Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

36
LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK BLOK 12 ELEKTIF OKUPASI MODUL 1 : Pengukuran Bising, Getaran, Debu, & Pencahayaan Lingkungan Kerja Disusun oleh : Kelompok 2 Aris Novianto (0808015007) Sari Hestiyarini (0808015043) M. Taufik Adhyatma (0808015046) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2009/2010

Transcript of Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Page 1: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK

BLOK 12 ELEKTIF OKUPASI

MODUL 1 : Pengukuran Bising, Getaran, Debu, & Pencahayaan

Lingkungan Kerja

Disusun oleh : Kelompok 2

Aris Novianto (0808015007)

Sari Hestiyarini (0808015043)

M. Taufik Adhyatma (0808015046)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2009/2010

Page 2: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

BLOK 12

ELEKTIF OKUPASI

MODUL 1 : Pengukuran Bising, Getaran, Debu, & Pencahayaan

Lingkungan Kerja

Disusun oleh : Kelompok 2

Aris Novianto (0808015007)

Sari Hestiyarini (0808015043)

M. Taufik Adhyatma (0808015046)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2009/2010

Page 3: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

hidayah-Nyalah laporan praktikum Modul 1 Pengukuran Bising, Getaran, Debu, &

Pencahayaan Lingkungan Kerja ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini

disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari praktikum kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya makalah ini, antara lain :

1. Tim Balai Kesehatan & Keselamatan Kerja Samarinda selaku tutor yang telah

membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.

2. Teman-teman kelompok 2 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga

praktikum dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan praktikum

kelompok 2.

3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan

2008 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu pe rsatu.

Akhirnya, seperti pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak”, tentunya laporan

ini sangat jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun

sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan praktikum ini.

Samarinda, 8 Mei 2010

Penyusun,

Kelompok 2

Page 4: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

DAFTAR ISI

Halaman judul i

Kata pengantar ii

Daftar isi iii

BAB.I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 1

Tujuan 1

Manfaat 2

Sistimatika Penulisan 2

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA & METODOLOGI PENELITIAN 3

BAB.III HASIL & PEMBAHASAN 17

BAB.IV PENUTUP 21

Kesimpulan 21

Saran 22

Daftar pustaka 23

Page 5: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga

kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi

membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi

menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan

penserasian peralatan kerja/ mesin/ instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan

pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan

teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan

mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu

keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan

keselamatan kerja yang tinggi.

Oleh sebab itu, pada praktikum ini kami berupaya untuk mengatahui bagaimana cara

pengukuran terhadap factor bahaya yang ada dalam sebuah lingkungan kerja seperti bising,

getaran, debu, dan pencahayaan, sehingga dapat dicegah bahaya yang ditimbulkan bila tidak

sesuai dengan kondisi normal yang diterima manusia.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara pengukuran bahaya kerja (meliputi bising, getaran, debu, dan

pencahayaan) dalam lingkungan kerja & bagaimana kondisi yang sebaiknya terhadap factor

tersebut ?

TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengukuran terhadap

bahaya kerja, meliputi bising, debu, getaran, dan pencahayaan dalam lingkungan kerja serta

memahami Nilai Ambang Batas (NAB) dan tata laksana dalam mengatasi bahaya kerja yang

ada.

Page 6: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

MANFAAT

Adapun manfaat praktikum ini ialah diharapkan mahasiswa mampu memahami dan

menjelaskan bahaya dan risiko kerja, memahami cara pengukuran terhadap bahaya tersebut,

mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) bagi manusia, dan mampu untuk mengatasi masalah

bahaya yang melewati NAB dalam lingkungan kerja.

SISTIMATIKA PENULISAN

Sistimatika penulisan ini terdiri dari 4 bab dengan urutan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,

dan sistimatika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka & Metodologi

Merupakan teori yang menjadikan dasar dalam penelitian dimana

memuat tentang landasan teori, definisi konsep, definisi operasional,

hipotesis, dan langkah kerja.

