Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)
-
Upload
bungapratiwii -
Category
Documents
-
view
374 -
download
41
description
Transcript of Laporan Praktikum -4- (Kesetimbangan Massa)
LAPORAN PRAKTIKUM
SATUAN OPERASI INDUSTRI
(Kesetimbangan Massa)
Oleh :
Nama : Bunga Pratiwi
NPM : 240110120035
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 27 Maret 2014
Waktu : 15.00 – 17.30 WIB
Co. Ass : AstriAriyanti
Rizqi Putri Fathoni
LABORATURIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Nilai :
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam industri terdapat beberapa jenis bahan pangan, salah satunya adalah
jenis bahan pangan cair. Sebagai zat cair, bahan pangan cair memiliki viskositas
sebagai karakteristiknya. Viskositas pada bahan pangan cair akan berbeda-beda
terggantung dengan jenis dan kandungan airnya. Viskositas menentukan
kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material.
Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Untuk satu jenis bahan pangan cair, belum tentu memiliki nilai
viskositas yang sama. Nilai viskositas tersebut dapat diketahui dengan
menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan alat
refraktometer.
Hukum konservasi energi mengatakan bahwa massa tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan, namun dapat berubah bentuk dan phase. Dalam satu
industri pertanian, seringkali kita diharuskan untuk membuat bahan pangan cair
dengan kekentalan tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengentalan maupun penenceran. Hal tersebut diperlukan perhitungan-
perhitungan yang dapat memperkirakan kadar produk yang diinginkan dengan
menggunakan prinsip kekekalan massa. Dengan demikian, praktikum ini sangat
bermanfaat bagi mahasiswa teknik pertanian untuk menganalisis suatu proses
pengolahan hasil pertanian dalam menentukan komposisi produk setelah
dilakukan serangkaian proses.
1.2. Tujuan Percobaan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan
gula
b. Menentukan model neraca massa steady state pada alir massa dan
unsteady state pada komponen gula.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kesetimbangan Massa
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-
Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup
akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut
(dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama).
Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa
adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk. (Arif,2012)
Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada
tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia
modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide
yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,
kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi.
Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting
dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami
bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi
kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua
proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.
Dalam Satuan Operasi bentuk kesetimbangan massa dan energi dapat
direpresentasikan dalam bentuk kotak diagram proses. Massa atau energi yang
masuk ke dalam kotak diagram proses harus setimbang dengan massa atau energi
yang ke luar darinya. (Arif,2012)
Hukum konservasi massa berisi bahwa massa tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan (kecuali reaksi atom/ nuklir). Sehingga kesetimbangan massa dalam
sebuah proses dapat ditulis sebagai berikut :
Input = Output
input = uotput + akumulasi
bahan baku = produk + limbah + akumulasi
SmR = Smp +SmW +SmS
SmR = mR1 + mR2 + mR3
Smp = mp1 + mp2 + mp3
SmW = mW1 + mW2 + mW3
SmS = ms1 + ms2 + ms3
2.2. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka
makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam
fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara
molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat
tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas. Satuan SI untuk
koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika membahas
mengenai viskositas maka akan menyinggung fluida sejati. Fluida ideal tidak
mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v
dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya, maka benda tersebut akan
mengalami gaya gesekan fluida , dengan k adalah konstanta yang bergantung pada
bentuk geometris benda. (Audina,2011)
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal
tidak mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
a. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk
permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
b. Mempunyai rapat masa dan berat jenis.
c. Dapat dianggap tidak termampatkan.
d. Mempunyai viskositas (kekentalan).
e. Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.
2.3. Refraktometer
Refractometer adalah suatu instrumen opfis yang digunakan untuk
menentukan indeks-refraksi suatu unsur. Ini sering mengacu pada beberapa sifat
fisis suatu unsur yang secara langsung berhubungan dengan indeks-refraksinya.
Tertentu jenis refractometers dapat digunakan untuk mengukur gas, cairan seperti
minyak atau water-based, dan bahkan padat tembus cahaya atau transparan seperti
batu-permata. (Arifelia,2012)
Suatu refractometer dapat digunakan untuk menentukan identitas dari
suatu unsur yang tak dikenal berdasar pada indeks-refraksinya, untuk menilai
kemurnian unsur tertentu, atau untuk menentukan konsentrasi zat atau unsur di
(dalam) suatu zat atau unsur. Biasanya, refractometers digunakan untuk mengukur
konsentrasi cairan seperti isi gula ( Brix tingkatan, sebagai contoh di (dalam)
hidangan buah-buahan, sari buah, atau sayur-mayur madu, dll), konsentrasi
protein darah, berkadar garam dan bobot jenis air seni. Refractometers dapat juga
digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan untuk cairan [yang] komersil
seperti bahan anti beku, memotong cairan, dan cairan industri. (Arifelia,2012)
Ada empat utama jenis refractometers: handheld tradisional
refractometers, handheld digital refractometers, atau laboratorium Abbe
refractometers, dan inline memproses refractometers. Ada juga Rayleigh
Refractometer menggunakan (secara khas) untuk mengukur indeks gas yang bias.
