Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

20
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MEKANISME SENSORIK KELOMPOK A4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Tahun Ajaran 2010/2011

Transcript of Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Page 1: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

MEKANISME SENSORIK

KELOMPOK A4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Tahun Ajaran 2010/2011

Page 2: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Daftar Presensi Kehadiran Anggota Kelompok

Ketua Kelompok :

GIL RANDY BUDIYANTO (102010054) ..........................

Anggota Kelompok :

DANNY SUMARGO (102010004) ..........................

ANTHONY HADI WIBOWO (102010012) ..........................

ANDREINO ADYTHIA PAUSE (102010020) ..........................

NOVITA (102010025) ..........................

PRICILIA A. WANDANY (102010033) ..........................

FATRECIA RITA YUNITA DS (102010046) ..........................

KEZIA NATANIA SWS (102010041) ..........................

MUHAMMAD HANIF (102010361) ..........................

Page 3: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Tujuan Percobaan :

Alat dan Bahan :

1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, 40o

2. Gelas beker dan termometer kimia

3. Es

4. Alkohol dan eter

5. Kerucut kuningan + bejana berisi kikiran + kuningan + estesiometer rambut frey + jarum

6. Pensil + jangka + berbagai amplas + benda – benda kecil + bahan-bahan pakaian.

Cara Kerja :

I. PERASAAN SUBYEKTIF PANAS dan DINGIN

1. Sediakan waskom yang berisi air dengan suhu 20,30 dan 40

2. Masukan tangan kanan kedalam air yang panas dan tangan kiri ke dalam air dengan suhu

200 selama 2 menit

3. Catat kesan secara alami

4. Dan setelah 2 menit masukan kedua tangan dengan serempak ke dalam air bersuhu 300

5. Tiup perlahan – lahan punggung tangan dalam jarak 10 cm

6. Basahi punggung tangan dan tiup sekali lagi dan catat perbedaan rasa pada tiupan

pertama dan kedua

7. Kemudian olesi dengan eter dan alkohol lalu tiup kembali dan catat apa yang dirasakan

II. TITIK-TITIK PANAS, DINGIN, TEKAN, dan NYERI di KULIT

1. Letakan punggung tangan kanan di sehelai kertas dan lukis tangan akan di sebuah kertas

2. Gambarkan di telapak tangan itu sebuah kotak 3x3 cm dan gambarkan pula daerah itu di

kertas. kotak 3x3cm, dibuat lagi menjadi 12x12,jadi jumlahnya ada 144 kotak kecil

3. Tutup mata OP dan letakan tangan kanannya santai di atas meja

4. Selidikilah kotak – kotak itu mana yang memiliki rangsang panas dengan menggunakan

kerucut kuninggan yang telah dipanasi, caranya adalah dengan menempatkan kuninggan

di air yang bersuhu kira – kira 500 tandai titik panas dengan tinta

Page 4: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

5. Ulangi percobaan tadi namun dengan kerucut kuninggan yang dingin untuk mencari titik

dingin pada telapak tangan

6. Selidikipula menurut cara di atas titik – titik yang memberikan kesan tekan tengan

menggunakan estesiometer rambut frey dan titik – titik yang memberikan kesan nyeri

pada jarum

7. Gambarkan simbol berbeda semua titik pada gambar

III. LOKALISASI TAKTIL

1. Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.

2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasikan tempat yang baru dirangsang tadi

dengan ujung sebuah pensil pula.

3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.

4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,

telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

IV. DISKRIMINASI TAKTIL

1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik ujung jari dengan menempatkan

kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai dibawah ambang dan kemudian jauhkan

berangsur-angsur sehingga kedua ujung jngka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.

3. Ulangi percobaan ini dari satu jarak permulaan di atas ambang. Ambil jangka ambang

terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung

jangka secara berturut-turut (suksesif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik

ujung jari, tengkuk dan pipi.

6. Catat apa yang saudara alami.

V. PERASAAN BERIRINGAN

1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama

saudara melakukan percobaan VI.