Bab III : Hasil dan Pembahasan

Memuat data yang berhasil dihimpun dan analisis data serta

pembahasan.

Bab III : Penutup

Memuat kesimpulan dan saran terhadap praktikum yang dilakukan.

Page 7: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & METODOLOGI

A. PENGUKURAN KADAR DEBU

Debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau

mekanik seperti penghalusan, penghancuran, pengayakan dan pengeboran. dilakukan

Adanya partikel debu ditempat kerja dapat memberikan efek ketidaknyamanan dalam bekerja

dan debu-debu jenis tertentu dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tenaga

kerja.

Pengukuran kadar debu respirabel dan debu total dilakukan dengan teknik gravimetrik,

pengambilan sampel dilakukan pada zona pernafasan pekerja. Maksud pengukuran kadar

debu ditempat kerja untuk mengetahui kadar/konsentrasi debu di udara lingkungan kerja serta

dapat mengevaluasi dengan NAB yang berlaku.

Dampak debu bagi kesehatan

pengaruh debu-debu terhadap kesehatan. Mekanisme masuknya debu secara singkat :

1. Pengaruh inersia debu Partikel debu yang kecil ikut  aliran udara pernafasan. Partikel yang besar

mengendap pada tempat berlekuk-lekuk pada selaput lendir saluran napas

2. Pengaruh sedimentasiKecepatan arus udara kurang dari 1 cm/detik menyebabkan partikel debu

mengendap karena pengaruh gaya berat.

3. Gerak Brown Partikel berukuran kurang dari 0.1 mikron. Melalui gerakan udara kemudian

mengendap pada permukaan alveoli.

Penyakit-penyakit akibat debu

1. Silicosis

Penyebabnya SO2 bebas (bukan garam silikat). Biasanya terjadi di daerah pengolahan batu,

semen, granit, tambang timah putih, batu bara, dll. Masa inkubasinya 2-4 tahun.

2. Asbestosis

Penyebabnya debu asbes (magnesium silikat). Terjadi kelainan fibrous yang merata pada

paru, penebalan pleura, dan emfisema. Gejalanya sesak napas, batuk berdahak, sianosis, dan

clubber finger (akibat anoksemia).

Page 8: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

3. Berryliosis

Penyebabnya debu logam berrylium atau oksida sulfat chlorida dan flourida. Gejalanya tidak

khas. Yang umum ditemui adalah nasopharingitis, bronchitis, dan pneumonia. Terjadi di

daerah pabrik pembuatan tabung flourescen dan tabung radio.

4. Byssinosis

Penyebabnya debu kapas. Masa inkubasinya 5 tahun. Terjadi di daerah pemintalan benang,

tenun, dan pabrik tekstil.

5. Stanosis

Penyebabnya debu timah putih. Terjadi di daerah pengolahan biji timah atau pabrik yang

menggunanakannya. Secara klinis kurang berbahaya. Jarang terjadi komplikasi, tidak ada

fibrosis, dan tidak ada cacat paru.

NAB Kader debu

untuk debu inhallable 10 mg/m3 sedangkan untuk yang respirable 3mg/m3

METODOLOGI

Alat dan Bahan

1. Timbangan analitik dengan sensivitas 0,01 mg

2. Dust sampler dengan mini pump/HVS dilengkapi dengan flow meter

3. Desikator

4. Pinset

5. Alat ukur kelembaban

6. Anemometer

7. Alat pendukung lainnya

PROSEDUR KERJA

1. Filter disiapkan dalam holder yang sudah tersimpan dalam desikator selama ± 24 jam

agar beratnya stabil

2. Disiapkan filter kosong digunakan sebagai blanko untuk kontrol

3. Dirangkaikan holder yang sudah ada filter dengan selang dan dihubungkan dengan

mini pump/HVS, dengan mencatat laju aliran udara dengan menggunakan flow meter

Page 9: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

4. Kemudian dicatat berapa lama waktu sampling (30 menit)

5. Setelah pengambilan sampling cukup kemudian filter dipindahkan ke desikator

selama ± 24 jam setelah itu dilakukan penimbangan termasuk filter blanko sebagai

kontrol

Kadar Debu = (W2-W1)-(B2-B1)x1000 mg/M3

Volume Udara (L)