(Arifelia,2012)
Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan
Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan
sample.
2. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut
refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar.
Maka pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.
3. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut
refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil. Pada
gambar terlihar sinar “b” jatuh pada skala besar.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh
secara proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer akan
ditera pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh Refractometer
yang dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan ditera pada skala
gula. Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam, protein dll.
Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu
merupakan pernsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar
bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam,
protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari
cane sugar yang terdapat dalam larutan 100 g cane sugar. Jadi pada saat mengukur
larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan konsentrasinya.
2.4. Derajat Brix
Menurut Diding Suhandy (2008) derajat Brix merupakan satuan yang
umum digunakan untuk mengukur KPT dalam suatu larutan. Sebagian besar
kandungan padatan terlarut (KPT) pada buah terdiri atas gula-gula sederhana
seperti fruktosa, glukosa dan sukrosa.
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr
larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16 gram
merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui
banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur.
(Risvan,2008).
2.5. Keadaan Steady dan Unsteady Sate
Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu
sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan.
Keadaan steady state dapat ditunjukkan dengan laju alir input (QF : ml/detik)
sama dengan output (QR : ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF =
QR). Keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai
atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien.
(Narutomo,2012)
Sistem steady menunjukkan akumulasi sama dengan nol, dan tidak
bergantung pada waktu. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu
sistem berubah dengan berjalannya waktu. (Narutomo,2012)
2.6. Pengentalan dan Pengenceran
Pengentalan merupakan proses meningkatkan konsentrasi suatu larutan
akibat adanya pencampuran bahan terlarut. Sedangkan pengenceran merupakan
proses penurunan suatu larutan akibat adanya pencampuran bahan pelarut.
Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antara partikelnya semakin kuat,
sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya akan
semakin lemah. (Ariani, 2004)
BAB 3
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Peralatan proses kontinu berpengaduk
2. Stopwatch
3. Gelas ukur
4. Refraktometer
5. Timbangan
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Gula pasir
2. Tissu
3. Air
3.2. Prosedur Percobaan
Berikut prosedur percobaan yang dilakukan pada praktikum
kesetimbangan massa :
1. Memasang peralatan tangki kontinu.
2. Mempelajari dan uji coba terlebih dahulu peralatan tersebut sebelum
digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan.
3. Menentukan volume maksimum tangki (V) ketika pengaduk sedang
berjalan dan tentukan laju alir input (QF : ml/detik) output (QR :
ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state (QF = QR).
4. Menghitung kadar madu dan air dengan refraktometer mula-mula pada
gelas ukur 1 dan 2
5. Mencatat hasil pengukuran, dengan kadar madu mula-mula sebagai xt
dan xf juga pada kolom pengenceran sedangkan kadar air sebagai xt
pada kolom pengentalan.
6. Memulai percobaan dengan membuka keran penutup pada tangki
kontinyu, bersamaan itu perhitungan waktu dengan stopwatch dimulai
juga dan kedua gelas ukur diaduk-aduk .
7. Setelah 5 menit, keran ditutup kembali dan dihitung kadar larutan
madu gelas ukur. Pengukuran kadar larutan dilakukan dengan alat
refraktometer.
8. Untuk menggunakan refraktometer pastikan alat dalam keadaan bersih
dan kering; teteskan larutan yang akan diukur; pastikan tidak ada
gelembung udara pada alat; arahkan pada cahaya; membaca hasil pada
skala refraktometer.
9. Seelanjutnya mencatat hasil pengukuran, dimana kedua data hasil
pengukuran sebagai xt.
10. Membuat grafik konsentrasi madu (ln (Xf – Xt)) terhadap waktu (t)
berdasarkan hasil percobaan dan menentukan model persamaan dari
grafik tersebut (y = ax + b).
11. Membandingkan antara proses pemekatan dan proses pengenceran.
Menggunakan referensi yang sesuai untuk keseimbangan massa dalam
pembahasan.