Page 5: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatkah pensil dari daun telinga saudara

dan apakah yang saudara rasakan setelah pensil diambil?

VI. DAYA MEMBEDAKAN BERBAGAI SIFAT BENDA

A. Kekerasann Permukaan Benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang

mempunyai derajat kekasaran yang berbeda.

2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.

B. Bentuk Benda

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda kecil yang

saudara berikan (pensil, penghapus, rautan, koin, dan lain-lain).

2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

C. Bahan Pakaian

1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan pakaian yang saudara

berikan.

2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu. Bila

OP membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat,

permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya.

VII. TAFSIRAN SIKAP

1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.

2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekta kepalanya, ke

dekat dadanya, kedekat lututnya dan akhirnyaa gantungkan disisi badannya.

3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.

4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknnya menyentuh telinga, hidung, dahinya dengan

perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.

5. Perhatikan apakah ada kesalahan. Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan

tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologisnya.

Page 6: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Hasil Percobaan :

Percobaan I :

Saat tangan kanan dimasukkan kedalam baskom yang berisis air yang bersuhu 20o C, tangan

terasa dingin sedangkan tangan kiri yang dimasukin kedalam baskom yang berisis air yang

bersuhu 40o C, tangan terasa hangat.

Setelah dua menit tangan secara bersamaan dimasukkan ke baskom yang berisi air yang

bersuhu 30o C maka tangan kanan secara langsung merasa hangat dan tangan kiri justru

merasa dingin.

Kulit punggung tangan kering ditiup, hasil yang didapatkan adalah kulit punggung tangan

kanan tidak merasakan apa-apa sedangkan tangan kiri terasa semakin dingin.

Setelah kulit punggung tangan dibasahi kembali dan ditiup, hasil yang didapatkan masih

sama seperti yang di

Landasan Teori

l Fisiologi Reseptor

Pada dasarnya dalam tubuh manusia memiliki kemampuan untuk merasakan berbagai

rangsangan yang ditimbulkan baik dari luar maupun dari dalam tubuh. Kemampuan ini disebut

dengan kemampuan sensorik. Kemampuan sensorik masing-masing manusia ditunjang dengan

keberadaan saraf-saraf sensorik yang mampu menerima rangsangan dan menghantarkannya ke

pusat saraf untuk diolah lebih lanjut menjadi sinyal saraf.

Proses perjalan rangsangan yang diterima oleh saraf ini secara singkat melalui sistem saraf

perifer yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian-bagian

lain tubuh. Divisi aferen sistem saraf perifer mengirim informasi mengenai lingkungan internal

dan eksternal ke SSP.

Page 7: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Pada ujung-ujung perifernya, neuron aferen memiliki reseptor yang memberitahukan pada

SSP mengenai perubahan-perubahan yang dapat dideteksi, atau rangsangan baik dari dunia luar

maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap

rangsangan. Potensial aksi ini disalurkan melalui serat aferen ke SSP. Rangsangan terdapat

dalam berbagai bentuk energi atau modalitas misalnya, panas, cuaca, suara, tekanan atau

perubahan kimiawi. Karena satu-satunya cara yang dapat digunakan neuron aferen untuk

mengirim informasi ke SSP adalah melalui pejalaran potensial aksi, reseptor harus merubah

energy- energi itu menjadi energi listrik. Proses perubahan energi ini disebut transduksi.

Setiap jenis reseptor mengkhususkan diri untuk lebih mudah berespon terhadap satu

rangsangan, yaitu rangsangan adekuatnya, daripada rangsangan lain. Sebagai contoh, reseptor di

mata paling peka terhadap cahaya, reseptor di telinga terhadap gelombang cahaya, reseptor panas

di kulit terhadap energi panas. Kita tidak dapat “melihat” dengan telinga kita atau “mendengar”

dengan mata kita. Karena perbedaan kepekaan reseptor tersebut, suatu prinsip yang dikenal

dengan hukum energi saraf spesifik. Sebagian reseptor dapat berespons secara lemah terhadap

rangsangan selain ransangan adekuatnya., tetapi jika diaktifkan oleh rangsanggan lain, maka

suatu reseptor memberikan sensasi yangt biasanya ditimbulkan dideteksi oleh reseptor jenis

tersebut. Contohnya, rangsangan adekuat untuk mata adalah cahaya, terhadap cahaya reseptor itu

sangat peka tapi reseptor ini dapat diaktifkan dengan stimulasi mekanis. Sewaktu terpukul di

mata seseorang akan sering melihat “ bintang – bintang” karena tekanan mekanis merangsang

fotoreseptor.

