Laporan Praktikum Lapang Sanitasi dan Higiene

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan perikanan dalam pembangunan ekonomi cukup besar, baik sebagai penghasil bahan pangan sumber protein maupun sebagai penghasil devisa negara. Akan tetapi hasil perikanan merupakan komoditas yang mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu penanganan yang tepat juga akan memberikan nilai tambah (value added) terhadap harga jual produk. Hal ini diperlukan saat-saat musim ikan, dimana musim panen ikan sangat murah tetapi permintaan konsumen cenderung stabil atau tidak meningkat, sehingga ikan tidak habis dipasarkan dalam keadaan segar. Sehingga masyarakat nelayan mengupayakan dengan usaha pengolahan dan pengawetan ikan dengan berbagai cara perlakuan yaitu pengeringan atau pengasinan, pemindangan dan pengasapan. Akan tetapi kualitas produk-produk akhir olahan tradisional masih relative rendah dalam arti belum memenuhi Standar Nasional Indonesia. Seperti halnya pada usaha pengolahan dan pengawetan ikan yang berada di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Muncar. Jenis usaha yang mendominasi adalah pengeringan atau pengasinan ikan. Proses 1

description

Laporan Praktikum Lapang Sanitasi dan Higiene pada pengolahan tradisional penggeringan ikan

Transcript of Laporan Praktikum Lapang Sanitasi dan Higiene

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeranan perikanan dalam pembangunan ekonomi cukup besar, baik sebagai penghasil bahan pangan sumber protein maupun sebagai penghasil devisa negara. Akan tetapi hasil perikanan merupakan komoditas yang mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu penanganan yang tepat juga akan memberikan nilai tambah (value added) terhadap harga jual produk. Hal ini diperlukan saat-saat musim ikan, dimana musim panen ikan sangat murah tetapi permintaan konsumen cenderung stabil atau tidak meningkat, sehingga ikan tidak habis dipasarkan dalam keadaan segar. Sehingga masyarakat nelayan mengupayakan dengan usaha pengolahan dan pengawetan ikan dengan berbagai cara perlakuan yaitu pengeringan atau pengasinan, pemindangan dan pengasapan. Akan tetapi kualitas produk-produk akhir olahan tradisional masih relative rendah dalam arti belum memenuhi Standar Nasional Indonesia. Seperti halnya pada usaha pengolahan dan pengawetan ikan yang berada di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Muncar. Jenis usaha yang mendominasi adalah pengeringan atau pengasinan ikan. Proses produksi ikan asin kering yang dilakukan pada daerah tersebut tergolong masih tradisional dengan kondisi lingkungan yang ditinjau secara hygiene dan sanitasi kurang memenuhi syarat. Dan perlu adanya pengkajian tentang penerapan kelayakan dasar pengolah terutama pada produk ikan asin kering, khususnya di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Muncar untuk menjamin keamanan serta peningkatan mutu kualitas dari produk pengolahan pengeringan ikan tersebut.

1.2 TujuanPraktikum lapang mata kuliah Sanitasi dan Higiene memiliki beberapa tujuan sebagai berikut 1. Mengetahui resiko kontaminan pada produk hasil industri perikanan yang dikunjungi beserta penjelasan mengenai jenis-jenis kontaminan yang ditemukan pada pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi2. Mengetahui metode sampling untuk memonitor dan memastikan sanitasi (monitoring and assurance santitation) instalasi produksi pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi3. Mengetahui bahan sanitaiser yang digunakan pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi, beserta keuntungan dan kerugian penggunaan bahan tersebut4. Mengetahui jenis-jenis hama yang terdapat di sekitar instalasi produksi pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi5. Mengetahui desain industri yang dikunjungi dalam pendekatan sanitasi dan higiene pada pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi6. Mengetahui personal hygiene serta sanitari lokasi pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi7. Mengetahui standard operation prosedure sanitasi yang diberlakukan oleh pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi

1.3 ManfaatDari hasil praktikum lapang mata kuliah Sanitasi dan Higiene diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut 1. Mampu menjelaskan resiko kontaminan pada produk hasil industri perikanan yang dikunjungi beserta penjelasan mengenai jenis-jenis kontaminan yang ditemukan pada pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi2. Mampu menjelaskan metode sampling untuk memonitor dan memastikan sanitasi (monitoring and assurance santitation) instalasi produksi pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi3. Mampu menjelaskan bahan sanitaiser yang digunakan pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi, beserta keuntungan dan kerugian penggunaan bahan tersebut4. Mampu menjelaskan jenis-jenis hama yang terdapat di sekitar instalasi produksi pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi5. Mampu menjelaskan desain industri yang dikunjungi dalam pendekatan sanitasi dan higiene pada pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi6. Mampu menjelaskan personal hygiene serta sanitari lokasi pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi7. Mampu menjelaskan standard operation prosedure sanitasi yang diberlakukan oleh pengolahan pengeringan ikan di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sanitasi dan Higiene Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi merupakan suatu upaya pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia ( Widyati, 2002). Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindugi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagianmakanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Higiene adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002).Sanitasi dan higiene tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya. Misalnya Higienenya sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedianya air bersih,maka mencuci tangan tidak sempurna. (Depkes RI, 2004)

2.2. Sanitasi Higiene Pada Makanan Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat di mana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen (Depkes RI, 2004 ). Menurut Kusnoputranto (1986), sanitasi makanan ini bertujuan untuk : 1. Menjamin keamanan dan kemurnian makanan. 2. Mencegah konsumen dari penyakit. 3. Mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. 4. Mengurangi kerusakan/pemborosan makanan. Di dalam upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut ( Chandra, 2007 ) : 1. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi. 2. Kebersihan individu dalam pengolahan makanan. 3. Keamanan terhadap penyediaan air. 4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran. 5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan, penyajian dan penyimpanan. 6. Pencucian dan pembersihan peralatan alat perlengkapan.

2.2.1 Prinsip Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan harus ditangani dan di kelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Menurut Depkes RI (2004), enam prinsip makanan dan minuman, yaitu : 1. Pemilihan Bahan Makanan 2. Penyimpanan Bahan Makanan 3. Pengolahan Makanan. 4. Tenaga pengolah makanan/penjamah makanan. 5. Sebaiknya, terhadap orang yang langsung dan erat hubungannya dengan bahan makanan, seperti tukang masak misalnya, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala 7.Cara pengolahan makanan 8. Penyimpanan Makanan9. Penyajian/Penjaja Makanan

2.3 Pengeringan IkanPengeringan merupakan cara pengawetan ikan dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya mati. Pada kadar air 40% bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati, namun sporanya masih tetap hidup. Spora ini akan tumbuh dan aktif kembali jika kadar air meningkat. Oleh karena itu, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Prasetyo dan Sunarwo, 2008) :a. Kecepatan udarab. Suhu udarac. Kelembaban udarad. Ukuran dan tebal ikane. Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin cepat ikan menjadi kering. f. Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan Cara pengeringan terbagi dua golongan yaitu pengeringan alami dan buatan. Pada pengeringan alami, ikan dijemur di atas rak-rak yang dipasang agak miring ke arah datangnya angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas bertiup Lamanya penjemuran 8 jam/hari selama 3 hari di daerah dengan intensitas sinar matahari tinggi. Pekerjaan penjemuran harus disertai pembalikkan 2-3 kali setiap hari. Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan, dengan cara menekan tubuh ikan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan. Pada ikan kering tekanan jari tidak akan menimbulkan bekas. Cara lain dengan melipat tubuh ikan. Ikan kering tidak akan patah jika tubuhnya dilipatkan. Pengeringan buatan dilakukan secara mekanis. Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. Selain itu sanitasi dan hihiene lebih mudah dikendalikan. Namun cara ini belum memasyarakat sebab biaya alat mekanis relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami (Masyamsir, 2001). Alat pengering mekanis antara lain: oven, alat pengering berbentuk kotak (cabinet-type dryer), alat pengering berbentuk lorong (tunnel dryer), alat pengering bersuhu rendah (cold dryer), alat pengering dengan sinar infra merah, alat pengering beku hampa (vacuum freeze drying).

BAB 3HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Lokasi dan LingkunganLokasi dan lingkungan pengolahan ikan asin kering di daerah Muncar terlihat tidak layak. Mulai dari lokasi pendaratan, penyortiran, pencucian, perendaman, saluran pembuangan limbah, penjemuran hingga lokasi penyimpanan. Lokasi pendaratan hingga penyimpanan dilakukan pada satu lokasi tanpa adanya pembatas. Penyortiran dilakukan di bawah lantai dan hanya beralaskan karung bekas beras. Pada saat pencucian, pencucian hanya di lakukan satu kali. Pada proses perendaman, ikan direndam dengan larutan garam pada wadah-wadah beton yang diganti 2 minggu sekali. Proses penjemuran dilakukan di bawah pelataran yang hanya beralaskan anyaman bambu. Lokasi pembuangan limbahpun terdapat pada sela-sela tempat penjemuran ikan. Dengan lingkungan seperti ini sangat potensial untuk terjadinya kontaminasi apalagi didukung oleh keadaan lingkungan yang kotor dimana lokasi sangat berdekatan dengan jalanan untuk lalu lalang kendaraan bermotor, beberapa hama seperti kucing, lalat juga terdapat di lokasi pengolahan ikan asin tersebut.