BAB 4
HASIL PERCOBAAN
A. Pengentalan
Laju pengentalan:
Qinput = volume (ml)
waktu(s)
= 12,5 ml
60 s
= 0,2083 ml/s
Tabel 1. Pengentalan Larutan Madu
No Waktu (menit) Pengentalan Ln (Xf – Xt)
1 0 Xf = 8,4 -
2 5 1,5 1,93
3 10 1,2 1,97
4 15 1,3 1,96
5 20 1,5 1,33
6 25 1,5 1,93
7 30 1,6 1,92
8 35 1,8 1,89
9 40 1,9 1,87
10 45 2,0 1,86
Perhitungan:
1. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 8,4)
= Ln 0
= math error
2. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)
= Ln 6,9
= 1,93
3. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,2)
= Ln 7,2
= 1,97
4. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,3)
= Ln 7,1
= 1,96
5. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)
= Ln 6,9
= 1,93
6. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,5)
= Ln 6,9
= 1,93
7. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,6)
= Ln 6,8
= 1,92
8. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,8)
= Ln 6,6
= 1,89
9. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 1,9)
= Ln 6,5
= 1,87
10. Ln (Xf – Xt) = Ln (8,4 – 2,0)
= Ln 6,4
= 1,86
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500
0.5
1
1.5
2
2.5
f(x) = 0.0198787878787879 x + 1.21872727272727R² = 0.239669680716072
Waktu (menit)
lLn (X
f - X
t)
Gambar 1. Grafik Pengentalan Madu
B. Pengenceran
Laju pengenceran:
Qinput = volume (ml)
waktu(s)
= (310−210 )ml
60 s
= 1,67 ml/s
Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula
No Waktu (menit) Pengenceran Ln (Xf – Xt)
1 0 9,7 -
2 5 10 -
3 10 8 0,53
4 15 8 0,53
5 20 8 0,53
6 25 8 0,53
7 30 8 0,53
8 35 8 0,53
9 40 7,7 0,7
10 45 7,7 0,7
1. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 9,7)
= Ln 0
= math error
2. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 10)
= Ln – 0,3
= math error
3. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
4. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
5. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
6. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
7. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
8. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 8)
= Ln 1,7
= 0,53
9. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7)
= Ln 2,0
= 0,7
10. Ln (Xf – Xt) = Ln (9,7 – 7,7)
= Ln 2,0
= 0,7
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 500
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
f(x) = 0.0218181818181818 x + 0.103090909090909R² = 0.40433325446339
Waktu (menit)
lLn (X
f - X
t)
Gambar 1. Grafik Pengenceran Madu
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengentalan dan pengenceran
madu dan mengukur nilai viskositasnya. Setelah data diperoleh maka dapat
dihitung kesetimbangan massa dalam suatu viskositas suatu larutan.
Percobaan ini dimulai dengan mengukur laju aliran. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah cairan dapat mengalir dengan baik atau tidak. Setelah
laju aliran diperoleh, dilanjutkan dengan mengukur viskositas larutan
(pengentalan/pengenceran) dengan alat refraktometer setiap lima menit dari waktu
0 hingga 45 menit. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus
diarahkan ke cahaya agar nilai yang ditunjukkan pada skala dapat terlihat dengan
jelas. Setiap lima menit proses diamati dan dicatat datanya. Data tersebut berupa
kadar madu (oBrix). Dari data tersebut dapat dihitung ln (Xf – X), dengan Xf
adalah kadar madu (oBrix) dan X adalah waktu.
Pada proses pengentalan larutan akan memiliki peningkatan viskositas.
Namu hal itu tidak terjadi pada praktikum ini. Pada menit kelima nilai yang
diperoleh dari refraktometer adalah 1,5 sedangkan pada menit kesepuluh
refraktometer menunjukkan nilai 1,2. Meskipun setelah waktu 10 menit viskositas
mengalami peningkatan, namun penurunan nilai yang terjadi antara menit kelima
dan kesepuluh menunjukan adanya kesalahan yang mungkin terjadi selama
percobaan. Kesalahan tersebut mungkin terjadi saat menggunakan alat
refraktometer. Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena adanya gelembung
udara, refraktometer yang tidak bersih, ataupun kesalahan membaca.
Nilai yang diperoleh akan dipengaruhi oleh prosesnya sendiri. Saat
melakukan percobaan, larutan yang dikentalkan ataupun diencerkan diaduk
selama proses percobaan. Hal ini dimaksudkan agar larutan tercampur merata dan
memperlancar aliran fluidanya. Untuk alat pengaduk, digunakan pengaduk kaca
pejal agar gesekan alat dengan cairannya lebih kecil.
