Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1
-
Upload
yuji-aditya -
Category
Documents
-
view
90 -
download
2
Transcript of Laporan Praktikum Kelompok 2 Modul 1
LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK
BLOK 12 ELEKTIF OKUPASI
MODUL 1 : Pengukuran Bising, Getaran, Debu, & Pencahayaan
Lingkungan Kerja
Disusun oleh : Kelompok 2
Aris Novianto (0808015007)
Sari Hestiyarini (0808015043)
M. Taufik Adhyatma (0808015046)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2009/2010
BLOK 12
ELEKTIF OKUPASI
MODUL 1 : Pengukuran Bising, Getaran, Debu, & Pencahayaan
Lingkungan Kerja
Disusun oleh : Kelompok 2
Aris Novianto (0808015007)
Sari Hestiyarini (0808015043)
M. Taufik Adhyatma (0808015046)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2009/2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah laporan praktikum Modul 1 Pengukuran Bising, Getaran, Debu, &
Pencahayaan Lingkungan Kerja ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini
disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari praktikum kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, antara lain :
1. Tim Balai Kesehatan & Keselamatan Kerja Samarinda selaku tutor yang telah
membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
2. Teman-teman kelompok 2 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga
praktikum dapat berjalan dengan baik dan dapat menyelesaikan laporan praktikum
kelompok 2.
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan
2008 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu pe rsatu.
Akhirnya, seperti pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak”, tentunya laporan
ini sangat jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan praktikum ini.
Samarinda, 8 Mei 2010
Penyusun,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman judul i
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB.I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
Manfaat 2
Sistimatika Penulisan 2
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA & METODOLOGI PENELITIAN 3
BAB.III HASIL & PEMBAHASAN 17
BAB.IV PENUTUP 21
Kesimpulan 21
Saran 22
Daftar pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi
membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi
menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan
penserasian peralatan kerja/ mesin/ instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan
pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.
Oleh sebab itu, pada praktikum ini kami berupaya untuk mengatahui bagaimana cara
pengukuran terhadap factor bahaya yang ada dalam sebuah lingkungan kerja seperti bising,
getaran, debu, dan pencahayaan, sehingga dapat dicegah bahaya yang ditimbulkan bila tidak
sesuai dengan kondisi normal yang diterima manusia.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara pengukuran bahaya kerja (meliputi bising, getaran, debu, dan
pencahayaan) dalam lingkungan kerja & bagaimana kondisi yang sebaiknya terhadap factor
tersebut ?
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengukuran terhadap
bahaya kerja, meliputi bising, debu, getaran, dan pencahayaan dalam lingkungan kerja serta
memahami Nilai Ambang Batas (NAB) dan tata laksana dalam mengatasi bahaya kerja yang
ada.
MANFAAT
Adapun manfaat praktikum ini ialah diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan bahaya dan risiko kerja, memahami cara pengukuran terhadap bahaya tersebut,
mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) bagi manusia, dan mampu untuk mengatasi masalah
bahaya yang melewati NAB dalam lingkungan kerja.
SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan ini terdiri dari 4 bab dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
dan sistimatika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka & Metodologi
Merupakan teori yang menjadikan dasar dalam penelitian dimana
memuat tentang landasan teori, definisi konsep, definisi operasional,
hipotesis, dan langkah kerja.
Bab III : Hasil dan Pembahasan
Memuat data yang berhasil dihimpun dan analisis data serta
pembahasan.
Bab III : Penutup
Memuat kesimpulan dan saran terhadap praktikum yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA & METODOLOGI
A. PENGUKURAN KADAR DEBU
Debu merupakan partikel padat yang terbentuk karena adanya kekuatan alami atau
mekanik seperti penghalusan, penghancuran, pengayakan dan pengeboran. dilakukan
Adanya partikel debu ditempat kerja dapat memberikan efek ketidaknyamanan dalam bekerja
dan debu-debu jenis tertentu dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tenaga
kerja.
Pengukuran kadar debu respirabel dan debu total dilakukan dengan teknik gravimetrik,
pengambilan sampel dilakukan pada zona pernafasan pekerja. Maksud pengukuran kadar
debu ditempat kerja untuk mengetahui kadar/konsentrasi debu di udara lingkungan kerja serta
dapat mengevaluasi dengan NAB yang berlaku.
