Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

24
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN OPERASI INDUSTRI (Kesetimbangan Massa) Oleh : Nama : Bunga Pratiwi NPM : 240110120035 Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 27 Maret 2014 Waktu : 15.00 – 17.30 WIB Co. Ass : AstriAriyanti Rizqi Putri Fathoni Nilai :

description

satuan operasi industri

Transcript of Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

Page 1: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI INDUSTRI

(Kesetimbangan Massa)

Oleh :

Nama : Bunga Pratiwi

NPM : 240110120035

Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 27 Maret 2014

Waktu : 15.00 – 17.30 WIB

Co. Ass : AstriAriyanti

Rizqi Putri Fathoni

LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES

TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

Nilai :

Page 2: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam industri terdapat beberapa jenis bahan pangan, salah satunya adalah

jenis bahan pangan cair. Sebagai zat cair, bahan pangan cair memiliki viskositas

sebagai karakteristiknya. Viskositas pada bahan pangan cair akan berbeda-beda

terggantung dengan jenis dan kandungan airnya. Viskositas menentukan

kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material.

Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk

mengalir. Untuk satu jenis bahan pangan cair, belum tentu memiliki nilai

viskositas yang sama. Nilai viskositas tersebut dapat diketahui dengan

menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat

refraktometer.

Hukum konservasi energi mengatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan

ataupun dimusnahkan, namun dapat berubah bentuk dan phase. Dalam satu

industri pertanian, seringkali kita diharuskan untuk membuat bahan pangan cair

dengan kekentalan tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

pengentalan maupun penenceran. Hal tersebut diperlukan perhitungan-

perhitungan yang dapat memperkirakan kadar produk yang diinginkan dengan

menggunakan prinsip kekekalan massa. Dengan demikian, praktikum ini sangat

bermanfaat bagi mahasiswa teknik pertanian untuk menganalisis suatu proses

pengolahan hasil pertanian dalam menentukan komposisi produk setelah

dilakukan serangkaian proses.

1.2. Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum

Page 3: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan

gula

b. Menentukan model neraca massa steady state pada alir massa dan

unsteady state pada komponen gula.

Page 4: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesetimbangan Massa

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-

Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup

akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut

(dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama).

Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa

adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa

dari reaktan harus sama dengan massa produk. (Arif,2012)

Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada

tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia

modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide

yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,

kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi.

Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting

dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami

bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi

kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua

proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

Dalam Satuan Operasi bentuk kesetimbangan massa dan energi dapat

direpresentasikan dalam bentuk kotak diagram proses. Massa atau energi yang

masuk ke dalam kotak diagram proses harus setimbang dengan massa atau energi

yang ke luar darinya. (Arif,2012)

Hukum konservasi massa berisi bahwa massa tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan (kecuali reaksi atom/ nuklir). Sehingga kesetimbangan massa dalam

sebuah proses dapat ditulis sebagai berikut :

Input = Output

input = uotput + akumulasi

bahan baku = produk + limbah + akumulasi

Page 5: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

SmR = Smp +SmW +SmS

SmR = mR1 + mR2 + mR3

Smp = mp1 + mp2 + mp3

SmW = mW1 + mW2 + mW3

SmS = ms1 + ms2 + ms3

2.2. Viskositas

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar

kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka

makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam

fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara

molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat

tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara

kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk

koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika membahas

mengenai viskositas maka akan menyinggung fluida sejati. Fluida ideal tidak

mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v

dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya, maka benda tersebut akan

mengalami gaya gesekan fluida , dengan k adalah konstanta yang bergantung pada

bentuk geometris benda. (Audina,2011)

Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal

tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:

a. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk

permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.

b. Mempunyai rapat masa dan berat jenis.

c. Dapat dianggap tidak termampatkan.

d. Mempunyai viskositas (kekentalan).

e. Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.

2.3. Refraktometer

Refractometer adalah suatu instrumen opfis yang digunakan untuk

menentukan indeks-refraksi suatu unsur. Ini sering mengacu pada beberapa sifat

Page 6: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

fisis suatu unsur yang secara langsung berhubungan dengan indeks-refraksinya.

