Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

158
i KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rakhmat-Nya Laporan Akhir Praktikum Pengantar Fisiologi tanaman ini dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan praktikum serta sebagai bentuk evaluasi dari praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur dalam pelaksanaan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman dan dan menjadi bahan perbaikan untuk masa yang akan datang. Semoga bermanfaat, terimakasih. Bogor, Desember 2015 Kelompok 1 Praktikum 1 TIB 51

Transcript of Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

Page 1: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rakhmat-Nya Laporan Akhir Praktikum Pengantar Fisiologi tanaman ini dapat diselesaikan.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan praktikum serta sebagai bentuk evaluasi dari praktikum yang telah dilaksanakan.

Laporan kegiatan ini semoga dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur dalam pelaksanaan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman dan dan menjadi bahan perbaikan untuk masa yang akan datang.

Semoga bermanfaat, terimakasih.

Bogor, Desember 2015Kelompok 1 Praktikum 1 TIB 51

Page 2: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

ii

DAFTAR ISI

Daftar Tabel......................................................................................................iiiDaftar Gambar..................................................................................................ivBab 1 Laju Transpirasi......................................................................................1Bab 2 Osmosis..................................................................................................9Bab 3 Transport Xylem...................................................................................21Bab 4 Uji Kemasakan Buah..............................................................................43Bab 5 Inisiasi Pembentukan Akar.....................................................................71Bab 6 Laju Fotosintesis....................................................................................83Bab 7 Nutrisi Tanaman.....................................................................................91Bab 8 Kurva sigmoid........................................................................................107

Page 3: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

iii

DAFTAR TABEL

Perubahan Volume Awal dan Volume Akhir Kentang ................................... 14Perubahan Ukuran Kentang.............................................................................. 14Gambar Mikroskopik Jaringan Bawang Merah ............................................... 14Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-1..................................................... 24Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-2..................................................... 25Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-3..................................................... 26Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-4..................................................... 27Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-5..................................................... 28Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar Tanaman Coleus sp............... 74Data Pengamatan Panjang Akar....................................................................... 97Data Pengamatan Jumlah Daun........................................................................ 97Data Pengamatan Jumlah Akar......................................................................... 97Data Pengamatan Skor Warna Daun................................................................ 97

Page 4: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

iv

DAFTAR GAMBAR

Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-1................................. 47Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-2................................ 47Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-3................................ 48Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-4................................ 48Kurva pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-5............................... 49Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-1.............................. 49Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-2.............................. 50Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-3.............................. 50Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-4.............................. 51Kurva pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-5.............................. 51Rata–rata Kelas Jumlah Akar Coleus sp........................................................... 74Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.......................................................... 75Perubahan warna Iodin pada setiap daun yang telah diberi perlakuan ........... 89Grafik penambahan tinggi tanaman setiap minggu.........................................110Grafik penambahan jumlah daun setiap minggu..............................................110Grafik penambahan panjang daun setiap minggu.............................................111Grafik penambahan lebar daun setiap minggu.................................................111

Page 5: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

1

BAB 1LAJU TRANSPIRASI

PENDAHULUANTranspirasi adalah proses keluarnya air dari dalam tumbuhan (dapat

berbentuk uap atau gas ke udara sekitar tumbuhan),beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju transpirasi, seperti kelembaban udara, paparan radiasi sinar matahari, suhu, luas permukaan daun, iklim, serta ketersediaan air. Pada siang hari, tumbuhan tentu bertranspirasi optimum di bandingkan dengan malam hari, dikarenakan paparan sinar matahari yang sangat terang, mampu meningkatkan tekanan turgos sel-sel daun tumbuhan, hingga tekanan turgor sel punutup pada stomata, sehingga stomata cenderung terbuka di siang hari.

Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta aktif apabila sel-selnya tercukupi oleh air. Suatu ketika apabila pada masa perkembangan, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh semua fungsi-fungsinya tentunya akan menurun. Jika keadaan kekeringan ini berlangsung lama maka dapat menyebabkan tumbuhan menjadi layu yang akhirnya berujung pada kematian.

Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ini, prosesnya disebut tran-spirasi. Berdasarkan atas sarana yang dgunakan untuk melaksanakan transpirasi tersebut dikenal istilah transpirasi stomata, transpirasi kutikula, dan transpirasi lentisel. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita jumpai stomata paling banyak. Kalau kita bandingkan transpirasi stomata ini dengan transpirasi melalui sarana lainnya, maka yang melalui stomata paling banyak dilakukan. Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara me-lepaskan kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel (Sasmitamihardja, 1996).

Pada praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tanaman dan membandingkan laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan serta mengamati jumlah stomata bagian atas dan bagian bawah daun kemudian menghitung jumlah stomata pada daun.

TINJAUAN PUSTAKATranspirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap

dari jaringan tumbuhan melalui stomata daun. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian-bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air hilang melalui stomata (Lakitan, 2000).

Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata

Page 6: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

2

tertutup. Dengan terbukanya stomata lebih besar, lebih banyak pula kehilangan air, tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata, yang paling utama dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya . Pada sebagian besar tanaman budidaya, cahaya menyebabkan stomata terbuka. Pada tingkat kelembaban di dalam daun yang rendah sel-sel pengawal kehilangan turgornya, mengakibatkan penutupan stomata (Gardner et al 1995).

Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi tanaman terhadap pergerakan air dari tanah ke udara, yaitu :

- Penutupan stomata. Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup.

- Jumlah dan ukuran stomata.- Jumlah daun dan lebar daun.- Penggulungan atau pelipatan daun (Gardner et al 1991).Membuka dan menutupnya stomata merupakan bahan penyelidikan yang

susah. Mekanisme membuka dan menutupnya stoma berdasarkan perubahan turgor dan perubahan turgor itulah akibat perubahan osmosis dari sel-sel penutup. Sel-sel penutup pada malamnya persenannya lebih tinggi daripada sel pagi hari. Pada pagi hari masih ada kepadatan amilum di dalam sel-sel penutup stoma. Pengaruh sinar matahari dapat digantikan oleh lampu dengan membangkitkan klorofil-klorofil untuk mengadakan fotosintesis. Hal ini dapat memunculkan adanya transpirasi (Dwidjoseputro, 1994).

Pada tanaman yang bertranspirasi bebas, air dievaporasi dari dinding sel epidermis dan mesophyl yang lembab di dalam daun hilang ke atmosfer melalui stomata. Karena hilangnya air, potensial air dalam apoplast daun turun ke bawah potensial sel daun juga lebih rendah dari potensial xylem dan tanah. Hal ini mengakibatkan penarikan cepat air dari sel daun dan merendahnya potensial sel (Fitter dan Hay, 1999).

Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi adalah :Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka

terhadap cahaya dibandingkan dengan di dalam gelap. Hal ini terjadi karena cahaya mendorong / merangsang tumbuhnya stomata.Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi. Pada suhu 30oC daun dapat bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan suhu 20oC.Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nibsi udara sekitar tumbuhan. Laju difusi setiap substansi dalam kedua daerah menurun.Angin. Adanya angin juga mengakibatkan meningkatnya laju transpirasi.Air tanah. Tumbuhan tidak dapat bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban hilang, tidak digantikan oleh air segar (Kimbal, 1983).

Sinar matahari, seperti dibicarakan di depan, maka sinar menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata. Jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas, maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi(Dwidjoseputro, 1994).

Page 7: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

3

Ada dua tipe transpirasi yaitu, transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan transpirasi stomata, yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun dan stomata (Loveless, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain yaitu faktor-faktor internal yang mempengaruhi mekanisme buka menutupnya stomata. Kelembaban ada disekitar tanaman, suhu udara, suhu daun tanaman. Angin juga dapat mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (Pradhan, 1997).

Page 8: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

4

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu PelaksanaanPraktikum ini dilakukan di laboratorium CA BIO 1, pukul 08.00 WIB s/d

selesai.

Alat dan BahanPeralatan yang diperlukan pada praktikum kali ini adalah : tiga buah Gelas

ukur 10 ml ,Kaca preparat ,timbangan analitik,mikroskop,gunting,rak tabung dan penggaris. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah menggunakan dua ranting tanaman yang berbeda ( Coleus, Sampang Dara , Pucuk Merah, dan Bougenfile) Minyak kelapa, Kuteks bening, selotipe bening dan kertas kuarto.

Metode Kerja

Mengambil dua buah daun untuk dijadikan bahan pengamatan.kemudian menjiplak daun di atas kuarto kemudian dipotong dan ditimbang. Oleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan biarkan beberapa menit hingga kering.

Tempelkan selotipe bening di atas daun yang telah diberi kuteks selanjutnya dicabut dan tempatkan selotipe tadi diatas kaca preparat. amati dengan mikroskop pada perbesaran 10 x 40 dan jumlah stomata/mm2 luas bidang pandang ( mm2 luas daun ).

Hitung luas bidang pandang 10 x 40 dengan cara sebagai berikut : letakkan penggaris plastik diatas meja obyek. menghitung jumlah stomata dari satu sudut pandang sama dari setiap orang pada bagian atas dan bawah. Jika diameter sudah diperoleh, maka jari-jari bidang pandang dapat dihitung ( r = ½ x diameter ). Lalu hitung luas bidang pandang (10x40) dengan menggunakan rumus lingkaran yaitu L = πr dan nilai π = 3.14

Page 9: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilSetelah praktikum dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil Mikroskopik Stomata

Stomata Gambar Jumlah

Oleina syzigium

62

Coleus sp71

kelompok Jenis tanaman

Volume air (ml)01 301 601

1 Control 6 5.8 5.75Coleus 6 5.8 5.75Pucuk merah 6 5.4 5.2

2 Control 6 5.2 4.6Coleus 6 5.8 5.5Pucuk merah 6 6.0 5.8

3 Control 6 6.4 6.2Coleus 6 5.8 5.6Pucuk merah 6 5.6 5.4

4 Control 6 6.0 5.9Coleus 6 5.3 5.1Pucuk merah 6 5.4 5.2

5 Control 6 5.6 5.4Coleus 6.3 5.2 5.9Pucuk merah 6 5.8 5.6

6 Control 6 5.5 5.4Coleus 6 5.2 4.9Pucuk merah 6 5.9 5.2

Rata-rata 6.016 6.638 5.452Tabel 2 Hasil Pengamatan Laju Transpirasi Tanaman

Page 10: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

6

PembahasanLaju transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari

jaringan tumbuhan melalui stomata. Pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Pada pengamatan kali ini mahasiswa mengukur laju transpirasi dari dua jenis tumbuhan yaitu Coleus dan pucuk merah, berdasarkan data hasil pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami (kelompok 1) dapat dilihat pada tanaman coleus yang semula volume airnya 6 ml menjadi 5.2 ml, begitu pula pada tanaman pucuk merah yang semula volume airnya 6 ml berkurang menjadi 5.5 terdapat selisih diantara 2 tanaman tersebut dalam jumlah berkurangnya volume air.

Mengamati dari semua kelompok pada perlakuan 301 memiliki rata-rata volume air sebanyak 6.6 ml dan pada perlakuan 601 memiliki rata-rata sebanyak 5.4 ml. luas daun mempengaruhi pergerakan uap atau gas. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan , laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa jumlah daun yang berdampak pada jumlah stomata , semakin banyak jumlah daun maka jumlah stomata akan semakin banyak kondisi ini dapat mempercepat laju transpirasi. Sirkulasi udara juga dapat mempercepat proses laju transpirasi. Adanya intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar sehingga proses laju transpirasi menjadi lebih cepat, yaitu dengan ditandai berkurangnya volume air pada tabung reaksi.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

1. Proses transpirasi dapat berlangsung secara optimal jika faktor-faktor pendukungya memenuhi untuk transpirasi

2. Faktor laju transpirasi yang terkena sinar matahari secara langsung berbeda dengan laju transpirasi pada tanaman yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, meskipun jenis tanaman , jumlah daun dan media yang digunakan sama,

3. semakin banyak jumlah daun dan ukuran daun maka jumlah stomata akan semakin banyak

4. Banyaknya jumlah daun dapat mempercepat laju transpirasi. Sirkulasi udara juga dapat mempercepat proses laju transpirasi. Adanya intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar sehingga proses laju transpirasi menjadi lebih cepat, yaitu dengan ditandai berkurangnya volume air.

Saran1. Pada saat praktikum dilaksanakan tingkat pengawasan perlu ditingkatkan,

dikarenakan tabung reaksi yang telah diisi tanaman saat di jemur di lapangan terbuka sangat rawan tertiup angin yang menyebabkan perlakuan pada tabung reaksi tumpah.

Page 11: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

7

DAFTAR PUSTAKA

Benjamin. 2010. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Pers.Dwidjoseputro D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Medan (ID) : PT

Gramedia Pustaka Utama.Ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/202. (2015 Desember 1)Fahn Albert. 1992. Anatomi Tumbuhan Edisi ke-3. Yogyakarta (ID) : Gadjah

Mada University Press.Goldsworthy PR, Fisher NM. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.

Yogyakarta (ID) : UGM Press.Hidayat. 2012. Stomata. hidayatulcatraburhan.wordpress.com (2015 November

22)https://ocw.ipb.ac.id/file.php/10/Praktikum_Biologi/

TRANSPIRASI_TUMBUHAN.pdf (2015 Desember 3)https://ocw.mipa.uns.ac.id/file.php/10/fisiologitanaman/

hubungan_antara_kerapatan stomata.pdf (2015 Desember 3)Loveless AR. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1.

Jakarta (ID) :Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Salisbury FB, Ross CW. 1992. 2015. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung

(ID) : ITB.

Page 12: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

8

LAMPIRAN

(a) (b) (c)

Gambar 1. Gambar spesiemen yang digunakan. (a) Pucuk merah. (b) Coleus. (c) Pucuk merah dan Coleus

Page 13: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

9

BAB 2OSMOSIS

PENDAHULUANOsmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari

daerah air lebih banyak ke daerah air yang lebih sedikit. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang dengan konsentrasi terlarut yang tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah) dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.

Tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu jenis sayuran yang terdapat di Indonesia. Kentang memiliki kandungan karbohidrat dan gizi tinggi. Di Indonesia, kentang juga dapat dijadikan alternatif pangan karbohidrat disamping beras (Gunarto, 2003).Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah, meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi hampir selalu dibutuhkan oleh konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lain dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas, diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan pembuluh darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari peristiwa osmosis yang terjadi pada sel dan mempelajari pengaruh osmosis terhadap perubahan volume.

TINJAUAN PUSTAKAPengertian Osmosis

Osmosis adalah aliran air menuruni gradien konsentrasi, melintasi membran semipermeabel. Osmosis adalah contoh dari difusi, yakni ketika molekul untuk terdistribusi merata dalam ruang. Osmosis merubah volume sel tergantung pada arah air mengalir melintasi membran plasma, osmosis dapat menyebabkan sel untuk mengecilkan atau membengkak. Larutan hipotonik adalah ketika konsentrasi keseluruhan zat terlarut lebih rendah di luar sel daripada di sitosol, kita mengatakan bahwa sel dalam larutan hipotonik (hipo berarti rendah). Dalam larutan hipotonik, air mengalir ke dalam sel melalui osmosis untuk mencoba untuk menyamakan konsentrasi zat terlarut di kedua sisi membran. Ini berarti bahwa dalam larutan hipotonik, sel-sel kita membengkak. Larutan hipertonik adalah salah satu larutan dengan konsentrasi zat terlarut keseluruhan lebih tinggi daripada di sitosol. Dalam larutan hipertonik, air mengalir keluar dari sel untuk mencoba untuk meratakan konsentrasi zat terlarut di kedua sisi membran. Hal ini membuat sel-sel menyusut atau mengerut. Larutan isotonik adalah larutan dengan

Page 14: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

10

konsentrasi zat terlarut sama dengan konsentrasi dalam sitosol. Aliran osmotik air masuk dan keluar dari sel adalah sama, sehingga sel tidak berkembang atau menyusut.