Dampak debu bagi kesehatan
pengaruh debu-debu terhadap kesehatan. Mekanisme masuknya debu secara singkat :
1. Pengaruh inersia debu Partikel debu yang kecil ikut aliran udara pernafasan. Partikel yang besar
mengendap pada tempat berlekuk-lekuk pada selaput lendir saluran napas
2. Pengaruh sedimentasiKecepatan arus udara kurang dari 1 cm/detik menyebabkan partikel debu
mengendap karena pengaruh gaya berat.
3. Gerak Brown Partikel berukuran kurang dari 0.1 mikron. Melalui gerakan udara kemudian
mengendap pada permukaan alveoli.
Penyakit-penyakit akibat debu
1. Silicosis
Penyebabnya SO2 bebas (bukan garam silikat). Biasanya terjadi di daerah pengolahan batu,
semen, granit, tambang timah putih, batu bara, dll. Masa inkubasinya 2-4 tahun.
2. Asbestosis
Penyebabnya debu asbes (magnesium silikat). Terjadi kelainan fibrous yang merata pada
paru, penebalan pleura, dan emfisema. Gejalanya sesak napas, batuk berdahak, sianosis, dan
clubber finger (akibat anoksemia).
3. Berryliosis
Penyebabnya debu logam berrylium atau oksida sulfat chlorida dan flourida. Gejalanya tidak
khas. Yang umum ditemui adalah nasopharingitis, bronchitis, dan pneumonia. Terjadi di
daerah pabrik pembuatan tabung flourescen dan tabung radio.
4. Byssinosis
Penyebabnya debu kapas. Masa inkubasinya 5 tahun. Terjadi di daerah pemintalan benang,
tenun, dan pabrik tekstil.
5. Stanosis
Penyebabnya debu timah putih. Terjadi di daerah pengolahan biji timah atau pabrik yang
menggunanakannya. Secara klinis kurang berbahaya. Jarang terjadi komplikasi, tidak ada
fibrosis, dan tidak ada cacat paru.
NAB Kader debu
untuk debu inhallable 10 mg/m3 sedangkan untuk yang respirable 3mg/m3
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Timbangan analitik dengan sensivitas 0,01 mg
2. Dust sampler dengan mini pump/HVS dilengkapi dengan flow meter
3. Desikator
4. Pinset
5. Alat ukur kelembaban
6. Anemometer
7. Alat pendukung lainnya
PROSEDUR KERJA
1. Filter disiapkan dalam holder yang sudah tersimpan dalam desikator selama ± 24 jam
agar beratnya stabil
2. Disiapkan filter kosong digunakan sebagai blanko untuk kontrol
3. Dirangkaikan holder yang sudah ada filter dengan selang dan dihubungkan dengan
mini pump/HVS, dengan mencatat laju aliran udara dengan menggunakan flow meter
4. Kemudian dicatat berapa lama waktu sampling (30 menit)
5. Setelah pengambilan sampling cukup kemudian filter dipindahkan ke desikator
selama ± 24 jam setelah itu dilakukan penimbangan termasuk filter blanko sebagai
kontrol
Kadar Debu = (W2-W1)-(B2-B1)x1000 mg/M3
Volume Udara (L)
Keterangan :
W1 = berat filter sebelum sampling (mg)
W2 = berat filter setelah dilakukan sampling (mg)
B1 = berat blank filter awal (mg)
B2 = berat blank filter setelah sampling (mg)
V = volume udara
B. PENGUKURAN VIBRASI/GETARAN
Getaran adalah suatu gerakan yang berulang dengan sendirinya pada suatu selang waktu tertentu
yang dapat terjadi pada sistem di mana memiliki massa dan sifat elastis serta padanya bekerja
gangguan. Masalah getaran terjadi bilamana ada bagian-bagian berputar atau bergerak bolak-balik
dalam suatu mesin itu sendiri, bangunan di sekitarnya juga dihadapkan pada getaran dari mesin
tersebut.
Dampak Getaran terhadap kesehatan
Dari beberapa penelitian efek dari getaran akan berdampak secara akut (dalam waktu singkat)
maupun kronis (dalam waktu yang lama).