Keterangan :

W1 = berat filter sebelum sampling (mg)

W2 = berat filter setelah dilakukan sampling (mg)

B1 = berat blank filter awal (mg)

B2 = berat blank filter setelah sampling (mg)

V = volume udara

B. PENGUKURAN VIBRASI/GETARAN

Getaran adalah suatu gerakan yang berulang dengan sendirinya pada suatu selang waktu tertentu

yang dapat terjadi pada sistem di mana memiliki massa dan sifat elastis serta padanya bekerja

gangguan. Masalah getaran terjadi bilamana ada bagian-bagian berputar atau bergerak bolak-balik

dalam suatu mesin itu sendiri, bangunan di sekitarnya juga dihadapkan pada getaran dari mesin

tersebut.

Dampak Getaran terhadap kesehatan

Dari beberapa penelitian efek dari getaran akan berdampak secara akut (dalam waktu singkat)

maupun kronis (dalam waktu yang lama).

1.      Gejala akut dari efek getaran

a.       Pusing

b.      Tidak nyaman

c.       Nyeri dada

d.      Mual

e.       Hilang keseimbangan

f.       Perubahan suara

g.      Nafas pendek

h.      Tidak bisa bekerja secara presisi

2.      Gejala kronis

Page 10: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

a.       Perubahan struktur tulang belakang

b.      Hernia

c.       Gangguan pada sistem gastrointestinal

d.      Gangguan reproduksi pada wanita

e.       Dan lainnya

NAB (nilai ambang batas) Getaran

Nilai ambang batas getaran menurut Keputusan Mentri Tenaga kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999

METODOLOGI

Prinsip kerja

Merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik, kemudian energi listrik

dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala / alat digital dan dengan

demikian dapat diubah menjadi angka yang dapat dibaca

Tujuan kerja

Untuk mengetahui getaran seluruh tubuh, tangan dan lengan di samping itu dapat juga

untuk mengetahui terhadap kerusakan bangunan dan lingkungan

Prosedur kerja untuk vibrasi quest:

1. dicek kondisi baterai masih bagus atau perlu dilakukan pergantian

2. Alat ditempatkan pada benda/objek yang akan diukur

3. atur posisi display berdasarkan posisi perceoatan atau kecepatan sesuai dengan

peruntukannya dan besaran skala yang sesuai.

Page 11: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

4. kemudian dicatat setiaphasil pergerakan yang diperoleh dalam waktu satuan detik,

selanjutnya dijumlahkan dan dirata-ratakan.

Prosedur Kerja untuk Vibrasi Hav-pro:

1. dicek baterai hav-pro masih bagus atau perlu diganti

2. sambungkan sensor yang sesuai tergantung bagian mana yang diukur

3. tekan tombol set-up kemudian gunakan panah dan pertahankanpada display, maka akan

tampil operating mode vibration

4. tekan enter, gunakan atau untuk memilih antara vibration han arm atau whole body,

kemudian enter,

5. tekan tombol set-up kemudian gunakan panah dan perhatikan pada display tampil : store

time hh : mm

6. tekanenter kemudian gunakan dan untuk merubah nilai dan atau untuk merubah posisi

yang akan dirubah, lama perekaman data dapat direkam dari 1-99 jam

7. tekan tombol set-up kemudian gerakan panah dan perhatikan pada display maka akan

tampil : auto store off

8. tekan enter, gunakan untuk memilih on, off atau autostop

9. untuk memulai melakukan pengukuran untuk semua mode tekan, run.