Contoh OsmosisContoh Osomosis adalah kentang dalam air murni, itu akan membengkak

dari waktu ke waktu. Hal ini karena ada konsentrasi yang lebih tinggi dari pati dan zat terlarut lainnya dalam sel kentang daripada di dalam air, sehingga air mengalir ke dalam sel kentang secara osmosis. Hal yang sama terjadi jika Anda memiliki sebatang wortel lemas atau layu. Masukkan ke dalam air untuk sementara dan itu akan gemuk lagi. Contoh lainya adalahd ari kita yang mencoba kejam dimasa kecil dengan menaburkan garam ke siput. Tingginya konsentrasi garam di luar siput menyebabkan air untuk keluar dari sel-sel melalui osmosis. Sehingga akan kekuaran air dan siput kecil pun mengerut dan mati.

Deskripsi Kentang (Solanum tuberosum)Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk

semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh. Klasifikasi dari kentang adalah kingdom plantae (tumbuhan), subkingdom tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi spermatophyta (menghasilkan biji), divisi magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas magnoliopsida, sub kelas asteridae, ordo solanales, famili  solanaceae, genus Solanum dan spesies Solanum tuberosum L.

Deskripsi Bawang Merah(Allium cepa)Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah yaitu sekitar India.

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Bawang merah mengandung vitamin C,potassium, serat dan Acid Folic selain itu juga mengandung kalsium, zat besi dan protein dengan kandungan yang tinggi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberein. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.

Page 15: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

11

Klasifikasi dari bawang merah adalah kingdom plantae (tumbuhan), subkingdom tracheobionta (tumbuhan berpembuluh), super divisi spermatophyta (menghasilkan biji), divisi magnoliophyta (tumbuhan berbunga), kelas liliopsida (berkeping satu / monokotil), sub kelas liliidae, ordo liliales, famili liliaceae (suku bawang-bawangan), genus Allium dan spesies Allium cepa var. aggregatum L.

Page 16: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

12

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu PelaksanaanPraktkum ini dilakukan di laboratorium CA BIO 1 tanggal 30 Oktober 2015

pada pukul 07.00 s/d pukul 11.00.

Alat dan BahanAlat yang digunakan pada percobaan osmosis ini adalah pisau atau cutter,

penggaris, tisu, gelas ukur 10 ml dengan skala 0.1 ml, kaca preparat, gelas penutup, petridish, pinset, mikroskop cahaya, gelas piala dan jam atau stopwatch.Bahan yang digunakan pada percobaan osmosis ini adalah kentang (Solanum tuberosum), bawang merah (Allium cepa), larutan isotonis (H2O) dan larutan hipertonis (3% sukrosa).

Metode Kerjaa. Perubahan Volume Umbi Kentang (Solanum tuberosum).

Page 17: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

13

b. Pengamatan Perubahan Bentuk Sel Bawang Merah (Allium cepa).

Page 18: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilPraktikum pengamatan osmosis ini memiliki hasil sebagai berikut :

Tabel 1 Data Kelas Perubahan Volume Awal dan Volume Akhir Kentang (Solanum tuberosum).

Nomor SampelVolume Kentang (ml)

Volume (ml)Awal Akhir

1 5.00 6.06 1.062 5.00 5.76 0.763 5.08 6.04 0.964 5.00 5.98 0.985 5.00 6.10 1.106 5.00 6.00 1.00Rata-rata 5.00 6.00 1.00

Tabel 2 Data Kelas Perubahan Ukuran Kentang(Solanum tuberosum).

Nomor SampelVolume Kentang (cm3)

Volume (cm3)Awal Akhir

1 1.08 1.24 0.162 0.66 0.79 0.133 0.86 0.82 04 0.72 0.91 0.195 0.44 0.62 0.186 0.81 0.81 0.12Rata-rata 0.76 0.87 0.13

Tabel 3 Data Kelas Gambar Mikroskopik Jaringan Bawang Merah (Allium cepa).Kelompok Jaringan kulit bawang merah

perlakuan gula 5%Jaringan kulit bawang merah dengan perlakuan air steril

1

Page 19: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

15

Kelompok Jaringan kulit bawang merah perlakuan gula 5%

Jaringan kulit bawang merah dengan perlakuan air steril

2

3

4

5

6

Page 20: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

16

PembahasanHasil yang didapat oleh kelompok 1 pada percobaan osmosis adalah

perubahan volume awal dan akhir pada kentang dengan rata – rata volume awa 5ml, volume akhir 6,06ml dan volume awal potongan kentang 1.06ml. Hasil rata –rata perubahan ukuran kentang adalah volume awal 1,0764 cm3, volume akhir 1,245 cm3 dan volume kentang 0,1562 cm3. Hasil gambar mikroskopik pada jaringan kulit bawang merah adalah terjadi pengkerutan pada jaringan kulit bawang merah yang diberi larutan sukrosa 5%, sedangkan yang diberi air steril jaringan tidak berubah karena air steril merupakan larutan isotonis.

Pada pengamatan perubahan volume umbi kentang rata – rata volume akhir adalah 6,06ml, rata – rata volume awal 5 ml dan rata – rata volume awal potongan adalah 1,06 ml dapat dilihat pada tabel 1. Setelah direndam dengan larutan sukrosa 3% selama 1 jam terjadi perubahan ukurang kentang. Perubahan ukuran kentang setelah direndam larutan sukrosa adalah volume awal 1,0764 cm3, volume akhir 1,245 cm3, dan volume kentang 0,1562 cm3. Kentang yang direndam pada larutan sukrosa 3% terjadi proses osmosis, kentang lebih hipertonik dari larutan sukrosa sehingga kentang menyerap larutan sukrosa yang berada disekitar kentang dan terjadi perubahan volume kentang.

Pada pengamatan perubahan bentuk sel jaringan kulit bawang merah didapat gambar mikroskopik kelompok 1 pada tabel 3 dengan perbesaran 40x. Pada perlakuan jaringan kulit bawang merah diberi larutan sukrosa 5% didapat gambar mikroskopik dinding sel terjadi perubahan kerutan dibandingkan gambar mikroskopik pada preparat air steril. Air steril merupakan larutan yang isotonik , tidak ada perubahan pada dinding sel. Pada preparat yang diberi larutan sukrosa 3%, larutan menjadi hipertonik sehingga menyerap cairan yang ada di dalam sel yang hipertonik, oleh sebab itu terjadi pengkerutan.

Dari hasil kelompok 1 dan data kelas volume awal dan akhir kentang tidak jauh berbeda hasilnya yaitu 1,06 ml dan 1ml. Pada perubahan volume kentang setelah direndam larutan sukrosa 3% selama 1 jam semua kentang berubah volumenya karena ketang lebih hipertonis dari larutan sukrosa sehingga larutan sukrosa yang berada disekitar kentang masuk ke dalam sel kentang rata – rata sebesar 0,129 cm3 dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan pada hasil praktikum jaringan kulit bawang merah yang direndam pada larutan sukrosa 5% rata – rata kelas terjadi pengkerutan sel akibat larutan sukrosa lebih hipertonis sehingga menyerap cairan yang berada di dalam sel jaringan kulit bawang merah. Pada sel jaringan kulit bawang merah yang direndam air steril tidak mengalami perubahan karena air steril merupakan larutan yang isotonis sehingga cairan yang keluar masuk pada sel sama.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Pada praktikum perubahan volume kentang yang direndam larutan sukrosa

akan berubah ukuran karena kentang lebih hipertonik dari larutan sukrosa.2. Pada praktikum pengamatan sel jaringan kulit bawang merahyang

direndam larutan sukrosa terjadi pengkerutan sel karena bawang merah lebih hipotonik dari larutan sukrosa.

Page 21: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

17

Saran1. Sebaiknya larutan sukrosa pada kentang ditingkatkan konsentrasi dan lama

perendaman sukrosanya agar terlihat jelas perubahan volume kentang.2. Pada bawang merah sebaiknya dilakukan juga perendaman dengan larutan

yang hipotonik agar bisa terlihat perbandingannya dengan larutan yang hipertonik.

Page 22: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

18

DAFTAR PUSTAKA

[DISTAN] Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2015. Deskripsi Bawang Merah (Allium cepa)[Internet]. [diunduh 2015 Desember 1]. Tersedia pada : http://distan.majalengkakab.go.id.

[DISTAN] Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2015. Deskripsi Kentang (Solanum tuberosum) [Internet]. [diunduh 2015 Desember 1]. Tersedia pada : http://distan.majalengkakab.go.id.

Gunarto, A. 2003. Pengaruh Penggunaan Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Mutu Umbi Kentang Bibit G4 (Solanum tuberosum). Jurnal Sains. 5:173-179.

Rukmana, R. 1994. Bawang Merah: Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 72p.

Page 23: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

19

LAMPIRAN

Gambar 1. Perubahan volume awal dan akhir kentang

Gambar 2. Potongan kentang saat direndam larutan sukrosa

Gambar 3. Potongan kentang saat ditiriskan di tisu

Gambar 4. Potongan kentang setelah direndam larutan sukrosa

Page 24: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

20

Page 25: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

21

BAB 3TRANSPORT XYLEM

PENDAHULUANTumbuhan merupakan mahluk hidup yang bagi kita tidak terlihat seperti

sebuah mahluk hidup karena ia tidak dapat bergerak. Mereka memang tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan yang terdapat pada hewan dan manusia, tetapi organ-organ mereka sangatlah kompleks untuk dipelajari. Ada beberapa tumbuhan yang sudah sepenuhnya berkembang menjadi tumbuhan lengkap yang memiliki daun, akar, batang, bunga dan buah. Ada juga tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki beberapa organ-organ tersebut. Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan terpenting yang terdiri dari xylem dan juga floem. Berikut ini, saya akan memaparkan betapa pentingnya mereka bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal.

Pertama sekali, jaringan xylem memiliki dua fungsi dalam tanaman. Fungsi pertama adalah untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral dari dalam tanah ke batang dan juga daun-daun. Fungsi kedua xylem adalah untuk menyangga tanaman itu sendiri sehingga ia tidak mudah jatuh atau roboh. Xylem sebenarnya berbentuk kolom-kolom panjang yang bagian tengahnya kosong. Kolom berbentuk tabung ini terdapat dari akar tanaman sampai ke daun-daun tanaman walaupun mereka sangatlah tipis. Oleh karena itu, xylem dan floem hanya dapat diteliti melalu mikroskop. Bagian tengah kolom ini merupakan bagian yang berkelanjutan dan tidak pernah putus walaupun tanaman itu memiliki banyak cabang. Untuk menguatkan xylem, di dinding kolom-kolom ini terdapat zat bernama lignin. Tabung-tabung xylem yang kosong dan berkelanjutan ini memudahkan tugas xylem untuk mengangkut air dan juga mineral-mineral sehingga tidak ada dari mereka yang tersangkut pada bagian-bagian sel tertentu (protoplasm). Selain itu, kehadiran lignin juga menguatkan tanaman agar ia tidak mudah roboh dan dapat berdiri tegak.

Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini, ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan

Page 26: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

22

transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah tanaman. Tujuan dari percobaan transport xylem adalah untuk mempelajari transport xylem bunga potong sedap malam dan bunga krisan untuk memperpanjang masa hidup bunga serta fungsi dalam tanaman. Mempelajari sistem pembuluh angkut dalam tanaman dan  mengetahui pengaruh pemberian gula pada tanaman

TINJAUAN PUSTAKASistem jaringan pembuluh pada tumbuhan terdiri dari dua jaringan yaitu

xilem dan floem yang berfungsi transport air dan materi organik ke seluruh bagian tumbuhan dan melakukan transport jarak jauh antara akar dan taruk (Iriawati 2009).

Fungsi utama xylem adalah mengangkut air serta zat-zat yang terlarut didalamnya. Floem berfungsi mengangkut zat makanan hasil fotosintesis. Pada batang berkas xylem umumnya berasosiasi dengan floem pada satu ikatan pembuluh. Kombinasi xylem dan floem membentuk sistem jaringan pembuluh di seluruh tubuh tumbuhan, termasuk semua cabang batang dan akar.

Xilem, terdiri dari trakeid, trakea / pembuluh kayu, parenkim xylem, dan serabut / serat xylem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi xylem primer dan xylem sekunder. Xilem primer berasal dari prokambium sedangkan xilem sekunder berasal dari kambium. Berdasarkan proses terbentuknya xilem primer dapat dibedakan menjadi protoxylem dan metaxylem.  Protoxilem adalah xylem primer yang pertama kali terbentuk sedangkan metaxilem yang terbentuk kemudian.

Floem terdiri dari unsur tapis (sel tapis dan komponen pembuluh tapis), sel pengiring / sel pengantar, parenkim dan serabut / serat floem. Berdasarkan asal terbentuknya terbagi menjadi floem primer dan floem sekunder. Floem primer berasal dari prokambium sedangkan floem sekunder berasal dari kambium.

Berdasarkan proses terbentuknya floem primer terdiri dari protofloem dan metafloem. Protofloem adalah floem primer yang pertama kali terbentuk sedangkan metafloem terbentuk kemudian (winxp 2010).

Air diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman, terutama daun, melalui pembuluh xilem. Pembuluh xilem pada akar, batang, dan daun merupakan suatu sistem yang kontinu, berhubungan satu sama lain. Untuk dapat diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar. Dari permukaan akar ini air (bersama-sama bahan-bahan yang terlarut) diangkut menuju pembuluh xilem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju pembuluh xilem ini disebut lintasan radial pergerakan air (Lakitan 2012).

Page 27: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

23

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu PelaksanaanPercobaan Transport xylem dilaksanakan di Laboratarium CA BIO 1 pada

tanggal 22 September 2015 pukul 07.00-11.00 WIB.

Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain gelas plastik

dan tutup, gelas ukur dan timbangan digital serta bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah bunga potong krisan, bunga sedap malam, air dan gula.

