Laporan Praktikum Anfar Tetrasiklin Hcl (2)

17

Click here to load reader

description

dfsfssdsdsf

Transcript of Laporan Praktikum Anfar Tetrasiklin Hcl (2)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FARMASIPERCOBAAN IPenetapan Kadar Soft Capsule Tetrasiklin HCl dengan Metode Spektrofotometer UV

Disusun oleh :Reza Nur Iman G1F012056Retno Widiastuti G1F012058Anita Kurnia G1F012060Sausa Monica G1F012062Nisadiyah F. Shahih G1F012064

LABORATORIUM KIMIA FARMASIJURUSAN FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN2014PERCOBAAN IPenetapan Kadar Soft Capsule Tetrasiklin HCl dengan Metode Spektrofotometer UV

I. TUJUAN PERCOBAANMenetapkan kadar Soft Capsule Tetrasiklin HCl dengan metode spektrofotometer UVII. ALAT DAN BAHANAlat yang digunakan adalah spektrofotometer UV, pipet volum 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0 ml, labu ukur 10; 25; 50; 100 ml, timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah Tetrasiklin Hidroklorida standar, Soft Capsule Tetrasiklin Hidroklorida, Larutan NaOH encer, aquades, dan asam klorida 37%.III. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGANPenimbangan StandarWadah + zat= 368 mgWadah + sisa= 269 mgZat= 99 mgPembuatan Larutan IndukMg zat= 99 mgVolume induk= 10 ml

Pembuatan Seri Konsentrasi V1 (ml)Kadar1 (ppm)V2 (ml)Kadar2 (ppm)

1990010990

19901099

299010198

399010297

22971059,4

339610118,8

529710148,5

1990025396

23961079,2

Pembuatan Kurva BakuKadar (ppm)Serapan (A)

59,40,275

79,40,354

990,473

118,80,523

148,50,664

1980,868

y= 0,0182 + 0,0043xr= 0,9954

Keseragaman BobotNoBobot kapsul (mg)Xi - Xi - 2

1.94817,1294,41

2.95411,1123,21

3.9660,90,81

4.95411,1123,21

5.9737,962,41

6.9726,947,61

7.9704,924,01

8.9748,979,21

9.9737,962,41

10.9671,93,61

Jumlah (z) =Jumlah (z) = 818,9

SD= 9,54 Preparasi SampelSampel 11 soft capsule Tetrasiklin HCl diambil seluruhnya dimasukan dalam labu takar 25 ml sehingga konsentrasinya 10000 ppmV1Serapan 1 (ppm)V2Serapan 2 (ppm)

110.000101000

11.00010100

Faktor Pengenceran (FP) = 100Serapan (A)= 0,273Sampel 2V1Serapan 1 (ppm)V2Serapan 2 (ppm)

110.000101000

11.00010100

Faktor Pengenceran (FP) = 100Serapan (A) = 0,355Sampel 3V1Serapan 1 (ppm)V2Serapan 2 (ppm)