1. Gejala akut dari efek getaran
a. Pusing
b. Tidak nyaman
c. Nyeri dada
d. Mual
e. Hilang keseimbangan
f. Perubahan suara
g. Nafas pendek
h. Tidak bisa bekerja secara presisi
2. Gejala kronis
a. Perubahan struktur tulang belakang
b. Hernia
c. Gangguan pada sistem gastrointestinal
d. Gangguan reproduksi pada wanita
e. Dan lainnya
NAB (nilai ambang batas) Getaran
Nilai ambang batas getaran menurut Keputusan Mentri Tenaga kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
METODOLOGI
Prinsip kerja
Merubah energi percepatan getaran menjadi energi listrik, kemudian energi listrik
dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala / alat digital dan dengan
demikian dapat diubah menjadi angka yang dapat dibaca
Tujuan kerja
Untuk mengetahui getaran seluruh tubuh, tangan dan lengan di samping itu dapat juga
untuk mengetahui terhadap kerusakan bangunan dan lingkungan
Prosedur kerja untuk vibrasi quest:
1. dicek kondisi baterai masih bagus atau perlu dilakukan pergantian
2. Alat ditempatkan pada benda/objek yang akan diukur
3. atur posisi display berdasarkan posisi perceoatan atau kecepatan sesuai dengan
peruntukannya dan besaran skala yang sesuai.
4. kemudian dicatat setiaphasil pergerakan yang diperoleh dalam waktu satuan detik,
selanjutnya dijumlahkan dan dirata-ratakan.
Prosedur Kerja untuk Vibrasi Hav-pro:
1. dicek baterai hav-pro masih bagus atau perlu diganti
2. sambungkan sensor yang sesuai tergantung bagian mana yang diukur
3. tekan tombol set-up kemudian gunakan panah dan pertahankanpada display, maka akan
tampil operating mode vibration
4. tekan enter, gunakan atau untuk memilih antara vibration han arm atau whole body,
kemudian enter,
5. tekan tombol set-up kemudian gunakan panah dan perhatikan pada display tampil : store
time hh : mm
6. tekanenter kemudian gunakan dan untuk merubah nilai dan atau untuk merubah posisi
yang akan dirubah, lama perekaman data dapat direkam dari 1-99 jam
7. tekan tombol set-up kemudian gerakan panah dan perhatikan pada display maka akan
tampil : auto store off
8. tekan enter, gunakan untuk memilih on, off atau autostop
9. untuk memulai melakukan pengukuran untuk semua mode tekan, run.
C. PENGUKURAN KEBISINGAN
Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB).
Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-
molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang
rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan
gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan
waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan.
Dampak Bising terhadap kesehatan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan
ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci
dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10
mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan
kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang
akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas
disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar
endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan
penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo)
atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran,
yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum
dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan
pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak
dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin
meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan
untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup,
daya dengarnya akan pulih kembali.
2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Tingginya level suara
b. Lama paparan
c. Spektrum suara
d. Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan
lebih besar
e. Kepekaan individu
f. Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh
synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya
quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
g. Keadaan Kesehatan
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat
pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari
bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami
hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada
tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat
pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala
yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat
merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau
saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian
besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk
kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu
maksimum bekerja adalah sebagai berikut
No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA)
PEMAPARAN
HARIAN1. 85 8 jam2. 88 4 jam3. 91 2 jam4. 94 1 jam
5. 97 30 menit6. 100 15 menit
Formula NIOSH (National Institute of Occupational Safety & Health) untuk menghitung
waktu maksimum yang diperkenankan bagi seorang pekerja untuk berada dalam tempat kerja
dengan tingkat kebisingan tidak aman adalah sebagai berikut:
di mana:
T = waktu maksimum di mana pekerja boleh berhadapan dengan tingkat kebisingan
(dalam menit)
L = tingkat kebisingan (dB) yang dianggap berbahaya
3 = exchange rate
METODOLOGI
Noise Dosimeter
Cara penggunaan :
1. Pasang baterai dan mikrofon
2. Kalibrasi alat :
a. Tekan tombol On (akan muncul lima digit)
b. Tekan tombol Prog dan tunggu sampai muncul Cal
c. Tekan tombol Sound Level
d. Pasang alat kalibrator pada mikrofon, pada posisi 1 KHz dan 114 dB
kemudian On kan
e. Lihat pada layer, atur Cal pada alat dengan obeng untuk mencapai angka
114 (ke kiri mengurangi dan ke kanan menambah angka)
f. Off kan alat kalibrator dan lepaskan dari alat desimeter.