Metode Kerja

Timbang gula sebanyak 4 gram untuk membuat larutan sukrosa 2% dan 10 gram untuk membuat larutan sukrosa 5%

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Masukan gula kedalam gelas plastik sebanyak 200 ml air danaduk hingga rata, kemudian larutan di tutup

Masukan potongan bunga krisan dan sedap malam ke dalam larutan kontrol, sukrosa 2% dan sukrosa 5%

Pengamatan dilakukan selama 1 minggu dengan 5 hari pengamatan

Page 28: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilDari praktikum dan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil data

seperti berikut :Tabel 1 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-1

Hari 1Perlakuan

Mekar Tingkat Kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 160 28 27 10 10 0Sukrosa

2%90 20 16 23 11 0

 Sukrosa

5%0 14 23 26 18 1

2 Kontrol 238 7 11 6 0 0Sukrosa

2%102 56 70 8 0 0

 Sukrosa

5%93 86 55 45 0 0

3 Kontrol 25 3 4 3 3 11Sukrosa

2%35 2 0 0 0 9

 Sukrosa

5%37 6 1 0 3 5

4 Kontrol 84 37 39 37 36 4.7Sukrosa

2%86 41 33 34 40 2.9

 Sukrosa

5%79 31 28 37 46 5.8

5 Kontrol 0 45 45 45 0 0Sukrosa

2%0 40 0 0 0 0

 Sukrosa

5%0 54 0 0 0 0

6 Kontrol 99 36 22 20 9 -Sukrosa

2%70 30 20 19 13 -

 Sukrosa

5%82 32 32 28 12 -

Page 29: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

25

Tabel 2 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-2

Hari 2Perlakuan

Mekar Tingkat Kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 71 37 38 28 43 2Sukrosa

2% 0 15 21 21 94

 Sukrosa

5% 62 46 48 35 467

2 Kontrol 119 9 14 10 10 0.3Sukrosa

2% 107 48 44 8 292.9

 Sukrosa

5% 104 49 51 37 381.8

3 Kontrol 28 0 2 4 1 15Sukrosa

2% 27 1 1 0 013

 Sukrosa

5% 35 3 4 2 011

4 Kontrol 85 42 36 31 34 4.3Sukrosa

2% 85 39 46 41 394.7

 Sukrosa

5% 81 43 34 40 365.9

5 Kontrol 25 3 2 2 0 7Sukrosa

2% 34 1 2 0 03

 Sukrosa

5% 36 0 8 0 26

6 Kontrol 98 36 34 35 20 -Sukrosa

2% 89 35 40 22 30-

 Sukrosa

5% 80 40 37 30 25-

Page 30: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

26

Tabel 3 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-3

Hari 3Perlakuan

Mekar Tingkat Kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 150 53 47 35 30 1Sukrosa

2%27 0 9 10 30

15

 Sukrosa

5%95 60 74 60 45

82 Kontrol 108 36 44 30 34 1.5

Sukrosa 2%

93 32 42 31 384.6

 Sukrosa

5%90 54 40 40 45

2.63 Kontrol 24 0 1 4 0 13

Sukrosa 2%

27 1 0 1 034

 Sukrosa

5%33 2 3 0 2

184 Kontrol 83 44 37 35 33 4.3

Sukrosa 2%

87 40 43 39 447.1

 Sukrosa

5%78 37 36 42 38

6.95 Kontrol 25 3 2 2 0 0

Sukrosa 2%

34 1 2 0 00

 Sukrosa

5%36 6 8 0 2

06 Kontrol 108 36 44 30 34 -

Sukrosa 2%

93 32 42 31 38-

 Sukrosa

5%90 54 40 40 45

-

Page 31: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

27

Tabel 4 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-4

Hari 4Perlakuan

Mekar Tingkat Kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 69 36 35 27 32 2,1Sukrosa

2%0 6 3 5 0 16,4

 Sukrosa

5%45 46 45 32 48 10,5

2 Kontrol 97 54 26 44 31 1.91Sukrosa

2%78 52 45 32 27 5

 Sukrosa

5%86 56 42 38 39 2.9

3 Kontrol 22 0 2 2 0 10Sukrosa

2%23 0 0 1 0 11

 Sukrosa

5%5 0 1 0 0 9

4 Kontrol 88 33 34 38 20 4.2Sukrosa

2%83 37 38 40 13 10.4

 Sukrosa

5%85 35 34 47 36 7.2

5 Kontrol 25 5 2 3 0 0Sukrosa

2%37 3 2 2 2 21

 Sukrosa

5%36 0 7 1 1 35

6 Kontrol 97 54 20 44 31 -Sukrosa

2%78 52 45 32 27 -

 Sukrosa

5%86 56 43 38 39 -

Page 32: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

28

Tabel 5 Tingkat Kelayuan Bunga Krisan Hari Ke-5

Hari 5Perlakuan

Mekar Tingkat Kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 69 36 35 27 32 5,8Sukrosa

2% 0 6 3 5 0 18,2

 Sukrosa

5% 45 46 45 32 48 11,72 Kontrol 82 63 36 41 30 2.3

Sukrosa 2% 60 68 46 33 31 6.71

 Sukrosa

5% 38 78 59 49 45 6.63 Kontrol 10 0 0 2 3 13

Sukrosa 2% 21 0 0 1 0 14

 Sukrosa

5% 2 0 3 0 0 124 Kontrol 91 38 30 35 33 3.5

Sukrosa 2% 88 34 32 36 35 10.2

 Sukrosa

5% 89 35 39 38 30 11.25 Kontrol 0 0 0 3 0 0

Sukrosa 2% 0 0 1 0 2 0

 Sukrosa

5% 7 2 2 1 1 06 Kontrol 86 63 36 41 30 -

Sukrosa 2% 60 68 46 33 31

-

 Sukrosa

5% 38 78 59 49 43-

Page 33: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

29

Tabel 6 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-1

Hari 1Perlakuan

Mekar Tingkat kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 30 2 8 0 0 0Sukrosa

2%29 3 7 0 0 0

 Sukrosa

5%30 5 0 0 0 0

2 Kontrol 39 0 0 0 0 0Sukrosa

2%44 5 0 0 0 0

 Sukrosa

5%44 1 0 0 0 0

3 Kontrol 25 3 4 3 3 0Sukrosa

2%35 2 0 0 0 19

 Sukrosa

5%37 6 1 0 3 4

4 Kontrol 32 8 2 0 0 9.5Sukrosa

2%38 3 1 3 0 0

 Sukrosa

5%40 1 2 0 1 6.8

5 Kontrol 120 33 34 29 29 0Sukrosa

2%90 42 50 30 33 0

 Sukrosa

5%90 31 55 56 22 0

6 Kontrol 25 0 1 1 0 -Sukrosa

2%14 0 0 1 0 -

 Sukrosa

5%20 1 1 1 0 -

Page 34: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

30

Tabel 7 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-2

Hari 2Perlakuan

Mekar Tingkat kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 16 14 7 6 6 4Sukrosa

2%11 24 7 4 4 14.7

 Sukrosa

5%28 9 9 4 6 2.8

2 Kontrol 36 2 1 0 0 0Sukrosa

2%42 5 2 0 0 0

 Sukrosa

5%43 3 0 0 0 0

3 Kontrol 28 0 2 4 1 5Sukrosa

2%27 1 1 0 0 24

 Sukrosa

5%35 3 4 2 0 4

4 Kontrol 30 8 2 2 0 9.5Sukrosa

2%37 2 1 3 0 14.2

 Sukrosa

5%38 4 2 0 1 15.9

5 Kontrol 90 32 28 31 26 23Sukrosa

2%75 35 25 26 21 17

 Sukrosa

5%80 32 28 26 22 7

6 Kontrol 30 1 2 2 0 -Sukrosa

2%20 0 1 2 0 -

 Sukrosa

5%35 0 1 1 0 -

Page 35: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

31

Tabel 8 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-3

Hari 3Perlakuan

Mekar Tingkat kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 29 4 3 0 0 6Sukrosa

2%28 1 0 0 0 16

 Sukrosa

5%31 1 0 0 0 4.7

2 Kontrol 33 6 0 0 0 0Sukrosa

2%40 9 0 0 0 0

 Sukrosa

5%41 2 2 0 0 2.2

3 Kontrol 24 0 1 4 0 15Sukrosa

2%27 1 0 1 0 37

 Sukrosa

5%33 2 3 0 2 34

4 Kontrol 29 7 2 2 1 26.8Sukrosa

2%36 2 2 2 1 35

 Sukrosa

5%36 3 2 1 1 34.8

5 Kontrol 221 35 32 30 25 30Sukrosa

2%219 37 30 35 22 18

 Sukrosa

5%222 31 33 29 28 20

6 Kontrol 33 6 1 6 0 -Sukrosa

2%40 9 1 0 0 -

 Sukrosa

5%41 2 3 0 0 -

Page 36: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

32

Tabel 9 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-4

Hari 4Perlakuan

Mekar Tingkat kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 21 11 9 5 4 7.5Sukrosa

2%9 12 12 10 12 18.2

 Sukrosa

5%11 4 4 9 6 4.7

2 Kontrol 30 7 2 0 0 0Sukrosa

2%39 8 1 1 0 2

 Sukrosa

5%39 1 2 1 1 4.5

3 Kontrol 22 0 2 2 0 22Sukrosa

2%23 0 0 1 0 69

 Sukrosa

5%5 0 1 0 0 74

4 Kontrol 29 4 1 2 0 63Sukrosa

2%33 3 0 3 1 87.5

 Sukrosa

5%35 2 0 0 4 69.7

5 Kontrol 82 35 32 30 25 30Sukrosa

2%196 37 30 35 22 18

 Sukrosa

5%194 31 33 29 28 20

6 Kontrol 30 7 3 1 0 -Sukrosa

2%39 8 1 1 1 -

 Sukrosa

5%39 1 2 1 0 -

Page 37: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

33

Tabel 10 Tingkat Kelayuan Bunga Sedap Malam Hari Ke-5

Hari 5Perlakuan

Mekar Tingkat kelayuan (%)Kelompok 0% 25% 50% 75% 100%

1 Kontrol 12 12 1 1 0 10.8Sukrosa

2%0 6 6 0 0 19.8

 Sukrosa

5%18 6 6 0 0 5,2

2 Kontrol 30 4 4 1 0 2.5Sukrosa

2%38 7 2 1 1 4

 Sukrosa

5%38 1 1 2 2 6.8

3 Kontrol 10 0 0 2 3 56Sukrosa

2%21 0 0 1 0 93

 Sukrosa

5%2 0 3 0 0 76

4 Kontrol 28 2 1 2 0 95Sukrosa

2%31 3 0 0 1 97.5

 Sukrosa

5%34 1 0 4 0 83.3

5 Kontrol 99 40 31 38 35 0Sukrosa

2%188 42 56 30 33 0

 Sukrosa

5%179 31 55 56 22 0

6 Kontrol 30 4 4 1 0 -Sukrosa

2%38 7 3 2 1 -

 Sukrosa

5%38 1 1 2 2 -

PembahasanHasil dari pratikum transport xylem, menunjukan bahwa kelompok 1 tingkat

kelayuan pada bunga krisan yang diberi larutan sukrosa 5% lebih tinggi dibandingkan yang diberi larutan sukrosa 2% dan kontrol. Sedangkan perlakuan kontrol dan sukrosa 5% tingkat kemekaran lebih tinggi pada 0%. Pada hari kedua tingkat perlakuan sukrosa 5% tetap mengalami tingkat kelayuan yang tinggi yaitu sebesar 7%. Hari ketiga, keempat dan kelima tingkat kelayuan tinggi pada perlakuan larutan sukrosa 2% yaitu sebanyak 15%, 16,4%,18,2%, sedangkan larutan sukrosa 5% mengalami penurunan.. Dari data yang diperoleh, menunjukan bahwa dengan perlakuan kontrol tanaman krisan yang layu lebih sedikit.

Data dari kelompok 1 pada pengamatan bunga sedap malam dari hari kedua sampai kelima tingkat kelayuan tinggi perlakuan sukrosa 2% yaitu pada hari kedua sebesar 14,7% hari ketiga sebesar 16% hari keempat sebesar 18,2% dan hari kelima sebesar 19,8%. Sedangkan pengamatan pada hari pertama dari

Page 38: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

34

perlakuan kontrol, sukrosa 2%, dan sukrosa 5% belum mengalami tingkat kelayuan.

Kemudian pada hasil data kelas pengamatan transport xylem yang dilakukan pada tanaman bunga krisan dari hari pertama kelompok 4 menunjukan tingkat kelayuan yang lebih tinggi pada perlakuan kontrol dibandingkan dengan kelompok yang lain yaitu sebesar 4,7%. Pada perlakuan sukrosa 2% tingkat kelayuan lebih tinggi menunjukan pada kelompok 3 yaitu sebesar 9%. Dan pada perlakuan sukrosa 5% tingkat kelayuan lebih tinggi menunjukan pada kelompok 4 yaitu sebesar 5,8%.

Hari kedua perlakuan kontrol tingkat kelayuan lebih tinggi menunujukan kelompok 3 yaitu sebesar 15%. Pada perlakuan sukrosa 2% dan tingkat kelayuan tinggi menunjukan pada kelompok 3 yaitu sebesar 13% dan perlakuan sukrosa 5% kelayuan tinggi menunjukan kelompok 4 yaitu sebesar 6%.

Hari ketiga perlakuan control tingkat kelayuan tinggi menunjukan kelompok 3 sebesar 13%, perlakuan sukrosa 2% dan 5% tingkat kelayuan tinggi menunjukan pada kelompok 1 dan 3 yaitu sebesar 15% dan 18%. Hari keempat tingkat kelayuan tinggi menunjuukan kelompok 3 sebesar 10%. Perlakuan sukrosa 2% kelayuan tinggi menunujukan kelompok 1 yaitu 16,4%. Sukrosa 5% kelompok 5 sebesar 35%. Hari kelima perlakuan control,sukrosa 2%,sukrosa 5% kelayuan tinggi menunjukan pada kelompok 3,1, dan 3 yaitu sebesar 13%, 18,2%,12%.

Kemudian pada hasil pengamatan bunga sedap malam dari hari pertama kelompok 1,2,5 tidak ada tingkat kelayuannya pada perlakuan control,sukrosa 2% dan sukrosa 5%. Hari kedua tingkat kelayuan tinggi pada kelompok 5 sebesar 23%. Perlakuan sukrosa 2% tingkat kelayuan tinggi kelompok 3 sebesar 24%, sukrosa 5% kelompok 4 sebesar 15,9%.

Hari ketiga pada perlakuan control, sukrosa 2%,sukrosa5% tingkat kelayuan tinggi pada kelompok 5,3,4 yaitu sebesar 30%,37%,34,8%. Hari keempat perlakuan control,sukrosa 2%, sukrosa 5% tingkat kelayuan tinggi menunjukan kelompok 4 dan 3 sebesar 63%,87,5%, dan 74%. Hari kelima tingkat kelayuan tinggi pada perlakuan control, sukrosa 2, sukrosa 5% pada kelompok 4,4,4 yaitu sebesar 95%,97,5%,83,3%. Hal ini terjadi karena tanaman membutuhkan air dan mineral. Sehingga pada perlakuan kontrol bunga sedap malam tidak mudah layu karena tranpirasi berjalan dengan lancar, sedangkan bunga sedap malam dengan perlakuan sukrosa 2% memiliki tingkat kelayuan yang tinggi terlihat dari tabel pada hari ke-2 sampai hari terakhir. Hal ini terjadi karena karena terhambatnya proes transpirasi. Tingkat kelayuan tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban yag berpengaruh dalam transpirasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Perlakuan kontrol membuat tanaman bunga krisan dan sedap malam tetap

tumbuh segar. Pada bunga krisan dan sedap malam mengalami tingkat kelayuan terendah

pada perlakuan control. Tingkat kelayuan tinggi pada bunga sedap malam dibandingkan bunga

krisan.

Page 39: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

35

Saran Saran untuk materi transport xylem perlu di lakukan penelitian yang lebih

mendalam dan teliti supaya mengetahui kepastian dari hasil data-data yang didapat dan juga agar lebih akurat.

Sebaiknya hasil pengamatan disimpan pada tempat yang aman agar tidak mempengaruhi hasil pengamatan.

Page 40: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

36

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan Benyamin. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID) : Rajawali Pers.

Iriawati. 2009. Jaringan Pembuluh. http://www.sith.itb.ac.id (2012 November 21])Winxp.2010. Jaringan Pengangkut/ Jaringan Pembuluh. http://file.upi.edu [1

Desember 2014] (INTERNET)

Page 41: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

37

LAMPIRAN

(a) (b) (c)

Gambar 1Bunga sedap malam hari pertama : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

(a) (b) (c)Gambar 2Bunga krisan hari pertama : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

Page 42: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

38

(a) (b) (c)Gambar 3 Bunga sedap malam hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

(a) (b) (c)Gambar 4 Bunga krisan hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

Page 43: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

39

(a) (b) (c)Gambar 5 Bunga sedap malam hari ketiga : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

(a) (b) (c)Gambar 6 Bunga krisan hari kedua : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

Page 44: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

40

(a) (b) (c)Gambar 7 Bunga sedap malam hari keempat : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

(a) (b) (c)Gambar 8 Bunga krisan hari keempat : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

Page 45: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

41

(a) (b) (c)

Gambar 9 Bunga sedap malam hari kelima : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

(a) (b) (c)

Gambar 10 Bunga krisan hari kelima : (a) kontrol; (b) Sukrosa 2%; (c) Sukrosa 5%.