Tertentu jenis refractometers dapat digunakan untuk mengukur gas, cairan seperti

minyak atau water-based, dan bahkan padat tembus cahaya atau transparan seperti

batu-permata. (Arifelia,2012)

Suatu refractometer dapat digunakan untuk menentukan identitas dari

suatu unsur yang tak dikenal berdasar pada indeks-refraksinya, untuk menilai

kemurnian unsur tertentu, atau untuk menentukan konsentrasi zat atau unsur di

(dalam) suatu zat atau unsur. Biasanya, refractometers digunakan untuk mengukur

konsentrasi cairan seperti isi gula ( Brix tingkatan, sebagai contoh di (dalam)

hidangan buah-buahan, sari buah, atau sayur-mayur madu, dll), konsentrasi

protein darah, berkadar garam dan bobot jenis air seni. Refractometers dapat juga

digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan untuk cairan [yang] komersil

seperti bahan anti beku, memotong cairan, dan cairan industri. (Arifelia,2012)

Ada empat utama jenis refractometers: handheld tradisional

refractometers, handheld digital refractometers, atau laboratorium Abbe

refractometers, dan inline memproses refractometers. Ada juga Rayleigh

Refractometer menggunakan (secara khas) untuk mengukur indeks gas yang bias.

(Arifelia,2012)

Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai

berikut :

1. Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan

Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan

sample.

2. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut

refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar.

Maka pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.

3. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut

refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil. Pada

gambar terlihar sinar “b” jatuh pada skala besar.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh

secara proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer akan

ditera pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh Refractometer

Page 7: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

yang dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan ditera pada skala

gula. Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam, protein dll.

Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu

merupakan pernsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar

bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam,

protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari

cane sugar yang terdapat dalam larutan 100 g cane sugar. Jadi pada saat mengukur

larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan konsentrasinya.

2.4. Derajat Brix

Menurut Diding Suhandy (2008) derajat Brix merupakan satuan yang

umum digunakan untuk mengukur KPT dalam suatu larutan. Sebagian besar

kandungan padatan terlarut (KPT) pada buah terdiri atas gula-gula sederhana

seperti fruktosa, glukosa dan sukrosa.

Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr

larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16 gram

merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui

banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur.

(Risvan,2008).

2.5. Keadaan Steady dan Unsteady Sate

Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu

sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan.

Keadaan steady state dapat ditunjukkan dengan laju alir input (QF : ml/detik)

sama dengan output (QR : ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF =

QR). Keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai

atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien.

(Narutomo,2012)

Sistem steady menunjukkan akumulasi sama dengan nol, dan tidak

bergantung pada waktu. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu

sistem berubah dengan berjalannya waktu. (Narutomo,2012)

Page 8: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

2.6. Pengentalan dan Pengenceran

Pengentalan merupakan proses meningkatkan konsentrasi suatu larutan

akibat adanya pencampuran bahan terlarut. Sedangkan pengenceran merupakan

proses penurunan suatu larutan akibat adanya pencampuran bahan pelarut.

Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antara partikelnya semakin kuat,

sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya akan

semakin lemah. (Ariani, 2004)

Page 9: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 3

METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Peralatan proses kontinu berpengaduk

2. Stopwatch

3. Gelas ukur

4. Refraktometer

5. Timbangan

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Gula pasir

2. Tissu

3. Air

3.2. Prosedur Percobaan

Berikut prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum

kesetimbangan massa :

1. Memasang peralatan tangki kontinu.

2. Mempelajari dan uji coba terlebih dahulu peralatan tersebut sebelum

digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan.

3. Menentukan volume maksimum tangki (V) ketika pengaduk sedang

berjalan dan tentukan laju alir input (QF : ml/detik) output (QR :

ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF = QR).

4. Menghitung kadar madu dan air dengan refraktometer mula-mula pada

gelas ukur 1 dan 2

5. Mencatat hasil pengukuran, dengan kadar madu mula-mula sebagai xt

dan xf juga pada kolom pengenceran sedangkan kadar air sebagai xt

pada kolom pengentalan.

Page 10: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

6. Memulai percobaan dengan membuka keran penutup pada tangki

kontinyu, bersamaan itu perhitungan waktu dengan stopwatch dimulai

juga dan kedua gelas ukur diaduk-aduk .

7. Setelah 5 menit, keran ditutup kembali dan dihitung kadar larutan

madu gelas ukur. Pengukuran kadar larutan dilakukan dengan alat

refraktometer.

8. Untuk menggunakan refraktometer pastikan alat dalam keadaan bersih

dan kering; teteskan larutan yang akan diukur; pastikan tidak ada

gelembung udara pada alat; arahkan pada cahaya; membaca hasil pada

skala refraktometer.

9. Seelanjutnya mencatat hasil pengukuran, dimana kedua data hasil

pengukuran sebagai xt.