3. Mulai pengukuran
a. Alat dipasang pada orang dengan posisi mikrofon (filter) setinggi telinga
tenaga kerja
b. Tekan tombol Run (akan muncul IC)
c. Tekan tombol Run (akan muncul ;00)
d. Biarkan selama waktu yang dikehendaki (misal 8 jam kerja,atau diambil
sampel 10 menit pagi, siang dan sore kemudian hitung Leq dengan rumus
atau langsung dilihat di alat
e. Setelah waktu pengambilan selesai, tekan tombol Pause Reset (otomatis
muncul periode pengukuran selanjutnya 2C), dan seterusnya sampai
beberapa titik sampel yang dikehendaki.
4. Membaca hasil
a. Untuk membaca hasil, setelah tekan Pause Reset kemudian tekan tombol
evan (akan muncul 1E selanjutnya tekan tombol parameter yang
dikehendaki) misalnya : leq, peak level dan max level. Langsung dibaca
pada layer.
b. Hasil bisa juga diprint setelah pengukuran selesai, maksimum menyimpan
30 data (titik pengukuran)
5. Setelah pengukuran selesai tekan tombol Off (muncul angka lima digit, tunggu
sampai angka tersebut hilang)
6. Untuk menghilangkan data lama pada alat
a. Tekan tombol On
b. Tekan tombol Prog
c. Tekan tombol Pause Reset (akan muncul 5-P, tunggu sampai tanda -----)
d. Untuk pengukuran selanjutnya setelah dilakukan penghilangan data harus
dikalibrasi ulang.
D. PENGUKURAN ITENSITAS PENERANGAN
Cahaya adalah sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, dan lampu)
yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda benda disekitarnya.. Menurut Depdikbud
pencahayaan adalah penyinaran, pemberian cahaya. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada
suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Achmad Sujudi,
1999:25).Intensitas adalah besarnya kekuatan atas energi menurut satuan permukaan,muatan, massa
dan sebagainya seperti intensitas medan listrik, intensitas penyinaran.
Menurut Depdikbud intensitas yaitu keadaan, tingkat dan ukuran. Intensitas cahaya adalah
jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Intensitas
penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja. Di tempat
kerja memerlukan intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat dan jenis pekerjaan dimana
pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas yang lebih besar (Suma’mur PK , 1996:98).
Pada setiap sumber cahaya mempunyai fluk cahaya yang dipancarkan ke segala arah. Jika suatu
permukaan mendapatkan suatu fluk cahaya maka dapatdikatakan mendapat penerangan (iluminasi).
Illuminasi adalah banyaknya cahaya yang jatuh pada permukaan yang dinyatakan dengan satuan Lux.
Cahaya dapat datang dari benda yang memancarkan cahaya atau benda yang memantulkan sinar dari
sumber cahaya. Kekuatannya disebut kadar cerah atau kecerahan dan diukur dengan satuan apostilb
atau stilb. Jadi terangnya sebuah ruangan akan ditentukan oleh sumber cahaya dan cahaya yang
dipantulkan oleh benda yang ditempatkan di dalam ruangan termasuk dinding, langit-langit, pintu,
ubin dan sebagainya. Masing masing benda memiliki daya pantul yang harus diperhatikan sewaktu
menata ruangan. (Depkes, 2003:30).
Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau buatan memegang peranan yang
cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Baik
tidaknya pencahayaan disuatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi
yang menyebabkan obyek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari pencahayaan
tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran atau distribusi cahaya, tipe dan tingkat
kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya mengenai warna dari dinding, langit-
langit, peralatan kerja ikut menentukan tingkat penerangan di tempat kerja.
Dampak Pencahayaan terhadap kesehatan
Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi
penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992:76)
menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan
mata) dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang bukannya
menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata. Kelelahan mata disebabkan
oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada
saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat
dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus
dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar
sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress
pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan
waktu pengamatan yang cukup lama.
Kelelahan mata dapat ditandai dengan adanya :
1) Iritasi pada mata (mata pedih, merah, dan mengeluarkan airmata)
2) Penglihatan ganda (Double Vision)
3) Sakit sekitar mata
4) Daya akomodasi menurun
5) Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras dan kecepatan persepsi
Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja berkurang dan pekerja yang
bersangkutan menderita kelainan reflaksi mata yang tidak dikoreksi. Bila persepsi visual
mengalami stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot akomodasi atau retina maka
keadaan ini akan menimbulkan kelelahan syaraf. General Nervus Fatique ini terutama akan
terjadi bila pekerjaan yang dilakukan seseorang memerlukan kosentrasi, kontrol otot dan gerakan
gerakan yang sangat tepat (Sidarta Ilyas, 1991:28).