Page 46: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

42

Page 47: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

43

BAB 4UJI KEMASAKAN BUAH

PENDAHULUANPisang dan mangga merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

disukai oleh penduduk Indonesia, hampir di semua daerah memiliki tanaman pisang dan mangga dengan spesifikasi tersendiri.

Buah pisang dan mangga termasuk buah klimakterik yang ditandai dengan meningkatnya laju respirasi pada saat buah menjadi matang, dan hal ini berhubungan dengan meningkatnya laju produksi etilen. Pada buah klimakterik, etilen berperan dalam perubahan fisiologis dan biokimia yang terjadi selama pematangan (Lelievre et al., 1997; Giovannoni 2001). Pemberian etilen eksogen pada buah klimakterik dapat mempercepat proses pematangan dan menghasilkan buah dengan tingkat kematangan yang seragam (Kader 2002).

Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalamtanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethene(Winarno 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut jugagas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim 2007).

Bahan pemacu pematangan yang umum digunakan oleh petani dan pedagang pisang di pasar lokal adalah kalsium karbida, sedang pihak eksportir umumnya menggunakan gas etilen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahan yang dapat mengeluarkan gas etilen seperti etepon atau ethrel juga dapat digunakan untuk memacu proses pematangan buah. Bahan pemacu pematangan lainnya adalah gas asetilen yang merupakan analog dari etilen sehingga dapat berperan sebagaimana peran etilen dalam proses pematangan buah (Chesworth et al., 1998).

Tujuan dari penusunan laporan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh zat pengatur pertumbuhan ethylene pada pemasakan buah dengan berbagai konsentrasi.

TINJAUAN PUSTAKABotani dan Manfaat Buah Pisang

Pisang diklasifikasikan kedalam famili Musaceae, genus Musa dan Ensete serta berasal dari golongan Eumusa. Jenis pisang yang dapat dimakan termasuk kedalam genus Musa. Pisang diduga berasal dari kawasan Asia Tenggara dengan pusat keragamannya di wilayah Malenesia (Filipina, Malaysia, Indonesia dan Papua Nugini) (Espino et al. 1997). Kemudian menyebar keseluruh wilayah tropik dan sub-tropik di Asia, Amerika, Afrika dan Australia serta tempat-tempat yang memungkinkan pisang untuk tumbuh dan berbuah.

Simmonds (1966) menyatakan bahwa pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara yang penyebarannya meluas hingga ke seluruh belahan dunia yang meliputi daerah tropik dan sub-tropik. Saat ini di dunia diperkirakan terdapat 100 – 300 kultivar pisang yang termasuk dalam 4 grup yaitu grup AA, AAA, AAB dan ABB. Jenis pisang yang enak dimakan yang ada saat ini adalah hasil persilangan dari dua spesies yakni Musa acuminata (genom A) dan Musa

Page 48: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

44

balbisiana (genom B). Menurut Espino et al. (1997), jenis-jenis pisang yang umumnya ditanam di Indonesia yaitu pisang Mas (grup AA); pisang Ambon, pisang Ambon Lumut, pisang Barangan, pisang Badak dan pisang Susu (grup AAA); pisang Raja dan pisang Tanduk (grup AAB) dan pisang Batu (grup ABB).

Buah pisang kaya akan vitamin C, vitamin B6, vitamin A, thiamin, riboflavin dan niacin.. Dalam setiap 100 gram daging pisang masak mengandung 70 gr air, 1.2 gr protein, lemak 0.3 gr lemak, 27 gr pati, 0.5 gr serat dan 400 mg Kalium (Ashari 1995). Menurut PKBT (2007), kandungan vitamin C satu buah pisang setara dengan 2 buah apel. Pisang kaya akan mineral Kalsium (Ca) sehingga mengkonsumsi pisang setelah makan akan membantu menetralisir efek negatif konsumsi garam dan monosodium glutamat (MSG) yang berlebih. Serta mengandung kalium (K) yang berfungsi menjaga keseimbangan air tubuh, kenormalan tekanan darah, fungsi jantung dan kerja otot.

Botani dan Manfaat Buah ManggaMangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari

negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: Divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, keluarga Anarcadiaceae, genus Mangifera, spesies Mangifera spp.

Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, apel, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.

Page 49: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

45

METODOLOGI KERJATempat dan Waktu Pelaksanaan

Laboratorium CA BIO 1 pukul 07.00 sampai 11.00

Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :Buah pisang ½

sisir (dua ulangan), buah manga, buah apel, Sprayer.Perlakuan yang ada : Kontrol, Etilen 2cc/l, Etilen 5cc/l, Etilen dari buah matang.

Page 50: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

46

Metode Kerja

Page 51: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

47

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilDari percobaan uji kemasakan buah pada pisang dan mangga yang telah

dilakukan dari enam kelompok, didapat data pengamatan sebagai berikut :

Rata-rata Pengamatan Uji Kemasakan Buah pada Pisang

Gambar 1 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-1

Gambar 2 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-2

Page 52: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

48

Gambar 3 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-3

Gambar 4 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-4

Page 53: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

49

Gambar 5 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-5

Pengamatan Uji Kemasakan Buah pada Mangga

Gambar 6 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-1

Page 54: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

50

Gambar 7 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-2

Gambar 8 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-3

Page 55: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

51

Gambar 9 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-4

Gambar 10 Kurva pengamatan uji kemasakan buah hari ke-5

PembahasanDari tabel parameter penilaian pada buah pisang dan mangga selama 5 hari,

didapat rataan nilai :

Parameter rataan nilai pada buah pisangHari pertama, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi

pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 1.67. Sedangkan skor pada perlakuan kontrol, etilen 2cc dan etilen alami adalah 2. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 1.83. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 1.33. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 1.67. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami

Page 56: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

52

dengan skor 1.33. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 1.33. Sedangkan pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami skornya 0.83.

Hari kedua, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 2. Sedangkan skor tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 2.33. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 0.33. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 0. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 1.5. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen dengan skor 0.83. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 0.33. Sedangkan pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami skornya 0.

Hari ketiga, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan etilen 2cc dengan skor 2.33. Sedangkan skor teringgi terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 2.67 . Skor parameter warna daging skor untuk tiap perlakuan adalah 0. Skor parameter pada tingkat kekerasan memiliki skor sama pada tiap perlakuan yaitu 1.5. Sedangkan skor parameter rasa buah skornya 0 pada tiap perlakuan.

Hari kelima, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 3. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.5. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen 2cc dengan skor 3.33. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami dengan skor 3.17. Skor parameter tingkat kekerasan tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 3.5. Sedangkan skor terendah terjadi pada etilen 2cc. Skor parameter penilaian rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 3.17. Sedangkan skor terendah terdapat pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami dengan skor 2,83.

Parameter rataan nilai pada buah manggaHari pertama, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi

pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1. Sedangkan skor tertinggi terjadi pada perlakuan etilen 2cc dan etilen alami dengan skor 1.17. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan kontrol dengan skor 1.33. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 1.67. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen 2cc, dengan skor 1. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dan etilen alami dengan skor 0.83. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 0.83. Sedangkan pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami skornya 0.5.

Hari kedua, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada kontrol dengan skor 1.33. Sedangkan skor pada perlakuan etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami adalah 1.5. Skor parameter pada warna daging adalah 0 pada tiap perlakuan. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 1. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 0.5. Skor parameter rasa buah pada tiap perlakuannya adalah 0.

Page 57: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

53

Hari ketiga, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.33. Sedangkan tertinggi terjadi pada perlakuan etilen 2cc dan etilen 5cc dengan skor 1.67. Skor parameter pada warna daging buah pada tiap perlakuan skornya 0. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan kontrol, dengan skor 0.83. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 0.5. Skor parameter rasa buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuan.

Hari keempat, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.67. Sedangkan skor tertinggi terdapat pada perlakuan etilen 2cc dengan skor 2. Skor parameter pada warna daging buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuan. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 1.67. Sedangkan skor terendah terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 0.83. Skor parameter rasa buah mendapat skor 0 pada tiap perlakuannya.

Hari kelima, skor parameter penilaian terendah pada warna kulit terjadi pada perlakuan etilen alami dengan skor 1.33. Sedangkan skor tertinggi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 2.33. Skor parameter tertinggi pada warna daging buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.67. Sedangkan skor terendah terdapat pada perlakuan kontrol dengan skor 2.8. Skor parameter tertinggi pada tingkat kekerasan buah terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 3.67. Sedangkan skor terendah terjadi pada etilen alami dengan skor 2. Skor parameter rasa buah tertinggi terjadi pada perlakuan etilen 5cc dengan skor 2.33. Sedangkan skor terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan etilen alami dengan skor 1.83.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Perlakuan dengan etilen 5cc seharusnya memiliki tingkat kematangan

buah lebih cepat. Karena pada dosis tersebut etilen memiliki tingkat fitohormon yang lebih tinggi dan dapat mempercepat waktu pemasakan pada buah, bila dibandingkan dengan pengujian kontrol (tanpa penggunaan etilen),penggunaan etilen 2cc atau etilen alami karena tingkat fitohormon tersebut. Zat pengatur fitohormon tersebut adalah zat yang aktif dalam proses pematangan buah.

Pada percobaan yang telah dilakukan, terdapat beberapa perbedaan dan ketidak seragaman pematangan pada buah pisang maupun mangga pada perlakuan yang telah ditentukan.

Terdapat beberapa pengamatan yang menunjukkan bahwa perlakuan kontrol lebih cepat dalam pemasakan buah, sedangkan penggunaan etilen 5cc tingkat kemasakan buah lebih rendah atau lambat. Ini bukan berarti pengujian tidak akurat atau keasalahan dalam pengerjaannya.kemungkinan karena cara pengaplikasian dan proses pelaksanaan kegiatan yang kurang tepat.

Kemungkinan lain, buah yang akan diujikan memiliki tingkat kematangan yang kurang seragam atau belum waktunya untuk dilakukan pengujian, atau pada waktu ketika pengaplikasian etilen pada beberapa pengujian pengisolasian pada kotak mika kurang rapat. Sehingga etilen yang telah disemprotkan tadi keluar melalui udara keluar dari kotak mika, dan tidak

Page 58: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

54

berfokus pada pematangan dalam kotak mika. Sehingga pematangan tersebut kurang maksimal.

Saran Saran untuk pengaplikasian gas etilen, agar menutup bagian mika yang

terbuka. Meskipun itu hanyalah berupa lubang udara kecil yang dapat menyebabkan gas etilen yang telah disemprotkan tadi keluar.

Segera masukkan buah yang telah disemprotkan etilen ke dalam mika dan tutup rapat agar gas tersebut tidak cepat menguap ke udara luar.

Simpan bahan pengujian pada suhu yang konstan pada tiap pengujian juga penting dilakukan, agar tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara pengujian satu dengan yang lainnya.

Page 59: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

55

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Skripsi Anggun Sambeganarko 2008, Pengaruh Aplikasi Kmno4, Ethylene Block, Larutan CaCl2 dan CaO Terhadap Kualitas Dan Umur Simpan Pisang (Musa Paradisiaca.L) Varietas Raja Bulu

Hotman Febrianto Siagian. Penggunaan Bahan Penyerap Etilen pada Penyimpanan Pisang Barang Dengan Kemasakan Atmosfer Termodifikasi Aktif, 2009.

Ali Murtadha, Elisa Julianti, Ismed Suhaidi. Pengaruh Jenis Pemacu Pematangan Terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa Paradisiaca L.) Ilmu dan Teknologi Pangan J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.I No. 1 Th. 2012

Informatika Pertanian, Vol. 23 No.1, Juni 2014 : 35 - 46 Winarno FG, Agustinah W. 2007. Pengantar Bioteknologi. Ed.Rev. Mbrio Press.

Bogor.Yatim W. 2007.Kamus Biologi . Obor. Jakarta.

Page 60: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

56

LAMPIRAN

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 2 2 2 22 3 3 3 33 2 2 2 24 1 1 1 15 3 3 1 36 1 1 1 1

Rata Rata 2 2 1.67 2

Warna Daging Buah

1 2 2 2 22 2 2 2 23 3 0 0 04 2 2 2 25 0 0 0 06 2 2 2 2

Rata Rata 1.83 1.33 1.33 1.33

Tingkat Kekerasan

1 2 2 2 22 2 2 2 23 2 2 2 24 1 1 1 15 1 2 1 16 2 0 0 0

Rata Rata 1.67 1.5 1.33 1.33

Rasa Buah

1 2 2 2 22 2 2 2 23 1 0 0 04 1 1 1 15 0 0 0 06 2 0 0 0

Rata Rata 1.33 0.83 0.83 0.83Tabel 1 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-1

Page 61: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

57

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 3 3 3 32 3 3 3 33 2 3 3 24 1 1 1 15 3 3 2 36 2 0 0 2

Rata Rata 2.33 2.17 2 2.33

Warna Daging Buah

1 2 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0.33 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 2 0 0 02 3 2 2 33 2 2 2 24 0 0 0 05 2 2 1 36 0 0 0 0

Rata Rata 1.5 1 0.83 1.33

Rasa Buah

1 2 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0.33 0 0 0Tabel 2 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-2

Page 62: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

58

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 3 3 3 32 3 3 3 33 3 3 4 34 1 2 2 25 3 3 3 36 3 0 0 2

Rata Rata 2.67 2.33 2.5 2.66

Warna Daging Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 0 0 0 02 3 3 3 33 3 3 3 34 0 0 0 05 3 3 3 36 0 0 0 0

Rata Rata 1.5 1.5 1.5 1.5

Rasa Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0Tabel 3 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-3

Page 63: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

59

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 3 3 3 32 3 3 3 33 3 4 4 34 2 2 2 25 3 3 4 36 4 0 0 0

Rata Rata 3 2.5 2.67 2.33

Warna Daging Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 0 0 0 02 4 3 3 43 3 3 3 34 0 0 0 05 3 2 4 26 0 0 0 0

Rata Rata 1.67 1.33 1.67 1.5

Rasa Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 2 0 0 0

Rata Rata 0.33 0 0 0Tabel 4 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-4

Page 64: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

60

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 4 3 3 32 3 3 3 33 4 4 4 44 2 3 3 25 3 3 4 36 4 4 4 3

Rata Rata 3.33 3.33 3.5 3

Warna Daging Buah

1 4 3 3 32 4 4 4 43 3 3 3 34 3 3 3 35 2 3 4 46 4 4 2 2

Rata Rata 3.33 3.33 3.17 3.17

Tingkat Kekerasan

1 3 3 3 32 4 3 4 43 3 4 4 44 3 2 4 35 4 3 3 46 4 3 3 2

Rata Rata 3.5 3 3.5 3.33

Rasa Buah

1 3 3 3 32 3 3 3 33 4 3 3 34 2 2 2 25 3 3 2 36 4 3 4 3

Rata Rata 3.17 2.83 2.83 2.83Tabel 5 Pengamatan uji kemasakan buah pisang hari ke-5

Page 65: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

61

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 1 1 1 12 1 1 1 13 1 2 1 24 1 1 1 15 1 1 1 16 1 1 1 1

Rata Rata 1 1.17 1 1.17

Warna Daging Buah

1 1 1 1 12 1 1 1 13 2 0 0 04 2 0 0 05 0 0 0 06 2 2 2 2

Rata Rata 1.33 0.67 0.67 0.67

Tingkat Kekerasan

1 1 1 1 12 1 1 1 13 1 1 1 14 1 0 0 05 1 2 1 16 1 1 1 1

Rata Rata 1 1 0.83 0.83

Rasa Buah

1 1 1 1 12 1 1 1 13 1 0 0 04 1 0 0 05 0 0 0 06 1 1 1 1

Rata Rata 0.83 0.5 0.5 0.5Tabel 6 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-1