C. PENGUKURAN KEBISINGAN

Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu

kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).

Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang

mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah

suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.

Page 12: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran

sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-

molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang

rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan

gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan

waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.

Dampak Bising terhadap kesehatan

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai

gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan

ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya

gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,

ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci

dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:

1. Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus

atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10

mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan

kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini

disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang

akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas

disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar

endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

Page 13: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

2. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,

dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan

penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

3. Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi

pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi

pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan

terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak

mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

membahayakan keselamatan seseorang.

4. Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau

melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo)

atau mual-mual.

5. Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran,

yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum

dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan

pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi

apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak

dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin

meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan

untuk percakapan.

Page 14: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :

1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan

mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu

pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup,

daya dengarnya akan pulih kembali.

2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)

Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Tingginya level suara

b. Lama paparan

c. Spektrum suara

d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan

lebih besar

e. Kepekaan individu

f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh

synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya

quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya

g. Keadaan Kesehatan

3. Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat

pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari

bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat

Page 15: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,

merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

4. Prebycusis

Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami

hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada

tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat

pajanan bising ditempat kerja.

5. Tinitus

Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala

yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat

merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau

saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian

besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk

kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk

waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu

maksimum bekerja adalah sebagai berikut

No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA)

PEMAPARAN

HARIAN1. 85 8 jam2. 88 4 jam3. 91 2 jam4. 94 1 jam

Page 16: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

5. 97 30 menit6. 100 15 menit

Formula NIOSH (National Institute of Occupational Safety & Health) untuk menghitung

waktu maksimum yang diperkenankan bagi seorang pekerja untuk berada dalam tempat kerja

dengan tingkat kebisingan tidak aman adalah sebagai berikut:

 di mana:

T    =     waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat kebisingan

(dalam menit)

L    =     tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya

3    =     exchange rate

METODOLOGI

Noise Dosimeter

Cara penggunaan :

1. Pasang baterai dan mikrofon

2. Kalibrasi alat :

a. Tekan tombol On (akan muncul lima digit)

b. Tekan tombol Prog dan tunggu sampai muncul Cal

c. Tekan tombol Sound Level

d. Pasang alat kalibrator pada mikrofon, pada posisi 1 KHz dan 114 dB

kemudian On kan

e. Lihat pada layer, atur Cal pada alat dengan obeng untuk mencapai angka

114 (ke kiri mengurangi dan ke kanan menambah angka)

f. Off kan alat kalibrator dan lepaskan dari alat desimeter.

3. Mulai pengukuran

a. Alat dipasang pada orang dengan posisi mikrofon (filter) setinggi telinga

tenaga kerja

b. Tekan tombol Run (akan muncul IC)

Page 17: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

c. Tekan tombol Run (akan muncul ;00)

d. Biarkan selama waktu yang dikehendaki (misal 8 jam kerja,atau diambil

sampel 10 menit pagi, siang dan sore kemudian hitung Leq dengan rumus

atau langsung dilihat di alat

e. Setelah waktu pengambilan selesai, tekan tombol Pause Reset (otomatis

muncul periode pengukuran selanjutnya 2C), dan seterusnya sampai

beberapa titik sampel yang dikehendaki.

4. Membaca hasil

a. Untuk membaca hasil, setelah tekan Pause Reset kemudian tekan tombol

evan (akan muncul 1E selanjutnya tekan tombol parameter yang

dikehendaki) misalnya : leq, peak level dan max level. Langsung dibaca

pada layer.

b. Hasil bisa juga diprint setelah pengukuran selesai, maksimum menyimpan

30 data (titik pengukuran)

5. Setelah pengukuran selesai tekan tombol Off (muncul angka lima digit, tunggu

sampai angka tersebut hilang)

6. Untuk menghilangkan data lama pada alat

a. Tekan tombol On

b. Tekan tombol Prog

c. Tekan tombol Pause Reset (akan muncul 5-P, tunggu sampai tanda -----)

d. Untuk pengukuran selanjutnya setelah dilakukan penghilangan data harus

dikalibrasi ulang.