Nilai Ambang Batas
Standar berdasarkan PMP NO. 7 / 1964 Untuk pekerjaaan membedakan barang-barang
yang agak kecil yang agak teliti paling sedikit 200 LUX
o selain itu untuk penerangan darurat paling sedikit 5 lux
o halaman dan jalan di perusahaan paling sedikit 20 lux
o pekerjaaan yang membedakan barang kasar paling sedikit 50 lux
o pekerjaan membedakan barang-barang kecil sepintas lalu paling sedikit 100 lux
o pekerjaaan yang membedakan yang teliti dari bang yang kecil dan halus paling sedikit
300 lux
o perbedaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan dalam waktu lama
antara 500-1000 lux
o pekerjan yang membedakan barang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang
untukwaktu lama paling sedikit 1000 lux
METODOLOGI
Tata cara pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja dapat dibedakan menjadi :
a. Penerangan umum
Intensitas penerangan secara umum di suatu ruangan, diukur dengan cara pada setiap
meter persegi (M2) luas lantai dilakukan sekali pengukuran, dengan tinggi pengukuran
± 90 cm dari lantai
b. Penerangan lokal
Intensitas penerangan ini diukur di tempat kerja atau di meja kerja tenaga
kerja/manusia dan pada objek yang dilihat oleh yang bersangkutan dan tidak
terhalang.
1. Ruang Lingkup
Standard ini menguraikan tentang metode pengukuran intensitas penerangan di tempat
kerja dengan menggunakan lux meter
2. Metode pengukuran
Prinsip : pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya
dapat langsung dibaca
3. Peralatan
Lux meter
4. Cara kerja
Alat dihidupkan/on dan cek baterai serta buka tutup foto sel
Atur range pembacaan alat sehingga sesuai dalam pembacaan
Lakukan kalibrasi alat sebelum dilakukan pengukuran
Setelah selesai dilakukan kalibrasi alat, bisa langsung dilakukan pengukuran pada
objek-objek yang dikehendaki dan catat setiap hasil angka yang diperoleh baik itu
penerangan lokal maupun penerangan umum dan untuk penerangan umum hasil
yang didapat dijumlahkan, kemudian dibagi berdasarkan banyak titik
pengukuran.
Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil
Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan
setempat, dan untuk intensitas penerangan umum.
Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
1. Pengukuran Getaran
No
.Lokasi/Bagian Waktu TK Terpajan
Intensitas Getaran
(m/s2)Keterangan
1. Whole Body 08.40 1 org 0,0783-0,0812 mm/s2
2. Tangan & Lengan 09.00 1 0rg 0,0469-0,0399 mm/s2
Pembahasan :
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa intensitas getaran yang terjadi
pada pemeriksaan whole body, tangan dan lengan masih dibawah nilai ambang batas. Dimana
Nilai Ambang Batas pada pengukuran getaran adalah 0,5-0,8 m/s2. Bila NAB dibandingkan
dengan hasil pemeriksaan, maka didapatkan hasil penilaiannya adalah baik.
2. Pengukuran Kadar Debu
No
.Lokasi/Bagian Waktu TK Ekp.
Kadar Debu
(mg/M3)
NAB
(mg/M3)Penilaian Ket.
1. Pinggir Jalan 09.40 100 org 8,2 mg/M3 0,26 mg/M3 Tidak Baik
Perhitungan :
W1 = 0,0555 g = 55,5 mg
W2 = 0,0565 g = 56,5 mg
B1 = 0,0497 g = 49,7 mg
B2 = 0,0497 g = 49,7 mg
V = 4 x 30 menit = 120 L
Kadar Debu =
= (56,5 – 55,5) – (49,7 – 49,7) x 1000 mg/M3
120 L
= 1000
120
= 8,33 mg/M3
Pembahasan :
Pada pemeriksaan kadar debu didapatkan hasil yang jauh melebihi nilai ambang batas,
dimana NAB kadar debu ialah 0,26 mg/M3. Hal ini harus segera ditanggulangi karena apabila
dibiarkan akan menimbulkan efek negative kepada para pekerja.