110.000101000

11.00010100

Faktor Pengenceran (FP) = 100Serapan (A) = 0,273

Perhitungan Kadar SampelAFpKadar teoritikKadar %

0,27310025044,41%

0,35510025063,48%

0,27310025044,41%

Kadar = Kadar rata-rata Kadar = 50,77 0,11 %Rumus Perhitungan Kadar

IV. PEMBAHASANPemerian Bahan yang Digunakan1. Natrium Hidroksida Nama Resmi: Natrii HydroxidumRumus Molekul: NaOHBerat Molekul: 40,00Pemerian: Putih atau praktis putih, massa melebur berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.Kelarutan: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (Depkes RI, 1995) NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1. Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.2. Aquades Berat Molekul :18,02Air murni adalah air yang dimurnikan yang di peroleh dengan destilasi. Perlakuan dengan menggunakan penukar ion, osmosis yang baik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum, dan tidak mengandung zat tambahan yang lain. Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Aquadest digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan. Bila digunakan untuk seediaan steril air harus memenuhi uji sterilitas (Depkes RI, 1995).Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Dachriyanus, 2004). 3. Suspensi TetrasiklinSuspensi tetrasiklin mengandung tetrasiklin atau garamnya yang cocok. Kadar dihitung sebagai tetrasiklin hidroklorida, C22H24N2O8, HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera di etiket. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk (Depkes RI, 1979)4. Kapsul Tetrasiklin HidrokloridaKapsul tetrasiklin hidroklorida mengandung tetrasiklin hidroklorida, C22H24N2O8, HCl, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 120% dari jumlah yang tertera di etiket. Penyimpanan dalam wadah tertutup; pada suhu tidak lebih dari 30oC (Depkes RI, 1979).Cara Kerja dan Fungsi PenambahanA. Pembuatan NaOH encer 250 mlSebanyak 10 gram NaOH ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, dilarutkan dengan aquades sampai 250 ml, hingga tiap 100 ml larutan mengandung 4 gram NaOH. Aquades digunakan sebagai pelarut, karena menurut Depkes RI (1979), NaOH sangat mudah larut dalam air dan etanol 95% P.B. Pembuatan 500 ml HCl 0,01 N Sebanyak 0,5 ml HCL 37% (10 N) dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml, kemudian diencerkan dengan aquades sampai 500 ml. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh HCl 0,01 N 500 ml dari larutan stok HCl 37% 10 N.C. Pembuatan Larutan IndukSebanyak 100 mg tetrasklin hidroklorida ditimbang seksama. Pada praktikum diperoleh penimbangan sebanyak 99 mg, kemudian dilarutkan ke dalam labu ukur 10 ml dengan 10 ml HCl 0,01 N hingga didapat larutan induk tetrasiklin hidroklorida dengan konsentrasi 9900 ppm.D. Pembuatan Larutan Standar1. Sebanyak 1,0 ml larutan induk Tetrasiklin HCl 9900 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, di tambah HCl 0,01 N sampai tanda batas hingga didapat larutan standar tetrasiklin HCl dengan konsentrasi 990 ppm. 2. Sebanyak 1,0; 2,0; dan 3,0 ml larutan standar tetrasiklin HCl 990 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, diadd HCl 0,01 N sampai tanda batas hingga didapat konsentrasi larutan standar berturut-turut sebesar 99 ppm, 198 ppm, dan 297 ppm.3. Sebanyak 2,0 dan 5,0 ml larutan standar tetrasiklin HCl 297 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, diadd HCl 0,01 N sampai tanda batas hingga didapat konsentrasi larutan standar berturut-turut sebesar 59,4 ppm dan 148,5 ppm.4. Sebanyak 1,0 ml larutan induk tetrasiklin HCl 9900 ppm diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, kemudian di tambah HCl 0.01 N sampai 25 ml hingga didapat larutan standar tetrasiklin HCl dengan konsentrasi 396 ppm. Dari larutan standar 396 ppm diambil 2,0 dan 3,0 ml masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu di tambah HCl 0,01 N sampai 10 ml hingga didapat larutan standar tetrasiklin HCl dengan konsentrasi berturut-turut sebesar 79,2 ppm dan 118,8 ppm.E. Penetapan panjang gelombang () maksimumLarutan standar 99 ppm sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml ditambah NaOH encer 0,5 ml, kemudian ditambah 10 ml aquades dan ditunggu selama 6 menit. Larutan diukur serapannya pada panjang 200 sampai 400 nm dengan blanko 0.5 ml NaOH encer, 1 ml HCl 0.01 N dalam 10 ml aquades. F. Pembuatan Kurva KalibrasiLarutan standar dengan konsentrasi 59,4; 79,4; 99; 118,8; 148,5; 198 ppm masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml kemudian ditambah NaOH 0,5 ml, ditambah aquades sampai 10 ml, lalu ditunggu sampai 6 menit. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimal dengan blanko 1 ml HCl dan 0,5 ml NaOH yang dilarutkan dalam aquadest sampai 10 ml.G. Keseragaman BobotTimbang 10 kapsul tetrasiklin HCl, ditimbang lagi satu persatu. Setelah itu dikeluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan HCl. Cairan cucian dibuang dan dibiarkan hingga tidak berbau HCl, lalu ditimbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Pencucian cangkang dengan HCl bertujuan untuk melarutkan sisa-sisa suspensi dalam cangkang hingga diperoleh cangkang dengan sedikit sisa tetrasiklin HCl.H. Pengukuran kadar tetrasiklin HCl dalam sediaan soft kapsul tetrasiklin HClKeluarkan isi satu kapsul dengan dibilas HCl 0,01N, ditampung dalam labu ukur 10 ml lalu ditambahkan HCl 0,01 N sampai tanda batas hingga didapat konsentrasi larutan sampel tetrasiklin HCl 10000 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran 100 kali sampai didapat konsentrasi sebesar 100 ppm dengan mengambil 1 ml dari larutan sampel tetrasiklin HCl 10000 ppm, kemudian di tambah 10 ml HCl 0.01 N didapatkan konsentrasi larutan sampel tetrasiklin HCl 1000 ppm. Kemudian ambil 1 ml dari larutan sampel tetrasiklin HCl 1000 ppm dan di tambah 10 ml HCl 0.01 N didapatkan konsentrasi larutan sampel tetrasiklin sebesar 100 ppm. Larutan sampel tetrasiklin HCl 100 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur, ditambah NaOH encer sebanyak 0,5 ml, lalu di tambah aquades sampai 10 ml. Larutan sampel ditunggu selama 6 menit, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan blanko 1 ml HCl 0.01 N, 0,5 ml NaOH, dan ditambah aquadest sampai 10 ml. Pengukuran absorbansi dilakukan terhadap 3 replikan, lalu dihitung kadar tetrasiklin HCl sehingga didapatkan kadar dalam prosentase terhadap teoritik (x SD). Kadar teoritik tetrasiklin HCl dalam kapsul adalah 250 mg.Analisa PercobaanKeseragaman BobotKeseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini. Untuk pengujian keseragaman bobot kapsul yang berisi obat cair atau pasta, pertama-tama ditimbang 10 kapsul, ditimbang lagi satu persatu. Setelah itu dikeluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan HCl. Cairan cucian dibuang dan dibiarkan hingga tidak berbau HCl, lalu ditimbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5% (Depkes RI, 1995). Dengan menimbang bobot cangkang tanpa mengeluarkan isi dari kapsul tetrasiklin HCl, diperoleh hasil perbedaan bobot dalam persen tidak ada satupun yang melebihi dari 7,5%.