10. Membuat grafik konsentrasi madu (ln (Xf – Xt)) terhadap waktu (t)

berdasarkan hasil percobaan dan menentukan model persamaan dari

grafik tersebut (y = ax + b).

11. Membandingkan antara proses pemekatan dan proses pengenceran.

Menggunakan referensi yang sesuai untuk keseimbangan massa dalam

pembahasan.

Page 11: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 4

HASIL PERCOBAAN

A. Pengentalan

Laju pengentalan:

Qinput = volume (ml)

waktu(s)

= 12,5 ml

60 s

= 0,2083 ml/s

Tabel 1. Pengentalan Larutan Madu

No Waktu (menit) Pengentalan Ln (Xf – Xt)

1 0 Xf = 8,4 -

2 5 1,5 1,93

3 10 1,2 1,97

4 15 1,3 1,96

5 20 1,5 1,33

6 25 1,5 1,93

7 30 1,6 1,92

8 35 1,8 1,89

9 40 1,9 1,87

10 45 2,0 1,86

Perhitungan:

1. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 8,4)

= Ln 0

= math error

2. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)

= Ln 6,9

= 1,93

3. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,2)

= Ln 7,2

= 1,97

4. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,3)

= Ln 7,1

= 1,96

5. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)

= Ln 6,9

= 1,93

6. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)

= Ln 6,9

= 1,93

Page 12: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

7. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,6)

= Ln 6,8

= 1,92

8. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,8)

= Ln 6,6

= 1,89

9. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,9)

= Ln 6,5

= 1,87

10. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 2,0)

= Ln 6,4

= 1,86

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.5

1

1.5

2

2.5

f(x) = 0.0198787878787879 x + 1.21872727272727R² = 0.239669680716072

Waktu (menit)

lLn (X

f - X

t)

Gambar 1. Grafik Pengentalan Madu

B. Pengenceran

Laju pengenceran:

Qinput = volume (ml)

waktu(s)

= (310−210 )ml

60 s

= 1,67 ml/s

Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula

No Waktu (menit) Pengenceran Ln (Xf – Xt)

1 0 9,7 -

2 5 10 -

3 10 8 0,53

4 15 8 0,53

5 20 8 0,53

Page 13: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

6 25 8 0,53

7 30 8 0,53

8 35 8 0,53

9 40 7,7 0,7

10 45 7,7 0,7

1. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 9,7)

= Ln 0

= math error

2. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 10)

= Ln – 0,3

= math error

3. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

4. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

5. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

6. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

7. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

8. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)

= Ln 1,7

= 0,53

9. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7)

= Ln 2,0

= 0,7

10. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7)

= Ln 2,0

= 0,7

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

f(x) = 0.0218181818181818 x + 0.103090909090909R² = 0.40433325446339

Waktu (menit)

lLn (X

f - X

t)

Gambar 1. Grafik Pengenceran Madu

Page 14: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengentalan dan pengenceran

madu dan mengukur nilai viskositasnya. Setelah data diperoleh maka dapat

dihitung kesetimbangan massa dalam suatu viskositas suatu larutan.

Percobaan ini dimulai dengan mengukur laju aliran. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui apakah cairan dapat mengalir dengan baik atau tidak. Setelah

laju aliran diperoleh, dilanjutkan dengan mengukur viskositas larutan

(pengentalan/pengenceran) dengan alat refraktometer setiap lima menit dari waktu

0 hingga 45 menit. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus

diarahkan ke cahaya agar nilai yang ditunjukkan pada skala dapat terlihat dengan

jelas. Setiap lima menit proses diamati dan dicatat datanya. Data tersebut berupa

kadar madu (oBrix). Dari data tersebut dapat dihitung ln (Xf – X), dengan Xf

adalah kadar madu (oBrix) dan X adalah waktu.

Pada proses pengentalan larutan akan memiliki peningkatan viskositas.

Namu hal itu tidak terjadi pada praktikum ini. Pada menit kelima nilai yang

diperoleh dari refraktometer adalah 1,5 sedangkan pada menit kesepuluh

refraktometer menunjukkan nilai 1,2. Meskipun setelah waktu 10 menit viskositas

mengalami peningkatan, namun penurunan nilai yang terjadi antara menit kelima

dan kesepuluh menunjukan adanya kesalahan yang mungkin terjadi selama

percobaan. Kesalahan tersebut mungkin terjadi saat menggunakan alat

refraktometer. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena adanya gelembung

udara, refraktometer yang tidak bersih, ataupun kesalahan membaca.