D. PENGUKURAN ITENSITAS PENERANGAN

Cahaya adalah sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, dan lampu)

yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda benda disekitarnya.. Menurut Depdikbud

pencahayaan adalah penyinaran, pemberian cahaya. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada

suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Achmad Sujudi,

1999:25).Intensitas adalah besarnya kekuatan atas energi menurut satuan permukaan,muatan, massa

dan sebagainya seperti intensitas medan listrik, intensitas penyinaran.

Menurut Depdikbud intensitas yaitu keadaan, tingkat dan ukuran. Intensitas cahaya adalah

jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Intensitas

Page 18: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja. Di tempat

kerja memerlukan intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat dan jenis pekerjaan dimana

pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas yang lebih besar (Suma’mur PK , 1996:98).

Pada setiap sumber cahaya mempunyai fluk cahaya yang dipancarkan ke segala arah. Jika suatu

permukaan mendapatkan suatu fluk cahaya maka dapatdikatakan mendapat penerangan (iluminasi).

Illuminasi adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada permukaan yang dinyatakan dengan satuan Lux.

Cahaya dapat datang dari benda yang memancarkan cahaya atau benda yang memantulkan sinar dari

sumber cahaya. Kekuatannya disebut kadar cerah atau kecerahan dan diukur dengan satuan apostilb

atau stilb. Jadi terangnya sebuah ruangan akan ditentukan oleh sumber cahaya dan cahaya yang

dipantulkan oleh benda yang ditempatkan di dalam ruangan termasuk dinding, langit-langit, pintu,

ubin dan sebagainya. Masing masing benda memiliki daya pantul yang harus diperhatikan sewaktu

menata ruangan. (Depkes, 2003:30).

Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau buatan memegang peranan yang

cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Baik

tidaknya pencahayaan disuatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi

yang menyebabkan obyek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari pencahayaan

tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran atau distribusi cahaya, tipe dan tingkat

kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya mengenai warna dari dinding, langit-

langit, peralatan kerja ikut menentukan tingkat penerangan di tempat kerja.

Dampak Pencahayaan terhadap kesehatan

Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi

penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992:76)

menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan

mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya

menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata. Kelelahan mata disebabkan

oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada

saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat

dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus

dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar

sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress

pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan

waktu pengamatan yang cukup lama.

Kelelahan mata dapat ditandai dengan adanya :

1) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan airmata)

Page 19: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

2) Penglihatan ganda (Double Vision)

3) Sakit sekitar mata

4) Daya akomodasi menurun

5) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras dan kecepatan persepsi

Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja berkurang dan pekerja yang

bersangkutan menderita kelainan reflaksi mata yang tidak dikoreksi. Bila persepsi visual

mengalami stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot akomodasi atau retina maka

keadaan ini akan menimbulkan kelelahan syaraf. General Nervus Fatique ini terutama akan

terjadi bila pekerjaan yang dilakukan seseorang memerlukan kosentrasi, kontrol otot dan gerakan

gerakan yang sangat tepat (Sidarta Ilyas, 1991:28).

Nilai Ambang Batas

        Standar berdasarkan PMP NO. 7 / 1964 Untuk pekerjaaan membedakan barang-barang

yang agak kecil  yang agak teliti paling sedikit 200 LUX

o selain itu untuk penerangan darurat paling sedikit 5 lux

o halaman dan jalan di perusahaan paling sedikit 20 lux

o pekerjaaan yang membedakan barang kasar paling sedikit 50 lux

o pekerjaan membedakan barang-barang kecil sepintas lalu paling sedikit 100 lux

o pekerjaaan yang membedakan yang teliti dari bang yang kecil dan halus paling sedikit