Page 66: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

62

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 1 1 1 12 1 1 1 13 1 2 2 24 3 3 3 35 1 1 1 16 1 1 1 1

Rata Rata 1.33 1.5 1.5 1.5

Warna Daging Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 0 0 0 02 1 1 1 13 1 3 3 14 0 0 0 05 2 1 2 16 0 0 0 0

Rata Rata 0.67 0.83 1 0.5

Rasa Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0Tabel 7 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-2

Page 67: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

63

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 1 1 1 12 1 1 1 13 2 3 3 24 1 2 2 25 2 1 1 16 1 2 2 1

Rata Rata 1.33 1.67 1.67 1.33

Warna Daging Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 0 0 0 02 1 2 2 13 2 3 3 14 0 0 0 05 2 1 3 16 0 0 0 0

Rata Rata 0.83 1 1.33 0.5

Rasa Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0Tabel 8 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-3

Page 68: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

64

Parameter KelompokPerlakuanKontrol Etilen 2 cc Etilen 5 cc Etilen Alami

Warna Kulit

1 1 1 1 12 2 2 1 13 2 3 3 34 2 2 2 25 2 2 2 16 1 2 2 2

Rata Rata 1.67 2 1.83 1.67

Warna Daging Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0

Tingkat Kekerasan

1 0 0 0 02 2 2 3 23 2 3 3 14 0 0 0 05 3 2 4 26 0 0 0 0

Rata Rata 1.17 1.17 1.67 0.83

Rasa Buah

1 0 0 0 02 0 0 0 03 0 0 0 04 0 0 0 05 0 0 0 06 0 0 0 0

Rata Rata 0 0 0 0Tabel 9 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-4

Page 69: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

65

Parameter KelompokPerlakuan

KontrolEtilen 2 cc

Etilen 5 cc

Etilen Alami

Warna Kulit

1 1 1 1 12 2 2 2 13 2 3 4 24 2 3 3 25 2 2 2 16 1 2 2 1

Rata Rata 1.67 2.17 2.33 1.33

Warna Daging Buah

1 3 3,5 4 32 4 4 23 4 3 4 44 3 3 3 35 2 4 4 36 2 3 3 2

Rata Rata 2.8 3.47 3.67 2.83

Tingkat Kekerasan

1 2 3 3 22 3 3 4 23 2 4 4 14 3 2 4 35 3 3 4 26 1 3 3 2

Rata Rata 2.33 3 3.67 2

Rasa Buah

1 1 1 1 22 2 3 4 13 1 4 4 24 2 2 2 25 4 2 2 26 1 1 1 2

Rata Rata 1.83 2.17 2.33 1.83Tabel 10 Pengamatan uji kemasakan buah mangga hari ke-5

Page 70: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

66

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 Perlakuan kontrol pada buah pisang hari ke-0

Gambar 2 Perlakuan etilen alami pada buah pisang hari ke-0

Gambar 3 Perlakuan etilen 2cc pada buah pisang hari ke-0

Page 71: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

67

Gambar 4 Perlakuan etilen 5cc pada buah pisang hari ke-0

Gambar 5 Perlakuan kontrol pada buah mangga hari ke-0

Gambar 6 Perlakuan etilen 2cc pada buah mangga hari ke-0

Page 72: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

68

Gambar 7 Perlakuan etilen alami pada buah mangga hari ke-0

Gambar 8 Perlakuan etilen 5cc pada buah mangga hari ke-0

Page 73: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

69

Gambar 9 Hasil kenampakan kulit buah pisang pada tiap perlakuan

Gambar 10 Hasil kenampakan daging buah pisang pada tiap perlakuan

Gambar 11 Hasil kenampakan tekstur buah pisang pada tiap perlakuan

Page 74: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

70

Gambar 12 Hasil kenampakan kulit buah mangga pada tiap perlakuan

Gambar 13 Hasil kenampakan daging buah mangga pada tiap perlakuan

Page 75: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

71

BAB 5INISIASI PEMBENTUKAN AKAR

PENDAHULUANZat Pengatur Tumbuh atau ZPT digunakan untuk mengendalikan dan

mendukung kelangsungan hidup tumbuhan.  Unsur ZPT ini merupakan hormon pada tumbuhan yang merupakan senyawa kimia yang diekskresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya. Salah satu tipe Zat Pengatur Tumbuhan tersebut yang telah diidentifikasi yaitu auksin (Anonim, 2008).

Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksi adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu ditunjukkan bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan auksin (Anonim, 2008). Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya aiksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar. Konsentrasi auksin sebaiknya digunakan dengan konsentrasi optimum. Kenaikan konsentrasi selanjutnya akan menghambat pembentukan akar.

Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan auksin adalah inisiasi akar pada batang, daun dan bagian lain pada tumbuhan. Efektivitas auksin dalam inisiasi akar memperluas penggunaannya dalam perbanyakan tanaman berkayu dan herba. Dalam proses inisiasi akar struktur yang dapat diketahui adalah primordial akar yang terbentuk di dalam jaringan batang. Sesudah inisiasi, sel-sel akar akan tumbuh memanjang dan menumbus jaringan batang sehingga terbentuk struktur akar normal. Praktikum ini bertujuan untuk merangsang pembentukan akar pada stek batang dan stek daun pada tanaman Coleus sp. Dengan pemberian auksin.

Page 76: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

72

TINJAUAN PUSTAKAPengertian Stek BatangStek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan

menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni: berkayu keras, semi berkayu, lunak, dan herbaceous.

Deskripsi Coleus spColeus sp memiliki nama sinonim Solenostemon scutellarioides, di

Indonesia dikenal sebagai bayam-bayaman, miana atau jawer kotok. Tanaman ini dapat di perbanyak dengan stek batang. Daun Coleus bertekstur halus dengan warna yang beranekaragam baik warna spesies maupun hasil persilangan. Tanaman ini dapat tumbuh baik di area sejuk degan penyinaran penuh agar warnanya tampil cemerlang. Coleus sp. merupakan keluarga Lamiaceae, Lamiales Order, Kelas Magnoliopsida, Divisi Magnoliophyta, Kerajaan Plantae. Coleus (Solenostemon) adalah genus tanaman abadi, asli ke Afrika dan Asia tropis. Tumbuhan ini termasuk herba, semak, pohon ini sering berbentuk batang yang berbentuk segi empat. Daun yang dimiliki berhadapan, tunggal, kadang-kadang bercagak, atau majemuk menjari. Pinggir daun rata (integer). Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai pada ketinggian 1.550 meter di atas permukaan laut. Anggota famili ini mempunyai banyak manfaat secara ekonomi seperti sebagai penghasil minyak atau digunakan sebagai bumbu, dan sebagai tanaman hias seperti plectranthus atau coleus.

Page 77: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

73

METODOLOGI KERJA

Tempat dan Waktu PelaksanaanBertempat di laboratorium CA BIO 1 tanggal 6 Oktober 2015 pada pukul

07.00 s/d pukul 11.00.

Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas plastik, wadah

plastik mika dan pisau atau cutter.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Rootone-f, air, arang

sekam, oasis dan tanaman Coleus sp.

Metode Kerja

Page 78: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

74

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilTabel 1. Data Kelas Waktu Muncul Akar pada Induksi Pembentukan Akar

Tanaman Coleus sp.

Jenis Media

PerlakuanBagian Tanaman

Waktu Muncul Akar

1 MST 2 MST 3 MST1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

Oasis

Tanpa Rootone-F

Pucuk - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ √ √ √

Tengah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ - √ √

Bawah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ - √ √

Rootone-fPucuk - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ √ - √Tengah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ √ √ √Bawah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ √ - √

Arang sekam

Tanpa Rootone-f

Pucuk - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ - √ √Tengah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ - √ √Bawah - - - - - - - √ √ - - - √ - √ - √ √

Rootone-fPucuk - - - - - - - √ √ - - - √ √ - √ - √Tengah - - - - - - - √ √ - - - √ √ √ √ √ √Bawah - - - - - - - √ √ - - - √ - √ √ √ √

Grafik 1. Rata–rata Kelas Jumlah Akar Coleus sp.

Page 79: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

75

Grafik 2. Rata-rata Kelas Panjang Akar Coleus sp.

PembahasanDari data rata-rata jumlah akar dan panjang akar pada tanaman Coleus sp

pada setiap perlakuan terdapat beberapa perbedaan pertumbuhan tanaman. Pada perlakuan oasis tanpa rootone-F, rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah 7, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah adalah 4.3 dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 5. Pada perlakuan oasis rootone-F, rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah 9.2, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah 6.7 dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 3,3cm.

Pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F, rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah 16, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah adalah 9,7 dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 5,8. Pada perlakuan arang sekam rootone-F rata-rata jumlah akar pada bagian pucuk adalah 6.3, rata-rata jumlah akar pada bagian tengah adalah 8,3 dan rata-rata jumlah akar pada bagian bawah adalah 11,7.

Pada perlakuan oasis tanpa rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah 3,8cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 2cm dan rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 3,5cm. Pada perlakuan oasis rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah 1,3cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 1,2cm dan rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 5,8cm.

Pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah 11,4cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 10,3cm dan rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 5,3cm. Pada perlakuan arang sekam rootone-F rata-rata panjang akar pada bagian pucuk adalah 3,4cm, rata-rata panjang akar pada bagian tengah adalah 8,5cm dan rata-rata panjang akar pada bagian bawah adalah 5,4cm.

Page 80: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

76

Waktu muncul akar pada perlakuan tanpa rootone-F dan rootone-F terjadi serentak pada 2 MST pada ulangan 2 dan 3. Baik pada media oasis maupun arang sekam. Pada media oasis, perlakuan tanpa rootone-F bagian pucuk tumbuh serentak dari tanaman 1 sampai 6 pada 3 MST, sedangkan pada bagian tengah dan bawah, tanaman 4 tidak tumbuh. Pada perlakuan menggunakan rootone-F, di bagian pucuk dan bawah, tanaman 4 tidak tumbuh akar dan pada bagian tengah tanaman, akar tumbuh serentak pada 3 MST.

Pada media arang sekam perlakuan tanpa rootone-F dan rootone-F pertumbuhan akar serentak terjadi pada 2 MST, sedangkan untuk perlakuan tanpa rootone-F akar tidak tumbuh pada tanaman 4, baik pada bagian pucuk, tengah dan bawah tanaman. Pada bagian bawah tanaman, akar yang tidak tumbuh juga terjadi pada tanaman ke 2. Pada perlakuan menggunakan rootone-F, akar tidak tumbuh dibagian pucuk pada tanaman 3 dan 5 pada 3 MST, bagian tengah tanaman semua akar tumbuh pada 3 MST, dan untuk bagian bawah tanaman akar tidak muncul pada tanaman ke 2.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanPerlakuan pada tanaman Coleus sp pada media oasis, pertumbuhan akar

lebih banyak jika menggunakan rootone-F terutama pada bagian tumbuhan pada pucuk dan tengah.

Pertumbuhan akar pada bagian bawah tanaman lebih bagus pada perlakuan tanpa rootone-F.

Untuk perlakuan dengan menggunakan media arang sekam, pertumbuhan akar lebih banyak pada perlakuan arang sekam tanpa rootone-F terutama pada bagian pucuk dan tengah tanaman.

Untuk tanaman bagian bawah, pertumbuhan jumlah akar tanaman lebih banyak pada perlakuan arang sekam rootone-F.

Panjang akar pada perlakuan oasis tanpa rootone-F hasilnya lebih bagus pada bagian pucuk dan bagian tengah tanaman.

Pertumbuhan akar pada bagian bawah lebih bagus pada perlakuan oasis rootone-F.

Pertumbuhan panjang akar dari hasil yang didapat, lebih bagus jika menggunakan arang sekam tanpa rootone-F terutama ada pagian pucuk dan tengah tanaman.

Pertumbuhan panjang akar pada bagian bawah lebih bagus pada perlakuan arang sekam rootone-F.

Pada perlakuan yang telah dilakukan, seharusnya penggunaan rootone-F lebih efektif dalam pertumbuhan dan pemanjangan akar.

Pertumbuhan akar pada tanaman coleus sp seharusnya lebih baik pada penggunaan rootone-F pada dosis yang telah dianjurkan, ketimbang pada perlakuan kontrol atau tanpa rootone-F.

Pertumbuhan jamur pada bagian ujung batang atau pada bagian batang, juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut yang dapat membuatnya mati.

Penggunaan media oasis dan arang sekam pada penggunaannya, baik untuk pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif.

Media oasis lebih banyak menyimpan air daripada arang sekam.

Page 81: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

77

Arang sekam lebih banyak mengandung zat hara daripada oasis.

SaranPada praktikum inisiasi pembentukan akar, sebaiknya penggunaan

komoditas tanaman yang berbeda dapat ditambahkan agar pengamatan dapat memiliki perbandingan yang berbeda.

Faktor lingkungan, perawatan tanaman dan lingkngan tempat tanaman tumbuh juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dan keadaan tersebut kemungkinan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.

Tumbuhnya jamur pada bagian tanaman dapat menyebabkan kelayuan bahkan kematian pada tanaman tersebut, karena itu perlu dilakukan pengendalian kelembaban sekitar dan juga kebutuhan air bagi tanaman untuk mengurangi tingkat kematian pada tanaman tersebut.

Perawatan yang baik juga sebagai faktor keberhasilan harus lebih diperhatikan kembali.

Page 82: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

78

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008. Peranan Zat Pengatur Tumbuh, http://mybioma.wordpress.com/.

diakses pada tanggal 27 Mei 2010Anonim. 2008. Plant Growth Regulator. http://emirgarden.blogspot.com/. diakses

pada tanggal 27 Mei 2010Aris Sudomo, Asep Rohandi dan Nina Mindawati, Jurnal Penelitian Hutan

Tanaman Vol. 10 No. 2, Juni 2013: 57-63.Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU IPB.

Page 83: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

79

LAMPIRAN

Tab

el 1

Dat

a K

elas

Jum

lah

Aka

r P

ada

Indu

ksi P

embe

ntuk

an A

kar

Tan

aman

Col

eus

sp.

Jum

lah

akar

Rat

aan

7.0

4.3

5.0

9.2

6.7

3.3

16.0

9.7

5.8

6.3

8.3

11.7

3

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

--M

ST

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

6 4.0

4.0

2.0

5.0

1.0

2.0

15.0

6.0

2.0

15.0

6.0

1.0

5 5.0

6.0

8.0

0.0

3.0

0.0

40.0

46.0

22.0

0.0

32.0

17.0

4 10.0

0.0

0.0

9.0

3.0

1.0

0.0

0.0

0.0

18.0

3.0

14.0

3 11.0

6.0

6.0

22.0

15.0

7.0

14.0

4.0

11.0

0.0

5.0

11.0

2 8.0

5.0

6.0

12.0

7.0

6.0

27.0

2.0

0.0

5.0

3.0

0.0

1 4.0

5.0

8.0

7.0

11.0

4.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1.0

27.0

2

6 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

5 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

4 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

3 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

2 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1

6 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

5 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

4 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

3 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

2 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Bag

ian

Tan

aman

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Per

laku

an

Tan

pa

Roo

tone

-F

Roo

tone

-F

Tan

pa

Roo

tone

-F

Roo

tone

-F

Page 84: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

80

Tab

el 2

Dat

a K

elas

Jum

lah

Aka

r P

ada

Indu

ksi P

embe

ntuk

an A

kar

Tan

aman

Col

eus

sp.