3.2 Kontruksi BangunanKontruksi bangunan yang terlihat hanya beratapkan asbes yang di sangga oleh beberapa bambu, tanpa adanya dinding sehingga ruangan tersebut terbuka, lantai masih beralaskan tanah dapat menimbulkan kontaminasi, terlebih pencucian dan pembersihan alat dalam melakukan produksi dibersihkan hanya menggunakan air tanpa sanitaiser.Tabel 1. Kontruksi Bangunan pada Pengolahan Ikan KeringDesain KonstruksiPenangananPengeringanPenyimpanan

Dinding---

LantaiMemenuhi syarat-alas yang digunakan rata dan mudah dibersihkanTidak memenuhi syarat-tidak ada alas apapun kontak langsung dengan tanahKurang memenuhi syarat-permukaan tidak rata-tidak ada alas

Langit-langit dan atap--Tidak memenuhi syarat-atap yang bercelah-tidak ada plafon

Pintu--Tidak memenuhi syarat-tidak adanya penutupTidak adanya pencegahan masuknya hama

Ventilasi---

3.3 Personal higienePengolah ikan asin mengenakan pakaian pribadi yang mereka miliki tanpa ada seragam khusus, beberapa pengolah pun didapati tidak mengenakan pakaian. Pengolah juga tidak menggunakan masker, penutup kepala, maupus sarung tangan. Beberapa pengolah juga didapati merokok pada saat penjemuran ikan, hal ini sangat beresiko pada produk olahan tersebut.Dari hasil tersebut secara umum proses pengolahan ikan asin di daerah Muncar tidak menerapkan aspek sanitasi dan higiene baik dari proses persiapan, pengolahan, hingga penyimpanan produk. Didapatkan jenis kontaminan fisik seperti kerikil, pasir, juga jenis cumi kecil pada produk ikan asin yang sedang di jemur dibawah sinar matahari juga dapatkan hama seperi kucing dan lalat. Dari kontaminan yang ada dapat di pastikan terdapat mikroba yang bisa saja tidak hanya menurunkan kualitas produk namun perantara penyakit bagi konsumen pun sangat besar. Karena pangan merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004). Pada saat penjemuran dibawah sinar matahari ikan asin di jemur hanya beralaskan anyaman bambu tanpa di beri penutup, lokasi pengolahan juga dekat dengan rumah penduduk hal ini menyebabkan tidak hanya terjadinya kontaminasi namun juga sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang di hasilkan. Untuk itu peningkatan mutu produk ikan asin kering yang aman dan terjamin perlu dilakukan upaya perbaikan dalam hal sanitasi dan higene yakni bengan melakukan tindaka perbaikan dan rekaman pengendalian sanitasi secara rutin dan periodik. Untuk itu perlu program kelayakan dasar pada pengolahan pengeringan ikan seperti GMP (Good Manufacturing Practies) serta Sanitation Standart Operating Procedures (SSOP). Cara produksi yang baik dan benar terdiri dari berbagai macam persyaratan yang secara umum meliputi persyaratan mutu dan keamanan bahan baku untuk bahan pembantu, persyaratan penanganan bahan baku atau bahan pembantu, persyaratan pengolahan, persaratan pengemasan produk, persyaratan penyimpanan produk dan persyaratan pengemasan produk.NSHATE (1999) mengelompokkan prinsip-prinsip sanitasi untuk diterapkan dalam SPO Sanitasi menjadi 8 Kunci persyaratan Sanitasi, yaitu1. Keamanan airAir merupakan komponen penting dlm industri pangan yaitu sebagai bagian dari komposisi, untuk mencuci produk, membuat es/glazing, mencuci peralatan atau sarana lain untuk konsumsi. Karena itu dijaga agar tidak ada hubungan silang antara air bersih dan air tidak bersih (pipa saluran air harus teridentifikasi dengan jelas)2. Kondisi dan Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangana. Monitoring:i. Kondisi permukaan yang kontak dengan pangan : dilakukan denganinspeksi visual terhadap permukaan ii. Kebersihan dan sanitasi permukaan yang kontak dengan pangan : apakah terpeliharaiii. Tipe dan konsentrasi bahan sanitasi : dengan test strips/kits. Verifikasi dilakukan dengan pengujian mikrobial permukaan secara berkalab. Tindakan koreksi : i. Bila terjadi konsentrasi sanitiser bervariasi setiap hari makaharus memperbaiki / ganti peralatan dan melatih operator ii. Observasi pertemuan dua meja, bila terisi rontokan produkmaka pisahkan agar mudah dibersihkan iii. Bila meja kerja menunjukkan tanda korosi maka perbaiki /ganti meja yang tidak korosi c. Rekaman : i. Dilakukan pada setiap monitoring dan bila terjadi koreksiii. Bentuk rekaman : monitoring