LAPORAN PRAKTIKUM -f0

download LAPORAN PRAKTIKUM -f0

of 12

description

F0 adalah tahapan pertama membibitkan jamur. jamur tiram adalah salah satunya

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM -f0

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANPA TANAH

PEMBUATAN BIBIT F0 JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)OLEH :

NURUL ILMI SANTOSO

(13112004)PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Budidaya Tanpa Tanah. Dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh tentang topik-topik materi yang sudah diberikan oleh dosen pengampu kami Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sasmita Sari,SP.,MP sebagai dosen pengampu mata kuliah ini.Makalah dengan topik Pembuatan Bibit F0 Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini, dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, tentunya banyak ditemukan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari teman-teman semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Gresik, 3 Juni 2015 PenyusunDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISI iiiBAB 1. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan praktikum 1BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA22.1 Klasifikasi Jamur Tiram22.2 Pembuatan Bibit Jamur3BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 53.1 Waktu dan Tempat 53.1 Alat dan Bahan 53.3 Cara Kerja 5BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 84.1 Hasil 84.2 Pembahasan 8BAB V. KESIMPULAN11DAFTAR PUSTAKA 12BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gresik adalah salah satu kota Indutri. Hal tersebut telah terjadi sejak tahun 2009. Perkembangan Gresik menjadi kota industri sangat cepat. Berkembangnya sektor industri berbanding terbalik dengan sektor pertanian yang semestinya harus diutamakan dariada sektor apapun.

Oleh karena kemajuannya tersebut, banyak masyarakat luar daerah berbondong-bondong mengadu nasib di Gresik. Akibatnya sektor properti juga mengalami arah kemajuan yang tinggi pula. Untuk daat memenuhi kebutuhan pangan maka perlu dilaksanakan penerapan teknologi untuk memaksimalkan lahan yang minim.

Akhirnya budidaya tanpa tanah menjadi solusi raktis masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu tanaman yang daat dibudidayakan tana tanah adalah jamur tiram. Selain untuk dimanfaatkan menjadi tanaman pangan, jamur tiram daat juga diolah dan dikomersilkan menjadi aneka macam olahan. Di gresik olahan jamur tiram masih terbilang langka. Sehingga dengan belajar berbudidaya jamur tiram diharakan mahasiswa nantinya dapat membuat olahan makanan jamur tiram yang daat dikomersilkan.

1.2 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat membuat dan membiakkan bibit F0 jamur tiram dengan kultur jaringan.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Jamur TiramJamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium.

Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion.

Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk

2.2 Pembuatan Bibit Jamur Pembuatan bibit PDA yang dimaksud di sini adalah pembiakan kultur murni atau biakan murni dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah mengambil bagian dari jamur untuk ditumbuhkan pada media PDA agar dapat berkembang dan memperbanyak diri. Sel-sel spora jamur tiram diharapkan dapat berkembang menjadi individu baru secara sempurna pada media yang sesuai dalam hal ini media PDA. Teknik kultur jaringan dengan media PDA (Potato Dextrosa Agar) ini sangat penting untuk dikuasai oleh pembudidaya jamur karena dari sinilah semua proses multiplikasi atau pengembangan jamur tiram berlangsung.

PDA adalah singkatan dari Potato Dextrosa Agar merupakan campuran media dari larutan 200 gram kentang ditamba 20 gram Dextrosa dan 20 gram bubuk agar-agar. Dalam media agar-agar PDA inilah dikembang biakan murni dari spora jamur tiram.

Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kulturatau tissue culture (Inggris) atau weefsel kweek atau weefsel cultuur (Belanda). Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatanyang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

SCHLEIDEN dan SCHWANN, Suryowinoto (1977) menyatakan bahwa teori totipotensi adalah bagian tanaman yang hidup mempunyai totipotensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora (Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya, 1994).

Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Laboratorium harus menyediakan alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar seperti, air, listrik dan bahan bakar. Pekerjaan kultur jaringan meliputi : persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapangan. BAB 3METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan bibit F0 jamur tiram dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik pada hari Senin tanggal 05 Mei 2015, pukul 16.30 WIB sampai selesai.3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan diantaranya pinset, silet, beaker glass, enkas, bunsen, korek api, botol, cawan petri dan gelas ukur.