Nilai yang diperoleh akan dipengaruhi oleh prosesnya sendiri. Saat

melakukan percobaan, larutan yang dikentalkan ataupun diencerkan diaduk

selama proses percobaan. Hal ini dimaksudkan agar larutan tercampur merata dan

memperlancar aliran fluidanya. Untuk alat pengaduk, digunakan pengaduk kaca

pejal agar gesekan alat dengan cairannya lebih kecil.

Pada proses pengenceran, nilai yang diperoleh dari refraktometer akan

mengalami penurunan. Data yang diperoleh dari percobaan ini memang

mengalami penurunan, namun data yang diperoleh tidak cukup akurat. Hal

Page 15: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

tersebut degambarkan dengan nilai regresi sebesar 0,4043. Sama seperti pada

proses pengentalan, pada proses pengenceran ini juga memungkinkan adanya

kesalahan dalam percobaan. Dikarenakan laju aliran yang cukup lancar, yaitu 1,67

ml/s, maka kemungkinan kesalahan adalah pada penggunaan refraktometer. Pada

saat penggunaan alat refraktometer harus dibersihkan dari sisa cairan sebelumnya,

pada proses pengukuran juga tidak boleh ada gelembung udara.

Proses pengentalan dan pengenceran pada larutan madu ini juga sama

dengan proses pengentalan dan pengenceran larutan gula. Pada proses

pengentalan gula, nilai viskositas akan mengalami peningkatan. Pada proses

pengenceran larutan gula, nilai viskositas akan mengalami penurunan. Namun

pada percobaan yang dilakukan, hasil yang diperoleh tidak sesuai. Pada proses

pengenceran, terjadi kenaikan nilai viskositas antar amenit ke-10 dan menit ke-15.

Sama seperti pada pengentalan larutan gula diatas, hal ini juga dimungkinkan

karena kesalahan saat penggunakan alat refraktometer.

Page 16: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Pada proses pengentalan, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin

meningkat.

2. Pada proses pengenceran, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin

menurun.

3. Proses pengentalan dan pengenceran pada setiap jenis bahan pangan

cair memiliki prinsip yang sama.

4. Dalam menggunakan alat refraktometer, praktikan harus

memperhatikan kebersihan alat dari sisa larutan lain.

5. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus diarahkan pada

cahaya agar angka yang ditunjukkan oleh skala dapat terbaca debgan

baik.

6. Larutan yang dikentalkan/diencerkan harus tetap diaduk selama proses

percobaan berlangsung untuk menghindari penggumpalan laruta

gula/madu dan untuk memperlancar aliran fluida.

6.2. Saran

Agar praktikum ini lebih baik, diberikan beberapa saran berikut ini :

1. Dalam melakukan percobaan praktikan harus lebih berhati-hati dan

teliti dalam menggunakan alat.

2. Agar nilai yang diperoleh dari refraktometer akurat, pastikan

refraktometer bersih dari sisa larutan lain dan tidak ada gelembung

udara.

3. Dalam melakukan pengadukan larutan, harus dilakukan dengan hati-

hati dan konstan. Hal ini bertujuan agar aliran stabil dan tidak merusak

alat.

Page 17: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Weka. 2012. Kesetimbangan Massa (Satuan Operasi dan TL). Terdapat pada http://agritechhelp. blogspot.com /2012/03/ kesetimbangan- massa- satuan-operasi.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 02.42 WIB.

Arifelia, Destri Rizkia. 2012. Penjelasan Refraktometer . Terdapat pada http://www.destririzkiarifelia.blogspot.com (Diakses pada hari Jumat, 02 April 2014, pukul 02.49 WIB.

Aryani, Nirmala A. 2011. Pengentalan dan Pengenceran. Terdapat pada http://nirmalaaaryanti.blogspot.com/2011/04/pengukuran- infiltrasi- menggu nakan-ring_12.html . Diakses pada tanggal 02 Apeil 2004 pukul 03.15 WIB.

Audina, Ervi. 2011. Viskositas. Terdapat pada http://www.erviaudina.wordpress.com. Diakses pada hari Kamis, 02 April 2014, pukul 03.04 WIB.

Kuswurj, Rivan. 2011. Pengertian, pol, brix dan HK dalam Analisa Gula. Terdapat pada http://www.risvank.com/tag/brix/. Diakses pada tanggal 02 Apeil 2014 pukul 03.09 WIB.

Narutomo, Andriyanto. 2012. Aliran Stady dan Unsteady State. Terdapat pada http:// arandityonarutomo. blogspot. com/ 2012/ 04/ aliran - unsteady -.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 04.11 WIB.

Page 18: Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)

LAMPIRAN

Alat dan Bahan yang Digunakan