Dengan demikian, sensasi yang dirasakan bergantung pada jenis reseptor yang dirangsang

bukan pada jenis rangsangan. Namun karena reseptor ini biasanya dirangsang oleh rangsangan

adekuatnya, sensasi biasanya sesuai dengan modalitas rangsangan.

Rangsangan yang diterima oleh saraf-saraf sensorik yang berasal dari permukaan tubuh

disebut sebagai sensasi eksteroreseptif. Selain itu adapula sensasi proprioseptif yang

berhubungan dengan keadaan fisik tubuh, meliputi sensasi posisi, sensasi tendon dan otot,

sensasi tekan yang berasal dari tapak kaki, dan sensasi keseimbangan tubuh. Sensasi viseral

merupakan sensasi yang berasal dari organ visera tubuh; secara khusus istilah ini seringkali

dipakai untuk menyatakan sensasi yang berasal dari organ dalam. Dan jenis sensasi yang terakhir

adalah sensasi dalam yang merupakan sensasi yang berasal dari organ-organ dalam, seperti fasia,

Page 8: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

otot, dan tulang. Sensasi terutama meliputi tekanan “dalam”, rasa nyeri dan getaran. Untuk

masing-masing rangsangan ini, tubuh memilki reseptornya masing-masing.

Bedasarkan jenis energi yang biasanya mereka tanggapi reseptor-reseptor dikategorikan

sebagai berikut:

1. Fotoreseptor : Peka terhadap cahaya.

2. Mekanoreseptor : peka terhadap energi mekanis. Contohnya adalah reseptor otot rangka

yang peka terhadap peregangan, reseptor ditelinga yang mengandung sel – sel rambut

halus yang menekuk akibat adanya gelombang suara dan baroreseptor pemantau tekanan

darah.

3. Termoreseptor : peka terhadap perubahan suhu, yaitu suhu panas dan dingin.

4. Osmoreseptor : mendektesi perubahan konsentrasi zat – zat terlarut dalam cairan tubuh

dan perubahan aktivitas osmotik yang terjadi.

5. Kemoreseptor : peka terhadap zat – zat kimia tertentu. Kemoreseptor mencakup

reseptor–reseptor untuk penghidu dan pengecapan serta reseptor yang terletak jauh di

dalam tubuh yang mendeteksi konsentrasi O2 dan CO2 di dalam darah atau zat kimia yang

terdapat di dalam saluran pencernaan.

6. Nosiseptor : reseptor nyeri yang peka tehadap kerusakan jaringan, misalnya akibat

tuusukan atau terbakar atau terhadap ditorsi jaringan. Rangsangan yang berlebihan

terhadap semua reseptor juga dirasakan sebagai nyeri.

l Macam-macam Reseptor

Reseptor dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kecepatan adaptasinya yaitu, reseptor

tonik dan reseptor fasik. Reseptor tonik merupaka reseptor yang beradaptasi dengan lambat atau

sama sekali tidak beradaptasi contohnya adalah reseptor regang otot, yang memantau kekuatan

otot, dan proprioseptor sendi yang mengukur derajat fleksi sendi. Sedangkan Reseptor fasik

adalah reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor-reseptor yang cepat beradaptasi antara lain

adalah reseptor taktil (sentuh di kulit) yang memberitahu mengenai perubahan tekanan pada

permukaan kulit.

Page 9: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Salah satu organ yang berperan dalam menerima rangsangan dari luar tubuh adalah kulit.