Jum

lah

akar

Rat

aan

3.8

2.0

3.5

1.3

1.2

5.8

11.4

10.3

5.3

3.4

8.5

5.4

3

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

--M

ST

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

----

--

6 11.0

1.0

9.0

2.5

1.0

22.5

16.0

8.0

5.0

4.0

2.0

1.0

5 5.0

6.0

8.0

0.0

3.0

0.0

40.0

46.0

22.0

0.0

32.0

17.0

4 0.9

0.0

0.0

1.1

0.9

0.3

0.0

0.0

0.0

6.4

10.8

0.0

3 0.7

2.2

0.9

0.6

0.5

0.5

3.3

7.2

5.0

0.0

2.1

3.8

2 1.5

1.2

1.2

2.3

1.1

1.5

9.2

0.5

0.0

10.0

3.0

0.0

1 3.5

1.5

1.7

1.6

1.0

9.7

0.0

0.0

0.0

0.0

1.0

6.5

2

6 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

5 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

4 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

3 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

2 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1

6 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

5 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

4 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

3 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

2 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

1 0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

0.0

Bag

ian

Tan

aman

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Puc

uk

Ten

gah

Baw

ah

Per

laku

an

Tan

pa

Roo

tone

-F

Roo

tone

-F

Tan

pa

Roo

tone

-F

Roo

tone

-F

Page 85: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

81

Gambar 1. Coleus sp pada arang sekam dengan rootone-f

Gambar 2. Coleus sp pada arang sekam tanpa rootone-f

Gambar 3. Coleus sp pada oasis 3 yang kanan dengan rootone-f dan 3 yang kiri tanpa rootone-f

Gambar 4. Coleus sp pada oasis setelah 3 MST

Gambar 5. Coleus sp dengan rootone-f pada oasis setelah 3 MST

Gambar 6. Coleus sp pada arang sekam tanpa rootone-f bagian tengah yang mati saat 3MST

Page 86: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

82

Page 87: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

83

BAB 6

LAJU FOTOSINTESIS BERBAGAI GELOMBANG CAHAYA

PENDAHULUANDi dunia ini, organisme dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada

persediaan energi yang tidak henti-hentinya dimana sumber energi tersebut tersimpan dalam molekul-molekul organik. Tumbuhan hijau merupakan organisme yang dapat menghasilkan suatu energi dengan jalan menangkap energi matahari yang digunakan untuk sintesis molekul-molekul organik kaya energi dari senyawa anorganik H2O dan CO2. Hal ini menyebabkan tumbuhan hijau memiliki sifat autotrof dengan kebalikan dari sifat tersebut yaitu heterotrof yang dimiliki oleh organisme yang hidupnya bergantung pada organisme autotrof sebagai contoh yaitu hewan dan manusia.

Tumbuhan hijau dalam menghasilkan suatu energi bergantung pada proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses pemanfaatan energi matahari oleh tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Fotosintesis merupakan aktivitas kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal menyangkut kondisi jaringan/organ fotosintetik, kandungan klorofil, umur jaringan, aktivitas fisiologi yang lain seperti transpirasi, respirasi dan adaptasi fisiologis yang lain yang saling kait mengkait. Faktor eksternal meliputi faktor klimatik seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, hujan, dan juga faktor cahaya, konsentrasi CO2, O2, kompetitor, dan organisme pathogen. Selain itu juga faktor penyebab timbulnya stress seperti ketersediaan air, ada polutan biosida dan zat-zat beracun lain.

Dalam fotosintesis terdapat dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap (Siklus Calvin). Reaksi terang terjadi di granum,sedangkan reaksi gelap di stroma.Dalam reaksi terang,terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2).Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energy (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam siklus calvin diperoleh dari reaksi terang.

Fotosintesis digerakkan oleh energi matahari (photon). Dari keseluruhan cahaya yang terpancar, hanya 0,5-3,5 % saja yang diserap daun untuk fotosintesis. Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton. Sinar radiasi matahari mampu diserap tanaman hanyalah cahaya tampak dengan panjang gelombang 400-700 nm. Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi (Lakitan 2004). . Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah 610-700 nm,hijau kuning 510-600 nm,biru 410-500 nm dan violet <400 nm. Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang berkerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.

Dalam praktikum ini, peranan jenis cahaya terhadap proses fotosintesis akan dipelajari, dengan mengamati terbentuknya pati pada daun tanaman yang sebelumnya disinari dengan jenis cahaya yang berbeda. Daun yang berfotosintesis akan membentuk pati yang dapat dideteksi dengan menggunakan larutan Kalium

Page 88: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

84

Iodida (KI). Jika daun tersebut mengandung pati, setelah ditetesi dengan KI akan berwarna biru gelap.

TINJAUAN PUSTAKAFotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang

berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat organic H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball, 2002).

Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan phyllos artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen tersebut diekstrak dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia.Klorofil mempunyai rantai fitil yang akan berubah menjadi fitol jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses reduksi klorofil (Muthalib, 2009).

Menurut Lakitan (2000) karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum. Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dalam kloroplas atau plastida lainnya menggunakan Atp dan glukosa-1-p :

(n-glukosa) amilosa → (n+1 glukosa) amilosa

ADPG → ADP

Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang, menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury & Ross,1992).

Page 89: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

85

Klorofil merupakan faktor utama yang mempengaruhi fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses perubahan senyawa anorganik (CO2 dan H2O) menjadi senyawa organik (karbohidrat) dan O2 dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil merupakan pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Kloroplas (Gambar1) adalah organel sel tanaman yang mempunyai membran luar, membran dalam, ruang antar membran dan stroma. Permukaan membran internal yang disebut tilakoid akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu akan bertumpukan dengan rapi membentuk struktur yang disebut granum. Seluruh granum yang terdapat pada kloroplas disebut grana. Tilakoid yang memanjang dan menghubungkan granum satu dengan yang lain di dalam stroma disebut lamela. Stroma merupakan rongga atau ruang dalam kloroplas dan berisi air beserta garam-garam yang terlarut dalam air. Klorofil terdapat di dalam ruang tilakoid ( Thorpe, 1984; Campbell et al., 2003).

Tanaman tingkat tinggi mempunyai dua macam klorofil yaitu klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil a dan klorofil b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), dan paling sedikit menyerap cahaya hijau (500-600 nm). Perbandingan kedua macam klrofil ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 2. Sedangkan cahaya berwarna biru diserap oleh karotenoid. Karotenoid membantu menyerap cahaya, sehingga spektrum cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Energi yang diserap oleh klorofil b dan karotenoid diteruskan kepada klorofil a untuk digunakan dalam proses fotosintesis fase I (reaksi terang) yang terdiri dari fotosistem I dan II, demikian pula dengan klorofil-b. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosistem II sendangkan Klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Anonim 2011).

Page 90: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

86

METODOLOGI KERJA

TEMPATLaboratorium CA BIO 1 dan green house Diploma IPB ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah polibag, pupuk kandang, arang sekam, tanah, mika plastik (merah, biru, dan bening), kertas manila hitam, klip kertas, gelas piala 500 ml dan 200 ml, pipet tetes, pinset, cawan petri, hot plate, benih kedelai, daun kedelai yang telah ditutup mika, alkohol 90%, dan iodium 10%

Page 91: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

87

CARA KERJAa. Perlakuan sebelum dilaksanakan percobaan laju fotosintesis.

b. Uji Karbohidrat

Empat butir benih per polibag ditanaman dengan media arang sekam : pupuk kandang : tanah (1 : 1 : 1) Siram dan pupuk tanaman secara rutin

Tiga sampai emapat daun trifoliet dipilih dan tentukan lembar daun yang akan diberi perlakuan dua minggu sebelum percobaan dilaksanakan

Tiga pasang potongan plastik mika masing-masing berwarna biru,merah, dan bening (tidak berwarna), serta sepasang kertas manila hitam disiapkankan (2.5 cm x 5.0 cm).

Potongan plastik mika dan kertas ditempelkan atau dipasang tiap pasangan plastik dan kertas tersebut untuk menutupi tiap daun

Tanaman diletakkan pada daerah yang mempunyai cahaya penuh dan dibiarkan selama 2 minggu

Daun yang sebelumnya ditutupi oleh mika plasik dan manila hitam selama 2 minggu dibawa ke laboratorium dengan tidak melepaskan perlakuan tersebut.

Masing-masing daun digambar di buku praktikum dan tentukan posisi kertas dan plastik pembungkus daun

Alkohol dididihkan dengan cara menempatkan gelas piala ukuran 500 ml yang telah berisi air 300 ml diatas pemanas listrik (hot plate) dan menempatkan gelas piala uku-ran 200 ml yang telah berisi 100 ml alkohol 90% dimasukkaan ke-dalamnya menggunakan hot plate.

Daun diangkat ketika telah berwarna putih dan diletakkan pada cawan petri. Kemudian ditetesi beberapa tetes larutan iodine 10 %.

Plastik atau kertas dilepaskan dari masing-masing daun dan tiap daun dimasukkan ke dalam alkohol yang telah mendidih untuk meluruhkan klorofil.

Perubahan warna daun yang menjadi warna ungu kehitaman diamati dan hasil pengamatan digambar.

Masing–masing daun dibandingkan panjang gelombang mana yang paling efektif digunakan dalam fotosintesis.

Page 92: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

88

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Gambar 1 Perubahan warna Iodin pada setiap daun yang telah diberi perlakuan : (a) Kertas hitam; (b) Cahaya normal (Mika bening /control); (c) Cahaya biru ( Mika biru); (d) Cahaya merah ( Mika Merah)

PEMBAHASANDari percobaan yang telah dilakukan didapatkan tidak ada perubahan

warna yang terjadi pada Iodin yang ditambahkan ke permukaan daun. Pada umumnya tidak berubahnya warna Iodin menjadi biru disebabkan oleh tidak adanya pati yang terkumpul pada daun. Namun banyak hal yang dapat terjadi dalam percobaan yang dapat menyebabkan warna Iodin tidak berubah menjadi biru.

Warna Iodin yang tidak berubah menjadi biru bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah memang tidak ada pati yang terkumpul di daun yang bisa disebabkan fotosintesis yang tidak sempurna. Sebab lainnya adalah daun masih mengandung klorofil sehingga menghalangi Iodin untuk bereaksi dengan pati yang terakumulasi pada daun. Didalam percobaan yang telah dilakukan kasus kedua (klorofil yang masih ada) menyebabkan semua Iodin yang diteteskan ke daun tidak berubah menjadi biru.

(a) (b)

(c) (d)

Page 93: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

89

Selain menunjukan ada tidaknya pati, kepekatan warna Iodin yang menjadi biru juga dapat menunjukkan kepekatan pati yang terkandung didalam daun.

Dari pustaka yang kami ambil, kandungan pati dapat dipengaruhi oleh fotosintesis, sedangkan kandungan fotosintesis dapat dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya yang ditangkap oleh daun. Sehingga dapat diasumsikan bila dalam percobaan ini benar dilakasanakan terutama dalam proses perontokan klorofil dengan alcohol kepekatan warna biru yang berubah akan berbeda-beda tergantung dari warna yang didapatkan.

Didalam perlakuan tanpa cahaya (ditutup kertasmanila hitam) seharusnya pada perlakuan ini warna Iodin tidak berubah menjadi biru karena daun kekurangan cahaya sehingga proses fotosintesis terganggu.

Didalam perlakuan cahaya normal/control (ditutup plastik mika benig) seharusnya pada perlakuan ini warna Iodin akan tergantung pada panjang hari dan keadaan tanaman itu ditanam. Bila tanaman jarang mendapat cahaya warna Iodin tidak akan terlalu berubah menjadi biru, begitu juga sebaliknya. Perlakuan ini akan menjadi control bagaimana keadaan asli di lapangan untuk membandingkan perlakuan dengan cahaya lain.

Didalam perlakuan cahaya biru (ditutup plastik mika biru) seharusnya kepekatan warna Iodin yang menjadi biru tidak lebih banyak dibanding dengan warna merah.

Didalam perlakuan cahaya merah (ditutup plastik mika merah) seharusnya kepekatan warna Iodin yang berubah menjadi biru adalah paling tinggi karena warna merah (gelombang paling panjang) adalah gelombang yang paling digunakan untuk fotosintesis

KESIMPULAN

Pada percobaan ini dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut :1. Tidak bisa ditarik kesimpulan dari percobaan ini karena kesalahan dalam prosedur2. Bila prosedur pada perlakuan ini benar dilakukan maka kemungkinan yang paling baik adalah perlakuan dengan cahaya merah

Saran untuk praktikum ini adalah penentuan waktu yang baik.

Page 94: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

90

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada

Suyitno. 2006. Faktor-Faktor Fotosintesis. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ pengabdian/suyitno-aloysius-drs-ms/faktor-faktor-fotosintesis.pdf (2015 Desember 3)

Muthalib, A. 2009. Kloroil dan Penyebaran di Perairan. http://www.abdulmuthalib.co.cc/2009/06/ ( 3 Desember 2015).

Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali Press. Salisbury, Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung (I): ITB Press.Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Erlangga.

Page 95: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

91

BAB 7NUTRISI TANAMAN

PENDAHULUANPertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi

yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Beraneka ragam unsur dapat ditemukan di dalam tubuh tumbuhan, tetapi tidak berarti bahwa seluruh unsur–unsur tersebut dibutuhkan tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya. Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhannya tetap berlangsung. Nutrisi didapatkan oleh tanaman dengan berbagai cara mendapatkannya bisa langsung dari tanah ataupun dari berbagai proses.

Kekurangan ataupun kelebihan nutrisi dapat dinamakan malnutrisi. Malnutrisi menyebabkan kematian pada tumbuhan yang sebelumnya ditandai dengan gejala-gejala tidak sehat. Malnutrisi dapat dicegah dengan cara kita (manusia) menambahkan nutrisi yang kurang tersebut. Pertumbuhan akan terpengaruh, menjadi tidak wajar atau abnormal.

Pertumbuhan dan mutu tanaman sangat dipengaruhi oleh kadar nutrisi yang tersedia dalam media tanam dan dapat diserap oleh tanaman. Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan, perkembangan, dan produksi suatu tanaman. Salah satu faktor lingkungan tersebut adalah unsur hara.Tanaman memerlukan unsur hara selama pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhannya terganggu dan menurunnya produksi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman terbagi menjadi dua, yaitu unsur hara makro dan unsur hara merupakan zat essensial bagi tanaman yang menpengaruhi pertumbuhan dan mikro.

Unsur hara makro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak ( N, P, K, Ca, Mg, dan S). Sementara unsur hara mikro merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, dan Cl). Tanpa kehadiran unsur hara makro dan mikro yang cukup maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi atau kahat dan bentuknya berubah dari biasanya atau disebut malformasi (Sutiyoso 2004).

Dengan adanya penambahan nutrisi dan unsur hara yang sesuai tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Berhubungan dengan hal itu, produksi juga akan mencapai hasil yang maksimal.

Tujuan dari praktikum Fisiologi Tanaman tentang Nutrisi Tanaman adalah untuk mengetahui serta mempelajari pengaruh hara dari pupuk yang diberikan terhadap pertumbuhan tanaman kangkung dalam kultur air.

TINJAUAN PUSTAKANutrisi tanaman mempelajari tentang unsur hara yang diperlukan oleh

tanaman serta fungsi unsur-unsur tersebut pada kehidupan tanaman. Sebagai sains, nutrisi tanaman berhubungan dengan fisiologi tumbuhan. Proses fisika, kimia, fisiologi serta biokimia ini berkaitan dengan interaksi tanaman dengan kimia medianya, dimana tahap awal adalah memperoleh unsur-unsur kimia, serta

Page 96: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

92

distribusinya dalam tanaman. Hal ini merupakan bidang nutrisi tanaman (Hakimah et al. 2002)

Pupuk Growmore

Growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Mengandung hara lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.Semua produk Growmore dianjurkan dipakai pada tanaman :

Tanaman hias, bunga potong, anggrek Semangka, melon, jeruk, apel, mangga, durian, kopi, coklat, lada Padi, palawija (jagung, kedele, kacang-kacangan) Sayuran (tomat, kentang, kubis, bawang, cabe, broccoli) Lapangan golf, tanaman hidroponik Pembibitan tanaman perkebunan dan kehutanan.

