarring gill net yang didisain untuk menangkap ikan jenis

    dan ukuran yang sama. mog dapat dihitung :

  • 56

    mog = L/K.m

    dimana L adalah panjang standar ikan dan Km adalah koefisien empiris yang tergantung

    dari morfologi ikan dan didapatkan melalui percobaan penangkapan dengan gillnet.

    Langkah-langkah disain

    1. Buat sketsa outline rencana jaring

    2. Masukkan data jaring pada perencanaan

    3. Pilih ukuran mata jaring pada masing-masing bagian

    4. Hitung fishing line (FL), lihat tabel dan sesuaikan dengan ukuran kapal serta

    variabel yang ada

    5. Hitung FL pada bosom = 10% FL

    6. Hitung jumlah mata pada bosom (H = 0,4)

    7. Hitung square dalam = dalam dari bunt

    8. Hitung jumlah mata pada panel samping = 0,2 x FC/2

    9. Hitung Jumlah mata pada ujung atas panel = x panel samping

    10. Hitung Jumlah mata pada top belly 1 = (FC/2 panel samping)

    11. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar bunt = (top belly1 bosom bawah)/2

    12. Hitung Panjang sayap bawah = (FL 10% FL)/2

    13. Hitung Jumlah mata jaring pada sayap bawah = pj sayap/mesh size. Panjang

    masing-masing bagian sayap sama. Kalau tidak pas dibagi rata, alokasikan bagian

    yang kurang pada tip.

    14. Square; pemotongan 1N1B-1N2B; Square dasar = top belly1; top square dihitung

    melalui kalkulasi pemotongan.

    15. Hitung Jumlah mata jaring pada dasar sayap atas = (top square square bosom)/2

    16. Jumlah mata jaring top sayap atas dihitung berdasarkan pemotongan; bagian dalam

    all B dan bagian luar 1N1B.

    17. Tentukan jumlah belly yang akan digunakan; disesuaikan dengan ukuran mata

    jaring yang tersedia. Dalam pada m