Kulit merupakan organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis antara

lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat dalam

mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi penting lain. Kulit terdiri dari 2 lapisan, epidermis

dilapisan luar dan lapisan dermis di dalam. Terdapat beberapa jenis sensasi yang dapat dirasakan

oleh kulit yaitu, sensasi raba, tekan, dingin, hangat dan nyeri.

Pada kulit terdapat banyak reseptor taktil, namun yang paling dikenal ada 6 jenis reseptor.

Yang pertama, beberapa ujung saraf bebas, yang dapat dijumpai di semua bagian kulit dan

jaringan-jaringan lainnya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. Contohnya kontak dengan

cahaya pada kornea mata, yang tidak mengandung ujung saraf lain kecuali ujung saraf bebas,

namun demikian dapat merasakan sensasi raba dan sensasi tekan.

Kedua, reseptor raba dan sensitivitas khusus yakni badan meissner, yang merupakan

juluran ujung saraf bermielin yang dapat merangsang serabut saraf sensorik besar mielin (jenis

Aβ). Di dalam selaput ini terdapat banyak percabangan ujung filamen saraf. Jenis reseptor ini

dapat dijumpai pada bagian kulit yang tidak berambut dan terutama banyak sekali dijumpai di

ujung jari, bibir, dan daerah kulit lain sehingga orang mampu membedakan sifat-sifat ruang

dari sensasi raba yang sangat berkembang. Reseptor ini terutama sekali peka terhadap

pergerakan objek yang sangat sedikit di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran

berfrekuensi rendah.

Ketiga, ujung jari dan daerah-daerah lainnya yang mengandung banyak sekali badan

meissner juga mengandung banyak reseptor taktil yang ujungnya meluas, dimana salah satu

jenisnya adalah diskus Merkel. Bagian kulit yang berambut juga mengandung cukup banyak

ujung reseptor yang melebar, walaupun bagian kulit ini hampir sama sekali tidak mengandung

badan Meissner. Diskus merkel juga dipersarafi oleh satu jenis serabut saraf tunggal besar

bermielin (jenis Aβ). Reseptor in bersama-sama dengan badan Meissner, sangat berperan penting

dalam melokalisasikan sensai raba di daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan

bentuk apa yang dirasakan.

Keempat, pergerakan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf

yang pangkalnya melilit. Jadi, setiap rambut dan bagian dasar serabut saraf, yang disebut organ

Page 10: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

ujung rambut (hair end organ), juga merupakan reseptor raba. Reseptor ini dapat segera

beradaptasi, oleh karena itu, seperti halnya badan meissner, reseptor terutama mendeteksi

pergerakan objek pada permukaan tubuh atau kontak awal dengan tubuh.

Kelima, dilapisan kulit dan juga di jaringan yang lebih banyak dijumpai ujung organ

Ruffini, yang bercabang banyak, ujungnya bermielin. Adaptasi ujung organ ini sangat kecil,

sehingga reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan kulit dan jaringan yang lebih

dalam yang datang terus-menerus, misalnya sinyal raba dan tekan yang besar dan datangnya

terus-menerus.

Keenam, badan Paccini terletak tepat dibawah kulit dan juga di jaringan fasia tubuh.

Reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh pergerakan jaringan yang cepat karena reseptor ini

dapat beradaptasi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, reseptor ini berguna untuk

mendeteksi getaran jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan.

l Sensasi Suhu

Pada dasarnya manusia dapat merasakan bermacam-macam gradasi panas dan dingin,

yakni mulai dari suhu yang paling dingin lalu suhu suhu dingin, sampai suhu yang sejuk,

selanjutnya dari suhu hangat sampai panas dan akhirnya sampai panas yang menyengat.

Gradasi termal dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga macam reseptor sensorik yaitu

reseptor dingin, reseptor hangat, dan reseptor rasa nyeri. Reseptor rasa nyeri hanya di rangsang

oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrem, karena itu bersama dengan reseptor dingin dan

reseptor hangat bertanggung jawab terhadap terjadinya sensasi “sangat dingin” (freezing cold)

dan sensasi “panas yang menyengat” (burning hot).

Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-titik

yang berbeda dan terpisah-pisah, dengan diameter perangsangan kira-kira 1 mm. pada sebagian

besar daerah tubuh, jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat,

dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per

sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya

lebih sedikit.

Page 11: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

Terdapat dua jenis alat indera suhu yaitu alat yang terutama menajwab terhadap

rangsangan suhu yang sedikit di atas suhu tubuh, dan alat yang terutama menjawab terhadap

suhu yang sedikit di bawah suhu tubuh. Alat indewra yang pertama ini untuk reseptor suhu

panas dan yang kedua untuk reseptor suhu dingin. Meskipun demikian, rangsangan adekuat

sebenarnya adalah beda antara dua derajat panas, karena dingin bukan suatu bentuk energi.

Penelitian pemetaan kulit memperlihatkan adanya daerah peka dingin dan daerah peka

panas yang terpisah di kulit. Daerah dingin 4-10 kali lebih banyak daripada daerah panas. Alat

indera suhu adalah ujung-ujung saraf “telanjang” yang berespons terhadap suhu mutlak, bukan

terhadap gradien suhu di kulit. Reseptor dingin di kulit berespons terhadap suhu dari 10 sampai

38o C, dan reseptor panas terhadap suhu dari 30 sampai 45o C. Aferen untuk suhu suhu dingin

adalah serat C dan Aδ, sedangkan aferen untuk panas adalah serat C. aferen-afern ini

meneruskan informasi ke girus postsentralis melalui traktus spinotalmikus lateral dan radiasi

thalamus.

Oleh karena alat-alat indra terletak di daerah subepitel, suhu jaringan subkutislah yang

menetukan respon. Benda logam dingin terasa lebih dingin dari pada benda kayu dengan suhu

yang sama karena logam menghantarkan panas dari kulit lebih cepat, sehingga menyebabkan

jaringan subkutis lebih dingin. Pada suhu di bawah 20oC dan di atas 40oC tidak terjadi adaptasi,

tetapi diantara suhu 20oC dan 40oC ada adaptasi, sehingga kesan yang ditimbulkan oleh

perubahan suhu lama kelamaan akan menghilang menjadi kesan suhu netral. Ndi atas 45oC,

mulai terjadi kerusakan jaringan, dan sensasinya berubah menjadi nyeri. Reseptor kapsaisin

mungkin merupakan mediator untuk rasa panas 43-50oC.

l Titik-titik Panas, Dingin, Tekanan, dan Nyeri di Kulit

l Lokalisasi Taktil dan Diskriminasi Taktil

Setiap saraf somatosensorik hanya dapat merespon stimulus di daerah tertentu pada

permukaan kulit. Daerah ini disebut receptive field. Ukuran receptive field bervariasi bergantung

pada jumlah receptor dan ukuran receptornya. Semakin kecil ukuran receptornya, maka

seseorang mampu membedakan 2 titik dalam jarak yang semakin kecil pula (receptive fieldnya

kecil). Daerah tersebut memiliki receptor yang kecil namun banyak dan hal itu juga membuat

daerah ini memiliki daerah representasi yang besar pada korteks somatosensorik. Dengan ketiga

Page 12: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

faktor ini, bagian ini mampu membedakan dua titik sensorik dengan baik. Sebagai contoh,

cobalah lakukan percobaan diskriminasi taktil pada siku dan jari – jari tangan. Pendiskriminasian

taktil akan lebih baik pada jari – jari tangan dibandingkan dengan siku, karena siku memiliki

saraf sensorik berujung bebas yang sedikit dan memiliki receptive field yang besar. Sedangkan

pada jari – jari tangan memiliki sekitar 17.000 mechanoreseptor taktil yang berukuran kecil -

kecil.