Unsur hara KomposisiTotal Nitrogen (N) 32.00%Ammoniacal Nitrogen 2%Nitrate Nitrogen 3%Urea Nitrogen 7%Available Phosporic Acid (P2O5) 10.00%Soluble Potash (K2O) 10%Calcium (Ca) 0.05%Magnesium (Mg) 0.10%Chelated Magnesium 0.10%Sulfur (S), Combined 0.20%Boron (B) 0.02%Copper (Cu) 0.05%Chelated Copper 0.05%Iron (Fe) 0.10%Chelated Iron 0.10%Manganese (Mn) 0.05%Chelated Manganese 0.05%Molybdenum (Mo) 0.0005%Zinc (Zn) 0.05%Chelated Zinc 0.05%

Sumber: PT. Kalathan Coorporation

Formula ini terutama untuk tanaman muda agar tanaman segera menjadi kuat dan cepat pertumbuhannya. Pada masa vegetatif tanaman membutuhkan Nitrogen (N) dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan pada fase tersebut pembentukan sel-sel baru untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Juga diperlukan bagi tanaman yang saat-saat akhir kurang memerlukan unsur Phosphat dan Kalium yang tinggi.

Page 97: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

93

Growmore sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, stek (cutting) atau waktu pemindahan pembibitan ke lapangan, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, dapat merangsang pembungaan dan pembuahan.

Pupuk HyponexUnsur hara KomposisiTotal Nitrogen (N) 10.00%Ammoniacal Nitrogen 6.4%Nitrate Nitrogen 2.4%Other water soluble Nitrogen 1.0%Available Phosporic Acid (P2O5) 40.00%Soluble Potash (K2O) 15%Trace elements :Calcium (Ca)Magnesium (Mg)Sulfur (S)Boron (B)Copper (Cu)Iron (Fe)Chelated IronManganese (Mn)Molybdenum (Mo)Zinc (Zn)

Klasifikasi kangkung

Klasifikasi botani tanaman kangkung berdasarkan kelas taksonominya adalah sebagai berikut: Kangkung berasal dari divisi Sprmatophyta. Sub-divisi kangkung ialah Angiosspermae. Kelas dicotyledone. Masuk dalam famili Convolvulaceae dan genusnya adalah Ipomoea. Spesiesnya adalah Ipomoea reptans Poir (Rukmana 1994).

Kangkung (I. reptans Poir) merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous), dan berlubang-lubang. Perakaran tanaman kangkung berpola perakaran tunggang dan cabang akarnya menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60-100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk) (Rukmana 1994).

AkarKangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu

tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm

Page 98: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

94

atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Akar berukuran kecil sampai sedang, ulet kadang-kadang rapuh, berkayu atau lunak, kompak atau berongga, percabangan akar banyak atau sedikit, bentuk kerucut atau filiformis, warna putih-coklat, kuning-coklat atau kuning kotor.

Akar I. crassicaulis  berkayu, kompak, ulet, percabangan banyak, bentuk kerucut, memanjang ke bawah, warna putih-coklat, panjang 0.15 -1.0 m, diameter 1-2.5 cm. Akar I. aquatica dan I. reptans lunak, rapuh, sedikit kompak, per-cabangan banyak, agak menyebar, bentuk filiformis, warna putih kekuningan. I. aquatica panjang 15-40 cm, diameter 1-3 mm.I. reptans panjang 20-40 cm, dia-meter 1-4 mm. Akar I. leari berkayu, kompak, ulet, percabangan sedikit, memanjang ke bawah, bentuk kerucut, warna kuning kotor, panjang 15-45 cm, diameter 2-4 mm.  

BatangBerkayu atau herbaseus (banyak mengandung air), bulat, kompak atau

berongga, tumbuh menjalar, membelit, condong atau tegak. Percabangan batang monopodial, cabang merupakan sirung pendek, arah tumbuh batang condong. Batang bergetah atau tidak, permukaan batang licin, berambut halus atau banyak lentisel. 

Batang I. crassicaulis berkayu, bulat, kompak, permukaan batang banyak lentisel, bergetah, tinggi batang 1.5-2.5 m, diameter 0.5-3 cm. Batang I. aquatica dan  I.reptansherbaseus, bulat berongga, permukaan batang licin, bergetah bening hingga putih keruh, arah tumbuh menjalar, dari buku batang keluar akar. Panjang I. aquatica 0.5-3 m, diameter 4-5 mm. I. reptans panjang 1-1.5 m, diameter 5-6 mm. Batang I. leari sedikit berkayu, bulat, kompak, permukaan batang berambut, tidak bergetah, batang membelit, panjang batang 1-1.5 m, diameter 1-3 mm.

DaunKangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di

ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah

atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Untuk lengkapnya bagian-bagian daun akan dijelaskan sebagai berikut:

Tersusun alternatus/distichous, terdiri dari tangkai dan helai daun, pulvinus tidak jelas. Tidak terdapat stipula, tunas dan bunga/infloresensi terdapat pada ketiak daun. Daun tunggal atau soliter. Jarak antara daun bervariasi.  I.crassicaulis 3,5-4 cm, I. aquatica 3-4 cm, I. reptans 3-3.25 cm, I. leari 5-8 cm. 

Petiolus (Tangkai Daun). Kompak atau berongga, licin atau berambut. Tangkai daun I. crassicaulis  berongga, licin, panjang 5-7 cm, diameter 3-5 mm. Tangkai daun I.aquatica dan I. reptans berongga, licin, I. aquatica panjang 5-6 cm, diameter 1.5-2.5 mm, I. reptans panjang 3-5 cm, diameter 1.5-2.5 mm. Tangkai daun I. leari kompak, berambut, panjang 5-6 cm diameter 1-2 mm.

 Lamina (helai daun).  Helai daun terbanyak terletak pada 1/2 sampai 2/3

dari ujung batang, di ujung batang helai daun jarang atau kecil. Bentuk bervariasi,

Page 99: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

95

memanjang atau jantung, ujung runcing, meruncing atau tumpul. Pangkal daun berlekuk, tepi daun rata dan pertulangan menyirip atau menjari. Daun berdaging lunak/herbaseus,permukaan licin atau berambut halus. 

Warna helai atas dan bawah sama yaitu hijau, terkadang warna helai bawah lebih muda. Helai daun I.crasssicaulis bentuk jantung, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, tepi rata, ukuran helai 5-20 x 4-14 cm. Helai daun I. aquatica bentuk memanjang, ujung tumpul, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, ukuran helai 5-7×2-5 cm.

Helai daun I. reptans bentuk memanjang, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan rata, permukaan licin, ukuran helai 4-7×2-4 cm. Helai daun I. leari bentuk jantung, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan daun menjari, permukaan daun berambut, ukuran helai 3-6×2-5 cm.

Page 100: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

96

METODOLOGI KERJA

WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAANPraktikum ini dilakukan pada tanggal 10 November 2015 dan

dilaksanakan di Kampus Diploma IPB Cilebende, Laboratorium CA BIO.ALAT DAN BAHANAlat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalahBibit kangkungPolybagAirPupuk sesuai dengan perlakuan : Growmore (32-10-10) dan Hyponex (10-

45-15)CARA KERJA

Page 101: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

97

HASIL DAN PEMBAHASAN

HasilTabel 1 Data Pengamatan Panjang Akar

Perlakuan

Panjang Akar (Cm)

I II III IV V VI

0 0

11

22

00

1 1

2 2

0 0

11

2 2

00

1 1

22

00

11

2 2

0 0

1 1

2 2

----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol 15 15 16.5 12 18.3 20.0 6.3 6.7 7 19 17 15 9.8 10 10.2 11 15 15

Growmore 11.5 11 11.6 12 17 17.5 8.5 0 0 7 7 6.5 13 13.3 18 10 12 17.8

Hyponex 6 8 8.9 17 19.8 19.5 9.5 10 11 8 7.5 8.5 5 7.3 9.5 15 15 15

Tabel 2 Data Pengamatan Jumlah Daun

Perlakuan

Jumlah Daun (n)

I II III IV V VI

0 0

11

22

00

1 1

2 2

0 0

11

2 2

00

1 1

22

00

11

2 2

0 0

1 1

2 2

----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol 15 15 16.5 12 18.3 20.0 6.3 6.7 7 19 17 15 9.8 10 10.2 11 15 15

Growmore 11.5 11 11.6 12 17 17.5 8.5 0 0 7 7 6.5 13 13.3 18 10 12 17.8

Hyponex 6 8 8.9 17 19.8 19.5 9.5 10 11 8 7.5 8.5 5 7.3 9.5 15 15 15

Tabel 3 Data Pengamatan Jumlah Akar

Perlakuan

Jumlah Akar (n)

I II III IV V VI

0 0

11

22

00

1 1

2 2

0 0

11

2 2

00

1 1

22

00

11

2 2

0 0

1 1

2 2

----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol 13 24 22 20 27 26 37 55 64 8 15 15 5 5 8 9 22 22

Growmore 3 16 11 25 30 15 67 0 0 9 22 23 9 - - 23 30 30

Hyponex 8 16 16 25 39 25 58 53 56 25 29 19 4 4 5 20 28 28

Tabel 4 Data Pengamatan Skor Warna Daun

Perlakuan

Skor warna daun

I II III IV V VI

0 0

11

22

00

1 1

2 2

0 0

11

2 2

00

1 1

22

00

11

2 2

0 0

1 1

2 2

----------------------------------------------------------MST--------------------------------------------------------------------

Kontrol 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3Growmore 3 3 2 3 3 3 3 0 0 2 2 0 2 - - 3 3 4Hyponex 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3

Pembahasan

Page 102: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

98

Tanaman dalam hidupnya memerlukan nutrisi yang sesuai untuk pertumbuhan dan keberlangsungan hidupnya. Pada praktikum ini, nutrisi atau unsur hara diberikan dengan metode kultur air. Kultur air merupakan bagian dari metode hidroponik yaitu metode yang menggunakan air sebagai media tanam. Air sebagai media tanam diisikan dalam wadah seperti stoples atau tabung kaca atau wadah lain. Dengan membuat larutan hara dari jenis pupuk daun yaitu Growmore (32-10-10) dan Hyponex (10-45-15) dilarutkan meggunakan dosis 2 gram/liter dan dimasukan kedalam gelas plastik sebanyak 300 ml.

Praktikum dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu larutan kontrol, larutan Growmore, dan larutan Hyponex. Pengamatan dilakukan yang dilakukan sampai 2 MST untuk mengetahui pertumbuhan masing-masing perlakuan dengan variabel panjang tanaman (cm), jumlah daun, jumlah akar, dan skor warna daun.

Perlakuan kontrol merupakan perlakuan yang datanya dijadikan sebagai data pembanding antara dua perlakuan uji pada praktikum ini. Panjang akar 0-2 MST mengalamai pertumbuhan kelompok I dari 15 cm menjadi 16.5 cm, kelompok II panjang mula-mula 12 cm naik menjadi 20 cm, Kelompok III dari 6.3 cm menjadi 7,kelompok V awal 9,8 dan akhir 10.2 cm, dan kelompok VI panjang mula-mula 11 cm bertmbah panjang 15 cm. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa adanya pertumbuhan didalamnya. Rata-rata dari setiap kelompok mengalami pertumbuhan sepanjang 2.9 cm. Namun, data kelompok IV panjang akhir lebih pendek dari panjang awal. Pertumbuhan menurut Goldsworthy adalah kenaikan dalam bahan tanaman, suatu proses total yang mengubah bahan mentah secara kimia dan menambahkannya dalam tanaman. Pertumbuhan tanaman terjadi pada tingkat mikroskopik saat sel membesar dan membelah sehingga terjadi pengembangan bagian tanaman yang dapat terlihat (Endang D. P. 2013). Berdasarkan data yang ada pada kelompok 4 dapat dikatakan bahwa pertumbuhan yang terjadi tidak sesuai dengan semestinya.

Perlakuan yang diuji yaitu dengan ditambahkannya unsur hara Growmore yang merupaan pupuk daun. Tapi, pengaplikasiannya pada praktikum ini menggunakan metode kultur air. Pengamatan yang dilakukan dari 0-2 MST membuktikan adanya pertumbuhan dengan bertambahpanjangnya akar kangkung. Kelompok II mengalami perubahan panjang, dari panjang awal 12 Cm menjadi 18 Cm, berarti akar tumbuh sepanjang 5.5 Cm selama 2 MST. Kelompok III pada 1 MST mengalami kematian, sehingga tidak bisa dilihat pertumbuhan akarnya. Kelompok V mengalami petumbuhan sepanjang 5 Cm dari panjang awal 13 Cm. Begitu juga dengan kelompok VI, mengalami pertubuhan sepanjang 7.8 Cm dari panjang awal 10 Cm selama 2 MST.Data dari kelompok I juga menerangkan bahwa akar mengalami pertumbuhan, namun pada 1 MST panjang akar lebih pendek dari 0 MST. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan saat mengukur. Pengukuran dilakukan oleh praktikan yang berbeda tiap minggunya, subjektivitas dari masing-masing praktikan tentunya berbeda. Tapi pada 2 MST yang merupakan minggu terakhir akar mengalami kenaikan menjadi 11.6 Cm yang awalnya 11.5 Cm. Rata-rata semua kelompok pada perlakuan Growmore tanaman mengalami pertumbuhan akar sepanjang 4.6 Cm

Hyponex merupakan perlakuan yang diberikan sebagai uji pembanding pada perlakuan growmore. Perlakuan hyponex selama 2 MST mengalami pertumbuhan akar pada masing-masing kelompok I-VI adalah 2.9 cm, 2.5 cm, 1 cm, 0.5 cm, 4.5 cm, dan Kelompok VI konstan. Rata-rata pertumbuhan akar yang diperoleh dari

Page 103: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

99

ke enam kelompok tersebut adalah 1.9. Kelompok 1 mengalami pertumbuhan diatas rata-rata ke enam kelompok yaitu 2.9 Cm. Artinya, kelompok I mengalami pertumbuhan akar yang normal.

Ketiga perlakuan yang dilakukan yaitu kontrol, Growmore, dan Hyponex didapatkan nilai rata-rata pertumbuhan akar dari masing-masing perlakuan. Kontrol 2.9 cm, Growmore 4.6 cm, dan Hyponex 1.9 cm.

Tidak sedikit tanaman kangkung yang mengalami penurunan jumlah daun selama 2 MST. Pada perlakuan kontrol, hal tersebut terjadi pada kelompok I, III, IV, dan V. Terutama untuk kelompok I, penurunan jumlah daun terjadi karena daun gugur dan kering. Semua daun pada tanaman kangkung kelompok I gugur pada perlakuan kontrol. Tidak tersedianya unsur hara khusunya Fe pada perlakuan kontrol menjadi penyebab gugurnya semua daun kangkung kelompok I. Gejala kekurangan Fe ditandai dengan warna kuning pada daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan, kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti (Anonim 2013).

Pupuk daun Hyponex lebih mampu mempertahankan jumlah daun dari pada Growmore. Pada kelompok I, Growmore selama 2 MST jumlah daun yang gugur 1 daun dan Hyponex kelompok I jumlah daun yang gugur 2 daun. Namun dibandingkan dengan data kelas rata-rata hyponex lebih dapat mempertahankan daun.