300 lux

o perbedaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu lama

antara 500-1000 lux

o pekerjan yang membedakan barang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang

untukwaktu lama paling sedikit 1000 lux

METODOLOGI

Tata cara pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja dapat dibedakan menjadi :

a. Penerangan umum

Intensitas penerangan secara umum di suatu ruangan, diukur dengan cara pada setiap

meter persegi (M2) luas lantai dilakukan sekali pengukuran, dengan tinggi pengukuran

± 90 cm dari lantai

b. Penerangan lokal

Page 20: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Intensitas penerangan ini diukur di tempat kerja atau di meja kerja tenaga

kerja/manusia dan pada objek yang dilihat oleh yang bersangkutan dan tidak

terhalang.

1. Ruang Lingkup

Standard ini menguraikan tentang metode pengukuran intensitas penerangan di tempat

kerja dengan menggunakan lux meter

2. Metode pengukuran

Prinsip : pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya

dapat langsung dibaca

3. Peralatan

Lux meter

4. Cara kerja

Alat dihidupkan/on dan cek baterai serta buka tutup foto sel

Atur range pembacaan alat sehingga sesuai dalam pembacaan

Lakukan kalibrasi alat sebelum dilakukan pengukuran

Setelah selesai dilakukan kalibrasi alat, bisa langsung dilakukan pengukuran pada

objek-objek yang dikehendaki dan catat setiap hasil angka yang diperoleh baik itu

penerangan lokal maupun penerangan umum dan untuk penerangan umum hasil

yang didapat dijumlahkan, kemudian dibagi berdasarkan banyak titik

pengukuran.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat

sehingga didapat nilai angka yang stabil

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan

setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.

Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan

Page 21: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

1. Pengukuran Getaran

No

.Lokasi/Bagian Waktu TK Terpajan

Intensitas Getaran

(m/s2)Keterangan

1. Whole Body 08.40 1 org 0,0783-0,0812 mm/s2

2. Tangan & Lengan 09.00 1 0rg 0,0469-0,0399 mm/s2

Pembahasan :

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa intensitas getaran yang terjadi

pada pemeriksaan whole body, tangan dan lengan masih dibawah nilai ambang batas. Dimana

Nilai Ambang Batas pada pengukuran getaran adalah 0,5-0,8 m/s2. Bila NAB dibandingkan

dengan hasil pemeriksaan, maka didapatkan hasil penilaiannya adalah baik.

2. Pengukuran Kadar Debu

No

.Lokasi/Bagian Waktu TK Ekp.

Kadar Debu

(mg/M3)

NAB

(mg/M3)Penilaian Ket.

1. Pinggir Jalan 09.40 100 org 8,2 mg/M3 0,26 mg/M3 Tidak Baik

Perhitungan :

W1 = 0,0555 g = 55,5 mg

W2 = 0,0565 g = 56,5 mg

B1 = 0,0497 g = 49,7 mg

B2 = 0,0497 g = 49,7 mg

V = 4 x 30 menit = 120 L

Kadar Debu =

= (56,5 – 55,5) – (49,7 – 49,7) x 1000 mg/M3

120 L

= 1000

120

= 8,33 mg/M3

Page 22: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Pembahasan :

Pada pemeriksaan kadar debu didapatkan hasil yang jauh melebihi nilai ambang batas,

dimana NAB kadar debu ialah 0,26 mg/M3. Hal ini harus segera ditanggulangi karena apabila

dibiarkan akan menimbulkan efek negative kepada para pekerja.

3. Pengukuran Intensitas Pencahayaan

No. Lokasi/Bagian Waktu TK Exp.Hasil Pengukuran (LUX) Standar

(LUX)Penilaian

Lokal Umum

1. R. Administrasi 09.10 10 org

1 = 430 lux

475 LUX 300 LUXTerlalu

silau

2 = 820 lux

3 = 820 lux

4 = 670 lux

5 = 580 lux

6 = 530 lux

7 = 310 lux

8 = 300 lux

9 = 300 lux

10 = 230 lux

2. R. Preparasi 09.20 7 org

1 = 240 lux

364 LUX500-1000

LUX

Cahaya

masih

sangat

kurang.