Selain itu, ada juga faktor yang dinamakan lateral inhibition. Misalnya ketika kita

menekan tangan kita dengan ujung sebuah pensil. Stimulus dari pensil tidak hanya merangsang

receptive field di bawah pensil saja, namun juga daerah sekitar pensil juga terangsang. Apabila

informasi dari serat – serat aferen yang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah

rangsangan ini sampai korteks, lokalisasi ujung pensil tersebut akan kabur. Untuk mempermudah

kemampuan lokalisasi dan mempertajam kontras, di dalam SSP terjadi inhibisi lateral. Jalur

sinyal yang paling kuat diaktifkan yang berasal dari pusat rangsangan menghambat jalur – jalur

yang kurang terangsang yang berasal dari daerah sekitar pusat rangsangan. Hal ini terjadi melalui

berbagai antarneuron inhibitorik yang berjalan secara lateral antara serat – serat ascenden yang

mempersarafi receptive field yang berdekatan. Penghambatan transmisi sinyal yang lebih lemah

akan meningkatkan kontras antara informasi yang diinginkan dan tidak diinginkan sehingga

lokasi ujung pensil dapat dengan tepat ditentukan. Kekuatan koneksi inhibisi lateral di dalam

jalur – jalur sensorik bervariasi sesuai modalitas. Modalitas yang memiliki inhibisi lateral paling

hebat yaitu sentuhan dan penglihatan menghasilkan lokalisasi paling akurat.

Pada sentuhan di daerah tengkuk dan ujung jari, walau memiliki lateral inhibition yang

sama kuatnya sebagai saraf sensoris sentuhan, namun memiliki receptive field yang berbeda

ukurannya. Seperti pada penjelasan untuk diskriminasi taktil, pada tengkuk memiliki receptive

field yang besar (ukuran reseptor sensorisnya besar dan jumlahnya sedikit serta memiliki daerah

representasi pada korteks somatosensorik yang cenderung kecil). Ketika lateral inhibition

beraksi, maka daerah sentuh pensil pada titik di bawah pensil mulai terasa secara kontras. Namun

karena daerah sentuh tersebut cukup besar (misalnya receptive fieldnya besar, yaitu sekitar 2

cm), maka secara tepat dimana pensil itu disentuhkan tidak dapat dirasakan secara persis.

Perasaan sentuh itu akan dirasakan di receptive field itu (dalam daerah 2 cm) setelah tekanan

pensil diangkat. Hal inilah yang menyebabkan jarak lokalisasi taktil pada daerah tengkuk cukup

besar bila dibandingkan dengan ujung jari yang memiliki receptive field yang kecil.

Page 13: Laporan Praktikum Mekanisme Sensorik

l Perasaan Iringan (After Image)

l Indera Posisi

Indera posisi sering kali disebut juga sebagai indera propriseptif. Indera ini dapat di bagi

menjadi dua tipe yaitu : (1) indera posisi statis, yang berarti dengan sadar mampu melakukan

persepsi orientasi bagian-bagian tubuh satu sama lainnya, dan yang kedua adalah indera

kecepatan gerakan yang juga disebut kinestesia atau propriosepsi dinamik.

Reseptor indera posisi. Pengetahuan mengenai posisi, baik statik maupun yang

dinamaik, bergantung pada pengetahuan mengenai derajat sudut semua sendi pada semua posisi

dan kecepatan perubahannya. Oleh karena itu, berbagai jenis reseptor multipel yang berbeda

membantu untuk menentukan sudut sendi dan digunakan bersama-sama untuk indera posisi.

Reseptor raba kulit dan reseptor dalam disekitar sendi digunakan pula. Pada jari-jari, yang

memilki reseptor kulit sangat banyak, sebagian pengenalan posisi diduga dilakukan oleh reseptor

kulit. Sebaliknya, pada kebanyakan sendi besar, reseptor dalam bersifat lebih penting.

Pada sudut sendi yang ekstrem, regangan ligamen dan jaringan dalam disekitar sendi

adalah faktor tambahan penting dalam menentukan posisi. Jenis ujung-ujung sensorik yang

digunkana dalam hal ini adalah korpuskel pacini, ujung-ujung Ruffini, dan reseptor yang serupa

dengan reseptor tendo Golgi yang ditemukan pada tendon otot.

Korpuskel pacini dan gelendong otot terutama diadaptasikan untuk mengenali perubahan

dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa ini adalah reseptor yang

paling bertanggung jawab untuk mengenali kecepatan pergerakan.