3. Pengukuran Intensitas Pencahayaan
No. Lokasi/Bagian Waktu TK Exp.Hasil Pengukuran (LUX) Standar
(LUX)Penilaian
Lokal Umum
1. R. Administrasi 09.10 10 org
1 = 430 lux
475 LUX 300 LUXTerlalu
silau
2 = 820 lux
3 = 820 lux
4 = 670 lux
5 = 580 lux
6 = 530 lux
7 = 310 lux
8 = 300 lux
9 = 300 lux
10 = 230 lux
2. R. Preparasi 09.20 7 org
1 = 240 lux
364 LUX500-1000
LUX
Cahaya
masih
sangat
kurang.
2 = 280 lux
3 = 290 lux
4 = 430 lux
5 = 460 lux
6 = 480 lux
7 = 320 lux
Pembahasan :
Pada pengukuran pencahayaan di ruang administrasi didapatkan hasil pengukuran
secara umum yang lebih besar dari nilai standar, yang berarti secara umum pencahayaan di
ruangan tersebut melebihi yang seharusnya. Sementara pada pengukuran pencahayaan secara
local di ruang administrasi tersebut, didapatkan hasil 7 meja mendapatkan pencahayaan yang
sangat berlebihan, 2 meja mendapatkan pencahayaan yang cukup, dan 1 meja mendapatkan
pencahayaan yang sangat kurang.
Pada pengukuran pencahayaan di ruang preparasi yang dibutuhkan ketelian
didapatkan hasil pengukuran secara umum yang jauh lebih kecil dari nilai standar ( nilai
standar pencahayaan untuk ruangan bekerja yang butuh ketelian adalah 500-1000 LUX),
yang berarti pencahayaan di ruangan tersebut masih kurang, sehingga dibutuhkan perbaikan
untuk meningkatkan pencahayaannya. Sementara pada pengukuran pencahayaan local di
ruangan tersebut didapatkan hasil bahwa semua meja yang digunakan untuk bekerja, masih
memiliki pencahayaan yang masih sangat kurang.
4. Pengukuran Intensitas Kebisingan
No
.Lokasi/Bagian Waktu TK Terpajan
Intensitas Kebisingan
(dBA)Penilaian
1. Depan Kantor 09.50 100 org 70 – 83,9 dBA Baik
2. Samping Kantor 09.55 100 org 70,2 – 84,1 dBA Baik
3. Teras Kantor 10.00 50 org 60,2 – 81,1 dBA Baik
4. Dekat Mesin 10.05 50 org 70,5 – 89,9 dBA Kurang Baik
Pembahasan :
Dari pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan di 4 lokasi, 3 dari 4 lokasi
tersebut memiliki intensitas kebisingan yang tidak melampaui NAB, dimana NAB untuk
intensitas kebisingan ialah 85 dBA/ 8 jam. Namun, lokasi yang terdekat dengan mesin
memiliki intensitas kebisingan yang melampaui NAB, sehingga lokasi tersebut harus
ditanggulangi, baik dengan alat perlindungan diri bagi pekerja ataupun bila memungkinkan
dilakukan pergantian mesin.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan
para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan
penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian
peralatan kerja/ mesin/ instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan
tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi.
Salah satu langkah pengamanan yang dilakukan dalam rancang bangun adalah penggunaan
safety factor atau over design factor pada perhitungan perancangan masing-masing alat
dengan kisaran 10 – 20 %. Alat pengendali harus lebih canggih dan lebih dapat diandalkan.
Alat pengamanan yang terkait dengan alat produksi dan alat perlindungan bagi pekerja harus
ditingkatkan.
Biaya untuk membangun keselamatan dan kesehatan kerja, biaya untuk membeli alat-alat
pengamanan memang cukup besar. Akan tetapi keselamatan dan kesehatan kerja juga akan
lebih terjamin. Kemampuan dan ketrampilan pekerja harus ditingkatkan melalui pendidikan
dan pelatihan sehingga dapat mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Alat penanggulangan musibah harus ditingkatkan agar malapetaka yang diakibatkan oleh
penerpan teknologi maju tidak sampai meluas dan merusak. Pengawasan terhadap alat
maupun terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
SARAN
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi pelaksanaan
praktikum, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pengajar & pembimbing yang mengajar baik sebagai tutor maupun dosen yang
memberikan materi kuliah, dari rekan-rekan angkatan 2008, dan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Mentri Tenaga kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
PMP NO. 7 / 1964
Budiono, A.M.S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK. Edisi 2. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang (209-218)