periodik, rekaman monitoring sanitasi harian / bulanan 3. Pencegahan Kontaminasi Silang Kontaminasi silang sering terjadi pada industri pangan akibat kurang dipahaminya masalah ini. Beberapa hal untuk pencegahan kontaminasi silang adalah : tindakan karyawan untuk pencegahan, pemisahan bahan dengan produk siap konsumsi, disain sarana prasarana. a. Monitoring : i. Pemisahan yg cukup antara aktivitas penanganan dan pengolahan bahan baku dengan produk jadi ii. Pemisahan yang cukup produk-produk dlm penyimpanan iii. Pembersihan dan sanitasi area, alat penangan dan pengolahan pangan iv. Praktek higiene pekerja, pakaian dan pencucian tangan v. Praktek pekerja dan peralatan dalam menangani produk vi. Arus pergerakan pekerja dalam pabrik dan unit usaha perlu diatur alirannya baik b. Tindakan koreksi : Bila pada monitoring terjadi ketidak sesuaian yang mengakibatkan kontaminasi silang maka stop aktivitas sampai situasi kembali sesuai; ambil tindakan pencegahan terjadinya pengulangan; evaluasi keamanan produk, jika perlu disposisi ke produk lain, reproses atau dibuang bila produk terkontaminasi c. Rekaman : i. Dokumentasikan koreksi yg dilakukan ii. Rekaman periodik saat dilakukan monitoring4. Menjaga Fasilitas Pencuci Tangan, Sanitasi dan Toilet Kondisi fasilitas cuci tangan, toilet dan sanitasi tangan sangat penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap proses produksi pangan. Kontaminasi akibat kondisi fasilitas tersebut akan bersifat fatal, karena diakibatkan oleh bakteri patogen. a. Monitoring : Mendorong program pencucian tangan untuk mencegah penyebaran kotoran dan mikroorganisme patogen pada area penanganan, pengolahan dan produk panganb. Koreksi : i. Perbaiki atau isi bahan perlengkapan toilet dan tempat cuci tangan ii. Buang dan buat larutan baru jika konsentrasi bahan sanitasi salah iii. Observasi catatan tindakan koreksi ketika kondisi sanitasi tidak sesuai iv. Perbaiki toilet yang rusak c. Rekaman : Rekaman yang dapat dilakukan untdk menjaga kunci sanitasi : kondisi dan lokasi fasilitas cuci tangan, toilet; kondisi dan ketersediaan tempat sanitasi tangan, konsentrasi bahan sanitasi tangan, tindakan koreksi pada kondisi yang tidak sesuai5. Proteksi dari Bahan-Bahan Kontaminan Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa produk pangan, bahan pengemas, dan permukaan kontak langsung dengan pangan terlindung dari kontaminasi mikrobial, kimia dan fisik. a. Monitoring : i. Bahan-bahan berpotensi toksin dan air yang tidak mengandung saniterii. Dilakukan dlm frekuensi cukup, saat dimulai produksi dan setiap 4 jamiii. Observasi kondisi dan aktivitas sepanjang hari. b. Tindakan koreksi : i. Hilangkan bahan kontaminasi dari permukaan; ii. Perbaiki aliran udara suhu ruang untuk mengurangikondensasiiii. Gunakan air pencuci kaki dan roda truk sebelum masukruang prosesing; Pelatihan Buang bahan kimia tanpa label Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar c. Monitoring : Tujuan monitoring ini adalah untuk menjamin bahwa pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan toksin adalah benar untuk proteksi produk dari kontaminasi. Beberapa hal yg harus diperhatikan dalam pelabelan.Penyimpanan bahan yang bersifat toksin seharusnya:a) tempat dan akses terbatas; b) memisahkan bahan food grade dengan non food grade; c) jauhkan dari peralatan dan barang-barang kontak dengan produk; d) penggunaan bahan toksin harus menurut instruksi perusahaan produsen; e) prosedur yang menjamin tidak akan mencemari produk.7. Mengelola personil yang mempunyai tanda-tanda penyakit, luka atau kondisilain yang dapat menjadi sumber kontaminasi mikrobiologi. a. Monitoring Untuk mengontrol kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan kontaminasi mikrobiologi pada pangan, bahan pengemas, dan permukaan kontak dengan pangan. Beberapa tanda kesehatan yang perlu perhatian pada monitoring : diare, demam, muntah, penyakit kuning, radang tenggorokan, luka kulit, bisul dan dark urineb. Tindakan Koreksi Tindakan yang harus dilakukan oleh manajemen: memulangkan/mengistirahatkan personil, mencover bagian luka dengan impermeable bandagec. RekamanData kesehatan hasil pemeriksaan kesehatan reguler dan rekaman tindakan koreksi bila terjadi penyimpangan.