Bahan yang diperlukan seperti kentang 200 gram, dextrose 20 gram, agar 20 gram, alkohol 70%, aquades steril, kapas, spiritus, aluminium foil dan bibit jamur tiram.3.3 Cara Kerjaa. Langkah membuat media PDA (Potato Dextrose Agar)1. Kentang dicuci dengan menggunakan air.

2. Kupas kulit kentang sampai bersih dan potong dadu.

3. Potongan kentang dicuci sampai bersih.

4. Timbang potongan kentang sebanyak 200 gram, 20 gram dextrose dan 20 gram agar.

5. Masukkan 200 gram potongan kentang ke dalam beaker glass yang sudah berisi aquades 1000 ml.

6. Rebus potongan kentang sampai mendidih.

7. Setelah mendidih, pisahkan potongan kentang dengan sarinya, yaitu dengan cara menyaring sari kentang menggunakan kertas saring.

8. Masukkan hasil saringan ke dalam beaker glass yang lain dan letakkan di atas kompor.

9. Tambahkan aquades sampai mencapai 1000 ml.

10. Masukkan 20 gram dextrose dan 20 gram agar ke dalam beaker glass yang telah berisi sari kentang, aduk rata sampai mendidih.

11. Masukkan larutan ke dalam botol media.

12. Tutup botol media dengan kapas, kertas dan aluminium foil.

13. Masukkan botol media ke dalam autoklaf selama 15 menit untuk disterilkan.

14. Jika media digunakan untuk kesokan harinya maka tuang media ke dalam botol lain atau cawan petri tunggu sampai padat.

15. Simpan media tersebut di tempat yang aman.

b. Langkah membuat bibit F0 jamur tiram1. Sterilisasi enkas yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%, nyalakan blower dan diamkan sekitar 15 menit (tunggu enkas kering dari alhokol).2. Siapkan media PDA padat, alat-alat yang akan digunakan seperti pinset, alkohol dan bunzen.3. Semprot tangan menggunakan alkohol.

4. Masukkan media dan alat-alat ke dalam enkas yang sudah steril.

5. Semprot jamur tiram dengan menggunakan alkohol 70% dan masukkan ke dalam enkas.

6. Nyalakan bunsen.7. Sterilisasi pinset dan silet di atas api bunsen yang sebelumnya dicelupkan ke dalam alkohol 70%.

8. Ambil jamur tiram, sobek jamur menggunakan silet menurut arah tangkainya, letak spora paling banyak kira-kira antara antara gagang dan tudungnya.9. Ambil potongan jamur tiram menggunakan pinset.

10. Buka kapas yang menutupi botol media atau wraping pada cawan petri (semua proses harus dekat dengan api bunzen).

11. Masukkan potongan jamur tiram (eksplan) ke dalam botol media atau cawan petri.

12. Tutup botol media dengan kapas dan rekatkan kembali dengan wraping begitu juga dengan cawan petri.13. Inkubasi ekplan pada suhu ruang dan di tempat steril.

14. Kontrol hasilnya, jika tumbuh misellium berwarna putih maka bibit F0 jamur tiram tersebut dapat dipindah dan siapkan di pindah ke media lain sebagai F1.BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Setelah melakukan praktikum atau percobaan pembuatan bibit F0 dengan media PDA dilakukan denan dua teknik atau cara yaitu dengan cara pengambilan tubuh buah jamur maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tubuh buah jamur pada petri dish:

Terjadi kontaminasi tetapi tumbuh misellium

3.2 Pembahasan

Praktikum yang dilakaukan dalam pembuatan bibit F0 jamur tiram (Pleurotus ostreatus) menggunakan teknik yaitu dengan menggunakan eksplan yang berasal dari jaringan tubuh buah jamur (teknik F0 dari jaringan). Pada pembuatan bibit F0 menggunakan jaringan dalam praktiknya praktikan membuat sebanyak 1 petridisk tiap kelompok. Bedasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, petridisk yang di isi media PDA dari ekstrak kentang dan ditanami eksplan jamur tiram yang berasal dari jaringan batang tubuh jamur berhasil tumbuh miselium tetapi tidak berkembang dengan baik karena terkontaminasi. Pengamatan dilakukan 4 hari setelah inokulasi eksplan. Media yang semula bening menjadi agak kecoklatan. Ditandai dengan adanya jamur kontaminan yang menyelimuti sebagian dari media sehingga berwarna agak keputihan yang juga tumbuh di sekitar eksplan bibit F0 yang diinokulasi. Jamur yang tumbuh banyak didominasi oleh jamur kontaminan bukan bibit F0 yng diharapkan.

Kegagalan pertumbuhan jamur yang didominasi oleh jamur atau bakteri kontaminan seperti yang terjadi pada petridisk kedua diakibatkan oleh beberapa hal. Diantaranya:

1. Kurang sterilnya ruangan enkas

Hal yang sangat penting diperhatikan pada pembuatan bibit F0 ada sterilitas. Ruangan enkas adalah tempat yang sangat penting karena segala aktifitas sterilisasi dan inokulasi dilakukan di enkas. Jadi, sterilitas enkas memegang pengaruh yang cukup besar bagi tumbuh-tidaknya eksplan. Ada indikasi yang menyebabkan tumbuh suburnya kontaminan pada media bahwa pada saat melakukan proses pembuatan bibit F0 ruangan belum steril sehingga kontaminasi rata. 2. Bahan jamur yang disterilkan alcohol masih mengandung air

Bahan berupa eksplan dari jaringan batang tubuh jamur tiram yang digunakan pada praktikum sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan alcohol. Pada saat proses inokulasi, jamur masih mengandung cairan alkalcoholtika ditanam pada media agar (ekstrak kentang) sehingga air menyebar kesana-kemari menyebar ke berbagai permukaan media sehingga menyebabkan kontaminasi.

3. Peralatan yang disterilisasi hanya setengah dan tidak menyeluruh

Peralatan yang tidak steril akan menyebabkan bakteri atau jamur penyebabkan kontaminan cepat tumbuh. Pada saat sterilisasi silet yang digunakan pada saat pemotongan eksplan hanya disterilisasi sebagian saja yaitu bagian yang digunakan untuk memotong. Sedangkan pada bagian yang digunakan sebagai pegangan saat pemotongan tidak disterilkan atau tidak disemprot alkohol. Hal ini menyebabkan saat pemotongan bagian tubuh yang akan dijadikan sebagai eksplan bagian ujung tidak steril. Untuk kodisi yang terjadi pada petridisk ketiga, yaitu eksplan tidak terkontaminasi dan sudah jadi. 4. Kecerobohan praktikan saat menanam eksplanPraktikan adalah orang yang bertugas menanam eksplan. Tetapi dalam penanaman eksplan kemungkinan dapat terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. BAB 5KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum atau percobaan pembuatan bibit jamur f0 , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Bibit jamur tiram F0 adalah bibit jamur indukan dengan media agar-agar (PDA).2. Penanaman menggunakan eksplan dari batang jamur tiram.

3. Kegagalan sebagian besar bibit F0 diakibatkan adanya kontaminasi yang mayoritas disebabkan oleh ruang dan alat yang kurang steril.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyana,Y. A., Muchrodji, dan M. Bakrun. 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Jamur Tiram. Bogor. Penebar Swadaya. 63 hlm.

Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijaya. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta : Kanisius.

Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) pada Media Serbuk Kayu. Skripsi. Universitas Muhamadiah. Surakarta. 70 hlm. Sari, Sasmita. 2015. Budidaya Tana Tanah. Universitas Muhammadiyah Gresik.Suriawiria. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. 55 hlm.

Suryowinoto, S. M., dan SuryowinotoM., 1977. Perbanyakan Vegetatif Pada Anggrek, Yayasan Kanisius, hal. 70.

Kingdom: Fungi

Filum: Basidiomycota

Kelas: Homobasidiomycetes

Ordo: Agaricales

Family: Tricholomatacea

Genus : Pleurotus

Spesies: P. ostreatus

9