Pada proses pengenceran, nilai yang diperoleh dari refraktometer akan
mengalami penurunan. Data yang diperoleh dari percobaan ini memang
mengalami penurunan, namun data yang diperoleh tidak cukup akurat. Hal
tersebut degambarkan dengan nilai regresi sebesar 0,4043. Sama seperti pada
proses pengentalan, pada proses pengenceran ini juga memungkinkan adanya
kesalahan dalam percobaan. Dikarenakan laju aliran yang cukup lancar, yaitu 1,67
ml/s, maka kemungkinan kesalahan adalah pada penggunaan refraktometer. Pada
saat penggunaan alat refraktometer harus dibersihkan dari sisa cairan sebelumnya,
pada proses pengukuran juga tidak boleh ada gelembung udara.
Proses pengentalan dan pengenceran pada larutan madu ini juga sama
dengan proses pengentalan dan pengenceran larutan gula. Pada proses
pengentalan gula, nilai viskositas akan mengalami peningkatan. Pada proses
pengenceran larutan gula, nilai viskositas akan mengalami penurunan. Namun
pada percobaan yang dilakukan, hasil yang diperoleh tidak sesuai. Pada proses
pengenceran, terjadi kenaikan nilai viskositas antar amenit ke-10 dan menit ke-15.
Sama seperti pada pengentalan larutan gula diatas, hal ini juga dimungkinkan
karena kesalahan saat penggunakan alat refraktometer.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pada proses pengentalan, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin
meningkat.
2. Pada proses pengenceran, nilai viskositas yang diperoleh akan semakin
menurun.
3. Proses pengentalan dan pengenceran pada setiap jenis bahan pangan
cair memiliki prinsip yang sama.
4. Dalam menggunakan alat refraktometer, praktikan harus
memperhatikan kebersihan alat dari sisa larutan lain.
5. Dalam pembacaan skala pada refraktometer, alat harus diarahkan pada
cahaya agar angka yang ditunjukkan oleh skala dapat terbaca debgan
baik.
6. Larutan yang dikentalkan/diencerkan harus tetap diaduk selama proses
percobaan berlangsung untuk menghindari penggumpalan laruta
gula/madu dan untuk memperlancar aliran fluida.
6.2. Saran
Agar praktikum ini lebih baik, diberikan beberapa saran berikut ini :
1. Dalam melakukan percobaan praktikan harus lebih berhati-hati dan
teliti dalam menggunakan alat.
2. Agar nilai yang diperoleh dari refraktometer akurat, pastikan
refraktometer bersih dari sisa larutan lain dan tidak ada gelembung
udara.
3. Dalam melakukan pengadukan larutan, harus dilakukan dengan hati-
hati dan konstan. Hal ini bertujuan agar aliran stabil dan tidak merusak
alat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Weka. 2012. Kesetimbangan Massa (Satuan Operasi dan TL). Terdapat pada http://agritechhelp. blogspot.com /2012/03/ kesetimbangan- massa- satuan-operasi.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 02.42 WIB.
Arifelia, Destri Rizkia. 2012. Penjelasan Refraktometer . Terdapat pada http://www.destririzkiarifelia.blogspot.com (Diakses pada hari Jumat, 02 April 2014, pukul 02.49 WIB.
Aryani, Nirmala A. 2011. Pengentalan dan Pengenceran. Terdapat pada http://nirmalaaaryanti.blogspot.com/2011/04/pengukuran- infiltrasi- menggu nakan-ring_12.html . Diakses pada tanggal 02 Apeil 2004 pukul 03.15 WIB.
Audina, Ervi. 2011. Viskositas. Terdapat pada http://www.erviaudina.wordpress.com. Diakses pada hari Kamis, 02 April 2014, pukul 03.04 WIB.
Kuswurj, Rivan. 2011. Pengertian, pol, brix dan HK dalam Analisa Gula. Terdapat pada http://www.risvank.com/tag/brix/. Diakses pada tanggal 02 Apeil 2014 pukul 03.09 WIB.
Narutomo, Andriyanto. 2012. Aliran Stady dan Unsteady State. Terdapat pada http:// arandityonarutomo. blogspot. com/ 2012/ 04/ aliran - unsteady -.html. Diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 04.11 WIB.
LAMPIRAN
Alat dan Bahan yang Digunakan