Penetapan Panjang Gelombang MaksimumStruktur tetrasiklin mempunyai gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) dan gugus auksokrom (gugus hidroksil, gugus amida dan gugus amina) sehingga senyawa ini dapat menyerap radiasi pada panjang gelombang di daerah ultraviolet. Menurut Budavari (2001), tetrasiklin memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang 220 nm, 268 nm, dan 355 nm. Sedangkan menurut Moffat (2004) tetrasiklin memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada panjang gelombang 270 nm ( A 11 = 417 a) dan 356 nm.Berdasarkan hasil yang didapatkan spektrofotometri menunjukkan panjang gelombang maksimum tetrasiklin adalah 380 nm. Berbeda dengan literature yang didapatkan. Hal ini mungkin karena ketika penyaringan suspensi tetrasiklin belum terlalu jernih sehingga masih ada beberapa partikel-partikel yang ada dalam larutan dan mempengaruhi penetapan panjang gelombang maksimum.Kadar Sampel Tetrasiklin HClAFpKadar teoritikKadar (%)

0,27310025044,41

0,35510025063,48

0,27310025044,41

Kadar = 50,77 0,11 %Rumus Perhitungan Kadar

Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal yang nantinya akan mempresentasikan kadar sampel. Didapatkan hasil absorbansi berturut-turut adalah 0,273 A; 0,355 A; 0,273 A. Setelah itu lalu dilakukan perhitungan kadar sampel yang diuji dengan menggunakan rumus perhitungan kadar. Hasil yang didapat berturut-turut kadarnya adalah 44,41%, 63,48%, 44,41%. Rentang kadar tetrasiklin yang memenuhi syarat yaitu 96% sampai 104% (Depkes RI, 1995). Hasil kadar Tetrasiklin yang diperoleh berbeda dengan kadar tetrasiklin yang tertera pada kemasan strip yaitu 250 mg. Perbedaan kadar tertrasiklin yang diperoleh dengan kadar teoritis disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi absorbansi seperti:- Jarak yang diarungi radiasi melewati larutan itu- Panjang gelombang radiasi- Sifat dasar spesies molekul dalam larutan (Christian, 2003). Selain itu perbedan hasil dengan teoritis ini dapat dipengaruhi oleh human error, keterbatasan alat, kesalahan kalibrasi, dan faktor noise (Sudjadi, 2008).

V. KESIMPULANBerdasarkan perocobaan Penetapan Kadar Soft Capsule Tetrasiklin HCl dengan Metode Spektrofotometer UV, dapat ditarik beberapak kesimpulan sebagai berikut :1. Soft Capsule Tetrasiklin HCl memiliki keseragaman bobot sesuai kriteria, yaitu perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.2. Kadar yang diperoleh (50,77 0,11 %) tidak sesuai dengan kriteria. Karena menurut Depkes RI (1995), rentang kadar tetrasiklin yang memenuhi syarat yaitu 96% sampai 104%. Khusus untuk suspensi, kadar dihitung sebagai tetrasiklin hidroklorida, C22H24N2O8, HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115% dari jumlah yang tertera di etiket (Depkes RI, 1979).

DAFTAR PUSTAKA

Budavari, S, 2001, The Merck Index. Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and. Biologicals. Thirteenth Edition, Merck & Co., Whitehouse.Christian, G. D., 2003, Analytical Chemistry, Sixth Edition, John Wiley & Sons Ltd, New York.Dachriyanus. 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, Andalas University Press, Padang. Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Dirjen POM, Jakarta.Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Dirjen POM, Jakarta.Moffat, C Anthony, David Osselton, dan Brian Widdop, 2004, Clarkes Analysis of Drugs and Poisons in Pharmaceutical, Body Fluids, and Post-Mortem Material. 3rd Edition. The Pharmaceutical Pres, London.