2 = 280 lux

3 = 290 lux

4 = 430 lux

5 = 460 lux

6 = 480 lux

7 = 320 lux

Pembahasan :

Pada pengukuran pencahayaan di ruang administrasi didapatkan hasil pengukuran

secara umum yang lebih besar dari nilai standar, yang berarti secara umum pencahayaan di

ruangan tersebut melebihi yang seharusnya. Sementara pada pengukuran pencahayaan secara

local di ruang administrasi tersebut, didapatkan hasil 7 meja mendapatkan pencahayaan yang

sangat berlebihan, 2 meja mendapatkan pencahayaan yang cukup, dan 1 meja mendapatkan

pencahayaan yang sangat kurang.

Page 23: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Pada pengukuran pencahayaan di ruang preparasi yang dibutuhkan ketelian

didapatkan hasil pengukuran secara umum yang jauh lebih kecil dari nilai standar ( nilai

standar pencahayaan untuk ruangan bekerja yang butuh ketelian adalah 500-1000 LUX),

yang berarti pencahayaan di ruangan tersebut masih kurang, sehingga dibutuhkan perbaikan

untuk meningkatkan pencahayaannya. Sementara pada pengukuran pencahayaan local di

ruangan tersebut didapatkan hasil bahwa semua meja yang digunakan untuk bekerja, masih

memiliki pencahayaan yang masih sangat kurang.

4. Pengukuran Intensitas Kebisingan

No

.Lokasi/Bagian Waktu TK Terpajan

Intensitas Kebisingan

(dBA)Penilaian

1. Depan Kantor 09.50 100 org 70 – 83,9 dBA Baik

2. Samping Kantor 09.55 100 org 70,2 – 84,1 dBA Baik

3. Teras Kantor 10.00 50 org 60,2 – 81,1 dBA Baik

4. Dekat Mesin 10.05 50 org 70,5 – 89,9 dBA Kurang Baik

Pembahasan :

Dari pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di 4 lokasi, 3 dari 4 lokasi

tersebut memiliki intensitas kebisingan yang tidak melampaui NAB, dimana NAB untuk

intensitas kebisingan ialah 85 dBA/ 8 jam. Namun, lokasi yang terdekat dengan mesin

memiliki intensitas kebisingan yang melampaui NAB, sehingga lokasi tersebut harus

ditanggulangi, baik dengan alat perlindungan diri bagi pekerja ataupun bila memungkinkan

dilakukan pergantian mesin.

BAB IV

Page 24: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

PENUTUP

KESIMPULAN

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja

dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan

para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan

penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian

peralatan kerja/ mesin/ instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan

tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi

pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai

ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan

dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan

kerja yang tinggi.

Salah satu langkah pengamanan yang dilakukan dalam rancang bangun adalah penggunaan

safety factor atau over design factor pada perhitungan perancangan masing-masing alat

dengan kisaran 10 – 20 %. Alat pengendali harus lebih canggih dan lebih dapat diandalkan.

Alat pengamanan yang terkait dengan alat produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus

ditingkatkan.

Biaya untuk membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat

pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja juga akan

lebih terjamin. Kemampuan dan ketrampilan pekerja harus ditingkatkan melalui pendidikan

dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh

penerpan teknologi maju tidak sampai meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat

maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

SARAN

Page 25: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi pelaksanaan

praktikum, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan

saran dari pengajar & pembimbing yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang

memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2008, dan dari berbagai pihak demi

kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1

Keputusan Mentri Tenaga kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999

PMP NO. 7 / 1964

Budiono, A.M.S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Edisi 2. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Semarang (209-218)