Jumlah akar dilakukan pengamatan selama 2 MST. Berdasarkan data hasil pengamatan, perlakuan kontrol kelompok 1 jumalah awal akar 13 buah selama 2 MST jumlah bertambah menjadi 22. Sembilan akar baru muncul pada kelompok I selama 2 MST. Jumlah akar baru yang muncul pada kelompok II, III, IV, V, dan VI secara berurutan yaitu 6, 27, 7, 3, dan 13. Nilai tersebut didapat dari selisih jumlah akar 2 MST dikurangi 0 MST.

Data yang didapat untuk perlakuan larutan growmore tidak akurat karena dua tanaman kangkung kelompok III dan V sebagai percobaan mati pada 1 MST. Hal tersebut mempengaruhi hasil rata-rata kelas. Kelompok I untuk perlakuan Growmore jumlah akar awal 3 dan jumlah akar setelah 2 MST 11. Akar baru yang muncul pada kelompok I sebanyak 8 akar. Kelompok IV dan VI muncul akar baru sebanyak14 dan 7 buah akar selama 2 MST. Beberapa kelompok yang lain tidak dapat dijadikan sebagai data yang akurat karena adanya kematian.

Skor warna daun diamati dengan pemberian angka atau nilai yang menjadi acuan warna, 1 = Hijau tua, 2 = Hijau, 3 = Hijau kuning, 4 = Kuning. Pengamatan dilakukan selama 2 MST.

Perlakuan kontrol kelompok satu warna daun dari 0 MST-1 MST hijau kuning dan pada 2 MST semua daun kangkung kelompok I gugur. Rata-rata semua kelompok untuk perlakuan kontrol selama 2 MST kondisi warna daun tetap sama seperti kondisi 0 MST. Perlakuan Growmore membuat daun pada kelompok I pada 2 MST lebih hijau dari kondisi 0 MST. Namun, perlakuan Growmore tidak bisa diambil kesimpulan secara tepat karena beberapa tanaman dari kelompok III, IV, dan V tidak muncul warna daun disebabkan kematian. Perlakuan Hyponex terjadi perbedaan data antar masing kelompok karena bahan praktikum yang tidak seragam. Namun secara keseluruhan warna daun secara umum dapat dikatakan konstan dan cenderung tampak lebih hijau.

Page 104: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

100

KESIMPULAN DAN SARAN

Nutrisi pada tanaman harus terpenuhi secara optimal dan kandungan unsur hara media tanam mendukung tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Berdasarkan percobaan nutrisi tanaman dengan metode kultur air yang dilakukan oleh tiap-tiap kelompok yang dijadikan sebagai data kelas dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan pupuk Hyponex (10-45-15) selama 2 MST untuk kultur air kangkung secara umum pertumbuhannya lebih baik dibandingkan pupuk Growmore (32--10-10).

2. Tidak adanya unsur hara pada media tanam menyebabkan berbagai defisiensi pada tanaman.

3. Pengurangan jumlah akar, jumlah daun dan panjang akar yang terjadi pada tanaman kangkung adalah salah satu tanda yang menunjukan tanaman kangkung mengalami malnutrisi

SaranMemperoleh data percobaan yang valid perlu didukung dengan metodologi

kerja yang benar-benar sesuai. Data pengamatan yang diperoleh terkesan tidak sesuai pada semestinya. Menggunakan bahan percobaan (tanaman kangkung) yang seragam merupakan hal yang penting. Kesesuaian data mempermudah praktikan dalam mengambil kesimpulan.

Page 105: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

101

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2013.Kekurangan unsur hara pada tanaman tomat. 3 Desember 2015 <http://simkomoditas.diperta.jabarprov.go.id/uploads/Kekurangan_Unsur_Hara_pada_Tomat1_thumb.pdf>

Dwidjoseputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta

Endang, Dwi P. 2013. Rumput dan Legum : Sebagai Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hakimah Halim, 2002. Buku Ajar Nutrisi Tanaman. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Pertanian. Banjarbaru.

Juliantara, I Ketut. 2009. Hidroponik. 3 Desember 2015. http://www.kompasiana.com/ikpj/hidroponik_54ff4169a33311d54c50f82c

Rukmana, R. 1994 . Kangkung. Kanisius. Yogyakarta.

Suratman, Priyanto, D., dan A. D. Setyawan. 2000. Analisis Keragaman Genus Ipomoea Berdasarkan Karakter Morfologi. Surakarta. UNS.

Sutiyoso, Y. 2004. Hidroponik ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 106: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

102

LAMPIRANLampiran

Panjang Akar (cm)

Grafik 1 Panjang akar perlakuan kontrol

Grafik 2 Panjang akar perlakuan Growmore

Page 107: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

103

Grafik 3 Panjang akar perlakuan Hyponex Jumlah Daun

Grafik 4 Jumlah daun perlakuan kontrol

Grafik 5 Jumlah daun perlakuan Growmore

Page 108: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

104

Grafik 6 Jumlah daun perlakuan Hyponex

Jumlah akar

Grafik 7 Jumlah akar perlakuan kontrol

Page 109: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

105

Grafik 8 Jumlah akar perlakuan Growmore

Grafik 9 Jumlah akar perlakuan Hyponex

Page 110: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

106

Foto Hasil Pengamatan

(a) (b) (c)

Gambar 1Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-nol : (a) kontrol; (b) growmore; (c) Hyponex

(a) (b) (c)

Gambar 2 Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-satu: (a) kontrol; (b) growmore; (c) Hyponex

Gambar 3 Kangkung setiap perlakuan di minggu ke-dua: (a) kontrol; (b) growmore; (c) Hyponex

(a) a b(b) (c) (a) (b) (c)

Page 111: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

107

BAB 8KURVA SIGMOID

PENDAHULUANPertumbuhan merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Seperti

makhluk hidup lainnya, tumbuhan atau tanaman juga mengalami proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan yang paling sederhana dapat diamati dari penambahan volume tubuh tumbuhan dan penambahan jumlah organ.

Pada dasarnya pertumbuhan tanaman bisa disederhanakan dalam tiga fase berdasarkan kecepatan perubahannya. Fase pertama adalah fase logaritmik merupakan fase dimana kecepatan pertumbuhan masih lambat dan lama lama semakin cepat hingga fase selanjutnya yaitu fase linier dimana pertumbuhan tanaman konstan dan memasuki fase penuaan dimana laju pertumbuhan mengalami penurunan. Fase – fase tersebut dapat diamati dan membentuk huruf S (sigmoid).

Dengan alasan diatasn praktikum ini dilakukan. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari laju tumbuh organ tanaman.

TINJAUAN PUSTAKAPertumbuhan adalah proses pertambahan volume yang irreversible (tidak

dapat balik) karena adanya pembelahan mitosis atau pembesaran sel; dapat pula disebabkan keduanya. Pertumbuhan dapat di ukur dan dinyatakan secara kuantitatif, contohnya pertumbuhan batang tanaman dapat diukur dengan busur pertumbuhan atau auksanometer. Perkembangan adalah terspesialisasinya sel-sel menjadi struktur dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan (Pratiwi DA et al. 2007).

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup; baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan. Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra et al. 2009).

Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling sering dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model sigmoid. Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan) meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman. Liku demikian dapat simetris, yaitu setengah bagian pangkal sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok terletak diantara dua asimtot. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih

Page 112: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

108

tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. (Tjitrosomo 1999).

Pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun, tergantung pada organisme tetapi pola kumpulan sigmoid tetap merupakan ciri semua organisme, organ, jaringan, bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan, volume, luas daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S atau kurva sigmoid. Misalnya pertumbuhan kecambah, yang pertumbuhannya lambat dinamakan fase eksponensial, fase ini relative pendek dalam tajuk budidaya. Selanjutnya fase linear yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan pertumbuhan konstan. Fase yang terakhir adalah fase senescence, yaitu fase pematangan tumbuhan atau fase penuaan (Gardner FP 1999).

Fase pertumbuhan eksponensial juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan senderung singkat, mengikuti nilai logaritmik dari volume tumbuhan. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury FB 1995).

Page 113: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

109

METODOLOGI KERJATEMPATPraktikum dilaksanakan di LAB CA BIO 01 Program Diploma IPB dan

Screen House Program Diploma IPB.ALAT DAN BAHANPraktikum Pengamatan Kurva Sigmoid membutuhkan alat sebagai

berikut : nistar, alat tulis, dan polybag. Bahan yang dibutuh kan dari praktikum ini adalah : Benih Jagung (Zea mays), tanah, pupuk kandang, arang sekam, urea, SP-36, dam KCl.

CARA KERJA

Page 114: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

110

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASILHasil dari praktikum ini berupa catatan pertumbuhan yang diamati dari

empat aspek, yaitu : tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun. Hasil dari praktikum ini dapat diamati dari tabel-tabel di bawah ini :

Gambar 1 Grafik penambahan tinggi tanaman setiap satu minggu(cm)

Gambar 2 Grafik penambahan jumlah daun setiap minggu.

Page 115: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

111

Gambar 3 Grafik penambahan panjang daun setiap minggu (cm)

Gambar 3 Grafik penambahan lebar daun setiap minggu (cm).

PEMBAHASANPertumbuhan tanaman secara kumulatif dapat disederhanakan menjadi

beberapa fase. Fase-fase tersebut dibedakan berdasarkan dari kecepatan pertambahan ukuran dan jumlah sel yang dapat diamati dari pertambahan tinggi, volume, dan jumlah organ. Perlu diingat dan menjadi catatan dalam praktikum ini pertambahan ukuran dan jumlah organ tidak dapat diambil sebagai kesimpulan dari pengamatan sederhana seperti yang dilakukan, namun pengamatan ini dapat menjadi ukuran secara sederhana dalam mengetahui laju pertumbuhan tanaman.

Page 116: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

112

Aspek yang diamati dalam pengamatan ini adalah tinggi tanaman (Gambar 1), jumlah daun (gambar 2), panjang daun (gambar 3), dan lebar daun (gambar 4).

Kemiringan dari grafik tinggi tanaman (gambar 1) tidak memiliki banyak perbedaan. K 1, 2,4,5 memiliki kemiringan yang hampir sama pada 1 MST hingga 4 MST ini menunjukan tanaman mengalami penambahan tinggi yang makin lama makin cepat, diteruskan dengan K5 yang tetap pada kemiringan yang hampir sama hingga 7 MST lalu menanjak di minggu setelahnya. Dimulai dari 5 MST hingga 6 MST K 1,2,4 menunjukkan perubahan dalam laju penambahan tinggi tanaman kenaikan yang cukup signifikan, bisa dilihat dari kemiringan grafik yang lebih curam dari sebelumnya menunjukan pertumbuhan tanaman yang mulanya lambat mulai cepat dapat diami bahwa tanaman sedang dalam fase logaritmik berdasar kenaikannya. Fase logaritmik juga dapat diamati dalam 1 MST hingga 7 MSt K 6, dan seluruh pengamatan K 3. Fase selanjutnya yaitu fase linier dapat diamati dari kemiringan yang sama dilihat dari K 1,2,3,4,5 4 MST hingga 7 MST dari kemiringan yang dapat diamati cukup stabil (tidak berubah) menunjukkan perubahan tinggi tanaman tidak begi signifikan.

Gambar 2 menunjukkan perubahan dalam jumlah daun. K 1 memili pertambahan daun yang terus fluktuatif ini menunjukan semua pengamatan K1 tanaman dalam fase logaritmik, sedangkan K 2,3,4,5 fase logarimik berakhir pada 4 MST dimana kemiringan tidak terlalu curam.

Gambar 3 dan 4 menunjukan panjang dan lebar daun secara berurutan. Dari gambar tersebut dapat mewakili sebbagi perubahan ukuran daun yang makin lama makin besar. Gambar 3 menujukan perubahan laju penambahan panjang daun pada K 1,4,5 mengalami kemiringan pada 1 MST hingga 2 MST dan menunjukan kemiringan yang linier pada minggu setelahnya. Pada kasus k 6 kemiringan linier didapati pada 6 MST dan K 2 linier seteh 7 MST. Pada gambar 4 menunjukan kemiringan yang hampir linier.

Catatan yang perlu diambil dari pembahasan praktikum ini adalah rata-rata minggu satu (1 MST) dari kelompok 6 (K6) adalah nol karena tanaman yang ditanam oleh K 6 masih belum tumbuh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari pengamatan dan pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Grafik tidak menujukan kurva “S”. Tanaman hanya menunjukan fase Logaritmik dan Linier Alasan yang bisa dipercaya adalah taaman jagung sebagi tanaman

determinate (terbatas pertumbuhanya) belum mencapai masa pembungaan sehingga tidak dapat menunjukan penurunan laju pertumbuhan.

Saran untuk praktikum ditahun depan adalah penambahan waktu pengamatan hingga masa berbunga tanaman yang diharapkan mampu menunjukan fase penuaan.

Page 117: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

113

DAFTAR PUSTAKAPratiwi D.A, dkk. 2007. Biologi. Jakarta: ErlanggaLatunra. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II. Makassar:

Universitas Hasanuddin.Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa: BandungGardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Universitas Indonesia Press: Jakarta.Salisbury. F.B.1995.Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan.ITB:

Bandung

Page 118: Laporan Praktikum Pengantar Fisiologi Tanaman Kelompok 1 Praktikum 1 PK TIB Prog Dip IPB 2015

114

LAMPIRAN

Tabel 1 Tinggi tanaman jagungTanaman Tinggi Tanaman (cm)

1 2 3 4 5 6 7 81 5.35 30.00 44.15 84.80 99.24 113.55 119.10 128.272 2.74 21.24 42.38 66.21 97.35 113.33 113.92 124.833 1.60 7.80 11.00 17.00 20.30 30.63 49.50 55.574 1.26 28.29 44.86 71.67 97.17 114.37 110.79 117.845 6.40 29.50 46.70 62.80 76.50 87.80 103.50 120.106 0.00 13.50 15.76 25.10 45.41 80.00 88.85 103.50

Tabel 2 jumlah daun tanaman jagungTanaman Jumlah Daun (n)

1 2 3 4 5 6 7 81 1.50 4.25 6.00 7.00 8.00 9.00 11.75 13.502 0.94 3.75 5.69 7.00 7.08 8.13 8.13 7.963 2.00 4.00 5.40 6.63 5.70 5.05 6.50 6.304 1.26 3.79 6.21 6.13 6.88 5.83 6.09 6.255 1.75 4.00 6.50 6.50 7.25 6.50 6.75 6.756 0.00 3.13 3.72 6.33 9.66 7.00 7.50 8.25

Tabel 3 Panjang daun tanaman jagungTanaman Panjang Daun (cm)

1 2 3 4 5 6 7 81 3.8 26.5 37.575 49.425 57.6 61.975 68.45 72.42 0.85 15.03 28.75 73.83 64.44 75.79 80.73 85.423 2.80 11.00 18.00 29.65 40.83 45.00 59.50 53.854 1.26 13.89 18.98 35.24 51.47 62.89 65.43 64.785 4.97 13.80 22.40 33.80 40.85 51.10 59.70 66.606 0.00 1.73 9.90 15.45 25.30 56.08 61.41 72.33

Tabel 4 Lebar daun tanaman jagungTanaman Lebar Daun (cm)

1 2 3 4 5 6 7 81 1.50 1.15 2.70 3.75 4.95 6.00 6.40 6.902 0.76 1.46 2.91 6.20 5.62 6.93 7.36 7.733 1.30 1.50 1.70 2.00 2.38 3.75 5.05 6.304 1.26 2.10 3.33 3.08 3.91 5.50 6.05 5.435 1.40 1.53 1.90 2.50 3.70 4.60 5.80 6.406 0.00 9.60 2.06 2.56 3.54 5.16 5.74 6.63