8. Menghilangkan Hama dari Unit Pengolahan Untuk menjamin tidak adanya pest (hama) dalam bangunan pengolahan pangan. Beberapa pest yang mungkin membawa penyakit : Lalat dan kecoa : mentransfer Salmonella, Streptococcus, C.botulinum, Staphyllococcus, C.perfringens, Shigella Binatang pengerat : sumber Salmonella dan parasit Burung : pembawa variasi bakteri patogen Salmonella dan Listeria a. Monitoring : Tujuan monitoring untuk mengkonfirmasikan bahwa hama (pest) telah dikeluarkan dari area pengolahan seluas-luasnya dan prosedur diikuti untuk menjegah investasi. Monitoring dilakukan dengan inspeksi visual, tempat persembunyian tikus, alat perangkap tikus, alat menjaga kebersihan dan memfasilitasi pengawasan. b. Koreksi : Misal, setelah gunakan pestisida dan perangkap, lalat kembali masuki ruang pengolahan, maka tambahkan air curtain di atas pintu luar dan pindahkan wadah buangan c.Rekaman : kontrol sanitasi periodik dan rekaman kontrol sanitasi harian.

BAB 4PENUTUP

4.1 KesimpulanKesimpulan yang didapat dari hasil praktikum lapang pada pengoalahan pengeringan ikan, ialah :1. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subyeknya. Sedangkan Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya.2. Proses produksi ikan asin kering yang dilakukan pada daerah tersebut tergolong masih tradisional dengan kondisi lingkungan yang ditinjau secara hygiene dan sanitasi kurang memenuhi syarat.3. Lokasi dan lingkungan pengolahan ikan asin kering di daerah Muncar terlihat tidak layak. Mulai dari lokasi pendaratan, penyortiran, pencucian, perendaman, saluran pembuangan limbah, penjemuran hingga lokasi penyimpanan.4. Kontruksi bangunan yang terlihat hanya beratapkan asbes yang di sangga oleh beberapa bambu, tanpa adanya dinding sehingga ruangan tersebut terbuka, lantai masih beralaskan tanah dapat menimbulkan kontaminasi, terlebih pencucian dan pembersihan alat dalam melakukan produksi dibersihkan hanya menggunakan air tanpa sanitaiser.5. Pengolah ikan asin mengenakan pakaian pribadi yang mereka miliki tanpa ada seragam khusus, beberapa pengolah pun didapati tidak mengenakan pakaian. Pengolah juga tidak menggunakan masker, penutup kepala, maupus sarung tangan.4.2 SaranPerlu adanya pengkajian tentang penerapan kelayakan dasar pengolah terutama pada produk ikan asin kering, khususnya di Pelabuhan Pendaratan Ikan, Muncar untuk menjamin keamanan serta peningkatan mutu kualitas dari produk pengolahan pengeringan ikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM (2002).Panduan Pengolahan Bahan Pangan Yang Baik Bagi Industri Rumah tangga.Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

Siswati Retina ST.P.2004. Penerapan Prinsip Sanitasi Dan Hygiene Dalam IndustriPerikanan. Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejurusan.

Susuana Wati.2006. Kajian Penerapan Gmp Dan Ssop Pada Produk Ikan Asin KeringDalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan Di Kabupaten Kendal. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Susiwi.2009. Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) SPOSanitasi. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta

Depkes RI.2011. Permenkes RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang HigieneSanitasi Jasaboga.Jakarta.

Winarno, F.G dan Surono. 2002.Cara pengolahan Pangan Yang Baik.M Biro Press.Bogor.

4